Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN A TERHADAP NILAI PERLUKAAN SEKUM WAKTU SPORULASI DAN PRODUKSI OOKISTA Eimeria tenella PADA AYAM ARAB (The Effect of Vitamin A on Caecum Lesion Score Sporulation Time and Oocyst Production of Eimeria tenella on Arab Chicken) TOLIBIN ISKANDAR Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114 ABSTRACT The aim of this experiment was identifield the effects of 25.000 IU Vitamin A mixed with Coxalin on Arab chickens that inoculated by Eimeria tenella. Forty five male Arab chickens were used as experimental animals and were divided into three groups (K1, K2, and K3). All of the animals were inoculated by 10.000 oocyst of four weeks old E. tenella. The control was K1, K2 was treated with Coxalin, and K3 was treated with Coxalin + 25.000 IU Vitamin A. The result of the experiment showed that caecum lesion score and oocyst production of E. tenella were decrease (P<0,01) by treated with Coxalin and or mixed with 25.000 IU of Vitamin A. However, the oocyst production on K2 and K3 were significant different (P<0,05). In this research it was indentitified that the average sporulation of the E. tenella is 20 hours. Key Words: Coxalin, Eimeria tenella, Vitamin A, Arab chicken ABSTRAK Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui efek pemberian Vitamin A dengan dosis 25.000 IU yang pemberiannya setelah diberi Coxalin pada ayam Arab yang diinokulasi oleh Eimeria tenella. Empat puluh lima ekor ayam Arab jantan dibagi tiga kelompok yaitu K1, K2, dan K3. Semua hewan percobaan diinokulasi masing-masing 10.000 ookista E. tenella pada ayam umur 4 minggu yang bebas koksidia. Ayam-ayam K1 diberi ookista dan ayam-ayam K2 diberi ookista dan Coxalin sedangkan ayam-ayam K3 diberi ookista dan Coxalin juga + Vitamin A 25.000 IU. Hasil pengamatan pada skor kerusakan sekum sangat berbeda antara yang diberi Coxalin + Vitamin A dengan kelompok yang lainnya (P<0,01). Demikian pula jumlah produksi ookista berbeda nyata antara K3 dengan K1 dan K2 (P<0,05). Pada penelitian ini waktu sporulasi E. tenella adalah 20 jam. Kata Kunci: Coxalin, Eimeria tenella, Vitamin A, Ayam Arab PENDAHULUAN Peternak ayam buras (bukan ras) kebanyakan memusatkan perhatiannya pada penanggulangan penyakit ND (New Castle Disease) dan AI (Avian Influenza) dengan cara memberikan vaksinasi secara rutin. Ayam buras yang dipelihara secara tradisional ini (dilepas bebas) akan mudah terjangkiti berbagai penyakit. Salah satunya koksidiosis penyebabnya yaitu protozoa dari genus Eimeria, parasit ini terdapat di seluruh dunia, tetapi lebih banyak ditemukan di negeri beriiklim panas seperti di Indonesia (SUPRIHATI, 1987). Penyakit ini menurut YAHYA (1991) bisa mencapai angka morbiditas dan mortalitas antara 80% hingga 90%. Kerugian akibat penyakit ini di samping menimbulkan kematian, juga mengakibatkan penurunan bobot hidup, masa bertelur terlambat, penurunan produksi telur, dan penurunan efisiensi pakan. Penyakit koksidiosis pada ayam buras prevalensinya bervariasi di Kabupaten Ciamis, Bekasi, Subang, dan Sukabumi Propinsi Jawa Barat berkisar antara 3-64% (ISKANDAR et al., 2000). Menurut RETNO et al. (1994) menyatakan kejadian infeksi campuran pada ayam ras 1041 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 sebesar 60%, ayam buras 42,5% sedangkan infeksi tunggal pada ayam ras 40% dan ayam buras 57,5% di Sidoarjo Propinsi Jawa Timur. Demikian pula ayam Arab di Malang Provinsi Jawa Timur (disebut ayam Dablo) banyak di ternakan di kota maupun di pedesaan. Pemeliharaannya ada yang bersifat intensif dan ada pula yang semi intensif seperti memelihara ayam buras. Sesuai yang dilaporkan NATAAMIJAYA et al. (2003) ayam Arab masih dipelihara secara tradisional dimana ayam dibiarkan berkeliaran di sekitar pekarangan rumah. Salah satu kendala dalam memelihara ayam tersebut yaitu penyakit koksidiosis. SING dan DONOVAN (1973) menyatakan bahwa ayam yang terinfeksi oleh koksidia ada hubungannya dengan kebutuhan vitamin A. Kebutuhan vitamin A lebih meningkat pada ayam-ayam yang diinfeksi koksidia daripada ayam yang tidak diinfeksi koksidia. Hal ini disebabkan koksidia tidak saja merusak mikrovili epitel usus yang secara langsung mengakibatkan penurunan daya absorpsi vitamin A, namun juga merusak vitamin A itu sendiri. Fungsi vitamin A antara lain untuk mempertahankan keutuhan sel-sel epitel saluran pencernaan. Pada waktu ayam terserang koksidiosis yang hebat, maka perlu cadangan vitamin A di dalam hati untuk memelihara struktur seluler yang normal dari membran mukosa (DANIEL, 1992). Tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pemberian vitamin A dan tanpa pemberian vitamin A pada ayam Arab yang diinfeksi E. tenella. Kemudian diobati Coxalin yang mengandung Sulfakuinoksalin, dengan melihat nilai perlukaan sekum waktu sporulasi dan produksi ookista dari masing-masing perlakuan. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di laboratorium Parasitologi Balai Penelitian Veteriner Bogor dan di Epidemiologi, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam Arab (ayam Dablo) jantan, pakan ayam tanpa koksidiostat, ookista E. tenella, larutan kalium bikromat 2,5%, desinfektan, alkohol 70%, gula Sheater, dan aquades steril. 1042 Ookista yang digunakan sebagai bahan inokulasi adalah E. tenella galur lokal dari ayam-ayam yang terinfeksi di daerah Malang, Lumajang, dan Jember, Jawa Timur. Isi sekum-sekum yang mengandung ookista E. tenella diletakkan dalam lumpang porselin (mortar), diberi aquades secukupnya kemudian digerus dan dihaluskan secara perlahan-lahan agar tidak merusak ookista. Kemudian disaring dengan saringan 25 µm. Hasil saringan disimpan/endapan pada cawan petri dan diberi larutan kaium bikromat 2,5% secukupnya pada temperatur kamar, diamati sampai ookista bersporulasi kemudian dikoleksi, baru diinokulasikan. Peralatan menggunakan kandang dari bambu ukuran 200 x 80 x 50 cm. Ayam dipelihara dari umur 1 hari sampai 4 minggu (masih mengandung maternal antibodi). Pada hari ke-28 (ayam sensitif koksidiosis), ayamayam sebanyak 45 ekor jenis kelamin jantan dipindahkan ke kandang sistem baterry secara acak yang dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok I sebagai kontrol (K1), ayam diinokulasi 10.000 ookista E. tenella tanpa pengobatan. Kelompok II (K2) diinokulasi dengan 10.000 ookista E. tenella dan diobati Coxalin (dosis terapi). Kelompok III (K3) diinokulasi 10.000 ookista E. tenella diterapi dengan Coxalin dan diberi vitamin A seminggu sebelum diinokulasi sampai hari ke-7 pascainokulasi secara i.m. dengan dosis 25.000 IU. Inokulasi E. tenella dilakukan satu kali pada saat ayam berumur 28 hari yang diberikan secara per oral. Pemberian vitamin A secara injeksi pada saat ayam umur 21 hari, sedangkan Coxalin diberikan pada hari ke-2 setelah inokulasi ookista dengan metode 3-2-3. Semua kelompok ayam dipotong pada hari ke8 pasca-inokulasi. Waktu sporulasi ookista dihitung dari masing-masing isi sekum per kelompok pada suhu 28ºC dan kelembaban 60%. Peubah yang diamati adalah nilai perlukaan sekum dan penghitungan produksi ookista setiap gram isi sekum. Penilaian skor perlukaan terhadap koksidiosis sekum dengan cara JOHNSON dan REID (1970). Hasil pengamatan di analisis secara statistik, untuk uji perlukaan skor sekum antara perlakuan dengan uji Kruskal Wallis, tingkat kerusakan sekum diperoleh berdasarkan kriteria skor. Sementara itu, untuk mengetahui Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 perbedaan produksi ookista diantara perlakuan dengan analisis varian (uji F) dan masa sporulasi ookista (STEEL dan TORRIE, 1991). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan penilaian skor perlukaan sekum ayam Arab dari ketiga perlakuan tertera pada Tabel 1, sedangkan produksi ookista sekum (opg) pada Tabel2. Tabel 1. Rataan dan simpangan baku perlukaan sekum ayam Arab skor Perlakuan K1 K2 K3 Rataan skor sekum a 3,7 2,1 b 1,1c Simpangan baku 0,7 0,4 0,2 Rataan pada baris yang sama diikuti superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) K1 = Kelompok kontrol diinokulasi 10.000 ookista E. tenella tanpa obat K2 = Kelompok diinokulasi 10.000 ookista E. tenella diobati Coxalin K3 = Diinokulasi 10.000 ookista E. tenella diberi Coxalin dan vitamin A Hasil pengamatan nilai skor perlukaan sekum antara perlakuan pada kelompok satu, dua dan tiga menunjukkan perbedaan yang sangat nyata secara makroskopis. Hal ini berarti ada manfaat pemberian vitamin A dosis 25.000 IU yang diberikan bersama-sama dengan koksidiostat Coxalin (3-2-3) dosis pengobatan pada ayam Arab yang menderita koksidiosis sekum. Pemberian vitamin A secara oral dalam pakan atau air minum ada pakan dan air minum yang tersisa. Aplikasi i.m. vitamin A akan terdeposit di hati lebih cepat (SING dan DONOVAN, 1973). Rataan perlukaan di sekum pada perlakuan satu (K1) sebesar 3,7 dan rataan K2 sebesar 2,1 sedangkan rataan perlukaan sekum K3 sebesar 1,1. Pada perlakuan satu (K1) yang diinokulasi 10.000 ookista E. tenella menunjukkan skor yang paling parah (+4) dan 2 ekor diantaranya mati. Terlihat sekum sangat membesar dengan dinding yang merentang, isi sekum terdiri dari darah yang membeku. Ada beberapa yang mengalami proses perkapuran, isi sekum yang berupa tinja sangat sedikit seperti pada Gambar 1. Sedangkan pada Gambar 2 yaitu perubahan histopatologis sekum yang terinfeksi E. tenella. Hal ini disebabkan karena pada kelompok tersebut tidak diberikan pengobatan sehingga tingkat kerusakan sekum semakin parah, juga dihitung jumlah ookista pada kerokan mukosa sekum. Perubahan patologi anatomi ayam Arab pada perlakuan ke-2, menunjukkan skor yang paling tinggi sebesar +3 yaitu sekum berisi darah yang setengah membeku, dinding sekum sangat menebal dan ada titik perdarahan, sedikit didapatkan tinja. Pada perlakuan tersebut ayam diobati koksidiostat (Coxalin) yang mengandung Sulfakuinoksalin dosis pengobatan. Menurut JONES (1977) cara kerja Sulfakuinoksalin menekan seluruh stadium skizogoni dan gametogoni dari siklus hidup E. tenella yaitu menyebabkan degenerasi stadium aseksual. Puncak aktivitas Sulfakuinoksalin adalah pada schizont generasi ke-2 yaitu mengadakan hambatan secara kompetitif dengan PABA atau asam folat yang penting untuk pembuatan sejumlah besar bahan inti selama pembentukan schizont generasi ke-2. Tabel 2. Rataan dan simpangan baku produksi ookista per gram (opg) isi sekum Perlakuan K1 Rataan produksi opg Simpangan baku 276.408,78 2.843,27 K2 b 37.476,47 1.387,45 K3 a 12.472,21a 857,43 Rataan pada baris yang sama diikuti superkrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). K1 = Kelompok kontrol diinokulasi 10.000 ookista E. tenella tanpa obat K2 = Kelompok diinokulasi 10.000 ookista E. tenella diberi Coxalin K3 = Diinokulasi 10.000 ookista E. tenella diberi Coxalin dan vitamin A 1043 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 Gambar 1. Tingkat kerusakan sekum paling parah (+4) Melihat tingkat kerusakan sekum yang masih tergolong parah disebabkan penggunaan koksidiostat dosis terapeutik masih kurang efektif, sehingga perlu dikombinasi dengan obat lain. Setiap spesies Eimeria berbeda kepekaannya terhadap antikoksidia (RUFF 1977 yang dikutip SUPRIHATI 1987. Penggunaan Sulfakuinoksalin dosis pengobatan ditujukan untuk semua spesies Eimeria, sehingga berdasarkan pendapat tersebut di atas mungkin pengobatan dengan Sulfakuinoksalin dosis terapeutik kurang efektif untuk E. tenella. Berdasarkan pengamatan di lapang para peternak memberikan takaran obat yang tidak memadai dalam menentukan takaran obat melalui air minum ayam, serta kurangnya pengetahuan akan dampak negatif obat. Sehingga pemberian obat yang kurang teliti bila berlangsung lama dapat menimbulkan resistensi Eimeria terhadap obat. Faktor lain menurut CUCKLER (1975 yang dikutip YUNUS et al. 1997) yang berpengaruh terhadap efektivitas obat antara lain: galur dan virulensi koksidia, kepekaan induk semang, cuaca, manajemen dan sanitasi lingkungan. E. tenella termasuk galur yang paling patogen dibandingkan dengan galur lain, sedangkan efektivitas obat dipengaruhi oleh virulensi Eimeria. Pada kelompok tiga selain diberi Coxalin juga dikombinasi dengan pemberian vitamin A 1044 25.000 IU menunjukkan skor perlukaan terbanyak +1 (9 ekor dari 15 ekor ayam) yaitu pada dinding dan isi sekum terlihat normal. Sedangkan kerusakan yang agak parah +2 hanya seekor, juga dihitung jumlah ookista pada kerokan mukosa sekum menurut GOODWIN et al. (1998). Hasil pengamatan kelompok 3 yaitu dengan penambahan vitamin A dosis 25.000 IU yang diberikan satu minggu sebelum diinfeksi sampai hari ketujuh pasca infeksi ternyata dapat membantu proses penyembuhan dengan memperlihatkan skor perlukaan pada sekum yang ringan. Hal ini karena vitamin A berperan dalam proses epitelisasi, merangsang produksi mukus dan menghambat keratinasi. Selain itu vitamin A berperan dalam proses pembentukan pertahanan tubuh terhadap infeksi penyakit dengan cara memelihara keutuhan sel-sel epitel pada saluran pernafasan dan pencernaan. Oleh sebab itu apabila tejadi kekurangan vitamin A akan menyebabkan gangguan pertumbuhan. Hal ini sesuai yang dilaporkan SING dan DONOVAN (1973) bahwa ayam yang diinfeksi koksidia kebutuhan vitamin A lebih banyak dari pada ayam yang tidak diinfeksi, karena jumlah vitamin A yang ada dalam darah dan hati lebih rendah pada ayam yang diinfeksi sehingga kejadian koksidiosis akan lebih parah. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 Gambar 2. Banyak merozoit-merozoit pada sel epitel sekum lensi Eimeria Sementara itu, hasil pengamatan produksi ookista seperti Gambar 3. Setelah dianalisis secara statistik antara perlakuan kedua dan ketiga berbeda nyata (P<0,05). Ini berarti ada perbedaan dari jumlah ookista yang keluar bersama tinja (feses) dari ke tiga perlakuan. Dengan pemberian koksidiostat (coxalin) dan pemberian coxalin di tambah vitamin A jumlah ookista yang diproduksi relatif sedikit dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan 3 karena mendapat vitamin A dan koksidiostat jumlah ookista yang diproduksi paling sedikit. Hal ini karena bentuk skizon banyak yang mati ditandai ookista gagal bersporulasi, meskipun kalau dilihat hasil rataan menunjukkan penurunan jumlah ookista. Sesuai yang dilaporkan DANIEL (1992) bahwa pemberian vitamin A 30.000 IU bersama koksidiostat pada ayam yang diinfeksi E. tenella secara mikroskopis (histopatoligi) pada sekumnya tidak memperlihatkan sel-sel radang maupun perdarahan tetapi terjadi pembentukan epitel (proses epitelisasi). Hal ini menunjukkan terjadi proses penyembuhan yang lebih baik. Gambaran bentuk ookista yang bersporulai seperti pada Gambar 3. Gambar 3. Ookista E. tenella yang bersporulasi 1045 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 Dilihat dari cara kerja vitamin A terutama dalam proses epitelisasi, bukan penghambatan siklus hidup Eimeria, sehingga masih memungkinkan dihasilkan stadium ookista pada perlakuan ketiga Sheather’s sugar flotation technique (LEVINE, 1985), kemudian disaring dan ditampung di ember plastik. Pekerjaan ini diulang 2-3 kali sampai supernatan jernih, lapisan permukaan dituangkan ke cawan petri kemudian dicampur kalium bikhromat 2,5% dan di sporulasikan pada suhu kamar. Hasil sporulasi tertera pada Tabel 1, 2 dan 3. Kegunaan mengetahui waktu sporulasi koksidia erat kaitannya penanggulangan koksidiosis dengan menggunakan koksidiostat atau pengobatan. Tabel 4. Lamanya waktu sporulasi kelompok 2 yang diberi coxalin Kode ayam Waktu sporulasi (jam) 22 22 23 18 25 20 27 17 30 23 21 19 Waktu sporulasi (jam) 24 20 20 20 13 19 Rataan 19,5 14 21 Simpangan baku 2,1 15 20 06 18 07 22 08 21 Kode ayam Waktu sporulasi (jam) 09 17 31 20 Rataan 19,8 33 19 Simpangan baku 1,6 34 23 35 17 37 22 39 21 40 20 43 19 Rataan 20,1 Simpangan baku 1,8 Tabel 3. Lamanya waktu koksidiostat (kontrol) Kode ayam 11 sporulasi tanpa Pada Tabel 3 kelompok kontrol dari 15 ekor ayam ada 2 ekor mati dan 8 ekor dibunuh menunjukkan waktu sporulasi rataan 19,8 jam dengan simpangan baku 1,6 jam. Pada Tabel 4 kelompok ayam yang diberi koksidiostat (coxalin) selama penelitian tidak ada yang mati, kemudian 8 ekor ayam dibunuh pengamatan waktu sporulasi rataan 19,5 jam dengan simpangan baku 2,1 jam. Sementara itu, kelompok ayam yang diberi coxalin dan vitamin A selama percobaan tidak ada yang mati, kemudian hewan dibunuh, hasil pengamatan waktu sporulasi E. tenella rataan 20,1 jam, dengan simpangan baku 1,8 jam. Rataan total 19,8 jam dibulatkan menjadi 20 jam dengan simpangan baku total 1,8 jam dibulatkan menjadi 2 jam. Ada perbedaan dengan yang dilaporkan CALNEK et al. (1991) bahwa waktu sporulasi E. tenella adalah 18 jam. Perbedaan ini bisa terjadi karena pengaruh suhu, tersedianya oksigen dan kelembaman. 1046 17 Tabel 5. Lamanya waktu sporulasi kelompok 3 diberi coxalin dan vitamin A KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat pemberian vitamin A dosis 25.000 IU selama 14 hari bersama Coxalin dapat menurunkan nilai perlukaan sekum. Hal ini berarti ada proses penyembuhan yang baik, sedangkan terhadap produksi ookista berpengaruh sangat nyata dengan waktu sporulasi E. tenella rataan 20 jam. Koksidiostat dalam pakan tidak Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 ditimbang, pakan dibatasi sesuai dengan umur, pakan sisa di setiap perlakuan sedikit sekali. Disarankan untuk mengurangi kerugian yang lebih besar maka perlu penambahan vitamin A dalam pakan terutama apabila terjadi wabah koksidiosis. Perlu diteliti lebih lanjut tentang produktivitas ayam setelah pemberian vitamin A dosis 250.000 IU bersama koksidiostat. DAFTAR PUSTAKA CALNEK, B.W., H.J. BARNES, C.W. BEARD, W.M. REID and H.W. YODER. 1991.Diseases of Poultry 9th Ed. Iowa State University Press. Ames. Iowa. USA. GOODWIN, M.A., J. BROWN and D.I. BOUNOUS. 1998. Use of microscopic lesion scores and oocyst count score to detect Eimeria maxima in chickens. Avian Pathology 2: 405–408. ISKANDAR, T., T.S. DIDIK dan A. KOSWADI. 2000. Isolasi berbagai Parasit dalam Saluran Pencernaan ayam Buras pada Litter di beberapa Kabupaten di Jawa Barat. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 30 September–1 Oktober 2000. Puslitbang Peternakan. hlm. 394–397. JOHNSON, J. and W.M. REID. 1970. Anticoccidial Drugs: Lesion Scoring Techniques in Battery and Floor-Pen Experiment with Chickens. Exp. Parasitol. 28: 30–36. JONES, M.L. 1977. Veterinary Pharmacology and Theurapeutic. 4th Ed. Oxford & IBH Publishing Co. New Delhi, Bombay, Calcuta. pp. 894–909. LEVINE, N.D. 1985. Veterinary Protozoology 5th. Ed. Iowa State University Press Iowa. Ames. USA. NATAAMIJAYA, A.G., A.R. SETIOKO, B. BRAHMANTIYO dan K. DWIYANTO. 2003. Performans dan karakteristik tiga galur ayam lokal (Pelung, Arab dan Sentul). Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner Bogor, 29–30 September 2003. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 353–359. RETNO, D.N., I.K.D. PUTRA, dan N. SIANITA 1994. Inventaris jenis-jenis Eimeria penyebab koksidiosis pada ayam ras dan buras di daerah Sidoarjo Jawa Timur. Med. Kedokteran Hewan 10: 8–13. SING, S.P. and G.A. DONOVAN. 1973. A Relationship between Coccidiosis and Dietary Vitamin A Level in Chickens. Poult. Sci. 52: 1295–1301. SUPRIHATI, E. 1987. Pengaruh Pemberian Sulfakuinoksalin terhadap Kemampuan Produksi, Sporulasi, dan Infektifitas Oosit Eimeria Tenella. Tesis. Fakultas Pascasarjana Universitas Airlangga. STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. Diterjemahkan oleh BAMBANG SUMANTRI. PT Gramedia, Jakarta. hlm. 168– 177. YAHYA, Y. 1991. Penyakit-penyakit Penting pada Ayam. PT Gramedia, Jakarta. YUNUS, M., N.D.R. LASTUTI, S. MUMPUNI, M.A. SUNARSO dan S. RIADI. 1997. Pengaruh Furazolidon terhadap Nilai Perlukaan Sekum dan Produksi Ookista Eimeria Tenella pada Ayam Pedaging. Med. Kedokteran Hewan 13(2): 113–119. 1047 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 DISKUSI Pertanyaan: 1. Mengapa Bapak menggunakan Coxalin sebagai obat koksidiosis? Mengapa menggunakan ayam Arab dan bukan ayam pedaging (broiler) dan mengapa ayam yang digunakan berumur 4 minggu? 2. Mengapa coxalin dapat mempengaruhi efek perlukaan usus oleh koksidia E. tenella? 3. Bagaimana menentukan scoring perlukaan sekum? 4. Berapa lama pemberian vitamin A, dan apakah ada indikasi kerusakan pada hati? Jawaban: 1. Coxalin merupakan salah satu antikoksidia yang banyak beredar dan dipergunakan peternak. Penelitian ini dilakukan di Malang dimana peternak kecil banyak memelihara ayam Arab dan ayam aArab memiliki sifat seperti ayam buras. Ayam yang dipergunakan berumur dibawah 4 minggu karena masih memiliki maternal antibody. 2. Coxalin mengandung sulfaaquinonxalin yang bersifat sebagai antikoksidia dan E. tenella merusak epithel sekum pada ayam. 3. Dilakukan dengan melihat derajat perlukaan pada sekum secara PA (patologi-anatomi). Skor kerusakan berkisar dari 0 (tidak terdapat kelainan/kersakan) sampai 4 (rusak parah). 4. Satu minggu setelah inokulasi dan tidak ditemukan adanya indikasi kerusakan hati. 1048