Outlook Perekonomian (24-37)

advertisement
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006
4. Outlook Perekonomian 2007
Dengan memperhatikan seluruh kondisi dan dinamika perekonomian tahun 2006
serta kecenderungannya ke depan,kondisi makroekonomi pada tahun 2007
diperkirakan masih tetap stabil. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai
5,7-6,3%, atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi di tahun 2005 dan 2006.
Pada semester I, peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh
konsumsi sedangkan investasi swasta belum meningkat secara berarti. Akselerasi
pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan semakin kuat pada semester II-2007
sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi swasta. Dari sisi fiskal, pengeluaran
pemerintah yang tepat waktu dan tepat sasaran diharapkan dapat memberikan
stimulus terhadap pertumbuhan ekonomi secara efektif. Di sisi eksternal, kegiatan
ekspor diperkirakan masih tumbuh tinggi meskipun cenderung melambat akibat
pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak sekuat tahun 2006. Sementara itu, kegiatan
impor barang dan jasa diperkirakan akan mengalami peningkatan sejalan dengan
peningkatan permintaan domestik. Kondisi ini diperkirakan mempengaruhi kinerja
neraca pembayaran 2007 yang diperkirakan masih akan mencatat surplus sehingga
mendukung relatif stabilnya pergerakan nilai tukar rupiah.
Sementara itu, inflasi IHK pada 2007 diperkirakan masih dalam kisaran sasaran
+1%. Peningkatan permintaan sejalan dengan
6+
yang ditetapkan pemerintah sebesar 6
perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi masih dapat diimbangi perbaikan
sisi penawaran sehingga tidak banyak memberikan tekanan terhadap inflasi.
Prakiraan inflasi IHK 2007 tersebut didukung oleh rendahnya tekanan kenaikan
harga barang yang diatur pemerintah dan kelompok volatile foods sejalan dengan
komitmen pemerintah dalam menjaga kelancaran pasokan makanan khususnya
barang-barang kebutuhan pokok serta minimalnya kebijakan administered prices
yang strategis.
ASUMSI DAN SKENARIO YANG DIGUNAKAN
Kondisi Perekonomian Internasional
Pada tahun 2007 perekonomian dunia diperkirakan melambat dibanding tahun
sebelumnya, namun tetap tumbuh cukup tinggi sekitar 4,9% (Tabel 4.1)..
Kekhawatiran terhadap dampak perlambatan sektor perumahan AS sejauh ini
diperkirakan dapat diimbangi oleh menguatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan
lainnya. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung semakin merata disertai dengan
perbaikan struktur pertumbuhan. Dengan melambatnya pertumbuhan dunia,
volume perdagangan dunia juga diperkirakan akan menurun. Seiring dengan
perkembangan tersebut, harga sejumlah komoditas juga diperkirakan mengalami
penurunan meskipun tidak seburuk perkiraan semula sehingga diharapkan tetap
memberikan pengaruh potisif pada kinerja ekspor Indonesia.
24
Outlook Perekonomian 2007
Tekanan inflasi juga diperkirakan mulai menurun, sehingga kebijakan moneter global
cenderung bias netral dan diwarnai oleh kemungkinan penurunan suku bunga
oleh AS. Dari sisi aliran modal, meski terjadi sedikit penurunan, aliran dalam bentuk
FDI diperkirakan tetap tinggi ke emerging markets dan kawasan Asia Pasifik. Dengan
kondisi di atas, secara umum ekonomi dunia tetap menarik bagi kinerja sektor
eksternal Indonesia. Meskipun demikian, untuk mendukung prospek kinerja neraca
pembayaran yang semakin baik dengan struktur yang lebih kuat, kemungkinan
menurunnya harga komoditas dunia perlu diantisipasi dengan upaya-upaya untuk
meningkatnya produksi berbasis ekspor, dan langkah-langkah untuk lebih menarik
FDI ke Indonesia.
Skenario Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal 2007 akan tetap diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara
kesinambungan fiskal dan stimulus fiskal melalui langkah-langkah konsolidasi serta
penurunan beban dan risiko utang. Dengan optimisme telah terdapat perbaikan
dalam tata kelola keuangan negara, baik di tingkat pusat maupun daerah, tingkat
realisasi anggaran diperkirakan akan lebih baik dari kondisi tahun 2006, baik secara
triwulanan maupun untuk keseluruhan tahun. Namun demikian, dengan adanya
risiko harga minyak mentah yang lebih rendah dari asumsi maka defisit tahun 2007
berpotensi lebih rendah dari target APBN 2007 sebesar 1,1% dari PDB dan juga
lebih rendah dari defisit tahun 2006 (yang dapat mencapai 1% dari PDB). Kondisi
tersebut ditambah perkiraan
(Persen perubahan tahunan, kecuali disebutkan lain)
turunnya rasio stok utang
Tabel 4.1
pemerintah
Indikator Ekonomi Dunia
kesinambungan fiskal dapat
Aktual
Output dunia
Negara-negara maju
Amerika Serikat
Kawasan Euro
Jepang
membuat
Proyeksi
2004
2005
2006
2007
5,3
3,2
3,9
2,1
2,3
4,9
2,6
3,2
1,3
2,6
5,1
3,1
3,4
2,4
2,7
4,9
2,7
2,9
2,0
2,1
tetap terjaga di tahun 2007.
Skenario Kebijakan
Sektor Riil
Bersamaan dengan upaya
Bank
Indonesia
untuk
senantiasa menjaga stabilitas
Negara-negara berkembang dan sedang berkembang
Afrika
Sub-Sahara
Negara berkembang Asia
Cina
India
Timur Tengah
Belahan bagian barat (Western Hemisphere)
7,7
5,5
5,6
8,8
10,1
8,0
5,5
5,7
7,4
5,4
5,8
9,0
10,2
8,5
5,7
4,3
7,3
5,4
5,2
8,7
10,0
8,3
5,8
4,8
7,2
5,9
6,3
8,6
10,0
7,3
5,4
4,2
Volume Perdagangan Dunia (barang dan jasa)
10,6
7,4
8,9
7,6
makro ekonomi, serangkaian
upaya
terus
dilakukan
pemerintah guna mendukung
perbaikan ekonomi. Berbagai
kebijakan pemerintah baik
yang
telah
diterbitkan
maupun berupa rancangan
kebijakan difokuskan pada
upaya menciptakan iklim
Sumber: IMF, World Economic Outlook, September 2006
investasi yang kondusif.
25
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006
Kebijakan-kebijakan ini pada dasarnya terkait dengan upaya pemerintah
merealisasikan paket kebijakan infrastruktur dan paket kebijakan investasi yang
diterbitkan beberapa waktu sebelumnya.
Berbagai kebijakan yang mendukung implementasi dari paket investasi dan
infrastruktur tersebut antara lain adalah:
•
Penyertaan modal pemerintah di luar BUMN di bidang infrastruktur. Kebijakan
ini terkait dengan rencana pemerintah untuk segera mengimplementasikan
UU No.1/2004 tentang perbendaharaan negara yang memperbolehkan
pemerintah menginvestasikan uang negara di luar BUMN. Penyertaan dana
pemerintah di luar BUMN dilakukan dengan mekanisme yang hampir sama
dengan kebijakan Rekening Dana investasi uang negara di luar BUMN memang
belum dimasukkan pada APBN 2007, namun ditargetkan pada 2007 instrumen
dan kebijakan pendukung sudah terbentuk hingga dapat segera dilaksanakan.
UU Perbendaharaan Negara memberikan keleluasaan kepada pemerintah untuk
berinvestasi jangka panjang di luar penyertaan modal negara pada BUMN.
•
Dari sisi kelembagaan, pemerintah telah membentuk dua institusi baru yaitu
Direktorat Pengelolaan Dana Investasi dan Unit Pengelola Risiko, termasuk risiko
atas investasi. Kebijakan ini dilakukan untuk memperkuat public private
partnership, sehingga jika pemerintah ingin menanamkan modalnya pada
sebuah usaha atau proyek, ada lembaga yang memberikan perhitungan untuk
mencegah dan mengatasi risiko kegagalan proyek. Dana investasi akan
dialokasikan dengan berbagai bentuk, seperti infrastructure fund dan green
fund. Badan Layanan Umum yang mengelola dana pembebasan lahan menjadi
salah satu payung hukum. Jika semua instrumen sudah tersedia, maka
pemerintah akan berinvestasi di pasar modal atau bentuk penanaman modal
lainnya.
•
Penegakan Keppres No. 80 Tahun 2003 tetang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang mengharuskan investor
menggunakan komponen lokal pada setiap proyek pemerintah. Mulai awal
2007, seluruh instansi pemerintah diwajibkan untuk memathui ketentuan untuk
memperioritaskan pengguan komponen lokal, menyusul diterbitkannya Kepmen
Perindustrian No. 11/M-IND/PER/3/2006 tetang Pedoman Teknis Penggunaan
Produksi Dalam Negeri yang merupakan Juklak dari Keppres tersebut. Melalui
pemanfaatan komponen lokal maka pertumbuhan industri manufaktur nasional
rata-rata 8,5% dalam periode 2005-2009, akan tercapai.
•
Dikeluarkannya PP yang menetapkan Satker yang belum memiliki sertifikat
diperkenankan untuk mencairkan anggaran
anggaran. Dengan demikian dapat diharapkan
proses tender proyek di 2007 diharapkan tidak akan tertunda.
•
Pembentukan kluster usaha guna lebih meningkatkan kualitas produk dan akses
pemasaran lokal maupun ekspor
26
Outlook Perekonomian 2007
•
Pemerintah mendorong pemanfaatan kembali pabrik-pabrik sepatu yang
sebelumnya mati suri untuk mempercepat proses realisasi investasi.
•
Pembentukan Taiwanese Investment Desk dan penyediaan investment tax
allowance atau rabat investasi sebesar 30% yang akan dikembalikan dalam
enam tahun, atau setiap tahun diberikan potongan pajak 5% sebagai bentuk
insentif investasi bagi investor dari Taiwan.
Secara sektoral, berbagai kebijakan pemerintah pada tahun 2007 tetap ditujukan
untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Di sektor industri dan perdagangan,
kebijakan/insentif pemerintah di tahun 2007 yang ditujukan untuk memperbaiki
kinerja industri diperkirakan akan semakin banyak, diantaranya adalah pembebasan
PPN komoditas primer dan penerapan revisi PP 148/2000. Di sektor pertanian, pada
tahun 2007 pemerintah akan memberi dukungan pada upaya peningkatan produksi
padi dengan menyediakan sarana produksi padi, khususnya benih dengan harga
diskon hingga 75% dari harga normal, subsidi bibit untuk 8,2 juta hektar lahan,
perbaikan saluran irigasi dll., dengan harapan produktifitas perhektar dapat
ditingkatkan dari yang saat ini dicapai, yaitu rata-rata 4,5 ton per hektar. Di sektor
pertambangan
pertambangan, awal tahun 2007 akan dilaksanakan amandemen UU No. 13/1967
tentang pertambangan melalui RUU Minerba. Pemerintah dan DPR sudah
menyepakati materi-materi yang tergolong berat, seperti kontrak dengan investor
yang akan dilakukan oleh badan hukum yang akan dibentuk.
Di bidang ketenagakerjaan
ketenagakerjaan, pemerintah akan melanjutkan upaya mengamandemen
UU ketenagakerjaan. Amandemen dilakukan melalui penyelarasan tiga
perundangan, yaitu UU Jamsostek, Sistem Jaminan Sosial Nasional, dan
Ketenagakerjaan. Penyelarasan perundangan tersebut akan diawali pada bulan
Januari 2007, dimulai dengan amandemen UU No. 3/1992 tentang Jamsostek, UU
No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), kemudian diikuti oleh
UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Khusus untuk UU Ketenagakerjaan
amandemen diselesaikan melalui forum tripartit, terutama terkait dengan pesangon
dan pensiun. Ketiga UU tersebut ditargetkan selesai diselaraskan tahun 2007
sehingga diharapkan dapat mendorong masuknya investasi padat karya.
Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Kegiatan ekonomi Indonesia pada tahun 2007 diperkirakan akan meningkat kembali
setelah pada tahun 2006 perekonomian dihadapkan pada daya beli masyarakat
yang rendah. Geliat perekonomian pada semester I-2007 diperkirakan berasal dari
konsumsi swasta, sedangkan investasi diperkirakan masih relatif rendah. Perbaikan
daya beli masyarakat yang diantaranya berasal dari kenaikan gaji PNS dan Upah
Minimum Provinsi (UMP) diperkirakan mendorong pertumbuhan konsumsi swasta.
Aktivitas ekonomi yang lebih tinggi lagi diperkirakan terjadi pada semester II-2007
yang ditandai oleh penguatan kinerja investasi secara signifikan. Selain realisasi
belanja modal pemerintah yang meningkat, investasi swasta diperkirakan tumbuh
27
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006
tinggi. Investor swasta diperkirakan memiliki ekspektasi yang semakin kuat akan
prospek peningkatan kegiatan perekonomian ke depan. Ekspektasi yang dibarengi
dengan tren penurunan suku bunga perbankan diperkirakan semakin memberikan
ruang bagi investor swasta untuk merealisasikan investasinya pada tahun 2007. Di
sisi eksternal, permintaan dunia yang melambat diperkirakan menyebabkan
perlambatan pertumbuhan ekspor barang dan jasa, sementara impor barang dan
jasa justru meningkat sebagai respon dari kenaikan kegiatan ekonomi. Dari sisi
sektoral, membaiknya kegiatan ekonomi domestik diperkirakan akan diringi oleh
pertumbuhan yang tinggi pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan,
hotel, dan restoran. Berdasarkan perkiraan ini, ekonomi tahun 2007 diperkirakan
tumbuh sebesar 6,0%, atau berada pada kisaran 5,7-6,3% bila mempertimbangkan
skenario yang mungkin berpengaruh terhadap kinerja perekonomian ke depan.
Prospek Permintaan Agregat
Konsumsi rumah tangga pada tahun 2007 diperkirakan tumbuh lebih tinggi
mencapai 4,3% dibandingkan tahun 2006 sebesar 3,1% seiring dengan
peningkatan pendapatan disposable riil masyarakat. Konsumsi rumah tangga yang
mulai membaik pada triwulan akhir 2006 diperkirakan akan terus berlanjut, baik
pada triwulan I-2007 yang tumbuh 3,8% (y-o-y), maupun sepanjang tahun 2007.
Pada semester I-2007, sumber kenaikan pendapatan masyarakat terutama berasal
dari kenaikan gaji PNS dan peningkatan UMP. Selanjutnya, pada semester II-2007,
kondisi perekonomian yang diperkirakan akan membaik dan laju inflasi yang tetap
terkendali akan mendukung perbaikan pendapatan masyarakat riil lebih lanjut.
Selain itu, sumber pendapatan masyarakat diantaranya berasal workers» remmitance
diperkirakan akan meningkat pada tahun 2007 seiring dengan meningkatnya jumlah
Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri.
Konsumsi pemerintah dalam tahun 2007 diperkirakan masih akan meningkat,
walaupun dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan tahun 2006.
Seluruh komponen konsumsi pemerintah meningkat secara nominal. Walaupun
demikian, peningkatan dana alokasi umum (DAU) dan dana bagi hasil (DBH) yang
tidak setinggi tahun 2006 mendorong perlambatan pertumbuhan konsumsi
pemerintah pada tahun 2007. Kebijakan
% (y-o-y)
Tabel 4.2
Total Konsumsi
Swasta
Pemerintah
Total Investasi
Ekspor Barang dan Jasa
Impor Barang dan Jasa
PDB
* angka proyeksi
28
4,4
3,9
8,1
9,9
8,6
12,4
5,6
2006
I
3,8
2,9
11,5
1,5
11,2
3,9
4,8
untuk
mendorong
pendapatan diantaranya tercermin dari
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
2005
pemerintah
II
III
5,6
3,0
28,8
1,2
11,6
8,4
5,1
2,8
3,0
1,7
-0,3
12,1
9,7
5,5
IV*
4,9
3,6
12,1
9,5
8,3
9,9
6,5
kenaikan pertumbuhan Belanja Pegawai
2006*
2007*
yang antara lain untuk melakukan
4,3
3,1
12,9
3,0
10,8
8,0
5,5
4,8 - 5,7
4,2 - 4,7
9,4 - 13,3
11,6 - 14,6
8,0 - 8,6
10,2 - 11,4
5,7 - 6,3
penyesuaian gaji pokok aparatur negara,
pensiun pokok bagi pensiunan, serta
penyesuaian
tunjangan
jabatan
fungsional dan struktural. Dengan
perkembangan ini, konsumsi pemerintah
dalam tahun 2007 diperkirakan akan
Outlook Perekonomian 2007
tumbuh sekitar 11,6%. Sementara itu, pada triwulan I-2007 konsumsi pemerintah
diperkirakan tumbuh sekitar 15,1% (y-o-y). Pertumbuhan ini terutama didorong
oleh kenaikan gaji pokok di bulan Januari 2007 dan anggaran pembelian belanja
barang yang meningkat.
Kegiatan investasi tahun 2007 diperkirakan akan mengalami peningkatan yang
cukup pesat, yaitu sekitar 13,0%. Pada semester awal 2007, investasi diperkirakan
belum tumbuh signifikan, terutama disebabkan oleh pola pengeluaran belanja modal
pemerintah pada awal tahun yang relatif masih rendah. Setelah tumbuh sekitar
9,5% (y-o-y) pada triwulan IV-2006, investasi pada triwulan I-2007 diperkirakan
tumbuh sebesar 8,8% (y-o-y). Pertumbuhan investasi yang signifikan diperkirakan
terjadi pada semester II-2007, yang didorong baik oleh pertumbuhan investasi swasta
maupun pemerintah. Dari sisi pembiayaan, investasi tahun 2007 diperkirakan
didukung oleh sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah, kredit perbankan,
pasar modal dan lembaga keuangan nonbank, eksternal, serta sumber pembiayaan
lainnya, seperti modal sendiri dan penyisihan laba. Kredit perbankan tahun 2007
diperkirakan tumbuh sekitar 18%. Sedangkan pembiayaan dari pasar modal
diperkirakan dapat lebih tinggi seiring dengan terjaganya stabilitas makro dan
penurunan suku bunga.
Untuk tahun 2007, kegiatan ekspor barang dan jasa diperkirakan akan sedikit
mengalami penurunan, menjadi sekitar 8,3%. Hal ini sejalan dengan menurunnya
perkiraan pertumbuhan volume perdagangan dunia. Meskipun demikian,
meningkatnya kemampuan sisi suplai dan membaiknya daya saing, sebagai hasil
dari berbagai upaya deregulasi di sektor riil yang dilakukan pemerintah, diharapkan
dapat mengimbangi faktor menurunnya permintaan dunia. Perlambatan
pertumbuhan ekspor tersebut mulai terjadi sejak triwulan I-2007 yang tumbuh
7,7% (y-o-y) dibandingkan triwulan I-2006 yang tumbuh 11,2% (y-o-y).
Seiring dengan meningkatnya kegiatan perekonomian, kegiatan impor barang dan
jasa akan kembali meningkat pada tahun 2007 sehingga diperkirakan akan tumbuh
sekitar 10,5% (y-o-y). Impor barang modal yang sepanjang tahun 2006 (hingga
Oktober) tumbuh sebesar 0,7% (y-o-y), diperkirakan akan meningkat cukup tinggi
seiring dengan investasi nonbangunan yang diperkirakan juga tumbuh tinggi. Selain
karena meningkatnya kegiatan ekonomi, peningkatan impor juga didukung oleh
nilai tukar rupiah yang relatif stabil. Pada triwulan I-2007, pertumbuhan impor
diperkirakan sebesar 8,6% seiring dengan peningkatan permintaan domestik.
Prospek Penawaran Agregat
Pertumbuhan ekonomi tahun 2007 dari sisi produksi diperkirakan meningkat lebih
tinggi dari tahun 2006 seiring dengan ekspektasi membaiknya permintaan domestik.
Secara keseluruhan, semua sektor diperkirakan akan mencatat pertumbuhan yang
lebih tinggi dari tahun 2006. Sektor yang diperkirakan meningkat cukup signifikan
adalah sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
(Tabel 4.3).
29
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006
% (y-o-y)
2007 diperkirakan tumbuh sebesar 5,6%
Tabel 4.3
seiring dengan perkiraan membaiknya
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
2005
Pertanian
2,5
Pertambangan & Penggalian
1,6
Industri Pengolahan
4,6
Listrik, Gas & Air Bersih
6,5
Bangunan
7,3
Perdagangan, Hotel & Restoran 8,6
Pengangkutan & Komunikasi
13,0
Keuangan, Persewaan & Jasa
7,1
Jasa-jasa
5,2
PDB
5,6
2006
I
4,3
2,2
3,3
5,8
7,1
4,9
11,5
5,5
6,0
4,8
Sektor Industri Pengolahan pada tahun
II
III
3,8
3,7
3,7
5,2
8,1
4,5
13,2
5,2
6,4
5,1
2,3
1,0
5,3
6,5
8,4
7,2
13,5
4,6
7,0
5,5
IV*
2,2
1,5
5,5
7,1
7,9
9,8
15,1
6,7
7,1
6,5
2006*
2007*
3,2
2,1
4,5
6,1
7,9
6,6
13,4
5,5
6,6
5,5
3,2
2,6
5,6
6,4
7,9
7,1
13,5
5,8
6,6
6,0
* angka proyeksi
permintaan domestik. Pertumbuhan yang
tinggi diperkirakan terjadi pada subsektor
industri alat angkutan, industri makanan,
minuman dan tembakau, industri kimia,
serta industri logam dasar besi dan baja.
Pasar otomotif diperkirakan akan
mengalami lonjakan yang cukup tinggi,
sejalan dengan perkiraan GAIKINDO yang
menyatakan bahwa tahun 2007 produksi
mobil dapat mencapai 380.000 unit √
meningkat hampir 20% dibanding tahun 2006 √ didorong oleh peningkatan daya
beli masyarakat. Di subsektor industri makanan dan minuman, optimisme perbaikan
kinerja dicerminkan oleh rencana sedikitnya 36 perusahaan baru yang akan memulai
kegiatan produksi tahun 2007, sementara perusahaan yang sudah ada juga tercatat
sedang menambah kapasitas produksi.
Sementara itu, perbaikan permintaan domestik diperkirakan juga akan mendorong
pertumbuhan industri kimia dan baja. Peningkatan pertumbuhan tersebut didukung
oleh rencana penambahan kapasitas produksi dalam jumlah besar pada tahun 2007.
Untuk komoditas baja, peningkatan produksi juga didorong oleh permintaan dunia
diantaranya dari India dan Cina di 2007 yang diperkirakan naik sebesar 5%. Di
subsektor industri TPT, semakin membaiknya pertumbuhan diperkirakan didukung
oleh adanya program restrukturisasi permesinan dari pemerintah dalam bentuk
pemberian subsidi bunga untuk pembelian mesin-mesin baru. Subsidi tersebut sudah
dialokasikan dalam APBN 2007 sebesar Rp 285 miliar, dan direncanakan akan terus
meningkat di masa datang. Perbaikan kinerja sektor manufaktur juga didukung
oleh kebijakan pemerintah untuk merevisi PP No. 148/2000, yang memberikan
insentif pajak terhadap 15 sektor usaha. Insentif pajak tersebut diperkirakan dapat
mendorong kinerja sektor industri untuk tumbuh lebih baik.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran diperkirakan mencatat pertumbuhan yang
lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 7,1%. Selain didorong oleh perbaikan
permintaan, bisnis ritel tahun 2007 juga diperkirakan semakin prospektif seiring
dengan penurunan suku bunga. Sementara itu, subsektor hotel dan restoran juga
diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan adanya perbaikan citra
pariwisata dan berbagai promosi yang diselenggarakan oleh pemerintah. Indonesia
pada 2007 akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan PATA (Pacific Asia Travel
Association) Mart, dimana hasil penyelenggaraan tersebut diharapkan dapat
mendukung pemulihan jumlah turis mancanegara. Untuk tahun 2007 pemerintah
menargetkan jumlah turis asing mencapai 6 juta orang, naik sekitar 20% dari jumlah
tahun 2006. Selain itu, jumlah perjalanan wisatawan domestik ditargetkan sebesar
30
Outlook Perekonomian 2007
190 juta perjalanan, lebih tinggi dari tahun 2006 yang diperkirakan sekitar 180
juta perjalanan.
Sektor Pertanian diperkirakan tumbuh sekitar 3,2%. Pertumbuhan sektor pertanian
terutama didorong oleh subsektor tanaman bahan makanan khususnya produksi
padi. Departemen Pertanian menargetkan produksi padi nasional tahun 2007
mencapai 56,47 ton dari total areal tanaman padi yang diperkirakan seluas 12,7
juta ha. Jumlah target produksi padi tersebut lebih tinggi dibanding produksi tahun
2006 yang mencapai 54,66 juta ton (ARAM III). Untuk mendorong hal tersebut,
pemerintah memberi dukungan sarana produksi padi seperti harga benih yang
lebih murah, subsidi bibit untuk 8,2 juta hektar lahan, dan perbaikan saluran irigasi.
Sementara itu, subsektor perkebunan diperkirakan tetap dapat tumbuh tinggi
dengan adanya dukungan komitmen pemerintah yang memberikan subsidi bunga
sebesar Rp 1 triliun kepada petani plasma yang mengajukan kredit pengembangan
energi nabati dan revitalisasi perkebunan kepada perbankan.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi diperkirakan tetap tumbuh tinggi pada tahun
2007 sebesar 13,5%. Kegiatan di sektor industri pengolahan dan sektor
perdagangan yang meningkat pada gilirannya akan meningkatkan aktivitas
angkutan barang. Sementara itu, subsektor komunikasi diperkirakan akan terus
mencatat pertumbuhan yang tinggi seiring dengan maraknya perkembangan
teknologi dan berbagai inovasi di bidang komunikasi. Belanja modal PT Telkom √
penyelenggara layanan komunikasi terbesar di Indonesia √ tahun 2007 tercatat
sebesar 17 triliun yang akan digunakan untuk pengembangan investasi bisnis seluler,
telepon tetap nirkabel, dan infrastruktur telekomunikasi pendukung lainnya.
Sektor Pertambangan diperkirakan tumbuh sebesar 2,6%, meningkat dari tahun
sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan sektor ini antara lain didukung oleh
peningkatan produksi yang terjadi pada subsektor pertambangan nonmigas, seperti
batubara. Indonesian Coal Society memperkirakan bahwa permintaan batubara di
tahun mendatang tetap tinggi, baik yang berasal dari domestik seiring dengan
adanya proyek percepatan pembangunan PLTU 10.000 MW maupun dari luar negeri
(seperti India) yang didorong oleh aktivitas Central Electricity Authority India yang
akan membangun PLTU berkapasitas 42.000-47.000 MW pada 2007-2012. Selain
itu perbaikan pertumbuhan sektor ini juga didorong oleh program pemerintah
tentang percepatan pengembangan 11 proyek tambang yang selama ini terhambat
oleh aturan kehutanan (Tambang MIGAS). Nilai investasi keseluruhan proyek
diperkirakan mencapai US$ 9 miliar.
Sektor Bangunan diperkirakan tumbuh tinggi sebesar 7,9% pada tahun 2007. Trend
penurunan suku bunga yang terjadi sejak pertengahan tahun diperkirakan turut
mendukung peningkatan kegiatan di sektor bangunan. Selain itu, pertumbuhan
sektor konstruksi di tahun 2007 juga didorong oleh adanya insentif dari pemerintah
berupa Dana Investasi Infrastruktur (Indonesia Infrastructure Fund). Saat ini
Departemen Pekerjaan Umum tercatat telah menyiapkan dana Rp2 triliun untuk
insentif proyek infrastruktur seperti jalan, air minum, dan perumahan sampai 2009.
31
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006
Sektor Keuangan pada tahun 2007 diperkirakan tumbuh sebesar 5,8%, lebih tinggi
dari tahun 2006 sebesar 5,5%. Net interest margin di subsektor bank diperkirakan
meningkat, didorong oleh kecenderungan suku bunga simpanan yang turun lebih
cepat daripada suku bunga kredit, serta penyaluran kredit yang diperkirakan tumbuh
lebih tinggi sejalan dengan meningkatnya kembali kegiatan ekonomi. Selain itu,
penurunan suku bunga dan peningkatan kegiatan ekonomi juga akan meningkatkan
kinerja subsektor lembaga keuangan bukan bank yaitu perusahaan pembiayaan
konsumen dan leasing.
PRAKIRAAN INFLASI
Inflasi IHK pada 2007 diperkirakan masih dalam kisaran sasaran yang ditetapkan
pemerintah sebesar 6±1%. Peningkatan permintaan sejalan dengan perkiraan
peningkatan pertumbuhan ekonomi masih dapat diimbangi perbaikan sisi
penawaran sehingga tidak banyak memberikan tekanan terhadap inflasi. Prakiraan
inflasi IHK 2007 tersebut didukung oleh rendahnya tekanan kenaikan harga barang
yang diatur pemerintah dan kelompok volatile foods sejalan dengan komitmen
pemerintah dalam menjaga kelancaran pasokan makanan khususnya barang-barang
kebutuhan pokok serta minimalnya kebijakan administered prices yang strategis.
Ekspektasi inflasi masyarakat diperkirakan meningkat sejalan dengan prospek
perekonomian yang membaik (Grafik 4.1). Peningkatan ekspektasi inflasi
diperkirakan bersumber dari meningkatnya ekspektasi depresiasi nilai tukar rupiah
serta perbaikan daya beli masyarakat. Membaiknya penghasilan masyarakat yang
antara lain dipicu oleh kenaikan UMP rata-rata 15% dan gaji PNS, serta perkiraan
meningkatnya kegiatan investasi yang diharapkan dapat membuka kesempatan
kerja yang lebih luas pada gilirannya akan menstimulir rencana konsumsi ke depan
yang berujung pada meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat. Meskipun
demikian, stabilitas nilai tukar yang relatif terjaga serta kebijakan pemerintah untuk
tidak menyesuaikan harga barang yang strategis, khususnya BBM dan TDL,
diperkirakan mampu memitigasi tekanan ekspektasi inflasi di 2007.
Tekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan masih minimal.
Relatif rendahnya tekanan permintaan di 2007 √ sebagaimana
Indeks
tercermin pada level kesenjangan output yang negatif dengan
180
170
1 bln yad
3 bln yad
6 bln yad
tingkat akselerasi yang relatif terbatas √ merupakan efek tunda
160
dari kondisi permintaan di tahun sebelumnya yang masih dapat
150
dipenuhi oleh sisi penawaran
140
130
Tekanan inflasi dari eksternal terhadap inflasi IHK diperkirakan
120
masih terjaga. Hal tersebut disebabkan oleh perkiraaan nilai tukar
110
100
yang relatif stabil dan menurunnya prospek inflasi negara mitra
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2003
2004
2005
Grafik 4.1
Ekspektasi Harga Pedagang
32
2006
dagang utama yang diperkirakan mencapai 1,7% di 2007.
Tekanan inflasi kelompok volatile foods di 2007 diperkirakan
lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi produksi,
Outlook Perekonomian 2007
faktor iklim, ketersediaan sarana produksi dengan harga terjangkau maupun asumsi
tidak terjadinya bencana alam diperkirakan akan meminimalkan gangguan produksi
di 2007. Di sisi distribusi, kondisi infrastruktur pendukung yang lebih baik seiring
dengan berjalannya program pembangunan infrastruktur terutama di daerah turut
mengurangi distorsi harga karena permasalahan distribusi dan kelangkaan. Selain
itu manajemen pasokan pangan diasumsikan dapat berjalan dengan lancar
khususnya di bulan puasa dan perayaan lebaran Idul Fitri 2007 sehingga diperkirakan
dapat meredam gejolak harga yang berlebihan pada saat perayaan hari besar
keagamaan
FAKTOR RISIKO
Ke depan, gambaran akan prospek ekonomi dan laju inflasi dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor risiko, baik dari eksternal maupun internal. Faktor-faktor
tersebut secara umum berdampak kurang menguntungkan (downside risks)
terhadap prospek perekonomian Indonesia di masa datang. Dari sisi eksternal, risiko
yang akan senantiasa menjadi perhatian Bank Indonesia adalah kemungkinan
ekonomi global yang tumbuh rendah dan perubahan preferensi investasi global.
Sementara itu, dari sisi internal permasalahan struktural seperti masih terkendalanya
implementasi paket iklim investasi, infrastuktur, dan keuangan merupakan faktor
risiko yang perlu dicermati disamping permasalahan lain seperti kemungkinan
ganguan dan pasukan distribusi domestik dan kemungkinan bubble di pasar modal.
Apabila faktor risiko di atas dapat diatasi dengan baik maka pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2007 akan dapat tumbuh lebih tinggi dari yang diperkirakan.
33
Download