efektifitas media buku catatan harian dalam peningkatan

advertisement
EFEKTIFITAS MEDIA BUKU CATATAN HARIAN DALAM
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA SEKOLAH DASAR
Rima Rikmasari*
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Eefektifitas Buku Catatan Harian terhadap Kebiasaan
Menulis dan dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Siswa di Sekolah Dasar” yang
dilakukan di SDN Sukamenak Kabupaten Subang Jawa Barat dilatarbelakangi oleh
permasalahan rendahnya kebiasaan dan keterampilan menulis siswa. Menulis dianggap
sebagai kegiatan yang sangat komplek dan sulit untuk dilakukan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen yang membagi dua
kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen digunakan buku
catatan harian sebagai media yang digunakan dalam pembelajaran menulis.
Hasil penelitian yang dilakukan terungkap bahwa Buku catatan harian cukup
berpengaruh terhadap keterampilan menulis siswa. Berdasarkan kesimpulan dari hasil
penelitian bisa disarankan bagi guru untuk mengarahkan siswa dalam menulis terutama
dalam hal kerapihan dan penggunaan huruf tegak bersambung. Kemampuan siswa dalam
menulis harus terus diterapkan di sekolah khususnya pada tingkat sekolah dasar sehingga
terasah semenjak dini. Selain itu, penggunaan media dalam pembelajaran menulis akan
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Kata Kunci: media buku catatan harian, keterampilan menulis, siswa sekolah dasar
I.
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi
yang digunakan oleh manusia dalam
berhubungan dengan makhluk social
lainnya. Menurut pengertiannya bahas
merupakan symbol bunyi yang keluar dari
alat ucap manusia. Selain itu jugan bahasa
adalah
alat
komunikasi
yang
menggunakan symbol vocal dan bersifat
arbitrer (keraf dalam Rahman, 2005).
Keterampilan yang dimiliki manusia secara
kodrati melaui tahapan; tahap pertama
bayi baru bisa menyimak yang
didengarnya, kemudian berbicara. Setelah
kedua tahap dilalui maka tahap
selanjutnya adalah membaca dan menulis.
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
Suyatna
(dalam
Dety,
2011)
…sedangkan
menulis
merupakan
keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif yang terlibat langsung secara
aktif memproduksi gagasan dan informasi
sehingga bisa dibaca oleh orang lain.
Menulis dianggap sebagai kegiatan
yang sulit dan juga rumit. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menulis antara
lain; isi ccerita, organisasi teks, ketepatan
diksi, ejaan yang disesuaikan dengan EYD.
Guru
sebagai
pengajar
harus
memberikan motivasi pada siswa dalam
menuangkan ide cerita atau pemikiran
dalam bentuk tulisan. Mootivasi guru
bukan saja pada hal yang dilakukan pada
19
saat proses belajar namun juga setelah
pembelajaran
berllangsung.
Dengan
tujuan agar siswa memahami konsep
menulis dan diharapkan ketika proses
pembelajaran berakhir siswa tetap
memiliki semangat dalam menuangkan
pikiran menulis.
Agar tidak ada kesan memaksa dan
memberikan penekan siswa untuk
menulis, maka siswa dapat menuangkan
ide yang ada dlam benaknya dalam buku
catatan harian. Diharapkan dengan
digunakannya metode buku catatan
harian yang bersifat tidak formal ini, siswa
dapat menulis setiap kegiatan, setiap hal
yang dilihat atau cerita yang diingatnya
sehingga menjadikan siswa
terbiasa
dalam menulis dan bercerita dalam
bentuk tulisan.
Penelitian metode Buku catatan
Harian ini telah dilakukan beberapa
peneliti diantra dilakukan di SMPN 29
bandung oleh Ida Hamidah (2006) dan
Dety (2006) di SDN Sariwangi Bandung.
Oleh karena itu penelitian ini akan
menggunakan metode dengan media
buku catatn harian untuk melihat ada atau
tidaknya efesiensi media buku catatan
harian dalam meningkatkan keterampilan
menulis siswa di SDN Sukamenak Subang.
II.
KAJIAN TEORI
2.1 Media
Media yang dikemukakan oleh Briggs
dalam Dety (2011: 14) adalah alat yang
terlihat secara fisik yag bisa memtivasi
siswa untuk belajar. Dety memberikan
penegasan bahwa media merupakan
benda atuapun alat yang digunakan
sebagai pelantara untuk menyampaikan
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
berita dari pemberi pesan ke penerima
pesan.
Sedangkan media pendidikan adalah
alat bantu yang dapat dipergunkan guru
atau pengajar utuk membuat siswa paham
dan mengerti akan ateri yang disampaikan
guru. Dale (dalam Dety, 2011: 15)
menyatakan
bahwa
media
dalam
pendidikan bisa mmembantu siswa untuk
melihat sesuatu yang abstrak menjadi
lebih konkrit.
verbal
Simbol Visual
abstrak
Visual
radio
film
tv
wisata
demonstrasi
partisipasi
observasi
Pengalaman
langsung
konkrit
Gambar Perkembangan Media Pembelajaran
Berdasarkan Pengalaman E. Dale
(Sadiman dalam Dety, 2011: 16)
Gambar tersebut menjelaskan
tentang perkembangan media sebagai
aat dalam pembelajaran. Proses
pembeljaaran yang dilakukan duur
bermula dari penyampaian secara
verbal. Guru menyampaikan materi
kepada siswa dengan cara bercerita.
20
Pada tahapan ini siswa hanya bisa
membayangkan apa yang diujarkan
oleh guru, dalam artian pembelajaran
dilakukan
bersifat
abstrak.
Perkembangan teknologi mengantarkan
siswa
untuk
memahami
mempelajari pendidikan dengan lebih
baik, teknologi menciptakan radio, film
dan televise. Dengan melihat secara
langsung atau observasi dalam
pembelajaran akan menjadikan siswa
lebih kritis dalam berpikir dan
menawarkan hal-hal yang ada dalam
proses pembelajaran. Pengalaman
langsung bisa memberikan gambaran
yang konkrit tentang pelajaran yang
diberikan guru.
Kriteria
pemilihan
media
pengajaran menurut Sudjana dan Rivai
(dalam Dety 2011: 18):
a) Ketepatan media dengan tujuan
pembelajaran
b) Dukungan terhadap isi bahan
pelajaran
c) Kemudahan memperoleh media
d) Keterampilan
guru
dalam
menggunakannya
e) Tersedia
waktu
untuk
mengunakannya
f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa
2.2 Bahasa
Bahasa merupakan suatu lambang
bunyi ujaran yang digunakan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi oleh
masyarakat pemakainya. Widjono (2011:
15) menyatakan bahwa bahasa yang baik
berkembang berdasarkan suatu sistem,
yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi
oleh pemakainya. Sistem yang dimaksud
Widjono (2011:15) mencakup unsurunsur: (1) sistem lambang bermakna, (2)
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
sistem lambang bersifat konvensional
yang
sesuai
dengan
kesepakatan
pengguna bahasa, (3) Sistem lambang
yang dapat digunakan secara berulang
dan tetaop, (4) sistem lambang bersifat
terbatas
namun
produktif,
dapat
menghasilkan frasa, klausa, kalimat
paragraph dan bahkan wacana, (5) sistem
lambang unik, khas, dan tidak sama
dengan bahasa lain, (6) sistem lambang
dibangun berdasarkan kaidah yang
bersifat universal.
Belajar bahasa pada hakikatnya
adalah belajar komunikasi. Oleh karena
itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan pebelajar
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun
tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan
dengan
kurikulum
2004
bahwa
kompetensi pebelajar bahasa diarahkan
ke dalam empat subaspek, yaitu
membaca, berbicara, menyimak, dan
mendengarkan.
2.3 Menulis
Heaton dalam Dety (2011: 19)
menyatakan bahwa menulis merupakan
kegiatan yang tidak mudah atau bisa
dinyatakan sangat kompleks. Dikatakan
kompleks karena dalam menulis harus
memperhatikan unsur-unsur tulisan,
bentuk dan bahsa yang dipakai dan unsur
lainnya.
Tarigan
(2008:22) menyatakan
bahwa menulis merupakan kegiatan
membuat lambang grafik yang maknanya
sudah dipahami oleh pembaca dan
merupakan suatua bahasa yang dipahami
oleh pengguna bahasa tersebut.
21
Maka
simpulan
yang
dapat
diperoleh dari kedua pendapat diatas
mengenai menulis adalah suatu kegiatan
yang dilakukan untuk menghasilkan buah
karya yang dpat dinikmati melalui unsurunsur grafik yang memiliki makna
sehingga dapat dipahami oleh penikmat
pengguna bahasa tersebut.
Unsur-Unsur Tulisan
Berdasarkan International Study of
Achievement in Written composition
(dalam Rahman, 2011) bahwa unsur-unsur
yang harus ada dalam sebuah tulisan
antara lain:
a. Kulitas dan lingkup isi (quality and
scope of content)
Dimensi kualitas dan lingkup isi
mengkaji jumlah gagasan dalam
tulisan yang disusun oleh siswa didik
b. Organisasi dan tampilan isi
(organization & presentation of
content)
Dimensi organisasi isi dan tampilan isi
berhubungan dengan jumlah uraian
isi karangan (uraian ide) dalam
penyusunan tulisan. Kerap (1980)
mengemukakan bahwa organisasi
karangan mencakup pendahuluan,
tubuh karangan, dan simpulan. Dalam
penelitian ini yang dimaksud dengan
organisasi dan tampilan isi adalah
uraian ide (batang tubuh tulisan) yang
terdapat
dalam
kalimat-kalimat
lanjutan.
c. Gaya dan ketepatan (style &
appropriateness)
Dimensi pemilihan gaya & ketepatan
tulisan berupa penggunaan variasi
frasa dalam tulisan. Dalam penelitian
ini yang dimaksud dengan pemilihan
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
gaya
dan
ketepatan
adalah
penggunaan sekurang-kurangnya satu
frasa.
d. Bentuk gramatikal (grammatical
features)
Dimensi bentuk gramatikal tulisan
mencakup bentuk kalimat yang
ditampilkan murid dalam sebuah
tulisan dimana sebuah kalimat memiliki
fungsi kalimat. Dimana Inti kalimat (the
essentials of sentence) ditulis oleh Rook
(1983:8), "A sentence must always
have a subject and verb. Sebuah
kalimat mesti memiliki subjek dan
predikat. fungsi kalimat mencakup
fungsi S (Subjek), P (Predikat), O
(Objek), Pel. (Pelaku), dan Ket.
(Keterangan). Unsur fungsi S (Subjek)
dan P (Predikat) sebagai unsur wajib,
serta unsur O (Objek), Pel. (Pelaku),
dan Ket. (keterangan).
e. Ejaan (spelling)
Ejaan yang dijadikan patokan dalam
penelitian adalah EYD (ejaan yang
disempurnakan). Dalam kajian ini
difokuskan pada penggunaan huruf
besar,
kata
depan,
awalan,
pemenggalan
suku
kata,
dan
penggunaan tanda baca.
f. Tulisan tangan dan kerapihan
(handwriting & neatness)
Merupakan indicator tampilan fisik.
Tulisan tangan adalah tulisan buatan
para murid dengan menggunakan
huruf berangkai. Kerapihan tulisan
tangan
adalah
kejelasan
(keteridentifikasian huruf) tulisan,
bentuk tulisan (font).
22
2.4 Keterampilan Menulis
Menurut Hoetomo terampil adalah
cakap dalam menyelesaikan tugas,
mampu dan cekatan. Keterampilan
adalah kecakapan untuk menyelesaikan
tugas. atau kecakapan yang disyaratkan.
Keterampilan menulis adalah
mengungkapkan gagasan/ide, pendapat/
opini, dan perasaan kepada pihak lain
melalui tulisan. Ketepatan dalam
mengungkapkan pikiran harus didukung
dengan
ketepatan
bahasa
yang
dipergunakan. Selain kosakata dan
gramatikal/struktur kalimat, ketepatan
kebahasaan juga sebaiknya didukung
oleh konteks dan penggunaan ejaan
(depdiknas, 2005: 4)
Pendapat Heaton (dalam Widodo,
2009: 62) bahwa Seorang penulis yang
baik
harus
memiliki
beberapa
keterampilan.
Keterampilan
yang
seharusnya dimiliki seorang penulis
diantaranya adalah: (1) keterampilan
gramatika, (2) keterampilan mekanis, (3)
kemampuan mengorganisasikan pikiran
secara kreatif, dan (4) keterampilan
dalam membuat keputusan atau
pertimbangan
terhadap
individu
pembaca
(menyeleksi,
mengorganisasikan, dan mengurutkan
informasi secara relevan).
Keterampilan Menulis (writing
skills) menurut Syafei (2011: 51) adalah
kemampuan dalam mendeskripsikan
atau mengungkapkan isi pikiran, mulai
dari aspek yang sederhana seperti
menulis kata sampai kepada aspek yang
lebih kompleks yaitu wacana. Syafei
(2011: 52) mengemukakan bahwa
sebagai sebuah keterampilan, menulis
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu
product approach dan process approach.
Pendekatan produk menitikberatkan
pada bentuk hasil akhirnya, dapat
berupa surat, esai, cerita, dsb,
memenuhi atau tidak indikator sebagai
berikut ini: (1) enak dibaca; (2) struktur
kalimat disusun sesuai dengan aturan
yang berlaku, dan (3) mematuhi
konvensi wacana yang berkaitan dengan
topic utama, rincian pendukung, dsb.
III.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode
penelitian
yang
dipergunakan dalam penelitian adalah
eksperimen kuasi, dengn desain
nonequivalent control grup. Pada kelas
control peneliti tidak memberikan
perlakukan
khusus,
pembelajaran
menulis di kelas control tidak
menggunakan media buku catatan
harian. Sedangkan di kelas eksperimen
peneliti memberikan media dengan
menggunakan media catatan harian
pada siswa.
IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan tujuan penelitian
yang dikemukakan peneliti di bab
pendahuluan, yaitu untuk mengetahui
apakah model pembelajaran Buku
Catatan dapat berpengaruh positif
terhadap kemampuan menulis dongeng
siswa. Penelaahan yang peneliti lakukan
dilakukan pada dua kelas yang dianggap
dapat
mewakili
keterujian
hasil
penelitian, yaitu satu kelas eksperimen
dan satu kelas kontrol.
Kelas eksperimen merupakan kelas
dimana model pembelajaran Buku
Catatan diterapkan, sedangkan kelas
kontrol
menggunakan
model
23
pembelajaran konvensional, dimana
guru yang berperan penting dalam
proses pembelajaran (teacher center).
Pelaksanaan penelitian yang peneliti
lakukan diselenggarakan di Gugus
Sekolah Dasar Negeri Cicabe, dimana di
gugus ini terdiri dari dua sekolah yang
dimerger satu atap, terdiri dari SDN
Cicabe I dan SDN Cicabe II. Dari ketiga
sekolah tersebut peneliti diberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian
di SDN Cicabe II sebagai kelas
eksperimen dan SDN Cicabe I sebagai
kelas kontrol. Tidak ada kriteria khusus
yang digunakan dalam menentukan
kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang
dijadikan patokan adalah berdasarkan
hasil pretest yang dilakukan, yaitu
homogen
dan
normalitas
untuk
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan
objek data.
Pada bab ini akan diuraikan hasil
analisis penelitian yang dilakukan selama
proses penelitian berlangsung. Tiga
pertemuan di awal sebagai penelitian
kecil/pendahuluan dan akhir untuk
mendapatkan hasil pretest dan posttest.
Sedangkan pertemuan lainnya peneliti
lakukan
untuk
penerapan
model
pembelajaran. Dilanjutkan dengan analisis
hasil angket dan wawancara yang peneliti
lakukan pada guru dan murid yang
mendapat
perlakuan
dengan
menggunakan model pembelajaran Buku
Catatan.
Tahapan Buku Catatan Harian yang
diberikan
oleh
RichardT.dan
JoanneL.Vacca sedikit disesuaikan dengan
keperluan dan alokasi waktu, yaitu diawali
dengan kegiatan awal yang dilakukan guru
dimulai dari memberi salam, berdoa,
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
memeriksa keadaan kelas dan siswa, juga
melakukan motivasi dan apersepsi
pelajaran dengan baik. Dan memberikan
penjelasan berkenaan dengan model
pembelajaran Buku Catatan, dimana siswa
berkelompok (setiap kelompok terdiri dari
5 orang), dan melakukan proses
pembelajaran dengan baik.
Selanjutnya masuk pada bagian
kegiatan inti, yaitu memberikan sebuah
bagian dari dongeng yang kontradiksi,
guru memulai dengan memberikan judul
dongeng, yang mungkin tidak semua siswa
pernah mendengar kisahnya; misalnya;
‘Ikan Polaman’, ‘Petani yang Baik hati’, ‘Si
Kikir dan Si Miskin’, dan ‘The Three
Languages’. Judul dongeng tersebut
membuat siswa sempat bertanya karena
beberapa judul yang disajikan diantaranya
belum diberikan guru. Kemudian guru
model memberikan sedikit gambaran
berkenaan dengan judul/materi yang
diberikan.
Pada tahap berikutnya, guru meminta
siswa untuk membaca senyap selama
beberapa saat, dilanjutkan dengan guru
membaca nyaring bertujuan untuk
verbalisasi pada siswa agar memiliki satu
pandangan antar guru dan siswa terhadap
dongeng yang sedang di bahas, disini
proses model pembelajaran Buku Catatan
mulai dilakukan. Harapan guru dan
peneliti adalah siswa mengetahui apa
tema cerita;
bisa menggembangkan
gambaran yang siswa miliki (skemata)
siswa berkenaan dengan judul (making
predictions), siapa saja tokoh yang
berperan, dan bagaimana wataknya;
untuk mengembangkan setiap informasi
yang ada dalam dongeng (developing
images), kemudian dilanjutkan dengan
24
amanat; menemukan permasalahan yang
muncul dalam dongeng sehingga dapat
menarik kesimpulan atau manfaat yang
terkandung di dalamnya, baik tersurat
maupun
tersirat
(regulate
comprehension).
Proses
diskusi
berlangsung dimana siswa satu dengan
yang lain dapat berbagi pendapat dan
menentukan jawaban yang tepat untuk
setiap pertanyaan yang diajukan dalam
lembar LKS. Namun sayangnya proses
pembelajaran belum sesuai dengan
harapan peneliti. Siswa dalam kelompok
hanya mengandalkan seorang ketua
kelompok, siswa pintar, sedangkan siswa
yang lain melakukan kegiatan lain diluar
diskusi kelompok; menggobrol, bercanda,
dll.
Guru model memberikan gambaran
bahwa kemampuan siswa di daerah
memang kurang tergali dalam proses
pembelajaran, satu dari sekian banyak
penyebabnya adalah kurangnya peran
orang
tua
dalam
memberikan
motivasi/dukungan dan perhatian kepada
anaknya. Khususnya bagi keluarga yang
berasal dari status sosial dan ekonomi
bawah.
Chandrasegaran (2002; Rochman,
2010; 51) menjabarkan dua prinsip
pengajaran menulis bahwa menulis
merupakan akivitas mental (kognitif),
maka belajar menulis merupakan
kemampuan penulis dalam memutuskan
mana yang tepat untuk dilaksanakan,
sehingga berdasarkan keputusan tersebut
pesan penulis dapat sampai kepada
pembaca.
Data kemampuan menulis teks
dongeng diperoleh dari hasil pretest di
kelas eksperimen dan kontrol sebelum
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
dilakukan kegiatan belajar mengajar
dengan
menggunakan
model
pembelajaran Buku Catatan dan hasil
posttest diambil di kelas eksperimen dan
kontrol setelah pelaksanaan model
pembelajaran Buku Catatan di kelas
ekperimen. Data tersebut kemudian
diujikan untuk mengetahui normalitas dan
homogentitas kemudian kedua data
tersebut dianalisis untuk melihat adanya
perbedaan peningkatan kemampuan
menulis teks dongeng antara kelas
ekperimen yang menggunakan model
pembelajaran Buku Catatan dan kelas
kontrol
dengan
menggunakan
pembelajaran konvensional (membaca
senyap).
Data Penelitian
Kemampuan awal siswa dilihat
berdasarkan skor pretest dari kedua
kelompok berbeda, yaitu kelas ekperimen
yang menggunakan model pembelajaran
Buku Catatan Harian dan kelas kontrol
yang
menggunakan
pembelajaran
konvensional. Berikut ini nilai pretest
kemampuan menulis teks dongeng anak
dari kedua kelompok tersebut.
a.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21
KELAS EKSPERIMEN
NAMA SISWA
NILAI
ADLIN
83
AKBAR
66
ALIEF
84
GALANG
67
HAMDAN
78
ISTIMA
44
JANIAR
56
KELVIN
76
KOMALASARI
84
LIDA M L
77
M. MUGNI
56
MELDA
36
RESTI
81
RIFAN
73
RINA HARTINI
77
RIO
44
RISTA SITI H.
72
SITI K
65
SYIVA M.
72
TIKA DWI
85
KELAS KONTROL
NAMA SISWA
ADINDA M.P.
ADITYA
AKMAL
ALEJANDITO B.N.
ARIYANTI
AUDREY F. B. P.
DEVI TRIYANI
DILLA LIDYA
GENSEN YOHANA
LIDIA HENRI S.
LINGGA
M. FARDAN RIZKI
M. FIKRI HAYKAL
M. KAFI
M. SADDAM H.Z.
NAUFAL A.Z.
RAYBI JUNIOR
RENDI LESMANA
ROMI
YANTI NUR
ZEINA
25
NILAI
54
44
52
44
84
63
79
87
72
53
44
54
51
48
79
53
75
58
84
58
79
Uji Homogenitas
Menulis Dongeng
Uji Normalitas Skor Pretest
Kemampuan Menulis Dongeng
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
PRETEST
.522
1
39
.474
POSTEST
.722
1
39
.401
Cases
Missing
Total
KELAS
N
Percent
N
Percent
N
Percent
PRETEST
Eksperimen
20
100.0%
0
.0%
20
100.0%
Kontrol
21
100.0%
0
.0%
21
100.0%
POSTEST
Eksperimen
20
100.0%
0
.0%
20
100.0%
Kontrol
21
100.0%
0
.0%
21
100.0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
PRETEST
POSTEST
Kemampuan
Test of Homogeneity of Variances
Case Processing Summary
Valid
Pretest
Shapiro-Wilk
KELAS
Statistic
df
Sig.
Statistic
Df
Sig.
Eksperimen
.185
20
.071
.887
20
.023
Kontrol
.193
21
.059
.889
21
.021
Eksperimen
.124
20
.200*
.957
20
.493
Kontrol
.140
21
.200*
.876
21
.013
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Tabel di atas memperlihatkan bahwa
hasil pretest kemampuan menulis
dongeng siswa dari kelas eksperimen
dengan nilai signifikansi memiliki P-value
0,071 berdasarkan uji Lilifors Sedangkan
P-value di kelas kontrol sebesar 0,059
dengan uji Lilifors. P-value dari kelompok
eksperimen dan kelas Kontrol lebih besar
dari α = 0,05. Sehingga data pretest
kemampuan menulis dongeng anak kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari
populasi berdistribusi normal, sehingga
dapat diterima.
Dapat dilihat dari tabel tersebut
bahwa nilai signifikan posttest kelas
ekperimen dan kelas kontrol untuk hasil
kemampuan menulis dongeng sebagai
berikut memiliki p-value 0,200 dengan uji
Lilifors. Kedua p-value bernilai lebih besar
dari α = 0,05 sehingga data posttest untuk
kemampuan
menulis
dongeng
berdistribusi normal, dapat diterima.
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan
bahwa nilai signifikan untuk kelas
eksperimen dan kelas Kontrol untuk
pretest kemampuan menulis dongeng
memiliki sig (p = 0,474) untuk uji
homogenitas maka dapat dianggap data
tersebut memiliki variansi sama.
Untuk
mengetahui
signifikansi
perbedaan rerata antara kelas eksperimen
dan kontrol dilakukan uji t dengan
Compare Mean independent Samples Test
dengan hasil perhitungan sebagai berikut:
T-tes Sample Independent Kemampuan
Menulis dongeng
Group Statistics
PRETEST
POSTEST
KELAS
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Eksperimen
20
64.45
25.059
5.603
Kontrol
21
62.57
14.719
3.212
Eksperimen
20
68.25
26.386
5.900
Kontrol
21
64.24
20.530
4.480
Untuk melihat kemampuan siswa
dalam memahami dan menuliskan
kembali isi dongeng, maka dimuat dalam
grafik berikut:
26
Grafik 4.1
Ketepatan Organisasi isi teks
Dapat dilihat berdasarkan tabel di
atas bahwa Ketetapan Organisasi isi teks
pretest siswa di kelas eksperimen yang
terlihat untuk siswa dengan predikat
kurang sebanyak 5 orang, cukup sebanyak
7 orang, sebanyak 7 orang, dan sangat
baik sebanyak 1 orang. Setelah dilakukan
terapan model pembelajaran Buku
Catatan Harian siswa dengan perdikat
kurang sebanyak
4 orang, cukup
sebanyak 4 orang, berpredikat baik
sebanyak 9 orang dan sangat baik
sebanyak 3 orang. Sedangkan untuk hasil
pretest di kelas kontrol masih berdasarkan
data di atas siswa berpredikat kurang
sebanyak 11 orang, cukup sebanyak 3
orang, siswa dengan predikat baik
sebanyak 7 orang, dan tidak ada siswa
yang dianggap sangat baik dalam
membuat organisasi isi teks.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa Ketepatan diksi untuk hasil pretest
siswa di kelas eksperimen dengan predikat
kurang sebanyak 4 orang, untuk siswa
cukup sebanyak 7 orang, siswa baik dalam
memilih diksi sebanyak 7 orang, dan
terdapat 2 orang siswa sangat baik dalam
menentukan diksi untuk menulis dongeng.
Kemudian setelah dilakukan terapan
model pembelajaran Buku Catatan Harian
di kelas eksperimen mengalami kemajuan
di predikat kurang sebanyak 2 orang,
siswa dengan predikat cukup sebanyak 4
orang, baik sebanyak 11 orang, dan siswa
yang dianggap sangat baik dalam
menentukan diksi sebanyak 3 orang.
Sedangkan untuk hasil pretest dan
posttest untuk siswa di kelas control,
siswa dengan predikat kurang sebanyak 5
orang menjadi 6 orang, cukup sebanyak 8
orang menjadi 7 orang, di predikat baik
sebanyak 8 orang siswa menjadi 6 orang
dan siswa yang dianggap sangat baik di
pretest tidak ada namun setelah dilakukan
posttest muncul sebanyak 2 orang yang
mampu memilih diksi yang tepat untuk
dongeng yang ditulisnya.
Grafik 4.2
Ketepatan Diksi
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
27
Grafik 4.3
Ejaan dan Tata Tulis Dongeng
Data pada tabel tersebut
memberikan
penjelasan
bahwa
kemampuan Menulis ejaan dan tata tulis
dongeng hasil pretest di kelas eksperimen
yang dinilai kurang sebanyak 3 orang,
cukup sebanyak 11 orang, baik sebanyak 6
orang dan sangat baik sebanyak 1 orang,
kemudian
dilihat
kembali
setelah
mengalami terapan dengan model
pembelajaran Buku Catatan Harian siswa
yang di anggap kurang sebanyak 2 orang,
cukup sebanyak 5 orang, dianggap baik
sebanyak 11 orang, dan sangat baik
sebanyak 4 orang. Sedangkan untuk siswa
di kelas kontrol hasil yang diperoleh
setelah pretest dan posttest siswa dinilai
kurang sebanyak 3 menjadi 4 orang, dinilai
cukup 9 orang menjadi 7 orang, dinilai
baik 8 orang menjadi 7 orang dan dinilai
sangat baik dari 1 orang menjadi 3 orang.
V.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
peneliti menyimpulkan hal-hal sebagai
berikut: Terdapat perbedaan peningkatan
kemampuan menulis antara siswa di kelas
eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran Buku Catatan Harian dan
kontrol yang menggunakan model
pembelajaran konvensional. Siswa di kelas
eksperimen
mengalami peningkatan
kemampuan menulis dongeng lebih tinggi
dibanding kelas kontrol. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan hasil penelitian
dengan gain di kelas eksperimen sebesar
4,7 dengan kemampuan menulis dilihat
bahwa siswa bisa pemahaman isi
dongeng, dapat mengorganisasi teks,
sudah dapat memilih kata yang sesuai
dengan konteks cerita/dongeng, dan
tulisan sudah sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan, sedangkan gain di kelas
kontrol sebesar 0,52 dalam artian bahwa
siswa di kelas control rata-rata masih
kurang memiliki keterampilan dalam
memahami isi dongeng, mengorganisasi
teks juga masih belum cukup baik,
beberapa pilihan kata yang tidak sesuai
dan juga ejaan yang masih kurang tepat
dengan kata yang dimaksud.
KESIMPULAN
*Rima Rikmasari adalah dosen PGSD FKIP Universitas Islam “45” Bekasi
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
28
DAFTAR RUJUKAN
Hartati, Tatat dkk. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Pembelajaran
Menulis Karangan Narasi. Bandung. UPI
Karlina, Dety Amelia. 2011. Pengaruh Pembelajaran Menulis dengan Menggunakan Buku
catatan Harian Terhadap Kebiasaan Menulis dan Keterampulan Menulis Siswa di
Sekolah Dasar. Bandung: UPI.
Rahman. 2006. Teori Belajar dan Pembelajaran dalam Konteks teaching and Learning
Process. Bandung: Konferensi Internasional program pendidikan Guru untuk Abad ke21.
Semi, M.Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitiatif dan R& D. Bandung: CV.
Alfabeta.
Suyatna, Amir. 2005. Menyimak dan Pengajarannya. Bandung: UPI.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis (Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa). Bandung:
Angkasa.
Widjono.
2011.
Bahasa
Indonesia:
Mata
Kuliah
Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi (Cet. Ke 3). Jakarta: Grasindo.
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
29
Download