BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Tingkat keberhasilan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dapat ditentukan berdasarkan pengukuran terhadap segi kepesertaan, pelayanan dan pembiayaan berdasarkan indikator evaluasi. Berdasarkan kerangka penelitian yang berfokus pada evaluasi formatif program JKN, maka dapat disimpulkan: I. Kepesertaan Tabel 6.1. Tingkat Keberhasilan Kepesertaan JKN Indikator Kepesertaan JKN Tingkat Efektivitas Kecukupan √ √ Pemerataan Responsivitas Ketepatan Keberhasilan Berhasil Tidak √ √ √ BPJS Kesehatan dan pihak-pihak terkait sudah efektif dalam menghimpun jumlah peserta namun memiliki tantangan dalam menghimpun peserta dari golongan informal. Respon BPJS Kesehatan terhadap keluhan medis dan non medis peserta masih lambat dan tidak jelas tindak lanjutnya.Ketidaktepatan peserta terjadi karena belum dilakukan pembaharuan data dari tahun 2013. Dalam hal kebijakan tidak dilaksanakan secara efektif sehingga berpengaruh terhadap target peserta secara kualitas, yakni sektor swasta yang menginginkan CoB dan masyarakat yang bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) belum terpayungi dan secara hukum. Selain 141 itu, konsistensi peserta dalam membayar iuran masih belum berhasil ditangani secara tegas, sehingga belum mencapai kegotongroyongan yang merata dan adil. II. Pelayanan JKN Tabel 6.2. Tingkat Keberhasilan Pelayanan JKN Tingkat Keberhasilan Indikator Pelayanan JKN Efektivitas Berhasil Tidak Kecukupan Pemerataan Responsivitas √ Ketepatan √ √ √ √ Sistem rujukan belum terlaksana secara maksimal karena adanya keterbatasan pengetahuan berbagai pihak sehingga terjadi penumpukan pasien di FKTL dan terdapat kasus kesalahan rujukan. Untuk kecukupan fasilitas dikatakan baik namun tidak terdistribusi secara merata. Keberhasilan dalam hal pelayanan tercermin dari jumlah kasus yang sudah tertangani dengan tindakan operasi besar dengan biaya yang besar pula. Namun, terdapat tindakan tidak sesuai prosedur pelayanan oleh rumah sakit dengan alasan pembiayaan tidak maksimal sehingga merugikan pasien. III. Pembiayaan JKN Tabel 6.3. Tingkat Keberhasilan Pembiayaan JKN Tingkat Keberhasilan Berhasil Tidak Indikator Pembiayaan JKN Efektivitas Kecukupan √ √ Pemerataan Responsivitas √ √ Ketepatan √ 142 Pemerintah dalam mengalokasikan dana kesehatan masih minim dan belum menyelesaikan persoalan piutang pemerintah daerah secara tegas dan jelas. Hingga saat ini iuran yang dikeluarkan BPJS Kesehatan lebih besar dari iuran yang masuk. Tindakan klaim dari rumah sakit dan tindakan pribadi masyarakat yang tergolong tidak sesuai prosedur menambah beban pembiayaan JKN. Selain itu, ketidaktepatan sasaran dan data yang tidak update dalam pendataan PBI memboroskan pembiayaan untuk peserta PBI yang tidak tepat. Wacana kenaikan iuran pada tahun 2016 dapat dikatakan bentuk responsivitas terhadap permasalahan pembiayaan kepada fasilitas kesehatan dan defisit keuangan BPJS Kesehatan. 6.2. Saran Berdasarkan hasil kajian dan penelusuran data sekunder terkait implementasi program JKN yang telah dilakukan, maka penulis memberikan beberapa saran, antara lain: 1. Mempertahankan mekanisme dan kinerja BPJS Kesehatan dalam menghimpun peserta yang telah berhasil mencapai target. 2. BPJS Kesehatan harus memperbaiki sistem pengawasan dan penegakan regulasi di lapangan. Selain itu, perlu menggalakkan pelayanan kesehatan promotif dan preventif sehingga dapat menekan perilaku aji mumpung dan mendorong masyarakat berpola hidup sehat. 3. Memperjelas arah kebijakan terkait Coordination of Benefit, sehingga mampu menarik minat pihak swasta untuk menjadi peserta dalam gotong royong yang luas dan adil. 143 4. Melakukan review utilisasi pelayanan kesehatan di FKTP untuk mengendalikan pelayanan kesehatan sehingga seimbang dan tepat guna. Hal ini mampu menekan angka kesalahan rujukan. 5. Memaksimalkan sistem pembiayaan manage care sehingga mengefisiensikan dana dan mempertahankan keberhasilan BPJS Kesehatan dalam mengurangi peredaran obat palsu di masyarakat. 6. Berkoordinasi secara efektif dengan pihak terkait data untuk memperbaharui dan memvalidasi data peserta PBI JKN untuk menekan angka ketidaktepatan dalam pembiayaan JKN. 7. Meningkatkan serta mendistribusikan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan dan mengoptimalkan sistem penanganan keluhan peserta, baik layanan medis maupun layanan non medis. 8. Merevisi tariff pembiayaan fasilitas kesehatan dan melibatkan asosiasi fasilitas kesehatan untuk musyawarah mufakat. Sehingga tariff dirasa dapat menutupi biaya produksi rumah sakit dan mampu menarik minat rumah sakit swasta untuk bergabung sebagai fasilitas kesehatan BPJS Kesehatan. 9. Melakukan penelitian evaluasi program JKN terkait rumusan pembiayaan dan kenaikan iuran yang tepat. Karena pembiayaan yang mumpuni kepada fasilitas kesehatan akan mendorong pelayanan kesehatan yang baik. Untuk itu semua pihak bertanggung jawab untuk memberikan data yang benar sehingga hasil penelitian akan relevan dalam mendasari lahirnya sebuah revisi kebijakan. 144