T1_292010321_BAB II

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya
(Slameto,2003). Sedangkan menurut Gagne (dalam Slameto, 2003), belajar adalah
proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan
dan tingkah laku.
Menurut Harold (dalam Suprijono, 2011), berpendapat bahwa belajar
adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu. Selanjutnya Cronbach (dalam Suprijono, 2011)
mengatakan bahwa belajar adalab perubahan perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengamatan. Sementara menurut Trsvers (dalam Suprijono, 2011) berpendapat
bahwa belajar adalah proses menhasilkan penyesuaian tingkah laku.
Belajar menurut Cronbrach, Suprijono, Gagne (dalam suprijono, 2011)
adalah perubahan tingkah laku. Belajar dipahami sebagai proses dari tidak tahu
menjadi tahu, tidak bisa menjadi tidak bisa. Sebagian besar masyarakat
menganggap belajar disekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan.
Anggapan tersebut tidak salah, karena berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berdasarkan pengalaman atau latihan.
2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Setiap guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi
melalalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya
diukur dari beberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Sebagai alat untuk
mengetahui keberhasilan guru mengajar dan keberhasilan guru mengajar dan
keberhasilan siswa dalam belajar, setiap akhir pelajaran diadakan evaluasi belajar
yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar.
6
7
Menurut Iskandar (2012:128) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa
setelah mengikuti suatu msateri tertentu dari mata pelajaran yang berupa data
kuantitatif maupun data kualitatif.
Menurut Purwanto (2009:44) hasil adalah penilaian pendidikan tentang
perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam
kurikulum. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
beberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.
Menurut
Sudjana
(2009:22)
mengemukakan
“hasil
belajar
adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya”.
Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi hasil
belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal
sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai
macam kesulitan belajar yang mereka alami.
2.1.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003: 54), adapun faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yang meliputi:
1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor
individu (internal), yang meliputi:
a. Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan
penglihatan. Jika salah satu faktor biologis terganggu akan
mempengaruhi hasil prestasi belajar.
b.
Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat, dan motivasi
serta perhatian ingatan berfikir.
c.
Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani.
Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar,
dan haus.
2.
Faktor yang ada pada luar individu yang di sebut faktor
eksternal, yang meliputi:
a.
Faktor keluarga.
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil
tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran
besar.
8
b.
Faktor sekolah
Meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan
siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.
c.
Faktor masyarakat
Meliputi bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa
adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan
mendorong untuk lebih giat belajar.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas dapat
dikaji bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Aktivitas
belajar siswa memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga
lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit menangkap
mata pelajaran. Dalam keadaan dimana siswa dapat belajar sebagaimana
mestinya, itulah yang disebut belajar.
2.1.3 Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Paolo dan Marten (Haryono, 2013: 39) Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) untuk peserta didik dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Mengamati apa yang terjadi.
2. Mencoba mengamati apa yang diamati.
3. Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.
4. Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah
ramalan tersebut benar.
Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa dalam pembelajaran IPA
mencakup juga melakukan coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal, lalu
mencoba lagi.
Sedangkan menurut Haryono (2013: 42) IPA adalah pengetahuan yang telah
diuji kebenarannya melalui metode ilmiah.Dalam pembelajaran IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi IPA merupakan proses penemuan.
Haryono (2013: 49-50) juga memaparkan bahwa teori belajar yang
menonjol di
dalam
pembelajaran IPA adalah teori kognitivisme
dan
konstruktivisme. Teori kognitivisme menguraikan perkembangan kognitif dari
bayi sampai masa dewasa. Sedangkan teori konstruktivisme menekankan bahwa
9
individu tidak menerima begitu saja ide-ide dari orang lain. Mereka membangun
sendiri dalam pikiran mereka ide-ide tentang peristiwa alam dari pengalaman
sebelum mereka mendapat pelajaran IPA di sekolah. Ide-ide yang mereka bentuk
dan pengajaran IPA yang mereka dapatkan di sekolah disimpan di dalam struktur
kognitif mereka.
2.1.4 Pembelajaran kooperatif
2.1.4.1 Pengertrian pembelajaran kooperatif
Menurut Agus Suprijono (2009:54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep
yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif
dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran
menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil (Effandi
Zakaria dalam Isjoni, 2009:21).
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2013: 15) pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja secara kolaboratif
yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Model pembelajaran ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa
memahami konsep yang sulit saja, tetapi juga berguna untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman.
Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif menurut para ahli tersebut,
maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
menekankan pembelajaran secara berkelompok, dimana siswa mempunyai
tanggung jawab masing-masing didalam kelompoknya untuk mencapai tujuan
bersama.
10
2.1.4.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Tabel 1
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Tahap
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan
motivasi siswa
Tingkah Laku Guru
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan
dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan
pentingnya topik yang akan dipelajari dan
memotivasi siswa belajar.
Tahap 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui
bahan bacaan.
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membimbing setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efektif dan efisien.
Tahap 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Tahap 5
Evaluasi
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
Sumber : Rusman 2012:211
2.1.5 Pengertian Pembelajaran Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aroson sebagai metode
Cooverative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca,
menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam tipe jigsaw, guru memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa berkerja sama dengan sesama
siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
11
Pembelajaran kooperatiftipe jigsaw adalah suau tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,
2008)
Modelpembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang
secara heterogen dan berkerja sama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari
dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,
2008:13).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, menurut (Anita Lie, 2008) menyatakan bahwa siswa saling tergantung
satu dengan yang lain dan harus berkerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal. Para anggota dari kelompok asal yang berbeda,
bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan
membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta
membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.
Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali
pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah
12
mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain
untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut
saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman
sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara
individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini
adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan
informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan
baik.
Untuk mengklasifikasikannya setiap metode yang dianggap baik digunakan
dalam pengajaran sangatlah sulit. Apalagi untuk menggolongkan metode-metode
itu di dalam nilai dan efektifitasnya, sebab metode yang kurang baik ditangan
seorang guru dapat menjadi metode yang baik sekali di tangan guru yang lain, dan
metode yang baik akan gagal di tangan guru yang lain yang tidak menguasai
teknik pelaksanaannya.
Di dalam kenyataannya, banyak faktor yang menyebabkan tidak selalu
dapat dipergunakan metode yang dianggap paling sesuai dengan tujuan,situasi,
dan lain-lain. Guru seringkali terpakasa menggunakan metode pilihan kedua atau
pilihan ketiga. Yang harus diperhatikan oleh guru dalam keadaan demikian ialah
batas-batas kelebihan dan kelemahan metode yang dipergunakannya, untuk dapat
merumuskan kesimpulan mengenai hasil evaluasi usahanya itu.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai
metode mengajar dimaksudkan bahwa seorang guru, orang luar yang sengaja
diminta, atau siswa sekalipun dapat memperlihatkan pada seluruh kelas suatu
proses. Metode ini cukup efektif karena membantu para murid untuk memperoleh
jawaban dengan mengamati penjelasan dari masing-masing tim ahli.
2.1.6 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional
yang menerapkan system kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan
pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 2009).
13
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al.
(2000), yaitu:
2.1.6.1 Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa
ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa
model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
2.1.6.2 Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas social, kemampuan,
dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa
dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk berkerja dengan saling bergantung
pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan
belajar saling menghargai satu sama lain.
2.1.6.3 Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada
siswa keterampilan berkerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan
social, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang
dalam keterampilan sosial.
Didalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini terdapat kelebihan
dan kelemahan dalam penggunaan pembelajaran ini diantaranya sebagai berikut:
2.1.6.4 Kelebihan Tipe Jigsaw :
a. Menurut Nurhadi (2001:3) :
1) Meningkatkan kerja sama untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
2) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri
dan juga pembelajaran orang lain.
14
3) Guru berperan sebagai pendamping, penolong dan mengarahkan siswa dalam
mempelajari materi pada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi
kepada rekan-rekannya.
4) Melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
5) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
b. Menurut Ibrahim, dkk (2003:120-121) :Bahwa kelebihan dari belajar
Jigsaw yaitu dapat mengembangkan tingkah laku dan hubungan yang lebih baik
antar siswa dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa
belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar dari pada dari Guru.
c. Menurut Ratumanan (2002:63) :Menyatakan bahwa kelebihan Jigsaw
bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar Jigsaw dapat memacu terbentuknya ide
baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
2.1.6.5 Kelemahan Tipe Jigsaw :
1) Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan anggotanya
lemah semua.
2) Penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli sering tidak sesuai
antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajarinya.
3) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung
mengontrol jalannya diskusi.
4) Siswa memilki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi ketika sebagai tenaga ahli
sehingga dimungkinkan terjadi kesalahan.
5) Awal pengguanaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya
butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang.
2.1.7 Tahap-tahap Pembelajaran Tipe Jigsaw
Tahap pertama, peserta didik dikelompokan dalam bentuk kelompok kecil.
Pembentukan kelompok-kelompok peserta didik tersebut dapat dilakukan oleh
guru berdasarkan pertimbangkan tertentu. Untuk mengoptimalkan mamfaaat dari
belajar dalam kelompok, kenanggotaan kelompok heterogen, baik dari segi
kemampuannya maupun karakteristik lainnya. Jumlah peserta didik yang berkerja
sama dalam masing-masing kelompok, pun harus dibatasi, agar kelompok-
15
kelompok yang terbentuk dapat berkerja sama secara efektif. Jumlah kelompok
yang tepat menurut penelitian adalah 4-6 orang.
Tahap kedua, setelah peserta didik dikelompokan menjadi beberapa kelompok
disesuaikan dengan banyaknya materi yang akan didiskusikan, didalam jiksaw ini
setiap angota kelompok ditugaskan untuk mempelajari suatu materi tertentu.
Kemudian peserta didik-peserta didik atau perwakilan dari kelompoknya masingmasing bertemu dengan anggota-anggota dari kelompok lain yang mempelajari
materi yang sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan dengan mempelajari
serta memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga masing-masing
perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi tersebut.
Tahap ketiga, setelah masing-masing perwakilan tersebut menguasai materi yang
ditugaskannya, mereka kembali ke kelompok masing-masing atau kelompok
asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota saling menjelaskan pada teman satu
kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang
ditugaskan leh guru.
Tahap keempat, peserta didik diberi tes/kuis oleh guru, hal tersebut dilakukan
untuk mengetahui pemahaman materi oleh peserta didik.
Menurut Arends, 2008:14 hubungan antara kelompok asal dan kelompok
ahli digambarkan sebagai berikut:
Langkah-langkah dalam menerapkan tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
- Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda.
16
Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal
menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari
siswa sesuai dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian
materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran
tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama
dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa
mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun
rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke
kelompok asal. Misalnya suatu kelas dengan jumlah siswa 12 dan materi
pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri
dari 4 bagian materi pembelajaran, maka dari 12 siswa akan terdapat 4
kelompok ahli yang beranggotakan 3 orang siswa dan ada 3 kelompok asal
yang terdiri dari 4 orang siswa. Setiap kelompok ahli akan kembali ke
kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari
dalam kelomok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada
dikelompok ahli maupun kelompok asal.
Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan
pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok
yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah didiskusikan.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2011: 89), langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw adalah sebagai berikut:
- Guru mengenalkan topik yang akan dibahas.
- Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.
Jumlah kelompok tergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada
topik yang dipelajari. Kelompok-kelompok ini disebut kelompok
asal.
- Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual
kepada tiap-tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok
bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang diterimanya
dari guru.
17
- Sesi berikutnya, guru membuat kelompok ahli.
- Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka
untuk berdiskusi.
- Setelah itu mereka kembali ke tim asal untuk menyampaikan hasil
diskusi dengan tim ahli.
- Sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu
dilakukan. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan
memberikan kesimpulan.
Langkah-langkah dalam pembelajaran tipe Jigsaw (tim ahli) adalah sebagai
berikut (Trianto, 2007:56) :
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Guru mengatur tempat duduk siswa.
c) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-5
orang).
d) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi-bagi beberapa sub bab.
e) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
f) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
g) Setiap kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas
mengajar teman-temannya.
h) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal siswa-siswa dikenai tagihan
berupa kuis individu (tes formatif).
i) Guru
memberi
pengarahan
kepada
setiap
kelompok
untuk
menyampaikan hasil pengamatannya.
j) Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
Dari langkah-langkah tersebut dapat disimpulkan oleh peneliti dalam
pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada materi sifat-sifat cahaya dengan batasan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut:
18
1. Kegiatan Awal
 Mengucapkan salam pembuka, berdoa, pengkondisian kelas,
presensi
 Apresepsi
2. Kegiatn Inti
Eksplorasi
 Guru melibatkan siswa mencari informasi yang luas mengenai
tema materi IPA tentang sifat-sifat cahaya.
 Menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
mendiskusikan sifat-sifat cahaya.
 Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
yang harus dikerjakan dengan langkah-langkah tipe jigsaw
A1
A1
B1
C1
B2
C2
A1
C1
A1
A2
C2
A2
A3
B3
C3
A4
B4
C4
C3
A3
C4
A4


B1
B2
B3
B4
Keterangan
= kelompok materi merambat lurus
1.
2.
= kelompok materi dapat menembus benda bening
3.
= kelompok materi dapat dipantulkan
4.
= dapat dibiaskan
 Guru memberikan materi dalam bentuk teks telah dibagibagikan menjadi beberapa sub bab
 Guru meminta siswa yang telah dibagi menjadi tim ahli
melakukan diskusi
 Guru menyuruh setiap anggota kelompok membaca sub bab
yang ditugaskan dan bertanggung jawab mempelajarinya
19
 Guru menyuruh siswa membuka buku dalam melakukan diskusi
tentang sifat-sifat cahaya
 Guru meminta siswa dalam tim ahli menyampaikan hasil diskusi
tentang sifat-sifat cahaya kepada tim asal
Elaborasi
 Setelah diskusi selesai secara acak guru memilih siswa untuk
mempresentasikan
hasil
diskusinya
dari
masing-masing
kelompok
 Kelompok lain memberikan tanggapan dari presentasi kelompok
 Setiap kelompok diberikan penghargaan berupa bentang kepada
kelompok yang mencapai skor tertinggi
Konfirmasi
 Guru memberikan umpan balik pada siswa dengan memberi
penguatan dengan memberikan tepuk tangan pada siswa yang
maju ke depan kelas
 Guru bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa.
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.
3. Kegiatan Akhir
 Guru meminta siswa mengerjakan soal evaluasi
 Salam penutup
2.2
kajian Relevan
Adapun hasil penelitian yang relevan yang mendekati judul penelitian ini
adalah hasil penelitian Laila Mardhiyah Tahun 2009 dengan judul ”Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di SDN Purworejo Kec. Suruh Kab.
Semarang Semester 1 Tahun Ajaran 2009/2010”. Berdasarkan hasil penelitian
Laila Mardhiyah disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas V SDN Purworejo semester 1
20
tahun ajaran 2009/2010. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran diperoleh hasil
siklus I dengan rata-rata kelas sebesar 75,81 persen. Setelah diadakan tindak
lanjut meningkat menjadi 76,96 persen dan pada siklus II rata-rata menjadi 77,22.
Ketuntasan belajar yang diperoleh setelah tindakan adalah 100%.
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
Laila
Mardhiyah
tentang
penggunaan metode jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar didapatkan
kesimpulan
bahwa
metode
pembelajaran
kooperatif
tipe
jigsaw
dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V. Didapat hasil pada siklus I
dengan rata-rata kelas sebesar 75,81 persen dan pada siklus II rata-rata menjadi
77,22. Dengan menggunakan metode jigsaw siswa dituntut untuk aktif dalam
proses pembelajaran, karena dalam jigsaw siswa berdiskusi secara kelompok
dengan pokok bahasan atau materi yang berbeda antara siswa yang satu dengan
siswa yang lain. Siswa dituntut untuk menguasai materi dengan baik sehingga
ketika mengerjakan soal siswa sudah memahami materi dengan baik. Maka hasil
atau nilai yang diperoleh siswa akan meningkat. Maka dapat diambil kesimpulan
bahwa metode jigsaw efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Selain itu hasil penelitian lain yang relevan dan mendekati judul penelitian
ini adalah hasil penelitian Arna tahun 2009 dengan judul “Upaya meningkatkan
hasil belajar IPA dengan menggunakan metode jigsaw pada siswa kelas5
Semester II SD Negeri Mangunsari 02 Kecamatan Sidomukti tahun pelajaran
2012/ 2013”. berdasarkan hasil penelitian Arna disimpulkan bahwa metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas 5
Semester II SD Negeri Mangunsari 02 Kecamatan Sidomukti Tahun pelajaran
2012/2013. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran diperoleh hasil siklus I
dengan nilai rata-rata kelas sebesar 76 dan pada siklus II rata-rata menjadi 77,
ketuntasan belajar yang diperoleh setelah tindakan adalah 95%.
Dari penelitian Arna tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas 5 Semester II SD
Negeri Mangunsari 02 Kecamatan Sidomukti Tahun pelajaran 2012/ 2013.
21
Berdasarkan kajian teori di atas mengenai hasil penelitian dari Laila
Mardiyanti dan Arna tentang peningkatan hasil belajar melalui metode kooperatif
tipe jigsaw, melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka berpikir
Berdasarkan pada fakta tentang situasi pembelajaran maupun hasil belajar
IPA siswa kelas V SD Negeri Watu Agung 01 Kecamatan Tuntang, terlihat bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran konvensional yang berbasis ceramah,
hasil belajar IPA siswa masih jauh dari standar KKM. Pembelajaran dengan
model ini membuat siswa menjadi peserta pasif.
Melihat situasi ini, peneliti bermaksud mengubah situasi pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw digunakan sebagai model dalam penelitian ini, karena
terbukti dari penelitian terdahulu maupun pada kajian teoritis bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat meningkatkan hasil belajar
IPA.siswa. Dapat dilihat pada bagan kerangka berpikir berikut ini:
22
Bagan Kerangka Berpikir
Kondisi
awal
Tindakan
Guru menggunakan
metode konvensional
yang berbasis ceramah
pada siswa kelas V
Menggunakan tipe
Jigsaw dalam
pembelajaran IPA
selama 2 siklus
a) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap
kelompok anggotanya 4-5 orang).
b) Materi pelajaran diberikan kepada siswa
dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi
beberapa sub bab.
c) Setiap anggota kelompok membaca sub bab
yang ditugaskan dan bertanggung jawab
untuk mempelajarinya.
d) Anggota dari kelompok lain yang telah
mempelajari sub bab yang sama bertemu
dalam kelompok-kelompok ahli untuk
mendiskusikannya.
e) Setiap kelompok ahli setelah kembali ke
kelompoknya bertugas mengajar temantemannya.
Kondisi
akhir
Melalui model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar
dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SDN
Watu Agung Tahun Ajaran 2013/2014
Hasil belajar siswa
Belum mencapai
KKM
Pembelajaran siklus 1
dan siklus 2
menggunakan tipe
jigsaw
23
2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dalam kajian teori dan kerangka berpikir, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas V SDN Watu Agung Semester II tahun pelajaran 2013/2014.
Download