perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 BAB II TINJAUAN

advertisement
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan
sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan
merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana
mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal.
Laporan keuangan yang sering disajikan adalah (1) neraca, (2) laporan
laba rugi, (3) laporan arus kas, dan (4) laporan ekuitas pemilik atau
pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau
pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan
keuangan.
Laporan keuangan menjadi alat utama bagi perusahaan untuk
menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak
manajemen (Schipper dan Vincent, 2003, dalam Boediono, (2005)).
Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun internal yang
kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka
butuhkan dari sumber langsung perusahaan. Seperti dinyatakan dalam
kerangka konseptual Financial Accounting Standards Board (FASB)
bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang
perpustakaan.uns.ac.id
14
digilib.uns.ac.id
berguna untuk keputusan bisnis. Laporan keuangan merupakan salah satu
sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana
pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya
pemilik. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan ini
diakui oleh investor, kreditur, supplier, organisasi buruh, bursa efek dan
para analis keuangan sebagai sumber informasi penting mengenai
keberadaan sumber daya ekonomi perusahaan yang diharapkan berguna
untuk pengambilan keputusan. Dan informasi ini juga diharapkan menjadi
pedoman untuk pemegang saham dan investor potensial untuk menentukan
kepentingan investasi mereka terhadap saham emiten.
Agar dapat memenuhi tujuannya, Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) (IAI, 2004: 7-11) menyebutkan
dalam paragraf 24-46 bahwa karakteristik kualitatif merupakan ciri khas
yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai.
Terdapat empat (4) karakteristik kualitatif pokok sebagai berikut:
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk dipahami oleh pemakai. Untuk maksud
ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi, bisnis, dan akuntansi, serta kemauan
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Relevan
Agar bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi mempunyai
kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini,
menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka masa lalu.
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialistiknya.
Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan
keuangan.
c. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur (faith full representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
d. Dapat diperbandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan
kinerja
keuangan.
Agar
dapat
dibandingkan
dengan
periode
sebelumnya pada perusahaan yang sama, maka: (1) Laporan keuangan
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disajikan dalam format yang sama, (2) Isi laporan keuangan adalah
identik, (3) Prinsip-prinsip akuntansi yang dianut tidak berubah,
kalaupun berubah maka dampak perubahannya tehadap laba-rugi
periode sekarang harus diungkapkan, (4) Perubahan dalam kondisi
yang mendasari transaksi harus diungkap. Pemakai juga harus dapat
memperbandingkan
laporan
keuangan
antar
perusahaan
untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif.
Menurut KDPPLK, disamping terdapat sifat informasi agar
berkualitas, terdapat juga kendala informasi yang mereduksi kualitas
relevan dan andal. Kendala tersebut adalah tepat waktu, keseimbangan
(trade off) antara guna dan manfaat, dan keseimbangan antara karakteristik
kualitatif serta penyajian wajar (IAI, 2004).
B.
Konservatisma Akuntansi
Meskipun konservatisma akuntansi merupakan konsep penting
dalam pelaporan keuangan, namun tidak ada satupun definisi yang bersifat
otoritatif dalam literatur akuntansi. Konservatisma dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang, misalnya dari metode akuntansi yang digunakan,
nilai ekuitas perusahaan, laba perusahaan, asimetris pengukuran bad news
dan good news dalam laporan keuangan (Almilia, 2006, dalam Astuti
(2008)).
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
The Financial Accounting Standards Board (FASB) menggambarkan
konservatisma sebagai reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian untuk
menjamin bahwa ketidakpastian dan risiko yang melekat dalam situasi
bisnis tersebut dikendalikan dengan baik (SFAC No. 2, FASB 1980,
Glossary of Terms). Definisi ini masih samar dan tidak menggambarkan
bagaimana akuntan sesungguhnya menghadapi konservatisma. Definisi
yang lebih deskriptif disajikan dalam beberapa buku teks akuntansi.
Konservatisma berarti ketika dalam keraguan memilih solusi yang paling
kecil kecenderungannya untuk overstate aset bersih dan laba bersih (Kieso
dan Weygandt, 1995), dalam Lasdi (2008).
Konservatisma merupakan konvensi laporan keuangan yang penting
dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai prinsip akuntansi yang
dominan. Konvensi seperti konservatisma menjadi pertimbangan dalam
akuntansi laporan keuangan karena aktivitas perusahaan dilengkapi oleh
ketidakpastian. Masalah konservatisma merupakan masalah penting bagi
investor
karena
memiliki
indikasi
kecenderungan
peningkatan
konservatisma secara global. Konservatisma merupakan prinsip akuntansi
yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan aset
cenderung rendah, serta angka-angka biaya dan utang cenderung tinggi.
Kecenderungan seperti itu terjadi karena konservatisma menganut prinsip
memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan
biaya. Akibatnya, laba yang dilaporkan cenderung terlalu rendah
(understatement) (Juanda, 2007).
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konservatisma adalah reaksi yang hati-hati (prudent reaction)
menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk
mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko yang inheren dalam
lingkungan sudah cukup dipertimbangkan (Dewi, 2004, dalam Astuti
(2008)). Selain konvensi penting dalam laporan keuangan, konservatisma
mengimplikasikan
kehati-hatian
dalam
mengakui
dan
mengukur
pendapatan dan aktiva. Suwardjono (2002), dalam Astuti (2008)
menyatakan bahwa,
”Implikasi konsep konservatisma akuntansi terhadap prinsip
akuntansi adalah akuntansi mengakui biaya dan rugi yang
kemungkinan terjadi, tetapi tidak segera mengakui
pendapatan atau laba yang akan datang walaupun
kemungkinan terjadinya besar”.
Menurut Gul et al. (2002) dalam Lasdi (2008), konservatisma dalam
pelaporan keuangan dibedakan menjadi dua bagian yaitu konservatisma
dari PABU (conservatism of GAAP) dan konservatisma akuntansi
diskresioner. Dalam konservatisma menurut PABU, manajer dapat
melakukan sedikit diskresi atau tidak sama sekali. Dalam konservatisma
akuntansi diskresioner, manajer mempunyai pilihan untuk metode dan
estimasi akuntansi konservatif melalui fleksibilitas yang disediakan oleh
PABU. Tong (2005) dalam Lasdi (2008) mendefinisikan konservatisma
akuntansi diskresioner sebagai pilihan manajerial dari metode dan estimasi
akuntansi konservatif dalam PABU. Pilihan konservatif seperti itu dapat
menghasilkan understatement yang persisten dari laba laporan kumulatif
dan aset bersih sepanjang perioda waktu.
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C.
Laba Perusahaan
Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah
informasi mengenai laba perusahaan. Informasi laba sebagaimana
dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Consepts (SFAC)
Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat
penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai
prediktif (FASB, 1980). Menurut PSAK Nomor 1, informasi laba
diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumberdaya ekonomis yang
mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari
sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang
efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI,
2004). Bagi pemilik saham dan atau investor, laba berarti peningkatan
nilai ekonomis (wealth) yang akan diterima, melalui pembagian dividen.
Laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen
perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi
perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas
pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan
kepada
mereka,
serta
dapat
dipergunakan
untuk
memperkirakan prospeknya di masa depan.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kelonggaran
(fleksibility principles) dalam memilih metode akuntansi yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan. Kelonggaran dalam metode ini dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan nilai laba yang berbeda-beda disetiap
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perusahaan. Perusahaan yang memilih metode penyusutan garis lurus akan
berbeda hasil laba yang dilaporkan dengan perusahaan yang menggunakan
metode angka tahun atau saldo menurun. Praktik seperti ini dapat
memberikan dampak terhadap kualitas laba yang dilaporkan. Pemilihan
metode akuntansi ini dampaknya semakin jelas dan dapat lebih dirasakan
terutama untuk perusahaan-perusahaan publik atau yang disebut emiten, di
mana
informasi
akuntansi
yang disusun
oleh
perusahaan
harus
informasikan kepada pasar atau masyarakat luas melalui publikasi. Dari
informasi yang dipublikasikan, akan dapat diketahui bagaimana reaksi
pasar terhadap suatu informasi tersebut. Pasar yang mengetahui dan
meyakini bahwa laba yang dilaporkan oleh perusahaan memiliki
kandungan informasi, maka akan tercermin pada harga saham perusahaan
tersebut.
Fenomena ini menunjukkan terjadinya skandal keuangan merupakan
kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para
pengguna laporan. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan tidak
menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan
sehingga laba yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk
mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba
yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja
manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti
ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan,
maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang
perpustakaan.uns.ac.id
21
digilib.uns.ac.id
sebenarnya. Kualitas laba khususnya dan kualitas laporan keuangan pada
umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan laporan
keuangan karena untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan
investasi (Schipper dan Vincent, 2003, dalam Boediono, (2005)). Bagi
investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis
saham yang diterbitkan oleh emiten.
Pentingnya informasi laba secara tegas telah disebutkan dalam
Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 1, yang
menyatakan bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen, laba juga
membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif, serta untuk
menaksir risiko dalam investasi atau kredit (FASB, 1985).
Laba juga menjadi salah satu indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba
mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan
operasi yang ditetapkan (Parawiyati, 1996, dalam Siallagan dan Machfoed,
(2006)). Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk:
mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan earnings power, dan
untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang.
Beberapa penelitian mendukung bahwa manipulasi terhadap earning
juga sering dilakukan oleh manajemen. Penyusunan earnings dilakukan
oleh manajemen yang lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan,
kondisi tersebut diprediksi oleh Dechow (1995) dalam Siallagan dan
Machfoed, (2006) dapat menimbulkan masalah karena manajemen sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
22
digilib.uns.ac.id
pihak yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi
dan dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya sendiri. Laba yang
kurang berkualitas bisa terjadi karena dalam menjalankan bisnis
perusahaan, manajemen bukan merupakan pemilik perusahaan. Pemisahan
kepemilikan ini akan dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan
pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer
bertindak tidak sesuai dengan keinginan para pemilik.
D.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log
size, nilai pasar saham dan sebagainya. Pada dasarnya ukuran perusahaan
hanya terbagi dalam 3 kategori, yaitu perusahaan besar (large firm),
perusahaan menengah (medium size firm), dan perusahaan kecil (small
firm) (Machfoedz, 1994) dalam Atarwaman (2011). Ukuran perusahaan
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Pada perusahaan besar
dengan total aktiva yang banyak akan lebih berani untuk menggunakan
modal dari pinjaman (debt financing) dalam membelanjai seluruh aktiva
baik aktiva tetap maupun aktiva lancar yang digunakan untuk perluasan
usaha, dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil ukurannya.
Ukuran perusahaan menurut hasil penelitian terbukti mempengaruhi
luas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan (Cooke, 1989).
Ukuran perusahaan juga dapat menunjukkan seberapa besar informasi
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang terdapat didalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak
manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal
perusahaan maupun pihak internal perusahaan. Pada umumnya semakin
besar ukuran perusahaan, informasi yang tersedia untuk investor dalam
mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi saham sebuah
perusahaan
tersebut
semakin
banyak
didapat.
Dengan
demikian
perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga
mereka berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, dengan
melaporkan kondisinya secara lebih akurat.
Dalam penelitian yang dilakukan Rachmawati dan Triatmoko (2007)
ditunjukkan bahwa size berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal
ini menandakan bahwa pasar lebih mengapresiasi size perusahaan besar,
dimana koefisien respon laba pada perusahaan besar lebih akurat
diabndingkan dengan perusahaan kecil.
Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap
ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang
baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan
bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba
dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil. Ukuran perusahaan
yang besar dapat menjadi indikasi bahwa perusahaan mempunyai
komitmen tinggi untuk terus memperbaiki kinerjanya, sehingga pasar akan
mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena percaya
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan mendapatkan pengembalian yang menguntungkan dari perusahaan
tersebut.
Ukuran perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor.
Ukuran perusahaan berhubungan dengan banyak sedikittnya informasi
yang diterima oleh calon investor. Semakin besar ukuran perusahaan,
semakin dikenal perusahaan oleh calon investor dan semakin mudah bagi
calon investor untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan.
Kejelasan informasi tentang perusahaan akan meningkatkan penialian akan
perusahaan, mengurangi ketidakpastian dan meminimalkan tingkat risiko
dan underpricing.
Banyak ukuran perusahaan yang dapat digunakan untuk mengukur
ukuran perusahaan, antara lain dengan total aktiva, nilai total penjualan
bersih, atau modal perusahaan tersbut. Size perusahaan dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan total aktiva. Aktiva merupakan tolok ukur
besaran atau skala suatu perusahaan. Biasanya perusahaan besar
mempunyai aktiva yang besar pula nilainya. Secara teoritis perusahaan
yang lebih besar mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar
daripada
perusahaan
kecil
sehingga
akan
mengurangi
tingkat
ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat
membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia
berinventasi pada perusahaan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id
25
digilib.uns.ac.id
Dari serangkaian penjelasan di atas berarti, ukuran perusahaan turut
menentukan tingkat kepercayaan investor (nilai pasar perusahaan), dan
bisa jadi memiliki banyak kecenderungan untuk menerapkan kebijakan
konservatisma untuk meningkatkan kualitas laba.
E.
Prediktibilitas laba
Prediktabilitas laba akuntansi merupakan kemampuan laba akuntansi
di masa lalu untuk memprediksi laba akuntansi di masa yang akan datang.
Peningkatan kemampuan prediksi laba akuntansi menyebabkan informasi
laba akuntansi berjalan menjadi lebih bermanfaat dalam memprediksi laba
akuntansi di masa mendatang sehingga investor menggunakan informasi
laba sekarang dalam pengambilan keputusan investasinya dan lebih
sensitif terhadap informasi laba. Koefisien respon laba akuntansi akan
meningkat, jika laba akuntansi di masa lalu mempunyai kemampuan untuk
memprediksi laba akuntansi di masa depan.
Laba mempunyai potensi yang sangat penting bagi pihak eksternal
maupun internal perusahaan. Usaha-usaha untuk menjelaskan potensi
tersebut telah dilakukan oleh banyak peneliti. Werdiningsih dan Jogiyanto
(2001) dalam Kusumo (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh
klasifikasi komponen laba terhadap kemampuan memprediksi laba.
Pengambilan sampel estimasi dan validasi dilakukan masing-masing pada
75 dan 45 perusahaan manufaktur dalam periode 1990 sampai 1996, serta
metode analisis yang digunakan persamaan regresi dan uji peringkat
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bertanda wilcoxon untuk dua sampel berhubungan. Hasil penelitian ini
membawa pada kesimpulan bahwa model peramalan laba yang
menggunakan klasifikasi lebih spesifik memiliki kemampuan prediksi
yang lebih akurat dibanding dengan model peramalan yang menggunakan
klasifikasi kurang spesifik. Klasifikasi komponen laba ke dalam komposisi
yang semakin rinci akan memiliki kemampuan prediksi atau memberikan
hasil ramalan terhadap laba di masa mendatang yang lebih akurat. Dalam
penelitian Kusumo (2007) juga mengungkapkan bahwa penelitian yang
dilakukan Finger (1994) yang menguji kemampuan laba sebagai prediktor
atas laba dan arus kas operasi masa depan dengan mengambil data tahunan
dari 50 sampel perusahaan anggota fortune 500 dengan menggunakan
model regresi linier, Finger memberikan kesimpulan yang signifikan
sebagai prediktor laba di masa depan untuk 88% sampel sampai dengan
periode 8 tahun di muka dan laba baik digunakan secara parsial maupun
besama-sama dengan arus kas merupakan prediktor yang signifikan juga
bagi arus kas. Selanjutnya arus kas adalah prediktor yang lebih baik atas
arus kas dalam periode jangka pendek (1-2 tahun) dibanding prediktor laba
atas arus kas. Disamping itu, Finger juga menyimpulkan bahwa laba lebih
memberikan
isi
informasi
inkremental
dibanding
arus
kas
dan
menunjukkan bahwa laba merupakan prediktor yang lebih baik, walaupun
prediktor arus kas juga dapat menjadi prediktor yang baik.
Panman dan Zhang (2002) menemukan bahwa perusahaan yang
menerapkan akuntansi konservatif dan pertumbuhan investasi temporer
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan menghasilkan tingkat pengembalian yang temporer atau laba yang
berfluktuasi. Penjelasannya adalah praktik akuntansi konservatif akan
membebankan biaya mengakui rugi pada periode terjadinya, sebaliknya
mengakui
pendapatan
dan
keuntungan
apabila benar-benar telah
terealisasi, sehingga laba yang dihasilkan akan lebih rendah pada periode
bersangkutan dibandingkan apabila perusahaan yang menganut prinsip
yang lebih optimis. Apabila periode berikutnya tidak terjadi atau terjadi
penurunan biaya, atau pendapatan telah terealisasi maka laba periode
berikutnya akan dilaporkan lebih tinggi untuk perusahaan yang menganut
prinsip konservatima. Sehingga laba yang dilaporkan untuk perusahaan
yang menganut prinsip konservatisma cenderung lebih berfluktuatif dari
pada perusahaan yang menganut prinsip akuntansi yang lebih optimis.
Laba yang berfluktuatif memiliki daya prediksi yang lebih rendah
dari pada laba yang lebih stabil untuk memprediksi aliran kas masa depan.
Sehingga laba perusahaan yang menerapkan prinsip akuntansi konservatif
akan memilki daya prediksi yang lebih rendah dari pada laba perusahaan
yang menerapkan prinsip akuntansi yang lebih optimis.
F.
Risiko Kegagalan Perusahaan
Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan
nilai perusahaan. Pengaruh ini disebabkan oleh penggunaan aktiva
perusahaan yang sebagian besar dibiayai dengan hutang secara efektif.
Penggunaan secara efektif ini akan menghasilkan profit yang akhirnya
perpustakaan.uns.ac.id
28
digilib.uns.ac.id
berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan. Hasil kajian Vassalou
dan Xing (2003) melakukan review pada beberapa penelitian yang
menggunakan data selama periode sembilan tahun menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat hutang ternyata berkorelasi negatif dengan kinerja
perusahaan. Semakin besar leverage berarti semakin besar aktiva atau
pendanaan perusahaan yang diperoleh dari hutang. Semakin besar hutang
maka semakin besar kemungkinan risiko kegagalan perusahaan untuk
tidak mampu membayar hutangnya, sehingga berisiko mengalami
kebangkrutan. Akibatnya pasar akan mereaksi secara negatif yang berupa
turunnya volume perdagangan yang berdampak terhadap turunnya nilai
pemegang saham/investor. Di samping itu ada kesan bahwa semakin besar
hutang mencerminkan perusahaan tersebut kesulitan mencari pendanaan
melalui penjualan saham di pasar dan ada anggapan bahwa semakin besar
hutang, maka semakin besar perusahaan tersebut untuk tidak diminati oleh
para investor.
Investor menggunakan informasi dalam melakukan analisis atas
laporan keuangan terkait dengan pengambilan keputusan investasi yang
dilakukan. Hal ini penting dilakukan karena ada kecenderungan bahwa
perusahaan yang memiliki risiko kegagalan tinggi menggunakan metode
akuntansi yang lebih konservatif yang mengakui kewajiban pada nilai
tertinggi dan harta pada nilai terkecil.
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Konservatisma Akuntansi
Dalam hubungannya dengan nilai perusahaan, Brigham dan
Gapenski
(1996),
menyatakan bahwa
perusahaan
yang memiliki
pertumbuhan tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber eksternal
yang besar. Ukuran perusahaan yang besar memudahkan perusahaan
dalam masalah pendanaan. Perusahaan yang besar umumnya memiliki
fleksibilitas dan aksebilitas yang tinggi dalam masalah pendanaan melalui
pasar modal. Kemudahan ini bisa ditangkap sebagai informasi yang baik.
Ukuran yang besar dan pertumbuhan yang tinggi dapat merefleksikan
tingkat keuntungan di masa yang akan datang. Ukuran perusahaan yang
besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga
investor akan merespons positif dan nilai perusahaan akan meningkat.
Pada umumnya semakin besar ukuran perusahaan, informasi yang
tersedia untuk investor dalam mengambil keputusan yang berkaitan
dengan investasi saham sebuah perusahaan tersebut semakin banyak
didapat. Dengan demikian perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh
masyarakat sehingga mereka berhati-hati dalam melakukan pelaporan
keuangan, dengan melaporkan kondisinya secara lebih akurat.
Beberapa alasan diatas dapat mengemukakan bahwa semakin besar
perusahaan, maka perusahaan akan cenderung melakukan praktik yang
lebih konservatif untuk menjaga eksistensinya dalam menjaga laporan
keuangan
yang dilihat dari total aset, agar laporan yang diterima oleh
perpustakaan.uns.ac.id
30
digilib.uns.ac.id
masyarakat akan lebih akurat, dan sebaliknya. Maka dalam penelitian ini
digunakan log natural total aset sebagai proksi dari ukuran perusahaan,
untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap konservatisma
akuntansi.
Dari beberapa penelitian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H1= Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap konservatisma akuntansi.
H.
Pengaruh Goncangan Laba terhadap Konservatisma Akuntansi
Prediktabilitas laba akuntansi merupakan kemampuan laba akuntansi
di masa lalu untuk memprediksi laba akuntansi di masa yang akan datang,
dan ditunjukkan dalam variansi goncangan laba akuntansi (variance of
earnings shocks) dalam laba akuntansi runtut waktu (Dichec dan Tang,
2008). Laba yang berfluktuatif memiliki daya prediksi yang lebih rendah
dari pada laba yang lebih stabil untuk memprediksi aliran kas masa depan.
Sehingga laba perusahaan yang menerapkan prinsip akuntansi konservatif
akan memiliki daya prediksi yang lebih rendah dari pada laba perusahaan
yang menerapkan prinsip akuntansi yang lebih optimis.
Semakin besar goncangan laba yang diukur dengan laba runtut tahun
berjalan maka perusahaan akan semakin tidak konservatif, dan sebaliknya
semakin kecil goncangan laba maka perusahaan akan lebih konservatif
karena perusahaan akan lebih berhati-hati dalam memprediksi laba dimasa
yang akan datang karena perusahaan menjaga atas ketidakpastian yang
perpustakaan.uns.ac.id
31
digilib.uns.ac.id
terjadi dimasa yang akan datang. Dengan begitu dengan adanya
peningkatan kemampuan prediksi laba akuntansi menyebabkan informasi
laba akuntansi berjalan menjadi lebih bermanfaat dalam memprediksi laba
akuntansi di masa mendatang sehingga investor menggunakan informasi
laba sekarang dalam pengambilan keputusan investasinya dan lebih
sensitif terhadap informasi laba. Maka dalam penelitian ini menggunakan
goncangan laba sebagai proksi dari prediktibilitas laba sebagai alat ukur
untuk mengetahui pengaruh prediktibilitas laba terhadap konservatisma
akuntansi.
Dari penelitian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2= Prediktibilitas laba berpengaruh terhadap konservatisma akuntansi.
I.
Pengaruh Leverage terhadap Konservatisma Akuntansi
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajiban dengan modal sendiri yang dimiliki. Leverage
merupakan perbandingan total utang dan total ekuitas. Leverage yang
tinggi mengindikasikan bahwa risiko investasi terhadap perusahaan juga
tinggi dan sebaliknya. Leverage ratio akan menunjukkan besarnya
pembiayaan perusahaan yang berasal dari utang. Leverage ratio tergolong
tinggi jika diatas rata-rata rasio hutang industri yang sama. Apabila
perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memenuhi kewajiban
akibat banyaknya hutang, diduga akan semakin konservatif karena
perusahaan terancam tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada waktunya, dan akan berusaha menghindari dengan membuat
kebijaksanaan yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba (Arlian,
2009).
Rasio utang perusahaan yang diatas rata-rata rasio utang industri
dapat membahayakan perusahaan, akan lebih mahal perusahaan untuk
meminjam dana tambahan tanpa terlebih dahulu meningkatkan modal
ekuitas, karena kreditor akan enggan meminjamkan tambahan dana
perusahaan dan manajer menghadapi risiko kebangkrutan jika perusahaan
meningkatkan
rasio
utang dengan meminjamkan
tambahan
dana
(Brimingham et al, 1998: 87, dalam Kusumo (2008)). Perusahaan dengan
leverage tinggi akibat banyaknya hutang, diduga akan melakukan earning
management karena perusahaan yang terancam tidak dapat memenuhi
kewajiban pembayaran hutang pada waktunya, akan berusaha menghindari
dengan membuat kebijaksanaan yang dapat meningkatkan pendapatan atau
laba. Apabila leverage tinggi, maka kemampuan perusahaan buruk karena
mempunyai tingkat kebangkrutan yang tinggi karena proporsi hutang lebih
tinggi dari modal, sehingga investor menilai sebagai sesuatu yang kurang
baik. Maka dalam penelitian ini leverage dijadikan sebagai proksi dari
risiko kegagalan perusahaan.
Dari penelitian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H3= Risiko kegagalan perusahaan berpengaruh terhadap konservatisma
akuntansi.
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
J.
KERANGKA KONSEPTUAL
Berdasarkan teori dan Hipotesis yang telah diuraikan sebelumnya,
dapat
digunakan
Prediktabilitas
skema
Laba,
konsep
Risiko
Pengaruh
Kegagalan
Ukuran
Perusahaan
Perusahaan,
terhadap
Konservatisma Akuntansi.
Gambar 1
Kerangka Konseptual
Ukuran Perusahaan
H1
H2
Konservatisma Akuntansi
Prediktabilitas Laba
H3
Risiko Kegagalan
Perusahaan
Download