BAB IV ANALISIS PERAN PAGUYUBAN ORANG TUA DALAM MENDUKUNG KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SD MUHAMMADIYAH 01 KANDANG PANJANG PEKALONGAN A. Analisis Bentuk Kegiatan Paguyuban Orang Tua dalam Mendukung Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa Peran Paguyuban Orang Tua dan Guru dalam Mendukung Kualitas Proses Pembelajaran di SD Muhammadiyah 01 Kandang Panjang Pekalongan, antara lain: 1. Pertemuan Rutin Bulanan Kegiatan rutin bulanan yang diadakan oleh paguyuban di SD Muhammadiyah 01 Kandang Panjang Pekalongan telah diadakan sekitar 8 tahun. Hal ini di latar belakangi karena adanya keluhan-keluhan dari wali murid tentang pembelajaran anak, maka sekolah membentuk suatu wadah yaitu paguyuban orang tua. Dalam organisasi paguyuban orang tua tersebut bentuk kegiatan yaitu pertemuan rutin. Paguyuban orang tua tersebut dikelola oleh seluruh wali murid dalam satu kelas. Sedangkan jadwal pelaksanaan dari kegiatan rutin tiap bulannya disepakati bersama setiap awal tahun ajaran baru. Pertemuan rutin tersebut diawali setiap awal tahun ajaran baru pada hari ke-2. Pada pertemuan pertama membahas mengenai pembentukan 77 78 kepengurusan dari organisasi serta membahas jadwal pertemuan. Dalam pertemuan rutin tersebut guru berperan sebagai mediator/informan yang bertugas menyampaikan mengenai kegiatan pembelajaran, memberikan informasi tentang kesulitan belajar, memberikan informasi mengenai trik/pola pembelajaran/ pendampingan belajar di rumah, serta membuka ruang konsultasi/sharing tentang kondisi belajar anak baik itu di sekolah dan di rumah. Serta memberikan informasi seperti pada saat akan ulangan, menjelang UAS/UTS, program remidial, dan jadwal pembelajaran selama 1 bulan ke depan. Paguyuban orang tua tersebut rutin mengadakan perkumpulan setiap satu bulan sekali terkait dengan kegiatan sekolah, peraturan pemerintah (pemerintah pusat/daerah). Peraturan pemerintah pusat berkaitan dengan pendidikan, peraturan daerah menyangkut keseluruhan yang disampaikan oleh pemerintah pusat. Melalui kegiatan rutin tersebut orang tua ikut berpartisipasi terhadap pendidikan anaknya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Morrison mengenai keterlibatan orang tua yaitu : Orientasi pada tugas : harapan keterlibatan orang tua dalam membantu program sekolah yang berkaitan dengan staf pengajar, staf administrasi, sebagai tutor, melakukan monitoring, membantu mengumpulakn dana, membantu mengawasi anak apabila melakukan kunjungan luar. Bentuk peran serta orang tua tersebut merupakan yang diharapkan guru. Bentuk 79 peran serta yang lain yang termasuk dalam orientasi tugas adalah orang tua membantu anak dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.1 2. Kegiatan Tahunan Selain kegiatan bulanan ada juga pertmuan rutin tahunan. Pertemuan rutin ini diadakan setiap satu tahun sekali. Dalam pertemuan tersebut membahas mengenai evaluasi. Evaluasi ini dari wali murid kepada guru mengenai pembelajaran selama satu tahun pada proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memberikan saran dan masukan baik itu kepada guru kelas ataupun kepada sekolah dalam rangka mendukung kualitas proses pembelajaran. Melalui kegiatan tersebut wali murid diberikan kewenangan untuk memberikan masukan kepada wali kelas dan mengevaluasi mengenai pembelajaran yang telah diadakan selama satu tahun. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan yang diteliti oleh peneliti mengenai bentuk kegiatan paguyuban sesuai dengan penjalasan dari SH, EW, DW, WK, HJ, EA dan HS bahwa selain kegiatan rutin satu bulan ada kegiatan rutin tahunan. Hal ini sesuai dengan teori Morrison mengenai keterlibatan orang tua yaitu mau berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan proses pendidikan antara lain perencanaan kurikulum, memilih buku yang 1 William Stainback dan Susan Stainback, Bagaimana Membantu Anak Berhasil di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius,1999), hlm.7. 80 diperlukan sekolah, seleksi guru dan membantu menentukan standar tingkah laku yang diharapkan.2 3. Kegiatan Sosial Selain kegiatan bulanan dan tahunan, kegiatan rutin paguyuban ada juga kegiatan sosial, kegiatan ini berupa kunjungan ke rumah anggota paguyuban. Kegiatan ini diadakan apabila ada wali murid yang sakit, melahirkan atau pun ada peserta didik yang sakit. Hal ini dimaksudkan untuk merekatkan antara wali murid yang termasuk anggota paguyuban. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan ibu EA yang mengatakan bahwa apabila ada salah satu anggota paguyuban yang terkena musibah selalu berkunjung untuk sekedar mengucapkan bela sungkawa dan membantu sesuia dengan keikhlasan masing- masing. Hal ini sesuai dengan pendapat Sam Redding yang membagi 3 kategori keterlibatan orang tua dalam pendidikan : 1. Keterlibatan orang tua dengan anak-anaknya sendiri. 2. Keterlibatan orang tua dengan orang tua dari anak-anak yang lain, dan 3. Keterlibatan orang tua dengan sekolah tempat semua siswa itu belajar.3 2 3 220. Ibid, hlm. 7. Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, (Yogjakarta: Hikayat Publishing, 2008), hlm. 81 B. Kualitas Proses Pembelajaran di SD Muhammadiyah 01 Kandang Panjang Pekalongan Kualitas proses pembelajaran merupakan salah satu titik tolak ukur yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Tolak ukur berkualitas atau tidaknya suatu sekolah disesuaikan dengan tantangan era atau zaman. SD Muhammadiyah 01 Kandang Panjang Pekalongan dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran selalu melakukan inovasi dan menambah wawasan pengetahuan baik itu kepala sekolah dan guru. Selain itu untuk menunjang proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan maksimal pihak sekolah menyediakan sarana dan prasrana yang memadai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam rangka peningkatan kompetensi guru, guru di SD Muhammadiyah 01 Kandang Panjang Pekalongan ikut berperan aktif menjadi peserta seminar baik itu tingkat kota maupun tingkat nasional. Selain itu mengikuti diklat dan penataran untuk menambah pengetahuan dalam pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar guru selalu menggunakan metode yang bervariasi disesuaikan dengan materi yang diajarkan hal ini bertujuan agar proses pembelajaran dapat berjalan maksimal dan tidak memberikan rasa bosan dan jenuh pada peserta didik sehingga peserta didik bersemangat dalam menerima pembelajaran. Selain itu dalam proses pembelajaran guru juga menciptakan suasana yang demokratis sehingga memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal. Melalui kegiatan belajar mengajar yang demokratis 82 tersebut guru bukan hanya sumber satu-satunya melainkan peserta didik juga sebagai sumber belajar. Selain pemaparan di atas, dalam rangka mendukung kualitas proses pembelajaran sekolah juga menerapkan peraturan yang jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik. Hal ini bertujuan untuk memberikan rasa tanggung jawab kepada masing-masing peserta didik serta melatih kedisiplinan. Lingkungan pembelajaran di desain sebaik mungkin agar memberikan rasa nyaman, kepuasan peserta didik dan memberikan inspirasi sehingga kualitas pembelajaran dapat tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Reigeluth dan Merril yang dikutip oelh Hamzah B Uno dalam bukunya Model Pembelajaran “Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif” bahwa kualitas pembelajran dapat di ukur melalui tiga strategi pembelajaran, yakni (1) strategi pengorganisasian pembelajaran, (2) strategi penyampaian pembelajaran, dan (3) strategi pengelolaan pembelajaran. 4 C. Peran Paguyuban Orang Tua dalam Mendukung Kualitas Proses Pembelajaran Paguyuban orang tua merupakan perkumpulan wali murid dalam suatu kelas yang bertujuan untuk membangun, menumbuhkan dan mendukung partisipasi, kepedulian dan tanggung jawab wali murid dengan memberikan saran dan masukan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Paguyuban ini beranggotakan wali murid pada kelas masing-masing. Berdasarkan hasil 4 Hamzah B Uno, Model Pembelajaran “ Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2008), hlm.153-154”. 83 wawancara dan observasi terdapat beberapa peran paguyuban dalam mendukung kualitas proses pembelajaran, diantaranya : 1. Sebagai sarana komunikasi antara wali murid dan guru Di SD Muhammadiyah 01 Kandang Panjang Pekalongan, para pendidik menyadari usaha guru dalam mengajar akan lebih efektif hasilnya apabila adanya keterlibatan orang tua dalam membantu pendidikan tersebut. Adanya komunikasi yang efektif antara guru dan wali murid akan memudahkan guru dalam memantau anak di rumah. Melalui komunikasi yang searah antara guru dan wali murid akan memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran, seperti contoh apabila pada saat pembelajaran memerlukan media untuk pembelajaran. Guru bisa berbicara langsung dengan wali murid sehingga tujuan pembelajaran dapat terwujud. Melalui kegiatan paguyuban wali murid dapat mengetahui perkembangan anak, dan dapat menjalin komunikasi yang baik antara sekolah dan wali murid. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh HJ, SS, DW, dan SG, bahwa menurut keempat informan menjelaskan bahwa peran paguyuban sendiri sebagai sarana berkomunikasi antara guru dan wali murid. Sejauh pengamatan penulis melalui observasi terlihat bahwa antara sekolah dan wali murid terjalin kerjasama yang baik. Hal itu terbukti kedekatan antara pihak sekolah dengan wali murid sehingga wali murid tidak merasa enggan untuk hadir ke sekolah. 84 Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sam Redding dalam buku Membangun Sekolah Efektif menjelaskan beberap tipologi keterlibatan orang tua yaitu Communicating (Maintaining a flow of information between parent and scholl) dengan kata lain yaitu berkomunikasi (memelihara satu arus informasi serasi antara orang tua dan sekolah).5 2. Sebagai sarana untuk memecahkan masalah yang berkaitan tentang proses pembelajaran Dalam kegiatan proses belajar mengajar tidak selamanya dapat berjalan sesuai dengan yang kita rencanakan. Keragaman peserta didik terkadang menyulitkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui kegiatan paguyuban terjadi hubungan timbal balik antara guru kepada wali murid. Melalui kegiatan tersebut orang tua dapat mengetehui perkembangan anak di sekolah. Serta dijadikan sarana untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran seperti saling sharing baik itu dari wali murid kepada wali murid yang lainnya, ataupun dari guru kepada wali murid atau sebaliknya. Hal ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang di hadapi oleh setiap wali murid dan terkadang permasalahan yang mereka hadapi sama sehingga melalui kegiatan paguyuban ini dijadikan sebagai sarana untuk memecahkan masalah tentang proses pembelajaran. 5 Ibid, hlm.221. 85 Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara dengan SZ, AR, KH, NR, dan SH yang mengatakan bahwa peran paguyuban yaitu sebagai sarana dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Pemaparan diatas juga sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.6 Sedangkan menurut pasal 4 ayat 6 disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memperdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. 7 3. Sebagai mitra guru dalam memotivasi anak untuk belajar di rumah dan sekolah dalam rangka mendukung kualitas proses pembelajaran Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah (guru), orang tua murid, masyarakat, dan pemerintah. Dengan demikian, semua pihak yang terkait harus senantiasa menjalani hubungan kerja sama dan interaksi dalam rangka menciptakan kondisi belajar yang sehat bagi para murid. Interaksi semua pihak yang terkait akan mendorong murid untuk senantiasa melaksanakan tugasnya sebagai pelajar, yakni belajar dengan tekun dan bersemangat. 6 Undang- Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional , (Bandung : Citra Umbara, 2003), hlm. 10. 7 Ibid., hlm. 8. 86 Hal ini sesuai dengan teori tentang keuntungan keikutsertaan keluarga dan masyarakat yang dikemukaan oleh Rhoda : Pertama, pencapaian akademik dan perkembangan kognitif siswa dapat berkembang secara signifikan. Kedua, orang tua dapat mengetahui perkembangan anaknya dalam proses pendidikan di sekolah. Ketiga, orang tua akan menjadi guru yang baik di rumah dan bisa menerapkan formula-formula positif untuk pendidikan anaknya. Keempat, akhirnya orang tua memiliki sikap dan pandangan positif terhadap sekolah.8 Pemaparan diatas sesuai dengan hasil wawancara dengan EA, IM, dan HS yang mengatakan bahwa melalui paguyuban dapat mendukung proses pembelajaran serta memotivasi anak untuk terus belajar baik di sekolah dan rumah. Dari beberapa hasil pemaparan tersebut bahwa melalui adanya kerjasama yang baik antara wali murid dengan guru mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Serta guru juga dapat memantau perkembangan belajar anak di rumah dan wali murid dapat menyeimbangkan antara pembelajaran di rumah dan sekolah, sehingga murid dengan mudah memahami pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. 4. Memberikan masukan kepada guru dan sekolah dalam mendukung kualitas proses pembelajaran Peran serta orang tua dan guru sangat dibutuhkan dalam rangka mendukung kualitas proses pembelajaran. Bukan hanya sekedar hadir 8 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah “ Teori, Model, dan Aplikasi”, (Jakarta : PT. Grafindo, 2006 ), hlm. 125. 87 dalam pertemuan paguyuban melainkan keaktifan orang tua dalam rangka membantu perkembangan anak di sekolah sangat dibutuhkan. Melalui kegiatan rutin paguyuban wali murid diberikan kewenangan untuk memberikan masukan kepada wali murid. Baik itu mengenai pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan pemaparan 3 informan yaitu EW, WK dan MT mereka mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran di SD Muhammadiyah 01 Kandang Panjang Pekalongan tidak secara otoriter sekehendak dengan pihak sekolah. Namun apabila ada masukan yang itu berdampak positif terhadap proses pembelajaran baik itu sekolah ataupun wali kelas memberikan kewenangan untuk memberikan masukan tersebut. Dan guru juga menerapkan saran tersebut dalam kegiatan proses belajar mengajar. Hal ini sesuai teori Saiful Sagala mengenai konsep tujuan manajeman berbasis sekolah yaitu Lebih spesifik lagi manajemen berbasis sekolah bertujuan untuk : (1) menjamin mutu pembelajaran anak didik yang berpijak pada asas pelayanan dan prestasi belajar, (2) meningkatkan kualitas transfer ilmu pengetahuan dan membangun karakter bangsa yang berbudaya, (3) meningkatkan mutu sekolah dengan memantapkan pemberdayaan melalui kemandirian, kreativitas, insiatif, dan inovatif dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya sekolah, (4) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam 88 menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan dengan mengakomodir aspirasi bersama, (5) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolah, dan (6) meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang dicapai.9 5. Ikut berperan dalam mendukung kualitas proses pembelajaran SD Muhammadiyah 01 Kandang Panjang merupakan sekolah yang memberikan kewenangan kepada semua wali murid untuk ikut berperan dalam mendukung kualitas proses pembelajaran. Untuk mengakomodir aspirasi bersama antar wali murid dibentuk paguyuban kelas. Melalui kegiatan paguyuban ini, orang tua bukan hanya dapat mengetahui perkembangan anak di sekolah tetapi wali murid diberikan kewenangan untuk ikut berperan dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Pemaparan diatas sesuai dengan pemaparan ibu NC yang mengatakan melalui kegiatan paguyuban membuka ruang dan memberikan kesempatan bagi wali murid untuk berperan dalam mendukung proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Shields yang dikutip oleh Nurkholis dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model dan Aplikasi) menyatakan bahwa reformasi pendidikan harus sampai pada hubungan antara sekolah dengan keluarga dan sekolah dengan masyarakat dengan cara melibatkan secara aktif dalam kegiatan-kegiatan sekolah baik 9 Syaiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat Strategi Memenangkan Persaingan Mutu, ( Jakarta : PT Nimas Multima, 2004), hlm.129-143. 89 yang terkait langsung dengan kegiatan pembelajaran maupun noninstuksional.10 D. Kendala yang dihadapi oleh Paguyuban Orang Tua dalam Mendukung Kualitas Proses Pembelajaran Dalam mendukung kualitas proses pembelajaran bukan hanya guru yang berperan, namun adanya kerjasama antara guru, orang tua dan sekolah diperlukan dalam mendukung kualitas proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pertemuan rutin paguyuban tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan tersebut. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan paguyuban sebagai berikut : 1. Kesibukan Orang Tua Sehingga tidak dapat menghadiri pertemuan rutin Dalam pertemuan paguyuban rata-rata semua wali murid mengahadiri pertemuan rutin. Hampir semua wali murid ikut berpartisipasi dalam pertemuan tersebut dan berusaha untuk menghadiri petemuan rutin. Wali murid mengetahui perkembangan anak dan mendapatkan informasi mengenai sekolah, oleh karena itu wali murid selalu berusaha untuk menghadiri pertemuan tersebut. Pada saat acara pertemuan wali murid mendengarkan dengan seksama informasi yang diberikan oleh wali kelas. Dalam pertemuan rutin terkadang ada beberapa wali murid yang tidak dapat mengahadiri pertemuan. Hal ini dikarenakan kesibukan orang tua sehingga tidak dapat menghadiri acara tersebut. Hal ini berpengaruh sehingga tidak efektifnya penyampaian antara guru kepada wali murid. Hal 10 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah “ Teori, Model, dan Aplikasi”, (Jakarta : PT. Grafindo, 2006 ), hlm. 126. 90 ini juga berdampak pada proses pembelajaran sehingga tidak dapat berjalan lancar. Karena pada dasarnya pada saat pertemuan rutin tersebut wali kelas menyampaikan mengenai pembelajaran satu bulan kedepan dalam mendukung proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat EW, HJ, AR, dan KH yang menyatakan bahwa terkadang orang tua tidak dapat mengahadiri pertemuan dikarenakan kesibukan. Namun menurut pemaparan dari wali kelas mengatakan kendala tersebut tidak menghambat dalam acara pertemuan rutin tersebut karena hanya beberapa yang tidak dapat menghadiri acara pertemuan. Selain itu, wali murid yang tidak dapat mengahadiri pertemuan rutin keesokan harinya menemui wali kelas untuk meminta informasi yang disampaikan pada saat acara pertemuan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sam Redding yang dikutip dalam buku “Membangun Sekolah Efektif” yang mengatakan faktor / kondisi yang menyatakan keterlibatan orang tua siswa tidak dapat menghadiri pertemuan yaitu : kesibukan kerja orang tua siswa sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk dapat membantu sekolah.11 11 Suparlan, op.cit., hlm. 220.