Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hakikat Belajar
2.1.1.Pengertian Belajar
Belajar merupakan kebutuhan manusia dari sejak lahir sampai dengan
akhir kahayat. Belajar tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia,
karena setiap individu dapat belajar dan memperoleh pembelajaran kapanpun
dan dimana pun manusia itu berada belajar sudah menjadi kebutuhan . secara,
sederhana Robbins (Triatno, 2009:15) mendifinisikan “belajar sebagai proses
menciptakan hubungan antara suatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan
sesuatu (pengetahuan) yang baru”. Jadi dalam makna belajar, disini merupakan
keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.
Pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang dikemukakan oleh
Brunner (Trianto, 2009;15) bahwa “belajar adalah suatu proses aktif dimana
siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada
pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya”.
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang
terjadi melalui pengelaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak
lahir bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan
perkembangannya sangat erat kaitannya.
Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik yang disengaja maupun
tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu
perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan
perilaku yang berupa pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan kebiasaan
yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi
antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajar. Jadi, belajar disini
diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap da dari belum tahu, dari tdak
paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil menjadi terampil
7
8
dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi
lingkungan maupun individu itu sendiri.
Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 tahun 2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”
Rusman (2008:138) menyebutkan “belajar pada hakekatnya adalah proses
interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu.” Belajar dapat
dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat
melalui
berbagai
pengalaman.
Menurut
Sudjana
(Rusman,
2008:138)
mengatakan “belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami
sesuatu.’
Di dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dilakukan oleh
dua orang pelaku, yaitu guru dan peserta didik. Perilaku guru dalam mengajar
dan perilaku guru dalam mengajar dan perilaku siswa dalam belajar. Perilaku
mengajar dan perilaku belajar tersebut memiliki keterkaitan dengan bahan
pembelajaran. Hubungan antara guru, peserta didik dan bahan pembelajaran
bersifat dinamis dan kompleks. Untuk dapat mencapai keberhasilan dalam suatu
kegiatan pembelajaran, terdapat komponen yang dapat menunjang proses
tersebut yaitu tujuan, materi, strategi belajar mengajar dan evaluasi. Masingmasing komponen tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara
suatu dengan yang lain.
2.1.2. Tipe Belajar
Setiap orang mempunyai tipe belajar yang berbeda-beda, ada orang yang
dengan mudah menerima informasi baru dengan mendengarkan langsung, ada
juga yang cukup hanya dengan menulis dan ada yang harus mendemostrasikan
aktivitasnya. Seorang pendidik sangat penting sekali untuk mengenali tipe
belajar tersebut. Karena setiap peserta didik mempunyai tipe belajar yang
berbeda-beda.
DePorter (2002:168) mengatakan terdapat tiga Tipe Belajar pada manusia
yaitu Tipe Visual, Tipe Auditorial, dan Tipe Kinestik.
9
a.
Tipe Visual
Orang dengan tipe belajar visual biasa yang lebih menyukai belajar atau
pun menerima suatu informasi dengan melihat atau membaca. Orang yang
memiliki tipe belajar visual cenderung lebih mudah menyerap, mengatur dan
mengelolah suatu informasi melalui indera penglihatan (melihat). Adapun ciriciri yang lain adalah:
1)
Mudah mengingat apa yang dilihat.
2)
Lebih senang membaca sendiri.
3)
Dapat membaca cepat.
4)
Dapat membayangkan kata-kata.
5)
Tidak terganggu oleh suara.
6)
Berpenampilan rapi.
7)
Menyukai mendemostrasikan daripada menjelaskan.
8)
Kebiasaan mencoret-coret.
9)
Menyukai seni yang tidak berhubungan dengan musik
Peserta didik dengan tipe belajar visual belajar terbaik saat mereka mulai
dengan “gambaran keseluruhan”, melakukan tinjuan umum mengenai bahan
pelajaran akan sangat membantu.
b.
Tipe Auditorial
Orang dengantpe belajar Auditorial ini cenderung belajar atau menerima
suatu informasi dengan mendengarkan atau secara lisan. Adapun ciri-ciri yang
lain adalah:
1)
Lebih senang belajar dengan mendengarkan
2)
Mudah mengingat yang diterangkan daripada melihat
3)
Membaca dengan bersuara
4)
Mudah terganggu oleh suara berisik
5)
Biasanya pembicara ulung
6)
Senang berbicara dan berdiskusi
7)
Lebih menyukai musik
Peserta didik dengan tipe belajar Auditorial lebih suka merekam pada
kaset dari pada mencatat, karena mereka lebih suka mendengar informasi secara
10
berulang-ulang. Mereka mungkin mengulang sendiri dengan keras apa yang
anda katakan. Mereka tentu saja menyimak, hanya saja mereka suka untuk
mendengarkannya lagi (DePorter. 2002:168).
c.
Tipe Kinestik
Orang dengan tipe belajar Kinestik lebih menyukai belajar atau menerima
suati informasi dengan melalui gerakan atau sentuhan. Adapun ciri-ciri yang
lain adalah:
1)
Tidak bisa diam saat belajar.
2)
Tidak bisa dapat duduk diam dalam jangka waktu yang lama.
3)
Mendekati orang yang diajak bicara.
4)
Menggunakan jari sebagai petunjuk.
5)
Suka menyentuh orang saat bicara.
6)
Sulit mengingat tempat bila belum pernah kesana.
7)
Menyukai bahasa isyarat.
8)
Menyukai seni tari
Pelajar-pelajar ini menyukai proyek terapan. Para pelajar kinestetik lebih
menyukai belajar melalui gerakan, dan paling baik menghafal informasi dengan
mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta (DePorter. 2002:168).
2.2. Pengertian dan Karakteristik Mind Mapping
2.2.1. Pengertian Mind Mapping
Teknik mencatat peta pikiran (Mind Mapping) merupakan salah satu
teknik mencatat yang dikembangkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an
dengan mendasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak dengan topik
utama di tengah dan subtopik dengan rinciannya diletakan. Teknik mencatat
peta pikiran dirancang berdasarkan bagaimana otak memproses informasi. Otak
mengambil informasi dari berbagai tanda baik itu gambar, bunyi, aroma,
pikiran,
maupun
perasaan. Saat
mengingat
informasi,
otak
biasanya
melakukannua dalam bentuk gambar warna-warni, simbol, bunyi, perasaan dan
lain-lain. Peta pikiran menirukan cara kerja otak tersebut. Peta pikiran merekam
seluruh informasi melaluis simbol, gambar, kata dan warna. Catatan yang
dihasilkan menggambarkan pola gagasan yang saling berkaitan pada cabang-
11
cabangnya. Oleh karena itu, catatan dalam bentuk peta pikiran memungkinkan
otak memahami ulang gagasan dalam wacana secara utuh dan menyeluruh.
Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi.
Hasil penilitian menunjukan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam
kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel
saraf yang bercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti
cabang-cabang pohon.
Dari fakta tersebut dapat disimpulkan apabila kita menyimpan informasi
seperti cara kerja otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar akan semakin
mudah. Dalam peta pikiran, kita dapat melihat hubungan antara suatu ide
dengan ide lainnya dengan tetap memahami konteksnya. Ini sangat
memudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu informasi.
Otak manusia terdiri dari dua belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan
(right hemisphare) yang disambung oleh segumpul serabut yang disebut corpuss
callosum. Menurut Suyanto (2009:93) menyatakan bahwa:
Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis,
linear, saintifik seperti membaca, bahasa dan berhitung. Sedangkan belahan
otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas, kedua
belahan otak tersebut memiliki fungsi, tugas, dan rtespons yang berbeda dan
harus tumbuh dalam keseimbangan
“Mind Mapping atau Peta pikiran adalah motode mencatat kreatif yang
dapat memudahkan kita dalam mengingat banyak informasi (Bobby DePorter,
2004:175). Peta pikiran merupakan perjalanan yang hebat bagi ingatan, dengan
memberi kemudahan kepada kita dalam mengatur segala fakta dan hasil
pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak akan
dilibatkan dari awal. Herdian (2009: 80) menyebutkan bahwa:
Mind Mapping merupakan teknik penyusun catatan demi membantu siswa
menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan
kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan Mind Mapping siswa dapat
meningkatkan daya ingat hingga 78%.
12
Mind Mapping merupakan peta rute bagi ingatan, memungkinkan kita
untuk menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga arah kerja alami
otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah
dan lebih bisa diandalkan dari pada menggunakan teknik pencatatan secara
tradisioanal. Menurut Hernowo (Sri, 2009:24) menggemukakan bahwa:
Peta pikiran merupakan alat berpikir yang sangat efektif karena memberi
peluang kepada kita untuk membuat garis besar tentang berbagai gagasan pokok
dan menyebabkan kita melihat secara jelas dan cepat bagaimana berbagai
gagasan tadi saling berhubungan dan berkaitan.
Dengan menggunakan Mind Mappingi daftar informasi yang panjang
dapat dipetakan secara sederhana dan menarik karena dilengkapi dengan warnawarni yang teratus, mudah diingat dan bekerja selaras dengan otak kita. Prinsip
dari Mind Mapping adalah:
a.
Sinergis
Sinergis artinya penggunaan secara seimbang. Sebenarnya otak bekerja
secara sinergis di dalam sebuah sistem sinergis. Keseluruhan adalah lebih besar
daripada jumlah bagian-bagiannya. Secara singkat pelatihan salah satu otak akan
meningkatkan kemampuan otak yang lain bila digunakan secara seimbang.
b.
Pengualangan
Mind Mapping sangat baik membantu siswa untu mengingat dan
berimajinasi, tetapi yang terpenting dari Mind Mapping adalah seberapa penting
kita mengkaji ulang materi yang telah kita ketahui. Rumus pengulangan
menurut Toni Buzan (2008:125) antara lain:
1)
Tepat setelah pertama kali mempelajari.
2)
Satu hari setelah mempelajarinya
3)
Satu minggu setelah mempelajarinya.
4)
Satu bulan setelah mempelajarinya.
5)
Tiga sampai Enam bulan setelah mempelajarinya.
Mind Mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang
sudah ada, sehingga menimbulak adanya tindakan spesifik yang dilakukan oleh
siswa. Dengan penggunaan warna dan simbol-simbol yang menarik akan
13
menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan
pekiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam
belajar. Menurut DePorter dikatakan bahwa:
Peta pikiran merupakan pendekatan kesuluruhan otak yang akan membuat
siapapun mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halamn.
Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya, peta pikiran
akan memberikan kesan yang lebih dalam.
Mind Mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam
otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk Mind Mapping seperti
peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta
jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah
dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan
sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan
diamana kita berada.
Buzan mengemukakan bahwa otak manusia bekerja mengelola informasi
melalui mengamati, membaca, atau mendengar tentang sesuatu hal berbentuk
hubungan fungsional antar bagian (konsep, kata kunci), tidak parsial terpisah
satu sama lain dan tidak pula dalam bentuk narasi kalimat lengkap. Menurut
Yovan (2008: 12) mengatakan “aplikasi peta pikiran dapat meningkatkan
kreativitas individu maupun kelompok”. Hal ini disebabkan karena peta pikiran
memungkinkan penggunaan unsur-unsur kreativitas seperti gambar, bentuk,
warna, dan lainnya dalam membentuk representasi mental.
Selain itu, pikiran juga mengakomodir berbagai sudut pandang yang
berbeda dari individu dan kelompok. Berbagai teknologi pikiran yang memacu
kreativitas seperti, brainwriting, brainwalking dan semantic intution sangat
kompatibel dengan aplikasi peta pikiran.
2.2.2. Karakteristik Mind Mapping
Hayati (2009:27) mengatakan teknik peralatan dengan menggunakan
Mind Mapping memliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
1.
Subjek yang menjadi perhatian mengalami kristilisasi dalam citra sentral
14
2.
Tema utama dari subjek memancar dari citra sentral sebagai cabangcabang
3.
Cabang-cabang terdiri dari citra kunci atau kata kunci yang dituliskan di
garis yang berasosiasi. Topik-topik dengan tingkat kepentingan yang lebih
kecil juga digambarkan sebagai cabang-cabang yang melekat pada cabang
dari tingkat yang lebih tinggi.
4.
Cabang-cabang ini membentuk struktur nodus yang berhubungan.
2.2.3.
Manfaat Mind Mapping
Agar terdorong untuk menggunakan peta pikiran, kita perlu mengetahui
manfaat dari peta pikiran yang diantaranya adalah menyenangkan, imajinasi dan
kreativitas kita tidak terbatas. (DePorter, 2004:172). Masih menurut DePorter
(2004:172) ada beberapa manfaat dari peta pikiran antara lain: membuat berpikir
lebih fleksibel, dapat memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman dan
menyenangkan. Sementara itu, Buzan mind mapping (peta pikiran) memiliki
manfaat antara lain: membantu merencana, berkomunikasi, menjadi lebih
kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian,
menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan lebih baik serta
belajar lebih cepat dan efisien. Berbeda dengan kedua pemikiran di atas,
Michalko (dalam Buzan, 2008: 6) mengatakan manfaat mind mapping antara
lain: mengaktifkan seluruh otak, membereskan akal dari kekusutan mental,
memungkinkan kita berfokus pada bahasa, membantu menunjukkan hubungan
antara bagian-bagian dari informasi yang terpisah, memberi gambaran yang
jelas
pada
keseluruhan
dan
perincian,
serta
memungkinkan
kita
mengelompokkan konsep, juga membantu kita membandingkannya. Terakhir
mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang
membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke
ingatan jangka panjang.
2.2.4. Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping
1.
Kelebihan Mind Mapping
Keuntungan
lain
penggunaan
catatan
Mind
Mapping
menurut
Rostikawati (2009) yaitu dapat “membiasakan siswa untuk melatih aktivitas
15
kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat
bermanfaat bagi diri dan lingkungannya”. Hal lain yang berkaitan dengan sistem
limbik yaitu peranannya sebagai pengaturan emosi seperti marah, senang, lapar,
dan sebagainya. Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar
yang tinggi.
Motivasi yang tinggi dapat menambahkan kepercayaan diri siswa,
sehingga siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi
yang terdapat dalam dirinya terutama potensi yang berhubungan dengan
kreativitas. Pemetaan pikiran yang terdapat dalam pembelajaran kuantum adalah
salah satu produk kreatif bentuk sederhana yang dapat dikembangkan. Dengan
teknik mencatat pemataan pikiran diduga kreatifitas (sikap kreatif) siswa akan
meningkat.
2.
Kekurangan Mind Mapping
Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan Mind Mapping akan
relatif lebih lama dan memerlukan banyak peralatan dan warna. Diperlukan
imajinasi dan kreatifitas yang tinggi untuk menghasilkan Mind Mapping yang
baik. Tetapi semakin kita banyak berlatih hal ini dapat diatasi, disamping guru
memberikan lingkungan yang positif dan motivasi kepada anak.
2.2.5. Sintaks Pembelajaran Mind Mapping
Selayaknya model pembelajaran, maka mind mapping sebagai salah
satu model pembelajaran, tentu memiliki sintaks pembelajarannya sendiri.
Menurut Sugiarto Iwan (2004: 67) mengutarakan bahwa langkah-langkah
(sintaks) pembelajaran dalam mind mapping adalah sebagai berikut:
1.
guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.
guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3.
untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua
orang.
4.
menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu, menceritakan materi yang
baru diterima dari guru, dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
16
5.
menugaskan
siswa
secara
bergiliran/diacak
menyampaikan
hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya, sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
6.
guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum
dipahami siswa.
7.
kesimpulan/penutup.
Sementara itu, Pandley (1994: 46) mengatakan tahap-tahap pembelajaran
dengan menggunakan mind mapping adalah sebagai berikut:
1.
guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran tentang materi
pelajaran yang akan dipelajari.
2.
siswa mempelajari konsep tentang materi pelajaran yang dipelajari dengan
bimbingan guru.
3.
setelah siswa memahami materi yang telah diterangkan oleh guru, guru
mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan
tempat duduk yang berdekatan. Kemudian siswa dihimbau untuk membuat
peta pikiran dari materi yang dipelajari.
4.
untuuk mengevaluasi siswa tentang pemahaman materi, guru menunjuk
beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil peta pikiran tentang materi
dengan mencatat atau menuliskan di papan tulis.
5.
dari hasil presentasi yang ditulis di papan tulis, guru membimbing siswa
untuk membuat kesimpulan.
6.
guru memberikan soal tentang materi yang telah dipelajari kepada siswa
untuk dikerjakan secara individu.
Rahayu
Ratri,
dkk
(2012:
48)
memaparkan
langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan mind mapping antara lain sebagai berikut:
1.
guru menyampaikan materi prasyarat dan tujuan yang ingin dicapai.
2.
peserta didik diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4
orang peserta didik.
3.
peserta
didik
diminta
berdiskusi
dengan
materi/permasalahan yang disampaikan guru (mind)
temannya
mengenai
17
4.
tiap kelompok diminta untuk memaparkan hasil diskusi di depan kelas
secara serentak (mapping).
5.
guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah
materi yang belum diungkap oleh peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran.
Bedasarkan buku pintar Tony Buzan (2008) ada tujuh langkah dalam
pembuatan Mind Mapping, antara lain sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan
mendatar,karena mulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk
menyebar kesegala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih
bebas dan alami.
Gunakan gambar atau simbol untuk ide sentral,karena sebuah gambar
bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi.Sebuah
gambar sentral akan lebih menarik membuat kita tetap terfokus, membantu
kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.
Gunakan warna, karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar.
Warna membuat Mind Mapping lebih hidup, menambah energi kepada
pemikiran kreatif, dan menyenangkan
Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat (ide pokok) dan
hubungkan cabang ketingkat dua dan tiga ketingkat satu dan dua,
seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi, otak senang mengaitkan
dua (atau tiga, atau empat ) hal sekaligus.Bila kita menghubungkan
cabang-cabang ,akan lebih mudah mengerti dan mengingat.
Buatlah garis melengkung, bukan lurus, karena garis lurus akan
membosankan otak.
Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci tunggal
memberi banyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Mapping. Setiap kata
tunggal atau gambar adalah seperti pengganda, menghasilkan sederet
asosiasi , lebih bebas dan bisa memicu ide dan pikiran baru.
Gunakan gambar, karena seperti gambar sentral setiap gambar bermakna
seribu kata.
Penekanan tentang langkah-langkah Mind Mapping dikemukakan oleh
Tony Busan dalam bukunya yang berjudul “The Ultimate Book of Mind Map” ,
adalah sebagai berikut:
a.
b.
Tulis judul di tengah-tengah kertas dan beri gambar yang sesuai untuk
memudahkan mengingat judul tersebut.
Buat cabang utama terkait topik tadi misalkan apa definisi mind map,
bagaimana otak bekerja, apa itu kesuksesan, latihan apa yang bisa
dilakukan dan bagaimana aplikasinya.
18
c.
Teruskan dengan membuat cabang-cabang utama lainnya dan gunakan
warna berbeda.
d.
Ingat beri label setiap cabang hanya dengan kata kunci saja. Semakin
sedikit semakin baik. Anda mencatat bukan untuk menghafal melainkan
untuk memahami dengan bahasa Anda sendiri.
e.
Selanjutnya dari tiap cabang buat sub cabang untuk hal-hal yang saling
berhubungan.
f.
Gunakan garis-garis lengkung dan alur yang nyaman buat Anda. Tidak ada
aturan khusus dalam membuat mind mapping sebab Anda-lah sang
seniman.
g.
Jika ada hal-hal yang berhubungan pada sub yang berbeda, Anda bisa
menarik garis sebagai pengingat adanya kaitan antara kedua hal tersebut.
http://www.muhammadnoer.com/2009/03/teknik-mencatat-kreatif-denganmind-mapping/
Pendapat lain tentang langkah-langkah pembuatan Mind Mapping juga
dimuat dalam http://www.marfu78.com/cara-mudah-membuat-mind-map.html
(diupload 8 September 2012) adalah sebagai berikut:
1.
Tentukan tema yang akan ditulis, atau perhatikan tema apa yang sedang
dipelajari. Tulis tema ini di bagian tengah kertas. Kemudian wadahi kata
ini dengan sebuah gambar atau simbol. Bisa menggunakan lingkaran,
persegi, segi tiga, bintang, dan lain-lain. Berikan juga warna agar lebih
menarik.
2.
Tentukan sub atau bagian dari tema tadi dalam beberapa kata kunci.
Misalnya untuk Mind Map, sub tema dan kata kuncinya adalah Tema, Sub
tema, Simbol, Konektor. Wadahi Subtema tersebut dalam gambar atau
simbol yang lebih kecil dari pada wadah tema. Tarik garis penghubung
dari tema ke subtema.
3.
Tentukan unsur-unsur subtema sebagai penjelas. Misalnya unsur subtema
simbol dalam bentuk, warna, ukuran.
4.
Berikan warna yang berbeda untuk subtema, semakin banyak warna dan
simbol semakin baik merangsang kerja otak.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah pembuatan mind mapping adalah sebagai berikut:
a.
Menentukan tema yang akan dibuat mind mapping. Tulis tema tersebut
dengan posisi di bagian tengah kertas. Kemudian wadahi tema tersebut
dengan sebuah gambar atau simbol. Bisa menggunakan lingkaran, persegi,
segi tiga, bintang, dan lain-lain. Berikan juga warna agar lebih menarik.
b.
Tentukan sub tema dari tema tadi dalam beberapa kata kunci. wadahi sub
tema tersebut dalam gambar atau simbol yang lebih kecil dari pada wadah
tema. Tarik garis penghubung dari tema ke sub tema.
19
c.
Tentukan unsur-unsur tema sebagai penjelas.
a.
Berikan warna yang berbeda untuk subtema, semakin banyak warna dan
simbol semakin baik merangsang kerja otak.
Berdasarkan pemaparan ketiga pendapat di atas tentang sintaks (langkah-
langkah pembelajaran model pembelajaran mind mapping, maka dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran mind
mapping adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi sifat-sifat cahaya.
2) Siswa diminta membentuk kelompok, dimana masing-masing kelompok
beranggotakan empat siswa.
3) Setelah dibentuk kelompok, guru menginstruksikan untuk melakukan
diskusi kelompok, yaitu membuat langkah-langkah pembuatan mind
mapping dengan urut-urutan sebagai berikut:
a.
Menentukan tema yang akan dibuat mind mapping. Tulis tema tersebut
dengan posisi di bagian tengah kertas. Kemudian wadahi tema tersebut
dengan sebuah gambar atau simbol. Bisa menggunakan lingkaran,
persegi, segi tiga, bintang, dan lain-lain. Berikan juga warna agar lebih
menarik.
b. Tentukan sub tema dari tema tadi dalam beberapa kata kunci. wadahi
sub tema tersebut dalam gambar atau simbol yang lebih kecil dari pada
wadah tema. Tarik garis penghubung dari tema ke sub tema.
c. Tentukan unsur-unsur tema sebagai penjelas.
d. Berikan warna yang berbeda untuk subtema, semakin banyak warna
dan simbol semakin baik merangsang kerja otak.
4) Setelah penjelasan ulang tentang materi dan pembuatan mapping, masingmasing kelompok diminta untuk presentasi di depan kelas hasil mind
mapping materi sifat-sifat cahaya yang telah dilakukan.
5) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi.
6) Guru menjelaskan ulang materi yang belum dipahami siswa.
7) Guru memberikan tes secara individual..
2.3. IPA
2.3.1. Hakikat IPA
Dalam
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP),
ilmu
pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib di
sekolah. IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan fenomena
20
yagn terjadi di alam. Dengan mempelajari seluk beluk alam dan fenomenanya
siswa diharapkan mampu memahami manfaat alam dalam kehidupan seharihari dan dapat bermanfaat bagi siswa dalam menjalani kehidupannya. Namun
demikian, menurut Iskandar (2001:2-3) hakikat pembelajaran IPA terdiri dari:
a.
IPA sebagai produk
IPA sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan
teori-teori IPA. Fakta dalam IPA adalah pertanyaan benda-benda yang benarbenar ada, atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara
objektif. Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA.
Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep IPA.
Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsepkonsep dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan.
b.
IPA sebagai proses
Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para
ilmuan diantaranya adalah:
1.
Mengamati.
2.
Mengukur.
3.
Menarik kesimpulan.
4.
Mengendalikan Variabel.
5.
Membuat Grafik dan Tabel Data.
6.
Membuat Definisi Operasional.
7.
Melakukan Eksperimen.
c.
IPA sebagai sikap.
IPA sebagai sikap ilmiah yaitu dalam memecahkan masalah seorang
ilmuan sering berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkinkan usaha
mencapai hasil yang diharapkan. Beberapa ciri sikap ilmiah yaitu:
1.
Obyektif terhadap fakta.
2.
Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan.
3.
Bersifat terbuka terhadap kritik.
4.
Tidak mencampuradukan fakta dengan pendapat.
5.
Bersifat hati-hati.
21
6.
Ingin menyelidiki.
2.3.2. Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Depdiknas (2006: 61), dinyatakan bahwa salah satu tujuan pengajaran
IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya
dengan kehidupan sehari-hari.
Sulistyorini (2007: 40), mengemukakan tujuan pembelajaran IPA,
sebagai berikut:
1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan ciptaan-Nya.
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4.
Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
5.
Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara,
menjaga, melestarikan lingkungan alam.
6.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala
keteraturan sebagai salah satu ciptaaan Tuhan.
7.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
2.4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Materi Sifat-Sifat
Cahaya
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tercakup dalam
standar isi kurikulum. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah
komponen pokok kurikulum yang ditetapkan oleh kurikulum pusat.
Indikator pencapaian tujuan pembelajaran diturunkan dari Kompetensi
Dasar (KD) yang telah ditetapkan oleh kurikulum pusat. SK dan KD menjadi
pedoman untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapai tujuan pembelajaran, dan tujuan yang hendak dicapai dalam
22
suatu pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPA kelas V, semester
II sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk rincian SK dan
KD yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. 1
Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Materi SifatSifat Cahaya
Standar
Kompetensi
Indikator
Kompetensi
Dasar
Menerapkan sifat- 6.1
1. Mendemonstrasikan sifat cahaya
sifat cahaya melalui Mendeskripsikan
yang mengenai berbagai benda
kegiatan membuat sifat-sifat cahaya
(bening, berwarna, dan gelap)
suatu karya/model
2. Mendeskripsikan
sifat-sifat
cahaya yang mengenai cermin
datar,
cerming
lengkung
(cembung atau cekung)
3. Menunjukkan contoh peristiwa
pembiasan
cahaya
dalam
kehidupan sehari-hari melalui
percobaan.
4. Menunjukkan
bukti
bahwa
cahaya putih terdiri dari berbagai
warna.
5. Memberikan contoh peristiwa
penguraian
cahaya
dalam
kehidupan sehari-hari.
2.5.
Kajian Penelitian Yang Relevan
Pada penerapan metode pembelajaran Mind Mapping yang dilakukan
Shofiah (2007). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, dengan penerapan
mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar kelas XI IPS dalam mata
pelajaran sejarah. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan rata-rata skor
siswa dari pada hasil tes awal 33,75% meningkat menjadi 73,25% hal ini berarti
peningkatan skor sekitar 39,5% pada tes siklus I. Sedangkan pada siklus II hasil
tes awal siswa adalah 36% dan pada dan pada post tes meningkat menjadi
88,75% ini menunjukkan telah terjadi peningkatan skor siswa sebanyk 52,75%.
Fatma (2010), yang melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model
Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar IPS
23
Terpadu Pada Siswa Kelas VII A SMP Walisongo Gempol di Pasuruantemua.
Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya model belajar yang penulis tawarkan
dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar IPS Terpadu pada siswa
kelas VII A SMP Walisongo Gempol Pasuruan (1) pada perencanaan model
mengacu pada RRP yang telah dirancang, pelaksanaan model sesuai dengan
RPP yang telah dirancang secara kolaborasi bersama ibu Vivi Rianti selaku guru
IPS Terpadu kelas VII A; (2) pada pelaksanaan dapat berjalan lancar,
pelaksanaan model mind mapping merupakan pengalaman baru bagi guru dan
siswa dan mind mapping telah memberi beberapa manfaat bagi siswa dan guru
dalam belajar, manfaat mind mapping yang diperoleh antara lain: siswa menjadi
semangat belajar, siswa mudah mengingat pelajaran dan siswa memperoleh
pengalaman menggambar dan guru lebih mudah menjelaskan materi pelajaran
pada siswa; (3) pada penilaian, dari data secara kuantitatif perolehan skor dalam
prestasi belajar dan kreativitas siswa memperoleh nilai yang cukup tinggi.
2.6.
Kerangka Berpikir
Menggunakan Mind Mapping sebagai model pembelajaran, karena
ternyata model pembelajaran ini mampu meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa. Penelitian-penelitian terdahulu telah membuktikanya, termasuk
dalam penjelasan teoritik tentang model pembelajaran mind mapping itu sendiri.
Penelitian ini, karena itu menggunakan model pembelajaran ini dimana
harapannya adalah bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini, siswa
dapat memaksimalkan informasi yang dimiliki tentang materi dalam pelajaran
IPA, dimana dengan kemampuan memanggil informasi tentang materi itu, dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa.
Penjelasan di atas digambarkan dalam bagan kerangka berpikir, sebagai
berikut:
24
Alur Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Mind Mapping dalam Mata
Pelajaran IPA
Proses Pembelajaran IPA
KD : Menerapkan Sifat-sifat cahaya melalui
kegiatan membuat suatu model/karya
Siswa :Diam mendengarkan.
Bermain sendiri, bosan,
mengantuk, tidak
memperhatikan
Pembelajaran Konvensional
Metode : Ceramah dan bersifat teacher center
Guru menjelaskan materi dengan hanya berbantuan
buku pegangan/LKS saja.
Hasil belajar IPA
siswa rendah
Model Pembelajaran Mind
Mapping
Rubrik penilaian aktivitas
Aktivitas menyimak penjelasan materi sifatsifat cahaya
Rubrik penilaian menyimak
penjelasan materi
Aktivitas membentuk kelompok
Rubrik penilaian pembentukan
kelompok
Aktivitas bekerja sama untuk menentukan
topik sifat-sifat cahaya
Rubrik penilaian menentukan
topik
Aktivitas bekerja sama menuliskan topik
di bagian tengah kertas
Rubrik penilaian menuliskan topik
Aktivitas bekerja sama memberi gambar
atau simbol pada topik sifat-sifat cahaya
Rubrik penilaian memberi gambar
atau simbol
Aktivitas bekerja sama memberi warna
pada topik sifat-sifat cahaya
Rubrik penilaian memberi warna
Rubrik penilaian menuliskan kata
kunci
Aktivitas bekerja sama menuliskan kata
kunci sifat-sifat cahaya
Rubrik penilaian menarik garis
penghubung
Aktivitas bekerja sama menarik garis
penghubung dari topik ke sub topik
Rubrik penilaian presentasi
Aktivitas mempresentasikan hasil kerja
kelompok (mapping)
Rubrik penilaian membuat
kesimpulan
Aktivitas bekerja sama membuat
kesimpulan
Penilaian hasil
Skor aktivitas
Penilaian Proses
Tes Formatif
Hasil Belajar Siswa Pada Mapel
IPA Meningkat
25
2.7. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pemaparan kajian teoritis dan kerangka pikir di atas maka
hipotesis tindakan ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Mind
Mapping maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN
Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran
2012/2013, dapat dilaksanakan.
Download