hubungan antara komunikasi efektif dengan peningkatan motivasi

advertisement
HUBUNGAN ANTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPALA
SEKOLAH DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI KERJA GURU DI MA
DARUL MA’ARIF
CIPETE JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
Maftuha
205018200433
PROGARAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NERGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
KEPALA SEKOLAH DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI
KERJA GURU DI MA DARUL MA’ARIF CIPETE
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
Maftuha
205018200433
Dibawah Bimbingan
Dra. Nurdelima Waruwu, M. Pd
NIP. 19671020 200112 2 001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PNDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDYATULLAH
JAKARTA
2010
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Bismillahirrohmanirrohim …
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Maftuha
NIM
: 205018400433
Jurusan/Prodi
: KI-Manajemen Pendidikan
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi
: Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Kepala Sekolah
dengan Peningkatan Motivasi Kerja Guru di MA Darul
Ma’arif Cipete Jaskarta Selatan
Dosen Pembimbing
: Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku du UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil/karya sendiri
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 September 2010
Maftuha
NIM: 205018200433
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Bismillahirrohmanirrohim …
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Maftuha
NIM
: 205018400433
Jurusan/Prodi
: KI-Manajemen Pendidikan
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi
: Hubungan Antara Komunikasi Efektif dengan
Peningkatan Motivasi Kerja Guru di MA Darul Ma’arif
Cipete Jakarta Selatan
Dosen Pembimbing
: Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah
dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku du UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil/karya sendiri
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 September 2010
Maftuha
NIM: 205018200433
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulis skripsi yang berjudul
”Hubungan
Antara
Efektivitas Komunikasi Kepala Sekolah dengan
Peningkatan Motivasi Kerja Guru di MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta
Selatan” yang disusun oleh Maftuha. Nim: 205018200433. Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam. Jurusan Kependidikan Islam. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah di uji kebenaran
oleh pembimbing skripsi pada tanggal 30 September 2010
Jakarta, 30 September 2010
Dra. Nurdelima Waruwu, M. Pd
NIP: 19671020 200112 2 001
ABSTRAK
Efektivitas komunikasi kepala sekolah merupakan keadaan mengenai
karekteristik yang harus terjadi dilingkungan kerja yang dianggap dapat
mempengaruhi perilaku orang-orang yang berada di dalamnya, motivasi kerja
guru harus dimiliki oleh guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai seorang pendidik dan muncul karena adanya kesadaran serta dorongan
dari dalam diri guru tersebut, dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional,
penelitian korelasi merupakan penelitian yang akan melihat hubungan antara
variabel X dan variabel Y, dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang
status gejala pada saat penelitian dilakukan, instrumen penelitian ini terdiri dari
definisi oprasional, dimana instrument yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan angket dengan skala likert, sebelum menyebarkan angket untuk
penelitian terlebih dahulu instrument tersebut di uji kevalidan instrument,
kemudian uji realibilitas instrument.
Berdasrkan hasil penelitian mengenai hubungan antara efektivitas
komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru, diperoleh 0,
308 < 0,444 Ho ditolak sedangkan Ha diterima ini berarti terdapat hubungan yang
kurang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Dapat dibuktikan pada uji
hipotesis diperoleh thitung sebesar 2.209, dengan demikian pada taraf signifikasi
5% maupun 1% diperoleh 2.209 > 2.10. Berdasarkan interprestasi data terdapat
hubungan yang rendah atau lemah antara variable efektivitas komunikasi kepala
sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru.
Kepala sekolah hendaknya harus mampu bemberikan motivasi kepada
guru, memberikan perhatian, adanya sifat keterbukaan, dan bisa menciptakan
suasana kerja yang menyenangkan sehingga guru tersebut dapat termotivasi dalam
bekerja.
v
Kata Pengantar
­G¡‹+݉ƒo  ¯2Ù{´
¯2lµƒo
Alhamdulillah segala puji bagi allah dan rasa syukur penulis panjatkan
kehadirat allah SWT yang telah meberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat
dan karunianya, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
jungjungan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayahnya, penulis dapat
menyelesaikan penelitian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperolaeh
gelar Sarjana Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
memiliki kelemahan dan kekurangan, makka dari itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat konstruktif.
Disamping itu, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
telah banyak menerima bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya
terutama yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada. MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Rusdy Zakaria, M.Ed, M. Phil, Ketua Jurusan Kependidikan
Islam.
3. Drs. H. Mu’arif
Sam M.Pd. Ketua Program Studi Manajaemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd. Dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan,
arahan dan nasehat yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.
5. Para dosen yang telah mengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, khususnya yang mengajar di jurusan KI-Manajemen
vi
Pendidikan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih ilmu yang telah
diberikan selama penulis kuliah di kampus ini.
6. Pimpinan dan staf perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan FITK yang telah memberikan
fasilitas untuk memperoleh literature dan bahan yang diperlukan dalam
penulisan skripsi ini.
7. Kepala sekolah serta bapak/ibu guru MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta
Selatan yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian
skripsi ini.
8. Kepada kedua orang tua ku Ayahanda tercinta H. Kurtubi dan Ibunda
Hj. Suwarti yang telah memberikan semangat dan do’a kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakak-kakaku tercinta (Sukemi, Bustonul arifin, Ahmad Djarnuji ),
yang
telah
memberikan
semangat
kepada
penulis
dalam
menyelaesaikan studi.
10. Asrul Munandar Harhap yang telah memberikan dorongan dan
motivasi kepada penulis untuk menjadi sarjana.
11. Teman-teman Manajemen Pendidikan Islam angkatan tahun 2005 dan
teman-teman PPKT di MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan.
12. Sahabat-sahabat ku tercinta Sana, Roi, Evi, Eka, Siti khodijah, Lena,
Tika, Hilda, Iim soimah, Ria, yang telah membantu penulis selama
perkuliahan.
Akhirnya penulis berdo’a semoga allah SWT membalas jasa dan amal
baik mereka. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya pembaca pada umumnya. Amin...
Jakarta, 30 September 2010
Penulis
vii
viii
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan ............................................................................................. i
Lembar Pengesahan Pembimbing Skrips .......................................................... ii
Lembar Pengesahan Sidang Munaqosah ........................................................... iii
Lembar Pengesahan Uji Referens ...................................................................... iv
Abstrak .................................................................................................................. v
KataPengantar ..................................................................................................... vii
Daftar Isi ............................................................................................................... viii
Daftar Tabel.......................................................................................................... x
Daftar Lampiran .................................................................................................. xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ........................................................................ 6
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Konsep Efektivitas Komunikasi Kepala Sekolah ........................... 7
1. Pengertian Efektivitas ................................................................ 7
2. Pengertian Komunikasi .............................................................. 14
3. Pengertian Efektivitas Komunikasi ............................................ 16
4. Proses Komunikasi ..................................................................... 16
5. Bentuk-bentuk Komunikasi ....................................................... 22
6. Faktor Penghambat Komunikasi ............................................... 24
B. Konsep Motivasi Kerja Guru ......................................................... 26
1. Pengertian Motivasi Kerja Guru ................................................ 26
2. Jenis-jeniis Motivasi .................................................................. 28
3. Fungsi Motivasi ......................................................................... 28
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ............................ 29
viii
C. Kerangka Berfikir .......................................................................... 30
D. Hipotesis Penelitian........................................................................ 31
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ........................................................................... 33
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 33
C. Metodelogi Penelitian .................................................................... 33
D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 34
E. Variabel Penelitian ......................................................................... 34
F. Tehnik Pengumpulan Data ............................................................. 34
G. Instrumen Penelitian ...................................................................... 35
H. Analisis Uji Instrumen ................................................................... 39
I. Tehnik Analisis Data ...................................................................... 40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan........ 44
1. Sejarah singkat MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan ....... 44
2. Visi dan Misi MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan........... 46
B. Deskripsi Data ................................................................................ 46
C. Analisis Data .................................................................................. 49
D. Interprestasi Hasil Penelitian.......................................................... 50
E. Uji Hipotesis .................................................................................. 50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 52
B. Saran............................................................................................... 53
DAFTAR PUSAKA.............................................................................................. 54
ix
DAFTAR TABEL
Kisi-kisi Instrumen Variabel X ............................................................................ 35
Skala Penelitian Variabel X ................................................................................. 36
Kis –kisi Instrumen Variabel Y ........................................................................... 37
Skala Penelitian Variabel Y ................................................................................. 38
Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi ........................................................... 41
Dristribusi Frekuensi Variabel X ......................................................................... 47
Distribusi Frekuensi Variabel Y .......................................................................... 48
x
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Skor Uji Validitas dan Realibilitas Variabel X .......................................... 56
Tabel Skor Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Y .......................................... 57
Tabel Setelah Uji Coba Validitas dan Realibilitas Variabel X ............................ 58
Tabel Setelah Uji Coba Validitas dan Realibilitas Variabel Y ............................ 59
Perhitungan Realibilitas Variabel X..................................................................... 60
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X ................................................................ 62
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y ................................................................ 63
Mencari Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Pada Variabel X .............. 64
Mencari Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Pada Variabel Y .............. 66
Tabel Data Variabel X dan Y ............................................................................... 67
Diagram Grafik Histrogram Variabel X .............................................................. 68
Diagram Grafik Histogram Variabel Y ................................................................ 69
Struktur Organisasi .............................................................................................. 69
Tabel Jumlah Guru MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan............................ 70
Tabel Jumlah Siswa MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan ......................... 71
Keadaan Saran dan Prasarana .............................................................................. 72
Sarana Ibadah ....................................................................................................... 73
Sarana Sumber Belajar ......................................................................................... 73
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kunci pembangunan untuk masa sekarang dan yang
akan datang, karena melalui pendidikan diharapkan setiap individu dapat
meningkatkan kualitasnya dalam bidang pendidikan baik dari segi pengetahuan
atau wawasan maupun dari segi ketrampilan agar setiap individu mampu
berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Pendidikan merupakan alat untuk
memperbaiki keadaan sekarang dan untuk mempersiapkan dunia esok yang lebih
baik. Dunia pendidikan adalah suatu lembaga terpenting dalam membentuk dan
mengembangkan generasi bangsa, yaitu masyarakat agar dapat menghadapi
tantangan-tantangan yang ada akibat perkembangan zaman diantaranya melalui
pemberian pengetahuan dan ketrampilan tersebut, karena pendidikan dilakukan
agar pemikiran manusia berkembang dari sebelum tahu menjadi tahu, dan dari
tahu menjadi lebih tahu, sehingga pada akhirnya dapat merealisasikan apa yang
sudah diketahui ke dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Bab 1 UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 mengenai ketentuan
umum, pada pasal (1) dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
2
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. 1
Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesuai dengan misinya, yaitu
melaksanakan kegiatan mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Kegiatan belajar mengajar ini akan berjalan lancar jika komponen-komponen
dalam lembaga terpenuhi dan berfungsi sebagaimana mestinya, komponenkomponen tersebut meliputi sarana dan prasarana yang memadai, terpenuhinya
tenaga pendidikan yang kualitatif, adanya struktur organisasi yang teratur dan tak
kalah
pentingnya adalah peran kepala sekolah sebagai supervisor, dengan
demikian apabila setiap komponen dalam lembaga pendidikan tersebut berfungsi
dengan baik, maka pelaksanaan belajar mengajar berjalan dengan lancar sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
Penyelenggaraan pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan
sekelompok orang dalam proses kerjasama serta sebagai peralatan yang
dipergunakan. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan atau penataan sedemikian
rupa sehingga proses kerjasama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
berjalan secara teratur, sistematis, integrasi, sehingga berkaitan dan saling
mendukung antara yang satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
Salah satu unsur yang menunjang dan sekaligus terpenting dalam proses
pendidikan adalah guru. Guru merupakan orang yang paling penting dominan
terlibat langsung dengan anak-anak didik. Karena itu guru mempunyai tugas yang
cukup besar dalam rangka mendidik dan mengajar anak didiknya. Berhasil
tidaknya proses belajar mengajar banyak ditentukan oleh kemampuan guru.
Di dalam pelaksanaan tugasnya, guru banyak terbentur akan berbagai
masalah, yang mengakibatkan menurunnya motivasi kerja guru seperti :
keamanan kerja, kondisi kerja yang kurang menyenangkan, kurang adanya
perlakuan yang wajar dan jujur, serta kurang adanya pengakuan dan penghargaan.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka peran kepala sekolah sangat
1
Undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, h. 9.
3
besar dalam membantu meminimalisir permasalahan yang dimiliki oleh seorang
guru.
Di sinilah peran kepala sekolah sebagai supervisor untuk membantu para
guru. Sebagai pemimpin dibidang pendidikan seorang kepala sekolah harus
mampu menciptakan suasana semangat kerja yang tinggi, sehingga guru
termotivasi dalam tugasnya.
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab
seseorang melakukan sesuatu kegiatan yang berlangsung secara sadar. 2
Dengan demikian kepala sekolah sebagai pemimpin, selain berperan
melayani dan membantu segala kesulitan guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajarkan kinerja, kompetensi dan profesional guru ke arah yang lebih baik
dalam melakukan proses belajar mengajar, dan juga harus adanya komunikasi
yang baik antara kepala sekolah dengan para bawahannya, karena komunikasi
sebagai salah satu kegiatan administrasi sangat besar pengaruhnya. Pada
keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan. Pada sebuah
sekolah misalnya guru,
pegawai lainnya, dan kepala sekolah memerlukan
kegiatan komunikasi agar dapat diwujudkan kerja sama yang efektif diantara
mereka dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Salah satu faktor untuk memotivasi kerja guru adalah terciptanya
komunikasi yang berlangsung antara kepala sekolah dengan guru secara baik dan
terbuka. Untuk mengembangkan proses komunikasi yang baik, kepala sekolah
perlu memahami orang-orang dan kelompok yang membentuk organisasi
pendidikan di sekelilingnya. Sistem komunikasi dapat diharapkan berjalan lancar
jika iklim atau suasana sekolah memberi kesempatan kepada pegawai untuk bebas
menyatakan perasaan dan pikiran mereka, apabila kepala sekolah melaksanakan
komunikasi dengan baik dan efektif, guru akan lebih termotivasi dan berusaha
mengembangkan tugas profesionalnya.
2
Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang Kompetetif,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002), h. 351.
4
Efektivitas komunikasi Kepala Sekolah adalah apabila pesan yang ingin
disampaikan oleh sumber pesan tersebut di terima dan diartikan oleh sasaran
komunikasi, melalui hukum komunikasi yang efektif meliputi: rasa hormat dan
saling menghargai, empaty, pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima
pesan, sifat keterbukaan, rendah hati.
MA Darul Ma’arif merupakan salah satu sekolah tingkat atas yang
berlokasi di Jl. RS. Fatmawati Jakarta Selatan. Komunikasi merupakan bagian
terpenting dalam proses pendidikan di sekolah, masalah yang terjadi dalam proses
komunikasi biasanya diakibatkan dari proses komunikasi yang dilakukan antara
kepala sekolah dengan guru sehingga mengakibatkan kurang terciptanya
komunikasi efektif antara atasan dan bawahan serta kurangnya terbukaan seperti
komunikasi yang bersifat kaku dan sangat formal, disamping itu kepala sekolah
memiliki kesibukan diluar sekolah sehingga kepala sekolah jarang berada
ditempat. Hal inilah yang terkadang guru kurang termotivasi, oleh karena itu
komunikasi efektif merupakan salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan
motivasi kerja guru di sekolah. Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis
tertarik untuk membahas dan menuangkan masalah ini dalam bentuk skripsi yang
berjudul “HUBUNGAN ANTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPALA
SEKOLAH DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI KERJA GURU DI MA
DARUL MA’ARIF CIPETE JAKARTA SELATAN”.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dilakukan identifikasi
sebagai berikut:
1. Bagaimana komunikasi kepala sekolah dalam menyampaikan pesan
2. Bagaimana komunikasi yang terjalin antara kepala sekolah dengan guru
3. Bagaimana kepala sekolah menjalin komunikasi yang efektif dengan guru
4. Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan kepala sekolah dalam
melaksanakan komunikasi dengan guru
5. Apakah terdapat hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah
dengan peningkatkan motivasi kerja guru di sekolah?
6. Bagaimana motivasi kerja guru di MA Darul Ma’arif
7. Bagaimana kepala sekolah memotivasi guru dalam proses belajar mengajar?
C. Pembatasan Masalah
Berdasrakan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
untuk mempermudah dan mengarahkan penulisan skripsi ini, penulis membatasi
masalah pada:
1. Efektivitas komunikasi kepala sekolah adalah apabila pesan yang ingin
disampaikan oleh sumber pesan tersebut di terima dan diartikan oleh sasaran
komunikasi dalam organisasi khususnya sekolah, proses komunikasi ini lebih
kepada komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru melalui hukum
komunikasi yang efektif meliputi: rasa hormat dan saling menghargai, empaty,
pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan, sifat
keterbukaan, rendah hati.
2. Motivasi
kerja
adalah
kegiatan
yang
mendorong,
mengarahkan
,
mempertahankan yang disebut kerja yang meliputi: hidup layak dan rasa
aman, kondisi kerja yang menyenangkan, rasa diikut sertakan, perlakuan yang
wajar dan jujur, rasa mampu, pengakuan dan penghargaan.
6
D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: apakah terdapat hubungan antara efektivitas komunikasi kepala
sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru di MA Darul Ma’arif Cipete
Jakarta Selatan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan masukan untuk memperbaiki dan lebih
memperhatikan efektivitas komunikasi sehingga meningkatkan motivasi kerja
guru.
2. Bagi guru, sebagai cermin untuk lebih giat dan bersemangat dalam
melakasanakan tugas-tugasnya dengan tujuan untuk meningkatan motivasi
kerja guna menciptakan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.
3. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dan menambah wawasan mengenai
efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru
dan sekaligus menambah ilmu pengetahuan khususnya dibidang pendidikan.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Menurut Mulyasa efektivitas adalah “adanya kesesuaian antara orang
yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju” 1 . Efektivitas juga berati”
suatu tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan” 2 .
Dalam Ensiklopedi Indonesia, secara terminologi efektivitas berarti
“menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif kalau
usaha itu mencapai tujuannya” 3 .
Sedangkan dalam buku Ensiklopedi Administrasi, efektivitas adalah
“suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau
akibat yang dikehendaki” 4 . Efektivitas juga berarti “suatu kesanggupan untuk
mewujudkan suatu tujuan” 5 .
1
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002). Cet .
ke-1, h. 82.
2
Saliman. Sudarsono, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta: PT Rineka
Cipta. 1994). Cet ke- 1, h. 61.
3
Hasan Sydily, Ensiklopedi, (Jakarta:Ichtar Baru-Van Hoeve), Jilid 2, h.883
4
Patria Wasta (Ed), Ensiklopedi Admonistrasi, (Jakarta:CV) Haji Masagung, 1989), h.
147.
5
N.A. Antembun, Evaluasi Mengajar Kriteria dan Tekhnik-tekhnik, (Bandung: Suru
Bandung 2000), Cet. Ke-3, h.8
7
8
Jadi, jika seorang melakukan perbuatan dengan tujuan tertentu, maka
orang tersebut dikatakan efektif apabila sasaran atau tujuan dapat tercapai sesuai
dengan yang direncanakan sebelumnya.
Sebagai administrator pendidikan kepala sekolah hendaknya menguasai
berbagai ketrampilan yaitu dari ketrampilan konsep, ketrampilan manusiawai, dan
ketrampilan tehnik.
Kemampuan untuk mengadakan kontak hubungan kerja sama secara
optimal kepada orang yang di ajak bekerja sama dengan memperhatikan kodrat
dan
harkat
manusia
disebut
ketrampilan
manusiawi,
tujuannya
adalah
mengadakan hubungan bekerja sama dengan para bawahan dalam suatu organisasi
dan kepentingan anggotanya, tugas kepala sekolah adalah bagaimana mengisi
kebutuhan-kebutuhan, keinginan atau mendorong kepada personal. Agar personal
merasakan dengan tidak merugikan organisasi pendidikan. Walaupun tidak dapat
dipungkiri bahwa kemampuan atau potensi mereka telah lulus ujian penerimaan
sebagai petugas pendidikan dan mereka telah memilki ijazah yang sebagaian besar
sesuai dengan tugasnya, jadi seharusnya para administator pendidikan (kepala
sekolah) cukup menangani motivasi para personel saja dengan persyaratan mereka
dapat bekerja lebih baik, namun karena asumsi kita tidak semuanya benar maka
administator pendidikan (kepala sekolah) juga membina perkembangan profesi
dan karier mereka. Tugas kepala sekolah yang lain adalah meningkatkan potensi
dengan meningkatkan motivasi.
Kepala sekolah sebagai administator pendidikan dituntut untuk mampu
berkomunikasi dengan baik dengan para bawahannya, untuk itu kepala sekolah
harus dapat menciptakan komunikasi yang efektif dengan para bawahannya
(guru).
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki komunikasi
terutama dari pihak pemimpin (kepala sekolah) kepada bawahan (guru) sebagai
berikut:
a. Tentukan tujuan yang ingin dicapai oleh komunikasi itu.
b. Tentukan pihak-pihak penerima secara utuh.
9
c. Berkomunikasi secara rapih, yaitu pakailah kata yang tepat termasuk
kemungkinan konotasinya, usahanya sederhana mungkin.
d. Tentukan media yang tepat.
e. Kembangkan minat bersama antara yang memberi pesan (komunikator)
dengan yang menerima tantangan atau pesan (komunikan) hal-hal yang
akan dikomunikasikan.
f. Lakukan komunikasi itu pada waktu yang tepat.
g. Batasi isi komunikasi.
h. Ukurlah hasilnya melalui umpan balik.
Agar komunikasi efektif maka antara pembicara dan pendengar harus
saling pengertian, juga pembicaraan harus mengetahui keadaan si pendengar,
demikian juga sebaliknya. Apa yang dilakukan si pembicara atau si pendengar
adalah penting dari pada yang dinyatakan yaitu dituliskan. Komunikasi
sebenarnya timbul bila mana orang-orang atau kelompok secara sukarela bersamasama menghadapi sebuah masalah tertentu, sehingga mereka sungguh-sungguh
mendengar dan mengerti ide masing-masing atau penafsiran pengalaman atas
maslah dan bila mereka mencapai persetujuan dan menerima ide yang
bersangkutan.
Syarat utama dari komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang
dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat. Integritas pribadi yang kuat
akan menghasilkan kepercayaan dan merupakan dasar dari komunikasi. Integritas
merupakan landasan utama dalam membangun komunikasi yang efektif karena
tidak ada persahabatan atau teamwork tanpa ada kepercayaan dan tidak akan ada
kepercayaan tanpa integritas.
Menurut Bobby Galih, yakni tentang pentingnya memiliki fondasi utama
dalam membangun komunikasi yang efektif patut kita ketahui. Menurutnya kita
perlu memperhatikan lima hukum komunikasi yang efektif (The Five Inevitable
Laws of Efffective Communication) yang dirangkum dalam satu kata yang
mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH (Respect,
empathy, audible, clarity, humble), yang berarti merengkuh atau meraih. Karena
sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih
10
perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon
positif dari orang lain 6
a) Hukum pertama adalah respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah
sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita
sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama
dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya
manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita membangun komunikasi
dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat
membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan
efektivitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai
sebuah tim. Bahkan menurut maha guru komunikasi Dale Carnegie dalam
bukunya How to Win Friends and Influence People, “rahasia terbesar yang
merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah
dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus” 7 .
b) Hukum kedua adalah empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi
atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam
memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti
terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus
Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari tujuh
kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih
dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand – understand then be
understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and
trust). Inilah yang disebutnya dengan komunikasi empatik. Dengan memahami
dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan
6
Robyy Galih, Hukum Komunikasi yang Efektif, (www. Nurjihad.staff.uii.ac.id), 29
November 2010
11
dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama (teamwork)
atau sinergi dengan orang lain.
c) Hukum ketiga adalah audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik,
audible berarti pesan yang kita sampaikan (komunikator) dapat diterima oleh
penerima pesan (komunikan).
d) Hukum keempat adalah clarity
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi
kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau
disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima
pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling
curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok
atau tim kita.
e) Hukum kelima adalah humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah
hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk
membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati
yang kita miliki. Sikap rendah hati pada intinya antara lain: sikap yang penuh
melayani, sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong
dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan,
lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan
yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok
komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang
handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang
lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat
12
membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling
menguatkan.
Untuk memenuhi ketepatan dan kecepatan penyampaian informasi agar
diperoleh respon yang cepat dan tepat pula komunikasi harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Dalam buku komunikasi organisasi dan manajemen dalam
pembagunan mengemukakan asas-asas komunikasi efektif:
a. Kejelasan
Setiap informasi yang disampaikan harus jelas agar maksudnya tidak
ditafsirkan lain oleh penerima informasi.
b. Kesesuaian
Informasi yang disampaikan tidak boleh bertentangan dengan yang lain
sehingga membingungkan.
c. Kecukupan
Informasi harus cukup agar memadai untuk disampaikan.
d. Timing (tepat waktu)
Informasi harus disampaikan secepatnya.
e. Keseragaman
Informasi yang bersifat umum harus disampaikan dalam bentuk yang
sama atau seragam.
f. Penyebaran
Informasi yang disampaikan harus mencapai orang yang tepat agar dapat
digunakan secara efektif.
g. Interest
Komunikator harus berusaha agar bahan yang disampaikannya menarik
dan dapat di terima dengan baik. 8
Agar komunikasi berjalan dengan lancar dalam arti informasi dapat di
terima secara cepat dan tepat, diperlukan median atau saluran yang efektif pula.
Media komunikasi dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Media Audio
Yakni informasi yang disalurkan melalui pendengaran sehingga berbentuk
komunikasi lisan.
b. Media Visual
Yakni informasi yang disalurkan melalui penglihatan yang salah satu
bentuknya berupa komunikasi tertulis.
8
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Haji Masagung, 1987), h. 52.
13
c. Media Audio Visual
Yakni penyampaian informasi melalui saluran pendengaran dan penglihatan,
sehingga berbentuk lisan dan tulisan.
Menurut
Sondang
P
Siagian
dalam
buku
Teori
Dan
Praktek
Kepemimpinan menjelaskan bahwa “Dalam kegiatan organisasional seperti
halnya sekolah terdapat beberapa jenis fungsi komunikasi bagi sekolah yaitu
sebagai berikut: (a) fungsi motivasi, (b) fungsi ekspresi, (c) fungsi penyampaian
pesan, (d) fungsi pengawasan.” 9
Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi harus mampu memainkan
peranan penting, diantaranya: pertama sebagai wahana untuk menyampaikan
keluhan yang mana pimpinan diharapkan menjadi pendengar yang baik, kedua
sebagai saluran untuk menyatakan kepuasaan atas keberhasilannya menjalankan
tugas yang dipercayakan kepadanya, ketiga sebagai wahana penyampaian
informasi yang dilakukan untuk berbagai pihak untuk memperlancar jalannya
proses pengambilan keputusan, keempat sebagai wahana pengendali perilaku para
anggota organisasi. Orang-orang memahami pekerjaan mereka lebih baik dan
merasa lebih puas dalam pelaksanaannya.
9
Sondang P. Siagian, Teori Dan Praktek Kepemimpinan, ( Jakarta: Rineka Cipta 2003),
Cet. Ke-5, h. 91
14
2. Pengertian Komunikasi
Dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, “Istilah komunikasi
atau dalam bahasa Inggris Communicatio berasal dari bahasa latin comunication
yang berarti sama, sama yang dimaksud adalah sama makna.” 10 Sama di sini
maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat
kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan
diterima oleh komunikan.
Dalam kamus besar Indonesia, “Komunikasi adalah pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami.” 11
Menurut kamus psikologi “Dictionary of Behavioral Science“ yang dikutip
Jalaludin Rahmat dalam buku “Psikologi Komunikasi”, istilah komunikasi adalah:
a. Penyampaian perubahan energi dari suatu tempat ke tempat yang lain
seperti dalam sistem saraf atau menyampaian gelombang-gelombang
suara.
b. Penyampaian atau penerimaan sinyal atau pesan oleh organisme.
c. Pesan yang disampaikan.
d. (Teori komunikasi) proses yang dilakukan satu sistem untuk
mempengaruhi sistem yang lain, karena melalui pengaturan sinyal-sinyal
yang disampaikan.
e. (K. Lewin) pengaruh satu wilayh pesona pada wilayah pesona yang lain
sehingga perubahan dalam suatu wilayah menimbulkan perubahan yang
berkaitan pada wilayah lain.
f. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi. 12
Dapat disimpulkan dari definisi diatas bahwa :
a. Semua definisi mengakui bahwa komunikasi adalah suatu proses.
b. Semua definisi sepakat bahwa dalam proses komunikasi itu terjadi
penyampaian sesuatu dari satu pihak ke pihak yang lain.
10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya,2004), Cet 18, h. 9
11
Departemen Pendidikan dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996), Cet. Ke-7, h. 454
12
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004 ),
Cet. Ke-21, h. 3
15
Komunikasi itu berhubungan dengan emosi, sikap, moral, motivasi,
suasana hati, keadaan hati, keadaan pisik, situasi dan banyak lagi, hal yang
lainnya. Intinya mengenai manusia dan egonya.
Komunikasi efektif adalah “Suatu yang diperoleh atau suatu prestasi,
bukan suatu hak khusus atau suatu kebetulan yang baik dari sifat kebetulan yang
baik dari sifat turunan” 13 . Setiap orang mempunyai potensi untuk melakukan
komunikasi yang efektif dan potensi ini dapat lebih baik dan memaksimalkan
dijelmakan dan dicapai.
Komunikasi dapat dikatakan berlangsung dengan baik atau efektif
apabila pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan (komunikator) tersebut
diterima dan diartikan oleh sasaran komunikasi atau penerima pesan (komunikan),
dalam bentuk jiwa dan semangat yang sama persis seperti yang diinginkan dan
dimaksudkan oleh sumber pesan. Dan komunikasi yang efektif hanya akan terjadi
jika antara pengirim(komunikator) dan penerima pesan (komunikan) tercipata
pemahaman yang sama. Sejalan dengan itu Hadari Nawawi berpendapat bahwa
“Komunikasi yang efektif hanya akan berlangsung apabila setiap individu
memperlakukan individu yang lain sebagai subyek yang dilakukan dalam bentuk
saling menghormati, saling menghargai dan saling mempercayai.” 14
Komunikasi yang efektif itu penting bagi semua organisasi. Oleh karena
itu, para pemimpin organisasi perlu memahami dan menyempurnakan
kemampuan komunikasi mereka, begitu juga dengan bawahan atau para staf.
Untuk memahami komunikasi itu dengan mudah perlu mengetahui proses
komunikasi, unsur-unsur komunikasi, bentuk komunikasi, dan hambatanhambatan yang mungkin terjadi dalam komunikasi.
13
James G. Robbin Barbara S. Jones, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman
Jaya 1986), h. 6
14
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Haji Masagung, 1989), h. 46
16
3. Pengertian Efektivitas Komunikasi
Efektivitas komunikasi adalah “Suatu yang diperoleh atau suatu prestasi,
bukan suatu hak khusus atau suatu kebetulan yang baik dari sifat kebetulan yang
baik dari sifat turunan” 15 . Setiap orang mempunyai potensi untuk melakukan
komunikasi yang efektif dan potensi ini dapat lebih baik dan memaksimalkan di
jelmakan dan dicapai. Dengan adanya efektivitas komunikasi, maka akan timbul
perubahan-perubahan dalam kelakukan pihak penerima yang timbul sebagai hasil
transmisi suatu berita. Jadi apabila kita berbicara komunikasi yang efektif maka
kita maksudnya adalah komunikasi yang bisa menimbulkan efek komunikasi
diantaranya:
a. Perubahan dalam pengetahuan
b. Perubahan-perubahan dalam sikap pihak pertama.
c. Perubahan-perubahan dalam kelakuan pihak pertama, misalnya datang
tepat pada waktunya.
Jadi yang dimaksud dengan efektivitas komunikasi atau komunikasi
dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan atau yang dikomunikasikan dan
cara mengkomunikasikannya itu berkualitas baik sehingga bisa ditanggkap
dengan benar oleh yang menerimanya, yang menjurus pada penyelesaian tujuan
organisasi dan baik dalam waktu dekat maupun dalam waktu panjang. Di sini
diharapkan pihak yang menyampaikan pesan (komunikator) itu jelas, tidak terlalu
panjang dan disampaikan tepat pada waktunya, yaitu disaat akan menerima
(komunikan) tertarik pada pesan itu.
4. Proses Komunikasi
Seperti yang telah diuraikan dalam definisi komunikasi, kiranya dapat
disepakati bahwa komunikasi sebagai proses pertukaran pesan dengan hasil
kebersamaan dalam makna merupakan sesuatu yang dihasilkan melalui suatu
proses yang di dalamnya merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan
15
Jaya 1986), h. 6
James G. Robbin Barbara S. Jones, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman
17
Proses komunikasi pada hakekatnya proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Pikiran bisa merupakan gagasan,
informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa
keyakinan,
kepastian,
keraguan,
kekhawatiran,
kemarahan,
keberanian,
kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Komunikasi akan berhasil
apabila pikiran disampaikan dengan perasaan disadari. Sebaliknya komunikasi
akan gagal jika sewaktu-waktu dalam penyampaian/menyampaikan pikiran,
perasaan tidak terkontrol. Proses komunikasi menurut Onong Uchjana dalam
bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik dibagi dua (2), yaitu “Proses
komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara sekunder.
1.
Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah bahasa, kiat, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya
yang secara langsung mampu menterjemahkan pikiran atau perasaan
komunikator kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak dipergunakan
dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu
menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain. 16
Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini, baik mengenai hal
yang kongkret maupun yang abstrak, bukan saja tentang hal atau peristiwa
yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan
masa yang akan datang. Bahasa tubuh memang dapat menterjemahkan pikiran
seseoranng sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaikan
tangan, atau memainkan jari-jemari, mengedipkan mata, atau menggerakan
anggota tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja.
Demikian isyarat dengan menggunakan alat seperti kentongan, beduk,
sirine dan lain-lain amat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan
pikiran seseorang kepada orang lain.
Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan komunikasi yang
melebihi kiat, isyarat dan warna dalam hal kemampuan menterjemahkan
6
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori ..., h. 11
18
pikiran seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Gambar hanya dipakai
dalam rambu-rambu lalu lintas.
2.
Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang atau media pertama.
Seseorang komunikator menggunakan media kedua dalam
melancarkan komunikasinya karena komunikasi sebagai sasarannya berada di
tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telpon, teleteks, surat
kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi media kedua yang sering
digunakan dalam komunikasi 17 .
Pada umumnya kalau kita bicara dikalangan masyarakat , yang
dinamakan media komunikasi yaitu adalah media kedua sebagai mana
diterangkan diatas. Jarang sekali orang menganggap bahasa sebagai media
komunikasi. Hal ini disebabkan oleh bahasa sebagai lambang (syimbol)
beserta isi (Content) yakni pikiran atau perasaan yang dibawanya menjadi
totalitas pesan (amaessage), yang tampak tidak terdapat dipisahkan. Tidak
seperti media dalam bentuk surat, telepon, radio, dan lain-lainnya yang jelas
tidak selalu dipergunakan. Tampaknya seolah-olah orang tidak mungkin
berkomunikasi tanpa bahasa, tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa
surat, atau telepon, atau televisi, dan sebagainya.
Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses
komunikasi, disebabkan oleh efesiensinya dalam mencapai komunikasi. Surat
kabar, radio, televisi, misalnya merupakan suatu media yang efesien dalam
mencapai komunikasi dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efesien karena,
dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas
kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya, bukan saja jutaan, melainkan
puluhan juta, bahkan ratusan juta, seperti misalnya pidato kepala negara
disiarkan melalui radio atau televisi.
Akan tetapi oleh para ahli komunikasi diakui bahwa efektif dan
efisiensi komunikasi bermedia hanya menyebarkan pesan-pesan yang bersifat
informatif, menurut mereka, yang efektif dan efesien dalam menyampaikan
17
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori..., h. 16.
19
pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan (Frame
of refence) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangakan dalam
proses komunikasinya, umpan balik berlangsung seketika dalam arti kata
komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu juga.
Dengan
demikian,
proses
komunikasi
secara
sekunder
itu
menggunakan media yang dapat diklafikasikan sebagai media masa (massa
media) dan media masa atau nonmassa (non media massa).
Dari pengertian komunikasi sebagai nama yang telah diutarakan di
atas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicangkup, yang
merupakan persyaratan terjadinya proses komunikasi. Dalam bahasa
komunikasi komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:
Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan.
Pesan
: Pernyataan yang didukung oleh lambang.
Komunikan
: Orang yang menerima pesan.
Media
: Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila
komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.
Efek
: Dampak sebagai pengaruh dari pesan.
Dari lima unsur dasar komunikasi itu para ahli komunikasi banyak
mengembangkan unsur-unsur dalam proses komunikasi, diantaranya Onong
Uchjana Effendy, mengembangkan unsur-unsur proses komunikasi menjadi
sembilan unsur.
20
Sender
Enconding
Massage
Decoding
Receiver
Media
Noise
Feedback
Response
Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah
sebagai berikut:
1. Sender
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
: Komunikasi yang menyampaikan pesan kepada
seseorang atau sejumlah orang.
Encoding
: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran dalam
bentuk lambang.
Message
: Pesan yang merupakan seperangkat lambang
bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
Media
: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan
dari komunikator ke komunikan.
Decoding
: Pengawasandian, yaitu proses di mana
komunikan menetapkan makna pada lambang
yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
Receiver
: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
Response
: Tanggapan seperangkat reaksi pada komunikan setelah
di terpa pesan.
Feedback
: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan
apabila tersampaikan atau di sampaikan
kepada komunikator.
Noise
: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh
komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan
komunikator ke komunikan. 18
Tehnik berkomunikasi adalah cara atau seni penyampaian suatu pesan
yang dilakukan seseorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan
dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah
pernyataan sebagai panduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi,
keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan sebagainya.
18
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori…, h. 18.
21
Yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu
pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu
pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklafikasikan menurut
kadarnya yakni:
a. Dampak kognitif
b. Dampak afektif
c. Dampak behavioral
Dampak kognitif adalah yang ditimbulkan pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualisasinya, disini pesan
yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran dari komunikan.
Dampak efektif lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Di sini
tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak
hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih,
gembira, marah dan sebagainya.
Yang paling tinggi kadarnya adalah dampak behavioral, yakni dampak
yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
Untuk contoh ketiga jenis dampak diatas dapat diambil dari berita, surat
kabar, pernah sebuah surat kabar membuat berita yang dilengkapi foto mengenai
seseorang wanita yang menderita tumor yang menahun sehingga perutnya besar
tidak terperikan. Peristiwa yang diberitakan lengkap dengan fotonya itu menarik
perhatian banyak pembaca, berita tersebut dapat menimbulkan berbagai jenis efek,
jika seorang pembaca hanya tertarik untuk membacanya saja dan kemudian ia
menjadi tahu, maka dampaknya hanya sekedar kognitif saja. Apabila ia merasa iba
atas penderitaan perempuan yang hidup tidak berkecukupan itu, berita tersebut
menimbulkan dampak afektif. Tetapi kalau si pembaca yang tersentuh hatinya itu,
kemudian
pergi
keredaksi
surat
kabar
yang
memberitakannya
dan
menyerahkannya sejumlah uang untuk disampaikan kepada si penderita, maka
berita tadi menimbulkan dampak behavioral.
22
5. Bentuk-bentuk komunikasi
Dalam kegiatan komunikasi suatu organisasi dapat dibedakan menjadi
komusikasi organisasi formal dan komunikasi organisasi informal.
Dalam organisasi formal, komunikasi diatur oleh hubungan yang
diadakan berdasarkan struktur wewenang dan kekuasaan, pertanggung jawaban
dan saluran-saluran organisasi lebih mengutamakan berdasarkan urutan
kekuasaan. Tepatnya informasi mengurus dalam organisasi menurut pola-pola
yang telah ditetapkan dan dibatasi. Pola-pola ditentukan berdasarkan perananperanan yang di tunjuk bagi setiap orang dan badan organisasi yang sementara itu
memperlihatkan juga jalur-jalur wewenang, kekuasan, tanggung jawab dan
menunjuk pula jaringan komunikasi formal. Dapat dikatakan bahwa komunikasi
formal adalah komunikasi terbatas karena dalam bentuk ini komunikasi hanya
dapat dilakukan antar personal tertentu berdasarkan kepangkatan atau posisi atau
jabatan masing-masing di dalam organisasinya.
Jika seorang administrator pendidikan hendak bekerja dengan efektif
hendaklah membangun sistem komunikasi formal yang baik. Struktur komunikasi
harus menjamin bahwa informal dan pikiran-pikiran akan mengalir bebas
kesemua arah ditentukan baik ke atas, ke bawah dan ke samping. Saluran-saluran
itu hendaknya dipahami oleh setiap anggota organisasi. Garis-garis komunikasi
hendaknya dibuat sependek dan sesingkat mungkin. Hendaknya sedapat mungkin
bagi semua anggota bertindak sebagai sumber komunikasi maupun sebagai
penerima.
Komunikasi organisasi informal ialah “Komunikasi yang terjadi dalam
suatu organisasi, tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur
organisasi.” 19
Sistem komunikasi formal selalu dilengkapi dengan jaringan komunikasi
yang informal. Informal cenderung pada tujuan-tujuan pribadi dari pada tujuantujuan organisasi. Karena itu sistem informal mungkin sejalan dan mungkin tidak
dengan sistem komunikasi formal. Keselarasan antara dua sistem tergantung pada
betapa tujuan-tujuan organisasi selaras dengan tujuan-tujuan pribadi dan sikap
19
Ig Wursanto, Etika Komunikasi Kantor, (Yogyakarta: PT. Kanisus 1992), h. 38
23
para anggotanya. Jika tujuan-tujuan organisasi dan pribadi itu sejalan, mungkin
sekali informaasi informal digunakan. Apabila tidak, komunikasi informal bisa
menghalang halangi bahkan menggantikan informasi formal.
Sistem informasi informal adalah sistem komunikasi yang paling
menguntungkan. Sistem komunikasi informal dalam organisasi harus diakui
kehadirannya dan sama pentingnya, yang kadang-kadang lebih efektif.
Penyampaian informasi yang bersifat rahasia tidak diperkecil, artinya dipandang
sebagai gambaran yang diharapkan suatu organisasi.
Sedangkan menurut Hadari Nawawi dalam bukunya Administrasi
Pendidikan “Komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni sebagai berikut: (1)
komunikasi ke dalam, yakni proses penyampaian atau permintaan informasi antar
personal dilingkungan satu organisasi. (2) komunikasi ke luar, yakni proses
penyampaian atau permintaan informasi antar personal dalam suatu organisasi
dengan personal atau badan diluar organisasi tersebut”. 20
Kominikasi ke dalam terdiri dari beberapa bentuk, antara lain sebagai
berikut:
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal yakni proses penyampaian informasi yang
dilakukan
antar pejabat yang tidak sama hirarki jabatannya dalam satu sub
sistem, terdiri dari :
a. Komunikasi ke bawah
Yakni penyampaian informasi dari pejabat/personal yang kedudukannnya
lebih tinggi kepada pejabat yang kedudukannya lebih rendah. Komunikasi
ini antara lain dilakukan dengan memberikan perintah/intruksi, petunjukpetunjuk, penjelasan-penjelasan, peringatan-peringatan dan keteranganketerangan dalam rangka mewujudkan beban kerja suatu sub sistem dalam
suatu organisasi.
b. Komunikasi ke atas
Yakni penyampaian informasi dari jabatan/personal yang kedudukannya
lebih rendah kepada pejabat/personal yang kedudukannya lebih tinggi
dalam satu sub sistem. Komunikasi ini antara lain dilakukan dalam bentuk
20
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Haji Masagung, 1987), h. 48.
24
memberikan laporan, penyampaian pendapat dan saran-saran, ide/gagasan
dan bahkan juga keluhan-keluhan.
2. Komunikasi Horizontal
Yakni
proses
penyampaian
dan
permintaan
informasi
antar
pejabat/personal yang jabatannya setingkat dalam satu organisasi, yang
dilakukan berupa rapat-rapat, diskusi, konsultasi dan lain-lain.
3. Komunikasi Diagonal
Menurut Hadari Nawawi dalam bukunya Administarasi pendidikan
mengemukakan bahwa komunikasi diagonal “yakni proses penyampaian dan
permintaan informasi antar pejabat/personal yang tidak sama tingkat
jabatannya antar sub sistem yang berlainan dilingkungan organisasi”. 21
4. Faktor-faktor Penghambat Komunikasi
Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menimbulkan
gangguan komunikasi sehingga tujuan komunikasi tidak tercapai. Pada dasarnya
hambatan itu dapat terjadi karena diatorasi, penghilangan sebagai isi informasi,
terlalu banyak informasi, waktu, penerimaam pesan, dan juga hambatan fisik.
Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendi “ Faktor-faktor penghambat
organisasi dalam komunikasi itu ada empat, yaitu: hambatan sosio-antropsikologis, hambatan sematis, hambatan mekanis, hambatan ekologis” 22 .
1. Hambatan Sosio-Antro-Psikologis
Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Ini berarti
bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi berlangsung,
sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi, terutama situasi
yang berhubungan dengan faktor sosiologis, antropologis dan psikologis.
a. Hambatan Sosiologis
Seorang sosiolog Jerman bernama Ferdinand Tonnies mengklarifikasikan
kehidupan manusia dalam masyarakat menjadi dua jenis pergaulan yang ia
namakan Gemeinschafi dan Gesellschaft. Gemeinschft adalah pergaula
21
22
Hadari Nawawi, Administrasi…, h. 49
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung:CV. Remadja Karya, 1986),
25
hidup yang bersifat pribadi, statis, dan tidak rasional, seperti dalam
kehidupan rumah tangga, sedangkan Gesellschft adalah pergaulan hidup
yang bersifat dimanis, rasional, bukan pribadi, seperti pergaulan dikantor
atau dalam organisasi.
Berkomunikasi dalam Gameinschft dengan istri atau anak tidak akan
banyak menjumpai banyak hambatan karena sifatnya personal atau pribadi
sehingga dapat dilakukan dengan santai, lain dengan komunikasi dalam
Gasellschaft. Seseorang yang bagaimanapun tingginya kedudukan yang ia
jabat, ia akan menjadi bawahan orang lain. Seorang kepala desa
mempunyai kekuasaan didaerahnya, tetapi ia harus tunduk kepada camat,
camat akan lain sikapnya ketika berkomunikasi dengan bupati, dan
seterusnya,
b. Hambatan Psikologis
Dalam melancarkan komunikasinya seorang komunikan tidak akan
berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang dijadikan
sasarannya. Yang dimaksud dengan siapa disini bukan nama yang
sandang, melainkan ras apa, bangsa apa atau suku apa. Dengan mengenal
dirinya,
akan
mengenal
pula
kedudukannya,
gaya
dan
norma
kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.
c. Hambatan Psikologis
Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi. Hal ini
disebabkan si komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak
mengkaji diri komunikasi. Komunikasi sulit untuk berhasill apabila
komunikasi sedang sedih, binggung, marah, merasa kecewa, merasa iri
hati dan kondisi psikologis lainnya.
2. Hambatan Sematis
Faktor sistematis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator
sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan.
Demi
kelancaran
komunikasi
seorang
komunikator
harus
benar-benar
memperhatikan gangguan sematis ini, sebab salah ucap atau tulis dapat
menimbulkan salah pengertian atau salah tafsir.
26
3. Hambatan Mekanis
Hambatan mekanis ini dijumpai pada penggunaan media yang digunakan
dalam kelancaran komunikasi. Banyak contoh yang kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari, seperti suara telpon yang kurang jelas, ketika hurup yang buram,
berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolomnya, dan lain-lain.
4. Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap
proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Contoh
hambatan, ekologis adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan lalu lintas,
suara hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain-lain.
Demikianlah dengan pelaksanaan komunikasi antara kepala sekolah
dengan para personal (guru), maka akan merasakan manfaat dari komunikasi yang
telah disebutkan diatas, dengan demikian diharapkan terjadinya ilkim organisasi
yang menyenangkan.
B. Hakikat Motivasi Kerja
1. Pengertian Motivasi Kerja
Dalam buku motivasi dan pemotivasian dalam manajemen ”istilah
motivasi (motivation) berasal dan bahasa latin yaitu
menggerakan (to move)
23
movere, yang berarti
. ”Motivasi juga didefinisikan sebagai suatu kondisi
yang menggerakan manusia kearah suatu tujuan tertentu” 24 .
Motivasi adalah “suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab
seseorang melakukan sesuatu kegiatan yang berlangsung secara sadar”
25
. Adapun
pengertian motivasi kerja adalah motivasi dalam sebuah lingkup organisatoris
yang merupakan proses dengan apa seseorang pemimpin merangsang pihak lain
untuk bekerja dalam rangkan mecapai tujuan organisasi.
23
J. Winardi, Motivasi & Pemotivasian Dalam Manajemen, ( Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004). Cet .ke-3, h. 1.
24
Anwar Prabu Mankunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 3.
25
Handari Nawawai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang Kompetetif,
(Yogyakarta: Gajah Mada Mada University Press, 2000), h.351.
27
Pendapat lain mengenai motivasi kerja adalah motivasi kerja sebagai suatu
kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara
perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
Menurut Ernest J. Mc Cormick dalam buku A. Anwar Prabu
Mangkunegara mengemukakan bahwa “ motivasi kerja adalah sebagai kondisi
yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang
berhubungan dengan lingkungan kerja” 26
Berdasarkan pengertian motivasi kerja diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi kerja adalah kegiatan yang mendorong, mengarahkan,
mempertahankan setiap tindakan yang disebut kerja.
Dalam motivasi, walaupun sudah memiliki komitmen dan persepsi yang
baik terhadap suatu pekerjaan tetapi pada dasarnya ada tiga unsur mendasar yang
melahirkan suatu motivasi. Menurut Siagian ada tiga unsur utama dalam
pembentukan motivasi yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan.
Dalam sebuah organisasi, kerja karyawan tidak bisa terlepas dari fungsi
organisasi tersebut, karyawan merupakan bagian dari organisasi sehingga ia akan
melaksanakan tugas-tugas yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya guna
mencapai tujuan organisasi. Sekolah merupakan sebuah organisasi yang
didalamnya terdapat individu yang terdiri dari unsur kepala sekolah, tata usaha
dan murid. Guru sebagai salah satu unsur sekolah memiliki motivasi kerja sesuai
dengan tugas dan kewajiban utama yakni mengajar.
Apabila pegawai/guru merasa sanggup untuk mengebangkan karirnya
disertai dengan kesempatan yang ada akan lahirlah suatu motivasi yang tinggi
yang akan membuat pegawai/guru bekerja dengan semangat, bertanggung jawab,
dan persaan puas yang akan membawa hasil yang memuaskan.
26
Anwar Prabu Mankunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 94.
28
2. Jenis-jenis Motivasi
Dalam melakukan suatu pekerjaan/perbuatan yang bersifat sendiri, seorang
selalu didorong oleh motif-motif tertentu baik yang objektif maupun subjektif.
Adapun motivasi kerja itu mempunyai jenis sebagai berikut:
1) Motivasi Intrinstik, yakni kondisi yang mendorong terjadinya suatu
perbuatan/kegiatan yang berada di dalam kegiatan itu sendiri.
Kondisi itu berbentuk kesadaran mengenai arti dan manfaat suatu
perbuatan/kegiatan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Missal:
beramal, berbuat kebaikan, berprestasi karena tanggung jawab,
menyalurkan dan mengembangkan bakat yang sifatnya tidak
mengharapkan pamrih material atau non material.
2) Motivasi Ekstrinsik, yakni kondisi yang mendorong terjadinya suatu
kegiatan yang berada diluar kegiatan itu sendiri, misal: pemberian
hadiah, insentif, pujian, situasi kerja yang menyenangkan. 27
Kedua jenis motivasi tersebut dapat menentukan keberhasilan seseorang
dalam mencapai kinerjanya, oleh karena itu prestasi kerja karyawan harus
dihargai, karena penghargaan memiliki arti dan pengaruh yang sangat besar bagi
setiap orang sebagai pendorong dalam mengembangkan kemampuan dan
keahliannya, sehingga dapat memberikan hasil kerja yang optimal.
3. Fungsi Motivasi
Motivasi sangat penting dalam melaksanakan suatu pekerjaan dan
berhasilnya suatu tujuan. Menurut Alisuf Sobri, fungsi motivasi adalah :
a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan
b. Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai
c. Penseleksi perbuatan selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin
dicapai 28
27
Hadari Nawawi. H. M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2006), h. 51.
28
Alisuf Sobri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), Cet. Ke-2, h. 86.
29
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Hal-hal yang mempengaruhi motivasi seseorang ada bermacam-macam
ini sangat dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain:
1) Hidup layak dan rasa aman
Hidup layak bukan berarti mewah, tetapi standar hidup yang tidak
memaksa guru harus hidup dalam kekurangan dalam hal keuangan. Hidup
layak berarti dapat menjamin makanan, pakaian, perumahan bagi keluarga
dan dapat mengenyam apa yang dinamakan cukup yang berlaku bagi
umum 29 . Rasa aman meliputi: “adanya jaminan sakit, terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan pokok, gaji yang tidak terlambat, suasana yang tidak
tertekan” 30 .
2) Kondisi kerja yang menyenangkan
Pengertian yang menyenangkan dapat berbeda-beda tapi umumnya
adalah tempat kerja yang menarik, kebersihan dan kerapian, perlengkapan
yang up to date.
3) Rasa diikut sertakan
Guru sebagaimana manusia lainnya ingin diikut sertakan dalam
kelompok dimana ia bekerja. Hasrat untuk bergabung ini pendorong untuk
mencapai prestasi kerja yang baik 31 . Untuk itu maka seorang kepala
sekolah harus mengikutsertakan guru dalam kegiatan sekolah.
4) Perlakuan yang wajar dan jujur
Dalam menjalankan tugasnya sebagai sebuah kelompok yang solid
guru yang mampu bekerjasama. Sebab jika kelompok merah hanya
anggota tertentu saja yang mendapat perhatian dari kepala sekolah maka
akan menurunkan motivasi kerja yang lainnya. Guru tidak menghendaki
diskriminasi dan pilih kasih, sering kali pembagian tugas menjadi sumber
ketidak puasan.
5) Rasa mampu
29
Piet . A. Sehartian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1982), h. 276.
30
Piet. A. Sehartian, Prinsip dan Teknik…,h. 277.
31
Piet. A. Sehartian, Prinsip dan Teknik…, 278.
30
Guru-guru menginginkan agar mereka juga diakui bahwa mereka
mampu berprestasi. Misalnya kepala sekolah mengakui bahwa guru
mampu dalam menunaikan tugas, mampu memberi sumbangan dalm
kelompok kerja, pemimpin mengakui guru mampu berkembang dalam
jabatan mereka.
6) Pengakuan dan Penghargaan
Salah satu penyebab orang mau bekerja ialah timbul hasrat untuk
diakui oleh pemimpin, teman sejawat, orang tua, masyarakat, dengan
adanya pengakuan dan penghargaan dari orang lain akan meningkatkan
motivasi guru untuk lebih baik dalam melaksanakan tugas.
7) Ikut ambil bagian dalam pembentukan policy sekolah
Guru ingin mengambil bagian dalam menentukan policy sekolah.
Keinginan untuk diikutsertakan merupakan penghargaan bahwa guru
merasa keberadaannya diakui. Ikut ambil bagian dalam menyusun dan
menentukan kebijakan sekolah mempunyai manfaat, guru merasa bahwa
saran, gagasan bermanfaat bagi kemajuan sekolah, sehingga guru akan
lebih berkreatifitas lebih baik.
C. KERANGKA BERFIKIR
Disadari atau tidak dalam kesehariannya manusia selalu melakukan
komunikasi, baik komunikasi dengan diri sendiri ataupun dengan orang lain,
dengan kata lain, bahwa komunikasi sudah seperti halnya manusia membutuhkan
oksigen untuk bernafas. Karena komunikasi adalah hal yang sudah biasa
dilakukan, kebanyakan tidak menyadari bahwa kita telah melakukan kesalahankesalahan dalam berkomunikasi. Untuk itulah diperlukannya sebuah komunikasi
yang mampu membangun kerja sama antara satu orang dengan orang lain, yakni
dengan adanya efektivitas komunikasi sehingga antara individu satu dengan yang
lainnya akan saling memahami, saling terbuka, saling toleransi, saling mengisi
dan saling memberi. Dengan demikian potensi dari masing-masing individu akan
semakin berkembang.
31
Dimana efektivitas komunikasi kepala sekolah adalah apabila pesan yang
ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut diterima dan diartikan oleh sasaran
komunikasi dalam organisasi khususnya sekolah, proses komunikasi ini lebih
kepada komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru yang melalui hukum
komunikasi yang efektif meliputi: rasa hormat dan saling menghargai, empaty,
pesan yang dmpaikan dapat diterima oleh penerima pesan, sifat keterbukaan,
rendah hati. Agar pesan itu dapat diterima dengan baik, maka dalam
berkomunikasi pun harus baik pula.
Motivasi kerja guru adalah kegiatan yang mendorong, mengarahkan,
mempertahankan yang meliputi: hidup layak dan rasa aman, kondisi kerja yang
menyenangkan, rasa diikut sertakan, perlakuan yang wajar dan jujur, rasa mampu,
pengakuan dan penghargaan. Oleh sebab itu dengan adanya efektivitas
komunikasi kepala sekolah diharapkan motivasi kerja guru pun akan baik pula,
dan hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik sehingga
mencapai tujuan pendidikan.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, dapat diajukan kerangka kesimpulan
efektivitas komunikasi kepala sekolah mempunyai daya pengaruh terhadap
perilaku anggotanya. Bila perilakunya positif
maka motivasi kerjanya harus
positif , hal ini terjadi pada semangatnya dalam mengajar.
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan pada kerangka teori dan kerangka berfikir diatas mengenai
hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan
motivasi kerja guru, maka hipotesis penelitian yang diajukan sebagai berikut:
“Terdapat hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan
peningkatan motivasi kerja guru”
Bila hipotesis ini dijabarkan lebih lanjut, maka tingginya motivasi kerja
guru disebabkan oleh efektivitas komunikasi kepala sekolah, untuk itu diajukan
hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho) sebagai berikut:
32
Ha
: Terdapat hubungan antara Efektivitas Komunikasi Kepala Sekolah
dengan Peningkatan Motivasi Kerja Guru di MA Darul Ma’arif Cipete
Jakarta Selatan
Ho.
: Tidak terdapat hubungan antara Efektivitas Komunikasi Kepala Sekolah
dengan Peningkatan Motivasi Kerja Guru.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penlitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana ada pengaruh
hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan
motivasi kerja guru di sekolah MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai dengan
bulan Agustus 2010.
Tempat penelitian yaitu di MA Darul Ma’arif yang berlokasi di Jl. RS
Patmawati Cipete Jakarta Selatan.
C. Metode Penelitian
Berdasarkan judul penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu
hubungan efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi
kerja guru, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasional, penelitian korelasi merupakan penelitian yang akan melihat
hubungan antara variabel X dan variabel Y dan dimaksud untuk memperoleh
informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan
33
34
D. Populasi dan Sampel
Menurut Hadari Nawawi dalam buku Margono mengatakan bahwa
"Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, yang terdiri dari manusia, bendabenda, hewan, tumbuhan, peristiwa yang dimiliki karekteristik tertentu dalam
suatu penelitian” 1 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru MA Darul
Ma’arif yang berjumlah 20 orang.
“Sampel yang digunakan adalah sampel teknik sampling jenuh yaitu teknik
penentuan anggota sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai
sampel” 2 hal ini disebabkan jumlah populasi relatif kecil yaitu 20 guru.
E. Variabel Penelitian
Menurut Sutrisno Hadi, dalam buku Suharsimi Arikunto mengatakan
bahwa ”Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi” 3 .
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu efektivitas komunikasi
kepala sekolah sebagai variabel bebas atau independent variabel (X), sedangkan
motivasi kerja guru sebagai variabel terikat atau dependent variabel (Y).
F. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa tekhnik pengumpulan data, yaitu:
1.Wawancara
Wawancara adalah “Cara untuk mengumpulkan bahan-bahan keterangan
(data) yang dilakukan dengan Tanya jawab lisan secara sepihak, bertatap
muka, dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.”Wawancara ini penulis
lakukan dengan kepala sekolah guna memperoleh informasi atau keterangan
tentang hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan
peningkatan motivasi kerja guru MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan.
1
Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet ke-6, h.
118.
2
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2004),Cet. Ke 6, h. 61.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006.ed. Revisi 6, h. 116.
3
35
2. Angket
Angket adalah “Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang diketahui., ”Angket atau koesioner ini, penulis susun dan
sebarkan kepada semua guru MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan yang
berjumlah 20 orang.
G. Instrumen Penelitian
1. Variabel Efektivitas Komunikasi Kepala Sekolah
a) Definisi Operasional
Efektivitas komunikasi kepala sekolah merupakan proses penyampaian
pesan atau informasi dari satu orang ke orang lain dalam ruang lingkup
organisasi, sehingga menimbulkan efek pengaruh bagi perilakunya. sampainya
informasi yang diberikan sehingga menimbulkan umpan balik (feeddack)
terhadap penerimanya dalam ruang lingkup organisasi, khususnya sekolah.
Proses komunikasi ini lebih kepada komunikasi antara kepala sekolah dengan
para guru.
Tabel. 1
Kisi – kisi Instrument Efektivitas Komunikasi Kepala Sekolah
NO
Variabel
Dimensi
Indikator
Item
Valid
Tidak
valid
1.
Variabel X
Komunikasi
Efektif
ƒ Efektivitas
Komunikasi
ƒ Rasa hormat
2, 13, 16
13,16,
ƒ Empaty
6, 9, 15
6,9,15,
ƒ Pesan yang
1, 4, 3,
4,5
2
dan saling
menghargai
disampaikan
dapat
diterima
oleh
5, 11
1,3,11
36
penerima
pesan
ƒ Sifat
7, 8,19,
keterbukaan
ƒ Rendah hati
19
7,8,20
20
10,12,14
, 17
10,12,1
4,17,
Skala yang digunakan dalam variabel efektivitas komunikasi kepala sekolah
yaitu dengan skala likert. Kuesioner pendapatan menyediakan empat alternatif
jawaban yakni
1) Selalu
2) Sering
3) Kadang-kadang
4) Tidak pernah
Karena datanya yang diperoleh bersifat kuantitatif, untuk menganalisisnya
jawaban kuesioner diberi skor 4,3,2,1 untuk pernyataan positif, sedangkan skor
1,2,3,3 untuk pernyataan yang bersifat negatif.
Tabel. 2
Skala Penilaian
No
Alternatif Jawaban
Bobot Skor (+)
Bobot Skor (-)
1
Selalu
4
1
2
Sering
3
2
3
Kadang-kadang
2
3
4
Tidak pernah
1
4
37
2. Variabel Motivasi kerja guru
Motivasi kerja guru adalah motivasi yang timbul dalam diri seorang guru
dapat menggerakan semangat guru melakukakan aktivitas tertentu. Dorongan
tersebut dapat memberikan semangat guru untuk selalu meningkatkan
kemampuan kerjanya agar dapat mengatasi berbagai hambatan dan tantangan
yang dihadapi.
Tabel. 3
Motivasi Kerja Guru
NO
Variabel
Variabel
Indikator
Item
valid
Tidak
valid
2.
ƒ Motivasi
ƒ Hidup layak
11,12,
Motivasi
kerja
dan rasa
13
Kerja Guru
guru
aman.
Variabel Y
ƒ Kondisi
kerja yang
2,14,
11,13
12
2,1416,
15
5,9
10
15,16
menyenangk
an.
ƒ Rasa diikut
5,9,
sertakan.
10,8
ƒ Perlakuan
yang wajar
1,3,4,6, 1,6,7,1
8,20
7,18,20
3,4,8
dan jujur.
ƒ Rasa
17
mampu.
ƒ Pengakuan
dan
penghargaan
17
19
19
38
Skala yang digunakan dalam variabel peningkatan motivasi kerja guru
yaitu dengan skala likert. Kuesioner pendapatan menyediakan empat alternatif
jawaban yakni
1) Selalu
2) Sering
3) Kadang-kadang
4) Tidak pernah
Karena datanya yang diperoleh bersifat kuantitatif, untuk menganalisisnya
jawaban kuesioner diberi skor 4,3,2,1 untuk pernyataan positif, sedangkan skor
1,2,3,4 untuk pernyataan yang bersifat negatif.
Tabel. 4
Skala Penilaian
No
Alternatif Jawaban
Bobot Skor (+)
Bobot Skor (-)
1
Selalu
4
1
2
Sering
3
2
3
Kadang-kadang
2
3
4
Tidak pernah
1
4
39
H. Analisis Uji Instrumen
1. Uji Validitas
“Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang
bersangkutan mampu mengukur apa yang ingin diukur”. 4 Dalam penelitian ini,
untuk mengukur validitas, digunakan rumus korelasi product moment. 5 Adapun
maksud mengukur validitas instrumen adalah untuk mengetahui apakah butir-butir
pernyataan dalam instrumen yang digunakan pada penelitian ini valid atau
tidaknya valid (drop).
Setiap butir perhitungan hasilnya akan dikonsultasikan dengan “r: tabel,
dengan ketentuan jika ”r” hitung lebih besar dari ”r” tabel (rhitung >r
tabel)
maka
butir tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk menjaring data yang
dibutuhkan.
2. Uji Realibilitas
“Realibilitas sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
seebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. 6 Untuk
menguji realibilitas instrument agar dapat dipercaya, maka digunakan rumus
Alpha.
Langkah-langkah perhitungan realibilitas instrument kedua variabel
adalah sebagai berikut: 7
a. Membuat lembar kerja berdasarkan skor butir yang diperoleh
b.Menghitung varians tiap butir dengan menggunakan rumus:
(∑ x )
−
2
σ 2b =
∑x
2
N
N
4
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), Cet.ke-
9. h. 167.
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek...h. 170.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 178.
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek...h. 196.
6
40
c. Menghitung varians total dengan rumus:
σ
2
t=
∑Y
2
(∑ Y )
−
2
N
N
d.Menghitung realibilitas dengan rumus:
2
⎡ k ⎤⎡ ∑σ b ⎤
r11 = ⎢
⎢1 −
2 ⎥
⎣ k − 1⎥⎦ ⎣⎢ ∑ σ t ⎦⎥
Keterangan:
r11
: relialibilitas
K
: banyaknya butir pertanyaan
∑σ
2
b : jumlah varians butir
∑σ
2
t : jumlah varians total
I. Tehnik Analisis Data
1. Tehnik analisa data digunakan penulis adalah mencari angka indeks korelasi
product moment antara variabel X dan variabel Y dengan rumus:
N∑XY– (∑X) (∑Y)
rxy =
[N∑X2 – (∑X)2] [N∑Y2 - (∑Y)2]
Keterangan :
rxy
: Angka indeks korelasi “r” product moment
N
: Number of Cases
∑ XY
∑X
: Jumlah seluruh sekor X
∑Y
: Jumlah seluruh sekor Y 8
8
: Jumlah hasil perkalian antara sekor X dan sekor Y
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik…, h. 206.
41
2. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” Product moment
secara kasar (sederhana). Dalam memberikan interprestasi secara sederhana
terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment (rxy). Pada umumnya
digunakan pedoman atau ancar-ancar sebagai berikut: 9
Tabel. 6
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interpretasi
Besarnya “r” Product Moment
(rxy)
0,00-0,20
Antara Variabel X dan Variabel Y
memang terdapat korelasi, akan tetapi
korelasi itu sangat lemah atau sangat
lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap tidak
ada korelasi antara Variabel X dan
Variabel Y)
0,20-0,40
Antara Variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yang lemah atau
rendah.
0,40-0,70
Antara Variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yang sedang atau
cukupan.
0,70-0,90
Antara Variabel X dan
Variabel Y
terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,90-1,00
Antara Variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yang sangat kuat atau
sangat tinggi.
9
Anas Sudijono. Pengantar Statistik..., h. 193.
42
Keterangan :
Dengan kriteria pengujian : Jika rhitung (rxy) > rtabel maka, Ha diterima
(ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y).
Jika rhitung (rxy) < rtabel maka Ho diterima (tidak ada
hubungan antara variabel X dengan variabel Y).
3. Uji Signifikansi
Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antar dua
variabel yang diperoleh signifikan. Uji signifikansi korelasi menggunakan
Rumus: 10
t hitung =
r n−2
1− r2
Keterangan :
t hitung
= Skor signifikansi koefisien korelasi
r
= Koefisien korelasi product moment
n
= Banyaknya sampel
Selanjutnya harga thitung yang sudah diperoleh dikonsultasikan dengan
ttabel dengan derajat kebebasan (dk) n-2 pada taraf signifikan 5% maupun pada
taraf signifikansi 1%. Dengan demikian, jika harga thitung lebih kecil dari ttabel
maka, dapat di interpretasikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru.
Sebaliknya, jika harga thitung lebih besar dari ttabel, maka dapat di interpretasikan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah
dengan peningkatan motivasi kerja guru.
10
S. Margono. Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004). Cet
ke-4, h. 209.
43
Dengan kriteria pengujian : Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak, Ha diterima
(ada hubungan yang signifikan antara variabel X
dengan variabel Y).
Jika thitung < ttabel maka Ha ditolak. Ho diterima
(tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel
X dengan variabel Y).
4. Uji koefisien determinasi
Menghitung koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan rumus koefisien
determinasi.
KD = r2 x 100%.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Latar Belakang Berdirinya MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan
Darul Ma’arif didirikan ketika Pencanangan Gong Pertama Peringatan
Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang diadakan setiap tanggal 1 Rabi’ual
Awwal (1954) di kediaman KH. Dr. Idham Kholid di Jl.Mangunsarkoro Jakarta
Pusat, beberapa orang ulama Nahdlatul Ulama (NU) diantaranya KH. Hasbiallah
Klender, KH. Ishak Yahya Gandaria dan KH. Mohammad Naim Cipete serta alHabib Ali Abdurrahman al-Habsyi Kwitang meminta kepada KH. Dr. Idham
Kholid yang pada saat itu adalah seorang Menteri Pertahanan Ad. Interim untuk
mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang akan mencetak kader-kader ulama
berkualitas di masa datang. Permintaan tersebut dijawab oleh KH. Dr. Idham
Kholid dengan membeli sebidang tanah dari H.Naumar Cipete Jakarta Selatan
pada tahun 1955, kemudian diwakafkan dan didirikanlah sebuah lembaga
pendidikan yang berbentuk Pondok Pesantren Modern bernama Darul Ma’arif.
Lembaga tersebut mendapat dukungan penuh
dari masyarakat
khususnya para ulama Jakarta Selatan dengan bersama-sama membantu dan
mengajar para santri seperti KH. Ishak Yahya, KH. Muhammad Naim, KH. Abdul
Hamid Abdul Halim Ad-Dary, KH. Abdul Karim Abu Yazid dan dibantu oleh
ulama-ulama Mesir seperti Syekh Hasan Bayyumi, Syekh Mus’ad Adib, Syekh
Ahmad Sumbati, Syekh Abdul Kodir, Syekh Abdurra’uf dan para guru alumni
44
45
Darussalam Gontor seperti KH. Syukron Ma’mun, KH. Lambery Djiddy, KH.
Abdul Muhith Fadil. KH. Abdullah Yazidi, KH. Antung Ghozali, KH. Darwisy
Djambak, di bawah pimpinan KH. DR. Idham Chalid. Dengan mengedepankan
pola pendidikan agama Darul Ma’arif pada saat itu telah turut menciptakan ulamaulama Jakarta yang cukup kondang di belantika dakwah Islamiyah. Tidak terlalu
berlebihan rasanya untuk diakui bahwa seorang KH. Zainuddin MZ-pun
berangkat dari Darul Ma’arif.
Pada tahun 1959 Darul Ma’arif resmi menjadi sebuah yayasan sosial
pendidikan yang mempunyai misi memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya
kepada msyarakat sekitar yang notabene etnis Betawi dan mereka yang
mempunyai
keinginan
mengenyampingkan
kuat
untuk
ilmu-ilmu
belajar
umum.
ilmu
Hal
ini
agama
namun
dibuktikan
tidak
dengan
menyelenggarakan pendidikan SMP, STM dan SMEA (1965) disamping
Tsanawiyah dan Aliyah.
Pada tahun 1968 Darul Ma’arif untuk pertama kalinya berhasil
meluluskan siswanya mengikuti ujian negeri (extranei) sampai tahun 1978 dan
pada tahun-tahun berikutnya ujian mandiri.
Adapun tujuan didirikannya yayasan DArul Ma’arif ini adalah:
a. Menciptakan perbaikan dan pertumbuhan perguruan-perguruan.
b. Berusaha untuk menambah kemajuannya dan kecerdasan pelajar-pelajar dalam
ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan agama dan
masyarakat.
Di samping itu, usaha dari yayasan Darul Ma’arif ini adalah:
a. Mendidik
para
pelajar
yang
sedang
duduk
di
bangku
sekolah,
agarsekembalinya kepada masyarakat dapat memberikan darma baktinya serta
berguna untuk agama dan umat.
b. Mengadakan hubungan yang erat dengan masyarakat untuk memupuk
perguruan-perguruan yang selalu mengharapkan bantuan moril dan meteril
baggi yang menaruh perhatiannya padanya.
c. memberikan bimbingan pada alumni pelajar Islam tentang pendidikan,
pengajaran, dan organisasi.
46
Jenjang atau tingkat pendidikan di perguruan Darul Ma’arif terdiri dari 4
(empat) bagian yaitu: tingkat TK, SD, SLTP yang mencakup SMP dan
Tsanawiyah, dan SLTA yang mencakup SMA
dan ALiyah, serta tingkat
perguruan tinggi agama Islam (PTAI).
2. Visi dan Misi
VISI
Mengembangkan potensi diri dalam ilmu agama, umum dan ilmu modern,
untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkwalitas,
beriman, berakhlak dan terampil.
MISI
-
Memberikan kesempatan belajar bagi mereka yang berkeinginan kuat
-
Meminimalisir atau mengurangi angka siswa drop out / putus sekolah
-
Menumbuh kembangkan penghayatan, kesadaran dan pengamalan
beragama melalui pengenalan kultur sekolah dan lingkungan
masyarakatnya.
-
Membantu dan mengarahkan siswa yang memiliki keterampilan/
kecakapan hidup untuk dapat mandiri
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data variabel Efektivitas Komunikasi kepala sekolah (X)
Langkah awal dalam menganalisis data adalah memberi nilai terhadap
jawaban angket mengenai efektivitas komunikasi kepala sekolah (Variabel X) dan
motivasi kerja guru (Variabel Y). Setiap responden menjawab angket tersebut dan
ketika terkumpul kemudian penulis memberikan skor pada tiap-tiap jawaban
angket.
Berdasarkan hasil tersebut data efektivitas komunikasi kepala sekolah
(variabel bebas) menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 60 dan skor terendah 44
Nilai rata-rata sebesar 52.65, median 50.7, modus sebesar 51.75, dan standar
47
deviasi sebesar 1.785. 1 untuk lebih jelasnya deskripsi data pada variabel
efektivitas komunikasi ditunjukan dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini.
Tabel. 11
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X
Interval
44 – 46
47 - 49
50 - 52
53 - 55
56 – 58
59- 61
Frekuensi (F)
4
3
5
1
0
7
Nilai Kelas
43,5 - 46,5
46,5 - 49,5
49,5 - 52,5
52,5 - 55,5
55,5 - 58,5
58,5- 61,5
Dalam Grafik Histrogram Sebagai Berikut:
7
6
5
4
Frekuensi
3
2
1
0
44 - 46
47 - 49
50 - 52
53 - 55
Kelas Interval
1
Lampiran
56 - 58
59 - 61
Nilai Tengah
45
48
51
54
57
60
48
2. Deskripsi Data Variabel Motivasi Kerja Guru (Y)
Berdasarkan hasil perhitungan data motivasi kerja guru sebagai variabel
terikat memperlihatkan bahwa skor tertinggi adalah 53 dan skor terendah adalah
33. nilai rata-rata sebesar 42.5, median sebesar 39.5, modus sebesar 42, dan
standar deviasi sebesar 1.78. 2 untuk lebih jelasnya deskripsi
data variabel
motivasi kerja guru (variabel Y) ditunjukan dalam tabel distribusi frekuensi di
bawah ini.
Tabel. 12
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y
Interval
33 – 36
37- 40
41- 44
45- 48
49- 52
53- 56
Frekuensi (F)
5
3
4
5
1
2
Nilai Kelas
32,5 - 36,5
36,5 - 40,5
40,5 - 44,5
44,5 - 48,5
48,5 - 52,5
52,5 – 56,5
Dalam Grafik Histtrogram Sebagai Berikut:
5
4.5
4
3.5
3
Frekuensi 2.5
2
1.5
1
0.5
0
33 - 36
37 - 40
41 - 44
45 - 48
Kelas Interval
2
Lampiran
49 - 52
53 - 56
Nilai Tengah
34,5
38,5
42,5
46,5
50,5
54,5
49
C. Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat hubungan antara efektivitas komunikasi kepala
sekolah dengan motivasi kerja guru, digunakan tehnik analisis data dan korelasi
Product Moment dengan rumus sebagai berikut:
N∑XY– (∑X) (∑Y)
rxy =
[N∑X2 – (∑X)2] [N∑Y2 - (∑Y)2]
20. 44771 – (1051) (848)
rxy =
[20.55925 – (1051)2] [20.36616 - (848)2]
895420 – 891248
rxy =
[1118500 – 1104601] [732320 - 719104]
4172
rxy =
[13899] [13216]
4172
rxy =
183689184
rxy =
4172
13553,2
rxy = 0,308
50
Jika dikonsultasikan pada rtabel Product moment pada N = 20 dan pada
taraf signifikasi 5% diperoleh rtabel 0.444 sedangkan pada taraf signifikasi 1%
diperoleh rtabel 0.561, dengan demikian pada taraf signifikansi 5% maupun 1%
rhitung lebih kecil dari rtabel (0,308 < 0,444). Ho ditolak sedangkan Ha di terima
akan tetapi hubungannya lemah atau rendah.
D. Interprestasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan antara varibel
efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru,
berdasarkan
hasil
perhitungan
product
moment
didapat
rxy
=
0,308
dikonsultasikan pada tabel interprestasi korelasi product moment dengan hasil
interprestasi lemah atau rendah, 0,308 berada antara 0,20- 0,40.
Dengan demikian dari hasil perhitungan data yang diperoleh dari
lapangan, terlihat hubungan yang rendah atau lemah antara efektivitas komunikasi
kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru di MA Darul Ma’arif
Cipete Jakarta Selatan. Hal ini dibuktikan bahwa efektivitas komunikasi kepala
sekolah tidak begitu mempengaruhi peningkatan motivasi kerja guru.
E. Pengajuan Hipotesis
Untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki hubungan yang
signifikan atau tidak dengan variabel terikat secara individual untuk setiap
variabel, digunakan rumus sebagai berikut:
t hitung =
=
=
r n−2
1− r2
0,308 20 − 2
1 − (0,308)
0,308 18
1 − 0,094
2
51
=
0,308 × 4,24
0,591
=
1,306
0,591
= 2,209
Untuk menguji kebenaran hipotesis yang dikemukakan diatas, dilakukan
dengan memperbandingkan besarnya ”t” yang telah diperoleh dalam proses
perhitungan yaitu thitung = 2,209 dengan besarnya nilai ttabel, terlebih dahulu
mencari derajat bebasnya (db) atau
degrees of freedom (df) yang rumusnya
adalah sebagai berikut: df = n - 2, maka df = 20 – 2 = 18.
Dengan diperolehnya df maka dapat dicari besarnya nilai ttabel, baik pada
taraf signifikasi 5% maupun pada taraf 1%, pada taraf signifikasi 5% = 2,10 dan
pada taraf signifikasi 1%= 2,88.
Dapat dibuktikan bahwa thitung > ttabel baik pada taraf signifikasi 5%
maupun pada taraf signifikasi 1%, 2,209 > 2,10. Berarti berhasil menolak Ho dan
Ha diterima, dengan demikian ada hubungan kurang signifikan antara efektivitas
komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru.
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar kontribusi antara
efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru,
maka digunakan rumus Koefisien Determinasi:
KD = r2 x 100%
r = 0,308
r2 = 0,094 x 100%
= 9,40%
Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang rendah antara efektivitas
komunikasi kepala sekolah terhadap peningkatan motivasi kerja guru di MA
Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan adalah sebesar 9,40% relative kecil ± 10%.
Selebihnya 90,6% dipengaruhi oleh faktor lain misalnya meningkatkan
kesejahteraan guru dan pengembangan karir guru.
52
52
BAB V
PENUTUP
Mengenai uraian atau perihal hubungan antara efektivitas komunikasi
kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru di MA Darul Ma’arif
Cipete Jakarta Selatan yang telah dibahas pada bab-bab terdahulu, maka dalam
bab ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran sebagai
berikut:
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diperoleh, deskripsi data dan pengolahan data
statistik maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji hipotesis dalam penelitian ini bahwa peningkatan
motivasi kerja guru disebabkan oleh adanya efektivitas komunikasi
kepala sekolah, dan rendahnya motivasi kerja guru disebabkan oleh
tidak adanya efektivitas komunikasi kepala sekolah, berdasarkan
interprestasi data hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang rendah atau lemah antara efektivitas
komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru di
MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan.
2. Hasil perhitungan korelasi product moment antara variabel X dan
variabel Y maka di dapat rxy 0,308 dan pada taraf signifikasi 5%
diperoleh rtabel 0,444 sedangkan pada taraf signifikasi 1% diperoleh
0,561, dengan demikian pada taraf signifikasi 5% maupun 1% rhitung
50
53
lebih besar dari rtabel (0,308 < 0,444). Ho ditolak sedangkan Ha diterima
ini berati terdapat hubungan yang kurang signifikan antara variabel X
dengan variabelY.
3. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh angka
sebesar 9, 40 % hal ini menunjukan bahwa peningkatan motivasi kerja
guru dipengaruhi oleh efektivitas komunikasi kepala sekolah.
B. Saran
1. Bagi kepala sekolah, hendaknya lebih meningkatkan komunikasinya
terutama antarpersonal agar tidak terjadi timbulnya miscomunication
antar sesama anggota lembaga sekolah. Kepala sekolah adalah
pemimpin organisasi yang ditugaskan sebagai motor penggerak
seluruh kegiatan yang dilaksanakan disekolah, baik terhadap kegiatan
administrasi maupun supervisi, untuk kelancaran, kemudahan dan
kenyamanan dalam bekerja, maka diperlukan adanya komunikasi yang
baik, karena pada dasarnya seseorang akan merasa lebih nyaman untuk
bekerja jika memiliki hubungan yang harmonis antara rekan maupun
atasannya. Dengan faktor tersebut bisa dijadikan sebagai salah satu
motivasi tersendiri bagi guru untuk bekerja agar lebih semangat lagi
2. Untuk para guru dan staf sekolah , hendaknya agar lebih semangat lagi
dalam bekerja sebagai bentuk tanggungjawab terhadap profesi yang
disandangnya demi tercapainya tujuan sebuah lembaga, yakni
meningkatkan kualitas serta membangun image yang lebih baik.
3. Bagi peneliti lain disarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan
tentang aspek lain dari hubungan antara efektivitas komunikasi kepala
sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru yang lebih luas baik
dalam bentuk, ukuran, jenis, sampel ataupun populasi yang berbeda.
54
DAFTAR PUSTAKA
.
Antembun, N. A., Evaluasi Mengajar Kriteria dan Tekhnik-tekhnik, Bandung:
Suru Bandung 2000.
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007.
_________________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2006.
Departemen Pendidikan dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1996.
Effendi, Onong, Uchjana, Dinamika Komunikasi, Bandung:CV. Remadja Karya,
1986
Effendy, Onong ,Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya,2004.
G. Robbin, James dan S.
Jones, Barbara, Komunikasi yang Efektif, Jakarta:
Pedoman Jaya 1986.
Handari Nawawai, H., Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang
Kompetetif, Yogyakarta: Gajah Mada Mada University Press, 2000.
Mankunegara, Anwar, Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001.
__________________, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000.
Margono, S., Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.
_________________, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2009.
_________________, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2007.
Mulyasa, E., Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2002.
Nawawi, Hadari, H., Administrasi Pendidikan, Jakarta: Haji Masagung, 1989.
_________________, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Haji Masagung, 1987.
_________________, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang
Kompetetif, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002.
Nawawi, Hadari, H., Hadari, Martini, H. M., Kepemimpinan yang Efektif,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006.
Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004.
Sehartian, Piet, A., Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya: Usaha
Nasional, 1982
Shadily, Hassan. Ensiklopedi, Jakarta:Ichtar Baru-Van Hoeve.
Siagian, Sondang P., Teori Dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta
2003.
Sobri, Alisuf, H. M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Sudarsono, Saliman, S.H., Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, Jakarta: PT
Rineka Cipta. 1994.
Sudjiono, Anas., Pengantar Statistik Pendidikan , Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 206.
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2004.
Undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003.
Westra, Pariata, Ed., Ensiklopedi Admonistrasi, Jakarta:CV. Haji Masagung,
1989.
Winardi, J., Motivasi & Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004.
Wursanto, Ig., Etika Komunikasi Kantor, Yogyakarta: PT. Kanisus 1992.
Download