13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Laporan keuangan yang sering disajikan adalah (1) neraca, (2) laporan laba rugi, (3) laporan arus kas, dan (4) laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan. Laporan keuangan menjadi alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen (Schipper dan Vincent, 2003, dalam Boediono, (2005)). Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun internal yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber langsung perusahaan. Seperti dinyatakan dalam kerangka konseptual Financial Accounting Standards Board (FASB) bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang perpustakaan.uns.ac.id 14 digilib.uns.ac.id berguna untuk keputusan bisnis. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan ini diakui oleh investor, kreditur, supplier, organisasi buruh, bursa efek dan para analis keuangan sebagai sumber informasi penting mengenai keberadaan sumber daya ekonomi perusahaan yang diharapkan berguna untuk pengambilan keputusan. Dan informasi ini juga diharapkan menjadi pedoman untuk pemegang saham dan investor potensial untuk menentukan kepentingan investasi mereka terhadap saham emiten. Agar dapat memenuhi tujuannya, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) (IAI, 2004: 7-11) menyebutkan dalam paragraf 24-46 bahwa karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat (4) karakteristik kualitatif pokok sebagai berikut: a. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi, bisnis, dan akuntansi, serta kemauan mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Relevan Agar bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi mempunyai kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka masa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialistiknya. Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. c. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faith full representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. d. Dapat diperbandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Agar dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya pada perusahaan yang sama, maka: (1) Laporan keuangan 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id disajikan dalam format yang sama, (2) Isi laporan keuangan adalah identik, (3) Prinsip-prinsip akuntansi yang dianut tidak berubah, kalaupun berubah maka dampak perubahannya tehadap laba-rugi periode sekarang harus diungkapkan, (4) Perubahan dalam kondisi yang mendasari transaksi harus diungkap. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Menurut KDPPLK, disamping terdapat sifat informasi agar berkualitas, terdapat juga kendala informasi yang mereduksi kualitas relevan dan andal. Kendala tersebut adalah tepat waktu, keseimbangan (trade off) antara guna dan manfaat, dan keseimbangan antara karakteristik kualitatif serta penyajian wajar (IAI, 2004). B. Konservatisma Akuntansi Meskipun konservatisma akuntansi merupakan konsep penting dalam pelaporan keuangan, namun tidak ada satupun definisi yang bersifat otoritatif dalam literatur akuntansi. Konservatisma dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, misalnya dari metode akuntansi yang digunakan, nilai ekuitas perusahaan, laba perusahaan, asimetris pengukuran bad news dan good news dalam laporan keuangan (Almilia, 2006, dalam Astuti (2008)). 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id The Financial Accounting Standards Board (FASB) menggambarkan konservatisma sebagai reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian untuk menjamin bahwa ketidakpastian dan risiko yang melekat dalam situasi bisnis tersebut dikendalikan dengan baik (SFAC No. 2, FASB 1980, Glossary of Terms). Definisi ini masih samar dan tidak menggambarkan bagaimana akuntan sesungguhnya menghadapi konservatisma. Definisi yang lebih deskriptif disajikan dalam beberapa buku teks akuntansi. Konservatisma berarti ketika dalam keraguan memilih solusi yang paling kecil kecenderungannya untuk overstate aset bersih dan laba bersih (Kieso dan Weygandt, 1995), dalam Lasdi (2008). Konservatisma merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai prinsip akuntansi yang dominan. Konvensi seperti konservatisma menjadi pertimbangan dalam akuntansi laporan keuangan karena aktivitas perusahaan dilengkapi oleh ketidakpastian. Masalah konservatisma merupakan masalah penting bagi investor karena memiliki indikasi kecenderungan peningkatan konservatisma secara global. Konservatisma merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan aset cenderung rendah, serta angka-angka biaya dan utang cenderung tinggi. Kecenderungan seperti itu terjadi karena konservatisma menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya. Akibatnya, laba yang dilaporkan cenderung terlalu rendah (understatement) (Juanda, 2007). 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Konservatisma adalah reaksi yang hati-hati (prudent reaction) menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko yang inheren dalam lingkungan sudah cukup dipertimbangkan (Dewi, 2004, dalam Astuti (2008)). Selain konvensi penting dalam laporan keuangan, konservatisma mengimplikasikan kehati-hatian dalam mengakui dan mengukur pendapatan dan aktiva. Suwardjono (2002), dalam Astuti (2008) menyatakan bahwa, ”Implikasi konsep konservatisma akuntansi terhadap prinsip akuntansi adalah akuntansi mengakui biaya dan rugi yang kemungkinan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar”. Menurut Gul et al. (2002) dalam Lasdi (2008), konservatisma dalam pelaporan keuangan dibedakan menjadi dua bagian yaitu konservatisma dari PABU (conservatism of GAAP) dan konservatisma akuntansi diskresioner. Dalam konservatisma menurut PABU, manajer dapat melakukan sedikit diskresi atau tidak sama sekali. Dalam konservatisma akuntansi diskresioner, manajer mempunyai pilihan untuk metode dan estimasi akuntansi konservatif melalui fleksibilitas yang disediakan oleh PABU. Tong (2005) dalam Lasdi (2008) mendefinisikan konservatisma akuntansi diskresioner sebagai pilihan manajerial dari metode dan estimasi akuntansi konservatif dalam PABU. Pilihan konservatif seperti itu dapat menghasilkan understatement yang persisten dari laba laporan kumulatif dan aset bersih sepanjang perioda waktu. 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Laba Perusahaan Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Consepts (SFAC) Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif (FASB, 1980). Menurut PSAK Nomor 1, informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumberdaya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI, 2004). Bagi pemilik saham dan atau investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis (wealth) yang akan diterima, melalui pembagian dividen. Laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kelonggaran (fleksibility principles) dalam memilih metode akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Kelonggaran dalam metode ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan nilai laba yang berbeda-beda disetiap 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id perusahaan. Perusahaan yang memilih metode penyusutan garis lurus akan berbeda hasil laba yang dilaporkan dengan perusahaan yang menggunakan metode angka tahun atau saldo menurun. Praktik seperti ini dapat memberikan dampak terhadap kualitas laba yang dilaporkan. Pemilihan metode akuntansi ini dampaknya semakin jelas dan dapat lebih dirasakan terutama untuk perusahaan-perusahaan publik atau yang disebut emiten, di mana informasi akuntansi yang disusun oleh perusahaan harus informasikan kepada pasar atau masyarakat luas melalui publikasi. Dari informasi yang dipublikasikan, akan dapat diketahui bagaimana reaksi pasar terhadap suatu informasi tersebut. Pasar yang mengetahui dan meyakini bahwa laba yang dilaporkan oleh perusahaan memiliki kandungan informasi, maka akan tercermin pada harga saham perusahaan tersebut. Fenomena ini menunjukkan terjadinya skandal keuangan merupakan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan sehingga laba yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang perpustakaan.uns.ac.id 21 digilib.uns.ac.id sebenarnya. Kualitas laba khususnya dan kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan karena untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan investasi (Schipper dan Vincent, 2003, dalam Boediono, (2005)). Bagi investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis saham yang diterbitkan oleh emiten. Pentingnya informasi laba secara tegas telah disebutkan dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 1, yang menyatakan bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen, laba juga membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif, serta untuk menaksir risiko dalam investasi atau kredit (FASB, 1985). Laba juga menjadi salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan (Parawiyati, 1996, dalam Siallagan dan Machfoed, (2006)). Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk: mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan earnings power, dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang. Beberapa penelitian mendukung bahwa manipulasi terhadap earning juga sering dilakukan oleh manajemen. Penyusunan earnings dilakukan oleh manajemen yang lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan, kondisi tersebut diprediksi oleh Dechow (1995) dalam Siallagan dan Machfoed, (2006) dapat menimbulkan masalah karena manajemen sebagai perpustakaan.uns.ac.id 22 digilib.uns.ac.id pihak yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya sendiri. Laba yang kurang berkualitas bisa terjadi karena dalam menjalankan bisnis perusahaan, manajemen bukan merupakan pemilik perusahaan. Pemisahan kepemilikan ini akan dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan para pemilik. D. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham dan sebagainya. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size firm), dan perusahaan kecil (small firm) (Machfoedz, 1994) dalam Atarwaman (2011). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Pada perusahaan besar dengan total aktiva yang banyak akan lebih berani untuk menggunakan modal dari pinjaman (debt financing) dalam membelanjai seluruh aktiva baik aktiva tetap maupun aktiva lancar yang digunakan untuk perluasan usaha, dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil ukurannya. Ukuran perusahaan menurut hasil penelitian terbukti mempengaruhi luas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan (Cooke, 1989). Ukuran perusahaan juga dapat menunjukkan seberapa besar informasi 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang terdapat didalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan. Pada umumnya semakin besar ukuran perusahaan, informasi yang tersedia untuk investor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi saham sebuah perusahaan tersebut semakin banyak didapat. Dengan demikian perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, dengan melaporkan kondisinya secara lebih akurat. Dalam penelitian yang dilakukan Rachmawati dan Triatmoko (2007) ditunjukkan bahwa size berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini menandakan bahwa pasar lebih mengapresiasi size perusahaan besar, dimana koefisien respon laba pada perusahaan besar lebih akurat diabndingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil. Ukuran perusahaan yang besar dapat menjadi indikasi bahwa perusahaan mempunyai komitmen tinggi untuk terus memperbaiki kinerjanya, sehingga pasar akan mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena percaya 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id akan mendapatkan pengembalian yang menguntungkan dari perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor. Ukuran perusahaan berhubungan dengan banyak sedikittnya informasi yang diterima oleh calon investor. Semakin besar ukuran perusahaan, semakin dikenal perusahaan oleh calon investor dan semakin mudah bagi calon investor untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan. Kejelasan informasi tentang perusahaan akan meningkatkan penialian akan perusahaan, mengurangi ketidakpastian dan meminimalkan tingkat risiko dan underpricing. Banyak ukuran perusahaan yang dapat digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan, antara lain dengan total aktiva, nilai total penjualan bersih, atau modal perusahaan tersbut. Size perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan total aktiva. Aktiva merupakan tolok ukur besaran atau skala suatu perusahaan. Biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang besar pula nilainya. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia berinventasi pada perusahaan tersebut. perpustakaan.uns.ac.id 25 digilib.uns.ac.id Dari serangkaian penjelasan di atas berarti, ukuran perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor (nilai pasar perusahaan), dan bisa jadi memiliki banyak kecenderungan untuk menerapkan kebijakan konservatisma untuk meningkatkan kualitas laba. E. Prediktibilitas laba Prediktabilitas laba akuntansi merupakan kemampuan laba akuntansi di masa lalu untuk memprediksi laba akuntansi di masa yang akan datang. Peningkatan kemampuan prediksi laba akuntansi menyebabkan informasi laba akuntansi berjalan menjadi lebih bermanfaat dalam memprediksi laba akuntansi di masa mendatang sehingga investor menggunakan informasi laba sekarang dalam pengambilan keputusan investasinya dan lebih sensitif terhadap informasi laba. Koefisien respon laba akuntansi akan meningkat, jika laba akuntansi di masa lalu mempunyai kemampuan untuk memprediksi laba akuntansi di masa depan. Laba mempunyai potensi yang sangat penting bagi pihak eksternal maupun internal perusahaan. Usaha-usaha untuk menjelaskan potensi tersebut telah dilakukan oleh banyak peneliti. Werdiningsih dan Jogiyanto (2001) dalam Kusumo (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh klasifikasi komponen laba terhadap kemampuan memprediksi laba. Pengambilan sampel estimasi dan validasi dilakukan masing-masing pada 75 dan 45 perusahaan manufaktur dalam periode 1990 sampai 1996, serta metode analisis yang digunakan persamaan regresi dan uji peringkat 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id bertanda wilcoxon untuk dua sampel berhubungan. Hasil penelitian ini membawa pada kesimpulan bahwa model peramalan laba yang menggunakan klasifikasi lebih spesifik memiliki kemampuan prediksi yang lebih akurat dibanding dengan model peramalan yang menggunakan klasifikasi kurang spesifik. Klasifikasi komponen laba ke dalam komposisi yang semakin rinci akan memiliki kemampuan prediksi atau memberikan hasil ramalan terhadap laba di masa mendatang yang lebih akurat. Dalam penelitian Kusumo (2007) juga mengungkapkan bahwa penelitian yang dilakukan Finger (1994) yang menguji kemampuan laba sebagai prediktor atas laba dan arus kas operasi masa depan dengan mengambil data tahunan dari 50 sampel perusahaan anggota fortune 500 dengan menggunakan model regresi linier, Finger memberikan kesimpulan yang signifikan sebagai prediktor laba di masa depan untuk 88% sampel sampai dengan periode 8 tahun di muka dan laba baik digunakan secara parsial maupun besama-sama dengan arus kas merupakan prediktor yang signifikan juga bagi arus kas. Selanjutnya arus kas adalah prediktor yang lebih baik atas arus kas dalam periode jangka pendek (1-2 tahun) dibanding prediktor laba atas arus kas. Disamping itu, Finger juga menyimpulkan bahwa laba lebih memberikan isi informasi inkremental dibanding arus kas dan menunjukkan bahwa laba merupakan prediktor yang lebih baik, walaupun prediktor arus kas juga dapat menjadi prediktor yang baik. Panman dan Zhang (2002) menemukan bahwa perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatif dan pertumbuhan investasi temporer 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id akan menghasilkan tingkat pengembalian yang temporer atau laba yang berfluktuasi. Penjelasannya adalah praktik akuntansi konservatif akan membebankan biaya mengakui rugi pada periode terjadinya, sebaliknya mengakui pendapatan dan keuntungan apabila benar-benar telah terealisasi, sehingga laba yang dihasilkan akan lebih rendah pada periode bersangkutan dibandingkan apabila perusahaan yang menganut prinsip yang lebih optimis. Apabila periode berikutnya tidak terjadi atau terjadi penurunan biaya, atau pendapatan telah terealisasi maka laba periode berikutnya akan dilaporkan lebih tinggi untuk perusahaan yang menganut prinsip konservatima. Sehingga laba yang dilaporkan untuk perusahaan yang menganut prinsip konservatisma cenderung lebih berfluktuatif dari pada perusahaan yang menganut prinsip akuntansi yang lebih optimis. Laba yang berfluktuatif memiliki daya prediksi yang lebih rendah dari pada laba yang lebih stabil untuk memprediksi aliran kas masa depan. Sehingga laba perusahaan yang menerapkan prinsip akuntansi konservatif akan memilki daya prediksi yang lebih rendah dari pada laba perusahaan yang menerapkan prinsip akuntansi yang lebih optimis. F. Risiko Kegagalan Perusahaan Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan. Pengaruh ini disebabkan oleh penggunaan aktiva perusahaan yang sebagian besar dibiayai dengan hutang secara efektif. Penggunaan secara efektif ini akan menghasilkan profit yang akhirnya perpustakaan.uns.ac.id 28 digilib.uns.ac.id berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan. Hasil kajian Vassalou dan Xing (2003) melakukan review pada beberapa penelitian yang menggunakan data selama periode sembilan tahun menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat hutang ternyata berkorelasi negatif dengan kinerja perusahaan. Semakin besar leverage berarti semakin besar aktiva atau pendanaan perusahaan yang diperoleh dari hutang. Semakin besar hutang maka semakin besar kemungkinan risiko kegagalan perusahaan untuk tidak mampu membayar hutangnya, sehingga berisiko mengalami kebangkrutan. Akibatnya pasar akan mereaksi secara negatif yang berupa turunnya volume perdagangan yang berdampak terhadap turunnya nilai pemegang saham/investor. Di samping itu ada kesan bahwa semakin besar hutang mencerminkan perusahaan tersebut kesulitan mencari pendanaan melalui penjualan saham di pasar dan ada anggapan bahwa semakin besar hutang, maka semakin besar perusahaan tersebut untuk tidak diminati oleh para investor. Investor menggunakan informasi dalam melakukan analisis atas laporan keuangan terkait dengan pengambilan keputusan investasi yang dilakukan. Hal ini penting dilakukan karena ada kecenderungan bahwa perusahaan yang memiliki risiko kegagalan tinggi menggunakan metode akuntansi yang lebih konservatif yang mengakui kewajiban pada nilai tertinggi dan harta pada nilai terkecil. 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id G. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Konservatisma Akuntansi Dalam hubungannya dengan nilai perusahaan, Brigham dan Gapenski (1996), menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber eksternal yang besar. Ukuran perusahaan yang besar memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan. Perusahaan yang besar umumnya memiliki fleksibilitas dan aksebilitas yang tinggi dalam masalah pendanaan melalui pasar modal. Kemudahan ini bisa ditangkap sebagai informasi yang baik. Ukuran yang besar dan pertumbuhan yang tinggi dapat merefleksikan tingkat keuntungan di masa yang akan datang. Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespons positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pada umumnya semakin besar ukuran perusahaan, informasi yang tersedia untuk investor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi saham sebuah perusahaan tersebut semakin banyak didapat. Dengan demikian perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, dengan melaporkan kondisinya secara lebih akurat. Beberapa alasan diatas dapat mengemukakan bahwa semakin besar perusahaan, maka perusahaan akan cenderung melakukan praktik yang lebih konservatif untuk menjaga eksistensinya dalam menjaga laporan keuangan yang dilihat dari total aset, agar laporan yang diterima oleh perpustakaan.uns.ac.id 30 digilib.uns.ac.id masyarakat akan lebih akurat, dan sebaliknya. Maka dalam penelitian ini digunakan log natural total aset sebagai proksi dari ukuran perusahaan, untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap konservatisma akuntansi. Dari beberapa penelitian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1= Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap konservatisma akuntansi. H. Pengaruh Goncangan Laba terhadap Konservatisma Akuntansi Prediktabilitas laba akuntansi merupakan kemampuan laba akuntansi di masa lalu untuk memprediksi laba akuntansi di masa yang akan datang, dan ditunjukkan dalam variansi goncangan laba akuntansi (variance of earnings shocks) dalam laba akuntansi runtut waktu (Dichec dan Tang, 2008). Laba yang berfluktuatif memiliki daya prediksi yang lebih rendah dari pada laba yang lebih stabil untuk memprediksi aliran kas masa depan. Sehingga laba perusahaan yang menerapkan prinsip akuntansi konservatif akan memiliki daya prediksi yang lebih rendah dari pada laba perusahaan yang menerapkan prinsip akuntansi yang lebih optimis. Semakin besar goncangan laba yang diukur dengan laba runtut tahun berjalan maka perusahaan akan semakin tidak konservatif, dan sebaliknya semakin kecil goncangan laba maka perusahaan akan lebih konservatif karena perusahaan akan lebih berhati-hati dalam memprediksi laba dimasa yang akan datang karena perusahaan menjaga atas ketidakpastian yang perpustakaan.uns.ac.id 31 digilib.uns.ac.id terjadi dimasa yang akan datang. Dengan begitu dengan adanya peningkatan kemampuan prediksi laba akuntansi menyebabkan informasi laba akuntansi berjalan menjadi lebih bermanfaat dalam memprediksi laba akuntansi di masa mendatang sehingga investor menggunakan informasi laba sekarang dalam pengambilan keputusan investasinya dan lebih sensitif terhadap informasi laba. Maka dalam penelitian ini menggunakan goncangan laba sebagai proksi dari prediktibilitas laba sebagai alat ukur untuk mengetahui pengaruh prediktibilitas laba terhadap konservatisma akuntansi. Dari penelitian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2= Prediktibilitas laba berpengaruh terhadap konservatisma akuntansi. I. Pengaruh Leverage terhadap Konservatisma Akuntansi Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban dengan modal sendiri yang dimiliki. Leverage merupakan perbandingan total utang dan total ekuitas. Leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa risiko investasi terhadap perusahaan juga tinggi dan sebaliknya. Leverage ratio akan menunjukkan besarnya pembiayaan perusahaan yang berasal dari utang. Leverage ratio tergolong tinggi jika diatas rata-rata rasio hutang industri yang sama. Apabila perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memenuhi kewajiban akibat banyaknya hutang, diduga akan semakin konservatif karena perusahaan terancam tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pada waktunya, dan akan berusaha menghindari dengan membuat kebijaksanaan yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba (Arlian, 2009). Rasio utang perusahaan yang diatas rata-rata rasio utang industri dapat membahayakan perusahaan, akan lebih mahal perusahaan untuk meminjam dana tambahan tanpa terlebih dahulu meningkatkan modal ekuitas, karena kreditor akan enggan meminjamkan tambahan dana perusahaan dan manajer menghadapi risiko kebangkrutan jika perusahaan meningkatkan rasio utang dengan meminjamkan tambahan dana (Brimingham et al, 1998: 87, dalam Kusumo (2008)). Perusahaan dengan leverage tinggi akibat banyaknya hutang, diduga akan melakukan earning management karena perusahaan yang terancam tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya, akan berusaha menghindari dengan membuat kebijaksanaan yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Apabila leverage tinggi, maka kemampuan perusahaan buruk karena mempunyai tingkat kebangkrutan yang tinggi karena proporsi hutang lebih tinggi dari modal, sehingga investor menilai sebagai sesuatu yang kurang baik. Maka dalam penelitian ini leverage dijadikan sebagai proksi dari risiko kegagalan perusahaan. Dari penelitian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3= Risiko kegagalan perusahaan berpengaruh terhadap konservatisma akuntansi. 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id J. KERANGKA KONSEPTUAL Berdasarkan teori dan Hipotesis yang telah diuraikan sebelumnya, dapat digunakan Prediktabilitas skema Laba, konsep Risiko Pengaruh Kegagalan Ukuran Perusahaan Perusahaan, terhadap Konservatisma Akuntansi. Gambar 1 Kerangka Konseptual Ukuran Perusahaan H1 H2 Konservatisma Akuntansi Prediktabilitas Laba H3 Risiko Kegagalan Perusahaan