SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE APLIKASI KONSEP RE-INVENTING TRADITION DALAM ARSITEKTUR KONTEMPORER STUDI KASUS: AUDITORIUM DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR VERNAKULAR BATAK KARO FX Teddy Badai Samodra Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS – Sukolilo, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] Abstrak Desain arsitektur kontemporer dengan objek auditorium dalam bahasan ini ditentukan dengan pendekatan non fisik sustainability pada paradigma tradition based. Konsep ini diungkapkan oleh Tan Hock Beng dalam menekankan evoke tradition dalam desain tropis. Hal penting dari pandangan tropis ini adalah menghindari hegemoni dari pengaruh globalisasi dan menjaga kekayaaan tradisi lokal. Upaya mengembangkan arsitektur tardisional ditunjang dengan pemberian strategi atau channel re-inventing tradition. Konsep ini diarahkan untuk mencari paradigma baru dengan hibridisasi (dalam sense yang sama). Dalam studi kasus desain auditorium, konsep arsitektur vernakular Batak karo diterapkan berdasarkan variabel waktu (time) dengan transformasi faktor tempat (place). Penerapan aturan-aturan tradisional pada bangunan modern diterjemahkan dengan cara-cara baru tanpa harus menghilangkan ikatan tersebut. Aplikasi konsep reinventing tradition dapat diilustrasikan pada desain tingkat tapak (village pattern, bangunan (form dan layout), dan detail (decoration dan construction). Cakupan konsep ini ditekankan pada kosmologi tapak (orientasi), hierarki tapak, bangunan, dan ruang, konsep harmoni (sosial dan fisik), dan estetika (dekorasi). Pendeteksian pada aspek sustainability non arsitektur (politik, ekonomi, sosial, budaya, dan fisik) diterapkan penanda survive (S) dan lost (L), sehingga transformasi arsitektur vernakular Batak Karo ke dalam bangunan auditorium dapat diterapkan dalam desain. Proses desain ini di deskripsikan dalam re-inventing tradition sebagai social cultural, symbol level, dan translation. Kata kunci: arsitektur kontemporer, arsitektur vernakular, re-inventing tradition, sustainability KONSEP SPESIFIK SUSTAINABILTY Konsep spesifik dalam bahasan ini diarahkan pada pendekatan paradigma sustainability dalam konteks non fisik. Dari bebepa kajian teori di atas ada dua kategori non fisik yang bisa dikaji, pertama Cultural Sustainability. Menurut Rapoport (1994), aspek sustainability ini mengarah pada referensi survival of cultures dan aspek yang bisa ditekankan cultural spesificity dan variability, ability to combine core element. Kedua, Social Sustainability, aspek sosial menurut terarah pada konsentrasi supportiveness dan acceptability. Arahan penekanan ini adalah: roles, family and kinship form, form of social organization, activity systems, lifestyle, values, ideals, images. I. 85 Universitas Teknologi Yogyakarta SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE Gambar 1 Pola Perancangan dengan Pendekatan channel re-inventing tradition PENDEKATAN TRADITION BASED PARADIGM Dari konsep non fisik sustainability kita mengarahkan pembahasan dengan spesifikasi pendekatan pada paradigma tradition based. Paradigma ini diungkapkan oleh Tan Hock Beng dalam memberikan konsep evoke tradition dalam desain tropis. Hal penting dari pandangan tropis ini adalah menghindari hegemoni dari pengaruh globalisasi dan menjaga kekayaaan tradisi lokal. Upaya mengembangkan arsitektur tardisional ditunjang dengan pemberian strategi/channel Reinventing tradition untuk mencari paradigma baru dengan hibridisasi/persilangan dalam sense yang sama (Tzonis, 2001). Pada channel tradition based re-inventing, prinsip desain berada pada tatanan sosial budaya, dengan peluang untuk memodifikasi ke arah fisik (Gambar 1). Simbol yang diaplikasikan berada pada nilai sedang sedangkan proses terjemahan berada pada zona modern dan tradisional. Prinsip merupakan faktor yang paling mendepatkan porsi lebih tinggi dari pada hal fisik (material dan konstruksi). Ketika simbol tertentu dihadirkan pada suatu bangunan, maka yang dapat dideteksi adalah prinsip symbol tersebut, bukan adopsi fisiknya. Re-inventing pada konteks tertentu merupakan metode kreativitas desain yang mengarah pada konsep transformasi dengan metafora. KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan gedung serbaguna, dilakukan dengan membuat transformasi arsitektur vernakular Batak Karo dengan pilihan channel re-inventing tradition (Tabel 1). Konsep non arsitektur / filosofis arsitektur vernacular (Batak Karo) I. 86 Universitas Teknologi Yogyakarta SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE dijadikan dasar tematik untuk menetapkan konsep desain bagi bangunan kontemporer (auditorium). Tabel 1 Konsep Transformasi Arsitektur Vernakular 1. Politik 2. Ekonomi 3. Sosial 4. Budaya 5. Fisik PENDEKATAAN RE-INVENTING TRADITION 1. SOCIAL CULTURAL 2. SYMBOL LEVEL 3. TRANSLATION S = SURVIVE L = LOSE Decoration/ Ragam Hias Construction Building Lay-out KONSEP NON ARSITEKTUR ASPEK FILOSOFIS Village Pattern NO. Building Form ASPEK ARSITEKTUR S L L S S S L L S S S L S S S S L L S S L L L S S S S L L L L S S L L L L S S L Penetapan aspek arsitektur dari dasar berpikir filosofis ditunjukkan dengan pendeteksian nilai yang survive (bertahan) dan lose (dihilangkan). Aspek yang survival merupakan faktor yang harus dipertahankan karena memiliki image. Image ini merupakan kondisi yang sustainable. Sedangkan faktor yang lose, merupakan aspek yang bisa dimodifikasi tanpa menghilangkan karakteristik arsitektur vernakular. Tabel 2 Analisis Tapak dan Bangunan 1. ANALISIS TAPAK KOMPONEN TAPAK ARS. VERNAKULAR BATAK KARO GEDUNG SERBAGUNA SURABAYA (standard & lokasi) Faktor alam: 1. Bentuk lahan Tidak ada regulasi, sesuai distribusi masss bangunan Semua bentuk lahan dapat diakomodasi I. 87 DESIGN PROBLEM (pola transformasi) Universitas Teknologi Yogyakarta SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE KOMPONEN TAPAK ARS. VERNAKULAR BATAK KARO GEDUNG SERBAGUNA SURABAYA (standard & lokasi) DESIGN PROBLEM (pola transformasi) Transformasi tapak dengan slope tinggi ke slope rendah 2. Topografi Memiliki kemiringan relatif tinggi (berada pada area lereng pegunungan) Kemiringan rendah pada lokasi site di Surabaya 3. Tanah 4. vegetasi & satwa liar 5. Faktorfaktor iklim (temperatur, radiasi, kelembaban, curah hujan, angin) Faktor kultur: 1. Sirkulasi Tidak ada kriteria khusus Tidak ada kriteria khusus Tidak ada kriteria khusus Tidak ada kriteria khusus - Radiasi, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin tinggi, sedang temperatur rendah (dingin) Radiasi, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin tinggi, sedang temperatur tinggi (panas) Transformasi daerah bertemperatur rendah (dingin) ke temperatur tinggi (panas) Sirkulasi umum tidak teratur, tetapi ada ketentuan khusus dengan adanya pola distribusi massa Rumah Adat, Lesung, Lumbung, Geriten (mengarah ke cluster) Sirkulasi tapak mendukung sirkulasi bangunan, yaitu linier terpusat, dengan pusat sirkulasi berupa auditorium dan stage. Transformasi cluster ke linier I. 88 Universitas Teknologi Yogyakarta SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE KOMPONEN TAPAK 2. Layout: Zoning Orientasi 3. Hubungan ARS. VERNAKULAR BATAK KARO GEDUNG SERBAGUNA SURABAYA (standard & lokasi) DESIGN PROBLEM (pola transformasi) Terbagi atas kelompok yang masing-masing terdiri atas Rumah Adat, Lesung, Lumbung, Geriten dengan pola hierarki: Benua bawah (kuburan) Benua tengan (daerah hunian) Benua atas (daerah geriten) Terbagi atas tiga komponen ruang utama: Zona penerimaan Zona auditorium Zona stage Transformasi zoning berkarakter kosmologi ke arah fisik bangunan serbaguna Ke arah Julu (hulu) Tapak bersifat tertutup terhadap akses dari luar (adanya gundukan tanah/rumpun bambu yang rapat pada batas site-konsep defence) Tidak ada ketentuan Tapak bersifat terbuka/memberikan akses dari luar Transformasi karakter tapak yang tertutup ke arah tapak yang memberikan aksesibilitas. 2. ANALISIS BANGUNAN KOMPONEN BANGUNAN ARS. VERNAKULAR BATAK KARO (hunian) 1. Organisasi ruang/buildi ng lay out Linier dengan heart ruang jabu (keluarga) GEDUNG SERBAGUNA SURABAYA (standard & lokasi) Linier dengan heart ruang stage I. 89 DESIGN PROBLEM (pola transformasi) Memiliki kemiripan, tetapi perlu adanya transformasi hierarki secara fisik dan non fisik Universitas Teknologi Yogyakarta SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE KOMPONEN BANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA SURABAYA (standard & lokasi) ARS. VERNAKULAR BATAK KARO (hunian) DESIGN PROBLEM (pola transformasi) 2. Bentuk bangunan Dibentuk oleh aspek kosmologi dengan analogi tubuh manusia: (atap-kepala, hunian-badan, kolong-kaki) Tidak ada ketentuan khusus - 3. Sistem konstruksi Hunian dengan bentang pendek dengan material lokal Bangunan dengan bentang lebar dengan materilal yang tidak ada pembatasan Transformasi sistem konstruksi bentang pendek ke bentang lebar. 4. Dekorasi Aplikasi konsep tektonika, dengan ragam hias tradisional Batak Karo Tidak ada ketentuan khusus, image diarahkan ke fungsi (music dan speech) Transformasi tektonika dan ragam hias ke image fungsi bangunan serbaguna HIASAN CUPING, SEBAGAI PENYOKONG KOLOM DAN DEKORASI Ragam hias Perrgeret-ret Jenis ragam hias yang berfungsi sehagai hiasan dan struktur I. 90 Universitas Teknologi Yogyakarta SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE DISKUSI Konsep perancangan arsitektur kontemporer, secara fundamental dapat dilakukan tanpa harus membawa aspek place, artinya setiap lokasi dapat diterapkan konsep-kosnep arsitektur vernakular. Seperti pada Tabel 2 dan 3, transformasi arsitektur vernakular dengan cara baru, termasuk lokasi, dianalisis dengan menetapkan design problem pada skala tapak maupun bangunan. Secara umum pemilihan lokasi dalam penerapan desain yang berkelanjutan juga menjadi pertimbangan kritis ketika dalam analisis tapak, komponen seperti pemilihan lokasi arsitektur tradisional atau vernakular, orientasi, dan ebagainya menjadi faktor yang bertahan atau survival (harus diterapkan pada bangunan baru). Dalam Gambar 2, diilustrasikan bagaimana arsitektur vernakular tampil dengan muka baru, dengan penemuan kembali aspek arsitektur tradisional pada aristektur kontemporer. Secara visual, karakteristik arsitektur vernakular sudah bisa dideteksi dari bangunan baru. Penerapan dalam konsep re-inventing ini, dilakukan dengan persilangan, bukan sekedar makna saja seperti konsep re-interpreting tradition, namun juga fenomena realistisnya meskupun tidak apa adanya seperti konsep re-invigoration tradition. Tabel 3 Transformasi Desain 1. TAPAK KOM PON EN DESIGN PROBLEM (pola transformasi) • Transformasi tapak dengan slope tinggi ke slope rendah • Transformasi daerah bertemperatur rendah (dingin) ke temperatur tinggi (panas) • Transformasi cluster ke linier • Transformasi zoning berkarakter kosmologi ke arah fisik bangunan serbaguna Transformasi banyak massa ke satu massa Transformasi karakter tapak yang tertutup ke arah tapak yang memberikan aksesibilitas. • • 2. BANGUNAN • • • Memiliki kemiripan, tetapi perlu adanya transformasi hierarki secara fisik dan non fisik Transformasi sistem konstruksi bentang pendek ke bentang lebar. Transformasi tektonika dan ragam hias ke image fungsi bangunan serbaguna PENDEKATAN SUSTAINABLE ARCHITECTURE (Re-inventing tradition) Prinsip ditekankan dengan mengakomodasi aspek vernakular yang dituangkan dengan cara baru. Transformasi dapat dilakukan sesuai cara modern (kondisi lingkungan bangunan serbaguna), prinsip channel tetap memberikan toleransi cara fisik dan tidak hanya mengarah pada aspek sosisal budaya.saja. Prinsip ditekankan dengan mengakomodasi aspek vernakular yang dituangkan dengan cara baru atau dengan hibridisasi. Bangunan modern bisa memetaforakan simbol yang dimiliki arsitektur vernakular dengan cara fisik. Transformasi dapat dilakukan dengan pola persilangan. Transformasi dapat dilakukan sesuai cara modern (fungsi bangunan serbaguna), prinsip channel tetap memberikan toleransi cara fisik dan tidak hanya mengarah pada aspek sosial budaya.saja. Bangunan modern bisa memetaforakan simbol yang dimiliki arsitektur vernakular dengan cara fisik. Prinsip ditekankan dengan mengakomodasi aspek vernakular yang dituangkan dengan cara baru atau dengan hibridisasi. Bangunan modern bisa memetaforakan simbol yang dimiliki arsitektur vernakular dengan cara fisik. I. 91 Universitas Teknologi Yogyakarta SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE Gambar 2 Ilustrasi Desain I. 92 Universitas Teknologi Yogyakarta SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE DAFTAR PUSTAKA Abel, C. Architecture and Identity. Architectural Press. Oxford: 1997 Crowe, N. Nature and The Idea Of Man-made world. The MIT Pres. Massachusetts : 1995 Day, Christhoper. Spirit ande Place. Architectural Press.oxford: 2002 Departemen Depdikbud. Arsitektur Tradisional Sumatra Utara. CV. Eka Dharma. Jakarta: 1997 Lim, S.W. William. Contemporary Vernacular. Select Books. Singapore:1998 Mangunwijaya. Wastu Citra. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 1995 Meiss, P. Elements of Architecture. E & FN Spon. London : 1991 Olivier, P. Dwelling. Phaidon Press Limited. Oxfor: 1987 Rapoport, Amos. Sustainability Meaning and Traditional Environment. IASTE. California: 1994 Schulz. N.C. The Concept of Dwelling. Rizolli. New York: 1984 Stevent, Garry. The Reasoning Architect. McGraw Hill. US : 1990 Tuan, Yi Fu. Space and Place. University of Minnesota Press. Menneapolis : 1995 Tzonis, Alexander. Tropical Architecture. Wiley Academy. West Susse : 2001 Unwin, Simon. Analyzing Architecture. Butler and Tanner Ltd. London : 1997 Waterson, Roxana. The Living House. Oxford University Press. Singapore: 1989 I. 93 Universitas Teknologi Yogyakarta