peran kepemimpinan, komitmen organisasi

advertisement
120
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
PERAN KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI, TRUNOVER
INTENTION, KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN LPD
DESA ADAT TANJUNG BENOA-BADUNG
Ni Nyoman Sunariani1, I Kadek Ryan Ade Deniartha2
ABSTRACT
The purpose of this research is 1) To know and analyze the influence of leadership on
job satisfaction. 2) To know and analyze the influence of organizational commitment to job
satisfaction. 3) To know and analyze the influence of leadership on turnover intention. 4) To
know and analyze the influence of organizational commitment affect turnover intention. 5) To
know and analyze the effects of job satisfaction on turnover intention. 6) To know and
analyze the effect on the performance of the employee turnover intention. 7) To know and
analyze the effects of job satisfaction on employee performance. To answer the main issues
raised in the study of data from 56 employees dukumpulkan Village Credit Institutions (LPD)
Traditional Village Tanjung Benoa Badung. Terkumpulan data have been analyzed with data
analysis techniques Path Analysis with AMOS program version 20. The study found that)
Leadership negatively affect Turnover Intention, means the better the leadership of the lower
turnover intention 2) Leadership positive effect on job satisfaction, better leadership the
higher the job satisfaction of employees 3) organizational commitment negatively affect
turnover intention, the better the employees 'organizational commitment, the lower turnover
intention 4) organizational commitment positive effect on turnover intention, the better the
employees' organizational commitment, the lower turnover intention 5 ) Job satisfaction
positive effect on Trunover intention, the higher the job satisfaction, the lower turnover
intention 6) turnover intention negatively affect employee performance, the higher the
turnover intention, the lower the performance of the employee 7) Job satisfaction positive
effect on employee performance, more high employee satisfaction, the higher the
performance of the employee.
Keywords: leadership, organizational commitment, trunover intention, job satisfaction and
performance
PENDAHULUAN
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi prilaku orang lain. Gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang
dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang
lain, mengingat masing-masing gaya memiliki keunggulan dan kelemahan. Seorang
pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai kemampuan dan kepribadiannya.
Kesesuaian antara gaya kepemimpinan, norma-norma dan kultur atau budaya organisasi
dipandang sebagai prasyarat kunci untuk kesuksesan organisasi. Kultur sebuah organisasi
membentuk perilaku pemimpin dan harapan bawahan. Kebijaksanaan organisasi yang sudah
ditentukan juga mempengaruhi gaya kepemimpinan seorang manajer (Sopiah, 2008 : 119)
Veithzal (2009:860) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya, diantaranya adalah : gaya kepemimpinan,
produktivitas kerja, prilaku, pemenuhan harapan penggajian (kompensasi), dan efektifitas
kerja. Sementara, Robins dan Judge (2007:110) mengatakan variable-variabel yang berkaitan
dengan kerja yang dapat menentukan kepuasan kerja karyawan adalah : kerja yang secara
mental menantang, ganjaran yang pantas, kondisi kerja dan rekan kerja yang mendukung,
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
121
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
pengawasan, kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan.
Sutrisno (2011:291) dalam hasil penelitiannya menggambarkan bahwa kalau suatu
kelompok sudah dibentuk dan disadari bersama adanya interdependensi dan saling
memberikan reward dan mempersepsikan diri sebagai satu kesatuan dalam mencapai tujuan,
tentunya problem organisasi atau perusahaan sebagai suatu kelompok sosial tidak akan
terjadi. Realitanya banyak organisasi dalam perkembangannya mengalami problem yang
muncul akibat munculnya kelompok-kelompok kecil yang tidak membuat organisasi semakin
dinamis, melainkan malah menjadikan keruntuhan organisasi tersebut. Perbedaan peran,
harapan, kepentingan, interdependensi, dan konflik internal yang mengancam kelangsungan
hidup kelompok tersebut. Misalnya memogokan karyawan, absensi yang tinggi turnover tidak
terkendali. Semua ini merupakan gejala yang muncul dan disebabkan oleh ketidakpuasan
karyawan terhadap organisasi. Ini dikarenakan rendahnya komitmen kerja dari para
karyawannya.
Komitmen dapat didefinisikan sebagai upaya mencapai tujuan organisasi dengan
kemauan mengarahkan segala daya untuk kepentingan organisasi dan ketertarikan untuk tetap
menjadi bagian organisasi (Mowday, Steers, dan Porter, dalam Sopiah 2008). Dalam
organisasi, komitmen seringkali dikaitkan dengan kepuasan kerja. Asumsinya semakin tinggi
kepuasan kerja karyawan akan semakin tinggi pula komitmen kerja. Konsep komitmen ini,
dalam phisikologi sosial sangat terkait dengan pertanyaan kenapa orang bergabung dalam
kelompok?. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu termotivasi untuk berinteraksi dengan
manusia lainnya. Seseorang juga termotivasi untuk masuk kelompok karena kelompok bisa
dijadikan alat untuk mencapai keuntungan yang diperoleh di luar kelompk tersebut, misalnya
ingin dekat pejabat, maka ia memasuki organisasi tertentu sehingga bisa berinteraksi dengan
pejabat yang diharapkan. Kalau semua itu akan diperoleh anggota, tentu komitmen terhadap
organisasi akan dicapai.
Dari konsep teori organisasi, telah dijelaskan bahwa komitmen pegawai itu
merupakan hal yang penting bagi organisasi, terutama untuk menjaga kelangsungan dan
pencapaian tujuan. Namun untuk memperoleh komitmen yang tinggi, diperlukan kondisikondisi yang memadai untuk pencapaiannya.
Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai
pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan
kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.
Kepuasan dalam pekerjaan didefinisikan sebagai kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan
dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana
lingkungan kerja. Sementara kepuasan kerja di luar pekerjaan adalah kepuasan yang dinikmati di
luar pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang akan diterima dari hasil kerjanya agar dapat
memenuhi kebutuhan. Dengan demikian, kombinasi kepuasan dalam dan luar pekerjaan adalah
kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap emosional yang seimbang antara balas jasa dengan
pelakasanaan pekerjaannya (Hasibuan,2001:202).
1. Kinerja Karyawan
Istilah kinerja berasal dari kata performance atau actual performance, atau dalam
padanan bahasa ingrisnya adalah performance yang sering diindonesiakan dengan performa.
Menurut The Scribner Bantam English Dictionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada
(1979), kinerja berasal dari akar kata “to perform” dengan beberapa “entries” yaitu ; (1)
melakukan, menjalankan, melaksanakan; (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban atau
suatu niat; (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab; (4) melakukan sesuatu
yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (Veithzal dan Basri, 2005)
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
122
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
Kinerja merupakan hasil pelaksanaan suatu pekerjaan baik bersifat fisik/material
maupun non fisik/non material (Nawawi, 2005). Menurut Mangkunegara (2009:67)
pengertian “kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawa yang telah diberikan
kepadanya. Sedangkan menurut Veithzal dan Sagala (2009:548-549) kinerja merupakan
perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Menurut Notoatmodjo (2009:124) mengatakan bahwa kinerja (performance)
merupakan hasil kerja yang dapat ditampilkan seorang karyawan atau merupakan penampilan
kerja dari seorang karyawan dengan
memiliki kinerja seorang karyawan ini dapat diukur dari hasil kerja, hasil tugas, atau
hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Lebih lanjut dikatakan bahwa kinerja individu
akan dicapai apabila didukung oleh factor individu dari karyawan itu sendiri dan factor
lingkungan atau organisasi kerja itu sendiri. Sedangkan menurut Mas’ud (2004) kinerja
adalah hasil pencapaian dari usaha yang telah dilakukan yang dapat diukur dengan indikatorindikator tertentu. Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan
kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi
dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan
negatif suatu kebijakan operasional yang diambil.
Sementara, Mathis dan Jackson (2009:113) mengatakan bahwa tiga faktor utama
yang mempengaruhi kinerja individu adalah : 1). Kemampuan individu untuk melakukan
pekerjaan, 2). Tingkat usaha yang dicurahkan, dan 3). Dukungan organisasi. Untuk dapat
mencapai kinerja tinggi, maka ketiga komponen tersebut ditingkatkan sampai ketiga
komponen tersebut semuanya berada dalam diri karyawan. Akan tetapi bila salah satu
komponen itu dikurangi atau tidak ada, maka kinerja akan berkurang.
2. Kepemimpinan
Menurut Thoha (2010:31) mengemukakan bahwa ada beberapa pendapat yang
menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada pula pemimpin itu terjadi
karena adanya kelompok-kelompok orang-orang, dan ia melakukan pertukaran dengan yang
dipimpin. Teori lain mengemukakan bahwa pemimpin timbul karena situasinya
memungkinkan ia ada dan teori yang paling mutahir melihat kepemimpinan lewat perilaku
organisasi.
Husman (2008 : 275) mengatakan bahwa : “Kepemimpinan adalah ilmu dan seni
mempengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sedangkan Sutrisno (2009) mengatakan bahwa :
“Kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan seseorang untuk menggerakkan orang lain
dengan memimpin dan mempengaruhi orang lain, untuk melakukan sesuatu agar dicapai hasil
yang diharapkan”.
Faktor Kepemimpinan adalah pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta
diarahkan melalui proses komunikasi ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.
Kepemimpinan menyangkut proses pengaruh sosial yang disengaja dijalankan oleh seseorang
terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas dan pengaruh di dalam kelompok atau
organisasi (Robbin, 2006).
Siagian (2006) berpendapat bahwa peranan para pimpinan dalam organisasi sangat
sentral dalam pencapaian tujuan dari berbagai sasaran yang ditetapkan sebelumnya.
Kepemimpinan mempunyai fungsi sebagai penentu arah dalam pencapaian tujuan, wakil dan
juru bicara organisasi, komunikator, mediator, dan integrator.
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
123
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
3. Komitmen Organisasi
Sopiah ( 2008 : 155 - 57) komitmen kerja sebagai istilah lain dari komitmen
organisasional. Komitmen organisasi merupakan dimensi perilaku penting yang dapat
digunakan untuk menilai kecendrungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi.
Komitmen organisasional merupakan identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat
terhadap organisasi. Komitmen organisasional adalah keinginan anggota organisasi untuk
tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi
pencapaian tujuan organisasi.
Dalam kaitannya dengan komitmen organisasional Mayer dan Allen dalam Sutrisno
(2011:292-293) mengidentifikasikan tiga tema/bentuk berbeda dalam mendifinisikan
komitmen. Ketiga tema tersebut adalah komitmen sebagai keterikatan efektif pada organisasi
(affective commitment), komitmen sebagai biaya yang harus ditanggung jika meninggalkan
atau keluar organisasi (continuance commitment), dan komitmen sebagai kewajiban untuk
tetap dalam organisasi (normative commitmen); a). Continuance commitment dapat
didefinisikan sebagai keterikatan anggota secara psikologis pada organisasi karena biaya
yang dia tanggung sebagai konsekuensi keluar organisasi. Dalam kaitannya dengan ini
anggota akan mengalkulasi manfaat dan pengorbanan atas keterlibatan dalam atau menjadi
anggota suatu organisasi. Anggota akan cendrung memiliki daya tahan atau komitmen yang
tinggi dalam keanggotaan jika pengorbanan akibat keluar organisasi semakin tinggi; b).
Normative commitment adalah keterikatan anggota secara psikologis dengan organisasi
karena kewajiban moral untuk memelihara hubungan dengan organisasi. c). Affective
commitment adalah tingkat keterikatan secara psikologis dengan organisasi berdasarkan
seberapa baik perasaan mengenai organisasi. Komitmen dalam jenis ini muncul dan
berkembang oleh dorongan adanya kenyamanan, keamanan, dan manfaat lain yang dirasakan
dalam suatu organisasi yang tidak diperolehnya dari tempat suatu organisasi yang lain.
Semakin nyaman dan tinggi komitmen seseorang pada organisasi yang dipilihnya.
Mowday dan Minner dalam Sopiah (2008 : 163) menjelaskan bahwa proses
terjadinya komitmen karyawan pada organisasi berbeda. Pada fase awal (initial commitment),
faktor yang mempengaruhi terhadap komitmen karyawan pada organisasi adalah : a).
Karakteristik individu; b). Harapan-harapan karyawan; c). Karakteristik pekerjaan.
4. Turnover Intention
Harnoto (dalam Nasution, 2009) mengatakan bahwa intensi turnover adalah kadar
intensitas dari keinginan untuk keluar dari perusahaan, banyak alasan yang menyebabkan
timbulnya intensi turnover diantaranya adalah keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik.
Jewell & Siegall (1998) mengungkapkan dua faktor penentu pindah kerja yaitu : 1.
Variabel pribadi, penelitian variabel pribadi yang berkaitan dengan pindah kerja didominasi
oleh penyelidikan kepuasan kerja karyawan. 2. Variabel organisasional, sistem penghargaan
dari suatu organisasi adalah pengaruh secara organisasional atau situasional terhadap pindah
kerja. Variabel situasional lain yang telah diteliti dalam konteks ini termasuk gaji,
kesempatan promosi, dan sejauhmana kerja dalam suatu jabatan adalah rutin.
Turnover intention (intensi keluar) adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk
berhenti bekerja dari pekerjaannya (Zeffane, 1994). Menurut Bluedorn dalam Grant et al.,
(2001) turnover intention adalah kecenderungan sikap atau tingkat dimana seorang karyawan
memiliki kemungkinan untuk meninggalkan organisasi atau mengundurkan diri secara
sukarela dari pekerjaanya. Lebih lanjut dijelaskan Mobley, Horner dan Hollingsworth, 1978
dalam Grant et al., (2001) keinginan untuk pindah dapat dijadikan gejala awal terjadinya
turnover dalam sebuah perusahaan. Intensi keluar (turnover intensions) juga dapat diartikan
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
124
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
sebagai pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi. Turnover dapat berupa pengunduran
diri, perpindahan keluar unit organisasi, pemberhentian atau kematian anggota organisasi.
Robbins (1996), menjelaskan bahwa turnover dapat terjadi secara sukarela (voluntary
turnover) maupun secara tidak sukarela (involuntary turnover). Voluntary turnover atau quit
merupakan keputusan karyawan untuk meninggalkan organisasi secara sukarela yang
disebabkan oleh faktor seberapa menarik pekerjaan yang ada saat ini, dan tersedianya
alternatif pekerjaan lain. Sebaliknya, involuntary turnover atau pemecatan menggambarkan
keputusan pemberi kerja (employer) untuk menghentikan hubungan kerja dan bersifat
uncontrollable bagi karyawan yang mengalaminya.
5. Kepuasan Kerja
Sutrisno (2011:74) mengatakan istilah “kepuasan” merujuk pada sikap umum seorang
individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi
menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja.
Robbin, dan Mary (2009:99) mengatakan kepuasan kerja (job satisfaction) dapat
didefinisikan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan
hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang yang memiliki tingkat kepuasan kerja
tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaannya tersebut, sementara seseorang
yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaannya tersebut.
Susilo (2007:156) mengatakan, kepuasan kerja (job satisfacation) adalah keadaan
emosional karyawan di mana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa
kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang
diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Balas jasa kerja karyawan ini, baik yang
berupa finansial ataupun yang non finansial. Bila kepuasan kerja terwujud, akan tercermin
pada perasaan karyawan terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi ataupun
ditugaskan kepadanya dilingkungan kerjanya.
Handoko (2008:193) mengemukakan “kepuasan kerja” (job satisfaction) adalah
keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi para karyawan
memandang pekerjaan mereka”. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya. Ini tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu
yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Mangkunegara (2009:117-119) mengemukakan bahwa: “kepuasan kerja adalah
perasaan menyokong atau tidak menyokong yang dialami karyawan dalam bekerja. Kepuasan
kerja berhubungan dengan variabel-variabel seperti turnover, tingkat absensi, umur, tingkat
pekerjaan, dan ukuran organisasi perusahaan.
METODE PENELITIAN
Untuk menjawab pokok permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini data
dukumpulkan dari 56 orang karyawan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Tanjung
Benoa Badung. Data yang telah terkumpulan dianalisis dengan teknik analisis data Path
Analysis dengan program AMOS Versi 20.
HASIL
1. Pengaruh kepemimpinan terhadap turnover intention
Diterimanya hipotesis pertama yang menyatakan semakin baik kepemimpinan, maka
semakin rendah turnover intention, bermakna bahawa semakin baik model kepemimpinan
yang diterapkan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Tanjung Benoa Badung,
maka semakin rendah perputaran tenaga kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
125
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
dilakukan oleh Bawdy dan Manal (2014) menemukan bahwa kepemimpinan transformasional
berpengaruh negatif terhadap turnover intention. Sartika (2012) juga menyatakan bahwa
kepemimpinan tranformasional memiliki hubungan yang negatif dan signikan terhadap
turnover intention karyawan pada CV. Putra Tama Jaya. Caesary, dkk (2013) menyatakan
bahwa kepemimpinan berpengaruh secara negatif dan siginifikan terhadap turnover intention
pada agent outbound call PT.Infomedia Nusantara.
2. Pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan kerja
Diterimanya hipotesis kedua yang menyatakan semakin baik kepemimpinan, maka
semakin baik kepuasan kerja bermakna bahwa semakin baik model kepemimpinan yang
diterapkan oleh Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Tanjung Benoa Badung,
maka semakin tinggi kepuasan kerja karyawan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rahmi (2014) menemukan bahwa kepemimpinan transformasional
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Athanasios dan Belias (2014)
juga mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap
kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan pada perawat di pusat pelayanan kesehatan
menunjukkan adanya pengaruh yang negatif antara kepemimpinan transformasional dan
kepuasan kerja (Wong, 2007). Emery dan Barker (2007) menyatakan bahwa kepemimpinan
transfornasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Rehman dkk.
(2012) mendapatkan bahwa secara statistik gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh positif
terhadap kepuasan kerja.
3. Pengaruh komitmen organisasi terhadap turnover intention
Diterimanya hipotesis ketiga yang menyatakan semakin tinggi komitmen organisasi,
maka semakin rendah turnover intention, bermakna bahwa semakin baik komitmen
organisasi yang ada di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Tanjung Benoa
Badung, maka semakin rendah perputaran tenaga kerja. Mempertahankan karyawan pada
sebuah perusahaan tidaklah mudah, ada banyak faktor yang mempengaruhi. Moekijat
(2011:80) mengartikan perpindahan sebagai kemauan karyawan untuk meninggalkan suatu
perusahaan untuk perusahaan lain. Agustian (2011:14) terdapat dua faktor yang
mempengaruhi seorang karyawan untuk berhenti bekerja atau bertahan pada perusahaan,
yaitu komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Salah satu faktor yang mendukung seseorang
untuk tetap bertahan dalam sebuah perusahaan adalah komitmen organisasi yang tinggi.
Darmawan (2013:171) menjelaskan komitmen berarti keinginan karyawan untuk tetap
mempertahankan keanggotaanya dalam organisasi dan bersedia melakukan usaha yang tinggi
bagi pencapaian tujuan organisasi. Semakin tinggi komitmen organisasi karyawan, maka
karyawan akan tetap memilih tinggal di perusahaan dan memberikan performance terbaiknya
dengan sepenuh hati bagi perusahaan. Keterlibatan karyawan dalam perusahaan dapat
meningkatkan komitmen organisasi karyawan tersebut. Keterlibatan karyawan dapat
mencakup sumbangsih keputusan dalam membuat kebijakan-kebijakan perusahaan. Sehingga
apapun hasilnya adalah keputusan bersama yang telah disepakati oleh seluruh karyawan.
Komitmen organisasi juga mencakup tentang loyalitas dan rasa memiliki. Ketika karyawan
mempunyai loyalitas dan rasa memiliki yang tinggi pada perusahaan, maka karyawan akan
rela mengorbankan kepentingan pribadinya untuk perusahaan, bahkan tanpa mengharapkan
imbalan yang sepadan. Apabila loyalitas dan rasa memiliki rendah, maka karyawan
cenderung mengundurkan diri dan mencari pekerjaan lain.
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
126
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
4. Pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja
Diterimanya hipotesis keempat yang menyatakan semakin baik komitmen organisasi,
maka semakin tinggi kepuasan kerja karyawan, ini artinya bahwa semakin baik komitmen
karyawan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Tanjung Benoa Badung maka
semakin tinggi kepuasan kerjanya. Begitu pula sebaliknya semakin rendah komitmen
karyawan, maka semakin rendah pula kepuasan kerja karyawan.
Komitmen organisasi dapat didefinisikan sebagai : (1) sebuah kepercayaan terhadap
dan penerimaan tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari organisasi, (2) sebuah kemauan untuk
menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan organisasi, (3) sebuah
keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi (Aranya et al. 2012), sedangkan
kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang sebagai perbedaan
antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang diyakini yang
seharusnya diterima (Robbins, 2006). Komitmen organisasi dan kepuasan kerja adalah dua
hal yang sering dijadikan pertimbangan saat mengkaji pergantian akuntan yang bekerja
(Poznanski dan Bline, 2007).
Penelitian terdahulu mengenai pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja
dikemukakan oleh Cahyono dan Ghozali (2011), dalam penelitiannya menunjukkan
hubungan timbal balik antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi. Dengan
menggunakan teknik Structural Equation Modeling dalam membangun model teoritis dan
menganalisis data dihasilkan kesimpulan bahwa, kepuasan kerja berpengaruh negatif
terhadap komitmen organisasi dan komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap
kepuasan kerja akan tetapi hubungan timbal balik tersebut tidak signifikan.
Penelitian Trisnaningsih (2010) menunjukkan bahwa komitmen organisasional
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Hasil penelitian tersebut didukung
oleh penelitian Bongso dan Prawoto (2012) dalam penelitiannya pada Kantor Akuntan Publik
di Semarang mengenai Analisis Hubungan Tipe Budaya dan Komitmen Organisasi Dengan
Kepuasan Kerja Akuntan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan
antara komitmen organisasi dengan kepuasan kerja.
5. Pengaruh kepuasan kerja terhadap turnover intention
Diterimanya hipotesis ke lima yang menyatakan semakin tinggi kepuasan kerja, maka
semakin rendah turnover intention. Ini artinya bahwa semakin tinggi kepuasan kerja
karyawan maka sangat rendah keinginan karyawan untuk berhenti dari Lembaga Perkreditan
Desa (LPD) Desa Pakraman Tanjung Benoa Badung. Kepuasan kerja pada karyawan
memiliki arti yang sangat penting bagi perusahaan. Menurut Sutrisno (2011:116) Karyawan
yang merasa puas pastinya akan bertahan di perusahaan itu dan mampu bekerja secara
produktif. Ketidakpuasan kerja telah sering diidentifikasikan sebagai suatu alasan yang
penting yang menyebabkan individu meninggalkan pekerjaannya. Novliadi (2007)
mengemukakan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan erat terhadap pikiran untuk
berhenti kerja dan intensi untuk mencari pekerjaan lain. Intensi untuk berhenti pada akhirnya
memiliki hubungan signifikan terhadp turnover sebenarnya. Robbins (2006) menjelaskan
bahwa kepuasan kerja dihubungkan negatif dengan keluarnya karyawan, tetapi faktor-faktor
lain seperti pasar kerja, kesempatan kerja alternatif dan panjangnya masa kerja merupakan
kendala penting untuk meninggalkan pekerjaan yang ada. Penelitian mengenai hubungan
kepuasan kerja terhadap turnover intention yang dilakukan Witasari (2009) pada Hotel
Novotel Semarang juga menghasilkan kesimpulan kepuasan kerja mempunyai hubungan
yang negatif dengan turnover intentions.
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
127
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
6.
Pengaruh turnover intention terhadap kinerja karyawan
Diterimanya hipotesis keenam yang menyatakan semakin tinggi turnover intention,
maka semakin rendah kinerja karyawan, ini artinya bahwa semakin tinggi perputaran
karyawan, maka semakin rendah kinerja karyawan. Begitu pula sebaliknya semakin rendah
perputaran karyawan, maka semakin tinggi kinerja karyawan.
Turnover Intention merupakan sinyal awal terjadinya turnover karyawan di dalam
organisasi. Grant et al., (2001) mengemukakan bahwa turnover intention adalah
kecenderungan sikap atau tingkat dimana seorang karyawan memiliki kemungkinan untuk
meninggalkan organisasi atau mengundurkan diri secara sukarela dari pekerjaanya. Namun
demikian apabila kesempatan untuk pindah kerja tersebut tidak tersedia atau yang tersedia
tidak lebih menarik dari yang sekarang dimiliki maka secara emosional dan mental karyawan
akan keluar dari perusahaan yaitu dengan sering datang terlambat, sering bolos, kurang
antusias atau kurang memiliki keinginan untuk berusaha dengan baik (Russ dan McNeilly,
2005). Penelitian mengenai dampak turnover intention terhadap kinerja karyawan yang
ilakukan oleh Widodo (2010) pada PLN Persero APJ Jogjakarta juga menghasilkan
kesimpulan bahwa turnover intention sendiri berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan.
7. Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan
Diterimanya hipotesis ketujuh yang menyatakan semakin tinggi kepuasan kerja, maka
semakin tinggi kinerja karyawan, ini artinya bahwa semakin tinggi kepuasan kerja karyawan
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Tanjung Benoa Badung, maka semakin
tinggi pula kinerjana. Begitu pula sebaliknya semakin rendah kepuasan kerja, maka semakin
rendah pula kinerjanya. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap individu memiliki
tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada
dirinya. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan sesuai dengan keinginan individu
tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan dirasakan dan sebaliknya. McNeese-Smith
(2006) menguji pengaruh kepuasan kerja karyawan terhadap kinerja karyawan dimana hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa kepuasan kerja karyawan berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan. Ostroff (2012) juga mengemukakan keterkaitan antara kepuasan kerja
dengan kinerja karyawan yang ditunjukkan oleh keadaan perusahaan dimana karyawan yang
lebih terpuaskan cenderung lebih efektif daripada perusahaan-perusahaan dengan karyawan
yang kurang terpuaskan. Hasil studi empiris mengenai pengaruh faktor kepuasan kerja
terhadap kinerja karyawan dilakukan oleh Mahesa (2010) PT Coca Cola Amatil Indonesia
,Central Java, juga menghasilkan kesimpulan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif
terhadap kinerja karyawan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Kepemimpinan berpengaruh negatif terhadap Turnover Intention, artinya semakin baik
kepemimpinan maka semakin rendah turnover intention Lembaga Perkreditan Desa
(LPD) Desa Pekeraman Tanjung Benoa Badung.
2. Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja , semakin baik
kepemimpinan maka semakin tinggi pula kepuasan kerja karyawan Lembaga Perkreditan
Desa (LPD) Desa Pekeraman Tanjung Benoa Badung.
3. Komitmen Organisasi berpengaruh negatif terhadap Turnover Intention, maka semakin
baik komitmen organisasi karyawan maka semakin rendah turnover intention Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) Desa Pekeraman Tanjung Benoa Badung.
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
128
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
4. Komitmen Organisasi berpengaruh positif terhadap Turnover Intention, maka semakin
baik komitmen organisasi karyawan maka semakin rendah turnover intention Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) Desa Pekeraman Tanjung Benoa Badung.
5. Kepuasan Kerja berpengaruh positif terhadap Trunover Intention, maka semakin tinggi
kepuasan kerja maka semakin rendah turnover intention Lembaga Perkreditan Desa
(LPD) Desa Pekeraman Tanjung Benoa Badung.
6. Turnover Intention berpengaruh negatif terhadap Kinerja Karyawan, semakin tinggi
turnover intention maka semakin rendah kinerja kerja karyawan Lembaga Perkreditan
Desa (LPD) Desa Pekeraman Tanjung Benoa Badung.
7. Kepuasan Kerja berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan, semakin tinggi
kepuasan kerja karyawan maka semakin tinggi kinerja kerja karyawan Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) Desa Pekeraman Tanjung Benoa Badung.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disampaikan saran-saran yang dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dari analisis yang telah dilakukan terbukti bahwa kepemimpinan dan komitmen
organisasi mempunyai pengaruh negatif terhadap turnover intention dan berpengaruh
positif terhadap kepuasan kerja karyawan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa
Pakraman Tanjung Benoa Badung. Selain itu juga kepemimpinan, komitmen organisasi
dan kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, namun turnover
intention berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan. Oleh karena itu, pihak
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Tanjung Benoa Badung diharapkan
bisa menerapakan model kepemimpinan demokratik, menciptakan komitmen organisasi
serta meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Selain itu pihak manajemen harus berupa
menekan perputaran tenaga kerja, karena berdampak negatif terhadap kinerja karyawan.
2. Menyadari adanya faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi turnover intention,
kepuasan kerja dan kinerja karyawan selain variabel-variabel yang diteliti dalam model
penelitian ini, maka sudah seharusnya pihak Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa
Pakraman Tanjung Benoa Badung juga memperhatikan faktor-faktor tersebut. Apabila
semua faktor tersebut diperhatikan, dicarikan jalan keluar atau pemecahannya dan bisa
terjadi secara baik dan seimbang, maka turnover intention, kepuasan kerja dan kinerja
karyawan terhadap Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Tanjung Benoa
Badung diharapkan akan semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Augusty T. Ferdinand, A, 2011, “Metodelogi Penelitian Dalam Manajemen”, Badan Penerbit
Universitas Diponogoro, Semarang
Augusty T. Ferdinand, A, 2006, “Structural Equation Modelling Dalam Penelitian
Manajemen”, Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang
Arikunto, Suharsini, 2009, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta.
Augusty T Ferdinand, 2011, Metode Penelitian Manajemen ,Pedoman Penelitian Untuk
Penulisan Skripsi,Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen, UNDIP,Semarang.
Cokroaminoto, 2007, “Membangun Kinerja (Memaknai Kinerja Karyawan),”
Google/15012008/cokroaminoto,wordpress.com/20070523/memaknai-kinerjakaryawan.
Dessler, Gary, 1999, “Manajemen Sumber Daya Manusia” PT. Prenhalindo, Jakarta
Dessler, Gary , 2000, Human Resource Management 8th Edition, New Jersey, Prentice-Hall,
Inc.
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
129
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
Darwito, 2008, Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap kepuasan Kerja dan
Komitmen Organisasi untuk peningkatan Kinerja Karyawan (Studi pada RSUD Kota
Semarang)
Darwanto. 2008, Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja dan
Komitmen Organisasi untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi kasus pada
RSUD Kota Semarang), Tesis Magister Universitas Diponogoro. Semarang
Endang Nur Widyastuti, 2004. Pengaruh Komitmen organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja
Pegawai melalui variable Intervening Kepuasan Kerja pada Dinas Pertanian Kota
Semarang, Tesis Magister Universitas Diponogoro. Semarang
Fuad Mas’ud, 2004, Survai Diagnosis Organisasional, Badan Penerbit Universitas
Diponogoro, Semarang
Fathoni, Abdurrahmat,2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta
Guritno, Waridin, 2005, “Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai Perilaku Kepemimpinan
Kepuasan Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja”, JRBI, Vol.1.
Gibson, Ivancevich dan Donnelly,1993, Organisasi, Terjemahan Djarkasih, Erlangga
______,2010, Organisasi – Prilaku, Struktur, Proses, Jilid1 dan 2, Bina Rupa Aksara
Handoko, Hani T, 2008, “ Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta.
Istijanto,2005, Riset Sumber Daya Manusia, PT Gramedia Puistaka Utama, Jakarta
Luthans, Fred, 1995, “Organizational Behavior”, Seventh Edition, Boston: McGraw-Hill,
Inc.
______,2006, Prilaku Organisasi, Edisi 10, Andi,Yogyakarta
Ma’rifah, Dewi. 2004. Pengaruh Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Pekerja Sosial pada UPT Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur, Tesis Magister
Universitas Airlangga. Surabaya
Masrukhin dan Waridin, 2006, “Penagruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya
Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai”, Jurnal Ekonomi & Bisnis,
Vol. 7, No. 2
Martoyo, Susilo,2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT BPFE Yogyakarta
Rosdakarya, Bandung
Mathis, L Robert dan Jacson, H,John,2009, Human Resource Management, Edisi 10,
(terjemahan), Salemba Empat
Mangkunegara, Prabu Anwar,2009, Evaluasi Kinerja SDM, Refika Aditama, Bandung
Nursiani, 2004, Karakteristik Pembentuk Motivasi Kerja dan Hubungannya dengan Kepuasan
Kerja Pegawai pada Pemerintah Kabupaten Badung Bali, Tesis Program Magister
Manajemen, Universitas Brawijaya, Malang.
Nurjanah. 2008, Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Oganisasi terhadap Komitmen
Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi pada Biro Lingkup
Departemen Pertanain, Tesis Magister Universitas Diponogoro. Semarang
Nawawi, Hadari,2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Gajah Mada University Press
Notoatmodjo,Soekidjo,2009, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta,Jakarta
Parwanto, 2006, Pengaruh Faktor-faktor Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Pusat
Pendidikan Komputer Akuntansi IMKA di Surakarta, Tesis Universitas Muhamadyah
Surakarta
Robbins, Stephen P, 2006, “Perilaku Oganisasi, Edisi kesepuluh, PT Indeks Jakarta.
Ratna Kusumawati. 2008, Analisis Pengaruh Budaya Oganisasi dan Gaya Kepemipinan
terhadap Kepuasan Kerja untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi kasus pada
Rumah Sakit Roemani Semarang), Tesis Magister Universitas Diponogoro. Semarang
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
130
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
Robbins, Stephen P, dan Coulter, Mary,2009, Manajemen, Edisi Kedelapan, buku1 dan buku
2
Siagian, Sondang P. (2006) Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara
_______, (2008), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara
______, 2006, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta
Sopiah,2008, Perilaku Organisasional, Andi Offset Yogyakarta
Sutrisno,2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 3, Fajar Interpratama
______. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Remaja
Sedarmayanti,2009, Manajemen Sumber Daya Manusia – Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Refika Aditama
Sutrisno Edy,2011, Budaya Organisasi, Edisi 2, Kencana Jakarta
Sutrisno Edy,2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 3, Kencana Jakarta
Timpe, A.Dale,2002, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia – Kinerja, Elex Media
Komputindo
Thoha Miftah,2010, Kepemimpinan dalam Manajemen, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Usman Husman,2008, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Veithzal Rivai, 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Kedua PT Rajagrafindo
Persada, Jakarta.
Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi Mohd Basri, 2005, Performance Appraisal : Sistem yang
Tepat Untuk Menilai Kinerja Pegawai dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan,
Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
Veithzal Rivae, Veitzal dan Sagala, Jauvani Ella,2009, Manajemen Sumberdaya Manusia,
Rakjawali Pers, Jakarta
Wirawan,2008, Budaya dan Komitmen organisasi Teori Aplikasi dan Penelitian, Salemba
Empat, Jakarta
_______,2009, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia – Teori, Aplikasi dan Penelitian,
Salemba Empat , Jakarta
Wibowo,2009, Manajemen Kinerja, Rajawali Pers, Jakarta
_______,2010, Budaya Organisasi, Rajawali Pers, Jakarta
Wijono. Sutarto,2010, Psikologi Industri dan Organisasi, Kencana Jakarta.
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Download