1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran di sekolah dasar merupakan pembelajaran yang diciptakan
agar siswa menjadi aktif dan senang dalam belajar. “Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar” (Pasal 1, Butir 20, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003). Pembelajaran yang baik melibatkan siswa aktif. Pembelajaran bukan yang
menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran melainkan mereka menggali
informasi seluas-luasnya melalui pengamatan dan keterlibatan langsung dalam
pembelajaran. Dalam hal ini, guru sebagai pendidik harus melaksanakan
pembelajaran yang benar-benar memfasilitasi siswa. Guru harus mengembangkan
potensi pedagogik dan profesionalnya melalui peningkatan kualitas pembelajaran,
baik berupa refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan dan melalui
penelitian tindakan kelas. Hal ini sesuai dengan Salinan Permendiknas Nomor 16
Tahun 2007.
Matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah
dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (BSNP, 2006).
Belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Siswa harus
dapat menemukan keteraturan dengan cara mempelajari matematika melalui
bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan pola pikir yang sudah dimiliki
siswa dan diperlukan pengalaman langsung dalam menemukan konsep (Heruman,
2010).
Dari pengertian di atas, dalam pembelajarannya, matematika hendaknya
menghadirkan pengalaman belajar kepada siswa. Aisyah (2007: 3) menyatakan,
“matematika sangat penting diberikan kepada siswa dari jenjang pendidikan dasar
dan membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
1
2
kritis, kreatif, serta mampu bekerjasama”. Pembelajaran matematika di sekolah
dasar hendaknya dikemas sedemikian rupa untuk melatih siswa sekolah dasar
berpkir secara logis dan ilmu pengetahuan yang diperoleh dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, serta dapat secara langsung menemukan konsep-konsep
melalui pengalaman.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada hari Sabtu, 7 November
2015 di SD N Ampih, tampak bahwa siswa hanya duduk dan mendengarkan
penjelasan guru. Selanjutnya, siswa mengerjakan buku paket yang telah dimiliki
siswa dan setelah selesai beberapa siswa menuliskan di papan tulis. Hal yang
demikian mengakibatkan kegiatan pembelajaran yang kurang aktif. Siswa menjadi
kurang antusias dan kurang bisa memahami materi yang diajarkan, sehingga siswa
kurang berhasil dalam mencapai hasil belajar matematika.
Beberapa hal di atas ternyata sesuai dengan hasil belajar siswa di kelas.
Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata hasil belajar siswa kelas V tahun ajaran
2014/2015 pada materi bangun datar adalah 76,59. Siswa yang belum tuntas
adalah 33,33 % dan 66,67 % siswa tuntas dari 27 siswa. Hasil belajar siswa kelas
IV tahun ajaran 2014/2015 tentang bangun datar terdapat 35 % siswa belum tuntas
dan 65 % siswa tuntas dengan nilai rata-rata 70,5. Hal tersebut juga diperkuat
dengan rendahnya hasil Ujian Tengah Semester 2015/2016 kelas V dengan ratarata kelas 51,62 dengan 67 % siswa belum tuntas dan 33 % siswa tuntas dari 21
siswa. Hasil ini masih kurang dari standar kriteria ketuntasan minimal sekolah,
yaitu 63. (Data dapat dilihat pada Lampiran 1.1, 1.2, dan 1.3)
Selain temuan di atas, pembelajaran Matematika yang dilaksanakan guru
lebih fokus menggunakan buku paket yang ada, sehingga ketika menerangkan
konsep lebih banyak menggunakan ceramah. Interaksi anatara guru dengan siswa
belum terjalin multiarah. Media pembelajaran belum digunakan secara maksimal.
Hal serupa dinyatakan pula oleh salah satu siswa bahwa guru belum maksimal
dalam menggunakan media matematika. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
pembelajaran yang dilakukan masih kurang maksimal, sehingga siswa
mendapatkan hasil yang kurang maksimal pula.
3
Pembelajaran Matematika di sekolah dasar (SD) jika hanya disampaikan
melalui ceramah akan sulit diterima oleh peserta didik dan membosankan.
Mengingat siswa kelas V SD memiliki karakteristik perilaku motorik dan kognitif
yang aktif, ia suka dengan pengalaman-pengalaman baru dan membentuk
perkembangan baru pada struktur kognitifnya sehingga diperlukan banyak
pengalaman nyata melalui lingkungannya (Budiman, 2006). Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya model pembelajaran yang
dipadukan dengan media yang tepat agar siswa tertarik, fokus terhadap
pembelajaran, sehingga dapat menemukan sendiri konsep dalam matematika.
Hosnan (2014: 282) mendefinisikan discovery learning adalah suatu
model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam
ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Melalui discovery learning dengan
media benda konkret diharapkan siswa dapat menguasai konsep matematika.
Melalui langkah model ini, siswa akan didorong untuk berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah,
dan mengaplikasikan materi pembelajaran. Selain itu, siswa akan mencoba hal-hal
baru melalui penemuan-penemuan dalam konsep matematika sehingga konsep
tersebut akan tertanam dalam pola pikir siswa. Sesuai dengan pendapat Hosnan
(2014) bahwa model ini dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses kognitif, serta pengetahuan
yang diperoleh siswa menjadi sangat kuat.
Penerapan model dipadukan dengan media benda konkret yang menurut
konsep Bruner (Ngirande & Mutodi, 2014) dapat mengembangkan pemahaman
konsep matematika secara mendalam sehingga, guru dapat mengklarifikasi konsep
abstrak matematika. Model pembelajaran discovery learning dengan media benda
konkret nantinya, mampu mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dan
mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya. Melalui
langkah: 1) stimulation, 2) identfikasi masalah, 3) pengumpulan data, 4)
pengolahan data, 5) pembuktian dan 6) penarikan kesimpulan (Hosnan, 2014:
289-290), siswa akan bereksplorasi dan menemukan konsep dalam matematika.
4
Dengan disertai media benda konkret, siswa akan lebih paham dengan aplikasi
benda-benda yang ada di lingkungan sekitar siswa. Perpaduan model dan media
akan membantu siswa dalam mengerti konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik
serta pengetahuan yang didapat akan bertahan lama dan mudah diingat. Selain itu,
hasil belajar siswa akan menjadi meningkat.
Melihat pentingnya pemahaman konsep siswa terhadap matematika dan
perlunya peningkatan hasil belajar siswa, maka perlu dikaji lebih lanjut serta perlu
penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan berkolaborasi dengan guru kelas
V. Penelitian yang akan dilakukan ini berjudul “Penerapan Discovery Learning
dengan Media Benda Konkret untuk Meningkatkan Hasil Belajar tentang Bangun
Datar di Kelas V SD N Ampih Tahun Ajaran 2015/2016”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah penerapan discovery learning dengan media benda konkret
untuk meningkatkan hasil belajar tentang bangun datar di kelas V SD
Negeri Ampih tahun ajaran 2015/2016?
2. Apakah penerapan discovery learning dengan media benda konkret dapat
meningkatkan hasil belajar tentang bangun datar di kelas V SD Negeri
Ampih tahun ajaran 2015/2016?
3. Apakah kendala dan solusi penerapan discovery learning dengan media
benda konkret untuk meningkatkan hasil belajar tentang bangun datar di
kelas V SD Negeri Ampih tahun ajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditetapkan tujuan
penelitian sebagai berikut.
1.
Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan discovery learning dengan
media benda konkret tentang bangun datar (segitiga, persegi panjang,
5
persegi, belah ketupat, jajar genjang, trapesium, layang-layang, dan
lingkaran) di kelas V SD Negeri Ampih.
2.
Untuk meningkatkan hasil belajar tentang bangun datar (segitiga, persegi
panjang, persegi, belah ketupat, jajar genjang, trapesium, layang-layang,
dan lingkaran) di kelas V SD Negeri Ampih melalui penerapan discovery
learning dengan media benda konkret.
3.
Mendeskripsikan kendala dan solusi penerapan discovery learning dengan
media benda konkret untuk meningkatkan hasil belajar tentang bangun
datar (segitiga, persegi panjang, persegi, belah ketupat, jajar genjang,
trapesium, layang-layang, dan lingkaran) di kelas V SD Negeri Ampih.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan
praktis sebagai berikut.
Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut.
1. Memberikan penguasaan teori khususnya discovery learning dengan
media benda konkret.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam proses belajar mengajar
di kelas.
3. Memberi penguatan terhadap kemampuan siswa dalam memahami
konsep mata pelajaran matematika.
4. Memberi wawasan dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Manfaat Praktis
Adapun dalam hal praktis, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat untuk beberbagai pihak, diantaranya sebagai
berikut.
1. Manfaat bagi siswa
Dengan penerapan discovery learning dengan media benda
konkret, siswa dapat berperan aktif dalam belajar matematika. Siswa
6
akan memiliki pengalaman langsung dalam menemukan konsep
matematika bangun datar.
2. Manfaat bagi guru
Dari hasil penelitian ini guru dapat mengambil ilmu untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui kegiatan dalam discovery
learning untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, guru dapat
berkreasi dan menambah alat peraga serta media yang dapat
mengaktifkan siswa.
3. Hasil penelitian untuk sekolah
Bagi sekolah, hasil penelitian ini dijadikan sebagai pelengkap
teori yang terkait dengan pembelajaran yang mampu meningkatkan
hasil belajar siswa dan melibatkan siswa secara langsung terhadap
pembelajaran menyongsong kurikulum yang baru.
4. Manfaat bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain, penelitian ini sebagai perbandingan dan
referensi yang akurat untuk mengembangkan penelitian yang relevan.
Download