PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELL OR BUY DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN ANALISIS TEKNIKAL PADA SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN LOGAM DAN MINERAL LAINNYA DI BURSA EFEK JAKARTA Dewianti* Yusbardini** Abstract: Purpose of this research is to determine metal mining sector company stock and other mineral of which must be selected by using fundamental analysis and when can do transaction sell or buy at certain price level to give maximum gain and minimization of risk. Population from this research is company which go public has. Sampling method is done with non-probability sampling and technique judgmental sampling where writer chooses metal mining sector company and other mineral which included in group of LQ-45 during time line October 2005 finite of September 2007 and do not make corporate action. Based on fundamental analysis, writer obtains PT International Nickel Indonesia Tbk as best company for investment objective. Of technical analysis at the price of the company stock, hence obtained by 19 signals bell and 18 sell signals. Key words: financial ratio, transaction sell or buy, moving average, convergence divergence PENDAHULUAN Berkembangnya perekonomian dalam suatu negara, akan memberikan dampak positif dalam berbagai aspek, khususnya pendapatan masyarakat. Dengan adanya pendapatan yang lebih, maka masyarakat mempunyai keinginan untuk menanamkan kelebihan pendapatan yang dimiliki untuk diinvestasikan. Dari sekian alternatif yang ada, salah satu alternatif yang terbaik adalah dengan membeli saham pada perusahaan-perusahaan yang sudah go public. Investor yang melakukan investasi di pasar modal pasti menginginkan adanya keuntungan. Untuk memperoleh keuntungan itu, maka investor harus dapat meminimalkan risiko atau ketidakpastian. Oleh karena itu, investor dapat melakukan analisis terhadap saham mana yang akan dibeli dan dapat menganalisis kapan saham tersebut akan dibeli dan dijual. Analisis menempati posisi paling penting dalam menentukan pengambilan keputusan investasi. Selain itu, keterampilan melakukan analisis mutlak diperlukan bagi investor di pasar modal. Analisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan informasi-informasi yang ada, baik laporan keuangan dan pergerakan harga saham di bursa. Berdasarkan informasi tersebut, investor dapat melakukan dua jenis analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. * Alumni Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Tarumanagara Jakarta ` Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Jakarta (Alamat: Jl. Tanjung Duren Utara No. 1 Jakarta Barat 11470, Telp: (021) 5655508 Ext. 0621). 75 Jurnal Manajemen/Tahun XIII, No.01, Februari 2009: 75-88 Analisis fundamental menitik eratkan pada financial ratio (rasio finansial) dan kejadian-kejadian yang secara langsu g maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Analisis funda ental akan membantu menempatkan pendapatan yang dimiliki. Sebagian besar pakar b rpendapat bahwa teknik analisis fundamental lebih cocok dalam membuat keputusan m milih saham perusahaan yang akan dibeli untuk jangka panjang. Hasil dari analisis ndamental berupa informasi saham-saham mana yang akan dibeli, sehingga investor apat membuat keputusan mengenai saham mana yang akan dibelinya. Dengan melak kan analisis fundamental diharapkan saham yang dibeli bisa menjadi mesin uang d n jika saham yang dibeli bagus maka hasil pertumbuhan investasinya dapat dini ati. Sementara analisis teknikal tidak memerlukan data kuantitatif yang diambil dari laporan keuangan. Walaupun perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang buruk, tetapi jika memiliki trend h rga yang naik, maka investor dapat melakukan investasi dengan mengambil posisi j al instrumen investasi apabila memang harganya sudah cukup tinggi. Sebaliknya, inv stor dapat mulai membeli, jika belum memiliki instrumen investasi yang sedang na k harganya tersebut. Jadi analisis teknikal lebih menitikberatkan pada pergerakan pa ar dengan memperhatikan perubahan harga dan volume perdagangan saham. Pada rinsipnya, analisis teknikal adalah menemukan informasi untuk pengambilan keputu an investasi sell or buy, berdasarkan pergerakan harga dan volume. Oleh karena itu, hasil analisis teknikal berupa informasi untuk menentukan sinyal membeli atau sinyal menjual, sehingga para investor dapat membuat keputusan yang tepat mengenai kapan harus membeli dan kapan harus menjual saham tersebut. Dari analisis fundamental baOtak hal yang dapat dilihat. Pertimbangan yang umumnya digunakan adalah analisis rasio perusahaan dari laporan keuangannya yang dibandingkan dengan data historis, ata-rata industri, perusahaan sejenis dan lainnya. Selain itu, pertimbangan dari keada n ekonomi, sosial, politik dan keamanan (berita terkini) juga turut dianalisis. Sedan kan dalam analisis teknikal umumnya terbagi atas dua indikator, yaitu indikator laggi g dan indikator leading. Pada umumnya, yang dipergunakan dalam prakteknya a alah Moving Average (MA), Moving Average Convergence Divergence (MACD) dan Relative Strenght Index (RSI). Dalam penelitian ini, penulis memilih saham-saham yang termasuk kelompok saham teraktif di bursa, karena memiliki tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar yang besar di Bursa Efek Jakarta. Selain itu, penulis akan menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal yang saling mendukung dalam memilih saham dan keputusan sell or buy. Analisis fundamental ini lebih berfokus pada posisi perusahaan di lingkungan industrinya dan ekonomi secara kesel ruhan. Sementara analisis teknikal lebih sempit, di mana membahas lebih dalam menge ai pergerakan harga dan pembentukan pola trend, yang selanjutnya akan dianalisis d ngan grafik MACD. Hasil kedua analisis pada akhirnya akan digunakan untuk peng bilan keputusan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Memilih saham pada sektor pertambangan logam dan mineral lainnya dengan menggunakan analisis fundamental dalam melakukan investasi; (2) Menentukan waktu yang tepat dalam melakukan transaksi sell or buy pa a saham sektor pertambangan logam dan mineral lainnya dengan menggunakan anali is teknikal. Dalam melakukan penelitian, penulis membatasi permasalahan-permasala an yang akan diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel dengan batasan-batasan sebagai berikut: (a) Penulis hanya 76 Dewianti & Yusbardini: Pengambilan Keputusan Sell or Buy... membahas company analysis dalam analisis fundamental dan hanya akan menggunakan teknik MACD dalam analisis teknikal.; (b) Emiten dari rektor pertambangan logam dan mineral lainnya selalu masuk dalam LQ-45 pada periode Oktober 2005 hingga September 2007.; (c) Emiten juga tidak melakukan corporate action, seperti stock split, buy back, reverse stock split dan right issue.; (d) Penelitian ini hanya membahas dan menganalisis sampai ditentukan keputusan sell or buy. Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk menentukan saham perusahaan mana yang harus dipilih dengan menggunakan analisis fundamental.; (2) Untuk menentukan kapan dapat melakukan transaksi sell or buy pada tingkat harga tertentu agar memberikan keuntungan maksimal dan meminimalkan risiko. Saham menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006: 5) adalah: "saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas." Menurut Widoatmodjo (1996: 54): "saham sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan." Sementara Husnan (1998: 30) mengemukakan bahwa saham adalah "bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT)." Dari beberapa definisi tersebut, maka saham dapat disimpulkan sebagai bukti kepemilikan atau tanda penyertaan seseorang/ badan atas suatu perusahaan tertentu. Sebagai masyarakat modern, tentu saja tidak bijaksana apabila seorang investor membiarkan harta atau kekayaan yang dimiliki hanya tertanam di lahan investasi yang tidak memiliki return yang tertinggi, apalagi investor tersebut membiarkan harta atau kekayaan itu tersimpan di tempat rahasia. Ini adalah salah satu cara kuno yang dilakukan oleh masyarakat di masa lampau. Oleh karena itu, banyak masyarakat Indonesia menginvestasikan harta atau kekayaan yang dimiliki. Dengan adanya investasi ini, diharapkan dapat memperbaiki kesejahteraannya di masa yang akan datang. Namun, pengertian investasi yang sangat luas perlu dibatasi. Kamaruddin (2004: 3), mengemukakan bahwa "investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut." Menurut Putra (2003: 1), pengertian investasi adalah "suatu kegiatan yang menunda konsumsi atau penggunaan sejumlah dana pada masa sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang." Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengelolaan dana yang dilakukan oleh investor di waktu sekarang untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang dan hasilnya berupa aliran dana yang lebih besar dari yang diinvestasikan sebelumnya. Dalam hal ini, keuntungan yang diperoleh investor di masa datang dapat berupa dividend yield dan capital gain. Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal luas di masyarakat. Umumnya, saham yang kita kenal sehari-hari merupakan saham biasa (common stock). Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham (Darmadji dan Fakhuruddin, 2006: 7), yaitu dari kemampuan dalam hak tagih atau klaim, dari cara peralihan dan dari kinerja perdagangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan seseorang berinvestasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang dengan berupa tingkat pengembalian dari dana yang diinvestasikan yang lebih baik, serta meminimalkan risiko inflasi dan penghematan pajak. Jika sudah memutuskan untuk berinvestasi, dalam memilih investasi seorang investor paling tidak harus mempertimbangkan empat faktor penting (Widoatmodjo, 2007: 42), yaitu: 77 Jurnal Manajemen/Tahun XIII, No.01, Februari 2009: 75-88 1) Modal. Modal adalah berapa banyak dana yang kita perlukan untuk bisa melakukan investasi sampai kita dapat me peroleh keuntungan yang melebihi dari investasi yang kita keluarkan. Prinsipnya, makin kecil modal yang diperlukan semakin baik bagi investor. Tingkat Pengembalian. Tingkat p ngembalian adalah berapa persen keuntungan yang 2) bisa diperoleh dari modal yang ikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. Semakin tinggi tingkat pengembalian dan emakin cepat jangka waktunya semakin baik bagi investor. Tingkat Risiko. Risiko adalah bekapa besar kemungkinan terjadinya kerugian yang 3) dapat mengurangi jumlah modal ita dan bahkan menghabiskan modal kita. Semakin kecil tingkat risikonya, semakin b ik bagi investor. Arus Dana. Terakhir adalah arus ana yang berupa seberapa cepat dana dalam bentuk 4) uang kas secara fisik dapat kita t ik dari modal yang telah kita setor. Semakin cepat semakin baik bagi investor. Selain keempat faktor tersebut ita juga harus memperhatikan faktor lain seperti biaya investasi, informasi, waktu per agangan, likuiditas pasar dan aktivitas. Pasar modal sebagaimana pasar pada umumnya merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Di sini yang diperjualbelikan adalah instrumen keuangan jangka panjang atau lebih dari satu tahun, baik dalam modal sendiri (stock) maupun utang (bond), baik yang diterbitkan ole pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sector). ( arvof, 2004: 17) Dalam pasar modal juga di enal istilah pasar perdana yang menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan No.85 /KMK.01/1987 (Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 118) adalah merupakan penawaran efek oleh emiten kepada pemodal atau investor selama masa tertentu sebelum dica tkan di bursa efek (pasar sekunder). Sementara berdasarkan Surat Keputusan BAP PAM pasar sekunder merupakan pasar dimana penawaran efek kepada publik dilaktkan setelah masa penawaran di pasar perdana dan telah dicatatkan di bursa efek. Menurut Kamaruddin (2004: 81), analisis teknikal sebagai "analisis pasar atau sekuritas yang memusatkan perhatian pada indeks saham, harga atau statistik pasar lainnya dalam menemukan pola yang mungkin dapat memprediksikan dari gambaran yang telah dibuat. Menurut Husnan (1998: 367): nalisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham (keluar dari pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis maupun menggunakan analisis grafis. Analisis teknikal mengamati pembentukan grafik harga dengan berbagai varian yang mungkin terjadi dibandingkan dengan perilaku harga sebelumnya. Tujuan pokok mengamati grafik adalah: (Widoatmodjo, dkk., 2005: 77): (1) Secepat mungkin menemukan kecenderungan harga.; (2) Memperkirakan kemungkinan waktu dan jarak kecenderungan itu.; (3) Memilih saat yang paling menguntungkan untuk masuk dan keluar pasar. Dari beberapa definisi dan informasi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis teknikal adalah analisis yang menitikberatkan pada pergerakan pasar. Analisis ini dijalankan dengan ca a memperhatikan perubahan harga dan volume perdagangan saham di pasar. Analis s teknikal banyak digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan kapan membeli a u menjual saham (sell or buy decision). Jadi pada intinya, analisis teknikal merupaka analisis terhadap pola pergerakan harga di masa lampau dengan tujuan untuk meramalkan pergerakan harga di masa yang akan datang. 78 T• Dewianti & Yusbardini: Pengambilan Keputusan Sell or Buy... Perbandingan Analisis Fundamental dengan Analisis Teknikal. Kedua analisis ini, yaitu analisis fundamental dan teknikal mempunyai beberapa perbedaan. Menurut Kamaruddin (2004: 83), ada enam poin yang membedakan antara kedua analisis tersebut, lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbedaan Analisis Fundamental dan Teknikal Variabel No 1. Fokus Perhatian Harga 2. Horison investasi Fundamental (overvalued/undervalued) Teknika1 Timing (upward/downward) Jangka Pendek menengah dan Jangka panjang Psikologis investor Perusahaan/ emiten 3. Informasi utama Capital gain Dividen dan pertumbuhan 4. Motif utama Berpindah Beli & simpan 5. Strategi utama Pedagangdan instutional 6. Karakteristik investor Penabung dan investasi Sumber: Kamaruddin (2004: 83) Selain perbedaan, analisis fundamental dan teknikal masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Di mana, analisis fundamental dan teknikal harus digunakan secara bersamaan dan sating melengkapi. Tabel 2. Keunggulan dan Kelemahan Alat Analisis Fundamental dan Teknikal Keunggulan Fundamental: - Bisa meramalkan harga dengan tepat (pada pasar yang sangat efisien atau setidaknya semi efisien). - Mampu memberikan dasar yang logis dalam mengambil keputusan investasi. - Mampu memberikan gambaran yang sangat jelas tentang operasional perusahaan. Kelemalian Fundamental: - Memakan banyak waktu - Cenderung subjektif karena banyaknya asumsi yang digunakan - Sulitnya berfungsi pada pasar yang tidak efisien. - Umumnya dilakukan untuk mendukung keputusan investasi jangka panjang Teknikal: - Waktu yang dibutuhkan sedikit. - Bisa mengakomodasi kebutuhan analisa yang sesuai dengan time horizon dari masing-masing investor. memberikan gambaran - Mampu psikologis pasar. - Memiliki daya fleksibilitas dalam analisa sesuai dengan periode waktu yang diinginkan. Sumber: Syamsir (2005 : 6) Teknikal: Melibatkan banyak orang dengan ekspektasi berbeda. Membutuhkan banyak data time series. Penulis melakukan penelitian ini berdasarkan penelitian terdahulu yang dibuat oleh Stephanie pada tahun 2006 dengan judul "Aplikasi Analisis Fundamental dan Teknikal dalam Pengambilan Keputusan Sell or Buy pada Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk." Pada penelitian yang terdahulu ini, PT Tambang Batubara Bukit 79 Jurnal Manajemen/Tahun XIII, No.01, ebruari 2009: 75-88 Asam Tbk (PTBA) dibandingkan dengan PT Bumi Resources Tbk berdasarkan analisis fundamental dengan company analys dan kemudian diperoleh 25 nilai positif (+) dan 13 nilai negatif (-) untuk PTBA. Kesimpulan yang diperoleh dari analisis fundamental dalam peneltian ini adalah perusahaa PTBA lebih baik dipilih untuk investasi karena mempunyai nilai positif yang le ih banyak daripada pembandingnya. Setelah menentukan perusahaan yang layak ntuk diinvestasikan, selanjutnya analisis teknikal dilakukan terhadap harga penutupa PTBA dengan menggunakan Moving Average Convergence Divergence (MACD). erdasarkan MACD, diperoleh delapan sinyal beli dan sembilan sinyal jual selama perio e 1 September 2005 sampai dengan 30 September 2006. Penulis juga menggunakan jurn 1 penelitian yang dibuat oleh Budi Rusman Jauhari dan Basuki Wibowo dengan judul " nalisis Fundamental Terhadap Return Saham pada Periode Bullish dan Bearish Indeks Harga Saham Gabungan" untuk memperkokoh landasan teori mengenai analisis fundamental. METODE Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaj dan menganalisis secara logis masalah yang telah dirumuskan atau penelitian yang be juan untuk menguraikan karakteristik (sifat-sifat) tentang suatu keadaan pada waktu to entu. Melalui penelitian deskriptif ini diharapkan akan dapat menyajikan suatu peneliti n dengan gambaran yang jelas, aktual dan akurat dari masalah yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang telah go public, yaitu perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dalam penelitian ini, subyek penelitiannya adalah perusahaan sektor pertambangan logam dan mineral lainnya, sedangkan obyek penelitiannya adalah saham dari perusahaan tesebut. Sementara itu, metode pemilihan sampel untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan pemilihan sampel se ara tak acak (nonprobability sampling) dengan menggunakan teknik pemilihan sam el tak acak judgmental sampling di mana prosedur untuk mendapatkan unit sampel ad lah berdasarkan batasan-batasan (asumsi-asumsi) tertentu yang ditetapkan oleh pe ulis. Pertama, penulis menentukan perusahaanperusahaan yang termasuk dalam kel?mpok LQ-45 selama periode Oktober 2005 hingga periode September 2007. Kemudiati, perusahaan-perusahaan tersebut dipilih apabila perusahaan tersebut tidak melakukan corporate action, seperti stock split, reverse stock split, buy back dan right issue sela a periode tersebut karena jika tidak, hal ini dapat mempengaruhi pergerakan harga sah m sehingga menjadi bias dan tidak wajar. Operasionalisasi variabel mer pakan langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data yan berkaitan dengan variabel yang diteliti. Data yang diperoleh adalah dari Neraca dan La oran Laba-Rugi PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM), PT International Nickel IOdonesia Tbk (INCO) dan PT Timah Tbk (TINS) serta data harian harga penutupan saham INCO. Dalam penelitian ini, akan diambil keputusan sell or buy dengan mengg nakan analisis fundamental dan teknikal. Dalam analisis ini yang digunakan dalah data harian harga penutupan saham INCO untuk dua tahun terakhir yaitu dari 3 Oktober 2005 sampai dengan 28 September 2006 untuk memperoleh grafik MACD ( oving Average Convergence Divergence) di mana dari grafik ini akan dapat menentuka sinyal jual dan beli. Ada enam langkah dalam melakukan analisis fundamental: 80 bewianti & Yusbardini: Pengambilan Keputusan Sell or Buy... a. Mencari Data (Searching). Dalam langkah yang pertama ini, penulis mencari laporan keuangan yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Neraca dan Laporan LabaRugi tahun 2005 dan 2006. Laporan keuangan ini dapat diperoleh dari BEJ. b. Menghitung rasio keuangan (Counting). Dari laporan keuangan yang diperoleh, dihitung rasio-rasio keuangannya. Rasio yang akan dihitung antara lain adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan dan rasio penilaian. c. Membandingkan (Comparing). Dalam langkah ini, akan membandingkan rasio-rasio keuangan tahun 2006 dari perusahaan yang diteliti, yaitu PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) dengan pembandingnya. d. Menghitung Nilai Positif dan Negatif (Calculating). Setelah memberikan penilaian positif dan negatif pada langkah pembandingan, maka pada langkah ini menjumlahkan masing-masing penilaian tersebut. e. Memberikan Kesimpulan (Concluding). Menarik kesimpulan dari hasil penjumlahan penilaian yang diperoleh pada langkah calculating. f. Memberikan Rekomendasi (Recommending) Dengan menyelesaikan analisis sampai pada kesimpulan, maka langkah terakhir adalah memberikan rekomendasi apakah perusahaan yang diteliti, yaitu INCO layak untuk diinvestasikan atau tidak. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data pengamatan (observation). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah tersedia dan diolah oleh pihak lain, antara lain laporan keuangan periode 2005 dan 2006 untuk perusahaan ANTM, INCO dan TINS serta harga penutupan saham INCO untuk periode 3 Oktober 2005 hingga 28 September 2007. Data sekunder ini diperoleh dari data yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang diperoleh langsung dari Pusat Refensi Pasar Modal (PRPM) yang terdapat di Lantai III Gedung BEJ, Pojok BEJ-UNTAR. HASIL PEMBAHASAN Tahap pertama dalam analisis fundamental adalah menghitung rasio keuangan perusahaan untuk menilai dan mengukur seberapa kuat kondisi fundamental perusahaan jika dibandingkan dengan kondisi perusahaan pada periode sebelumnya (2005), rata-rata industri dan perusahaan sejenis yang termasuk dalam kelompok LQ-45, yaitu ANTM. Perhitungan rasio-rasio keuangan INCO tahun 2006 dan 2005 serta rasio-rasio keuangan dari rata-rata industri dan perusahaan sejenis dapat dilihat di Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Setelah itu, dapat ditarik kesimpulan dari hasil perbandingan tersebut, sehingga akan terlihat kondisi fundamental perusahaan INCO. Berikut adalah kesimpulan dari company analysis, dilihat dari masing-masing rasio keuangan: a. Liquidity Ratio Current Ratio INCO tahun 2006 lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya (2005), average industry dan ANTM. Aktiva lancar INCO dapat memenuhi kewajiban lancarnya sebesar 4,5987 kali. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan periode 2005, yaitu sebesar 3,6453 kali serta lebih baik daripada average industry, yaitu sebesar 2,9972 kali dan ANTM, yaitu sebesar 2,8127 kali. Hal ini menunjukkan bahwa INCO adalah perusahaan yang paling likuid dalam industrinya. 81 Jurnal Manajemen/Tahun XIII, No.01, Februari 2009: 75-88 Quick Ratio INCO tahun 2006 juga lebih baik jika dibandingkan dengan periode 2005, average industry dan ANTM. CO dapat memenuhi kewajiban lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar tanpa me perhitungkan persediaan yang ada sebesar 3,9819 kali. Angka ini meningkat dibanding an dengan periode 2005, yaitu sebesar 2,9194 kali dan lebih baik dibandingkan dengan verage industry dan ANTM, yaitu masing-masing sebesar 2,1157 kali dan 2,0095 kali. Net Working Capital atau mo al kerja bersih INCO tahun 2006 adalah sebesar Rp6.390.282.140.000. Angka ini meningkat dari tahun 2005, yaitu sebesar Rp3.002.090.520.000 dan lebih esar dari average industry, yaitu sebesar Rp3.130.654.726.667 serta ANTM, y itu sebesar Rp2.138.087.040.000. b. Leverage Ratio Debt Ratio menunjukkan pen gunaan leverage INCO. Pada tahun 2006, INCO menggunakan lebih sedikit hutang un uk membiayai aktiva dibandingkan dengan periode 2005. Rasio hutang INCO juga le ih kecil daripada average industry dan ANTM. Hutang sebagai persentase dari total ktiva pada INCO pada tahun 2006 adalah sebesar 20,73%. Sementara, INCO pada tahu 2005 adalah sebesar 22,49% dan average industry sebesar 37,86%, serta ANTM sebesar 4 1,27%. Debt to Equity Ratio adalal# perbandingan penggunaan leverage dan modal sendiri (ekuitas). Penggunaan leverage INCO pada tahun 2006 juga lebih sedikit dibandingkan dengan periode 2005, average industry dan ANTM. INCO periode 2006 rasionya sebesar 0,2641. Angka ini l menurun dari periode sebelumnya, yaitu sebesar 0,2901 dan lebih kecil dari average industry, yaitu sebesar 0,6764 serta ANTM, yaitu sebesar 0,7028. c. Activity Ratio 0 periode 2006 sebesar 4,6933 kali. Angka ini Inventory Turnover (ITO) mengalami penurunan dibandingkan engan periode 2005, yaitu sebesar 4,8648 kali. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahu 2006 INCO kurang efisien dalam mengelola persediaan. Akan tetapi, perputaran persediaan INCO dibandingkan dengan average industry dan ANTM adalah lebih b ik. Perputaran persediaan rata-rata industri hanya sebesar 3,2044 kali, sedangkan ANTM sebesar 3,0483 kali. Average Collection Period (ACP), INCO periode 2006 mempunyai waktu yang lebih panjang untuk menagih piutangnya dibandingkan dengan INCO periode 2005, average industry dan ANTM. INCO ada tahun 2006 mempunyai waktu selama 74,2829 hari, sedangkan pembandingnya, yai u INCO pada tahun 2005 hanya selama 33,7366 hari, average industry selama 50,471 hari dan ANTM selama 57,6082 hari. Fixed Assets Turnover (FAT ) INCO pada 2006 juga mempunyai rasio yang lebih tinggi dibandingkan dengan I CO pada 2005, yaitu 1,1049 kali dibandingkan dengan 0,7467 kali, sehingga INCO memiliki kemampuan menciptakan penjualan dan mendapatkan laba yang semakin tin gi juga. Hal ini menunjukkan INCO cukup efisien dalam mengelola aktiva tetapnya k rena pada tahun 2006 di mana untuk setiap Rpl penggunaan aktiva tetapnya, INCO dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp1,1049. Namun, dibandingkan dengan average industry (3,7614 kali) dan ANTM (1,6823 kali), INCO pada 2006 memiliki rasio yang lebih rendah. Ini berarti INCO kurang efisien dalam menggunakan aktiva tetapnya. Total Assets Turnover (TAT) INCO pada 2006 adalah 0,6302 kali. Rasio ini lebih rendah dibandingkan dengan overage industry dan ANTM, yaitu masing-masing sebesar 0,8599 kali dan 0,7721 kali. Dari perbandingan tersebut, dapat disimpulkan 82 Dewianti & Yusbardini: Pengambilan Keputusan Sell or Buy... bahwa INCO pada periode 2006 tidak efisien dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Namun, rasio ini tetap lebih baik jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu sebesar 0,5365. d. Profitability Ratio Gross Profit Margin (GPM) INCO pada 2006 sebesar 57,40%. Hal ini menunjukkan INCO memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya, average industry dan ANTM. Margin laba kotor pada periode sebelumnya adalah sebesar 49,80%, average industry sebesar 40,80%, sedangkan ANTM sebesar 48,70%. Operating Profit Margin (OPM) INCO pada 2006 juga lebih baik daripada pembandingnya karena memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba operasi lebih tinggi. INCO pada 2006 memiliki rasio sebesar 54,99%, sedangkan pembandingnya INCO pada 2005 rasionya hanya sebesar 47,46%, average industry sebesar 35,68% dan ANTM 42,70%. Net Profit Margin (NPM) INCO pada 2006 adalah 38,38%. Ini berarti INCO memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba bersih lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Pada periode sebelumnya, NPM INCO hanya sebesar 30,25%, sedangkan NPM average industry sebesar 23,69% dan NPM ANTM adalah 27,58%. Return on Assets (ROA) adalah kemampuan untuk menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. INCO pada 2006 mempunyai ROA sebesar 24,18%. ROA ini lebih tinggi dibandingkan dengan INCO pada 2005 yang hanya sebesar 16,23%. ROA INCO pada 2006 juga lebih baik daripada average industry yang hanya sebesar 17,16% dan dibandingkan dengan ANTM yang sebesar 21,30%, ROA INCO pada 2006 tetap lebih baik. Return on Equity (ROE) adalah laba yang tersedia bagi pemegang saham. ROE INCO pada 2006 sebesar 30,51%. Angka ini lebih besar dari tahun 2005, yaitu sebesar 20,94% dan average industry yang hanya sebesar 26,40%. Namun, ROE perusahaan sejenis, yaitu ANTM lebih tinggi daripada INCO 2006, yaitu sebesar 36,27%. Dalam hal mencetak tingkat pengembalian pada ekuitas, ternyata ANTM lebih baik daripada INCO pada periode yang sama. e. Growth Ratio Penjualan INCO pada 2006 memiliki pertumbuhan sebesar 51,14%. Angka ini jauh lebih baik daripada INCO pada 2005 yang mengalami penurunan sebesar negatif (-) 11,74%. Sementara, average industry memiliki pertumbuhan penjualan yang hanya sebesar 48,11%. Akan tetapi, ANTM mengalami pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi, yaitu sebesar 73,15%. Earnings after Tax (EAT) INCO pada 2006 mengalami pertumbuhan dalam jumlah yang signifikan, yaitu sebesar 91,73% dari periode sebelumnya yang malah mengalami penurunan sebesar negatif (-) 5,86%. EAT average industry adalah sebesar 89,93% dan ANTM hanya sebesar 84,43%. Walaupun tingkat pertumbuhan penjualan INCO tidak lebih baik dari tingkat pertumbuhan ANTM, tingkat pertumbuhan INCO jauh lebih baik daripada ANTM. Earnings per Share (EPS) untuk INCO pada 2006 mengalami pertumbuhan yang sama dengan tingkat pertumbuhan EAT karena jumlah saham beredar INCO tidak mengalami perubahan, begitupun dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor yang sama. Oleh karena itu, kesimpulan yang diperoleh untuk tingkat pertumbuhan EPS adalah sama dengan perbandingan EAT pada poin sebelumnya. 83 Jurnal Manojemen/Tohun XIII, No.01, Februari 2009: 75-88 Tingkat pertumbuhan harga saham per lembar (Price per Share) untuk INCO pada 2006 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 138,46%. Tingkat pertumbuhan ini lebih baik daripada pembandingnya di mana pada periode sebelumnya mengalami penurunan se esar negatif (-) 1,14%, sedangkan untuk average industry adalah sebesar 132,02% dan NTM hanya sebesar 122,22%. f. Valuation Ratio Price Earning Ratio (PER) I CO pada 2006 adalah sebesar 6,6092 kali. Angka ini lebih baik daripada periode 2005 yang sebesar 4,8981 kali. Hal ini menunjukkan indikasi penilaian pasar modal terhad p keuntungan potensial INCO di masa mendatang adalah lebih baik dibandingkan denga periode sebelumnya atau dengan kata lain, harga saham INCO lebih baik dibandingk dengan periode sebelumnya. Akan tetapi, PER INCO pada 2006 tidak lebih baik d ripada average industry yang mencapai sebesar 9,0421 kali dan PER ANTM yang jug mencapai 9,8286 kali pada periode yang sama. Dari hasil perbandingan dalarn company analysis ini, maka dapat dilihat bahwa INCO pada 2006 memiliki performa yang lebih baik dalam berbagai aspek rasio keuangan dibandingkan dengan periode 2005, average industry maupun perusahaan sejenis (ANTM). Hal ini ditunjukan dari jumlah nilai positif (+) INCO yang mencapai 45 buah dibandingkan nilai negatif (-) yang hanya 12 buah. PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) lebih baik dibandingkan dengan pembandingnya terutama dalam aspe likuiditas dan leverage. Rasio profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan juga lebih b aik, kecuali untuk rasio keuangan individu Return on Equity (ROE) yang lebih rendah d bandingkan dengan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM). Pertumbuhan penjual n INCO juga kalah dari pertumbuhan penjualan ANTM. Sementara dari aspek rasio a tivitas, INCO tidak lebih baik dari pembandingnya karena manajemen aset INCO kura g efektif dalam perencanaan penggunaan asetasetnya sehingga menjadi kurang efislen. Hal ini tercermin dari rasio Average Collection Periode, Fixed Assets Turnover dan Total Assets Turnover perusahaan yang lebih rendah daripada pembandingnya. Namun, Inventory Turnover INCO pada 2006 lebih baik daripada average industry dan ANTM, walaupun tidak sebaik periode 2005. Selain itu, INCO perlu memperbaiki rasio penilaiannya karena aspek ini juga tidak lebih baik daripada average industry dan ANTM. Dari kesimpulan yang diperolh, i penulis merekomendasikan bahwa INCO layak untuk diinvestasikan karena kinerja p rusahaan yang membaik dari periode sebelumnya dilihat dari berbagai macam rasio. Di amping itu, kinerja INCO lebih baik dibandingkan dengan pembanding lainnya sehingga INCO menjadi yang terbaik di antara para pesaingnya, yaitu ANTM dan TINS. Jadi, untuk investasi jangka panjang, INCO menjadi pilihan yang utama. Tabel 3. Frekuensi Hari Sinyal Beli/Jual Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sell 6 4 5 1 2 Total 19 18 Sumber: Data diolah oleh penulis 84 Frekuensi Signal Buy 2 4 2 5 6 bewianti & Yusbardini: Pengambilan Keputusan Sell or Buy... Tabel 4. Tanggal dan Hari Sin al Beli/Jual, Har a Penutu an Saham dan Gain/Loss aa 22/11/05 26/12/05 27/12/05 24/01/06 25/01/06 06/02/06 23/02/06 22/03/06 12/04/06 01/05/06 11/05/06 16/05/06 22/06/06 19/07/06 11/08/06 29/08/06 08/09/06 11/09/06 03/10/06 11/10/06 17/10/06 20/11/06 04/12/06 18/12/06 18/01/07 02/02/07 09/02/07 28/02/07 08/03/07 27/03/07 30/03/07 18/04/07 15/06/07 12/07/07 23/07/07 03/08/07 24/08/07 SiT al Hari Tanggal Buy Buy Selasa Sell Senin Selasa Sell Buy Selasa Rabu Sell Buy Senin Kam is _ Sell Buy Rabu Rabu Sell Buy Senin Kamis Sell Buy Selasa Kamis Sell Buy Rabu Jumat Sell Buy Selasa Jumat Sell Buy Senin Selasa Sell Buy Rabu Selasa Sell Buy Senin Senin Sell Buy Senin Kamis Sell Buy Jumat Jumat Sell Buy Rabu Kam is Sell Buy Selasa Jumat Sell Buy Rabu Jumat Sell Buy Kamis Senin Sell Buy Jumat Jumat Sell Buy Total Gain (Loss) Harga Penutupan Rp13,450 Rp12,800 Rp13,150 Rp14,150 Rp14,450 Rp14,200 Rp15,250 Rp17,800 Rp18,900 Rp20,100 Rp22,300 Rp19,500 Rp17,450 Rp19,450 Rp21,300 Rp22,250 Rp23,500 Rp22,600 Rp23,950 Rp23,150 Rp24,650 Rp26,950 Rp29,850 Rp30,800 Rp31,550 Rp32,800 Rp35,300 Rp38,800 Rp44,900 Rp48,100 Rp54,350 Rp60,000 Rp58,450 Rp54,850 Rp57,600 Rp55,650 Rp53,000 Gain(Loss) - _ (Rp650) Rp1,000 (Rp250) Rp2,550 Rp1,200 (Rp2,800) Rp2,000 Rp950 (Rp900) (Rp800) Rp2,300 Rp950 Rp1,250 Rp3,500 Rp3,200 Rp5,650 (Rp3,600) (Rp1,950) Rp13,600 umber: Data diolah oleh penulis PEMBAHASAN PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) layak untuk dijadikan tujuan investasi bagi calon investor baik untuk jangka panjang seperti yang ditunjukkan dalam analisis perusahaan (company analysis). Hal ini tercermin dari kondisi fundamental INCO yang 85 Jurnal Manajemen/Tahun XIII, No.01, Februari 2009: 75-88 lebih baik daripada pembandingnya di mana terdapat 45 nilai positif (+) dan 12 nilai negatif (-) untuk INCO. Selain itu, dalam investasi jangka pendek, dengan memanfaatkan volatilitas harga saham investor dapat memperoleh keuntungan secara keseluruhan sebesar Rp13.600 per lembar saham dari 18 kali transaksi beli jual selama periode 3 Oktober 2005 hingga 28 September 20 7. Frekuensi pembelian paling sering terjadi pada hari Jumat, yaitu enam kali, sedangkan hari Kamis sebanyak lima kali, Selasa empat kali serta Senin dan Rabu masing-masing hanya sebanyak dua kali. Sementara, frekuensi penjualan paling sering terjadi pada ha i Senin, yaitu sebanyak enam kali dan diikuti oleh hari Rabu sebanyak lima kali serta h ri Selasa sebanyak empat kali. Pada hari Jumat, frekuensi penjualan terjadi sebanyak d a kali dan hari Kamis sebanyak satu kali saja. Hasil analisis data pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Dalam analisis fundamental, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) memperoleh 25 nilai positif (+) dan 13 nilai negatif (-), sedangkan INCO memperoleh 45 nilai positif (+) dan 12 nilai negatif (-). Sementara dalam analisis teknikal, PTBA memperoleh delapan sinyal beli dan sembilan sinyal jual dan INCO memperoleh 19 sinyal beli dan 18 sinyal jual. Perbedaan yang timbul disebabkan karena subjek penelitian yang digunakan berbeda dan jangka waktu untuk data yang digunakan dalam analisis teknikal pada penelitian kali ini juga lebih panjang. Pada penelitian sebelumnya, pembanding yang digunakan dalam analisis fundamental PTBA adalah hanya data historis dan perusahaan sejenis, sedangkan dalam penelitian kali ini terdapat average industry sebagai tambahan pembandingnya. Selain itu, pada penelitian sebelumnya, jangka waktu untuk data yang digunakan dalam analisis teknikal hanya satu tahun, tetapi pada penelitian kali ini jangka waktu untuk data adalah dua tahun. PENUTUP Investor dalam melakukan investasi di pasar modal menghendaki keuntungan. Untuk memperoleh keuntungan tersebut, investor dapat menganalisis saham-saham yang akan dibelinya, yaitu dengan menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental berfungsi untuk menentukan saham mana yang akan dipilih, sedangkan analisis teknikal berfungsi untuk menentukan kapan investor harus membeli dan menjual saham tersebut. Kesimpulan yang ada dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Hasil dari analisis rasio-rasio keuangan tahun 2006 PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) yang dibandingkan dengan average industry dan perusahaan sejenis, yaitu PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM). Dalam Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa terdapat 45 nilai positif (+) dan 12 nilai negatif (-) untuk INCO sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi INCO jauh lebih lebih baik, dilihat dari analisis rasio keuangan perusahaan secara keseluruhan, dibandingkan dengan average industry dan juga ANTM. Oleh karena itu, INCO layak untuk dipilih sebagai tujuan investasi karena perusahaan tersebut memiliki kondisi fundamental perusahaan yang lebih kuat. Analisis teknikal yang dilakukan dengan menggunakan Moving Average Convergence Divergence (MACD) berfungsi untuk menentukan sinyal beli dan jual saham INCO. Kesimpulan dari pembahasan analisis teknikal pada bab sebelumnya dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Selama pengamatan analisis Moving Average Convergence Divergence (MACD), menghasilkan 19 sinyal beli dan 18 sinyal jual seperti yang 86 bewianti & Yusbardini: Pengambilan Keputusan Sell or Buy... ditunjukkan pada Tabel 4.4.; (b) Dari hasil tersebut, dapat dilihat kapan waktu yang tepat investor untuk membeli dan menjual saham INCO. Dari hasil analisis fundamental, perusahaan yang baik untuk dipilih adalah PT International Nickel Indonesia Tbk. Selanjutnya, harga saham PT International Nickel Indonesia Tbk pada periode 3 Oktober 2005 sampai dengan 28 September 2007 yang diproses dengan program Metastock Versi 10.0 berdasarkan Moving Average Convergence Divergence (MACD) akan digunakan dalam pengambilan keputusan sell or buy, di mana dalam pengambilan keputusan tersebut investor juga tetap harus memperhatikan kondisi makroekonomi Indonesia dan informasi yang terkait dengan PT International Nickel Indonesia Tbk. Saran Bagi Investor yang berminat melakukan investasi di pasar modal, dalam bentuk saham, disarankan menanamkan dananya pada saham PT International Nickel Indonesia Tbk karena memiliki fundamental perusahaan yang kuat dan baik, serta prospek yang cukup menjanjikan pada masa yang akan datang. Dalam penelitian ini, hanya menggunakan format MACD standar, yaitu terdiri dari EMA-9 dan perbedaan rata-rata EMA-12 dan EMA-26, karena itu investor maupun peneliti selanjutnya dapat menggunakan MACD dengan periode yang telah dimodifikasi dari standar. Hal ini diharapkan penelitian selanjutnya dapat memperoleh hasil yang lebih akurat dan optimal. Setiap investasi mempunyai dua sisi yang tidak terpisahkan layaknya sebuah koin yang mempunyai sisi gambar dan angka. Dalam hal berinvestasi, sisi-sisi tersebut adalah tingkat pengembalian dan risiko. Sebaik apapun analisis yang telah dilakukan, risiko tidak dapat dihapus/dihindari dan masih akan tetap dihadapi. Oleh karena itu, investor sebaiknya berinvestasi secara sehat. DAFTAR RUJUKAN Ahmad Kamaruddin, (2004). Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Jakarta: PT. Rineka Cipta Brealey, Richard A., Myers, Stewart C., Marcus, Alan J., (2001). Fundamental of Corporate Finance, .rd edition. New York: McGraw Hill. Brigham, Eugene F., Gapenski, Louis C. and Daves, Phillip R., (1999). Intermediate Financial Management. eh edition. Florida: The Dryden Press Dahlan Siamat. (2004). Manajemen Lembaga Keuangan, edisi ke-4. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Darmadji Tjiptono dan Fakhruddin, Hendy M., (2006). Pasar Modal di Indonesia, edisi kedua. Jakarta: Salemba Empat Dedhy Sulistiawan dan Liliana, (2007). Analisis Teknikal Modern pada Perdagangan Sekuritas, edisi pertama. Yogyakarta: Andi Offset Dianata Eka Putra, (2003). Berburu Uang di Pasar Modal. Semarang: Effhar Offset Hendra Syamsir, (2005). Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Kusumarsono Hendarto, (2005). Belajar Trading: Pahami Trading Sebelum Anda Memulainya, edisi pertama. Yogyakarta: Andi Offset 87 Jurnal Manajemen/Tahun XIII, No.01, Februari 2009: 75-88 8th edition. New York: Jones, Charles P., (2002). Investment: Analysis and Management, John Willey and Sons Karvof, Anatoli., (2004). Guide to vesting in Capital Market, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Keown, Arthur J., Martin, John D., etty, J. Wiliam and Scott, JR., David F., (2006). Financial Management, le e ition, International Edition.. New Jersey: Pearson Education, Inc. Pinches, George. E., (1992). Essentials of Financial Management, 4th edition. New York: HarperCollins Publisher Putut Sesetyo Bagus W., (2007). The Secret's of the Equity Options Market. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Sharpe, William F., Alexander, Gordon J. and Bailey, Jeffrey V., (2005). Fundamentals of Investment, 6th edition. New Jersey: Prentice Hall Suad Husnan, (1998). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, edisi ketiga. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN Van Home, James C. and Wachowicz, John M., (1998). Fundamentals of Financial Management, 10th edition. New Jersey: Prentice Hall Weston, J. Fred and Copeland, Thomas E., (1995). Manajemen Keuangan, edisi ke-9, Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara Sawidji Widoatmodjo, (2007). Cara Benar Mencapai Puncak Kemakmuran Finansial Ala Robert T. Kiyosaki, edisi pertama. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia Anggota IKAPI , (1996). Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia Anggota IKAPI Sawidji Widoatmodjo, dkk., (2005). Forex Online Trading Tren Investasi Masa Kini. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia http://www.financeroll.com (Edukasi) 88