BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan jagung di Indonesia telah menjangkau hampir seluruh provinsi, yang mana jagung merupakan sumber karbohidrat yang kedua setelah padi yang telah di komsumsi oleh sebagai besar penduduk. Selain sebagai bahan makan pokok masyarakat, jagung dapat diolah menjadi produk industry makan yang variatif, di antaranya jagung dapat diolah menjadi makanan kecil, dan lainlain. Jagung juga dapat diperoses menjadi bahan campuran pakan ternak, terkhusus pada unggas. Pemipil jagung mudah dilakukan bila jagung keadan kering, dengan kadar air yang minimal, sebab dalam keadaan demikian jagung mudah terlepas dari tongkolnya dan kerusakan biji jagung dapat diperkecil. Pemipil jagung dengan menggunakan mesin yang selama ini ada dipasaran, selain harga serta biaya oprasional yang tinggi, tepat yang dibutuhkan harus luas, mengingat ukurannya yang cukup besar, oleh karena itu pemipil model ini lebih banyak di gunakan pada industry menengah keatas. Pemipil jagung pada industry rumah tangga dan industry kecil sebagai besar dilakukan dengan cara tradisional dan semitradisional, dimana dengan demikian waktu yang di gunakan cukup lama dan tenaga yang digunakan cukup besar. Berdasarkan uraian tersebut, akan di Fakultas Teknik 1 coba merancang sebuah mesin berteknologi tepat guna untuk mengembangkan alat pemipil semitradisional,yang mampu meningkatkan kapasitas, efesiensi kerja dalam pemipil jagung. 1.2 Perumusan Masalah Dalam pengerjaan mesin ini terdapat poin yang saya analisa dalam perancangan mesin ini, antra lain : a) Bagaimana menghitung daya yang dibutuhkan oleh motor guna dapat memproduksi pemipil jagung. b) Berapakah kerugian saluran dalam rangkaian kelistrikan mesin perontok /pemipil jagung ini. 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Perlu diberikan beberapa batasan dan asumsi penelitian dengan tujuan adanya batas lingkup penelitian dan penyederhanaan atau simplifikasi dari kondisi real yang akan dijadikan acuan penelitian. Adapun batasan permasalahan dari sistem yang dirancang ini adalah : a) Perhitungan daya yang dibutuhkan motor guna dapat memproduksi pemipil jagung. b) Perhitungan kerugian saluran dalam rangkaian kelistrikan mesin perontok/ pemipil jagung ini. Fakultas Teknik 2 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari perancangan mesin perontok/pemipil jagung ini adalah agar kami dapat mengetahui daya yang dibutuhkan oleh motor mesin perontok/pemipil jagung beserta penggunaan puli yang sesuai dengan kapasitas produksi yang diharapkan dengan kerugian saluran yang ditimbulkan oleh rangkaian kelistrikan dari mesin perontok/pemipil jagung tersebut. 1.5 Manfaat Penelitian Dalam analisa perhitungan daya motor mesin perontok/pemipil jagung dengan kapasitas dan manfaat yang akan diperoleh yaitu, adanya ilmu pengetahuan tantang perencanaan perancangan mesin perontok/pemipil jagung yang membahas secara khusus dan pasti tentang daya yang dibutuhkan oleh motor mesin perontok/pemipil jagung tentunya dengan kapasitas produksi yang diinginkan sehingga dapat ditentukan spesifikasi motor yang akan dipakai dalam mesin tersebut, serta ilmu pengetahuan tentang kerugian saluran pada rangkaian kelistrikan pada rancangan mesin tersebut. 1.6 Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan Tugas Akhir terdapat penjelasan bab-bab yang akan dibahas, antara lain : Fakultas Teknik 3 a) BAB I : Pendahuluan. Latar belakang, perumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. b) BAB II : Tinjauan Pustaka. Pemipil jagung, perontok ( pemipilan ), bagian – bagian mesin, motor, bantalan, puli, poros, v- belt, mcb, saklar, pasak, logam non korosif, baut dan mur, relay c) BAB III : Metodologi Penelitian. Konsep pembahasan, penentuan misi, flow chart, pemilihan jenis bahan dan material, analisa daya motor, kerja, energi, daya mekanis, daya listrik, kerja listrik dan energi, kerugian saluran, perbandinga puli, gambar teknik. d) BAB IV : Pengumpulan , Pengolahan, dan Analisa Data. Perhitungan daya motor, putaran Silinder perontok/pemipil, beban motor, analisa penggunaan puli, Kerugian saluran. e) BAB V : Kesimpulan Dan Saran. Fakultas Teknik 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pemipil Jagung Jagung merupakan salah satu tanaman pangan di dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Jawa Timur mempunyai potensi untuk pengembangan di bidang sektor agroindustri, karena selain sebagai salah satu lumbung pangan nasional, Jawa Timur dikenal sebagai propinsi dengan sektor industri yang berkembang cepat. Potensi sumber daya pertanian di Jawa Timur tersebar di seluruh wilayah Timur pulau Jawa ini. Komoditas utama pertanian yang potensial antara lain padi, jagung, kedelai, buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam rangka upaya peningkatan pendapatan petani pengembangan agroindustri merupakan alternatif yang dapat dilakukan. (Oktoviantini Hadi, V. 2010). Namun kenyataan selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga di olah sebagai jajan yang sangat di gemari oleh masyarakat luas sebagai cemilan saat santai serta ngobrol. Namun demikian, tidak sedikit orang merasa repot bahkan kesulitan ketika cemilan tersebut tidak dijual di tokoh-tokoh maupun di warung kopi sekalipun. Hal ini dikarenakan proses pengolahan jagung yang sangat rumit sebelum diolah ketahap selanjutnya. Tahap yaitu tahap perontokan jagung. Dimana setiap bongkol biji jagung dirontokkan satu per satu. Proses ini memakan Fakultas Teknik 5 waktu yang cukup lama dan juga membutuhkan tenaga yang ekstra. Maka dari itu kami mendesain sebuah alat yang berfungsi untuk merontokan/ pemipil jagung. 2.2 Perontok (Pemipilan) Perontok adalah proses pemipilan/pemisahan biji-biji jagung dari bongkol jagung itu sendiri (Situmorang, 2011). Selanjutnya diolah sehingga menjadi camilan atau emping jagung. Pemipil jagung pada industry rumah tangga dan industry kecil sebagai besar dilakukan dengan cara tradisional dan semitradisional, dimana dengan demikian waktu yang di gunakan cukup lama dan tenaga yang digunakan cukup besar. Contohnya Manusia dapat memipil jagung dengan menggunakan tangan(Luru) 2-9 kg per jam. Dalam perancangan mesin ini, Perontok adalah proses pemipilan biji-biji jagung dari bongkolnya yang telah diolah untuk mendapatkan jagung dalam bentuk pemipilan.Perontok/pemipilan disini dengan menggunakan Silinder perontok dengan bahan stainless steel. 2.3 Bagian Bagian Mesin Dalam perancangan mesin ini kami membuat rancangan demi rancangan dan akhirnya pembuatan mesin ini memiliki bagian - bagian mesin, antara lain : Fakultas Teknik 6 2.3.1 Motor Motor adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanis. Konstruksi motor DC sangat mirip dengan geneator DC. Kenytaannya, mesin yang bekerja baik sebagai generator akan bekerja baik pula sebagai motor . (Lister, 1993) Motor yang dipakai dalam mesin ini mempunyai spesifikasi, antara lain : Disp/Acement 210 L/Min voltage : 220 Volt Putaran : 2850 RPM Daya : 1 HP Freguency : 50 Hz Curren : 3,5 A Gambar 2.1 Motor brustel 2.3.2 Bantalan Gambar2.2 Bantalan Fakultas Teknik 7 Bantalan adalah Elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan panjang umur.Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada gedung.(Sularso dan Suga, 2004) Bantalan dapat diklasifikasikan atas dasar gerakan bantalan terhadap poros, yaitu : a. Bantalan luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan antara poros dan bantalan karena permukaan bantalan dengan perantara lapisan pelumas. b. Bantalan gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding. 2.3.3 V-Belt V-belt digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu ke poros yang lain melalui pulley yang berputar dengan kecepatan yang sama atau berbeda. Sabuk (belt) merupakan alat transmisi daya dan putaran pada poros yang berjauhan. Cara transmisi ini disebut tak langsung. Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Tenunan tetoron atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang besar. Sabuk-V dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami Fakultas Teknik 8 lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. (Sularso dan suga, 1994) Jenis pemilihan sabuk v – belt pada mesin ini dapat dilihat melalui tabel standar sabuk V yang, dengan ini dapat ditentukan pemilihan sabuk yang sesuai kriteria mesin adalah tipe A, dimana putaran motor pada mesin ini membutuhkan putaran rendah dan daya motor yang rendah. Gambar 2.3 Diagram Karpet 2.3.4 Puli Gambar 2.4 Puli Fakultas Teknik 9 puli adalah suatu alat mekanis yang digunakan sebagai sabuk untuk menjalankan sesuatu kekuatan alur yang berfungsi menghantarkan suatu daya. Cara kerja puli sering digunakan untuk mengubah arah dari gaya yang diberikan, mengirimkan gerak rotasi, memberikan keuntungan mekanis apabila digunakan pada kendaraan.Fungsi dari puli sebenarnya hanya sebagai penghubung mekanis ke AC, alternator, power steering, dll. Puli sabuk dibuat dari besi cor atau dari baja.Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai,Untuk konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan alumunium. Puli sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi diatas 35 m/det. (Stolk dan kros, 1994) 2.3.5 Poros Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti ini dipegang oleh poros. (Sularso dan Suga, 1994) Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut. a. Poros transmisi : Poros macam ini mendapatkan beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau sproket rantai, dll. b. Spindle : Poros transmisi yang relatif pendek seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Fakultas Teknik 10 Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti. c. Gardar : Poros seperti ini dipasang di antara roda-roda kereta barang, dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut gardar. Gardar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika degerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga. 2.3.6 Mcb Adalah alat listrik yang berfungsi sebagai pengaman aliran arus listrik yang memiliki nilai tersendiri. Gambar 2.5 Mcb MCB bekerja dengan cara pemutusan hubungan yang disebabkan oleh aliran listrik lebih dengan menggunakan electromagnet/bimetal. Cara kerja dari MCB ini adalah memanfaatkan pemuaian dari bimetal yang panas akibat arus yang mengalir untuk memutuskan arus listrik. Kapasitas MCB menggunakan satuan Ampere (A), Kapasitas MCB mulai dari 1A, 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A dll. (Instalasi Listrik Dasar, 2004) Fakultas Teknik 11 Cara mengetahui daya maximum dari MCB adalah dengan mengalikan kapasitas dari MCB tersebut dengan 220v ( tegangan umum di Indonesia ). Contoh : Untuk MCB 6A mempunyai kapasitas menahan daya listrik sebesar : 6A x 220v = 1.200 Watt Beberapa kegunaan MCB : 1. Membatasi Penggunaan Listrik 2. Mematikan listrik apabila terjadi hubungan singkat ( Korslet ) 3. Mengamankan Instalasi Listrik 4. Membagi rumah menjadi beberapa bagian listrik, sehingga lebih mudah untuk mendeteksi kerusakan instalasi listrik 2.3.7 Pasak Pasak adalah suatu elemen yang dipakai untuk menetapkan bagianbagian mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling, dll. Pada poros. Momen diteruskan dari poros ke naf atau naf ke poros. (Sularso dan Suga, 2004) 2.3.8 Logam Non korosif Mesin ini adalah mesin yang langsung bersentuhan dengan makanan dan berupa hasil akhir minuman yang dapat langsung kita nikmati, untuk itu Fakultas Teknik 12 dalam pembuatan mesin ini kami menggunakan logam non korosif agar tidak terjadi kontaminasi pada produk, logam yang di guanakan yaitu stainless steel. Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah Baja paduan dengan kadar Ni dan Cr yang tinggi, dengan sifat istimewa yaitu tahan terhadap korosi dan temperatur yang tinggi. Sifat tahan korosinya didapat dari lapisan Chromium Oksida yang sangat stabil yang melekat pada permukaan dan melindungi baja terhadap lingkungan yang korosif. Pada beberapa jenis baja tahan karat juga terjadi lapisan Nickel Oksida yang juga bersifat melindungi dari media yang korosif. Efek perlindungan Chromium Oksida ini tidak efektif pada baja paduan dengan kadar Chromium rendah, efek ini mulai tampak nyata pada Chromium lebih dari 10%. (Suherman, Wahid, Ir. 1999) Keberadaan lapisan korosi yang tipis ini mencegah proses korosi berikutnya dengan berlaku sebagai tembok yang menghalangi oksigen dan air bersentuhan dengan permukaan logam. Hanya beberapa lapisan atom saja cukup untuk mengurangi kecepatan proses karat selambat mungkin karena lapisan korosi tersebut terbentuk dengan sangat rapat. Lapisan korosi ini lebih tipis dari panjang gelombang cahaya sehingga tidak mungkin untuk melihatnya tanpa bantuan instrumen modern. Besi biasa, berbeda dengan stainless steel, permukaannya tidak dilindungi apapun sehingga mudah bereaksi dengan oksigen dan membentuk lapisan Fe2O3 atau hidroksida yang terus menerus bertambah seiring dengan Fakultas Teknik 13 berjalannya waktu. Lapisan korosi ini makin lama makin menebal dan kita kenal sebagai ‘karat’. Stainless steel, dapat bertahan ‘stainless’ atau ‘tidak bernoda’ justru karena dilindungi oleh lapisan karat dalam skala atomik. 2.3.9 Baut dan Mur Baut dan Mur merupakan alat pengikat yang sangat penting. Untuk mencegah kecelakaan, atau kerusakanpada mesin, pemilihan baut dan mur sebagai alat pengikat harus dilakukan dengan saksama untuk mendapatkan ukuran yang sesuai. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus diperhatikan seperti gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan, kelas ketelitian. (Sularso dan Suga, 2004) 2.3.10 Relay Relay adalah sebuah saklar elekronis yang dapat dikendalikan dari rangkaian elektronik lainnya. Relay terdiri dari 3 bagian utama, yaitu: a. Koil : lilitan dari relay b. Command : bagian yang tersambung dengan Normally Closes (dalam keadaan normal) c. Kontak : terdiri dari Normally Closedan Normally Open NC ( Normally Closed ) merupakan saklar dari relay yang dalam keadaan normal (relay tidak diberi tegangan ) terhubung dengan command. Sedangkan NO (Normally Open )merupakan dalam keadaan normal. (Instalasi Listrik Dasar, 2004) Fakultas Teknik 14 2.3.11 Saklar Saklar adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk memutuskan jaringan listrik, atau untuk menghubungkannya. Jadi saklar pada dasarnya adalah alat penyambung atau pemutus aliran listrik. Selain untuk jaringan listrik arus kuat, saklar berbentuk kecil juga dipakai untuk alat komponen elektronika arus lemah. Gambar 2.6 Tiga macam saklar tekan/tombol Secara sederhana, saklar terdiri dari dua bilah logam yang menempel pada suatu rangkaian, dan bisa terhubung atau terpisah sesuai dengan keadaan sambung (on) atau putus (off) dalam rangkaian itu. Material kontak sambungan umumnya dipilih agar supaya tahan terhadap korosi. Kalau logam yang dipakai terbuat dari bahan oksida biasa, maka saklar akan sering tidak bekerja. Untuk mengurangi efek korosi ini, paling tidak logam kontaknya harus disepuh dengan logam anti korosi dan anti karat. Pada dasarnya saklar tombol bisa diaplikasikan untuk sensor mekanik, karena alat ini bisa dipakai pada mikrokontroller untuk pengaturan rangkaian pengontrolan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Saklar) Fakultas Teknik 15 BAB III METODOGI PENELITIAN Metodologi penelitan yang kami gunakan berupa metode obyektif, yaitu kami melakukan penelitian dari contoh-contoh mesin yang ada dipasaran dan data data yang kami kumpulkan kemudian kami modifikasi dengan proses yang ingin kami kerjakan. 3.1 Konsep Pembahasan Mengulas kembali pembahasan kami dalam bab I tentang konsep awal kami yaitu, bagaimana menghitung daya yang dibutuhkan oleh motor guna dapat memproduksi Pemipilan jagung serta menghitung kerugian saluran yang terjadi dalam rangkaian kelistrikan mesin perontok/Pemipil jagung tersebut. 3.2 Penentuan Misi Dalam rangka pembuatan tugas akhir ini kami menentukan misi dari awal, yaitu penyempurnaan perancangan mesin penggiling emping jagung dengan desain yang lebih simpel dan higienis. Perbedaan mesin perontok/pemipil jagung ini terletak pada jarak Silinder perontok dengan casingnya yang jarak yang sama dengan mesin sesungguhnya dengan kapasitas yang lebih besar dan penggunaan motor listrik sebagai penggeraknya. Fakultas Teknik 16 3.3 Flow Chart Start Menentukan konsep pembahasan A Menentukan posisi setiap komponen Menentukan desain Penyusunan misi mesin Silinder Perontok Pengamatan kebutuhan Menghitung putaran masyarakat Silinder sesuai rate produksi Menentukan desain Perhitungan beban putaran mesin Apakah desain bisa diterapkan Analisa daya motor dan kerugian saluran Mencari bahan & material yang sesuai A Fakultas Teknik Sketsa mesin Finish 17 Berdasarkan gambar Flow Chart sebelumnya, dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian Tugas Akhir terdapat tahap-tahap yang dilakukan guna hasil yang didapatkan dalam pembuatan mesin ini tepat sasaran dan sesuai yang diharapkan. Antara lain : Menentukan konsep pembahasan Konsep pembahasan dilakukan guna menentukan tujuan awal dalam perancangan mesin yang akan dibuat. Sehingga dalam pembuatan mesin tersebut mempunyai tujuan yang jelas. Penyusunan misi mesin Setelah mempunyai konsep mesin yang akan dibuat, maka dalam tahap selanjutnya menyusun misi mesin yang akan dibuat sehingga mempunyai nilai tambah dari mesin yang sudah ada. Pengamatan kebutuhan masyarakat Pengambilan data-data penunjang dalam pembuatan mesin sesuai kebutuhan masyarakat, akan sangat bermanfaat guna terciptanya mesin teknologi terbaru yang mengedepankan kebutuhan masyarakat. Menentukan desain mesin Desain mesin yang dimaksud adalah menentukan desain mesin sesuai dengan konsep awal mesin dengan kebutuhan masyarakat yang disatukan. Fakultas Teknik 18 Apakah desain bisa diterapkan Merupakan suatu motifasi sekaligus tantangan yang timbul dari diri sendiri guna dapat menciptakan karya mesin terbaru dengan desain karya sendiri. Mencari bahan dan material yang sesuai Dalam tahap ini, pemilihan bahan dan material sangat penting guna terciptanya mesin yang sempurna. Menentukan posisi setiap komponen Komponen-komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan mesin perlu diperhitungkan sehingga dimensi mesin tidak terlalu besar serta tarciptanya mesin yang efektif dan efisien Menentukan desain Silinder Perontok Silinder Perontok merupakan komponen yang paling penting dalam mesin ini, sehingga perlu adanya perlakuan khusus mengenai jenis dan bahan materialnya. Menghitung putaran Silinder sesuai rate produksi Tahap ini sangat penting. Karena putaran yang dihasilkan motor akan diubah sesuai kebutuhan rate produksi yang akan diinginkan. Fakultas Teknik 19 Perhitungan beban putaran mesin Setelah diketahui putaran Silinder sesuai rate produksi, maka dapat diketahui beban putaran mesin yang akan diputar oleh motor sehingga dapat diketahui kapasitas motor yang akan digunakan dalam masin tersebut. Analisa daya motor dan kerugian saluran Dalam tahap ini dilakukan perhitungan daya motor yang akan digunakan sesuai beban yang didapat serta kerugian saluran dari kelistrikan mesin tersebut. Sketsa mesin Menggambar desain yang sudah ada sehingga dalam pengerjaan sangat jelas hasil akhir yang akan dibuat. 3.4 Pemilihan Jenis Bahan dan Material Dalam bab sebelumnya telah di jelaskan tentang penggunaan logam non corrosive atau tidak berkarat yang kami gunakan dalam mesin kami, berikut spesifikasi stainless yang kami ketahui : Stainless steel jenis feritic Penggunaan khususnya pada aplikasi korosi atmosfer, temperature tinggi, dan sebagai dekoratif. Tipe yang umum adalah 405, 439, 430F, dan 446 Stainless steel jenis martensitic Fakultas Teknik 20 Penggunaan khusus pada aplikasi komponen struktur, peralatan cutting tools. Tipe yang umum adalah 403, 410,414, 416, 420, 431, 440B, 440 Stainless steel jenis C PH Penggunaan khusus pada aplikasi struktur, spring.Tipe yang umum adalah 17.4, 1.55, 13.8, 17.7, 15.7 Stainless steel jenis Austenitic Penggunaan khusus untuk ketahanan kimia dan perpipaan tangki, Tipe yang umum adalah 201, 202, 301, 302, 303, 304, 305, 308, 309, 310, 314, 316, 317, 321, 347, 304L, 316L, 304N. Baja tahan karat austenetik ( Stainless steel austenetic ) banyak digunakan pada beberapa peralatan industri antara lain : peralatan-peralatan makan, heat exchanger, combustion chamber serta peralatan proses kimia dan bagian furnace. (Kurnia adi, Witantra, 2006) Maka dari itu, dalam penerapannya kami memilih menggunakan tipe 316, karena tipe ini cocok untuk bahan pangan dan memiliki ketahanan paling kuat pada korosi. 3.5 Analisa Daya Motor Dalam perancangan mesin perontok/pemipil jagung ini, titik berat analisa yang saya lakukan dalam Tugas Akhir ini yaitu tentang analisa daya motor yang meliputi pengertian kerja, energi, daya mekanis, daya listrik, kerja listrik dan Fakultas Teknik 21 energi. Selain itu terdapat pula analisa kerugian saluran dalam rangkaian kelistrikan mesin Perontok/Pemipil jagung ini. (Lister, 1993) 3.5.1 Kerja Kerja dilakukan jika gaya menatasi tahanan/hambatan. Dari segi mekanis, kerja diukur dengan perkalian gaya dan jarak yang ditempuh. Jika gaya 1 pon bekerja melalui jarak 1 kaki, berarti dilakukan kerja sebesar 1 pon – kaki ( foot – pound ). Jika diperlukan gaya 10 pon untuk mengangkat benda 6 kaki, kerjanya adalah 10 x 6 atau 60 ft-lb ( pon-kaki ) jadi, Kerja = gaya x jarak Dalam satuan SI, satuan kerja adalah joule ( J ), yang didefinisikan sebagai kerja yang dilakukan jika gaya 1 newton dikerakan melalui jarak 1 meter. Sebagai contoh, jika gaya 20 N dikerahkan untuk memindahkan benda 30 meter, kerja yang dilakukan adalah 20 x 30 atau 600 J. Satuan joule = 0,737 pon – kaki. (Lister, 1993) 3.5.2 Energi Energi adalah kemampuan melakukan kerja. Energi dapat berada dalam berbagai bentuk : mekanis, listrik, kimia, kalor, dan cahaya. Bentuknya dapat diubah. Sebagai contoh, generator listrik mengubah energi energi mekanis menjadi energi listrik ; aki mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Jika batu bara dibakar energi kimia diubah menjadi energi kalor dan seterusnya sesuai Fakultas Teknik 22 dengan prinsip tentang konservasi energi, energi dapat diubah tetapi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Generator listrik tidak menciptakan energi listrik, ia semata –mata mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi yang diberikan pada lampu listrik juga bukan dimusnahkan melainkan semata– mata diubah m enjadi energi cahaya atau energi kalor. (Lister, 1993) 3.5.3 Daya Mekanis Sesuai dengan definisi kerja, jika muatan 3000 pon diangkat ke ketinggian 40 kaki, diperlukan kerja 3000 x 40 atau 120 pon-kaki. Disini tidak dikatakan mengenai waktu yang diperlukan untuk mengankat muatan, tetapi hanya diperlukan kerja 120 pon-kaki. Sebuah motor yang menggerakkan kerekan muatan memerlukan 2 menit untuk menaikkan beban, sedangkan motor kedua dapat melakukan hal yang sama dalam ½ menit. Kerja yang dilakukan motor kedua empat kali lebih cepat dari motor pertama atau dikatakan bahwa motor kedua menghasilkan daya ( power ) empat kali motor pertama. Maka, daya adalah laju melakukan kerja atau Daya = kerja / waktu Sama halnya dala satuan SI, jika kerja dilakukan pada laju 1 joule / sekon, dayanya adalah 1 watt ( W ) yang merupakan satuan SI untuk daya mekanis maupun listrik. (Lister,1993) Fakultas Teknik 23 Perbedaan antara kerja, energi dan daya adalah penting. Kerja adalah yang mengatasi tahanan. Energi adalah kemampuan melakukan kerja. Daya adalah laju melakukan kerja atau laju pengeluaran energi. (Lister, 1993) Satuan mekanis yang biasa digunakan untuk energi, kerja, dan daya disimpulkan sebagai berikut : Satuan USCS untuk kerja atau energi = pon-kaki ( ft-lb ) Satuan SI untuk kerja atau energi = joule ( J ) 1 joule = 0,737 pon-kaki Satuan USCS untuk daya = daya kuda = horsepower ( hp ) Satuan SI untuk daya = watt ( W ) 1 daya kuda = 746 watt. Perhitungan daya dengan beban dan putaran dapat diketahui dengan mengabaikan gesekan antar sumbu dan transmisi. Kecepatan sudut beban : w = putaran x radian / 60 Dimana : 1 putaran = 2 π ( 2 x 3.14 ) Fakultas Teknik 24 Momen inersia : I = 0.5 x m x r² Dimana : I = momen inersia ( Kg.m² ) m = Beban ( Kg ) r = jari-jari ( m ) Energi kinetik : E = 0.5 x I x w² Dimana : E = energi kinetik ( joule ) atau daya motor minimum ( watt ) 3.5.4 Daya Listrik Satuan daya listrik dalam USCS dalam sistem metrik adalah watt. Dalam satuan SI, satu watt didefinisikan sebagain sesuatu yang sama dengan kerja yang dilakukan pada laju satu joule setiap sekon. Watt juga didefinisikan sebagai energi yang dikeluarkan atau kerja yang dilakukan setiap sekon oleh arus 1 A yang tidak berubah yang mengalir pada tegangan 1 volt, atau P = IV Dimana P = daya, watt I = arus, ampere V = tegangan, volt Kenyataan bahwa watt adalah satuan daya atau satuan laju melakukan kerja tidak terlalu ditekankan. Perlu diingat bahwa arus dalam ampere adalah laju aliran listrik atau sama dengan jumlah coulomb setiap sekon. Oleh sebab itu, rumus daya dapat ditulis sebagai berikut : Fakultas Teknik 25 Daya dalam watt = coulomb / sekon x volt Dalam perkataan lain, watt adalah ukuran laju muatan listrik bergerak melalui suatu perbedaan potensial. Dari hukum Ohm V = IR, harga V ini dapat disubstitusikan kedalam persamaan P = IV sehingga diperoleh rumus daya lainnya yang bermanfaat : P = IV = I x IR P = I² R Rumus daya ketiga dapat diturunkan dari kenyataan bahwa I = V / R oleh hukum Ohm. Substitusikan kedalam persamaan P = IV P = IV = V x V / R P = V² / R Oleh karena watt adalah satuan yang kecil, kerapkali digunakan satuan yang lebih besar yaitu kilowatt ( kW ). Satu kilowatt = 1000 watt. Perhitungan yang berkaitan dengan mesin listrik kerapkali melibatkan satuan daya listrik ( watt ) dan satuan mekanis (horsepower). Satu horsepower ( daya kuda ) = 746 watt. Maka untuk mengubah daya dalam watt menjadi daya dalam daya kuda, perlu membagi jumlah watt dengan 746. (Lister, 1993) 3.5.5 Kerja Listrik dan Energi Daya adalah ukuran kecepatan kerja dilakukan atau kecepatan energi dikeluarkan, sehingga : Daya = Kerja atau Energi / Waktu Fakultas Teknik 26 Maka energi yang digunakan oleh alat listrik adalah laju penggunaan energi ( daya ) dikalikan dengan waktu selama alat tersebut digunakan. Bila daya diukur dalam watt dan waktu dalam jam, maka Daya x Waktu = Energi Watt x Jam = Wattjam Wattjam ( watthour = Wh ) merupkan energi yang dikeluarkan jika 1 watt digunakan selama 1 jam. Wattjam relatif merupakan satuan yang kecil, kilowattjam digunakan lebih luas dalam pengukuran komersial. 1 kilowattjam = 1000 wattjam. Jika daya diukur dalam watt dan waktu dalam sekon maka Daya x Waktu = Energi Watt x Sekon = Watt/sekon Watt-sekon disebut joule, yang merupakan satuan SI ntuk energi listrik maupun mekanis. Karena 1 jam adalah 3600 sekon dan 1 kW adalah 1000 watt, maka 1 kWh = 3.600.000 joule atau 3,6 megajoule ( 3,6 MJ ). Daya adalah laju pengeluaran energi sama halnya dengan kepesatan adalah laju dari gerak. Jika kepesatan rata-rata mobil dalam sewaktu-waktu tertentu diketahui, maka jarak yang ditempuh adalah kepesatan rata-rata Fakultas Teknik 27 dikalikan dengan waktu tempuh. Sama halnya, jika daya rata-rata yang diperluan oleh motor listrik dalam waktu tertentu diketahui, maka energi yang digunakan motor adalah daya rata-rata dikalikan dengan waktu yang digunakan motor. Daya adalah laju dari pengeluaran energi atau kerja yang dilakukan, sama halnya dengan kecepatan adalah laju dari gerak. (Lister, 1993) Satuan listrik yang umum digunakan untuk energi, kerja dan daya disimpulkan sebagai berikut : Satuan USCS untuk kerja atau energi = wattjamm ( Wh ) Satuan SI untuk kerja atau energi = joule ( J ) 1 wattjam = 3600 joule 1 kilowattjam = 3,6 megajoule ( MJ ) Satuan USCS untuk daya = watt ( W) Satuan SI untuk daya = watt ( W ). 3.6 Kerugian Saluran Ketika arus mengalir melalui tahanan, tahanan tersebut menjadi panas atau dikatakan bahwa energi listrik diubah kedalam energi kalor. Laju perubahan energi listrik menjadi panas disebut daya dan cara yang biasa untuk menentukan daya ini adalah dengan rumus P = I² R. Dengan perkataan lain, laju pengeluaran energi dalam tahanan adalah sebanding dengan kuadrat arus. Fakultas Teknik 28 Oleh karena konduktor dari rangkaian transmisi atau distribusi mempunyai tahanan, konduktor menjadi panas ketika arus melaluinya. Karena kalor ini hilang ke udara sekeliling, ini disebut kerugian saluran. Kerugian daya ini sebanding dengan kuadrat arus sekecil mungkin agar kerugian dayanya sedikit. Karena daya yang dicatukan ke beban merupakan perkalian arus dan tegangan, maka arus yang diperlukan untuk mengirimkan sejumlah daya tertentu dapat diperkecil dengan menggunakan tegangan yang lebih tinggi ; sehingga makin tinggi tegangan, makin kecil arus untuk sejumlah daya tertentu. (Lister, 1993) Berikut ini merupakan rumus untuk mencari besarnya tahanan pada kabel, R . L A R = Tahanan dalam ohm . mm2 = Tahanan jenis m L = Panjang penghantar dalam m A = Luas penampang dalam mm2 Keterangan : Tahanan jenis suatu penghantar ditentukan pada panjang 1 m, penampang 1 mm2 dan pada temperatur 200 C. Fakultas Teknik 29 Tahanan jenis pada 200 C Bahan penghantar ( Perak 0,0164 Tembaga 0,0178 Campuran aluminium 0,03 Wolfram 0,0550 Nikel 0,0780 Besi, baja 0,12 – 0,16 Konstantan 0,10 . mm2 ) m Gambar 3.1 Tabel tahanan jenis 3.6 Perbandingan Puli Diameter efektif untuk puli kecil (puli penggerak) dan puli besar (puli yang digerakkan) berturut turut disimbolkan dengan D1 dan D2. Selama beroperasi, sabuk-V membelit kedua puli dan bergerak dengan kecepatan tertentu. Dengan mengasumsikan tidak terjadi slip ataupun mulur pada sabuk maka. (Sonawan, heri, Ir. 2010) Fakultas Teknik 30 Gambar 3.2 Putaran puli v = D1 x n1 = D2 x n2 Dimana , v = kecepatan (m/s) D1 = diameter puli penggerak n1 = putaran puli penggerak D2 = diameter puli yang digerakkan n2 = putaran puli yang digerakkan Fakultas Teknik 31 3.7 Gambar Teknik berikut adalah gambar teknik dari mesin perontok/pemipil jagung. 1 2 3 7 5 6 4 86 8 c b a Gambar 3.3 Gambar sketsa mesin Perontok/ pemipil jagung Keterangan: a.Panjang keseluruhan mesin b . lebar keseluruhan mesin c.tinggi keseluruhan mesin 1.bagian pengumpanan 2.silinder pemipil 3.gigi pemipil 4.pengeluaran biji jagung 5.pengeluaran tongkol Fakultas Teknik 32 6.pengeluaran kotoran 7.saringan 8.kipas penghembus. Cara kerja mesin. Cara kerja mesin sangatlah sederhana, yaitu : a) jagung yang sudah dikeringkan ditempatkan pada wadah saluran masuk (corong masuk) b) Tombol power ditekan, maka motor akan berputar sehingga secara otomatis akan memutar Silinder pemipil, dan proses ini di sebut perontok. c) jagung akan tertarik secara otomatis karena gerutan yang telah dibuat pada masing-masing Silinder. Maka biji jagung dan Bongkolnya yang telah memipil akan keluar melalui saluran keluarnya masing-masing ( chute outlet ). Fakultas Teknik 33 BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor Dalam penelitian ini, motor listrik mempunyai peranan yang sangat vital dalam proses produksi. Sehingga perlu adanya suatu perhitungan yang sangat detail menyangkut beban daya yang akan diterima oleh motor pada saat proses produksi berlangsung. Dengan demikian, dapat ditentukan pula kapasitas motor yang akan dipakai pada mesin perontok/pemipil jagung. Dalam perhitungan daya motor ini terdapat point-point yang perlu didapatkan terlebih dahulu. Misalnya, penggunaan diameter puli motor dan diameter puli Silinder Perontok/pemipil, perhitungan putaran Silinder perontok sehingga dapat memproduksi Pemipil Jagung sesuai yang diinginkan. 4.1.1 Putaran Silinder Perontok/Pemipilan Untuk mengetahui putaran Silinder pada mesin ini, dapat diketahui dengan melakukan perhitungan pada puli penggerak dengan puli yang digerakkan. Hal itu dikarenakan, putaran Silinder Pemipil pada mesin ini terhubung pada puli yang digerakkan oleh puli motor. Untuk mengetahui putaran Silinder Pemipilan, maka dapat dihitung melalui putaran puli yang digerakkan dengan cara sebagai berikut : Fakultas Teknik 34 Gambar 4.1 Puli yang digerakkan Putaran puli penggerak (V1) = 2850 rpm ( sesuai putaran motor) Diameter puli penggerak (D1) = 76.2 mm Diameter puli yang digerakkan (D2) = 254 mm Putaran puli yang digerakkan (V2)….? Maka dengan persamaan berikut akan dapat diketahui putaran silinder pemipil, D1 x V1 = D2 x V2 Sehingga dapat disimpulkan, V2 = D1 X V1 / D2 V2 = 76.2 X 2850 / 254 V2 = 855 rpm jadi putaran silinder perontok/pemipil adalah 855 rpm Fakultas Teknik 35 4.1.2 Beban Motor Dalam pembahasan penelitian ini, kami menganalisa bagaimana menghitung daya yang dibutuhkan guna dapat memproduksi perontok/pemipil jagung. Sehingga dapat menentukan kapasitas motor yang akan dipakai dalam pengoprasian mesin ini. Telah dibahas dalam bab 3 sebelumnya bahwa dalam satuan daya mekanis, Satuan USCS untuk daya = daya kuda = horsepower ( hp ) Satuan SI untuk daya = watt ( W ) 1 daya kuda = 746 watt Untuk dapat mengetahui daya yang dibutuhkan dalam memproduksi pemipil jagung, kami melakukan percobaan pada mesin yang telah dirancang dengan menggunakan motor dengan daya 1 Hp. Sehingga apabila menggunakan persamaan diatas untuk untuk mengetahui daya dalam satuan watt dari motor tersebut yaitu, 1 Hp = 746 watt, Dengan demikian kami dapat menghitung beban maksimal yang dapat diterima oleh motor dengan putaran yang telah diketahui oleh Silinder pemipil melalui putaran perbandingan puli. Sehingga persamaan yang dapat kami gunakan dari bab 3 tentang daya mekanis untuk mengetahui perhitungan daya Fakultas Teknik 36 dengan beban dan putaran dapat diketahui dengan mengabaikan gesekan antar sumbu dan transmisi. Kecepatan sudut beban : w = putaran x radian / 60 Dimana : 1 putaran = 2 π ( 2 x 3.14 ) Momen inersia : I = 0.5 x m x r² Dimana : I = momen inersia ( Kg.m² ) m = Beban ( Kg ) r = jari-jari ( m ) Energi kinetik : E = 0.5 x I x w² Dimana : E = energi kinetik ( joule ) atau daya motor minimum ( watt ) Berikut ini merupakan perhitungan analisa beban maksimal dari motor yang digunakan. Dengan spesifikasi mesin perontok/pemipil jagung sebagai berikut : V1 = 2850 rpm (Putaran puli penggerak) D1 = 76.2 mm (Diameter puli penggerak) D2 = 254 mm (Diameter puli yang digerakkan) V2 = 855 rpm (Putaran puli yang digerakkan) E = 746 watt (daya motor dari 1 hp) Fakultas Teknik 37 r = D2 / 2 >> 254 mm / 2 = 127 mm = 0.127 m Maka, Kecepatan sudut beban : w = putaran x radian / 60 w = 855 x 2 x 3.14 / 60 = 89 radian / detik Momen inersia : I = 0.5 x m x r² I = 0.5 x m x 0.127² I = 0.008 x m Energi kinetik : E = 0.5 x I x w² 746 = 0.5 x 0.8 x m x 89² 746 = 39.6 x 0.008 x m 746 / 399 = 0.008 x m 187= 0.008 x m m = 187 / 0.008 m = 23.1 Kg Sehingga dari perhitungan di atas dapat disimpulkan beban maksimal yang dapat diproduksi oleh mesin pemipil/perontok jagung dengan kapasitas Fakultas Teknik 38 motor 1 hp, dengan ketentuan transmisi yang telah ditentukan yaitu 23.1 Kg/jam. 4.1.3 Analisa Penggunaan Puli Berdasarkan perhitungan-perhitungan diatas maka dapat dibuat tabel putaran Silinder pemipilan serta beban yang sanggup diterima berdasarkan diameter puli yang akan digunakan. Untuk mempermudah dalam perhitungan, dalam analisa ini kami menggunakan 2 puli yang masing-masing berdiameter 10” sebagai puli yang digerakkan dan 3” sebagai puli penggerak. Serta penggunaan motor yang dipakai dengan kapasitas 1 hp. Sehingga dengan ketentuanketentuan yang sudah ditetapkan tersebut maka dapat disimpulkan, NO ɸ PULI (mm) PENGGUNAA DAYA w i m 746 89.49 0.00806 23.1 1068.75 746 111.863 0.00516 23.1 2850 1425 746 149.15 0.0029 23.1 254 2850 570 746 59.66 0.00806 52 50.8 203.2 2850 712.5 746 74.575 0.00516 52 50.8 152.4 2850 950 746 99.4333 0.0029 52 N PULI D1 D2 V1 V2 MOTOR 1 3"x10" 76.2 254 2850 855 2 3"x8" 76.2 203.2 2850 3 3”x6" 76.2 152.4 4 2"x10" 50.8 5 2"x8" 6 2"x6" Gambar 4.2 Tabel analisa penggunaan puli Fakultas Teknik 39 Keterangan : D1 : Diameter puli penggerak (mm) D2 : Diameter puli yang digerakkan (mm) V1 : Putaran motor (RPM) V2 : Putaran Silinder Pemipil (RPM) w : Kecepatan sudut beban (rad/det) i : Momen inersia m : Beban yang diterima (Kg) Daya motor 1 hp = 559,5 watt Berdasarkan gambar 4.2, dapat disimpulkan bahwa : Penggunaan puli penggerak yang tetap sedangkan puli yang digerakkan diubah-ubah, tidak berpengaruh terhadap kekuatan beban maksimal mesin perontok jagung. Namun demikian, berpengaruh pada putaran dari silinder pemipil. Tetapi semakin tinggi putaran silinder pemipil, maka akan perpengaruh pada getaran pada mesin itu sendiri. Semakin kecil puli penggerak, maka semakin besar pula beban maksimal yang akan didapatkan dari mesin perontok jagung. Dan sebaliknya. Semakin kecil RPM putaran puli yang digerakkan, maka semakin kecil pula pada dampak kerusakan akibat getaran yang berlebih yang akan diperoleh mesin perontok jagung. Berdasarkan tabel diatas, maka untuk memperoleh target produksi perontok jagung dapat menggunakan motor dengan kapasitas 1 hp (746 Fakultas Teknik 40 watt) dengan perbandingan puli penggerak 2” dan 3” sedangkan puli yang digerakkan 6”, 8” dan 10”. 4.2 Kerugian Saluran Dalam distribusi arus listrik mesin ini melalui konduktor. Oleh karena distribusi mempunya tahanan, konduktor menjadi panas ketika arus melaluinya. Karena kalor ini hilang ke udara sekeliling, hal ini disebut kerugian saluran. Dengan kata lain, ketika arus mengalir melalui tahanan, tahanan tersebut menjadi panas atau dikatakan bahwa energi listrik diubah kedalam energi kalor. Laju perubahan energi listrik menjadi panas disebut daya dan cara yang biasa untuk menentukan daya ini adalah dengan rumus P = I² R. Dengan perkataan lain, laju pengeluaran energi dalam tahanan adalah sebanding dengan kuadrat arus. Sehingga pada mesin perontok jagung ini, kami mencari penggunaan komponen kelistrikkan yang efisien sehingga dalam aplikasinya dapat mengurangi kerugian saluran yang berlebihan. Penggunaan kabel : Luas penampang kabel : 2 x 2.5 mm² Panjang kabel : 5 m = 5000 mm Penggunaan motor : Type : Disp/Acement;2850 RPM Daya : 0.55 Kw ; 1 hp ; class B Fakultas Teknik 41 Ca : 20 µF/450 V ; Cb : 100 µF/220 V Ip : 44 ; 3.5 A ; 50 Hz Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat dicari kerugian saluran yang terjadi adalah : P = I².R Dimana, P : Kerugian Saluran ( watt ) I : Arus ( A ), ( 3.5A ) R : Tahanan kabel ( Ω ) R . L A R = Tahanan dalam ohm = Tahanan jenis . mm2 , ( Tahanan jenis tembaga : 0.0178 ) m L = Panjang penghantar dalam m, ( 5 m ) A = Luas penampang dalam mm2, ( 2,5 mm2 ) Maka, R = 0.0178 x 5 / 2.5 = 0.04Ω Sehingga, P = 3.52 A x 0.04 Ω Fakultas Teknik 42 P = 12.25 A x 0.04 Ω P = 0.49 watt Jadi kerugian saluran yang terjadi pada mesin perontok jagung ini adalah 0.49 Watt. Maka dapat disimpulkan, penggunaan kabel dengan spesifikasi 2 x 2.52 mm sangat cocok digunakan pada penggunaan mesin ini kerena tidak mengakibatkan drop tegangan pada saat motor dinyalakan. Fakultas Teknik 43 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dengan melihat berbagai faktor untuk mendapatkan hasil akhir dengan baik, sebenarnya kita bisa mengatasi suatu permasalahan dengan baik apabila kita mempunyai perencanaan untuk menanggulangi keadaan yang kita inginkan. perontok/pemipil jagung ini merupakan mesin dengan teknologi tepat guna bagi masyarakat. Dari hasil pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Mesin pemipil jagung banyak memberikan manfaat yang besar pada para pelaku pertanian dalam proses perontok/ pemipilan jagung. 2. Alat dan mesin pemipil jagung dapat meningkatkan produktifitas hasil pipilan. 3. Keunggulan mesin pemipil jagung adalah lebih efisien, cepat dalam pengoperasian,Hemat biaya dan teruji kualitasnya. 4. Kapasitas kerja suatu alat pemipil jagung ditentukan oleh persentase kulit pada jagung, kadar air, kecepatan pemberian (feeding), dan kecepatan putaran alat. Fakultas Teknik 44 5.2 Saran Sebagai saran yang dapat dikemukakan berdasarkan pada hasil perancangan,pembuatan dan pengujian alat,sebagai berikut. 1. Untuk mengoptimalkan fungsi alat ini perlu di perhatikan bahwa jagung yang akan dirontok/pemipil memiliki kadar air yang rendah (kering betul). 2. Perawatan senantiasa dilakukan setelah proses pemipilan dilakukan yaitu pada poros,pembersihan dari sisa sisa hasil pemipilan yang terdapat pada rangka untuk menghindarai terjadi kemacetan bila dilakukan proses selasanjutnya. 3. Alat pemipil jagung sesuai dengan hasil perancangan bahwa kapasitas produksi alat pemipil masih dapat di tingkatkan,salah satu caranya adalah dengan pembesar ukuran alat,selain itu hasil pemipilan masih dapat di tingkatkan dengan cara penyempurnaan sistim pemipilannya,sehingga masih perlu penyempurnaan labih lanjut. Fakultas Teknik 45 DAFTAR PUSTAKA 1. Sularso dan Suga, Kiyokatsu. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta : Penerbit PT. Pradnya Paramita. 2. Stolk, J. ir, dan Kros, C. ir. 1994. Elemen Mesin Elemen Konstruksi Bangunan Mesin. Jakarta: Penerbit Erlangga 3. Lister. 1993. Mesin dan Rangkaian Listrik . Edisi keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga. 4. Achyanto, Djoko, Ir. 1997. Mesin-Mesin Listrik . Edisi terjemahan. Jakarta : Penerbit Erlangga. 5. Kurnia Adi, Witantra. 2006. Tugas Akhir – RL 1585 “ STUDI Perbandingan Kendungan Delta Ferrit Terhadap Ketahanan Korosi Dan Sifat Mekanik Pada Pengelasan Smaw Dan Tig Untuk Material Stainless Steel Tipe 304 Dan 316. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nobember. 6. Sonawan, Hery, Ir. 2010. Perancangan Elemen Mesin. Bandung : Penerbit Alfabeta 7. Oktoviantini Hadi, V. 2010. Analisis kelayakan ekonomi agroindustri emping jagung dalam rangka pengembangan usaha. Universitas Brawijaya fakultas pertanian jurusan sosial ekonomi pertanian program studi agribisnis malang. Fakultas Teknik 46