INFOBPJS MEDIA EKSTERNAL BPJS KESEHATAN EDISI 43 TAHUN 2016 Kesehatan KONTRIBUSI JKN-KIS 2016 MENCAPAI Rp 152 TRILIUN message CEO CEO MESSAGE Dalam salah satu kisah disebutkan, suatu ketika ada seorang tua yang melihat seekor kalajengking mengambang berputar-putar di air. Ia memutuskan untuk menolong kalajengking itu keluar dengan mengulurkan jarinya, tetapi kalajengking justru menyengatnya. Si orang tua masih tetap berusaha mengeluarkan kalajengking itu keluar dari air, tetapi binatang itu lagi-lagi menyengat. Seorang pejalan kaki yang melihat kejadian itu mendekat dan melarang orang tua itu menyelamatkan kalajengking yang terus saja menyengat. Di luar dugaan, si orang tua malah berkata, "Secara alamiah kalajengking itu menyengat. Secara alamiah saya ini mengasihi. Mengapa saya harus melepaskan naluri alamiah saya untuk mengasihi gara-gara kalajengking itu secara alamiah menyengat saya? Itulah yang dikatakan sebagai darma, dan hanya manusia yang memiliki darma". KEBIASAAN BAIK “ “ Darma dan apa pun nama lainnya seperti budi pekerti, etika, moral atau akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik (wikipedia). Setiap manusia yang lahir ke dunia adalah putih polos tanpa dosa. Dan semua orang tua menginginkan anaknya terus menjadi baik dan berakhlak mulia. Agama mengajarkan akhlak dan di bangku sekolah kita diajarkan pelajaran moral dan juga etika. Tidak ada alasan yang membenarkan manusia untuk melakukan perbuatan jahat dan tercela. Namun nyatanya, angka kejahatan dan kriminalitas terus merajalela. Pada tahun 2013, setiap 1 menit 32 detik terjadi satu kali tindak kejahatan di Indonesia. Tetapi di tahun 2016, menurut data numbeo.com, indeks kejahatan di Indonesia berada di tingkat 42 atau meningkat tajam dari posisi 68 dunia di tahun 2015 lalu. Dan sesuai data per Desember 2016, safety index di Indonesia adalah 50,25 dan crime index Indonesia adalah 49,75. Dalam skala ini, angka crime index ideal adalah 0 sampai dengan 40, yaitu tergolong tingkat kriminalitas sangat rendah sampai kategori rendah. Memperhatikan angka ini, kita perlu prihatin dan belajar sesuatu dari negara lain yang tergolong sangat aman. Sebut saja salah satunya negara Jepang. Masuk dalam kategori negara dengan safety index tinggi (79,27) dan crime index rendah (20,73). Jepang mengajarkan suri tauladan tentang bagaimana masyarakat yang berbudaya tinggi karena memiliki budi pekerti yang sangat baik. Ada beberapa ajaran turun menurun di sana yang bisa kita contoh, seperti budaya malu (harakiri). Dahulu orang tak segan bunuh diri jika melakukan kesalahan, dan di saat ini bergeser pada budaya “mengundurkan diri” jika dianggap lalai atau gagal dalam pekerjaan. Lalu budaya mandiri, dimana anak-anak sekolah di sana terbiasa membawa sendiri tiga tas yang berisi baju dan sepatu ganti, bekal “bento” untuk makan siang, serta tas perlengkapan sekolah seperti buku dll. Saat kuliah kebanyakan dari mereka sudah menghidupi dirinya dengan kerja “part time”. Saat terjadi bencana besar pun, seperti bencana tsunami beberapa waktu lau, orang-orang tua di Jepang secara mandiri segera membersihkan rumah mereka tanpa mengunggu bantuan orang lain. Mereka berharap setelah selesai dengan rumahnya, mereka dapat membantu yang lain yang membutuhkan bantuan. Budaya lain yang patut diteladani adalah bahwa orang Jepang biasa bekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/ tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan. Pertanyaannya kemudian bagaimana menumbuhkan budi pekerti yang baik bagi masyarakat dan anak cucu keturunan kita sehingga sekuat baja seperti masyarakat Jepang. Sebelum sampai ke sana, mari kita renungkan berapa banyak wanita yang ingin terlihat lebih langsing, berapa banyak dari kita yang berniat bangun pagi lalu jogging 30 menit sebelum ke kantor, berapa banyak yang ingin bisa berhenti merokok? Jawabannya pasti banyak, banyak sekali malah. Namun mengapa dari yang banyak itu kebanyakan justru gagal? Jawabnya ternyata sangat sederhana. Wanita yang bisa langsing ternyata menerapkan pola hidup sehat yaitu makan makanan kaya serat, dalam jumlah terbatas dan berolah raga. Berapa sering dan berapa lama? Jawabnya ternyata adalah selalu (kontinyu), disiplin dan dalam durasi waktu yang relatif lama. Begitu pula dengan mereka yang bisa jogging tiap pagi. Mereka sudah berhasil membiasakan diri, tepatnya memaksakan diri untuk bangun lebih awal, melawan kantuk dan malas untuk lari setiap hari. Bukan satu atau dua hari, tetapi setiap pagi di semua hari. Lalu, mereka yang berhasil bebas dari rokok, apakah berjuang dalam hitungan jam? Tentu tidak, mereka disiplin mengalihkan keinginan merokok pada berbagai hal, dengan sangat sulit, penuh godaan dan pasti dalam jangka waktu yang sangat panjang. Inti dari semua perubahan ke arah kebaikan ini adalah membiasakan diri kepada hal-hal baik. Atau dengan kata lain, hal baik untuk diri kita ini tidak lahir begitu saja. Perlu dilatih, dibiasakan, diulang-ulang, terus-menerus dan dalam jangka waktu yang panjang. Inilah yang kemudian mengubah perilaku kita menjadi kebiasaan, dan kebiasaan yang menetap ini kemudian menjadi habit dan selanjutnya menjadi karakter. Ketika berubah telah menjadi karakterlah, kita baru bisa mewariskan kebiasaan baik yang kita lakukan ini kepada anak cucu kita, sebagaimana masyarakat Jepang mewariskan budaya baiknya kepada anak cucu mereka. Terkait dengan hal baik , Steven R. Covey katakan ada 7 Kebiasaan Baik yang akan membawa kita pada kesuksesan antara lain: 1) Bersikap positif dan jadilah orang yang selalu bersikap positif berdasarkan nilai-nilai bukan berdasarkan perasaan, 2) mulailah dengan menetapkan tujuan akhir, 3) dahulukan yang penting, 4) berpikirlah sama-sama menang dengan orang lain, 5) cobalah untuk mengerti baru di mengerti, 6) sinergi membangun kekuatan untuk mengatasi kelemahan, dan 7) asah gergaji, tingkatkan terus kemampuan. Akhirnya, dapat kita simpulkan bahwa untuk memiliki budi pekerti yang baik, kita harus bisa memulai kebiasaan baik. Sekali lagi mengingat kata-kata aa Gym, “Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil dan mulai sekarang juga”. Jadi percayalah, pertama-tama kitalah yang (harus memaksa diri) membentuk kebiasaan, setelah itu kebiasaan kita itulah yang akan membentuk kita. Direktur Utama Fachmi Idris SALAM REDAKSI JKN-KIS Memiliki Dampak Positif pada Perekonomian Pembaca Setia Media Info BPJS Kesehatan, Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) sejak 1 Januari 2014 berdampak terhadap pelayanan kesehatan masyarakat. JKN-KIS membuka akses yang lebih besar kepada masyarakat untuk mendapat pelayanan kesehatan dasar. Setelah berjalan hampir 3 tahun ternyata program JKN-KIS tidak hanya berdampak terhadap pelayanan kesehatan tapi juga perekonomian. Hasil penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menunjukan kontribusi total JKN-KIS terhadap perekonomian Indonesia di tahun 2016 mencapai 152,2 triliun. Seperti apa dampak perekonomian lainnya yang dihasilkan dari Program JKN-KIS akan lebih jauh diulas dalam pada rubrik FOKUS. Di rubrik BINCANG kami akan menghadirkan wawancara dengan konsultan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Hasbullah Thabranny, bagaimana pandangannya terhadap dampak implementasi program JKN-KIS dalam upaya mensejahterakan masyarakat serta memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia. Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami mengucapkan terima kasih atas berbagai dukungan dan tanggapan atas terbitnya media ini. Kami pun terus berupaya dalam memberikan informasi yang baik, akurat dan diharapkan kehadiran media ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif bagi BPJS Kesehatan dan seluruh stakeholder. Selamat beraktivitas. INFOBPJS Kesehatan BULETIN DITERBITKAN OLEH BPJS KESEHATAN : Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940 PENGARAH Fachmi Idris PENANGGUNG JAWAB Bayu Wahyudi PIMPINAN UMUM Budi Mohamad Arief PIMPINAN REDAKSI Irfan Humaidi SEKRETARIS Rini Rahmitasari SEKRETARIAT Ni Kadek M.Devi Eko Yulianto Paramita Suciani REDAKTUR Elsa Novelia Ari Dwi Aryani Asyraf Mursalina Budi Setiawan Dwi Surini Tati Haryati Denawati Angga Firdauzie Juliana Ramdhani Diah Ismawardani DISTRIBUSI & PERCETAKAN Erry Endri Anton Tri Wibowo Akhmad Tasyrifan Arsyad Ranggi Larrisa DAFTAR ISI 5 BINCANG JKN-KIS Berpotensi Turunkan Angka Kemiskinan Kontribusi JKN-KIS yang lebih signifikan justru dengan adanya perubahan besar mindset dari faskes. Faskes yang selama ini bekerja tidak efisien menjadi efisien. Fokus - Kontribusi JKN-KIS Terhadap Perekonomian Indonesia Tahun 2016 Mencapai Rp 152 triliun Manfaat - Koordinasi Manfaat Terus Disempurnakan 6 Testimoni - Layani Peserta JKN-KIS, RSUD Kota Bogor Sudah Bisa Mandiri 7 Persepsi - Peserta JKN-KIS Ditolak ? Inspirasi - Berinvestasi Sembari Beramal dengan Skema Endowment Fund 8 9 Sehat & Gaya Hidup - Atur Pola Makan, Cegah Sakit Maag 10 Kilas & Peristiwa - BPJS Kesehatan Dukung Pemerintah Sukseskan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat 11 3 3 FOKUS Kontribusi JKN-KIS Terhadap Perekonomian Indonesia Tahun 2016 Mencapai Rp 152 triliun Bergulirnya program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) sejak 1 Januari 2014 berdampak terhadap pelayanan kesehatan masyarakat. JKN-KIS membuka akses yang lebih besar kepada masyarakat untuk mendapat pelayanan kesehatan dasar. Setelah berjalan hampir 3 tahun ternyata program JKN-KIS tidak hanya berdampak terhadap pelayanan kesehatan tapi juga perekonomian. industri farmasi Rp10,1 triliun, industri alat kesehatan Rp0,20 triliun, jasa kesehatan dan kegiatan sosial swasta Rp14,6triliun serta JKN-KIS Rp6,8 triliun. Industri makanan, minuman dan tembakau terdampak Rp17,2 triliun, perdagangan selain mobil dan sepeda motor Rp7,5 triliun, jasa angkutan, pos dan kurir Rp3,5 triliun, jasa keuangan dan persewaan Rp2,4 trilun dan sektor lain Rp38,6 triliun. Teguh mengatakan bertambahnya peserta JKN-KIS akan meningkatkan investasi di sektor kesehatan seperti pembangunan fasilitas kesehatan, produksi obat dan alat kesehatan. Hal itu mendorong peningkatan jumlah lapangan pekerjaan bagi tenaga kesehatan. Ujungnya, memacu perekonomian Indonesia menjadi semakin berkembang. Dampak JKN-KIS terbesar yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia karena menjadi lebih sehat dan berumur lebih panjang. Kondisi itu mendorong peningkatan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia jangka panjang. “Program JKN-KIS (cakupan 10 persen kepesertaan) akan meningkatkan angka harapan hidup sebesar 2,9 tahun. Selain itu jika dihitung peningkatan 1 persen cakupan JKN-KIS setara dengan peningkatan pendapatan masyarakat sebesar Rp1 juta/ tahun/kapita,” urainya. Hasil penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menunjukan kontribusi total JKN-KIS terhadap perekonomian Indonesia di tahun 2016 mencapai 152,2 triliun. Pada tahun 2021 kontribusinya diperkirakan meningkat sampai Rp 289 triliun. Kepala Kajian Grup Kemiskinan dan Perlindungan Sosial LPEM FEB UI, Teguh Dartanto, mengatakan dampak JKNKIS terhadap perekonomian Indonesia sifatnya positif dan berkelanjutan. Dalam jangka pendek, program JKN-KIS akan mendorong aktifitas ekonomi untuk sektor yang bersinggungan dengan JKN-KIS seperti jasa kesehatan pemerintah (rumah sakit dan puskesmas), industri farmasi, alat kesehatan dan non kesehatan (industri makanan dan minuman). Di bidang ketenagakerjaan, program JKN-KIS berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja sebesar 1,45 juta orang pada tahun 2016 dan akan meningkat jadi 2,26 juta orang tahun 2021. Penciptaan lapangan kerja itu ada di beberapa sektor seperti jasa kesehatan pemerintah (rumah sakit dan puskesmas) sebesar 864 ribu orang (2016) akan meningkat menjadi 1,35 juta orang (2021). Untuk jangka panjang, program JKN-KIS mendorong peningkatan mutu modal manusia. Mutu modal manusia merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Tahun 2016, dampak JKN-KIS terhadap jasa kesehatan yang diselenggarakan pemerintah mencapai Rp 57,9 triliun, “Dampak JKN-KIS ini akan terus meningkat seiring bertambahnya kepesertaan dan investasi serta pengeluaran JKN-KIS dalam perekonomian,” kata Teguh kepada redaksi Info BPJS Kesehatan. Kepala Grup Kemiskinan dan Perlindungan Sosial LPEM FEB UI Teguh Darnanto Untuk sektor industri farmasi, penciptaan lapangan kerja sebesar 27,2 ribu orang (2016) dan berpotensi meningkat menjadi 42,5 ribu orang (2021). Industri makanan dan minuman sekitar 34,1 ribu orang (2016) dan 53,2 ribu orang (2021). Edisi 43 2016 INFO BPJS KESEHATAN D iperkirakan pada 2021 kontribusi JKN-KIS terhadap perekonomian Indonesia bisa mencapai Rp289 triliun. Program JKN-KIS meningkatkan angka harapan hidup masyarakat Indonesia sampai 2,9 tahun. 4 FOKUS Merujuk hasil penelitian itu Teguh mengusulkan kepada seluruh pemangku kepentingan seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial, BPJS Kesehatan dan DJSN untuk bekerja keras dan saling bekerjasama guna menjamin keberlangsungan program JKN-KIS. Program JKN-KIS harus didorong menjadi lebih baik dan efisien untuk mencapai universal health coverage (UHC) atau cakupan semesta. “Program JKN-KIS harus dianggap sebagai investasi masa depan Indonesia, bukan biaya (cost). Dengan menganggap sebagai investasi maka dampaknya akan dirasakan Indonesia di masa depan,” papar Teguh. Direktur Perencanaan dan Pengembangan BPJS Kesehatan, Mundiharno, mengatakan hasil penelitian itu penting untuk menjelaskan dampak yang dihasilkan program JKN-KIS. Menurutnya program JKN-KIS jangan hanya dilihat dari sisi pengeluaran tapi juga investasi. “Program JKN-KIS meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Masyarakat yang sehat berkontribusi positif terhadap perekonomian,” tuturnya. Program JKN-KIS berdampak bukan saja terhadap sektor kesehatan tapi juga non kesehatan. Di sektor kesehatan, program JKNKIS berdampak pada pelayanan kesehatan, industri obat dan alat kesehatan. Untuk sektor non kesehatan selain berkontribusi terhadap perekonomian program JKN-KIS mendorong terbukanya lapangan pekerjaan bagi jutaan tenaga kerja. Bagi Mundiharno hasil penelitian LPEM FEB UI itu memberi bukti bahwa program JKN-KIS mendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Mengacu hal tersebut diharapkan para pemangku kepentingan tidak ragu untuk mendukung agar program JKN-KIS bisa berjalan lebih baik dan berkelanjutan. Tak ketinggalan Mundiharno berpendapat program JKNKIS bisa mendorong percepatan pengentasan kemiskinan. INFO BPJS KESEHATAN No. Direktur Perencanaan dan Pengembangan BPJS Kesehatan Mundiharno Edisi 43 2016 Pasalnya, melalui program JKN-KIS masyarakat yang miskin tidak akan terjerumus dalam jurang kemiskinan yang semakin dalam ketika sakit. Kemudian, masyarakat yang tidak miskin akan terhindar dari kemiskinan ketika mengalami sakit kronis. “Dengan adanya program JKNKIS orang miskin tidak bertambah miskin ketika sakit dan orang yang tidak miskin dapat terhindar dari kemiskinan ketika mengalami sakit kronis,” pungkasnya. Output (dalam Rp Triliun) Sektor Tenaga Kerja (dalam Ribu Orang) 2016 2021 Perubahan 2016 2021 Perubahan 1. Kontribusi Total 152.2 289 136.8 1.446 2.258 812 2. Jasa Kesehatan Pemerinta 57.9 110 52.1 864 1348 484 3. Industri Produk Farmasi 10.1 19.1 9.1 27.2 42.5 15.3 4. Industri Alat Kedokteran 0.20 0.39 0.18 17.3 27 9.7 5. Jasa Kesehatan &Kegiatan Sosial Swasta 14.6 27.8 13.1 4.7 7.4 2.7 6. Jaminan Kesehatan Nasional 6.8 12.9 6.1 31 48.5 17.4 7. Industri Makanan, Minuman & Tembakau 17.2 32.6 15.5 34.1 53.3 19.1 8. Perdagangan Selain Mobi & Motor 7.5 14.2 6.7 4.1 6.4 2.3 9. Jasa Angkutan,Penunjang Angkutan,Pos dan Kurir 3.5 6.6 3.1 75.5 117.9 42.4 10. Jasa Keuangan,Persewaan, dan Jasa Perusahaan Lainya 2.4 4.6 2.2 1.351 2.109 758 11. Sektor Lainya 38.6 73.2 34.7 387 604 217 5 BINCANG Profesor Hasbullah Thabrany (Guru Besar FKM UI) JKN-KIS Berpotensi Turunkan Angka Kemiskinan M endekati usia tiga tahun pada 1 Januari 2017 mendatang, program JKN-KIS yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan telah banyak dinikmati manfaatnya oleh masyarakat Indonesia. Ini terbukti dari 171 juta jiwa penduduk yang menjadi peserta JKN-KIS sampai September 2016, sebanyak 117 juta di antaranya memanfaatkan kartu JKNKIS untuk mendapatkan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Angka ini meningkat dari 2015, yaitu 106,7 juta orang dari 166,79 juta peserta yang menggunakan kartu JKN-KIS. Hampir semua faskes mengalami lonjakan pasien karena akses pengobatan yang semakin mudah setelah sekian lama mereka menahannya karena terkendala biaya. Pelaksanaan JKN-KIS membawa dampak ganda baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagaimana pendapat DJSN ? Betul. Salah satu bukti, angka pertambahan pasien di faskes menunjukkan ada akses yang makin bagus untuk masyarakat berobat. Ini manfaat besarnya. Dana yang mengalir melalui program JKN-KIS untuk pertumbuhan sektor kesehatan dan hal-hal terkaitnya juga cukup banyak. Mulai dari obat, pertumbuhan faskes, tenaga dokter dan keluarganya, alat kesehatan dan lain-lain. Tetapi, dampak ganda program JKN-KIS ini harus dilihat seberapa besarnya bila dibandingkan dengan aliran dana dari pemerintah dan pemda terhadap pembangunan kesehatan secara keseluruhan. Sebagai contoh, Kemkes tahun ini mengucurkan sekitar Rp 150 triliun untuk membeli alat kesehatan dan perbaikan faskes. Aliran dana ini juga mendorong pasar obat dan alat kesehatan. Beberapa waktu lalu Kementerian Keuangan juga menyebutkan dana kesehatan di pemda mencapai Rp 126 triliun. Angka ini masih lebih besar dari iuran JKN-KIS yang terkumpul tahun ini sekitar Rp75 triliun. Saran saya, BPJS Kesehatan perbanyak kajian outcome dari pasien peserta JKN-KIS, baik pasien yang sembuh dan tidak balik lagi, pasien dengan waktu perawatan untuk penyakit yang sama atau severity level sama, waktu pelayanannya sama atau tidak. Pemda paling berkepentingan dalam kajian ini untuk mengetahui apakah rakyatnya dapat layanan yang bagus atau tidak. Untuk itu, DJSN bersama BPJS Kesehatan, TNP2K, World Bank, dan USAID sedang melakukan kajian dampak JKN-KIS tidak hanya terhadap ekonomi tetapi juga pada kesehatan penduduk kaitannya dengan kemiskinan, angka kematian, termasuk perluasan fasilitas kesehatan. Pemda, Kemenkes, Kemenkeu, dan Bappenas buatlah dana hibah untuk riset komprehensif yang hasilnya dipublikasikan dan diumumkan kemasyarakat, sehingga masyarakat mengenal faskes yang ia datangi. Di sinilah peran Pemda menjadi krusial. Kalau memang ada faskes berkinerja jelek, Pemda harus berani tegur. Jangan toleransi karena akan mengorbakan hak peserta untuk mendapatkan pelayanan yang bagus. Menurut Anda, ada kontribusi lain dari JKN-KIS yang lebih besar. Apa itu ? Kembali kedampak ganda JKN-KIS, apa pengaruhnya terhadap ekonomi bangsa ? Kontribusi JKN-KIS yang lebih signifikan justru dengan adanya perubahan besar mindset dari faskes. Faskes yang selama ini bekerja tidak efisien menjadi efisien. Metode pembayaran INA CBGs dan kapitasi memaksa faskes untuk efisiensi. Dokter yang selama ini meresepkan obat mahal dan pasien beli sendiri, sekarang sudah ada kontrol dari manajemen rumah sakit. Tentu ada juga. Dengan akses terhada pelayanan kesehatan yang semakin mudah, maka derajat kesehatan juga semakin baik. Kalau derajat kesehatan bagus, maka produktivitas masyarakat tinggi, pendapatan bagus, dan mengurangi pengangguran hingga kemiskinan, dan akhirnya berdampak ke ekonomi bangsa. Mendorong faskes untuk mengutamakan team work. Dulu dokter menganggap pasien yang datang kerumah sakit adalah pasien pribadi, dan dialah yang menentukan obat sendiri. Sekarang, pasien adalah kepentingan dan tanggung jawab bersama. Rumah sakitlah yang menentukan obat, dan dokter harus kerja bersama. Kerjasama tim dokter ini tidak hanya membuat rumah sakit lebih efisien, tetapi juga berdampak positif pada pasien peserta JKN-KIS. Diagnosis pasien lebih akurat karena dilakukan tim dokter. Tetapi, kontrol untuk efisiensi jangan terlalu ketat. Jangan sampai pasien yang dikorbankan. Di sinilah perlunya evaluasi terus menerus. Guru Besar FKM Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany Terkait evaluasi terhadap layanan faskes, apa sarannya ? Dokter juga mendapatkan ilmu baru bagaimana bekerja secara cost efective. Dulu di pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi tidak diajarkan obat yang murah tapi kualitas bagus. Dokter juga jauh lebih terbuka. Dulu ada kecenderungan beberapa dokter tidak berani mencoba obat baru, karena pengalamannya memberikan obat yang sama, meskipun mahal. Program JKN-KIS punya potensi memberantas kemiskinan, seperti negara Muangthai. Universal Health Coverage di Muangthai terbukti menurunkan angka kemiskinan. Sejak 2000 sampai 2014 kelihatan penurunan angka kemiskinan di semua provinsi di Muangthai. Sebelumnya masyarakat yang sakit keluarkan biaya sendiri untuk berobat, mengorbankan biaya-biaya untuk makanan dan pendidikan. Sekarang tidak lagi karena sudah dijamin semua, sehingga masyarakat bisa menabung. Selain itu, dulu ketika masyarakat sakit tidak mendapatkan pengobatan tuntas, mereka bolos kerja makin lama, sehingga produktivitas juga menurun, dan otomatis berpengaruh pada pendapatan. Meskipun belum dievaluasi, tetapi program JKN-KIS tidak akan jauh berbeda dengan Muangthai. Asal syaratanya pendanaannya cukup, agar layanan yang diterima peserta tetap berkualitas. Untuk itu, kenaikkan iuran yang lebih ke ekonomian harus terus dipertimbangkan pemerintah. Besaran iuran saat ini baru memenuhi sepertiga dari kebutuhan layanan kesehatan berkualitas. Edisi 43 2016 INFO BPJS KESEHATAN Tetapi, manfaat JKN-KIS tidak hanya itu. Secara tidak langsung, program ini ternyata juga mendorong pertumbuhan sektor kesehatan dan ekonomi Indonesia. Seperti apa dampak ganda dari program JKN-KIS ? Dan apa saja perbaikan kedepan yang diperlukan agar manfaat JKN-KIS lebih optimal ? Berikut kutipan wawancara reporter Info BPJS Kesehatan dengan guru besar ekonomi kesehatan Universitas Indonesia yang sekaligus sebagai konsultan bagi Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Prof. Hasbullah Thabranny, di Jakarta baru-baru ini. 6 MANFAAT Koordinasi Manfaat Terus Disempurnakan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Berbeda dengan skema lama, peserta CoB bisa memanfaatkan FKTP yang belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Di RS, kini peran asuransi kesehatan tambahan menjadi pembayar pertama dalam pelayanan rawat inap tingkat lanjutan. Dengan begitu, asuransi tambahan akan membayarkan terlebih dahulu seluruh tagihan dari fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut untuk kemudian diklaim ke BPJS Kesehatan. Hal ini berbeda dengan aturan lama, yakni BPJS Kesehatan membayar terlebih dulu, lalu asuransi tambahan baru mambayar saat ada on top benefit (manfaat lebih). “Hal ini membuat proses pembayaran lebih cepat. Tetapi penggantian klaim harus sesuai tarif Indonesia Case Based Groups (INA-CBGs) rumah sakit kelas C di setiap regional,” tambah Maya. Bagi perusahaan yang sudah bekerja sama dengan asuransi komersial yang sudah melakukan perjanjian kerja sama CoB dengan BPJS Kesehatan, lanjut Maya, juga bakal dimudahkan dalam hal pendaftaran peserta. Pasalnya, pendaftaran peserta bisa langsung melalui perusahaan suransi komersial yang menjalankan CoB. Setelah itu, perusahaan asuransi lah yang mendaftarkan peserta kepada BPJS Kesehatan. H ampir tiga tahun program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan berjalan. Untuk memastikan rakyat Indonesia memiliki perlindungan kesehatan secara adil dan merata, serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, BPJS Kesehatan beserta pihak terkait terus berupaya meningkatkan kualitas program jaminan sosial kesehatan tersebut. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas adalah melalui implementasi koordinasi manfaat (coordination of benefit/CoB). Definisi CoB sendiri kurang lebih adalah, proses dua atau lebih perusahaan asuransi yang bekerja sama untuk menanggung orang yang sama (payer) untuk manfaat(benefit) asuransi kesehatan yang sama. Lewat program ini, peserta BPJS Kesehatan yang juga memiliki polis asuransi kesehatan swasta bisa mendapatkan benefit lain yang tidak ditanggung BPJS dalam program JKN-KIS. Pada forum diskusi bertajuk “Bincang JKN-KIS Bersama Andy F. Noya” bertemakan “Sinergi Kekuatan Bangsa Untuk Perlindungan Pekerja”, Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris menjelaskan, keluarnya skema CoB sejatinya memang untuk mengakomodir peserta dari badan usaha (BU). Sebelum JKN-KIS terbentuk, BU umumnya telah menggunakan asuransi komersial bagi karyawannya. Umumnya, lanjut Fachmi, manfaat ruang perawatan yang diterima karyawan mereka cukup baik. Karena itu wajar, bila BU khawatir, dengan berlakunya JKN-KIS, kualitas pelayanan bakal menurun bila beralih ke JKN-KIS. INFO BPJS KESEHATAN “Hal itu sebetulnya tidak perlu dirisaukan. , karena peraturan perundang-undangan yang ada mampu menjawab keresahan itu dengan mengatur adanya mekanisme koordinasi manfaat,” kata Fachmi. Fahcmi menambahkan, sejatinya sebelum program JKN-KIS beroperasi pada awal Januari 2014 lalu, skema CoB memang sudah dipikirkan oleh pemerintah. Karena banyak individu/badan usaha yang sudah ikut asuransi swasta. Untuk itu, di awal BPJS Kesehatan beroperasi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) selaku regulator program JKN telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 28/2014 tentang JKN yang dalam salah satu pasalnya mengatur soal CoB Edisi 43 2016 Lewat CoB, diharapkan peserta asuransi komersial tidak mengalami penurunan kenyamanan berobat. Selain itu, perusahaan juga tidak perlu membayar dua iur premi asuransi (double payment) bagi karyawannya. Mekanisme CoB, lanjut Fachmi , juga merupakan upaya akomodasi pemerintah terhadap keberadaan perusahaan asuransi kesehatan komersial. Dengan demikian, mereka akan tetap eksis dan berkembang kendati seluruh warga negara sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan. Dari segi pembayaran iur premi, peserta/badan usaha peserta BPJS Kesehatan kini bisa membayar iur premi melalui asuransi kesehatan komersial yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Selain lebih mudah, hal ini juga menghindari double payment dalam membayar iur premi kesehatan. Dengan juklis terbaru ini, Maya berharap semakin banyak asuransi kesehatan komersial yang menjalankan skema ini semakin bertambah. “Masih banyak perusahaan asuransi swasta tidak menjalankan CoB, karena dianggap skemanya belum cocok bagi mereka,” ujar Fachmi Upaya mengawinkan layanan BPJS Kesehatan dengan asuransi swasta dalam bahtera skema CoB memang tidak mudah. Musababnya kedua lembaga asuransi ini menganut paham yang berbeda. BPJS Kesehatan menggunakan pinsip managed care. Antara lain, layanan dilakukan secara berjenjang. Misalnya, sebelum ke RS, pasien harus mendapatkan rujukan dari puskesmas terlebih dahulu. Selain itu, skema biaya pada layanan juga sudah ditentukan. Hal ini berbeda dengan asuransi swasta yang menganut sistem idemnity, yang tidak perlu rujukan dan bebas memilih layanan dan fasilitas. Bagi asuransi swasta, sistem rujukan ini kurang disukai konsumennya lantaran dianggap terlalu berbelit. Hal lain yang membuat swasta enggan menjalankan CoB, menurut Fachmi, bersifat teknis, seperti kesepakatan pembagian pengurangan premi, penyatuan sistem informasi, teknis pembayaran dan sebagainya. Petujuk Pelaksanaan Guna menyempurnakan jalannya CoB, BPJS Kesehatan telah menerbitkan peraturan teknis terkait CoB yang terbaru. Hal itu tertuang dalam Peraturan BPJS Kesehatan No. 4 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Koordinasi Manfaat Dalam Program JKN. Beleid ini sudah berlaku sejak 1 Juli 2016. Dihubungi terpisah, Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan Maya Amiarny Rusady menjelaskan bahwa petunjuk teknis (juklis) terkait CoB yang dirilis pada Febuari tahun ini tersebut sejatinya sudah cukup mengakomodir kebutuhan perusahaan asuransi. Beberapa masukan dari asuransi swasta, lanjut Maya, sudah dicoba dipenuhi. Misalnya pada bidang pemanfaatan Guna memperkuat skema CoB, kembali BPJS Kesehatan mengeluarkan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan Nomor 47 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Penyelenggaraan Koordinasi Manfaat dalam Program JKNKIS, yang ditetapkan pada 31 Oktober lalu. Dikeluarkannya juklak ini sebagai petunjuak CoB dengan lebih spesifik lagi, khususnya pada bidang koordinasi pendaftaran dan pembayaran. Pada juklak ini misalnya, diatur bahwa asuransi kesehatan tambahan (AKT) yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan bisa menjual produk asuransinya dengan tambahan CoB dari BPJS Kesehatan. Selain itu, peserta AKT kini juga bisa langsung dirujuk ke rumah sakit (RS) dari fasilitas kesehatan pertama dari AKT dengan syarat kasus penyakitnya spesialistik. Hal lain kelebihan dari juklak terbaru ini adalah dari segi pembayaran. Misalnya, jika RS sudah bekerja sama dengan AKT, pasien tidak perlu membayar selisih biaya jika dia naik kelas. Pasalnya, RS bisa melakukan tagihan langsung ke AKT untuk membayar selisihnya. Keuntungan lain bagi AKT, dengan adanya juklak ini, kini pasien yang naik kelas ke VIP tidak lagi dibayar 100% oleh AKT, tetapi bisa ditanggung bersama dengan BPJS Kesehatan dengan syarat biaya seusai Ina-CBGs RS tipe C. 7 TESTIMONI Layani Peserta JKN-KIS, RSUD Kota Bogor Sudah Bisa Mandiri Selain memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) - Kartu Indonesia Sehat (KIS) juga telah membuat rumah sakit yang menjadi provider BPJS Kesehatan semakin bertumbuh. Salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor. Melalui pengelolaan yang efektif dan efisien, rumah sakit tersebut kini bisa mandiri tanpa bergantung pada Pemerintah Kota Bogor. Meskipun dalam pengelolaannya baru berjalan sekitar dua tahun, rumah sakit ini sudah mampu mengelola dana JKN-KIS yang diterimanya dengan baik, sehingga bisa memperoleh surplus lewat pembiayaan bertarif INA-CBGs, tanpa mengesampingkan mutu pelayanan. Direktur Utama RSUD Kota Bogor, Dewi Basmala mengatakan, melalui pengelolaan yang efektif dan efisien, saat ini untuk biaya operasional rumah sakit, RSUD Kota Bogor bahkan sudah tidak dibantu lagi oleh Pemerintah Kota Bogor. Karena sudah bisa mendiri, Pemda kini bisa lebih fokus membantu RSUD Kota Bogor dari sisi peningkatan saranan dan prasarana rumah sakit saja. “Untuk biaya operasional rumah sakit, benar-benar dari revenue kita sendiri. Sehingga kalau kita tidak mengelola dana yang diterima secara efektif dan efisien, tentu rumah sakit ini tidak akan bisa berjalan,” kata Dewi Basmala. Dewi menyadari, di era JKN-KIS memang terjadi perubahan yang signifikan dalam pembiayaan pelayanan kesehatan dari yang tadinya menggunakan sistem fee for service menjadi INA-CBG's atau sistem paket. Misalnya saja untuk tarif di Poliklinik, kalau biasanya billing yang dibebankan kepada pasien muncul dari total biaya pendaftaran, biaya jasa dokter, laboratorium, obat-obatan, dan sebagainya, saat ini lewat pembiayaan bertarif INACBGS's, coverage per pasien sebesar Rp160.000. Begitu juga untuk tindakan di kamar operasi. Kalau sebelumnya billing di rumah sakit selalu merinci setiap prosesnya mulai dari Instalasi Gawat darurat (IGD) hingga tindakan operasi, saat ini misalnya saja untuk kasus apendektomi tipe B, coverage-nya Rp 2,5 juta, tidak lagi dirinci. “Di era JKN-KIS, tarifnya itu sudah dikunci. Sehingga fungsi manajemen adalah bagaimana mendapatkan area profit dari tarif Rp 2,5 juta tersebut. Kalau tidak melakukan pengendalian, bisa jadi akan melampaui Rp 2,5 juta dan akan merugi terus. Tapi tentunya harus tetap memperhatikan mutu pelayanan,” tuturnya. Karena ada perbedaan sistem pembiayaan tersebut, manajemen rumah sakit juga perlu menghitung perbandingan antara tarif rumah sakit dengan klaim INA-CBG's, apakah kurang, sama, atau justru lebih. Kalau kurang, tentunya harus melakuan manuver dan evaluasi besar-besaran agar bisa tetap bertahan dan terus bertumbuh. "Yang bagus itu kalau tarif rumah sakitnya sama dengan INA-CBG's. Karena sebenarnya di dalam komponen tarif itu sudah ada unit cost plus margin. Yang lebih bagus lagi kalau INA-CBG's bisa lebih besar dari tarif rumah sakit, meskipun tidak mungkin semuanya bisa lebih. Karena analisis keuangan di era JKN-KIS, kita tidak bisa melihat hanya case by case, tetapi overall berapa totalnya tiap akhir bulan. Selagi masih positif, itu jalan terus. Tapi kalau sudah negatif, itu yang harus menjadi evaluasi kita,” ujarnya. Tarif rumah sakit dihitung berdasarkan jumlah dari hospital cost + obat + Bahan Habis Pakai (BHP) + jasa dokter. Yang menjadi pertanyaan, sudahkan rumah sakit yang menjadi provider BPJS Kesehatan menghitung tarifnya dengan benar? Karena bisa jadi tarif yang ditentukan selama ini kurang tepat, sehingga selalu mengatakan rugi bila dibandingkan dengan klaim INA-CBG's. “Kebanyakan rumah sakit itu menetapkan tarif hanya berdasarkan benchmarking, tengok kanan, tengok kiri, lalu ambil tengah-tengahnya. Pokoknya cari aman, padahal itu justru angka yang menyesatkan. Karena kan rumah sakit yang kita tengok itu jumlah SDM-nya berbeda dengan yang kiri, dengan rumah sakit kita. Begitu juga dengan Kwh listriknya, jadi tidak bisa dijadikan patokan,” tuturnya. Keterbukaan dan Kepercayaan Di era JKN-KIS, langkah penting yang dilakukan RSUD Kota Bogor adalah memperkuat komitmen dari seluruh jajaran di rumah sakit. Selain itu, manajemen juga dituntut untuk memahami proses bisnis di era JKN-KIS, sehingga ketika harus menginstruksikan kepada anak buah, tidak sampai terjadi salah persepsi. Manajemen juga harus tahu di aspek mana saja sudah terjadi pemborosan, sehingga bisa langsung dilakuan perbaikan. Sebagai rumah sakit rujukan, Dewi juga menyadari peran penting dari para dokter spesialis. Karenanya, perlu dibangun keterbukaan dan kepercayaan dengan mereka. Jangan sampai ada gap antara struktural dan fungsional, sehingga bisa mengganggu sirkulasi pelayanan di rumah sakit. "Di era JKN-KIS, yang pegang peranan penting itu ya dokter spesialis. Dia yang menentukan obatnya apa, bahan habis pakainya apa, dan sebagainya. Kalau tidak merangkul mereka, kita bisa kesulitan. Ujung-ujungnya malah terjadi pemborosan,” imbuhnya. Karena itu, ketebukaan, komunikasi, komitmen, dan kepercayaan menjadi hal yang sangat penting. Dewi mengingatkan, setelah manajemen rumah sakit menghitung hospital cost menggunakan hitungan dengan activity base costing, manajemen rumah sakit perlu mensosialisasikan hal itu kepada para dokter spesialis. "Karena keterbukaan ini, mereka akhirnya paham kalau bayar listrik itu mahal ya, untuk gaji seluruh SDM di rumah sakit itu juga mahal. Sehingga saat kita tentukan jasa mediknya untuk mereka, para dokter spesialis sudah memahami hal itu," tuturnya. Untuk memunculkan kepercayaan, lanjut Dewi, perawat di poliklinik setiap harinya juga diminta untuk mencatat jumlah pasien yang ditangani setiap dokter spesialis. Sehingga ketika waktunya memberikan nilai jasa medik setiap tanggal 20, data yang dimiliki bagian keuangan bisa dikroscek langsung dengan data yang dimiliki perawat di poliklinik. "Kita juga harus selalu ontime. Kalau komitmennya jasa medik itu diberikan setiap tanggal 20, ya harus diberikan tanggal tersebut tanpa melihat apakah sudah ada klaim apa belum. Dengan begitu, trust dari mereka muncul. Sehingga saat kita ajak diskusi tentang obat dan tindakan, mereka sangat welcome,” tuturnya. Sebelum menetapkan berapa remunerasi untuk dokter spesialis, rumah sakit juga perlu menghitung hospital cost terlebih dahulu. “Kalau rumah sakit belum menghitung hospital cost dan langsung menetapkan berapa remunerasi yang akan diberikan, keuangan rumah sakit akan jebol. Jangan-jangan sebenarnya hospital cost-nya tinggi sehingga tidak bisa membiayai operasional rumah sakit. Jadi yang ideal adalah hitung dulu hospital cost-nya, Direktur Utama RSUD Kota Bogor Dewi Basmala baru kita menghitung jasa dokternya. Pembagian jasa medik juga ada bermacam metode, tergantung kebijakan rumah sakit. Di tempat kami, kebijakannya dengan cara fee for service,” terangnya. Selain itu, hal penting lainnya yang juga dilakukan RSUD Kota Bogor adalah menganalisis struktur biaya, clinical pathway sebagai acuan bagi dokter spesialis dalam melakukan suatu tindakan, cost containment atau sadar biaya, menghitung unit cost dengan metode activity base costing, dan membentuk instalasi JKN. "Sebagai salah satu upaya pengendalian, kami juga membuat sistem paket untuk setiap pasien. Misalnya saja untuk kasus operasi seksio, dari ruangan UGD pasien sudah mendapatkan dus berisi paket obat-obatan, bahan habis pakai, infus, dan sebagainya sampai dia pulang. Jadi segala kebutuhan medis untuk pasien tersebut sudah tersedia di dalam dus. Saat dipindah ke ruang perawatan, dokter juga tidak perlu lagi membuatkan resep karena seluruh kebutuhan pasien sudah ada di dalam dus," paparnya. Dewi menambahkan, era JKN-KIS adalah moment bagi seluruh elemen rumah sakit untuk berubah, patuh pada regulasi yang ada, namun di sisi lain juga tidak boleh membuat para tenaga medisnya kecewa. "Surplus yang kami dapatkan ini juga merupakan hasil kerja keras day by day. Kita melakukan evaluasi dan rekonsiliasi tidak per bulan, tapi setiap hari,” pungkasnya. Saat ini Pemda Kota Bogor tengah melakukan proses revitalisasi RSUD Kota Bogor yang dibagi dalam beberapa tahap. Ada enam tower yang dibangun, di mana tahap pertamanya fokus untuk critical area seperti kamar operasi, laboratorium kateterisasi (cath lab), ruang intensive care unit (ICU), intensive cardiac care unit (ICCU), neonatal intensive care unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), ruang bersalin atau VK, hingga ruang cuci darah untuk pasien gagal ginjal. Tahap selanjutnya akan dimulai pada Februari 2017 untuk penambahan ruang rawat inap, rawat jalan, dan juga sarana penunjang lain, sehingga nantinya RSUD Kota Bogor akan memiliki 500 tempat tidur dengan layanan dan fasilitas yang lebih lengkap. Edisi 43 2016 INFO BPJS KESEHATAN R SUD Kota Bogor merupakan rumah sakit tipe B dengan status BLUD penuh. Saat ini rumah sakit tersebut memiliki 247 tempat tidur dan akan segera ditambah menjadi 500 tempat tidur, serta memiliki 21 jenis pelayanan spesialis yang bisa diakses langsung secara online. 8 PERSEPSI Peserta JKN-KIS Ditolak ? B elum lama ini,kembali beredar berita penolakan pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Peserta JKN-KIS Muhammad Rizky Akbar ditolak beberapa rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia setelah dirawat di ruang ICU RS Eka Hospital pada 27 Agustus 2016. Benarkah akibat ditolak beberapa rumah sakit akhirnya peserta JKN-KIS itu terlantar kemudian meninggal dunia ? Setelah dilakukan check, recheck dan cross check ternyata berita itu tidak sepenuhnya benar karena pesertaJKN-KIS Muhammad Rizky Akbar telah memperoleh hak jaminan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Direktur Hukum,Komunikasi, dan Hubungan Antar Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Bayu Wahyudi,telah mengklarifikasi soal “penolakan” peserta JKN-KIS tersebut. Bayu menegaskan bahwa pihaknya telah Direktur Hukum,Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga berkoordinasi dengan BPJS Kesehatan beberapa rumah sakit Bayu Wahyudi yang memberikan pelayanan kesehatan kepada Rizky termasuk RS Eka Hospital terkait penjaminan biaya pelayanan kesehatan Rizky oleh BPJS Kesehatan. INFO BPJS KESEHATAN RS Eka Hospital bukan provider BPJS Kesehatan karena belum terikat kerjasama untuk melayani peserta JKN-KIS. Saat masuk ke RS Eka Hospital pada tanggal 19 Agustus 2016 dalam kondisi emergency atau gawat darurat, Rizky langsung dirawat di ICU hingga akhirnya mengembuskan nafas terakhir pada 27 Agustus 2016. Meskipun RS Eka Hospital bukan mitra BPJS Kesehatan, namun semua biaya selama di ICU itu ditanggung sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan. Memang untuk kasus gawat darurat, peserta JKN-KIS berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dari fasilitas kesehatan manapun yang terdekat dari lokasi peserta, baik fasilitas kesehatan yang sudah menjadi mitra BPJS Kesehatan, maupun yang belum. Peserta JKN-KIS juga tidak perlu membayar, cukup menunjukkan kartu Edisi 43 2016 JKN-KIS. Untuk biaya atas pelayanan kesehatan tersebut pihak fasilitas kesehatan yang akan menagih kepada BPJS Kesehatan. Keterangan resmi yang dihimpun, Muhammad Rizky Akbar terdaftar sebagai anak pegawai swasta yang telah aktif menjadi peserta JKN-KIS sejak 8 Agustus 2014 dengan hak rawat inap dikelas II. Pada tanggal 10 Juli 2016, Rizky mengalami pembengkakan di bagian kaki dan tidak mau makan atau pun minum, sehingga kemudian dibawa ke RS Siloam Tangerang dengan jaminan pribadi. Pasien saat itu tidak dirawat inap dan diberikan resep rawat jalan. Esoknya, pada tanggal 11 Juli 2016, Rizky semakin pucat sehingga dibawa oleh sang ibu ke Klinik Sumber Asih dan dirujuk ke RS HerminaTangerang dengan jaminan BPJS Kesehatan. Hasil konsultasi dengan dokter anak, diperlukan pemeriksaan ke bagian jantung anak, sehingga dokter segera merujuknya ke RSJPD Harapan Kita. Informasi dari pihak keluarga, di UGD RSJPD Harapan Kita, Rizky tidak disarankan dirawat karena kondisinya dinilai masih baik sesuai dengan hasil pemeriksaan klinis yang telah dilakukan. Rizky kembali lagi ke RS HerminaTangerang dimana dokter tetap menyarankan agar Rizky dirawat inap di rumah sakityang memiliki fasilitas dan tenaga dokter spesialis jantung anak. Dokter kemudian merujuk Rizky ke RS Awal Bros Tangerang. Hari itu juga, tanggal 11 Juli 2016, ayah pasien membawa Rizky ke RS Awal Bros Tangerang dengan jaminan BPJS Kesehatan. Namun karena RS tersebut ternyata juga tidak memiliki dokter spesialis jantung anak, orang tua Rizky memutuskan membawa putranya ke RS Eka Hospital yang selain dekat dengan rumahnya, juga memiliki dokter spesialis jantung anak yang dibutuhkan Rizky. Pembiayaan pelayanan kesehatan tidak ditanggung BPJS Kesehatan atau biaya dari kantong sendiri. Saat itu, Rizky dirawat satu malam di PICU dan lima hari di ruang perawatan biasa. Satu bulan setelah kembali kerumah, tepatnya 19 Agustus 2016, Rizky mengalami sesak nafas.Keluarganya kembali membawa Rizkyke RS Eka Hospital. Rizky langsung dirawat di ICU hingga akhirnya meninggal dunia pada 27 Agustus 2016. Menurut kronologisnya, peserta JKN-KIS dari kelompok pekerja penerima upah ini tidak pernah ditolak oleh rumah sakit. Belakangan ini juga ada peserta JKN-KIS dari kelompok penerima bantuan iuran (PBI) yang sempat ditolak Rumah Sakit di daerah Balikpapan, Kalimantan Timur.Ternyata setelah dicek, kepesertaannya sudah non aktif. Memang, sesuai dengan surat edaran Kementerian Sosial nomor 170/HUK/2015 terdapat sebanyak 1.754 juta peserta JKN-KIS dari kelompok PBI di seluruh Indonesia yang tidak berhak lagi mendapatkan bantuan iuran dari pemerintah terhitung mulai 1 Januari tahun 2016.Di Balikpapan sendiri terdapat sekitar 5.000 jiwa peserta PBI yang telah dinonaktifkan. Pe-non-aktifan peserta PBI ini terkait dengan update data yang dilakukan oleh Kementerian Sosial. Mereka yang sudah tak lagi masuk ke dalam kategori orang miskin dan tidak mampu, dikeluarkan dari tanggungan pemerintah. Terkait dengan status aktif atau tidaknya kartu JKN-KIS PBI, disarankan kepada seluruh peserta untuk mengecek langsung ke Kantor BPJS Kesehatan terdekat atau melalui telepon (BPJS Kesehatan Care Center) 1500400. Pastikan apakah kartu JKN-KIS PBI yang dipegang masih aktif atau sudah non aktif. Jika ternyata sudah dinonaktifkan dari kepesertaan JKN-KIS PBI, tetapi kenyataan kondisi ekonomi keluarga masih tergolong miskin dan tidak mampu, maka sebaiknya segera melapor kepada kepada desa atau lurah setempat agar nanti bisa didata kembali oleh pemerintah daerah. Sedangkan peserta JKN-KIS yang sudah dinonaktifkan karena memang tidak termasuk golongan orang miskin dan tidak mampu, sebaiknya segera mengurus kepesertaan secara mandiri di Kantor BPJS Kesehatan terdekat. Peserta bisa memilih kelas rawat inap sesuai kemampuan. Untuk kelas 1, iurannya sebesar Rp 80.000,00 perjiwa per bulan, kelas 2 sebesar Rp51.000,00 perjiwa perbulan dan kelas 3, iurannya Rp25.000,00 per jiwa perbulan. Meskipun peserta JKN-KIS tidak sakit, iuran bulanan tetap harus dibayar guna menjaga status kepesertaan tetap aktif. Peserta JKN-KIS yang sehat namun tetap rutin membayar iuran sesungguhnya telah membantu peserta lainnya yang sakit. Inilah prinsip gotong-royong yang menjadi nyawa dari program JKN-KIS. Ini pula yang akan menjamin program JKN-KIS ini bisa tetap bertahan. 9 INSPIRASI Berinvestasi Sembari Beramal dengan Skema Endowment Fund I stilah endowment fund memang belum begitu populer di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, bila mendengar praktik penghimpunan ‘dana abadi’ yang biasanya digunakan oleh suatu yayasan untuk kegiatan sosial, pastilah kita sudah akrab mendengarnya. Sejatinya endowment fund adalah dana abadi tersebut. Dengan demikian endowment fund dalam definisi bahasa Indonesia kurang lebih bisa diartikan sebagai sarana investasi berkesinambungan yang hasilnya digunakan untuk tujuan-tujuan sosial nirlaba. Kegiatan sosial nirlaba yang dilakukan pun beragam. Namun, biasanya praktik yang dilakukan untuk kegiatan pendidikan, beasiswa, budaya, keagamaan, kesehatan, bantuan korban bencana alam, pelestarian lingkungan, dan berbagai tujuan nirlaba lainya. Dana endowment fund biasanya diinvestasikan dalam model investasi jangka panjang, seperti, saham, obligasi, surat utang negara, proyek infrastruktur, dan sebagainya. Kegiatan berinvestasi sembari beramal ini, sejatinya sudah jamak dilakukan di negara maju. Bahkan sejumlah universitas terkemuka di Amerika Serikat (AS) sudah sejak lama melakukan praktik ini. Kegiatan endowment fund teryata juga telah diikuti oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Terlebih sesuai dengan Peraturan OJK Nomor 1 Tahun 2016, BPJS Kesehatan memang diwajibkan untuk menempatkan investasi pada Surat Berharga Negara (SBN) paling rendah 30% dari seluruh jumlah investasi badan tersebut. Guna menjalankan amanah dari peraturan OJK serta mengikuti kegiatan endowment fund, BPJS Kesehatan memilih investasi reksadana (mutual fund) yang kini memang tengah dilirik para investor untuk menempatkan dana abadi mereka. Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan Kemal Imam Santoso menjelaskan, pengoperasian endowment fund di reksadana sejatinya dikelola secara konvensional layaknya praktik reksadana lainya. Namun, ada klausul dalam Kontrak Investasi Kolektif atau klausul antara manajer investasi Direktur Keuangan dan Investasi dengan investor yang BPJS Kesehatan menyatakan bahwa Kemal Imam Santoso sebagian dari biaya pengelolaan dan atau hasil investasi akan disumbangkan untuk tujuan sosial. Guna menjalankan skema endowment fund-nya di reksadana, pihak BPJS Kesehatan memilih memercayakan pengelolaan dana endowment fund-nya yang cukup besar kepada tiga manajer investasi terkemuka di Indonesia. Ketiga manajer investasi tersebut adalah PT Mandiri Manajemen Investasi, PT Bahana TCW Investment Managemen, dan PT Danareksa Investment Management. Komitmen BPJS Kesehatan untuk bersinergi dengan ketiga manajer investasi tersebut ditandai dengan peresmian kerja sama penerbitan reksadana Pendapatan Tetap Indonesia Sehat (PTIS) yang berlangsung di Jakarta, Rabu (23/11) lalu. Menurut Kemal, ketiga investasi tersebut telah mendapatkan pernyataan efektif pendaftaran Reksadana Pendapatan Tetap Indonesia Sehat dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan skema endowment fund. “Sebagian keuntungan investasi yang dikelola kita akan donasikan dalam bentuk amal kepada yang membutuhkan,” ujar Kemal saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu. Selain bisa digunakan untuk kegiatan amal. Pemilihan skema endowment fund di reksadana, lanjut Kemal, juga memiliki manfaat lain. Pasalnya, sebagian keuntungan juga bisa digunakan untuk pengelolaan kegiatan BPJS Kesehatan. Dengan demikian, investasi ini juga menjaga keberlangsungan program Jaminan Kesehatan NasionalKartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). “Setidaknya beban biaya operosional dari pemerintah bisa berkurang. Karena tujuan kita adalah menjadi lembaga swakelola yang mandiri,” imbuh dia. Pada kesempatan itu, Kemal juga mengklarifikasi bahwa dana yang diinvestasikan ke reksadana bukan berasal dari uang yang diambil dari iur premi peserta BPJS Kesehatan. Penganggaran reksadana diambil dari aset pribadi BPJS Kesehatan. Sebagian dana tersebut juga berasal dari aset PT Askes (Persero) yang kini sudah berganti baju menjadi BPJS Kesehatan. Skema Sementara itu, Director of Sales and Product Mandiri Manajemen Investasi Endang Astharanti menjelaskan bahwa perusahaannya mengucapkan terima kasih karena telah ditunjuk oleh BPJS Kesehatan untuk mengelola produk yang diberi nama reksadana Pendapatan Tetap Indonesia Sehat (PTIS) itu. . Pihak Mandiri Investasi sendiri, lanjut Endang, telah izin efektif dari OJK pada tanggal 11 November 2016 dengan nama Mandiri Pendapatan Tetap Indonesia Sehat (Mandiri PTIS). Menurut dia, Ada tiga skema investasi yang dapat diambil investor. Pertama, kelas VVIP dengan sistem seluruh pokok dan imbal hasil investasi akan disumbangkan. Kedua, paket VIP dengan 50% dari hasil investasinya bakal didonasikan. Kemudian kelas reguler, yaitu pokok maupun imbal hasil investasi menjadi milik investor, hanya biaya manajemen yang akan disumbangkan. Perusahaan, lanjut dia, mematok biaya manajemen sebesar 0,5% per tahun. Separuh dari biaya manajemen tersebut nantinya juga bakal didonasikan. Reksadana ini, sambung dia, menggunakan bank kustodian PT Bank Central Asia Tbk. Endang berharap, pada Desember 2016, produk Mandiri PTIS sudah dapat mulai ditawarkan ke investor. Untuk tahap awal, ia optimistis reksadana pendapatan tetap ini dapat membukukan dana kelolaan sekitar Rp50 miliar. Pada kesempatan serupa, Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Muhammad Hanif menambahkan, produk terbaru ini diperkirakan dapat memberikan imbal hasil (return) lebih dari 7% per tahun. Sesuai dengan kebijakan investasi reksadana pendapatan tetap pada umumnya, perusahaan bakal leluasa mengalokasikan dana 80% - 100% pada obligasi pemerintah, baik konvensional maupun sukuk. Sisanya, 20% bisa diinvestasikan berupa instrumen pasar uang. “Saat ini kami lebih memilih menaruh dana di SBN bertenor pendek, kurang dari 10 tahun sambil mencermati situasi yang ada," tutup dia. Edisi 43 2016 INFO BPJS KESEHATAN Di Tanah Air, praktik endowment fund yang cukup popular adalah Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang menggunakan dana dari tiga kementerian. Dana LPDP digunakan untuk pemberian beasiswa pendidikan bagi warga negara Indonesia. SEHAT & GAYA HIDUP 10 Atur Pola Makan, Cegah Sakit Maag A da sebuah anjuran, makanlah kamu sebelum lapar dan berhentilah makan sebelum kenyang.Makan pun sebaiknya dikunyah. Dan orang tua sering menasehati agar saat makan tidak berbicara agar dapat mengunyah makanan dengan baik. Ternyata hal itu sangat terkait dengan kesehatan utamanya kesehatan lambung. Diantara kita masih ada yang sering mengabaikan waktu makan dan menunda untuk makan. Alasannya masih ada pekerjaan yang belum selesai, belum lapar, dan sejumlah alasan lainnya. Kebiasaan ini sebaiknya dihindari karena bisa memicu terjadinya gangguan pada lambung yaitu sakit maag. Jika sering terlambat makan, maka gejala sakit maag dapat muncul antara lain rasa perih pada lambung, nyeri pada ulu hati, bahkan merasakan nyeri dan panas sampai ke kerongkongan hingga mual dan ingin muntah. Kalau sudah begini, makanan dan minuman pun sulit masuk karena produksi asam lambung meningkat dan terdapat gas di lambung yang mendorong isi perut ingin keluar. Jika si penderita bisa muntah maka dapat mengurangi rasa eneg karena merasa lega sebagian asam lambung ikut keluar. Terlambat makan juga dapat mengakibatkan sakit kepala, vertigo, dan punggung terasa pegal. Untuk menghindari rasa tidak nyaman yang berlebihan, penderita maag dapat mengonsumsi obat yang dapat menetralkan asam lambung, seperti antasida, sesuai dengan aturan pakai yang tepat. Apabila gejala berlanjut, seperti muntah yang terus menerus, disarankan untuk menghubungi dokter di FKTP. Bisa jadi, itu adalah gejala penyakit pencernaan yang lebih parah, seperti Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Keluhan sakit perut bisa dipicu oleh banyak hal, selain sering terlambat makan, bisa disebabkan oleh infeksi bakteri hingga salah makan. INFO BPJS KESEHATAN Ada beberapa macam makanan yang sebaiknya dihindari untuk menjaga lambung. Antara lain, makanan pedas. Mengonsumsi makanan pedas seperti cabai dapat melukai lambung atau mengakibatkan iritasi lambung. Begitu juga makanan yang bersifat pedas lain seperti merica dan paprika sebaiknya tidak berlebihan mengkonsumsinya. Hindari juga makanan yang sulit dicerna seperti cokelat, keju, kue-kue yang mengandung krim, makanan goreng-gorengan, dan makanan yang memiliki kadar lemak tinggi. Makanan Edisi 43 2016 –makanan ini memaksa lambung bekerja keras untuk mencernanya sehingga akan memperlambat pengosongan lambung. Lambungpun akan menghasilkan lebih banyak asam. Selain itu, hindari minuman yang mengandung alkohol, kafein (teh/kopi), dan soda (soft drink). Minuman-minuman ini dapat memicu produksi asam lambung lebih banyak. Selain itu, minuman bersoda dan beralkohol akan menghasilkan banyak gas yang menyebabkan rasa penuh di perut. Buah dan sayur yang menghasilkan gas setelah dikonsumsi sebaiknya juga dihindari. Antara lain, sawi, kol atau kubis, kacang-kacangan, dan berbagai macam buah yang bersifat asam seperti nangka, pisang ambon, kedongdong, serta buah yang dikeringkan. Buah-buahan jenis ini dapat mengakibatkan lambung mengeluarkan asam lebih banyak. Selain itu, konsumsi berlebih makanan yang mengandung karbohidrat juga kurang baik untuk kesehatan lambung, antara lain, ketan, mie, bihun, pasta, jagung, ubi, singkong, dan talas. Selain menjaga pola makan dan jenis konsumsi makanan, untuk mencegah sakit maag, sebaiknya hindari atau kendalikan stress. Penelitian menunjukkan pemicu terbanyak sakit maag justru karena stres.Oleh sebab itu, pengelolaan stress sama pentingnya dengan menjaga pola makan, untuk menjaga lambung tetap dalam keadaaan sehat. Relaksasi dan menjaga kuantitas dan kualitas tidur sangat penting agar tubuh tidak kelelahan. Mengutip sebuah berita, ada penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Cambridge University menunjukkan, 30 persen keluhan sakit perut pada orang dewasa dipicu oleh stres. Stres menempati urutan pertama penyebab sakit perut, disusul diet yang buruk (26 persen) dan kurang tidur (17 persen). Infeksi virus justru ada di posisi keempat dengan hanya 14 persen. Peringkat ini ditempati bersama dengan konsumsi alkohol, yang juga bertanggung jawab pada 14 persen keluhan sakit perut. Perempuan diketahui lebih sering mengalami keluhan sakit perut dibanding laki-laki. Sebanyak 88 persen perempuan mengalaminya dalam setahun terakhir, dibandingkan dengan hanya 83 persen pada laki-laki. Perempuan 2 kali lebih rentan mengalami stres parah dibanding laki-laki. Hal ini ada kaitannya dengan perubahan sosial bahwa perempuan masa kini menjalankan lebih banyak peran dalam keluarga. Sebagian besar sakit maag bisa ditangani tanpa perlu berkonsultasi kepada dokter. Meskipun demikian, pemeriksaan dokter tetap perlu dilakukan jika sakit maag disertai dengan sering muntah, sulit menelan, dan mengalami penurunan berat badan, dan jika Anda telah berusia 55 tahun ke atas. Jika Anda tidak bisa mengendalikan stres dan sakit maag yang terus menerus sebaiknya segera periksakan diri ke dokter Anda. Beberapa cara tradisional yang hingga kini masih dipercaya mengurangi gangguan maag yaitu dengan mengkonsumsi air kunyit. Caranya, siapkan kunyit sebesar dua jari telunjuk lalu dicuci bersih, diparut, tambahkan air matang. Kemudian diperas dengan kain bersih. Air perasan kunyit didiamkan. Selanjutnya diambil air beningnya untuk diminum. Minumlah dua kali sehari yaitu pagi dan malam sebelum tidur. Atau dengan cara lain, kunyit yang sudah diparut itu direbus dengan air dua gelas hingga air tersisa satu gelas. Lalu saring dan didinginkan. Minum dua kali sehari pagi sebelum makan dan sebelum tidur. Boleh juga ditambah madu. 11 KILAS & PERISTIWA YOGYAKARTA 15 November 2016 BPJS Kesehatan Dukung Pemerintah Sukseskan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Kesehatan merupakan salah satu pilar yang menentukan kemajuan suatu bangsa, sebab kesehatan mempengaruhi produktivitas masyarakat. Oleh karena itu, pola hidup sehat perlu ditanamkan sejak dini dalam diri masyarakat Indonesia. Sayangnya, tak semua lapisan masyarakat paham dan sadar akan pentingnya menjaga kesehatan. Untuk itu, pemerintah meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat secara serentak di 10 kabupaten/kota yang tersebar di sejumlah wilayah Indoesia dengan harapan pola hidup sehat dapat membudaya di tengah tren masyarakat Indonesia saat ini. Adapun ke-10 kabupaten/kota tersebut meliputi Kab. Bantul (Yogyakarta), Kab. Bogor (Jawa Barat), Kab. Pandeglang (Banten), Kota Batam (Kep. Riau), Kota Jambi (Jambi), Kota Surabaya (JawaTimur), Kota ParePare (Sulawesi Selatan), Kab. Purbalingga (Jawa Tengah), Kab. Padang Pariman (Sumatera Barat), dan Kota Madiun (JawaTimur). Sebagai penyelenggara program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang hampir tiga tahun beroperasi, BPJS Kesehatan pun siap mengawal dan menyukseskan gerakan tersebut. Terlebih, konsep Gerakan Masyarakat Hidup Sehat sejalan dengan implementasi program promotif preventif yang senantiasa digalakkan BPJS Kesehatan untuk menekan jumlah penderita penyakit katastropik di Indonesa. “Sesuai dengan salah satu program Nawa Cita, pencanangan gerakan ini dimaksudkan untuk Menurut Maya, penyakit katastropik cenderung muncul akibat faktor kebiasaan perilaku hidup tidak sehat, seperti merokok, makanan tidak sehat, kurang olahraga, dan sebagainya. Jika dibiarkan, hal ini dapat membawa dampat kurang baik bagi kualitas kesehatan penduduk Indonesia maupun keberlangsungan program JKN-KIS. Oleh karenanya, melalui program promotif preventif, BPJS Kesehatan berupaya menjaga masyarakat yang sehat tetap sehat. Sementara bagi masyarakat yang berisiko menderita penyakit katastropik seperti diabetes melitus dan hypertensi, dapat mengelola risiko tersebut melalui Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang juga merupakan bagian dari upaya promotif preventif BPJS Kesehatan. Maya juga menekankan bahwa sistem pelayanan kesehatan di era BPJS Kesehatan mengutamakan optimalisasi fungsi gate keeper di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), sehingga FKTP bukan hanya berfungsi sebagai pembuat rujukan semata, melainkan juga sebagai pusat informasi, sarana edukasi, serta promotor pola hidup sehat bagi masyarakat sekitarnya. Capai Program JKN-KIS Yang berkualitas, BPJS Kesehatan Kembangkan Berbagai Kajian serta Joint Research Dalam rangka mengimplementasikan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional No. 40 Tahun 2004 dimana BPJS Kesehatan diamanatkan untuk (1) Mengembangkan sistem pelayanan kesehatan (2) Mengembangkan sistem kendali mutu pelayanan (3) Mengembangkan sistem pembayaran pelayanan, secara proaktif BPJS Kesehatan melakukan penelitian, pengembangan dan inovasi untuk mengimbangi perubahan yang terjadi dalam rangka memberikan rekomendasi strategis untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Dalam kurun waktu 2014 – 2016, Grup Penelitian & Pengembangan BPJS Kesehatan telah menghasilkan kajian yang dapat digunakan manajemen dalam membuat keputusan kebijakan. 2. 3. 4. Kajian Pelaksanaan Program Rujuk Balik Modeling Home Care Stroke Ujicoba Pelayanan Homecare Pada Pasien Stroke Di DIY “Di berbagai negara, proses pengambilan kebijakan di sektor kesehatan dilakukan berdasarkan kajian bukti yang tepat (evidence based policy making). Diharapkan melalui berbagai kajian dan penelitian yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan dan stakeholder terkait, yang selama ini telah dilakukan baik secara mandiri maupun yang bekerjasama dengan pihak ke 3, hasilnya akan dapat dimanfaatkan dan dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam pengambil kebijakan. Selain itu diharapkan akan didapatkan usulanusulan penelitian terutama dari akademisi yang berdampak terhadap perbaikan dan keberlangsungan Program JKN-KIS,” ujar Direktur Perencanan dan Pengembangan BPJS Kesehatan, Mundiharno dalam Konferensi Pers, Seminar Nasional Hasil Kajian Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), di Yogyakarta (17/11). KAJIAN TENTANG KEPESERTAAN 1. Modeling Pendaftaran Dan Pengumpulan Iuran Peserta PBPU 2. Analisis Determinan Kepatuhan Dan Pengembangan Strategi Peningkatan Kepatuhan Pembayaran Iuran Pada Peserta JKN Non PBI Mandiri Di Kota Denpasar 3. Kesadaran pekerja sector informal terhadap program JKN Adapun beberapa hasil penelitian sepanjang tahun 2014 – 2016 yang dibahas dalam Seminar Nasional ini adalah sbb : KAJIAN TENTANG SISTEM INFORMASI 1. Model Pelayanan Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi 2. Manajemen Data Riset BPJS Kesehatan 3. Analisis Penerimaan Sistem Informasi Manajemen BPJS Kesehatan Layanan P Care di Puskesmas Kota Makasar KAJIAN TENTANG FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA 1. Kajian Pemetaan Kompetensi Dokter Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama 2. Kajian Hubungan Antara Jumlah Peserta Terdaftar Di FKTP Terhadap Proses Serta Luaran Pelayanan Kesehatan 3. Kajian Pemanfaatan dan Pengelolaan Dana Kapitasi KAJIAN TENTANG FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN 1. Kajian Perubahan Perilaku Dokter/Spesialis Di RS Terhadap Peresepan Obat KAJIAN TENTANG KUALITAS LAYANAN 1. Penyusunan Alat Ukur Layanan Fasilitas Kesehatan 2. Kajian pengukuran indeks kualitas layanan kesehatan 3. Survey Kepuasan Peserta Dan Provider (Cs/Ps) KAJIAN TENTANG INA-CBG’S 1. Studi Tarif Pelayanan Kesehatan dan Deteksi Implikasi Penerapan Pembayaran INA CBGs 2. Analisis Efektifitas Paket Pelayanan INA CBGs Pada Kesembuhan Pasien di RS Univ Hasanuddin 3. Karakteristik terapi dan analisa biaya penyakit Stroke pendarahan di RS Betesda Yogyakarta Hasil kajian Grup Penelitian dan Pengembangan BPJS Kesehatan merupakan kajian yang dihasilkan melalui kerjasama dengan akademisi dan konsultan ahli untuk mendapatkan rekomendasi perbaikan dalampelaksanaan Program JKN-KIS. Adapun dalam kegiatan seminar tersebut, hadir berbagai narasumber seminar adalah Peneliti BPJS Kesehatan, Pakar dan Konsultan kajian yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Peserta seminar terdiridari Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, Dewan Jaminan Sosial Nasional, 13 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Universitas terpilih, Rumah Sakit, Puskesmas/Klinik/Dokter Praktek Perorangan, Asosiasi Profesi, Pusat Kajian, perwakilan Grup BPJS Kesehatan Kantor Pusat, dan Kepala Divisi Regional. Selain itu mulai tahun 2016, BPJS Kesehatan juga mengembangkan program Joint Research yang dilakukan dalam bentuk kolaborasi dengan lembaga riset/universitas, untuk mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas, dan sekaligus sebagai sumbangsih BPJS Kesehatan dalam dunia pendidikan. Beberapa topik penelitian BersamaTahun 2016 diutamakan sebagai berikut: a) Optimalisasi rekrutmen peserta Badan Usaha; b) Optimalisasi penerimaan iuran dari segmen pesertaBadan Usaha dan Pekerja Bukan Penerima Upah; c) Optimalisasi pengendalian pelayanan kesehatan; d) Optimalisasi peningkatan mutu pelayanan kesehatan; e) Kajian lain terkait peningkatan penguatan kelembagaan dan operasionalisasi skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Edisi 43 2016 INFO BPJS KESEHATAN JAKARTA 17 November 2016 meningkatkan kualitas hidup manusia, khususnya derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Tahun 2015, sebanyak Rp 16,9 triliun beban jaminan kesehatan terserap untuk membiayai penyakit katastropik seperti penyakit jantung, gagal ginjal, stroke, dan sebagainya. Berbagai penyakit katastropik tersebut sangat bisa dicegah melalui penerapan pola hidup sehat. Untuk itu, kami siap mendukung dan menyukseskan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang sangat baik ini,” kata Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan Maya A. Rusady saat mendampingi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek melakukan peluncuran Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Bantul, Yogyakarta (15/11). AYO CARI TAHU ! SEPUTAR ALUR PENDAFTARAN BPJS KESEHATAN Bagaimana sih cara mendaftar lewat website ? - Bukalah website www.bpjs-kesehatan.go.id - Baca persyaratan dan ketentuan yang berlaku di website lalu setujui. - Entry data berdasarkan kartu keluarga untuk koneksi ke Web Service Dukcapil - Isikan data peserta sesuai dengan yang sebenarnya - Unggahlah foto peserta - Bubuhkan persetujuan untuk melakukan pembayaran iuran pertama sesuai dengan kebi jakan yang berlaku - Bukalah email pemberitahuan link aktivasi pendaftaran untuk Pencetakan Daftar Isian Peserta (DIP) dan Virtual Account(VA) - Cetaklah data peserta yang sudah di isi - Cetaklah Virtual Account - Lakukan pembayaran melalui Channel Pembayaran yang tersedia sesuai waktu yang telah ditentukan - Buka E-mail pemberitahuan link untuk pencetakan e-ID dan unduh filenya - Cetaak e-ID sebagai identitas Peserta www.bpjs-kesehatan.go.id