ISSN : 2085 – 0328 PERSPEKTIF DAMPAK PEMBANGUNAN BANDARA KUALANAMU TERHADAP NILAI TANAH (Studi Pada Kantor Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang) Sarayati Sharfina Email : [email protected] Jl. Dr. Sofyan No 1 Kampus FISIP USU Departemen Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara Diterima 3 Maret 2014/ Disetujui 17 Maret 2014 Abstract Development can be defined as `a coordinated effort to create an alternative that is more rightfully given to every citizen to me¬menuhi and achieve the aspirations of the most humane. Development is a change from something insignificant to something more meaningful This research was conducted at the Head Office Beringin Deli Serdang, this study included descriptive study with qualitative approach, method of data collection is done by in-depth interviews with informants predetermined or by observation.This study aimed to explore the real impact of the construction of Kuala Namu Airport. The results of interviews with informants indicates the fact that the construction of Kuala Namu Airport have a significant effect on the increase in the value of land in the area surrounding Kuala Namu Airport. Keywords: Development, Land Values. Abstrak Pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi . Pembangunan adalah perubahan dari sesuatu yang kurang berarti kepada sesuatu yang lebih berarti. Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Beringin Kabupaten Deli Serdang, Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya maupun dengan metode observasi. Penelitian ini bertujuan untuk mencari dampak nyata dari pembangunan Bandara Kuala Namu. Hasil wawancara terhadap informan menunjukkan kenyataan bahwa pembangunan Bandara Kuala Namu memberikan efek yang signifikan terhadap peningkatan nilai tanah di wilayah sekitar Bandara Kuala Namu. Keywords : Pembangunan, Nilai Tanah. PENDAHULUAN Kawasan Kuala Namu merupakan salah satu sentra produksi pangan di Kabupaten Deli Serdang. Pembangunan Bandara Kuala namu bahkan diperkirakan akan menyebabkan pengalih fungsian lahan di sekitarnya hingga puluhan ribu hektar. Konsekuensi yang harus PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ditanggung dari pembangunan Bandar Kuala Namu adalah menyempitnya lahan pertanian pangan akibat beralih fungsi menjadi bangunan fisik sarana pendukung. Adanya perubahan fungsi ini akan mengakibatkan daerah Kuala Namu menjadi salah satu tujuan investor dalam berbisnis. Sebagai daerah pusat pertumbuhan, nilai tanah 271 PERSPEKTIF di daerah Desa Beringin akan meningkat terus. Von - Thunen (Sinclair, 1967) mengemukakan bahwa semakin jauh dari pusat pertumbuhan maka harga tanah akan semakin berkurang. Artinya, nilai tanah yang lokasinya berada di pusat cenderung lebih tinggi daripada nilai tanah yang lokasinya jauh dari pusat. Teori Von Thunen ini didasarkan pada kebutuhan transportasi untuk hasil pertanian. Lokasi lahan pertanian yang jauh dari pasar akan mengakibatkan biaya transportasi yang lebih besar. Sementara itu, harga tanah di pusat atau wilayah pasar, lebih tinggi daripada harga tanah di wilayah pinggiran. Semakin jauh dari pusat harga tanah cenderung menurun. Setiap tanah yang ada di atas permukaan bumi pada dasarnya memiliki karakteristik dan keunikan. Goldberg dan Chinloy (1941) menggambarkan karakteristik tanah yaitu karakteristik fisik, lokasi, dan legal. Ketiga karakteristik ini secara langsung memberikan dampak pada proses pembentukan harga tanah. Harga tanah di suatu lokasi dapat mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan wilayah yang terjadi. Perubahan harga ini dapat diakibatkan oleh faktor-faktor tertentu termasuk salah satunya pembangunan infrastruktur yang memicu perkembangan wilayah. Harga tanah merupakan cerminan dari nilai tanah, jika di suatu lokasi harga tanahnya berubah, maka nilai tanahnya pun berubah. Menurut Chapin (1965) nilai tanah dapat digolongkan kedalam 3 jenis, yaitu nilai keuntungan, nilai sosial, dan kepentingan umum. Desa Beringin adalah salah satu dari 11 desa yang terkena dari pengaruh pembangunan Bandara Kuala Namu, yang berjarak 1 km meter dari bandara. Luas Desa Beringin sebelum terjadi pembangunan bandara adalah 430 Ha dan kini menjadi 310 Ha yang PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 sebelah utara berbatasan dengan Desa Ramunia II, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karang Anyar, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sidoarjo Ramunia, sebelah Barat berbatasan dengan pembangunan Bandara Kuala Namu. Desa beringin terdiri dari 8 Dusun yang berpenduduk dari suku yang beraneka ragam yaitu suku Melayu, Jawa, Minang, Tapanuli, Kalimantan, dan keturunan Tionghoa yang hidup berdampingan dengan mayoritas masyarakat Jawa. Dengan menganalogikan Kuala Namu International Airport sebagai pusat pertumbuhan, maka peneliti ingin melihat perubahan nilai tanah terhadap pembangunan bandara tersebut berdasarkan karakteristik yang dikemukan oleh Von Thurner tersebut. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Dampak Pembangunan Bandara Kuala Namu terhadap Nilai Tanah di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. TELAAH PUSTAKA Definisi pembangunan Definisi pembangunan melalui serangkaian pemikiran telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin 272 PERSPEKTIF Dahuri, 2004). Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Menurut Phillip Roupp, “Development signifies change from some thing thought to be less desirable to something to be more desirable”. (Pembangunan adalah perubahan dari sesuatu yang kurang berarti kepada sesuatu yang lebih berarti), sedangkan pendapat Bintoro Tjikroamidjojo dan Mustopadidjajaj, AR “pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir”. Jadi dengan kata lain dapat dikatakan “development is not a static concept, it is continously changing” dalam Khairuddin (2000: 23) Dampak Pembangunan Pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan dan dikehendaki, setidaknya pembangunan pada umumnya merupakan kehendak masyarakat yang terwujud dan keputusan - keputusan yang diambil oleh para pemimpinnya. Yang kemudian disusun dalam suatu perencanaan yang selanjutnya dilaksanakan. Pembangunan mungkin hanya menyangkut satu bidang kehidupan saja namun juga dilakukan secara simultan terhadap bidang kehidupan yang berkaitan disamping tujuan - tujuan yang direncakan dan dikehendaki tidak mustahil pembangunan mengakibatkan terjadinya dampak pada sistem kemasyarakatan misalnya sosial budaya dan lain - lain. PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 Dampak tersebut akan timbul apabila terjadi gejala - gejala. Pendugaan terhadap terjadinya dampak pada dasarnya dapat ditelaah dari terjadinya peristiwa - peristiwa yang merupakan suatu daftar yang terjadi. Untuk menanggulangi terjadinya dampak pembangunan yang sangat penting karena para pelopor pembangunan maupun masyarakat yang sedang membangun menginginkan dampak yang positif dari pembangunan tersebut. Pembangunan masyarakat merupakan suatu pembaharuan yang memerlukan difusi yakni penyebaran unsur pembangunan tersebut sampai warga masyarakat memutuskan untuk menerimanya. Pembangunan merupakan proses perubahan yang terus menerus, yang merupakan kemajuan dan perbaikan mengarah pada suatu tujuan yang ingin dicapai. Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, yang tujuan jangka panjangnya dititik beratkan pada pembangunan di bidang ekonomi dengan sasaran utama mencapai keseimbangan antara bidang pertanian dan industri, serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat. Dengan demikian sasaran pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Fokus dari kajian ini sebenarnya adalah pembangunan di bidang industri. Dimana pembangunan di sector ini adalah suatu pembangunan yang sangat banyak memiliki dampak baik positif maupun negatif. a. Dampak Positif 1. Menambah penghasilan penduduk sehingga meningkatkan kemakmuran 2. Perindustrian menghasilkan aneka barang yang dibutuhkan oeh masyarakat. 273 PERSPEKTIF 3. Perindustrian memperbesar kegunaan bahan mentah 4. Usaha perindustrian dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk. 5. Mengurangi ketergantungan Negara pada luar negeri. 6. Dapat merangsang masyarakat utuk meningkatkan pengetahuan tentang industi b. Dampak Negatif 1. Limbah industri akan menimbulkan pencemaran air, tanah dan udara 2. Asap-asap pabrik menimbulkan polusi udara. 3. Akibat dari pencemaran, banyak menimbulkan kematian bagi binatang-binatang, manusia dapat terkena penyakit, hilangnya keindahan alam dan lain-lain. Tanah Menurut Sandy (1975), terdapat tiga makna tanah, yaitu a) tanah yang nilainya ditentukan oleh kemampuannya menghasilkan produksi tanaman, b) tanah yang nilainya ditentukan dengan ukuran berat, dan c) tanah yang nilainya ditentukan dengan ukuran luas yang sekaligus berarti ruang hidup untuk manusia. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi tanah adalah permukaan bumi atau lapisan bumi atas sekali; keadaan bumi di suatu tempat; permukaan bumi yang diberi batas; bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu (pasir, cadas, napal, dan sebagainya). Dalam penelitian ini, tanah dapat diartikan sebagai ruang (wilayah) dan dari segi luas dan lokasi bersifat tetap sedangkan dari segi penggunaan tanahnya bersifat dinamis atau dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan pemanfaatannya oleh manusia. Sutami (1976) mengemukakan bahwa semua permasalahan utama yaitu manusia (man) dimana jumlah manusia PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 akan selalu bertambah, ruang (space) dimana jumlah ruang akan selalu tetap, dan waktu (time) dimana waktu akan terus berkembang. Karena jumlah ruang tetap, dan jumlah manusia terus bertambah seiring berkembangnya waktu, maka permintaan terhadap tanah cenderung akan terus meningkat. Teori Harga Tanah Menurut Von Thunen, nilai tanah berkaitan dengan pertimbangan penggunaan tanah, yang menekankan pada lokasi dan juga pengunaannya (Sinclair, 1967). Parameter-parameter dalam model Von Thunen adalah biaya transportasi, tenaga kerja, dan sewa tanah. Teori ini disebut sebagai Teori Tanah Pertanian dimana lokasi tanah yang jauh dari pusat akan mengakibatkan biaya transportasi yang cenderung lebih besar sehingga harga tanahnya cenderung rendah. Alonso (1964) juga menambahkan bahwa lokasi pusat pertumbuhan cenderung akan memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan semakin menjauhi pusat maka jumlah penduduk akan cenderung berkurang, begitu juga dengan harga tanah. Nilai Tanah Nilai tanah merupakan cerminan dari harga tanah dan secara langsung dapat mempengaruhi harga tanah. Goldberg dan Chinloy (1941) mengemukakan nilai tanah yang diukur berdasarkan tiga karakteristik : a. Karakteristik Fisik Karakteristik fisik termasuk atribut pendukung seperti lereng, ketinggian wilayah, jenis tanah, dan sebagainya yang dapat memberikan dimensi suatu lokasi. b. Karakteristik Lokasi Karakteristik lokasi artinya membicarakan lebih tentang jejaring interaksi antara aktifitas ekonomi, sosial, budaya dan juga ruang itu 274 PERSPEKTIF sendiri. Karakteristik ini termasuk penggunaan tanah, aksesibilitas, fasilitas, utilitas, dan sosial budaya. c. Karaktersitik Legal Karakteristik legal artinya bagaimana tanah tersebut akan digunakan dan juga dalam hal kepemilikannya. Karakteristik ini termasuk status tanah. Supriyanto (dalam Jayadinata, 1999) mengemukakan bahwa nilai tanah adalah suatu pengukuran atas tanah yang didasarkan pada realitasnya yaitu nilai tanah langsung dan nilai tanah tidak langsung. Nilai tanah langsung adalah suatu ukuran nilai kemampuan tanah yang secara langsung memberikan nilai produktifitas dan kemampuan ekonomisnya, contohnya tanah pertanian. Nilai tanah tidak langsung adalah suatu ukuran nilai kemampuan tanah dilihat dari segi letak strategis sehinga dapat memberikan nilai produktifitas dan kemampuan ekonomis, misalnya tanah yang letaknya berada di pusat perdagangan, industri, perkantoran, dan tempat rekreasi. Penggunaan Tanah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah Pasal 1 butir 3, penggunaan tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia. Menurut Soemadi (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan tanah adalah : a. Kondisi fisik medan Dilihat dari kemiringan, ketinggian, kemampuan tanah serta struktur tanah. b. Tekanan penduduk Bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun dan akan mempengaruhi perubahan penggunaan tanah dikarenakan PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 faktor ekonomi dimana tanah yang tersedia terbatas. c. Tingkat teknologi yang dikuasai penduduk. Semakin meningkatnya teknologi yang diketahui dan diperoleh masyarakat akan berpengaruh terhadap penggunaan tanah yang ada sebagai tempat untuk pengembangan sistem jaringan, sehingga pengembangan jaringan teknologi dapat meluas ke seluruh pelosok wilayah. d. Aksesibilitas (kelancaran) Kemampuan memperlancar arus lalu lintas yang diperuntukkan bagi kegiatan jasa distribusi yang berupa jasa perdagangan dan jasa angkutan sebagai sarana kebutuhan masyarakat setempat. Dengan kata lain, penggunaan tanah adalah suatu wujud tutupan permukiman bumi, baik alami yang diakibatkan oleh proses fisik, maupun non alami yang diakibatkan oleh manusia. Pada dasarnya, setiap tanah memiliki nilai, namun apabila dalam penggunaannya dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar, maka nilainya dapat bertambah tinggi. Tanah yang semula berupa lahan persawahan dengan nilai produktifitass rendah, kemungkinan akan dialihfungsikan menjadi kegiatan bukan pertanian, seperti rumah makan atau kegiatan jasa lainnya (Hartato, 2012). Aksesibilitas Menurut Black (1980), aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi. Tinggi rendahnya aksesibilitas dapat diukur berdasarkan pada sistem jaringan jalan yang tersedia pada suatu wilayah. Selain sistem jalan, tinggi rendahnya aksesibilitas juga dapat diukur dari jenis 275 PERSPEKTIF jaringan jalan yang tersedia. Di Indonesia sendiri, tingkat aksesibilitas diukur berdasarkan jenis jalannya. Hubungan jenis jalan dengan tingkat aksesibilitas ini juga dapat mempengaruhi nilai tanah. Sebuah parameter baru yang dikenalkan oleh Alonso (dalam Goldberg, 1970) menjelaskan bahwa transportation cost atau aksesibilitas merupakan hal yang terpenting untuk pertimbangan lokasi. Tanah yang bernilai tinggi cenderung berlokasi yang tingkat aksesnya tinggi, begitu pula sebaliknya. ISSN : 2085 – 0328 Fasilitas Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fasilitas didefinisikan sebagai sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi. Adapun fungsi yang dimaksud berupa: a) fungsi ekonomi, yaitu sarana yang berkaitan dengan aktifitas ekonomi, seperti pasar, bank atau pusat pertokoan. b) fungsi sosial, yaitu sarana yang berkaitan dengan aktifitas sosial seperti kantor pemerintahan, rumah sakit, dan pendidikan. Hubungan nilai tanah dengan fasilitas dilihat dari jumlah fasilitasnya. Semakin banyak fasilitas yang ada dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi. Status Tanah Status tanah adalah status kepastian hukum atas kepemilikan tanah. Di Indonesia, terdapat ketentuan hukum yang diatur dalam pasal 23 dan 24 Peraturan Pemerintah No.24 tahun 1997 yang menyaratkan adanya alat bukti tertentu yang dapat dijadikan hak yang dapat dipergunakan bagi seseorang atau badang hukum untuk dapat menuntut kepada negara atas tanah yang dipegang atau dimiliki. Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) nomor 5 tahun 1960 juga menjamin setiap pemegang hak atas tanah berhak untuk memperoleh sertifikat (UUPA Pasal 4 ayat 1). Terdapat banyak jenis status tanah di Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang sesuai fungsinya seperti contohnya hak milik, hak guna bangunan, hak pakai, dan sebagainya (dalam Hartato, 2012). Hubungan antara nilai tanah dengan status tanah ini dilihat dari jenis sertifikat tanah yang dimiliki. Nilai tanah cenderung menjadi tinggi apabila status tanahnya hak milik. Menurut John Locke (1689), hak milik adalah hak asasi manusia yang harus dihormati dan keharusan bagi negara untuk melindunginya, memelihara dan menjaga hak kepemilikan warga negaranya (dalam Deborah, 2001). Utilitas Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 20/PRT/M/2010, yang dimaksud utilitas adalah fasilitas yang menyangkut kepentingan umum meliputi listrik, telekomunikasi, informasi, air, minyak, gas dan bahan bakar lainnya, sanitasi dan sejenisnya. Adapun hubungan nilai tanah dengan utilitas dari kelengkapannya. Apabila semakin lengkap utilitas yang tersedia dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi (dalam Hartato, 2012). METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menghendaki suatu informan dalam bentuk deskripsi dan lebih menghendaki makna yang berada dibalik deskripsi data tersebut. Menurut Zuriah (2006:47) penelitian dengan menggunakan metode deskripsi adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian - kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat- PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 276 PERSPEKTIF sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis. PEMBAHASAN Penyajian Data Primer Berikut ini adalah penyajian data-data yang diperoleh melalui metode wawancara dengan berbagai informan baik dari informan kunci yaitu Camat Kecamatan Beringin maupun informan utama yaitu Kasi Pemerintahan. Adapun daftar pertanyaan dalam wawancara ini disesuaikan dengan definisi konsep dalam penelitian, yang juga merupakan kunci guna menjawab fenomena yang tengah diteliti. 1. Wawancara dengan Bapak Batara Rival Harahap, S.Sos selaku Camat Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. a. Pertanyaan terkait perubahan yang terjadi di daerah Kecamatan Beringin setelah berdirinya Bandara Kuala Namu. “Perubahan yang terjadi di Kecamatan Beringin sangat drastis. Yang pertama di bidang infrastruktur, seperti perubahan akses jalan menuju Bandara Kuala Namu itu sendiri yang awalnya kelas jalan disini adalah kelas jalan kabupaten menjadi kelas jalan arteri bahkan menjadi jalan nasional. Selanjutnya perubahan yang kedua adalah dari segi mata pencaharian yang selama ini mata pencaharian pada umumnya adalah bertani, berdagang ataupun wiraswasta, namun setelah adanya Bandara Kuala Namu, masyarakatnya ada yang bekerja sebagai karyawan disana. Yang ketiga PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 dari segi pola pikir masyarakat yang sudah mulai maju dengan masuknya informasi-informasi dari luar. Dan perubahan yang keempat adalah dalam hal penggunaan tanah, dimana dulunya digunakan sebagai tempat pemukiman atau areal pertanian, sekarang berubah menjadi perumahan dan sebagai daerah bisnis dengan dibagunnya ruko-ruko”. b. Pertanyaan terkait pembangunan apa saja yang telah dilakukan setelah adanya Bandara Kuala Namu. “Pembangunan yang sangat jelas terlihat adalah bertambahnya perumahanperumahan. Begitu juga dengan perkantoran untuk mendukung kegiatan pelayanan bandara, seperti karantina, bea cukai, imigrasi, dan dari maskapaimaskapai penerbangan yang bekerja sama. Pada segi pelayanan umum juga bertambah setelah adanya Bandara Kuala Namu ini, seperti pom bensin, rumah makan dan restoran”. c. Pertanyaan terkait dampak pembangunan Bandara Kuala Namu terhadap tanah milik warga sekitar. “Yang pasti dampaknya terhadap nilai tanah yaitu harga tanah disini mengalami peningkatan yang drastis sama seperti di daerah Polonia dulu, yang biasanya harga per rante (400 meter) adalah sekitar Rp 15.000.000,sampai Rp 20.000.000,-. Sekarang per rante nya menjadi lebih kurang Rp 100.000.000,- sampai Rp 200.000.000,-. Satu rante ini 277 ISSN : 2085 – 0328 PERSPEKTIF luasnya 400 meter, bisa 20 x 20 meter atau 10 x 40 meter. Dan pemilik tanah disini sudah banyak dari luar warga sekitar Kecamatan Beringin. Termasuk investor yang kebanyakan dari luar wilayah Kecamatan Beringin itu sendiri. Sehingga dengan perubahan harga tanah tersebut, dengan sendirinya harga PBB nya juga mengalami kenaikan menjadi kelas perkotaan.” d. Pertanyaan terkait akses jalan menuju Bandara Kuala Namu. “Akses jalan menuju bandara itu ada empat. Yang pertama akses Lubuk Pakam - Beringin untuk akses jalan masyakarat umum melalui fly over. Yang kedua adalah akses Batang Kuis - Beringin juga untuk akses jalan masyarakat umum melalui fly over. Yang ketiga adalah akses Lubuk Pakam - Beringin Pantai Labu untuk jalan operasional khusus bagi karyawan dan yang terakhir Medan - Tanjung Morawa Kuala Namu untuk akses jalan masyakarat umum melalui fly over.” e. Pertanyaan terkait fasilitas apa saja yang ada setelah pembangunan Bandara Kuala Namu. “Fasilitasnya yang jelas sekarang sudah dibuka sekolah SMK Pariwisata, bank, perkantoran, rumah sakit, pom bensin, Angkasa Pura dan kantor-kantor provider seperti Xl, Telkomsel dan lain-lain. Dimana dulunya fasilitasfasilitas tersebut hanya sedikit di Kecamatan Beringin ini bahkan tidak ada sama sekali PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 karena dulunya tanah disini kebanyakan digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan PTP, perkebunan rakyat dan pemukiman.” f. Pertanyaan terkait pro dan kontra dari masyarakat saat proses pembangunan Bandara Kuala Namu. “Pro dan kontra dari masyarakat sudah pasti ada, tapi bisa diselesaikan dengan memberikan pengertian dan sosialisasi dan adanya kompemsasi atas tanahnya dan pemberian ganti-untung. Tapi kalau ditanya lebih banyak pro atau kontra nya, pasti nya lebih banyak yang pro terhadap pembangunan Bandara Kuala Namu ini.” 2. Wawancara dengan Bapak Marjuki, S.Sos selaku Kepala Kasi Pemerintahan Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. a. Pertanyaan terkait bagaimana proses pembebasan jalan untuk akses menuju Bandara Kuala Namu. “Dalam prosesnya pasti ada terkendala sedikit tapi dengan memberikan sosialisasi, pendekatan dan ganti-untung tadi serta dengan transparan pada masyarakat maka pembebasan jalan untuk akses itu sendiri dapat terlakasana.” b. Pertanyaan terkait bagaimana peran serta kecamatan dalam proses pembebasan jalan untuk akses menuju Bandara Kuala Namu. “Kecamatan berperan sebagai perantara antara pihak pemerintah sebagai penanggung jawab pembangunan Bandara 278 PERSPEKTIF Kuala Namu serta infrastruktur yang mendukungnya dan masyarakat sebagai pemilik dari lahan yang akan digunakan sebagai jalan untuk akses menuju Bandara Kuala Namu.” 3. Wawancara dengan penduduk asli Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. a. Wawancara dengan Bpk. Hidayat, selaku masyarakat desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Pertanyaan terkait bagaimanakah sikap masyarakat pemilik tanah dalam menyikapi rencana pembebasan lahan yang akan digunakan sebagai akses menuju Bandara Kuala Namu? “Masyarakat pada umumnya tidak keberatan jika tanah mereka digunakan sebagai akses menuju Bandara Kuala Namu tetapi masyarakat juga mengharapkan adanya ganti rugi yang sesuai dengan nilai dari tanah tersebut sehingga kedua belah pihak tidak ada yang merasa dirugikan.” b. Wawancara dengan Bpk. Supardi, selaku masyarakat desa Pasar IV Kuala Namu, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Pertanyaan terkait bagaimanakan sikap masyarakat setempat dalam menyikapi pembangunan infrastruktur Bandara Kuala Namu tersebut. “Selama ini masyarakat setempat sangat mendukung usaha – usaha pembangunan yang tentunya akan dapat meningkatkan kesejahteraaan masyarakat secara umum maka dari itu dapat saya katakan bahwa masyarakat setempat PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 sangat berperan aktif dalam pembangunan infrastruktur tersebut walaupun ada beberapa permasalahan tetapi hal tersebut tidak mengurangi niat dari masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan infrastruktur Bandara Kuala Namu.” c. Wawancara dengan Bpk. Ahmat Septiadi, selaku warga desa Karang Anyar, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Pertanyaan mengenai apakah ganti rugi untuk lahan yang diberikan oleh Pemerintah sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. “Soal ganti rugi tanah yang terkena pembangunan infrastruktur Bandara Kuala Namu, nominal yang diberikan sudah sesuai dengan nilai tanah tersebut tetapi masih ada beberapa masyarakat yang merasa bahwa nilai tanah mereka melebihi dari nominal ganti rugi yang diberikan oleh pemerintah walaupun terdapat rasa ketidakpuasan dari sebagian masyarakat mengenai ganti rugi lahan yang diberikan oleh pemerintah. d. Wawancara dengan Bpk. Nurhadi, selaku masyarakat desa Emplasmen Kuala Namu, Kecamatan Beringin, Kabupaten deli Serdang. Pertanyaan terkait apakah masyarakat setempat merasakan betul dampak positif dari pembangunan Bandara Kuala Namu. “Mengenai dampak positif pembangunan Bandara Kuala Namu tentunya masyarakat 279 PERSPEKTIF merasakannya hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya pembangunan infrastruktur baik itu infrastruktur jalan, perumahan atau pun kantor – kantor yang tentunya akan memberikan kontribusi positif dalam kehidupan masyarakat setempat secara umum walaupun hal tersebut memerlukan proses yang cukup panjang tetapi ke depannya daerah ini akan semakin maju karena pembangunan yang dilakukan.” Perubahan Kecamatan Beringin Setelah Berdirinya Bandara Kuala Namu Bandara Kuala Namu merupakan Bandara Internasional yang menggantikan fungsi Bandara Polonia Medan dan akan menjadi pintu masuk utama ke wilayah Sumatera Utara. Bandara ini terletak di Kecamatan Beringin (sekitar 30 Km dari Kota Medan). Kecamatan Beringin merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan Beringin ini berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu di sebelah utara, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau dan Kab Serdang Bedagai, begitu juga di sebalah barat yang berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa dan Batang Kuis dan di sebelah selatan, Kecamata Beringin berbatasan dengan Kecamatan lubuk Pakam. Kecamatan Beringin ini terdiri dari 11 desa, dimana 2 (dua) desa diantaranya merupakan desa perkebunan yaitu Desa pasar VI Kuala Namu dan Desa Emplasmen Kuala Namu. Salah satu desa tersebut, yaitu tepatnya Desa Pasar VI Kuala Namu merupakan daerah sentral proyek pembangunan Bandara Internasional pengganti Bandara Polonia Medan. PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 Dengan adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tersebut, Kecamatan Beringin secara tidak langsung mengalami perubahan yang cukup signifikan terhadap kawasan disekitarnya. Perubahan yang dirasakan saat ini adalah semakin berkurangnya lahan pertanian yang disebabkan terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Pada dasarnya setiap tanah memiliki nilai, namun apabila dalam penggunaannya dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar, maka nilainya dapat bertambah tinggi. Tanah yang semula berupa lahan persawahan dengan nilai produktifitass rendah, namun setelah dialihfungsikan menjadi kegiatan bukan pertanian maka nilai tanahnya pun akan bertambah tinggi. Begitu juga dengan pengalihfungsian lahan petanian menjadi kawasan sebuah bandara, maka pengalihfungsian tersebut akan berdampak terhadap nilai tanah disekitarnya. Selain fasilitas dan harga tanah, utilitas di daerah Kecamatan Beringin juga mengalami perubahan setelah adanya pembangunan Bandara Kuala Namu. Utilitas adalah fasilitas yang menyangkut kepentingan umum meliputi listrik, telekomunikasi, informasi, air, minyak, gas dan bahan bakar lainnya, sanitasi dan sejenisnya. Adapun hubungan nilai tanah dengan utilitas adalah apabila semakin lengkap utilitas yang tersedia dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi. Faktor terpenuhinya utilitas di Kecamatan Beringin seperti tersedianya pom bensin, kantor-kantor provider seperti Xl, Telkomsel dan sebagainya juga menjadi faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai tanah di Kecamatan Beringin bila dibandingkan saat sebelum adanya 280 PERSPEKTIF pembangunan Bandara Kuala Namu tersebut. Disamping adanya perubahan yang terjadi secara fisik, ternyata keberadaan Bandara Kuala Namu juga memberikan pengaruh terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, khususnya di Kecamatan Beringin yang mengalami perubahan mata pencaharian penduduk. Perubahan mata pencaharian tersebut ditandai dengan semakin berkurangnya lahan pertanian yang dapat menyebabkan bergesernya mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian kearah sektor lainnya. Mata Pencaharian penduduk di Kecamatan Beringin ini pada awalnya adalah sebagai petani, pedagang ataupun wiraswasta, namun setelah adanya Bandara Kuala Namu, masyarakatnya ada yang bekerja sebagai karyawan disana. Begitu juga dalam hal penggunaan tanah, sebelum adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tanah di Kecamatan Beringin digunakan sebagai tempat pemukiman atau areal pertanian, namun sekarang berubah menjadi perumahan dan sebagai daerah bisnis. Pembangunan Yang Telah Dilakukan Setelah Adanya Bandara Kuala Namu. Untuk menunjang operasional Bandara Kuala Namu maka diperlukan sarana dan prasaran yang dapat menunjang kelancaran operasional Bandara Kuala Namu, ada beberapa sarana penunjang yang harus disediakan oleh pemerintah agar Bandara Kuala Namu dapat berjalan dengan baik dalam hal operasional maupun pelayanan. Infrastruktur jalan merupakan salah satu intrumen penting dalam menunjang operasional dari Bandara Kuala Namu itu sendiri, akses jalan menuju bandara harusnya sangat baik sehingga dapat memudahkan PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 masyarakat yang akan menggunakan Bandara Kuala Namu tersebut. Kemudahan akses tersebut akan memberikan dampak yang sangat baik untuk Bandara Kuala Namu sebagai pengganti bandara utama yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Masyatakat yang menggunakan Bandara Kuala Namu tentunya mengharapkan kemudahan serta kenyamanan dalam pengoperasian Bandara Kuala Namu tersebut. Selain jalan, pembangunan kantor – kantor yang menunjang pengoperasian Bandara Kuala Namu tentunya juga merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan kualitas dari pelayanan bandara itu sendiri. Kantor – kantor tersebut lah yang nantinya diharapkan mampu mengontrol kegiatan yang ada di dalam Bandara Kuala Namu sehingga tidak ada kesan semrawut yang muncul dari pelayanan yang ada di Bandara Kuala Namu. Para pegawai yang bekerja di kantor – kantor yang ada disekitar Bandara Kuala Namu harusnya dapat memberikan kualitas lebih sehingga meningkatkan mutu pelayanan bandara tersebut. Pembangunan infrastruktur di atas tentunya akan dibarengi dengan terjadi pembangunan perumahan di sekitar Bandara Kuala Namu, pembangunan perumahan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan rumah tinggal bagi pegawai – pegawai yang bekerja di lingkungan bandara. Dengan adanya perumahan yang dekat dengan bandara diharapkan pegawai – pegawai tersebut tidak kehilangan produktifitas kerja yang tentunya akan dapat mengurangi kualitas pelayanan dari bandara itu sendiri. Dampak Pembangunan Bandara Kuala Namu Terhadap Tanah Milik warga Sekitar. Setiap pembangunan tentunya memiliki dampak bagi wilayah sekitar 281 PERSPEKTIF dalam hal ini dampak pembangunan Bandara Kuala Namu terhadap tanah di wilayah sekitar bandara. Dengan adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tentunya tingkat aktivitas yang terjadi di wilayah tersebut meningkat sangat drastis sehingga akan mempengaruhi sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Harga tanah tentunya akan bergerak seiring dengan tingginya tingkat aktivitas disekitar bandara. Pada Kecamatan Beringin saat sebelum pembangunan Bandara Kuala Namu, harga tanah per rante (400 meter) adalah sekitar Rp 15.000.000,sampai Rp 20.000.000,-. Namun, setelah berdirinya bandara Kuala Namu sekarang harga tanah per rante nya menjadi lebih kurang Rp 100.000.000,sampai Rp 200.000.000,-. Dampak peningkatan nilai tanah di Kecamatan Beringin tersebut tentunya tidak terjadi begitu saja, melainkan terdapat beberapa faktor yang memicunya. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai tanah tersebut adalah dalam hal aksesibilitas. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi. Tinggi rendahnya aksesibilitas dapat diukur berdasarkan pada sistem jaringan jalan yang tersedia pada suatu wilayah. Selain sistem jalan, tinggi rendahnya aksesibilitas juga dapat diukur dari jenis jaringan jalan yang tersedia. Hubungan jenis jalan dengan tingkat aksesibilitas ini juga dapat mempengaruhi nilai tanah. Tanah yang bernilai tinggi cenderung berlokasi yang tingkat aksesnya tinggi, begitu pula sebaliknya. Nilai tanah yang terus meningkat di Kecamatan Beringin ini juga dipicu oleh tingkat aksesibilitas yang tinggu, dimana pada awalnya kelas jalan di Kecamaran Beringin adalah kelas kabupaten, namun setelah adanya PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 Bandara Kuala Namu kelas jalannya menjadi kelas jalan arteri bahkan menjadi jalan nasional. Fasilitas juga dapat memicu terjadinya peningkatan nilai tanah. Fasilitas didefinisikan sebagai sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi. Adapun fungsi yang dimaksud berupa: a) fungsi ekonomi, yaitu sarana yang berkaitan dengan aktifitas ekonomi, seperti pasar, bank atau pusat pertokoan. b) fungsi sosial, yaitu sarana yang berkaitan dengan aktifitas sosial seperti kantor pemerintahan, rumah sakit, dan pendidikan. Hubungan nilai tanah dengan fasilitas dilihat dari jumlah fasilitasnya. Semakin banyak fasilitas yang ada dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi. Fasilitas-fasilitas yang ada di Kecamatan Beringin setelah pembangunan Bandara Kuala Namu adalah sekolah SMK Pariwisata, bank, perkantoran, rumah sakit, restoran dan lain sebagainya. Dimana dulunya fasilitas - fasilitas tersebut hanya sedikit di Kecamatan Beringin bahkan tidak ada sama sekali karena dulunya tanah disini kebanyakan digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan PTP, perkebunan rakyat dan pemukiman. Tetapi setelah adanya Bandara Kuala Namu, fasilitas-fasilitas terus mengalami peningkatan dan akhirnya berdampak pada peningkatan nilai tanah di Kecamatan Beringin. Selain fasilitas, utilitas di daerah Kecamatan Beringin juga mengalami perubahan setelah adanya pembangunan Bandara Kuala Namu. Utilitas adalah fasilitas yang menyangkut kepentingan umum meliputi listrik, telekomunikasi, informasi, air, minyak, gas dan bahan bakar lainnya, sanitasi dan sejenisnya. Adapun hubungan nilai tanah dengan utilitas adalah apabila semakin lengkap utilitas yang tersedia dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi. Faktor 282 PERSPEKTIF terpenuhinya utilitas di Kecamatan Beringin seperti tersedianya pom bensin, kantor-kantor provider seperti Xl, Telkomsel dan sebagainya juga menjadi faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai tanah di Kecamatan Beringin bila dibandingkan saat sebelum adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tersebut. Disamping adanya perubahan yang terjadi secara fisik, ternyata keberadaan Bandara Kuala Namu juga memberikan pengaruh terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, khususnya di Kecamatan Beringin yang mengalami perubahan mata pencaharian penduduk. Perubahan mata pencaharian tersebut ditandai dengan semakin berkurangnya lahan pertanian yang dapat menyebabkan bergesernya mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian kearah sektor lainnya. Mata Pencaharian penduduk di Kecamatan Beringin ini pada awalnya adalah sebagai petani, pedagang ataupun wiraswasta, namun setelah adanya Bandara Kuala Namu, masyarakatnya ada yang bekerja sebagai karyawan disana. Begitu juga dalam hal penggunaan tanah, sebelum adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tanah di Kecamatan Beringin digunakan sebagai tempat pemukiman atau areal pertanian, namun sekarang berubah menjadi perumahan dan sebagai daerah bisnis. Akses Jalan Menuju Bandara Kuala Namu Kelancaran aktivitas yang ada di Bandara Kuala Namu tentunya sedikit banyak bergantung dengan kualitas dari akses yang ada menuju Bandara Kuala Namu. Dengan adanya akses yang baik tentunya akan sangat memberikan kenyamanan kepada masyarakat sebagai pengguna dari Bandara Kuala Namu PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 tersebut. Ketersediaan jalan darat sebagai akses menuju Bandara Kuala Namu merupakan tanggung jawab pemerintah sebagai penanggung jawab pembangunan Bandara Kuala Namu, dalam proses penyediaan akses jalan raya menuju Bandara Kuala Namu tentunya pemerintah perlu dukungan dari masyarakat setempat agar proses penyediaan akses tadi berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan bersama. Sampai hari ini akses jalan raya menuju Bandara Kuala Namu sudah cukup baik hal ini dibuktikan dengan jarangnya ada permasalahan yang berhubungan dengan akses tersebut, disamping itu rasanya pembangunan infrastruktur penunjang bagi Bandara Kuala Namu memerlukan waktu agar benar – benar dapat menjadi penggerak kemajuan di daerah sekitar. Adapun diharapkan ke depannya dapat diperbanyak akses jalan agar ke depannya tidak terjadi penumpukan kendaraan yang akan menuju Bandara Kuala Namu terutama pada saat hari – hari libur sehingga segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Pembangunan jalan raya disekitar Bandara Kuala Namu sedang dilakukan oleh pemerintah yang tentunya diharapkan setelah selesai jalan raya tadi akan berdampak positif bukan hanya pada Bandara Kuala Namu itu sendiri tetapi bagi masyarakat disekitar secara umum. Kualitas jalan raya yang baik akan memberi kemudahan kepada masyarakat sekitar yang ingin menggunakan fasilitas penunjang dari Bandara Kuala Namu tersebut. Letak Bandara Kuala Namu yang cukup jauh dari pusat kota memang menuntut adanya kualitas serta jumlah jalan yang baik untuk memberi rasa nyaman bagi para pengguna Bandara Kuala Namu. 283 PERSPEKTIF Fasilitas Yang Ada Setelah Pembangunan Bandara Kuala Namu Seperti kebanyakan pembangunan pada umunya sebuah pembangunan yang terpusat tentunya memerlukan adanya pembangunan yang meliputi kawasan di sekitar pusat pembangunan tadi. Dalam hal pembangunan Bandara Kuala Namu ini tentunya diperlukan juga adanya pembangunan infrastruktur yang dapat menunjang keberadaan Bandara Kuala Namu serta dapat memberi kemudahan serta kenyamanan bagi para pengguna bandara itu sendiri maupun masyarakat yang tinggal di sekita Bandara Kuala Namu. Infrastruktur yang harus dimiliki oleh Bandara Kuala Namu sebagai penunjang operasional meliputi : jalan raya, kantor – kantor yang berhubungan langsung dengan bandara serta sekolah ataupun pusat ekonomi sebagai wujud dari pengembangan kawasan di sekitar Bandara Kuala Namu. Pengembangan kawasan tadi bertujuan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat agar dengan adanya Bandara Kuala Namu di wilayah mereka dapat memberikan manfaat yang baik dalam segi ekonomi maupun sosial. Pemerintah sebagai penanggung jawab pembangunan Bandara Kuala Namu pastinya sudah memahami perlunya pembangunan infrastruktur penunjang bagi Bandara Kuala Namu, oleh karena itu pemerintah memperbaiki kualitas jalan raya penghubung Bandara Kuala Namu dengan wilayah – wilayah di sekitar seperti Medan, Lubuk Pakam, Tebing Tinggi dll. Dengan adanya jalan yang baik kualitasnya diharapkan kenyamanan bagi pengguna Bandara Kuala Namu dapat terpenuhi yang tentunya itu akan memberikan citra yang baik kepada pemerintah yang hari ini sedang giat – giatnya memberikan PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 pemerataan pembangunan serta pelayanan yang baik di berbagai daerah. Penambahan fasilitas penunjang itu tidak hanya berupa jalan raya tetapi kantor – kantor yang berhubungan dengan Bandara Kuala Namu seperti Kantor Angkasa Pura serta beberapa kantor maskapai penerbangan. Hal ini tentunya memberikan kemudahan kepada para pegawai yang bekerja di Bandara Kuala Namu sehingga mereka tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk sampai di tempat mereka bekerja dan ini diharapkan juga dapat meningkatkan produktivitas kerja dari pegawai itu sendiri. Sudah dibukanya SMK Pariwisata disekitar wilayah Bandara Kuala Namu tentunya dengan pembangunan ini diharapkan ke depannya generasi muda di wilayah sekitar bandara dapat menjadi cikal bakal dari pegawai bandara ataupun diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan Bandara Kuala Namu di kemudian hari. Dengan meningkatnya tingkat aktivitas di sekitar wilayah Bandara Kuala Namu tentunya perlu sarana pendukung yang lain misalnya ketersediaan tempat pengisian bahan bakar yang sangat diperlukan oleh masyarakat yang hilir mudik wilayah tersebut. Penyedia jasa transportasi menuju Bandara Kuala Namu tentunya merasa diberikan kemudahan karena kebutuhan bahan bakar bagi mobil pengangkutan milik mereka dengan mudah dapat diperoleh disekitar wilayah Bandara Kuala Namu. Keadaan saat ini tentunya sudah jauh berbeda dibandingkan dengan saat Bandara Kuala Namu belum dibangun di wilayah tersebut. Lahan yang dulunya kebanyakan digunakan untuk perkebunan dan pertanian sekarang sudah berubah fungsi sebagai sekolah, pompa bensin, super market ataupun jalan raya. Perkembangan ke arah yang lebih baik seperti inilah yang 284 PERSPEKTIF diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dari masyarakat disekitar Bandara Kuala Namu. Pro Dan Kontra Dari Masyarakat Pada Saat Proses Pembangunan Bandara Kuala Namu. Setiap rencana pembangunan tentunya harus ada pihak yang dikorbankan demi tercapainya misi sebuah proses pembangunan. Dalam kasus pembangunan Bandara Kuala Namu tentunya lahan yang digunakan untuk pembangunan berasal dari lahan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar. Oleh karena itu tentunya ada pro dan kontra yang mengikuti pembangunan Bandara Kuala Namu tersebut terutama dalam hal pembebasan lahan yang akan digunakan untuk pembangunan Bandara Kuala Namu. Soal pembahasan pembebasan lahan pemerintah harusnya memberikan nominal yang sesuai agar masyarakat pun tidak keberatan memberikan lahan mereka untuk dijadikan lahan pembangunan baik itu pembangunan bandara itu sendiri atau pun infrastruktur yang menunjang bandara tersebut. Nominal yang sesuai tentunya akan meredan suara kontra yang muncul dari masyarakat terkait pembangunan Bandara Kuala Namu. Ketika pro dan kontra mengenai pembangunan Bandara Kuala Namu terjadi perlu adanya pihak yang menengahi dan memberi pengertian kepada masyarakat setempat mengenai tujuan dan efek positif yang bakal ditimbulkan oleh pembangunan Bandara Kuala Namu. Sosialisasi informasi yang berhubungan dengan pembangunan infrastruktur ataupun pembangunan bandara tadi harusnya jelas dan sampai ke masyarakat secara umum. Keterbukaan informasi dapat menimbulkan rasa percaya dari masyarakat bahwa proyek PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 pembangunan Bandara Kuala Namu memiliki tujuan yang sangat berhubungan dengan masyarakat disekitar ataupun masyarakat Sumatera Utara secara umum. Secara umum dapat dikatakan bahwa pro dan kontra yang terjadi di dalam masyarakat di sekitar wilayah pembangunan Bandara Kuala Namu merupakan wujud aspirasi dari masyarakat sekitar. Walaupun ada pro dan kontra tetapi lebih banyak masyarakat yang pro terhadap proyek pembangunan Bandara Kuala Namu karena sebagian dari mereka yakin bahwa pembangunan ini akan memberikan sesuatu yang baik ke depannya. Proses Pembebasan Lahan Untuk Akses Menuju Bandara Kuala Namu. Pembangunan akses menuju Bandara Kuala Namu merupakan elemen penting demi terciptanya fungsi yang baik dari bandara itu sendiri. Pembangunan jalan ini tentunya tak dapat dilepaskan dengan perselisihan dengan warga sekitar yang memiliki tanah. Permasalahan yang timbul diakibatkan perselisihan mengenai ganti rugi lahan yang akan digunakan untuk jalan raya menuju Bandara Kuala Namu harus disikapi dengan kepala dingin oleh kedua belah pihak dan mencari solusi terbaik bagi kedua belah pihak. Masyarakat sekitar pada umumnya menginginkan ganti rugi yang sesuai dengan harga atau nilai lahan yang mereka miliki sehingga masyarakat sekitar sebagai pihak yang memiliki tanah merasa tidak dirugikan dengan adanya pembangunan Bandara Kuala Namu. Pemerintah perlu mendengarkan aspirasi dari masyarakat dan mempertimbangkan apa yang menjadi keinginan dari masyarakat yang memiliki lahan tersebut. Disini dirasa juga perlu dilakukan sosialisasi informasi 285 PERSPEKTIF mengenai pembangunan Bandara Kuala Namu beserta infrastruktur penunjangnya. Ini akan memberikan pengetahuan yang maksimal dari masyarakat mengenai proses dan tujuan pembangunan. Pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat itu berguna untuk membuat masyarakat merasa bahwa pemerintah tidak berada di pihak yang ingin merugikan atau memanfaatkan masyarakat sekitar. Informasi mengenai besaran ganti rugi pun haruslah transparan agar masyarakat dapat memberikan kepercayaan mereka secara utuh kepada pemerintah maupun pihak kecamatan. Kalo sudah begitu rasanya masyarakat tidak akan keberatan merelakan lahan mereka untuk digunakan sebagai jalan raya menuju Bandara Kuala Namu. Peran Kecamatan Dalam Proses Pembebasan Lahan Untuk Akses Menuju Bandara Kuala Namu. Peran serta Kecamatan dalam proses pembebasan lahan dirasa cukup sentral dikarenakan pihak Kecamatan sebagai pihak yang dirasa berada ditengah – tengah antara masyarakat pemilik tanah dengan pemerintah sebagai penanggung jawab pembangunan Bandara Kuala Namu beserta infrastruktur yang menunjang keberadaannya. Kecamatan pulalah yang memberikan sosialisasi mengenai pembangunan Bandara Kuala Namu kepada masyarakat yang tentunya akan memberikan pemahaman kepada masyatakat mengenai apa – apa saja tujuan dari pembangunan Bandara Kuala Namu secara umum. Sosialisasi tadi memegang peranan penting dalam meningkatkan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan Bandara Kuala Namu. Masyarakat akan merasa dihargai jika informasi yang ada sampai kepada mereka secara jelas dan PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 menyeluruh. Terkait dalam hal pembebasan lahan Kecamatan memberikan informasi yang transparan mengenai besaran ganti rugi yang diterima masyarakat yang lahannya digunakan sebagai lokasi pembangunan Bandara Kuala Namu beserta infrastruktur penunjangnya. Ketika segala sesuatu yang terkait dengan pembebasan lahan sudah transparan maka masyarakat pun tentunya akan menyambut baik apa yang menjadi keinginan pemerintah yang tentunya juga akan berdampak baik bagi seluruh masyarakat disekitar wilayah Bandara Kuala Namu secara umum. Sikap Masyarakat Dalam Menyikapi Pembebasan Lahan. Masyarakat sebagai pemilik lahan yang akan digunakan untuk lokasi pembangunan baik itu pembangunan bandara maupun pembangunan infrastrukturnya tentunya memiliki respon berkenaan dengan hal tersebut. Respon tersebut dapat berupa suara dukungan terkait pembangunan tersebut dapat juga berupa penolakan terhadap adanya pembangunan bandara di wilayah mereka. Pembangunan ini tentunya akan mengorbankan masyarakat pemilik lahan dikarenakan lahan yang mereka miliki akan berubah fungsi dari yang tadinya hanya berupa lahan pertanian atau perkebunan menjadi jalan raya ataupun sarana pendukung lainnya. Sikap masyarakat yang pada umumnya mendukung adanya pembangunan Bandara Kuala Namu di wilayah mereka harusnya jadi dasar bagi pemerintah dalam memberdayakan tenaga serta perhatian masyarakat demi kelancaran pembangunan Bandara Kuala Namu. Kelancaran tadi dapat mempercepat proses pembangunan dan dapat mempercepat perbaikan 286 PERSPEKTIF kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Terkait masalah pembebasan lahan sebagian masyarakat tidak keberatan kalau lahan mereka digunakan sebagai lokasi pembangunan asal hal tersebut diikuti dengan ganti rugi yang sesuai dengan nilai tanah yang mereka miliki. Penentuan besaran ganti rugi harusnya melalui mekanisme musyawarah dan dibicarakan bersama – sama oleh kedua belah pihak dan disaksikan oleh pihak yang menengahi kedua belah pihak tadi. Besaran ganti rugi haruslah sesuai dengan nilai lahan yang dijadikan lokasi pembangunan agar kedua belah pihak sama – sama merasa diuntungkan dan tidak ada satu pihakpun yang merasa dirugikan karenanya. Sikap Masyarakat Dalam Menyikapi Pembangunan Infrastruktur Pembangunan infrastruktur guna menunjang pengoperasian Bandara Kuala Namu dirasa sangat penting agar kelengkapan sarana dan prasarana dapat sesuai dengan yang diharapkan. Pembangunan ini tak mungkin lepas dari keterkaitan peran serta masyarakat yang memegang peranan penting dalam berhasil tidaknya proses pembangunan tersebut. Masyarakat dituntut memberikan sumbangsih nyata dalam setiap proses pembangunan yang ditujukan guna kebaikan masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini pembangunan Bandara Kuala Namu, walaupun beberapa permasalahan sempat timbul dalam proses pembangunan Bandara Kuala Namu hingga saat ini dapat ditanggulangi dan diselesaikan dengan baik. Pembangunan infrastruktur yang merupakan bagian dari pembangunan Bandara Kuala Namu itu sendiri hingga saat ini sangat memerlukan peran serta masyarakat dalam mewujudkan pembangunannya. Masyarakat di PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 wilayah tersebut mendukung segala bentuk usaha – usaha pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Dengan gambaran seperti itu dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat mau berperan aktif dalam proses pembangunan sarana dan prasarana penunjang baik itu jalan raya, sekolah, pusat perekonomian maupun pembangunan transportasi. Sekalipun ada beberapa masalah yang timbul dari awal hingga saat ini tidak mengurangi niat dari masyarakat untuk berperan aktif dalam proses pembangunan Bandara Kuala Namu beserta sarana penunjangnya. Ganti Rugi Yang Diberikan Pemerintah Permasalahan ganti rugi lahan merupakan salah satu permasalahan yang selalu timbul di setiap rencana pembangunan. Dalam hal ini perlu adanya keserasian pemikiran antara pemerintah dengan masyarakat sebagai pihak yang memliki lahan. Pemerintah juga harus memberikan pengertian kepada masyarakat yang memiliki lahan agar dapat diambil keputusan yang menyenangkan kedua belah pihak. Dalam kasus pembebasan lahan di sekitar lokasi Bandara Kuala Namu, terdapat beberapa permasalahan yang muncul yang umumnya disebabkan oleh kurangnya sosialisasi informasi mengenai berapa besaran ganti rugi dari pemerintah serta berapa ganti rugi yang diinginkan oleh masyarakat. Inilah yang menjadi pangkal permasalahan yang terjadi di wilayah tersebut, untuk itu pemerintah harus transparan dan melakukan musyawarah guna menentukan besaran ganti rugi bagi masyarakat yang lahannya digunakan sebagai lokasi pembangunan Bandara Kuala Namu. 287 PERSPEKTIF Besaran nilai ganti rugi yang telah ditentukan oleh pemerintah dirasa sudah sesuai dengan nilai dari tanah yang dijadikan lokasi pembangunan, karena dalam penentuan besaran nilai ganti rugi pemerintah juga mendengarkan masukan dari masyarakat serta beberapa pihak yang memahami permasalahan ini. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua masyarakat merasa ganti rugi yang diberikan sudah sesuai, mereka merasa nominal nilai lahan mereka lebih tinggi dari ganti rugi yang diberikan oleh pemerintah. Inilah yang menjadi bahan pemikiran bagi pemerintah agar ke depannya segala sesuatu berjalan dengan baik. Dampak Positif Bagi Masyarakat Setempat Pembangunan yang dilakukan pemerintah diharapkan memberikan dampak positif bagi masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar lokasi pembangunan. Dampak dari pembangunan ini dapat dilihat dengan kasat mata misalnya dimulai dari berbagai pembangunan infrastruktur yang memadai yang pastinya hal ini mempermudah segala kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Sarana dan prasana yang muncul sebagai efek dari pembangunan yang dijalankan sangat menentukan dalam hal meingkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar. Banyaknya perumahan yang muncul di wilayah tersebut menggambarkan dengan jelas bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas di wilayah tersebut. Aktivitas yang terjadi merupakan cerminan dari semakin berkembangnya wilayah tersebut. Jalan raya sebagai sarana terpenting yang sangat memberikan dampak positif bagi wagra sekitar karena dengan adanya jalan yang baik aktivitas masyarakat sekitar jadi PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 meningkat hal ini tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Akses yang mudah juga memudahkan masuknya informasi dan teknologi ke wilayah tersebut yang lagi – lagi hal ini akan menambah pengetahuan dari masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Kualitas jalan yang baik juga memberikan kesempatan dibukanya jalur transportasi di wilayah tersebut sehingga proses kegiatan sehari – hari yang dilakukan oleh masyarakat setempat menjadi lebih mudah dan efisien. Kualitas pendidikan yang ada di wilayah tersebut juga menjadi tidak tertinggal dengan wilayah lain. Disamping pembangunan akses berupa jalan, pembangunan perkantoran serta sekolah di wilayah sekitar Bandara Kuala Namu juga secara kasat mata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mungkin sedikit tertinggal dibandingkan wilayah lain, kegiatan ekonomi menjadi lebih mudah karena masyarakat yang mendiami wilayah tersebut menjadi lebih ramai hal itu tentunya beriringan dengan meningkatnya akan kebutuhan pangan, sandang dan papan. Sementara melalui pembangunan sekolah diharapkan kelak generasi muda yang ada di wilayah itu menjadi generasi muda yang dapat bersaing dengan generasi muda yang berasal dari wilayah lain. Terlepas dari realita positif yang terjadi, kita masih perlu waktu untuk menjadikan dampak positif tadi berubah menjadi benar – benar meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar baik itu kesejahteraan sosial maupun ekonomi. Yang dampak yang diharapkan agar ke depannya daerah ini menjadi daerah yang unggu dibandingkan dengan daerah lainnya baik unggul dalam hal ekonomi maupun kualitas sumber daya manusianya. 288 ISSN : 2085 – 0328 PERSPEKTIF PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pembangunan Bandara Kuala Namu berdampak sangat signifikan dalam hal pembangunan wilayah Kecamatan Beringin yang menjadi lokasi Bandara Kuala Namu. Adanya perubahan yang terjadi, ternyata keberadaan Bandara Kuala Namu juga memberikan pengaruh terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, khususnya di Kecamatan Beringin yang mengalami perubahan mata pencaharian penduduk 2. Pembangunan Bandara Kuala Namu memberikan dimensi pembangunan yang berbeda kepada Kecamatan Beringin, terdapat perubahan yang terjadi di wilayah Kecamatan Beringin. 3. Terjadi perubahan fungsi lahan yang selama ini hanya berupa lahan pertanian atau perkebunan menjadi jalan raya ataupun perkantoran dan perumahan. Perubahan yang dirasakan saat ini adalah semakin berkurangnya lahan pertanian yang disebabkan terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Pada dasarnya setiap tanah memiliki nilai, namun apabila dalam penggunaannya dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar, maka nilainya dapat bertambah tinggi. 4. Pembangunan Bandara Kuala Namu memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap tingginya harga tanah di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai tanah tersebut adalah dalam hal aksesibilitas. Aksesibilitas adalah suatu ukuran PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi. Tinggi rendahnya aksesibilitas dapat diukur berdasarkan pada sistem jaringan jalan yang tersedia pada suatu wilayah. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyadari betapa besarnya dampak pembangunan Bandara Kuala Namu terhadap harga tanah di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. 1. Kecamatan Beringin harus dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna mengikuti perkembangan infrastruktur yang terjadi di wilayah tersebut. 2. Permasalahan ganti rugi lahan ke depannya haruslah dapat lebih transparan agar diterima dengan baik oleh masyarakat. 3. Kecamatan Beringan harus dapat menjaga sarana dan prasarana yang telah dibangun di wilayah Kecamatan Beringin agar infrastruktur tadi dapat berguna bagi seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. DAFTAR PUSTAKA Alonso, W. 1965. Location and Land Use : Toward a General Theory of Land Rent. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press. Afifuddin. 2012. Pengantar Administrasi Pembangunan Konsep, Teori dan Implementasinya di Era Reformasi. Bandung: Alfabeta Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta 289 PERSPEKTIF Chapin, F.S. 1965. Urban Land Use Planning. Urbana [Ill.]: University of Illinois Press Frank, A. G,. 1984. “Sosiologi Pembangunan dan Keterbelakangan Sosiologi”. Jakarta: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Goldberg, M. A., and P. Chinloy. 1984. Urban Land Economics. Wiley Jayadinata, J. T. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung : ITB. Khairuddin. 2000. Pembangunan Masyarakat Tinjauan Aspek Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan. Yogyakarta: Liberty Mashoed. 2004. Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Surabaya: Papyrus Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Poerwandari, E Kristi. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: FP Universitas Indonesia. Sandy, I. M. 1975. Land use dan Perkembangan Penduduk. Direktorat Tata Guna Tanah; No. 50, Direktoreat Jenderal Agraria, Departemen Dalam Negeri Siagian, Sondang P. 2008. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan Strateginya. Jakarta: Bumi Aksara Sinclair, R. 1967.“Von Thunen and Urban Sparwl.” Annals of The Association of American Geographer 57, no. 1 Singarimbun, Masri, 1995. Metode Penelitian Survei. LP3S, Jakarta. Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan R& D. Alfabeta: Bandung PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014 ISSN : 2085 – 0328 Sutami, R. 1976. Manusia Indonesia Dalam Proses Pembangunan : Pidato Sambutan / Oleh Sutami. Jakarta : [s.n.] Usman, Husaini. 2009. Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: TeoriAplikasi. Jakarta: Bumi Aksara Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan Suhendra. 2006. Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alfabeta Undang – Undang Nomor 94 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman 290