1 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ROOTONE-F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TEBU (Sacharum officinarum L.) Iwan Irawan, Ir. Bambang Suryotomo, MSi dan Ubad Badrudin, SP., MP. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan ABSTRAK Pemerintah telah menetapkan target produksi gula sebesar 5,7 juta ton pada tahun 2014, sebagaimana tertuang dalam cetak biru Road Map Swasembada Gula Nasional 2010-2014. Untuk mendukung terwujudnya swasembada gula tersebut, dibutuhkan ketersediaan benih tebu yang cukup besar, yaitu kurang lebih 39 milyar stek/benih siap salur. Oleh karena itu sistem pembibitan tebu harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan bibit tebu dan produksi gula. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman Rootone-F pada pertumbuhan stek tebu. Penelitian dilakukan di Desa Sumberharjo Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap yang terdiri atas 2 faktor dengan ulangan 3 kali. Data diolah dengan Uji F dan dilanjutkan dengan Uji BNT taraf 5 %. Faktor pertama konsentrasi Rootone-F terdiri atas 4 level (0 ppm, 150 ppm, 300 ppm, 450 ppm), sedangkan faktor kedua lama perendaman Rootone-F dengan lama perendaman 4 level (0 jam, 10 jam, 20 jam, dan 30 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Rootone-F berbeda sangat nyata terhadap semua variabel, konsentrasi terbaik adalah 300 ppm. Lama perendaman Rootone-F berbeda sangat nyata terhadap variabel saat muncul tunas, tinggi tanaman, panjang daun, jumlah akar, panjang akar, diameter batang, bobot basah biomassa dan bobot kering biomassa, sedangkan lebar daun dan jumlah daun berbeda nyata, lama perendaman terbaik adalah 20 jam. Interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman Rootone-F berbeda sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati. Interaksi terbaik pada konsentrasi 300 ppm (K2) dan lama perendaman terbaik 20 jam (W2). Kata kunci : Tebu, Rootone-F, Stek. ABSTRACT The government was to define sugar production about 5,7 milion ton at 2014, where is found in printed of blue Road Map Complied of Nations Sugar at 2010-2014. Therefore, need sugarcane seed big enough, about 39 bilion cuttings/seed of ready. So that cultivation of seedling sugarcane system must be grown for fullfill needs sugarcane seed and sugar production. The research on Sacharum officinarum. L cutting aimed to study the effect concentration of RootoneF and long immersion it to cutting growth. The research couducted in Sumberharjo Village Pemalang subdistrict Pemalang regency. This research used completely randomized block design with consisted two factors and three replicates was used in this study. Data collected were analyzed using ANOVA and followed by BNT 5 % confidence level. The first factor was the Rootone-F concentration, consisted of four levels (0 ppm, 150 ppm, 300 ppm, 450 ppm). The second factor was the long immersion in Rootone-F, consisted of four levels (0 hour, 10 hour, 20 2 hour, and 30 hour). The research result find that Rootone-F concentration gives different real about all variables are observed the best Rootone-F is 300 ppm. The research result long immersion is different real about variable while first plane of growth, height of plant, long of leaf, root sum, long of root, diametre of bud, weight wet bud and weight drying bud, except wide of leaf and leaf sum different real, The best long immersion is 20 hour. The best interaction concentration and long immersion is different real about all variable of observased, Best interaction happen to concentration 300 ppm (K2) and long immerson 20 hour (W2). Key woards: Sugar cane, Rootone-F, Cutting. PENDAHULUAN Tanaman perkebunan mempunyai peranan penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Pengusahaan berbagai komoditas tanaman ini telah mampu mendatangkan devisa bagi negara, membuka lapangan kerja, dan menjadi sumber pendapatan penduduk. Budi daya tanaman perkebunan sudah merupakan kegiatan usaha yang hasilnya untuk diekspor atau bahan baku industri. Salah satu tanaman perkebunan yang terkenal di Indonesia adalah tanaman tebu (PT. Perkebunan Nusantara IX, 2010). Tanaman tebu (Sacharum officinarum L.) tumbuh di dataran rendah. Sepintas tanaman tersebut seperti bambu berukuran kecil. Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis dan ini termasuk jenis rumputrumputan (Suwarto dan Oktavianty, 2010). Pemerintah telah menetapkan target produksi gula sebesar 5,7 juta ton pada tahun 2014 sebagaimana tertuang dalam cetak biru Road Map Swasembada Gula Nasional 2010-2014. Untuk mendukung terwujudnya swasembada gula tersebut, dibutuhkan ketersediaan benih tebu yang cukup besar, yaitu kurang lebih 39 milyar stek/benih siap salur (Departemen Pertanian, 2010). Pembibitan tanaman tebu biasa dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan stek mata tunas dan kultur jaringan. Pembibitan dengan stek adalah pembibitan tanaman yang mudah dibanding dengan kultur jaringan. Bahan stek yang akan ditanam terlebih dahulu diberi perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) Rootone-F (www.plantamor.com). Pembibitan tebu dilakukan dengan stek. Biasanya pada pembibitan, untuk membuat bahan stek agar lebih cepat tumbuh diberi ZPT jenis auksin. ZPT adalah bahan yang mengandung fitohormon yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman, termasuk pertumbuhan akar. ZPT 3 yang mudah diperoleh hampir di setiap toko bahan pertanian adalah Rootone-F. Rootone-F berbentuk serbuk. Auksin mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Untuk merangsang pertumbuhan akar digunakan auksin, misalnya atonik dan Rootone-F (Purwanto, 2006). Pada zat pengatur tumbuh Rootone-F, Indodole Acetic Acid (IAA) berperan di dalam mempercepat pemanjangan sel-sel pada jaringan meristem akar tanaman. Indole Butyric Acid (IBA) dan Napthalene Acetamida (NAA) pada zat pengatur tumbuh Rootone-F mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan akar lanjutan dari akar-akar lateral yaitu pada pembentukan rambut-rambut akar (Salisbury dan Ross, 1995). Menurut Lestari (2001), penggunaan Rootone-F dengan konsentrasi dan lama perendaman yang sesuai dapat merangsang pertumbuhan, mengaktifkan penyerapan unsur hara dan dapat meningkatkan hasil tanaman serta memperbaiki mutu tanaman. Menurut Wiratri (2005), metode perendaman adalah metode praktis yang paling awal ditemukan dan sampai saat ini masih dipandang paling efektif. Pada stek yang berkayu lembut (softwood, herbaceus) jumlah larutan yang diabsorbsi akan tergantung pada jumlah air yang diabsorbsi, karena itu metode perendaman sangat sesuai digunakan untuk tanaman herbaceus guna mencegah terjadinya keracunan pada tanaman. Metode perendaman dilakukan dengan cara merendam stek selama 24 jam pada kedalaman 1 inchi, dengan konsentrasi ZPT 10-100 ppm. Kemudian Hartmann dan Kester (1978), menambahkan pada umumnya konsentrasi auksin yang digunakan berkisar antara 20 ppm untuk spesies yang mudah berakar dan 200 ppm untuk spesies yang sulit berakar. Penggunaan metode celup cepat memungkinkan aplikasi auksin dalam jumlah yang konstan, kurang dipengaruhi kondisi lingkungan dan larutan yang sama dapat digunakan berulang kali, namun karena metode celup cepat menggunakan konsentrasi tinggi, sehingga apabila konsentrasinya tidak tepat maka akan menimbulkan penghambatan tunas, daun menguning dan jatuh ataupun kematian stek (Wiratri, 2005). Permasalahan yang dihadapi adalah berapa lama perendaman yang diperlukan sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan stek tebu, pada konsentrasi berapakah Rootone-F dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan stek tebu, dan apakah terdapat interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman Rootone-F terhadap pertumbuhan stek tebu. 4 Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi dan lama perendaman Rootone-F yang optimum terhadap peningkatan pertumbuhan stek tanaman tebu, dan mengetahui interaksi antara konsentrasi dengan lama perendaman Rootone-F terhadap peningkatan pertumbuhan stek tanaman tebu. METODE PENELITIAN Percobaan ini dilaksanakan di Desa Sumberharjo Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang dengan ketinggian tempat ± 7 meter di atas permukaan laut (m dpl), pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2013. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini (1) benih batang tanaman tebu varietas PSJT 941 umur 4-6 bulan, yang diambil dari kebun bibit induk (KBI) PG Sumberharjo (2) Rotoone-F (3) Air (4) Tanah (5) pupuk kandang (6) pasir. Alat yang digunakan dalam percobaan ini (1) pisau (2) cangkul (3) alat tulis (4) oven (5) polybag (7) penggaris (8) gayung. Rancangan percobaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Perlakuan yang dicoba yaitu pertama konsentrasi Rootone-F (K), terdiri atas : K0 = 0 ppm, K1 = 150 ppm, K2 = 300 ppm, dan K3 = 450 ppm, sedangkan faktor yang kedua adalah lama perendaman Rootone-F (W), terdiri atas W0 = 0 Jam, W1 = 10 Jam, W2 = 20 Jam, dan W3 = 30 Jam, dan diperoleh 16 kombinasi, masing-masing kombinasi diulang 3 kali. Variabel yang diamati meliputi (1) saat muncul tunas, (2) tinggi tanaman, (3) panjang daun, (4) lebar daun, (5) jumlah daun, (6) jumlah akar, (7) panjang akar, (8) diameter batang, (9) bobot basah biomassa, (10) bobot kering biomassa. Data yang diperoleh dianalisa dengan uji F. Jika antara faktor yang dicoba terdapat perbedaan nyata maka analisis datanya dilanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT), dan untuk faktor konsentrasi Rootone-F dilakukan uji regresi, sedangkan faktor lama perendaman Rootone-F dilakukan uji kontras ortogonal. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi Rootone-F berbeda sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati meliputi, saat muncul tunas, tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah akar, panjang akar, diameter batang, bobot basah biomasa, dan bobot kering biomasa (tabel 1). Hal ini disebabkan karena zat pengatur tumbuh Rootone-F merupakan senyawa atau zat kimia yang dalam konsentrasi rendah dapat merangsang, menghambat atau sebaliknya mengubah proses fisiologis dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama pada bagian-bagian vegetatif dari tanaman, hal ini tergantung dari tiap-tiap jenis tanaman atau sifat-sifat dari masing-masing jenis tanaman (Gardner dkk., 1991). Mariska dkk., (1987) menyatakan bahwa pada umumnya pembentukan dan pertumbuhan tunas akan terjadi setelah akar terbentuk dengan baik. Setelah primordial akar terbentuk maka akar tersebut dapat segera berfungsi sebagai penyerap hara dan titik tumbuhnya akan segera dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh yang diperlukan untuk induksi tunas. Menurut Darliana (2005) di dalam tanaman fase pertumbuhan dalam siklusnya terdiri atas dua fase, yaitu fase pembelahan sel dan fase pelebaran sel. Pada saat sel mengalami fase pembesaran, sel tidak hanya mengalami peregangan, akan tetapi juga mengalami penebalan dalam pembentukan material-material dinding sel baru. Pertumbuhan sel ini dirangsang oleh kehadiran auksin pada konsentrasi yang tepat. Konsentrasi yang berlebihan pertumbuhan sel tidak terjadi karena pada konsentrasi auksin yang tinggi akan mendorong terbentuknya zat penghambat etilen. Menurut Salisbury dan Ross (1995) kandungan etilen yang berlebihan menyebabkan sel korteks mensintesis selulase, yaitu enzim yang menghidrolisis selullosa dan sebagian menyebabkan penguraian dinding sel. Hal ini menimbulkan diameter tunas menjadi lebih rendah pada konsentrasi auksin yang berlebihan pada tanaman. Pemberian ZPT Rootone-F menunjukkan perbedaan terhadap bobot kering biomassa. Bobot kering mencerminkan bertambahnya protoplasma sebagai akibat adanya pertumbuhan karena ukuran maupun jumlah sel bertambah. Menurut Darliana (2005) bahwa bobot kering adalah perolehan hasil proses fotosintesis dikurangi kehilangan karena respirasi. 6 Peningkatan pertumbuhan tidak hanya terjadi sebagai akibat peningkatan pertumbuhan selsel vegetatif tanaman, tetapi juga peningkatan organ-organ lain, seperti klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Hal ini dimungkinkan juga karena auksin dapat meningkatkan pembentukan klorofil, sesuai dengan pendapat Darliana (2005) bahwa penambahan IAA pada tanaman yang dibiakkan dengan stek dapat meningkatkan kandungan klorofil pada daun tanaman. Namun dengan penambahan IAA yang terlalu tinggi cenderung menekan perkembangan klorofil. Peningkatan kandungan klorofil menyebabkan proses fotosintesis tanaman mengalami peningkatan, hal tersebut menyebabkan fotosintat yang ditranslokasikan ke organ-organ tanaman akan lebih banyak sehingga bobot kering biomassa akan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pemberian Rootone-F lainnya dan tanpa pemberian ZPT Rootone-F. Menurut Mulyono (2010), salah satu fungsi auksin (Rootone-F) adalah dapat memperpanjang sel-sel tanaman. Peranan auksin adalah mendorong perpanjangan sel (sel elongation) dengan cara mempengaruhi metabolisme dinding sel. Efeknya adalah banyak bahan dinding sel primer yang dihasilkan dan didepositkan pada ke dua ujung sel, kemudian struktural ujung sel diregangkan sehingga dimungkinkan deposit dinding sel yang lebih banyak. Akibatnya adalah tserjadi perpanjangan daun dan tidak disertai pelebaran daun. B. Pengaruh Lama Perendaman Rootone-F Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perendaman bahan stek pada larutan zat pengatur tumbuh Rootone-F berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati, kecuali variabel lebar daun dan jumlah daun berbeda nyata (tabel 1). Pengaruhnya yang sangat nyata terhadap saat muncul tunas, tinggi tanaman, panjang daun, jumlah akar, panjang akar, diameter batang, bobot basah biomassa, dan bobot kering biomassa mengindikasikan bahwa pemberian Rootone-F dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan stek batang tebu. Rootone-F merupakan salah satu jenis auksin. Pengaruh fisiologis auksin terhadap pertumbuhan akar tumbuhan biasanya menghambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat rendah. Mekanisme kerja auksin dalam pembentukan akar yang pertama auksin akan memperlambat timbulnya senyawa-senyawa dalam dinding sel yang berhubungan dengan pembentukan kalsium pektat, sehingga menyebabkan dinding sel 7 menjadi lebih elastis (Hastuti dkk., 2002). Akibatnya sitoplasma lebih mudah untuk mendorong dinding sel ke arah luar dan memperluas volume sel. Selain itu, auksin menyebabkan terjadinya pertukaran antara ion H+ dengan ion K+. Ion K+ akan masuk ke dalam sitoplasma dan memacu penyerapan air ke dalam sitoplasma tersebut untuk mempertahankan tekanan turgor dalam sel, sehingga sel mengalami pembengkakan. Setelah mengalami pembengkakan maka dinding sel akan menjadi keras kembali karena terjadi kegiatan metabolik berupa penyerapan ion Ca+ dari luar sel, yang akan menyempurnakan susunan kalsium pektat dalam dinding sel (Hasanah dan Nintya, 2007). Hormon auksin dapat mempercepat pertumbuhan akar dibandingkan dengan batang, tetapi konsentrasi auksin distimulasi untuk batang dapat menghambat pertumbuhan akar. Peranan daun pada stek cukup besar, karena daun melakukan proses assimilasi dan hasil assimilasi tentu dapat mempercepat pertumbuhan akar. Tetapi dalam jumlah daun yang terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan akar stek, oleh karena penguapan yang cukup besar. (Wudianto, 1999). Menurut Witono (1996), lama perendaman benih stek pada Rootone-F mempengaruhi kadar zat-zat yang terserap pada benih stek tersebut. Akibatnya juga pada pertumbuhan tanaman tersebut, baik dalam pertumbuhan akar maupun pertumbuhan tunas. C. Interaksi antara Konsentrasi dan Lama Perendaman Rootone-F Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman zat pengatur tumbuh Rootone-F berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati (tabel 3). Pengaruhnya yang sangat nyata terhadap saat muncul tunas, tinggi tanaman, panjang daun, jumlah daun, lebar daun, jumlah akar, panjang akar, diameter batang, bobot basah biomassa, dan bobot kering biomassa (tabel 2) mengindikasikan bahwa pemberian Rootone-F dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan stek batang tebu, dan adanya keterpaduan antara banyak dan lamanya perendaman dari Rootone-F. Rootone-F sebagai salah satu jenis dari auksin mempunyai pengaruh dalam proses pembentukan akar yang dapat membantu mengimbangkan pertumbuhan sistem akar dan sistem tajuk. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa auksin dari batang sangat berpengaruh pada awal pertumbuhan akar. Bila daun muda dan kuncup yang mengandung 8 banyak auksin dipangkas maka jumlah pembentukan akar samping akan berkurang. Bila hilangnya organ tersebut diganti dengan auksin, maka kemampan membentuk akar sering terjadi kembali (Salisbury dan Ross, 1995). Proses pemanjangan akar terkonsentrasi pada sel-sel dekat ujung akar, dimana terletak tiga zona sel dengan tahapan pertumbuhan primer yang berurutan. Dari ujung akar ke arah atas terdapat zona pembelahan sel, zona pemanjangan dan zona pematangan. Zona pembelahan sel meliputi meristem apikal dan turunannya, yang disebut meristem primer (terdiri dari protoderm, prokambium dan meristem dasar). Meristem apikal yang terdapat di pusat zona pembelahan menghasilkan sel-sel meristem primer yang bersifat meristematik. Zona pembelahan sel bergabung ke zona pemanjangan (elongase). Di sini sel-sel memanjang sampai sepuluh kali semula, sehingga mendorong ujung akar, termasuk meristem ke depan. Meristem akan mandukung pertumbuhan secara terus-menerus dengan menambahkan sel-sel ke ujung termuda zona pemanjangan tersebut (Campbell dkk., 1990). Zat pengatur tumbuh Rootone-F sebagai Indodole Acetic Acid (IAA) berperan di dalam mempercepat pemanjangan sel-sel pada jaringan meristem akar tanaman (Salisbury dan Ross, 1995). Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman Rootone-F pada umumnya memberi pengaruh yang baik untuk semua veriabel yang diamati. Interaksi antara konsentrasi 300 ppm dan lama perendaman 20 jam memberikan pengaruh terbaik pada saat muncul tunas (3,47 hst), tinggi tanaman (138,23 cm), panjang daun (117,30 cm), lebar daun (1,97 cm), jumlah daun (8,33 cm), jumlah akar (20,67 buah), panjang akar (20,23 cm), diameter batang (1,00 cm), bobot basah tanaman (44,23 gram), dan bobbot kering tanaman (19,03 gram). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 9 1. Konsentrasi Rootone-F berbeda sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati. Konsentrasi yang terbaik adalah 300 ppm (K2). 2. Lama perendaman Rootone-F berbeda sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati, kecuali lebar daun dan jumlah daun yaitu berbeda nyata. Lama perendaman yang tebaik adalah 20 jam (W2). 3. Interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman Rootone-F berbeda sangat nyata terhadap saat muncul tunas, tinggi tanaman, panjang daun, jumlah daun, lebar daun, jumlah akar, panjang akar, diameter batang, bobot basah biomassa, dan bobot kering biomassa. Interaksi yang terbaik adalah konsentrasi 300 ppm dengan lama perendaman 20 jam (K2W2). DAFTAR PUSTAKA Campbell et al. 1990. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta. Chromaini, H. 2004. Teknik Propagasi Pada Stump Karet Guna Pembangunan Kebun Konservasi Genetik Jenis Karet di Jawa. Dikutip dari : ttp:www.biotiforda.or.id. 26 Juni 2008. 2 pages. Darliana, Ina. 2004. Pengaruh Konsentrasi Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Cabang Buah Tanaman Lada (Piper Nigrum l.) Kultivar Bulok Belantung. Fakultas Pertanian UNBAR Jurusan Agroteknologi. Departemen Pertanian. 2010. Teknologi Kultur Jaringan Untuk Penyediaan Benih Tebu. http://ditjenbun.deptan.go.id. Diakses 20 Januari 2012. Gardner FP, RB Pearce and RL Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press, Jakarta. Hartmann HT dan DE Kester. 1959. Plant Propagation Principles And Practices. Second Edition. Prentice-Hall Inc., New Jersey. Hasanah, FN dan Nintya S. 2007. Pembentukan Akar pada Stek Batang Nilam (Pogostemon cablin Benth.) setelah direndam IBA (Indol Butyric Acid) pada Konsentrasi Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi : Vol. XV, No.2. 10 Lestari, S. E. 2001. Pengaruh konsentrasi Rootone F dan lama perendaman terhadap pertumbuhan stek batang poko (Mentha arvensis L.). http://eprints.undip.ac.id/30178/. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2011. Mariska, L., I. Darwati, dan H. Moko. 1987. Perbanyakan stek Panili (Vanilla planifolia) dengan zat pengatur tumbuh pada berbagai media tumbuh. Laporan Penelitian Perbanyakan Tanaman Pada Media Tumbuh Pelet Jiffy. Balai Penelitian Perkebunan, Bogor. Mulyono, D. 2010. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Auksin: Indole Butiric Acid (Iba) Dan Sitokinin: Benzil Amino Purine (Bap) Dan Kinetin Dalam Elongasi Pertunasan Gaharu (Aquilaria beccariana). Pusat Teknologi Produksi Pertanian-BPPT. PT PN IX (Persero). 2010. Budidaya Tebu. PG Sumberharjo, Pemalang. Salisbury, B. F. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. ITB, Bandung. Suwarto dan Yuke O. 2010. Budidaya Tanaman Perkebunan. Penebar Swadaya, Jakarta. Wiratri, N. 2005. Pengaruh Cara Pemberian Rootone-F dan Jenis Stek Terhadap Induksi Akar Stek Gmelina (Gmelina Arborea Linn). Institut Pertanian Bogor. Witono, Joko R. 1996. Pengaruh Lama Perendaman dan Dosis Rotoone-F Terhadap Pertumbuhan Rotan Manau (Calamus manan Miq.) di Persemaian. UPT BP Kebun Raya LIPI, Bogor. Wudianto, R., 1999. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta. 11 Tabel 1. Angka rata-rata dan analisis statistik Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Tebu (Sacharum Officinarum L.) Saat muncul tunas (hst) Perlakuan Rootone-F Konsentrasi K0 = 0 ppm K1 = 150 ppm K2 = 300 ppm K3 = 450 ppm F Hitung F Tabel 5 % F Tabel 1 % BNT 5 % KK Lama Perendaman T0 = 0 Jam T1 = 10 Jam T2 = 20 Jam T3 = 30 Jam F Hitung F Tabel 5 % F Tabel 1 % BNT 5 % KK Tinggi Tanaman (cm) Panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) Jumlah daun (buah) Jumlah akar (buah) Panjang akar (cm) Diameter Batang (cm) Bobot Basah Biomassa (gram) Bobot Kering Biomassa (gram) 5,95 5,08 4,87 5,53 7,35 2,92 4,51 1,03 11,50 b ab a ab ** 125,79 127,11 133,38 128,57 142,54 2,92 4,51 1,60 0,75 a ab b ab ** 81,97 a 84,96 ab 102,99 b 88,44 ab 191,66 ** 2,92 4,51 3,89 2,60 1,72 1,69 1,83 1,68 5,38 2,92 4,51 0,16 5,83 ab ab b a ** 6,42 7,00 7,67 7,08 6,63 2,92 4,51 1,14 9,77 a ab b ab ** 17,08 16,83 19,17 16,00 5,26 2,92 4,51 2,62 9,18 ab ab b a ** 18,04 17,74 19,02 17,28 6,37 2,92 4,51 1,68 5,61 ab ab b a ** 0,68 b 0,67 ab 0,85 c 0,62 a 18,09 ** 2,92 4,51 0,14 11,82 41,40 41,78 42,93 41,33 31,15 2,92 4,51 0,76 1,09 a a b a ** 16,20 16,49 17,73 16,13 37,54 2,92 4,51 0,70 2,53 a a b a ** 5,87 5,63 4,55 5,38 10,41 2,92 4,51 1,03 11,50 b b a ab ** 127,77 128,31 130,38 128,38 17,17 2,92 4,51 1,60 0,75 a a b a ** 84,48 a 87,87 a 94,18 b 91,84 b 40,63 ** 2,92 4,51 3,89 2,60 1,66 1,70 1,80 1,75 4,45 2,92 4,51 0,16 5,83 a a a a ns 6,58 7,17 7,50 6,92 3,81 2,92 4,51 1,14 9,77 a a a a ns 15,50 17,33 18,67 16,92 8,27 2,92 4,51 2,62 9,18 a ab b ab ** 16,52 18,23 19,29 18,04 15,23 2,92 4,51 1,68 5,61 a ab b ab ** 0,62 a 0,67 a 0,83 b 0,70 ab 13,74 ** 2,92 4,51 0,14 11,82 41,34 41,78 42,53 41,77 14,09 2,92 4,51 0,76 1,09 a a b ab ** 16,06 16,58 17,33 16,57 18,74 2,92 4,51 0,70 2,53 a a b a ** Keterangan : Angka-angka dalam kolom dan perlakuan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT 5 % **= berbeda sangat nyata * = berbeda nyata ns= tidak berbeda nyata 11 12 Tabel 2. Angka rata-rata interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman Rootone-F terhadap variabel yang diamati Kombinasi K0W0 K0W1 K0W2 K0W3 K1W0 K1W1 K1W2 K1W3 K2W0 K2W1 K2W2 K2W3 K3W0 K3W1 K3W2 K3W3 F Hitung F Tabel 5 % F Tabel 1 % BNT 5 % KK Saat muncul tunas (hst) 6,53 f 6,40 f 5,07 bcde 5,80 cdef 5,20 bcde 4,87 bc 5,13 bcde 5,13 bcde 5,67 cdef 5,33 bcde 3,47 a 5,00 bcd 6,07 ef 5,93 def 4,53 b 5,60 cdef 5,62 ** 2,21 3,06 1,03 11,50 Tinggi Tanaman (cm) Panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) Jumlah daun (buah) Jumlah akar (buah) Panjang akar (cm) Diameter Batang (cm) 125,57 a 125,90 ab 126,07 abc 125,63 a 126,77 abcd 127,37 bcde 128,03 def 126,27 abcd 130,03 g 132,33 h 138,23 i 132,90 h 128,70 efg 127,67 cdef 129,20 fg 128,73 efg 12,66 ** 2,21 3,06 1,60 0,75 84,23 c 80,30 b 87,53 cd 75,80 a 79,77 ab 80,13 b 93,00 f 86,93 cd 86,67 cd 91,57 ef 117,30 h 116,43 h 87,23 cd 99,47 g 78,87 ab 88,20 de 63,74 ** 2,21 3,06 3,89 2,60 1,63 a 1,73 ab 1,77 ab 1,73 ab 1,67 a 1,63 a 1,77 ab 1,70 ab 1,70 ab 1,77 ab 1,97 c 1,87 bc 1,63 a 1,67 a 1,70 ab 1,70 ab 4,76 ** 2,21 3,06 0,16 5,83 6,33 a 6,33 a 6,67 ab 6,33 a 6,33 a 7,33 abc 7,67 bc 6,67 ab 7,33 abc 7,33 abc 8,33 c 7,67 bc 6,33 a 7,67 bc 7,33 abc 7,00 ab 4,95** 2,21 3,06 1,14 9,77 15,67 abcd 17,67 cdef 18,67 efg 16,33 abcde 15,00 ab 16,67 abcdef 18,00 def 17,67 cdef 15,33 abc 19,00 fg 20,67 g 19,00 fg 16,00 abcd 16,00 abcd 17,33 bcdef 14,67 a 7,31 ** 2,21 3,06 2,62 9,18 15,83 a 18,60 cdef 19,93 ef 17,80 cd 15,83 a 17,63 bcd 19,00 def 18,50 cde 17,07 abc 18,97 def 20,23 f 19,80 ef 17,33 abcd 17,70 bcd 18,00 cd 16,07 ab 8,72 ** 2,21 3,06 1,68 5,61 0,57 a 0,60 ab 0,80 de 0,73 bcde 0,57 a 0,67 abcd 0,80 de 0,63 abc 0,77 abc 0,80 de 1,00 f 0,83 e 0,57 a 0,60 ab 0,70 abcde 0,60 ab 6,64 ** 2,21 3,06 0,14 11,82 Bobot Basah Biomassa (gram) 41,17 abc 41,27 abcd 41,90 cd 41,27 abcd 41,60 abcd 41,77 bcd 42,03 d 41,70 abcd 41,67 abcd 42,80 e 44,23 f 43,00 e 40,93 a 41,30 abcd 41,97 d 41,10 ab 8,63 ** 2,21 3,06 0,76 1,09 Bobot Kering Biomassa (gram) 15,97 ab 16,07 abc 16,70 cd 16,07 abc 16,07 abc 16,57 bcd 16,83 d 16,50 bcd 15,47 bcd 17,60 e 19,03 f 17,80 e 15,73 a 16,10 abc 16,77 cd 15,90 ab 9,20 ** 2,21 3,06 0,70 2,53 Keterangan :Angka-angka dalam kolom dan perlakuan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT 5 % **= berbeda sangat nyata *= berbeda nyata ns= tidak berbeda nyata 12