BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan angka harapan hidup waktu lahir. Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini.1 Berdasarkan data United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF), angka kematian bayi di dunia mencapai lebih 10 juta kematian. Dari 10 juta kematian bayi, hampir 90% kematian bayi terjadi di negara-negara berkembang. Faktor penyebabnya adalah lebih dari 40% lebih kematian disebabkan diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yaitu penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan ASI eksklusif. Menurut Arixs, berdasarkan World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 23% seluruh kematian neonatal disebabkan oleh asfiksia dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Asfiksia merupakan penyebab ketiga kematian setelah prematur dan infeksi.2 Sedangkan menurut Leonardo, kurang lebih sekitar 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama yang disebabkan komplikasi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).3 1 Menurut WHO tahun 2012, AKB di negara-negara ASEAN seperti tabel bawah ini: Tabel 1.1 Angka Kematian Bayi di Negara-negara ASEAN tahun 2012 Negara ASEAN AKB 3 per 1000 kelahiran hidup 5,5 per 1000 kelahiran hidup 17 per 1000 kelahiran hidup 18 per 1000 kelahiran hidup 26 per 1000 kelahiran hidup 32 per 1000 kelahiran hidup Singapura Malaysia Thailand Vietnam Philipina Indonesia Sumber : World Health Statistics 2012 Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki AKB yang tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Penyebab kematian bayi baru lahir salah satunya disebabkan oleh asfiksia (27%) yang merupakan penyebab kedua kematian bayi setelah BBLR.27 Sama dengan pola SDKI 2007, mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatal. Sedangkan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup. MDGs menargetkan bahwa setiap negara yang telah berkomitmen di dalam MDGs harus mampu menurunkan dua per tiga angka kematian bayi dari kondisi tahun 1999.28 Menurut hasil Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menunjukkan bahwa AKB Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menduduki peringkat lima besar terbaik secara nasional dengan Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Riau, dan Sulawesi Selatan. Data AKB di DIY berada diangka 25 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data tersebut, DIY belum mampu memenuhi target MDGs.29 Berdasarkan data dari Profil Kesehatan DIY tahun 2014, penyebab umum kematian bayi di DIY adalah BBLR dan sepsis. Selain itu 10 juga penyebab lainnya adalah asfiksia pada saat lahir karena lama saat persalinan, letak melintang serta panggul sempit. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan DIY tahun 2014 menyebutkan bahwa jumlah kematian bayi sebanyak 400 kasus yang tersebar di lima kabupaten:30 Tabel 1.2 Angka Kematian Bayi Provinsi DIY Tahun 2014 No 1 2 3 4 5 Jumlah Kabupaten Kulon Progo Kota Yogyakarta Sleman Gunung Kidul Bantul N 61 62 67 93 117 400 % 15,25 15,5 16,75 23,25 29,25 100 AKB 2,53 2,54 2,56 8,62 8,75 25 Sumber : Profil Kesehatan DIY tahun 2014 Berdasarkan tabel 1.2 kabupaten Bantul memiliki AKB tertinggi di DIY. Data dari Profil Kesehatan Kabupaten Bantul, penyebab kematian bayi tampak pada grafik dibawah ini.31 Grafik 1.1 Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Bantul Tahun 2014 Lainnya Sepsis Pneumonia Kelainan Bawaan Asfiksia BBLR 0 5 10 15 20 25 30 35 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2014 Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati, didapatkan jumlah persalinan 11 pada tahun 2013 sampai dengan Agustus 2015 sebanyak 2758 sementara itu, Angka Kematian Neonatal (AKN) sebagai berikut: Tabel 1.3 Angka Kematian Neonatal di RSUD Panembahan Senopati Tahun 2012 2013 2014 2015 AKB 34,48 32,64 33,95 34,21 AKN 25,76 24,21 27,43 28,80 Sumber : RSUD Panembahan Senopati Angka kematian bayi sebagian besar adalah kematian neonatal. Kematian neonatal adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu bulan. Kurang lebih kematian ini dapat dicegah dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat pada antenatal.4 Kematian neonatal disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi kematian neonatal berdasarkan penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung berhubungan dengan komplikasi saat bayi baru lahir yaitu asfiksia, infeksi pada neonatal dan BBLR. Sedangkan penyebab tidak langsung diakibatkan oleh penyakit yang diderita ibu atau penyakit yang timbul selama kehamilan yaitu umur kehamilan yang kurang bulan, usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, paritas kurang dari 2 dan lebih dari 4, serta cara persalinannya.5 Faktor risiko kematian neonatal dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor ibu meliputi antenatal care, infeksi ibu hamil (rubella, sifilis, gonorhoe), gizi ibu hamil, karakteristik ibu hamil (umur, paritas, jarak kehamilan) dan faktor bayi meliputi BBLR, asfiksia, dan sepsis.7 12 Kematian neonatal dini lebih banyak disebabkan oleh kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan setelah persalinan. Demikian halnya dengan asfiksia yang menyebabkan kematian bayi baru lahir karena manajemen persalinan yang kurang sesuai dengan standar dan kurangnya kesadaran ibu untuk memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.6 Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat judul “Faktor Risiko Kematian Neonatal di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah, penulis merumuskan permasalahan yaitu faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan infeksi pada neonatal dengan kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati. b. Untuk mengetahui hubungan asfiksia dengan kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati. 13 c. Untuk mengetahui hubungan berat lahir dengan kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati. d. Untuk mengetahui hubungan usia ibu yang kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun dengan kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati. e. Untuk mengetahui hubungan umur kehamilan kurang dari 37 minggu mempengaruhi kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati. f. Untuk mengetahui hubungan paritas kurang 2 dan lebih 4 dengan kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati. g. Untuk mengetahui seberapa besar faktor risiko dapat menyebabkan kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati. D. Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan banyak manfaat dan kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini, antara lain: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kebidanan dan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan faktor risiko terjadinya kematian neonatal. 14 2. Manfaat Praktis a. Bagi Bidan/ Perawat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam memberikan pelayanan kebidanan maternal dan neonatal yang bertujuan menurunkan angka kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati. b. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil sebagai panduan informasi yang akurat mengenai kesehatan ibu dan janin sehingga diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi dan mendukung peningkatan pelayanan pada ibu dan janin agar angka kematian neonatal dapat menurun dari tahun sebelumnya. c. Bagi Peneliti Selanjutnya/ Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan sekaligus dapat sebagai bahan dalam melakukan pelayanan kebidanan dalam program menurunkan angka kematian neonatal. E. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis, setelah menelusuri skripsi mengenai menganalisis faktor risiko kematian bayi ada beberapa skripsi yang memiliki kemiripan dengan skripsi ini. Adapun hasil penelitian tersebut, adalah: 15 1. Mochammad Agus Wakhid (2000), tentang Analisis Faktor Risiko Kematian Neonatal: Studi Nested Case Control Di Kabupaten Purworejo. Rancangan penelitian ini adalah nested case control yaitu suatu desain hibrida dimana penelitian case control dipadukan dalam penelitian cohort. Subyek kelompok case adalah wanita yang mempunyai bayi meninggal pada masa neonatal. Sedangakan kelompok control adalah wanita yang mempunyai bayi yang melampaui usia neonatal. Besar sampel dihitung dengan perbandingan 1:3. Variabel penelitian menggunakan variabel bebas yaitu umur ibu, paritas, status kunjungan ANC, umur kehamilan, imunisasi TT, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, tempat bersalin, penolong persalinan, berat bayi lahir, dan asfiksia. Sedangkan variabel terikat adalah kematian neonatal. Perbedaan dengan penelitian ini adalah rancangan penelitian yang menggunakan case control, tempat penelitian yang dilakukan di RSUD Panembahan Senopati. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini sebagian variabel yang diteliti meliputi BBLR, asfiksia, infeksi pada neonatal dan yang diderita ibu selama kehamilan meliputi umur kehamilan yang kurang bulan, usia ibu yang terlalu tua atau terlalu muda, paritas yang kurang dari 2 dan lebih 4.32 2. Andiek Ochman (1999), tentang Faktor-faktor Risiko Kematian Neonatus Dini dan Lahir Mati di Kotamadya Banjarmasin. Populasi penelitian adalah persalinan tunggal di tingkat pelayanan kesehatan primer dari ibu yang berdomisili di wilayah Banjarmasin. Rancangan 16 penelitian menggunakan case control. Besar sampel dihitung dengan perbandingan 1:1. Variabel penelitian adalah variabel bebas yaitu usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, ekonomi keluarga, status gizi ibu saat hamil, paritas, jumlah kunjungan ANC, jumlah imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemeriksa ANC, penolong persalinan, tempat persalinan, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, jarak kehamilan, berat badan lahir, usia kehamilan, infeksi. Sedangkan variabel terikat adalah kejadian bayi lahir mati dan neonatus dini. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat penelitian yang dilakukan di RSUD Panembahan Senopati. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan rancangan case control dengan perbandingan 1:1 dan sebagian variabel yang diteliti meliputi BBLR, asfiksia, infeksi pada neonatal dan yang diderita ibu selama kehamilan meliputi umur kehamilan yang kurang bulan, usia ibu yang terlalu tua atau terlalu muda, paritas yang lebih dari 3, serta cara persalinannya. 33 17