BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, sehingga dan dapat memanfaatkan berfungsi secara pegawai produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan. Sumber daya manusia di perusahaan perlu dikelola secara professional keseimbangan antara agar terwujud kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah bagian dari fungsi manajemen. Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen yang lebih fokus kepada peranan pengaturan manusia dalam mewujudkan tujuan organisasi atau perusahaan. Dessler (2009) mendifinisikan Manajemen SDM sebagai berikut: “Strategic Human Resource Management is the linking of human recource Management with Strategic role 9 and objectives in order to improve business performance and develop organizational cultures and foster innovation and flexibility” artinya Jelas bahwa para manager harus mengaitkan pelakasanaan organisasi MSDM untuk mengembangkan dengan strategi meningkatkan budaya kinerja, korporasi yang mendukung penerapan inovasi dan flexibilitas. Menurut James AF Stoner dalam T. Hani Handoko (2006:4): pengembangan, penggunaan “Proses seleksi, pemeliharaan, sumber daya dan manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi. Berdasarkan definisi diatas sangat jelas bahwa manajemen sumber daya manusia pada intinya adalah bagaimana mengelola sumber daya manusia dan bukan pada sumber daya lainnya. Pengelolaan tersebut mempunyai maksud agar tujuan individu maupun tujuan organisasi dapat tercapai. 2.2 Sistem Penilaian Kinerja 2.2.1. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Manajemen pengelolaan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan penilaian kinerja karyawan. Penilaian kinerja karyawan adalah proses merencanakan, mengorganisasi, mensupervisi, mengontrol dan menilai kinerja. Penilaian kinerja merupakan muara akhir dari 10 manajemen modal manusia (Wirawan 2009 : 2). Perusahaan berusaha menetapkan standar yang harus dicapai oleh karyawan untuk mencapai rencana kerja dan tujuan secara maksimal. Untuk itu perlu adanya ukuran yang jelas dengan melakukan penilaian kinerja karyawan yaitu dengan membandingkan antara kinerja yang dicapai karyawan dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Jika pekerjan dilakukan sesuai atau bahkan melebihi standar tentu akan memberikan manfaat yang penting bagi karyawan, atasan serta departemen SDM, dan perusahaan. Riva’i dan Sagala (2010) mengatakan bahwa tujuan dan manfaat penilaian kinerja meliputi : 1) Untuk mengetahui tingkat prestasi karyawan selama ini. 2) Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan gaji berkala, gaji pokok, kenaikan gaji istimewa, insentif uang. 3) Mendorong pertanggungjawaban dari karyawan. 4) Untuk pembeda antar karyawan yang satu dengan yang lain. 5) Pengembangan SDM. 6) Meningkatkan motivasi kerja. 7) Meningkatkan etos kerja. 11 8) Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervisor melalui diskusi tentang kemajuan kerja mereka. 9) Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja, dan rencana karier selanjutnya. 2.2.2 Metode Penilaian Kinerja Metode penilaian prestasi kerja pada umumnya dikelompokkan menjadi 2 macam, yakni penilaian yang berorientasikan waktu yang lalu, dan metode penilaian yang berorientasi pada waktu yang akan datang (Notoatmodjo, 2009) 2.3 Pelatihan 2.3.1. Definisi Pelatihan Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performasi pekerjaan pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi jawabnya atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaan supaya efektif. Pelatihan biasanya pengalaman belajar, harus mencakup aktifitas-aktifitas yang terencana dan desain sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan diidentifikasikan. untuk yang Pelatihan memperbaiki berhasil dimaksudkan penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan pekerjaan tertentu, terperinci dan rutin (Handoko, 2001:104). 12 Menurut Simamora (2006:342) pelatihan (training) merupakan proses sistematik pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasi. Dalam pelatihan diciptakan suatu lingkungan dimana memperoleh para atau kemampuan, karyawan dapat mempelajari keahlian, sikap, pengetahuan, dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan. Pelatihan biasanya terfokus pada penyediaan keahlian bagi khusus mengoreksi para atau karyawan keahlian- membantu mereka kelemahan-kelemahan dalam kinerja mereka. 2.3.2. Manfaat dan Tujuan Pelatihan Setiap organisasi mengadakan pelatihan mempunyai alasan tertentu yang mana akan mendidik setiap karyawan atau anggotanya agar menjadi lebih trampil sehingga dapat memberikan keunggulan bagi organisasi dan karyawan tersebut. Mangkunegara (2005:169) mengemukakan beberapa alasan terjadinya pelatihan, yaitu: 1) menyesuaikan dengan peraturan-peraturan dan standar yang ada 2)perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan kerja dan tenaga kerja 3)pegawai yang baru memahami direkrut sering kali belum secara benar bagaimanan melakukan pekerjaan 4)meningkatkan daya 13 saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas. 2.3.3. Jenis – jenis Pelatihan Pelatihan secara umum dibagi menjadi dua metoda yaitu on job training dan off job training. Metoda on job training lebih fokus pada peningkatan produktivitas secara cepat sedangkan metoda off job training lebih cenderung fokus pada pengembangan dan pendidikan jangka panjang. Menurut (Simamora:2006 :278) ada lima jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan : 1)Pelatihan Keahlian 2) Pelatihan Ulang 3) Pelatihan Lintas Fungsional 4) Pelatihan Tim 5) Pelatihan Kreatifitas. 2.4 Motivasi Kerja 2.4.1. Pengertian Motivasi Kerja Motivasi berasal dari bahasa latin, mavere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi kerja dapat diartikan sebagai semangat kerja yang ada pada karyawan yang membuat karyawan tersebut dapat bekerja untuk mencapai tujuan tertentu. (George & Jones, 2005) Motivasi kerja tinggi yang diberikan kepada karyawan produktifitas akan perusahaan meningkatkan sehingga akan memudahkan pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Jadi motivasi kerja besar pengaruhnya dalam operasi 14 perusahaan, oleh karena itu perusahaan selalu mengharapkan karyawan-karyawannya memiliki motivasi kerja yang tinggi. 2.4.2 Tujuan dan Manfaat Motivasi Menurut Hasibuan (2005:146) tujuan motivasi adalah: 1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan 2. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan 3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan 4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan 5. Mengefektifkan pengadaan karyawan 6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik 7. Meningkatkan loyalitas, kreatifitas, dan partisipasi karyawan 8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan 9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya 10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alatalat dan bahan baku. Sedangkan manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga kinerja meningkat (Arep & Tanjung, 2004) dan selanjutnya manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi 15 adalah pekerjaan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. 2.4.3 Indikator Motivasi Kerja Indikator bagi motivasi kerja menurut Edwin B. Flippo dalam (2003:163) Malayu diantaranya S.P Hasibuan adalah sebagai berikut: 1. Perlakuan yang adil 2. Kesempatan untuk maju 3. Pengakuan atas prestasi kerja 4. Kepastian adanya promosi 2.5 Kinerja Karyawan 2.5.1 Pengertian Kinerja Kinerja bagian produktivitas kerja, produktivitas berasal dari kata " Produktif " Artinya sesuatu yang mengandung potensi untuk digali, sehingga produktivitas dapatlah dikatakan sesuatu proses kegiatan yang terstruktur guna menggali potensi yang ada dalam sebuah komoditi atau objek. Filosofi produktivitas sebenarnya dapat mengandung arti keinginan dan usaha dari setiap manusia (individu maupun meningkatkan kelompok) mutu untuk selalu kehidupan dan penghidupannya. Sedarmayanti (2001:50) mengemukakan bahwa " performance atau kinerja adalah output drive from processes, human or ouherwise, jadi 16 dikatakannya bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses". Begitu juga menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003 : 224) mengemukakan bahwa " Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Sedang kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan jumlah (rata - rata) dari kinerja fungsi pegawai atau Pengertian kegiatan kinerja disini yang dilakukan. tidak bermaksud menilai karakteristik individu tetapi mengacu pada serangkaian hasil yang di peroleh selama periode waktu tertentu". Jadi menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja dengan mempunyai masalah merupakan hubungan produktivitas indikator dalam erat karena penentuan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu perusahaan. 2.5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Mathis dan Jackson (2001 : 82) faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1) Kemampuan mereka, diterima, 2) 4) Motivasi, 3) Dukungan yang Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan 5) Hubungan mereka 17 dengan organisasi. Berdasarkaan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu diakibatkan aktivitas oleh tertentu kemampuan alami yang atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Khan, G. dkk, (2011) bahwa pelatihan dan pengembangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja organisasi. Hasil penelitian dari Khan. A dan Farooq, (2011) juga menyatakan bahwa pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Babandako dan Mawoli (2011), menyatakan bahwa tidak ada ketidakpuasan kerja staf di Universitas IBB, ditemukan juga bahwa staf universitas sangat termotivasi pekerjaannya. dalam melaksanakan Tingginya motivasi dalam bekerja memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja para staf itu. 2.5.3 Indikator Kinerja Ukuran secara kualitatif dan kuantitatif yang suatu menunjukkan sasaran tingkatan atau tujuan pencapaian yang telah ditetapkan adalah merupakan sesuatu yang dapat dihitung serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat bahwa kinerja setiap hari dalam perusahaan dan 18 perseorangan terus mengalami peningkatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Menurut Mathis (2002: 78) kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi antara lain termasuk : 1. Kuantitas kerja Standar ini dilakukan dengan cara membandingkan antara besarnya volume kerja yang seharusnya (standar kerja normal) dengan kemampuan sebenarnya. 2. Kualitas kerja Standar ini lebih menekankan pada mutu kerja yang dihasilkan dibanding volume kerja. 3. Pemanfaatan waktu Yaitu penggunaan disesuaikan masa dengan kerja yang kebijaksanaan perusahaan. Berdasarkan keseluruhan definisi diatas dapat dilihat bahwa kinerja karyawan merupakan output dari penggabungan faktorfaktor yang penting yakni kemampuan dan minat, penerimaan seorang pekerja atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat seorang pekerja atas penjelasan delegasi tugas. Semakin tinggi faktor-faktor diatas, maka semakin besarlah kinerja karyawan yang bersangkutan. 19 2.6 Pengembangan Hipotesis 2.6.1 Hubungan Sistem Penilaian Kinerja Dengan Motivasi Kerja dan Naulina mengemukakan kinerja Yohana bahwa memiliki Intan sistem korelasi (2009) penilaian positif terhadap motivasi kerja karyawan. Behery dan Paton (2008) mengungkapkan kinerja akan organisasional bahwa meningkatkan dan kepuasan penilaian komitmen kerja. Blau (1999) juga mengemukakan bahwa kepuasan karyawan terhadap penilaian kinerja akan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Hal ini sesuai dengan teori dari Milkovich dan Newman (2005) yaitu bahwa karyawan yang tidak mengetahui dan memahami penilaian kinerja serta merasa diperlakukan tidak adil, maka akan merasa tidak puas terhadap pekerjaan. Dan Pettijohn et al (2001) mengemukakan bahwa sistem penilaian kinerja kepuasan kerja menyebabkan yang tidak bagi memberikan pegawai persepsi negatif dapat pegawai terhadap penilaian kinerja dan pada akhirnya motivasi pegawai akan turun. Berdasarkan paparan di atas, maka dirumuskan : Hipotesa H1 : berpengaruh sistem signifikan penilaian terhadap kinerja motivasi kerja karyawan. 20 2.6.2 Hubungan Pelatihan dengan Motivasi Kerja Pelatihan bisa berpengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan karena apabila karyawan pendidikan atau telah diikutkan pelatihan, dalam sesudahnya mereka akan merasa punya kemampuan yang lebih dibandingkan dengan karyawan lain yang belum diikutkan pelatihan atau pendidikan sehingga mereka akan termotivasi untuk mencapai jenjang karir yang lebih tinggi dengan memanfaatkan kemampuannya tersebut untuk bekerja lebih baik dibanding karyawan yang lain. Menurut penelitian yang di lakukan oleh Faisal (2007) menyatakan bahwa adanya hubungan yang proporsional antara pelatihan dengan kinerja karyawan. Dalam proses bekerja, pelatihan merupakan suatu hal yang penting. Fendy Levy Kambey, Suharnomo (2013) dalam penelitiannnya pada PT. Njonja Meneer Semarang menunjukkan bahwa pelatihan karyawan diatas Sedangkan mempengaruhi lima Arep puluh Ishak kinerja persen. (2003:108) mengungkapkan bahwa salah satu manfaat pelatihan bagi meningkatkan menyatakan proses karyawan motivasi bahwa dibutuhkan kerja. pelatihan mengajarkan karyawan adalah merupakan ketrampilan untuk Dessler yang melakukan pekerjaannya (Dessler, 2009). 21 Dalam pelatihan proses tersebut selanjutnya akan hasil diikuti dari dengan penilaian kompetensi yang mengukur sampai sejauh mana tingkat peningkatan kinerja bersangkutan sehingga penyerapan dan karyawan yang karyawan akan termotivasi untuk mengikuti pelatihan dengan sebaik – baiknya dan menerapkannya dalam pekerjaan mereka agar dapat menunjukkan peningkatan prestasi kerjanya yang dapat menunjang peningkatan karier mereka. Dengan latar belakan di atas maka dapat dirumuskan : Hipotesa H2 : pelatihan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja karyawan. 2.6.3 Hubungan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Karyawan Motivasi merupakan hasrat di dalam seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan. melakukan tindakan Seseorang untuk sering suatu hal mencapai tujuan. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Motivasi seorang berawal dari kebutuhan, keinginan dan dorongan untuk bertindak demi tercapainya kebutuhan atau 22 tujuan. Hal ini menandakan seberapa kuat dorongan, usaha, kesediaanya untuk intensitas, dan berkorban demi tercapainya tujuan. Dalam hal ini semakin kuat dorongan atau motivasi dan semangat akan semakin tinggi kinerjanya. Mangkunegara (2005:67) menyatakan faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi. Sementara Menurut Lubis (2008) melalui pelatihan dan motivasi akan berpengaruh pada peningkatan kinerja karyawan. Dengan motivasi yang kuat, serta pelatihan yang maksimal diharapkan kinerja yang dihasilkan karyawan dapat meningkat sehingga tujuan atau harapan perusahaan dapat tercapai. Motivasi seorang berawal dari kebutuhan, keinginan dan dorongan untuk bertindak demi tercapainya kebutuhan atau tujuan. Motivasi merupakan variabel penting, yang dimana motivasi perlu mendapat perhatian yang besar pula bagi organisasi dalam peningkatan kinerja pegawainya. Daniel Arfan Aruan (2013) dalam penelitiannya pada PT. Sucofindo (Persero) Surabaya menunjukkan bahwa pelatihan yang dilaksanakan perusahaan dinilai cukup baik dalam mempengaruhi kinerja karyawan, begitu pula dengan kondisi situasi kerja yang nyaman yang memotivasi karyawan bekerja 23 dengan sungguh-sungguh, terbukti bahwa variabel motivasi adalah variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi variabel kinerja. Berikutnya dari latar belakang di atas dapat dirumuskan : Hipotesa H3 : motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. 2.7 Kerangka Pemikiran Sistem Penilaian Kinerja Motivasi Kerja Kinerja Karyawan Pelatihan Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 24