BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mendapatkan ASI merupakan salah satu hak azazi bayi yang harus dipenuhi. Mengingat pentingnya ASI bagi bayi maka ibu wajib untuk menyusui bayinya. Bayi harus memperoleh nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sejak lahir. Oleh karena itu, setiap bayi mempunyai hak untuk mendapat ASI secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008). Kebijakan global (WHO dan UNICEF) dan kebijakan nasional merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan, kemudian diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak berumur 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI selama 2 tahun. ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja pada bayi mulai dari lahir sampai berumur 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan apapun karena sampai umur tersebut kebutuhan zat gizi bayi bisa dipenuhi dari ASI atau air susu ibu saja. Indonesia memiliki komitmen untuk melaksanakan “Deklarasi Innoceti” tahun 1990 yang menyatakan bahwa setiap Negara diharuskan memberikan perlindungan dan dorongan kepada ibu, agar berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Maryunani, 2012). Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Di Indonesia, Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012, sedangkan keadaan AKB di Provinsi Bali jauh lebih baik yaitu mencapai 5,09 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012, namun demikian masih terjadi kecenderungan peningkatan AKB pada tahun 2013 yaitu 5,5 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Berbeda dengan kondisi AKB di Kota Denpasar, 1 2 AKB di Kota Denpasar pada tahun 2013 sudah mengalami penurunan, dari 0,72/1000 kelahiran hidup pada tahun 2012 menjadi 0,5 per 1000 kelahiran hidup, namun demikian harus terus dilakukan upaya-upaya agar AKB di Kota Denpasar tidak mengalami peningkatan (Dinkes, 2014). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian bayi terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare, hal tersebut dapat dicegah antara lain dengan pemberian ASI secara benar dan tepat (Depkes, 2014). Maka dari itu pemberian Air Susu Ibu (ASI) dilakukan seketika setelah bayi lahir, karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi yang mampu memberikan perlindungan baik secara aktif maupun pasif, ASI mengandung zat anti infeksi yang akan melindungi bayi dari berbagai macam infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit (Kristiyanasari, 2009). Organisasi Kesehatan Dunia juga merekomendasikan semua bayi perlu mendapat kolostrum (ASI hari pertama dan kedua) untuk melawan infeksi dan ASI Eksklusif selama enam bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi (Wiji, 2013). Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia pada tahun 2011 mengalami penurunan yaitu dari 38,5% menjadi 37,79% pada tahun 2012. Sedangkan di Provinsi Bali, cakupan pemberian ASI Eksklusif sebesar 67,4% pada tahun 2013. Dalam lima tahun terakhir, yaitu tahun 2009 hingga tahun 2013, cakupan ASI eksklusif di Kota Denpasar mengalami kecenderungan peningkatan namun belum bisa mencapai target yang ditetapkan secara nasional (80%), pencapaian pada tahun 2009 yaitu 39,66%, tahun 2010 yaitu 41,61%, tahun 2011 yaitu 65,2%, tahun 2012 yaitu 68,2% dan tahun 2013 yaitu 71,12%. Pada tahun 2014, cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Denpasar Utara yaitu 71,98%, cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Denpasar Timur yaitu 71,24%, di Kecamatan Denpasar Selatan yaitu 72,73% dan di Kecamatan 3 Denpasar Barat yaitu 64,68%. Cakupan ASI Eksklusif terendah yaitu terdapat di Kecamatan Denpasar Barat (Dinkes, 2014). Pemberian ASI bukan merupakan hal yang mudah bagi seorang ibu. Keberhasilan ataupun kegagalan di dalam pemberian ASI secara eksklusif tidak hanya dipengaruhi oleh faktor individual, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor dari luar individu yang disebut dengan faktor sosial seperti lingkungan sekitar individu, dukungan orang terdekat seperti keluarga, suami, dan dukungan petugas kesehatan di tempat bersalin (Rahmat, 2009). Pada umumnya faktor dari luar individu akan mempengaruhi respon manusia dalam bentuk perilaku, menurut penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya dimana seseorang tersebut berada (Notoatmodjo, 2014). Penelitian terkait yang menunjukkan adanya hubungan faktor sosial dengan pemberian ASI Eksklusif adalah penelitian Trisnawati (2012) yang menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif, hasil penelitian Septria (2013) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan optimisme pemberian ASI eksklusif. Semakin tinggi dukungan suami akan semakin tinggi optimisme pemberian ASI eksklusif. Penelitian Mamonto (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif, dimana sebagian besar responden yang tidak memberikan ASI secara eksklusif dikarenakan peran atau dukungan dari tenaga kesehatan yang kurang baik. Penelitian terkait lainnya yaitu penelitian Kurniawan (2008), dari variabel faktor sosiodemografi yang diteliti yaitu usia, tempat tinggal, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan 4 tingkat pendidikan keluarga didapatkan hubungan bermakna antara variabel usia dan status pekerjaan dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Pencapaian pemberian ASI eksklusif pada tahun 2014 yang memiliki cakupan terendah diantara seluruh puskesmas di kecamatan yang ada di Kota Denpasar adalah Puskesmas II Denpasar Barat yaitu sebesar 64% sedangkan cakupan di Puskesmas I Denpasar Barat sebesar 70%. Pencapaian tersebut masih dibawah target nasional ASI Eksklusif. Karena faktor sosial sangat mempengaruhi dan membentuk perilaku seseorang, maka peneliti ingin meneliti tentang faktor determinan sosial yang berhubungan dengan pemberian ASI secara eksklusif pada bayi umur 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan data dan latar belakang yang ada diketahui bahwa cakupan ASI Eksklusif di Denpasar yaitu 70,16% masih di bawah target nasional yaitu 80%, dan cakupan ASI Eksklusif terendah yaitu sebesar 64,68% di Kecamatan Denpasar Barat dan Puskesmas II Denpasar Barat menduduki peringkat cakupan ASI Eksklusif terendah diantara puskesmas lainnya di Kecamatan Denpasar Barat yaitu 64%. Hal ini yang menyebabkan peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang faktor sosial yang berhubungan dengan pemberian ASI secara eksklusif pada bayi umur 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat. 5 1.3 Pertanyaan Penelitian “Faktor sosial apa sajakah yang berhubungan dengan pemberian ASI secara eksklusif pada bayi umur 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat”. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor sosial yang berhubungan dengan pemberian ASI secara eksklusif pada bayi umur 6-24 bulan. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara umur dengan pemberian ASI Eksklusif b. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif c. Mengetahui hubungan antara status pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif d. Mengetahui hubungan antara pendapatan rata-rata dengan pemberian ASI Eksklusif e. Mengetahui hubungan antara keterpaparan sampel susu formula dengan pemberian ASI Eksklusif f. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif g. Mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI Eksklusif h. Mengetahui hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif 6 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis a. Bagi Puskesmas Sebagai gambaran faktor sosial yang berperan pada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Sehingga dapat membantu Puskesmas dalam mencapai sasaran pemberian ASI Eksklusif pada ibu. b. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya ibu yang memiliki bayi mengenai faktor sosial yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif. 1.5.2 Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Untuk menambah literatur pengetahuan mengenai Kesehatan Ibu dan Anak. 1.6 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian adalah di bidang Kesehatan Ibu dan Anak khususnya dalam ASI Eksklusif mengenai faktor sosial yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat.