Adapun kerangka fikir yang akan dikemukakan adalah : 1. melakukan konsolidasi, 2. membentuk paniti ad-hoc/team formatur, 3. menyusun anggaran dasar/rumah tangga, 4. memilih/menetapkan pengurus tetap/definitif, 5. membentuk kepengurusan dan menyusun program kerja, 6. pengelolaan/manajerial paguyuban, 7. melakukan evaluasi kinerja, 8. melaksanakan prinsip kesinambungan/regenerasi. Dari langkah-langkah diatas yang sudah dilalui adalah : 1 & 2 tinggal langkah berikutnya yg harus segera disusun oleh Ketua beserta perangkat terpilih. KONSOLIDASI Hal pertama dan terutama yang harus kita tempuh -sebelum membentuk paguyuban- adalah melakukan konsolidasi internal antar elemen keluarga besar, yang bisa ditempuh secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media komunikasi (telepon, handphone, email ataupun media berbasis internet lainnya). Apabila komunikasi intensif telah terbangun, selanjutnya adalah mengarahkan bahasan komunikasi kedalam topik khusus yaitu pembentukan paguyuban keluarga. Dalam tahap konsolidasi ini semua elemen harus saling berkomunikasi mengenai pembentukan paguyuban dan harus menjadi tranding topic dalam setiap kesempatan. Konsolidasi ini dapat dilakukan oleh berbagai elemen/anggota keluarga besar, semua generasi yang lebih tua & diharapkan menjadi pendorong/pemberi semangat untuk pembentukan paguyuban, sebaliknya semua generasi dibawahnya menjadi dinamisator dan pelopor pergerakan pembentukan paguyuban sehingga pada akhirnya nanti menjadi pemeran kunci dalam menjalankan roda paguyuban. Namun berkaca dari realitas, saat ini telah terjadi kesenjangan komunikasi antar elemen keluarga besar sehingga kenyataan itu harus kita cari jalan keluarnya dan harus bisa kita lewati agar tidak menjadi penghambat terbentuknya paguyuban. Adapun faktor memicu timbulnya kesenjangan komunikasi tersebut daitaranya : FAKTOR SOSIAL Dalam faktor ini kondisi senioritas memegang peranan penting karena terkait erat dengan pengetahuan pandangan, sehingga cenderung memunculkan ego pribadi. Output dari sikap senioritas adalah munculnya sikap haus sanjungan rindu pujian dan gila penghormatan. Apabila faktor-faktor diatas terus ada/dipelihara, maka kesenjangan komunikasi akan terus ada bahkan semakin mengakumulasi hingga pada akhirnya akan menjadi puncak gunung es dan bom waktu. Setiap orang akan cenderung berkomunikasi/berhubungan dengan orang yang dia anggap menyenangkan/nyaman atau tidak merasa “terusik”, begitu juga sebaliknya akan ogah dan cenderung untuk menarik diri berhubungan dengan seseorang yang ego dan haus akan sanjungan. Apabila elemen keluarga yang satu tidak dapat menghilangkan ego lalu elemen keluarga yang lain cenderung untuk tidak mau/menarik diri, maka dari situ pada dasarnya sudah terbentuk kesenjangan komunikasi (communication gap) dan bahkan lebih fatal lagi akan menjadi bibit putusya silaturrahmi dan tidak mustahil hilangnya paguyuban ditelan oleh sikap ego itu. Oleh karena itu agar untuk mewujudkan keharmonisan serta ikut mendukung kelanjcaran terbentuknya paguyuban kita harus merubah pola fikir ataupun sikap kita dengan cara : o) Menghormati/menyadari kenyataan adanya senioritas o) Menjunjung tinggi etika dan tetap rasional, o) Menjauhkan sikap sombong, ujub, riya, takabur dan tetap tawadhu. 0) Selalu bersikap bijaksana, saling mengalah dan menghilangkan ego pribadi. PANITIA AD-HOC/TEAM FORMATUR Setelah terbangun komunikasi intensif antar elemen keluarga, langkah selanjutnya adalah membentuk panitia ad-hocatau team formatur yang akan mengawal transisi pembentukan paguyuban. Team formatur sekurang-kurangya terdiri dari : ketua, sekretaris dan bendahara ditambah beberapa anggota team teknis. Panitia ad-hoc/team formatur ini bisa dibilang badan pekerja sementara yang akan membidani lahir/terbentuknya paguyuban keluarga, terlepas pada saatnya nanti apakah team formatur ini akan menjadi pengurus permanen ataupun tidak itu akan diserahkan kepada hasil musyawarah bersama. Tugas pokok team formatur ini adalah menyusun /menetapkan instrumen hukum/peraturan paguyuban berupa AD (Anggaran Dasar) dan ART (Anggaran Rumah Tangga) yang kedepannya akan dijadikan pijakan aturan main oleh pengurus paguyuban. Tugas team formatur lainnya adalah meng-organize pemilihan Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum Paguyuban, mulai pendaftaran, pemilihan hingga penetapan/pelantikan. selanjutnya ketua umum dan wakil ketua umum yang telah terpilih tersebut dapat menyusun kepengurusan paguyuban dari tingkat pusat hingga ke tingkat korwil (koordinator wilayah). PENYUSUNAN AD / ART AD/ART merupakan “konstitusi”” paguyuban yang penyusunan/penetepannya oleh team formatur. Atasnama seluruh anggota paguyuban team formatur kemudian memberikan mandat kepada pengurus untuk menjalankan roda paguyuban sesuai AD/ART. Dalam AD perlu ditegaskan philosofi yang mendasari dibentuknya paguyuban mulai dari dasar pemikiran/latar belakang, visi, misi, sasaran/tujuan serta nila-nilai yang perlu di jaga/dibina. Begitu juga dalam ART harus dijelaskan mengenai semua mekanisme/aturan main dalam hal bagaimana me-rumah-tanggakan paguyuban agar berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan. PEMILIHAN / PENETAPAN KETUA UMUM/WAKIL Dalam meg-organize pemilihan keluarga kita perlu menjunjung tinggi demokratisasi serta menyamakan persepsi. Artinya bahwa setiap anggota keluarga besar mempunyai hak yang sama untuk memilih dan di pilih dan terhadap seseorang yang men-calonkan atau di-calonkan harus punya persepsi/dasar pemahaman yang sama atas paguyuban. Oleh karena itu setiap seseorang yang men-calonkan maupun di-calonkan harus faham betul akan philosofi paguyuban sebagaimana tertuang dalam “konstitusi” paguyuban khusunya AD serta turunannya (ART) sehingga persepsi yang dibangun dalam pemhaman masing-masing calon sesuai dengan AD/ART tersebut. F. PEMBENTUKAN PENGURUS DAN PENYUSUNAN PROGRAM KERJA G. PELAKSANAAN PROGRAM H. EVALUASI PROGRAM I. REGENERASI