EFEKTIFITAS MEDIA BUKU CATATAN HARIAN DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA SEKOLAH DASAR Rima Rikmasari* e-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian yang berjudul “Eefektifitas Buku Catatan Harian terhadap Kebiasaan Menulis dan dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Siswa di Sekolah Dasar” yang dilakukan di SDN Sukamenak Kabupaten Subang Jawa Barat dilatarbelakangi oleh permasalahan rendahnya kebiasaan dan keterampilan menulis siswa. Menulis dianggap sebagai kegiatan yang sangat komplek dan sulit untuk dilakukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen yang membagi dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen digunakan buku catatan harian sebagai media yang digunakan dalam pembelajaran menulis. Hasil penelitian yang dilakukan terungkap bahwa Buku catatan harian cukup berpengaruh terhadap keterampilan menulis siswa. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian bisa disarankan bagi guru untuk mengarahkan siswa dalam menulis terutama dalam hal kerapihan dan penggunaan huruf tegak bersambung. Kemampuan siswa dalam menulis harus terus diterapkan di sekolah khususnya pada tingkat sekolah dasar sehingga terasah semenjak dini. Selain itu, penggunaan media dalam pembelajaran menulis akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Kata Kunci: media buku catatan harian, keterampilan menulis, siswa sekolah dasar I. PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam berhubungan dengan makhluk social lainnya. Menurut pengertiannya bahas merupakan symbol bunyi yang keluar dari alat ucap manusia. Selain itu jugan bahasa adalah alat komunikasi yang menggunakan symbol vocal dan bersifat arbitrer (keraf dalam Rahman, 2005). Keterampilan yang dimiliki manusia secara kodrati melaui tahapan; tahap pertama bayi baru bisa menyimak yang didengarnya, kemudian berbicara. Setelah kedua tahap dilalui maka tahap selanjutnya adalah membaca dan menulis. PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013 Suyatna (dalam Dety, 2011) …sedangkan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif yang terlibat langsung secara aktif memproduksi gagasan dan informasi sehingga bisa dibaca oleh orang lain. Menulis dianggap sebagai kegiatan yang sulit dan juga rumit. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis antara lain; isi ccerita, organisasi teks, ketepatan diksi, ejaan yang disesuaikan dengan EYD. Guru sebagai pengajar harus memberikan motivasi pada siswa dalam menuangkan ide cerita atau pemikiran dalam bentuk tulisan. Mootivasi guru bukan saja pada hal yang dilakukan pada 19 saat proses belajar namun juga setelah pembelajaran berllangsung. Dengan tujuan agar siswa memahami konsep menulis dan diharapkan ketika proses pembelajaran berakhir siswa tetap memiliki semangat dalam menuangkan pikiran menulis. Agar tidak ada kesan memaksa dan memberikan penekan siswa untuk menulis, maka siswa dapat menuangkan ide yang ada dlam benaknya dalam buku catatan harian. Diharapkan dengan digunakannya metode buku catatan harian yang bersifat tidak formal ini, siswa dapat menulis setiap kegiatan, setiap hal yang dilihat atau cerita yang diingatnya sehingga menjadikan siswa terbiasa dalam menulis dan bercerita dalam bentuk tulisan. Penelitian metode Buku catatan Harian ini telah dilakukan beberapa peneliti diantra dilakukan di SMPN 29 bandung oleh Ida Hamidah (2006) dan Dety (2006) di SDN Sariwangi Bandung. Oleh karena itu penelitian ini akan menggunakan metode dengan media buku catatn harian untuk melihat ada atau tidaknya efesiensi media buku catatan harian dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa di SDN Sukamenak Subang. II. KAJIAN TEORI 2.1 Media Media yang dikemukakan oleh Briggs dalam Dety (2011: 14) adalah alat yang terlihat secara fisik yag bisa memtivasi siswa untuk belajar. Dety memberikan penegasan bahwa media merupakan benda atuapun alat yang digunakan sebagai pelantara untuk menyampaikan PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013 berita dari pemberi pesan ke penerima pesan. Sedangkan media pendidikan adalah alat bantu yang dapat dipergunkan guru atau pengajar utuk membuat siswa paham dan mengerti akan ateri yang disampaikan guru. Dale (dalam Dety, 2011: 15) menyatakan bahwa media dalam pendidikan bisa mmembantu siswa untuk melihat sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit. verbal Simbol Visual abstrak Visual radio film tv wisata demonstrasi partisipasi observasi Pengalaman langsung konkrit Gambar Perkembangan Media Pembelajaran Berdasarkan Pengalaman E. Dale (Sadiman dalam Dety, 2011: 16) Gambar tersebut menjelaskan tentang perkembangan media sebagai aat dalam pembelajaran. Proses pembeljaaran yang dilakukan duur bermula dari penyampaian secara verbal. Guru menyampaikan materi kepada siswa dengan cara bercerita. 20 Pada tahapan ini siswa hanya bisa membayangkan apa yang diujarkan oleh guru, dalam artian pembelajaran dilakukan bersifat abstrak. Perkembangan teknologi mengantarkan siswa untuk memahami mempelajari pendidikan dengan lebih baik, teknologi menciptakan radio, film dan televise. Dengan melihat secara langsung atau observasi dalam pembelajaran akan menjadikan siswa lebih kritis dalam berpikir dan menawarkan hal-hal yang ada dalam proses pembelajaran. Pengalaman langsung bisa memberikan gambaran yang konkrit tentang pelajaran yang diberikan guru. Kriteria pemilihan media pengajaran menurut Sudjana dan Rivai (dalam Dety 2011: 18): a) Ketepatan media dengan tujuan pembelajaran b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran c) Kemudahan memperoleh media d) Keterampilan guru dalam menggunakannya e) Tersedia waktu untuk mengunakannya f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa 2.2 Bahasa Bahasa merupakan suatu lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi oleh masyarakat pemakainya. Widjono (2011: 15) menyatakan bahwa bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Sistem yang dimaksud Widjono (2011:15) mencakup unsurunsur: (1) sistem lambang bermakna, (2) PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013 sistem lambang bersifat konvensional yang sesuai dengan kesepakatan pengguna bahasa, (3) Sistem lambang yang dapat digunakan secara berulang dan tetaop, (4) sistem lambang bersifat terbatas namun produktif, dapat menghasilkan frasa, klausa, kalimat paragraph dan bahkan wacana, (5) sistem lambang unik, khas, dan tidak sama dengan bahasa lain, (6) sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat universal. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan. 2.3 Menulis Heaton dalam Dety (2011: 19) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan yang tidak mudah atau bisa dinyatakan sangat kompleks. Dikatakan kompleks karena dalam menulis harus memperhatikan unsur-unsur tulisan, bentuk dan bahsa yang dipakai dan unsur lainnya. Tarigan (2008:22) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan membuat lambang grafik yang maknanya sudah dipahami oleh pembaca dan merupakan suatua bahasa yang dipahami oleh pengguna bahasa tersebut. 21 Maka simpulan yang dapat diperoleh dari kedua pendapat diatas mengenai menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan buah karya yang dpat dinikmati melalui unsurunsur grafik yang memiliki makna sehingga dapat dipahami oleh penikmat pengguna bahasa tersebut. Unsur-Unsur Tulisan Berdasarkan International Study of Achievement in Written composition (dalam Rahman, 2011) bahwa unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah tulisan antara lain: a. Kulitas dan lingkup isi (quality and scope of content) Dimensi kualitas dan lingkup isi mengkaji jumlah gagasan dalam tulisan yang disusun oleh siswa didik b. Organisasi dan tampilan isi (organization & presentation of content) Dimensi organisasi isi dan tampilan isi berhubungan dengan jumlah uraian isi karangan (uraian ide) dalam penyusunan tulisan. Kerap (1980) mengemukakan bahwa organisasi karangan mencakup pendahuluan, tubuh karangan, dan simpulan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan organisasi dan tampilan isi adalah uraian ide (batang tubuh tulisan) yang terdapat dalam kalimat-kalimat lanjutan. c. Gaya dan ketepatan (style & appropriateness) Dimensi pemilihan gaya & ketepatan tulisan berupa penggunaan variasi frasa dalam tulisan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pemilihan PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013 gaya dan ketepatan adalah penggunaan sekurang-kurangnya satu frasa. d. Bentuk gramatikal (grammatical features) Dimensi bentuk gramatikal tulisan mencakup bentuk kalimat yang ditampilkan murid dalam sebuah tulisan dimana sebuah kalimat memiliki fungsi kalimat. Dimana Inti kalimat (the essentials of sentence) ditulis oleh Rook (1983:8), "A sentence must always have a subject and verb. Sebuah kalimat mesti memiliki subjek dan predikat. fungsi kalimat mencakup fungsi S (Subjek), P (Predikat), O (Objek), Pel. (Pelaku), dan Ket. (Keterangan). Unsur fungsi S (Subjek) dan P (Predikat) sebagai unsur wajib, serta unsur O (Objek), Pel. (Pelaku), dan Ket. (keterangan). e. Ejaan (spelling) Ejaan yang dijadikan patokan dalam penelitian adalah EYD (ejaan yang disempurnakan). Dalam kajian ini difokuskan pada penggunaan huruf besar, kata depan, awalan, pemenggalan suku kata, dan penggunaan tanda baca. f. Tulisan tangan dan kerapihan (handwriting & neatness) Merupakan indicator tampilan fisik. Tulisan tangan adalah tulisan buatan para murid dengan menggunakan huruf berangkai. Kerapihan tulisan tangan adalah kejelasan (keteridentifikasian huruf) tulisan, bentuk tulisan (font). 22 2.4 Keterampilan Menulis Menurut Hoetomo terampil adalah cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. atau kecakapan yang disyaratkan. Keterampilan menulis adalah mengungkapkan gagasan/ide, pendapat/ opini, dan perasaan kepada pihak lain melalui tulisan. Ketepatan dalam mengungkapkan pikiran harus didukung dengan ketepatan bahasa yang dipergunakan. Selain kosakata dan gramatikal/struktur kalimat, ketepatan kebahasaan juga sebaiknya didukung oleh konteks dan penggunaan ejaan (depdiknas, 2005: 4) Pendapat Heaton (dalam Widodo, 2009: 62) bahwa Seorang penulis yang baik harus memiliki beberapa keterampilan. Keterampilan yang seharusnya dimiliki seorang penulis diantaranya adalah: (1) keterampilan gramatika, (2) keterampilan mekanis, (3) kemampuan mengorganisasikan pikiran secara kreatif, dan (4) keterampilan dalam membuat keputusan atau pertimbangan terhadap individu pembaca (menyeleksi, mengorganisasikan, dan mengurutkan informasi secara relevan). Keterampilan Menulis (writing skills) menurut Syafei (2011: 51) adalah kemampuan dalam mendeskripsikan atau mengungkapkan isi pikiran, mulai dari aspek yang sederhana seperti menulis kata sampai kepada aspek yang lebih kompleks yaitu wacana. Syafei (2011: 52) mengemukakan bahwa sebagai sebuah keterampilan, menulis PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013 dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu product approach dan process approach. Pendekatan produk menitikberatkan pada bentuk hasil akhirnya, dapat berupa surat, esai, cerita, dsb, memenuhi atau tidak indikator sebagai berikut ini: (1) enak dibaca; (2) struktur kalimat disusun sesuai dengan aturan yang berlaku, dan (3) mematuhi konvensi wacana yang berkaitan dengan topic utama, rincian pendukung, dsb. III. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian adalah eksperimen kuasi, dengn desain nonequivalent control grup. Pada kelas control peneliti tidak memberikan perlakukan khusus, pembelajaran menulis di kelas control tidak menggunakan media buku catatan harian. Sedangkan di kelas eksperimen peneliti memberikan media dengan menggunakan media catatan harian pada siswa. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan tujuan penelitian yang dikemukakan peneliti di bab pendahuluan, yaitu untuk mengetahui apakah model pembelajaran Buku Catatan dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan menulis dongeng siswa. Penelaahan yang peneliti lakukan dilakukan pada dua kelas yang dianggap dapat mewakili keterujian hasil penelitian, yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas dimana model pembelajaran Buku Catatan diterapkan, sedangkan kelas kontrol menggunakan model 23 pembelajaran konvensional, dimana guru yang berperan penting dalam proses pembelajaran (teacher center). Pelaksanaan penelitian yang peneliti lakukan diselenggarakan di Gugus Sekolah Dasar Negeri Cicabe, dimana di gugus ini terdiri dari dua sekolah yang dimerger satu atap, terdiri dari SDN Cicabe I dan SDN Cicabe II. Dari ketiga sekolah tersebut peneliti diberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di SDN Cicabe II sebagai kelas eksperimen dan SDN Cicabe I sebagai kelas kontrol. Tidak ada kriteria khusus yang digunakan dalam menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang dijadikan patokan adalah berdasarkan hasil pretest yang dilakukan, yaitu homogen dan normalitas untuk menunjukan bahwa tidak ada perbedaan objek data. Pada bab ini akan diuraikan hasil analisis penelitian yang dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Tiga pertemuan di awal sebagai penelitian kecil/pendahuluan dan akhir untuk mendapatkan hasil pretest dan posttest. Sedangkan pertemuan lainnya peneliti lakukan untuk penerapan model pembelajaran. Dilanjutkan dengan analisis hasil angket dan wawancara yang peneliti lakukan pada guru dan murid yang mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Buku Catatan. Tahapan Buku Catatan Harian yang diberikan oleh RichardT.dan JoanneL.Vacca sedikit disesuaikan dengan keperluan dan alokasi waktu, yaitu diawali dengan kegiatan awal yang dilakukan guru dimulai dari memberi salam, berdoa, PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013 memeriksa keadaan kelas dan siswa, juga melakukan motivasi dan apersepsi pelajaran dengan baik. Dan memberikan penjelasan berkenaan dengan model pembelajaran Buku Catatan, dimana siswa berkelompok (setiap kelompok terdiri dari 5 orang), dan melakukan proses pembelajaran dengan baik. Selanjutnya masuk pada bagian kegiatan inti, yaitu memberikan sebuah bagian dari dongeng yang kontradiksi, guru memulai dengan memberikan judul dongeng, yang mungkin tidak semua siswa pernah mendengar kisahnya; misalnya; ‘Ikan Polaman’, ‘Petani yang Baik hati’, ‘Si Kikir dan Si Miskin’, dan ‘The Three Languages’. Judul dongeng tersebut membuat siswa sempat bertanya karena beberapa judul yang disajikan diantaranya belum diberikan guru. Kemudian guru model memberikan sedikit gambaran berkenaan dengan judul/materi yang diberikan. Pada tahap berikutnya, guru meminta siswa untuk membaca senyap selama beberapa saat, dilanjutkan dengan guru membaca nyaring bertujuan untuk verbalisasi pada siswa agar memiliki satu pandangan antar guru dan siswa terhadap dongeng yang sedang di bahas, disini proses model pembelajaran Buku Catatan mulai dilakukan. Harapan guru dan peneliti adalah siswa mengetahui apa tema cerita; bisa menggembangkan gambaran yang siswa miliki (skemata) siswa berkenaan dengan judul (making predictions), siapa saja tokoh yang berperan, dan bagaimana wataknya; untuk mengembangkan setiap informasi yang ada dalam dongeng (developing images), kemudian dilanjutkan dengan 24 amanat; menemukan permasalahan yang muncul dalam dongeng sehingga dapat menarik kesimpulan atau manfaat yang terkandung di dalamnya, baik tersurat maupun tersirat (regulate comprehension). Proses diskusi berlangsung dimana siswa satu dengan yang lain dapat berbagi pendapat dan menentukan jawaban yang tepat untuk setiap pertanyaan yang diajukan dalam lembar LKS. Namun sayangnya proses pembelajaran belum sesuai dengan harapan peneliti. Siswa dalam kelompok hanya mengandalkan seorang ketua kelompok, siswa pintar, sedangkan siswa yang lain melakukan kegiatan lain diluar diskusi kelompok; menggobrol, bercanda, dll. Guru model memberikan gambaran bahwa kemampuan siswa di daerah memang kurang tergali dalam proses pembelajaran, satu dari sekian banyak penyebabnya adalah kurangnya peran orang tua dalam memberikan motivasi/dukungan dan perhatian kepada anaknya. Khususnya bagi keluarga yang berasal dari status sosial dan ekonomi bawah. Chandrasegaran (2002; Rochman, 2010; 51) menjabarkan dua prinsip pengajaran menulis bahwa menulis merupakan akivitas mental (kognitif), maka belajar menulis merupakan kemampuan penulis dalam memutuskan mana yang tepat untuk dilaksanakan, sehingga berdasarkan keputusan tersebut pesan penulis dapat sampai kepada pembaca. Data kemampuan menulis teks dongeng diperoleh dari hasil pretest di kelas eksperimen dan kontrol sebelum PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013 dilakukan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Buku Catatan dan hasil posttest diambil di kelas eksperimen dan kontrol setelah pelaksanaan model pembelajaran Buku Catatan di kelas ekperimen. Data tersebut kemudian diujikan untuk mengetahui normalitas dan homogentitas kemudian kedua data tersebut dianalisis untuk melihat adanya perbedaan peningkatan kemampuan menulis teks dongeng antara kelas ekperimen yang menggunakan model pembelajaran Buku Catatan dan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional (membaca senyap). Data Penelitian Kemampuan awal siswa dilihat berdasarkan skor pretest dari kedua kelompok berbeda, yaitu kelas ekperimen yang menggunakan model pembelajaran Buku Catatan Harian dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Berikut ini nilai pretest kemampuan menulis teks dongeng anak dari kedua kelompok tersebut. a. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21 KELAS EKSPERIMEN NAMA SISWA NILAI ADLIN 83 AKBAR 66 ALIEF 84 GALANG 67 HAMDAN 78 ISTIMA 44 JANIAR 56 KELVIN 76 KOMALASARI 84 LIDA M L 77 M. MUGNI 56 MELDA 36 RESTI 81 RIFAN 73 RINA HARTINI 77 RIO 44 RISTA SITI H. 72 SITI K 65 SYIVA M. 72 TIKA DWI 85 KELAS KONTROL NAMA SISWA ADINDA M.P. ADITYA AKMAL ALEJANDITO B.N. ARIYANTI AUDREY F. B. P. DEVI TRIYANI DILLA LIDYA GENSEN YOHANA LIDIA HENRI S. LINGGA M. FARDAN RIZKI M. FIKRI HAYKAL M. KAFI M. SADDAM H.Z. NAUFAL A.Z. RAYBI JUNIOR RENDI LESMANA ROMI YANTI NUR ZEINA 25 NILAI 54 44 52 44 84 63 79 87 72 53 44 54 51 48 79 53 75 58 84 58 79 Uji Homogenitas Menulis Dongeng Uji Normalitas Skor Pretest Kemampuan Menulis Dongeng Levene Statistic df1 df2 Sig. PRETEST .522 1 39 .474 POSTEST .722 1 39 .401 Cases Missing Total KELAS N Percent N Percent N Percent PRETEST Eksperimen 20 100.0% 0 .0% 20 100.0% Kontrol 21 100.0% 0 .0% 21 100.0% POSTEST Eksperimen 20 100.0% 0 .0% 20 100.0% Kontrol 21 100.0% 0 .0% 21 100.0% Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova PRETEST POSTEST Kemampuan Test of Homogeneity of Variances Case Processing Summary Valid Pretest Shapiro-Wilk KELAS Statistic df Sig. Statistic Df Sig. Eksperimen .185 20 .071 .887 20 .023 Kontrol .193 21 .059 .889 21 .021 Eksperimen .124 20 .200* .957 20 .493 Kontrol .140 21 .200* .876 21 .013 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Tabel di atas memperlihatkan bahwa hasil pretest kemampuan menulis dongeng siswa dari kelas eksperimen dengan nilai signifikansi memiliki P-value 0,071 berdasarkan uji Lilifors Sedangkan P-value di kelas kontrol sebesar 0,059 dengan uji Lilifors. P-value dari kelompok eksperimen dan kelas Kontrol lebih besar dari α = 0,05. Sehingga data pretest kemampuan menulis dongeng anak kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal, sehingga dapat diterima. Dapat dilihat dari tabel tersebut bahwa nilai signifikan posttest kelas ekperimen dan kelas kontrol untuk hasil kemampuan menulis dongeng sebagai berikut memiliki p-value 0,200 dengan uji Lilifors. Kedua p-value bernilai lebih besar dari α = 0,05 sehingga data posttest untuk kemampuan menulis dongeng berdistribusi normal, dapat diterima. PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013 Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai signifikan untuk kelas eksperimen dan kelas Kontrol untuk pretest kemampuan menulis dongeng memiliki sig (p = 0,474) untuk uji homogenitas maka dapat dianggap data tersebut memiliki variansi sama. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan rerata antara kelas eksperimen dan kontrol dilakukan uji t dengan Compare Mean independent Samples Test dengan hasil perhitungan sebagai berikut: T-tes Sample Independent Kemampuan Menulis dongeng Group Statistics PRETEST POSTEST KELAS N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Eksperimen 20 64.45 25.059 5.603 Kontrol 21 62.57 14.719 3.212 Eksperimen 20 68.25 26.386 5.900 Kontrol 21 64.24 20.530 4.480 Untuk melihat kemampuan siswa dalam memahami dan menuliskan kembali isi dongeng, maka dimuat dalam grafik berikut: 26 Grafik 4.1 Ketepatan Organisasi isi teks Dapat dilihat berdasarkan tabel di atas bahwa Ketetapan Organisasi isi teks pretest siswa di kelas eksperimen yang terlihat untuk siswa dengan predikat kurang sebanyak 5 orang, cukup sebanyak 7 orang, sebanyak 7 orang, dan sangat baik sebanyak 1 orang. Setelah dilakukan terapan model pembelajaran Buku Catatan Harian siswa dengan perdikat kurang sebanyak 4 orang, cukup sebanyak 4 orang, berpredikat baik sebanyak 9 orang dan sangat baik sebanyak 3 orang. Sedangkan untuk hasil pretest di kelas kontrol masih berdasarkan data di atas siswa berpredikat kurang sebanyak 11 orang, cukup sebanyak 3 orang, siswa dengan predikat baik sebanyak 7 orang, dan tidak ada siswa yang dianggap sangat baik dalam membuat organisasi isi teks. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa Ketepatan diksi untuk hasil pretest siswa di kelas eksperimen dengan predikat kurang sebanyak 4 orang, untuk siswa cukup sebanyak 7 orang, siswa baik dalam memilih diksi sebanyak 7 orang, dan terdapat 2 orang siswa sangat baik dalam menentukan diksi untuk menulis dongeng. Kemudian setelah dilakukan terapan model pembelajaran Buku Catatan Harian di kelas eksperimen mengalami kemajuan di predikat kurang sebanyak 2 orang, siswa dengan predikat cukup sebanyak 4 orang, baik sebanyak 11 orang, dan siswa yang dianggap sangat baik dalam menentukan diksi sebanyak 3 orang. Sedangkan untuk hasil pretest dan posttest untuk siswa di kelas control, siswa dengan predikat kurang sebanyak 5 orang menjadi 6 orang, cukup sebanyak 8 orang menjadi 7 orang, di predikat baik sebanyak 8 orang siswa menjadi 6 orang dan siswa yang dianggap sangat baik di pretest tidak ada namun setelah dilakukan posttest muncul sebanyak 2 orang yang mampu memilih diksi yang tepat untuk dongeng yang ditulisnya. Grafik 4.2 Ketepatan Diksi PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013 27 Grafik 4.3 Ejaan dan Tata Tulis Dongeng Data pada tabel tersebut memberikan penjelasan bahwa kemampuan Menulis ejaan dan tata tulis dongeng hasil pretest di kelas eksperimen yang dinilai kurang sebanyak 3 orang, cukup sebanyak 11 orang, baik sebanyak 6 orang dan sangat baik sebanyak 1 orang, kemudian dilihat kembali setelah mengalami terapan dengan model pembelajaran Buku Catatan Harian siswa yang di anggap kurang sebanyak 2 orang, cukup sebanyak 5 orang, dianggap baik sebanyak 11 orang, dan sangat baik sebanyak 4 orang. Sedangkan untuk siswa di kelas kontrol hasil yang diperoleh setelah pretest dan posttest siswa dinilai kurang sebanyak 3 menjadi 4 orang, dinilai cukup 9 orang menjadi 7 orang, dinilai baik 8 orang menjadi 7 orang dan dinilai sangat baik dari 1 orang menjadi 3 orang. V. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menulis antara siswa di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Buku Catatan Harian dan kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Siswa di kelas eksperimen mengalami peningkatan kemampuan menulis dongeng lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian dengan gain di kelas eksperimen sebesar 4,7 dengan kemampuan menulis dilihat bahwa siswa bisa pemahaman isi dongeng, dapat mengorganisasi teks, sudah dapat memilih kata yang sesuai dengan konteks cerita/dongeng, dan tulisan sudah sesuai dengan ejaan yang disempurnakan, sedangkan gain di kelas kontrol sebesar 0,52 dalam artian bahwa siswa di kelas control rata-rata masih kurang memiliki keterampilan dalam memahami isi dongeng, mengorganisasi teks juga masih belum cukup baik, beberapa pilihan kata yang tidak sesuai dan juga ejaan yang masih kurang tepat dengan kata yang dimaksud. KESIMPULAN *Rima Rikmasari adalah dosen PGSD FKIP Universitas Islam “45” Bekasi PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013 28 DAFTAR RUJUKAN Hartati, Tatat dkk. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi. Bandung. UPI Karlina, Dety Amelia. 2011. Pengaruh Pembelajaran Menulis dengan Menggunakan Buku catatan Harian Terhadap Kebiasaan Menulis dan Keterampulan Menulis Siswa di Sekolah Dasar. Bandung: UPI. Rahman. 2006. Teori Belajar dan Pembelajaran dalam Konteks teaching and Learning Process. Bandung: Konferensi Internasional program pendidikan Guru untuk Abad ke21. Semi, M.Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitiatif dan R& D. Bandung: CV. Alfabeta. Suyatna, Amir. 2005. Menyimak dan Pengajarannya. Bandung: UPI. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis (Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa). Bandung: Angkasa. Widjono. 2011. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi (Cet. Ke 3). Jakarta: Grasindo. PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013 29