PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TEKNIK BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V MI. ATH-THOYYIBIYYAH KALIDERES JAKARTA BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Program Kualifikasi S1 Kependidikan Islam dan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan oleh IDAH SAIDAH FIKRIYAH NIM. 801118300093 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 ABSTRAK IDAH SAIDAH FIKRIYAH, 801118300093: Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Penerapan Teknik Bermain Peran. Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat, Skripsi Jakarta: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Kata Kunci: Kemampuan Berbicara, Teknik bermain peran Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan teknik bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah yang berjumlah dua puluh enam orang yang terdiri 13 orang laki-laki dan 13 orang perempuan, tahun pelajaran 2013/1014. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertempat di kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap tindakan terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya. Peneliti melakukan kerjasama dengan guru kelas V yang bertindak sebagai observer dalam penerapan teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V yang masih sangat rendah. Pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan atau observasi, catatan lapangan, jurnal siswa, dokumentasi, dan instrumen tes. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan niai rata-rata kemampuan berbicara siswa melalui penerapan teknik bermain peran yang diketahui pada siklus I (69,42) mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,50 dengan persentase rata-rata skor pada siklus I sebesar 58.33 meningkat pada siklus II menjadi 72.54 yang berarti bahwa tindakan ini telah melebihi KKM sebesar 70. Peningkatan juga terjadi terhadap aktivitas siswa dalam kemampuan berbicara dan berada pada kategori “sangat baik.” Seluruh siswa memberikan respons yang baik dalam pembelajaran kemampuan berbicara dan pada saat tugas kelompok yang diberikan guru. Kegiatan melalui teknik bermain peran memotivasi siswa untuk berani maju ke depan kelas saat memainkan naskah drama dengan lafal dan intonasi yang benar, dan untuk belajar lebih baik dalam menggunakan dan mengucapkan kalimat dengan bahasa Indonesia serta meningkatkan hasil belajar siswa. Kemampuan berbicara siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah melalui teknik bermain peran meningkat, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan teknik bermain peran dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan hasil belajar siswa serta upaya peningkatan mutu pendidikan di SD/MI, khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. iii ABSTRACT IDAH SAIDAH FIKRIYAH, 801118300093: The Role’s Playing Technique to Increase Conversing Competence. Classroom Action Research in V grade of Islamic Elementary School ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres, West Jakarta. Jakarta Thesis: Education of Islamic School Teacher, Faculty of Tarbiyah and Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Keywords: Speech, Role’s Playing Technique This study aims to determine whether the application of role’s playing technique can improve student’s speaking abilities in V grade of Islamic Elementary School Ath-Thoyyibiyyah in Bahasa Indonesia subject. The subjects were all V grade student of Islamic Eelementary School Ath-Thoyyibiyyah numbering 26 persons, comprising 13 boys and 13 girls. 2013/2014 academic year. This research uses Classroom Action Research (CAR) which is place in V grade of Islamic Elementary School Ath-Thoyyibiyyah, Kalideres, West Jakarta. This research was conducted in two cycles, each action consist of four actions: planning, implementation, observation and reflection. The reflection results are created to plan further action. Researcher is working with fifth grades teachers who acted as an observer in the application of role-playing techniques to improve speaking skill of fifth grade student who are still very low. Data collection is the result of observation, field notes, student journals, documentation and test instruments. The result showed the increase of speaking skill of student through the application of techniques that are known to role-playing in the first cycle (69.42) experienced an increase at cycle II to 80.60 with an average percentage score on the first cycle 58.33% and increasing into 72.54% in cycle II, which mean that this action has been exceeded by 70 KKM also occurred on the activities of students in the ability to speak and in the category “very good”. All students respond well in learning speech and by the time the task group by teacher. Activities through role-playing techniques is to motivate the students to come forward when playing a play class with correct pronunciation and intonation, and to learn better in use and pronounce sentences with Indonesian and improve student learning outcomes. The activity of role-playing technique can be utilize to improve the ability to speak and student learning outcomes as well as efforts to improve the quality of education in elementary grade, especially in learning Bahasa Indonesia subject. iv KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi penyayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Teknik Bermain Peran Pada Siswa Kelas V MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat.” Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman kecerdasan. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis baik berupa moral maupun material, Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph, D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Fauzan, MA., sebagai ketua jurusan PGMI. 3. Dindin Ridwanuddin, M.Pd., Sebagai Koordinator program Dual Mode Sistem 4. Dra. Hindun, M.Pd., sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan membantu penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk terselesaikannya skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan Ilmu Pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 6. Iwan Ridwan, S.Pd.I., Sebagai kepala sekolah MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian. iviv 7. Elis Maesaroh., selaku guru kelas V yang telah membantu penulis dalam penelitian untuk mengambil data. 8. Guru-guru dan karyawan MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat, terima kasih atas dukungannya. 9. Seluruh siswa kelas lima MI. ATH-THOYYIBIYYAH yang telah setia menerima pembelajaran kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran dan dapat bekerja sama dengan baik. 10. Ayahanda (almarhum) Prof. Zainal Abidin Fikri dan Ibunda (almarhumah) Euis Robiatul Adawiyyah yang dirahmati Allah, semoga Dia menempatkannya di surga-Nya yang luas. 11. Suami tercinta Iwah Wahyudih, anak-anakku tersayang Zibran Aldais Fikri dan Airis Azzahra yang selalu mendoakan penulis untuk tetap semangat untuk menuntut ilmu, dan memberikan cinta kasih serta dukungan dan saran baik moral maupun material 12. Sahabat-sahabat terbaikku, Royanih dan Yayan Suryanah yang selalu menjadi penyemangat dan setia menemani penulis baik susah maupun senang, serta teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat kepada penulis, semoga Allah selalu melindungi kita semua. Penulis berdoa untuk semua pihak yang telah membantu dengan kebaikan dan ketulusan mendapat balasan dan menjadi ladang amal disisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, meskipun skripsi ini masih banyak kekurangan, amin. Jakarta, 3 Mei 2014 Penulis Idah Saidah Fikriyah NIM. 801118300093 viv DAFTAR ISI SAMPUL LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………… i LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH……………………… ii ABSTRAK………………………………………………………………. iii KATA PENGANTAR…………………………………………………. iv DAFTAR ISI…………………………………………………………… v DAFTAR TABEL……………………………………………………… vi DAFTAR GAMBAR………………………………………………….. vii BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah……………………………………….. 1 B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 6 C. Batasan Masalah………………………………………………. 6 D. Rumusan Masalah……………………………………………… 7 E. Tujuan Masalah………………………………………………… 7 F. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 7 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Hakikat Kemampuan Berbicara……………………………….. 8 1. Pengertian kemampuan……………………………………. 8 2. Pengertian Berbicara………………………………………. 8 3. Pengertian Kemampuan Berbicara………………………… 10 4. Tujuan Berbicara…………………………………………… 11 5. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara…………… 11 6. Jenis-jenis Berbicara………………………………………... 13 vv 7. Teknik Berbicara……………………………………………. 13 B. Hakikat Teknik Bermain Peran…………………………………. 15 1. Pengertian Teknik…………………………………………… 15 2. Pengertian Bermain Peran…………………………………… 15 3. Pengertian Teknik Bermain Peran…………………………… 16 4. Langkah-langkah Teknik Bermain Peran……………………. 16 C. Hasil Penelitian yang Relevan…………………………………… 19 D. Kerangka Berpikir……………………………………………….. 21 E. Hipotesis Tindakan………………………………………………. 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………… 23 A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………. 23 1. Tempat……………………………………………………….. 23 2. Waktu……………………………………………………….. 23 B. Metode Penelitian dan Rancangan……………………………… 23 C. Subjek/Partisipan dalam Penelitian…………………………….. 27 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian…………………….. 27 E. Tahap Intervensi Tindakan…………………………………….. 28 1. Rencana Tindakan…………………………………………. 28 2. Pelaksanaan Tindakan……………………………………… 29 3. Pengamatan………………………………………………… 29 4. Refleksi ……………………………………………………. 30 F. Hasil Intervensi Tindakan……………………………………… 30 G. Data dan Sumber Data………………………………………… 31 H. Instrument Pengumpulan Data………………………………… 31 1. Instrument Tes…………………………………………….. 32 2. Instrument Non Tes……………………………………….. 33 a. Lembar Observasi……………………………………… 33 b. Catatan Lapangan……………………………………… 35 c. Jurnal Siswa……………………………………………. 36 d. Dokumentasi …………………………………………… 37 viv I. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… 37 J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi……………………... 37 K. Analisis Data dan Interpretasi Data……………………………… 38 L. Pengembangan Perencanaan Tindakan………………………….. 39 BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………….. 40 A. Profil Sekolah……………………………………………….. 40 1. Gambaran Umum MI. Ath-Thoyyibiyyah………………. 40 2. Status Akreditasi………………………………………… 42 3. Keadaan Guru…………………………………………… 43 4. Keadaan Siswa………………………………………….. 44 B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan.. 44 1. Informasi Awal Kemampuan Siswa dalam Berbicara…… 45 2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I……………….. 47 3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II………………. 59 C. Analisis Data………………………………………………… 69 1. Hasil Analisis Data……………………………………… 69 2. Analisis Data Nilai Postest……………………………… 75 3. Interpretasi Hasil Analisis………………………………. 76 D. Pembahasan tentang Penemuan…………………………….. 76 1. Deskripsi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran…… 76 2. Hasil Analisis Catatan Lapangan dan Jurnal Siswa dalam Pembelajaran……………………………………. 78 BAB V PENUTUP………………………………………………………. 82 A. Kesimpulan………………………………………………….. 82 B. Saran………………………………………………………… 82 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 84 LAMPIRAN vii v DAFTAR TABEL Tabel 1 : Keadaan Guru MI. Ath-Thoyyibiyyah………………………… 43 Tabel 2 : Jumlah Siswa MI. Ath-Thoyyibiyyah…………………………. 44 Tabel 3 : Jumlah Siswa Kelas I s.d. Kelas VI MI. Ath-thoyyibiyyah Tahun Pelajaran 2013/2014…………………………………… 44 Tabel 4 : Hasil Nilai Awal Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V...…… 45 Tabel 5 : Hasil Nilai Postest Kemampuan Berbicara Siswa Berbicara Kelas V siklus I…………………………………………………. 56 Tabel 6 : Rata-rata Skor Penilaian Siswa terhadap guru pada siklus I pertemuan kedua……………………………………………… 58 Tabel 7 : Hasil Nilai Postest Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V siklus II……………………………………………………….. 66 Tabel 8 : Rata-rata Skor Penilaian Siswa terhadap guru pada siklus II pertemuan kedua……………………………………………. Tabel 9 : Penilaian Nilai Awal Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V.. 68 70 Tabel 10 : Penilaian Nilai Postest Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V siklus I………………………………………………….…….. 71 Tabel 11 : Penilaian Nilai Postest Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V siklus II………………………………………………….……. 73 Tabel 12 : Perbandingan Kemampuan Berbicara siswa kelas V ……....… 75 vi vi Tabel 13 : Hasil rata-rata skor aktivitas siswa dalam pembelajaran……… 76 Tabel 14 : Hasil penilaian kemampuan Berbicara secara kelompok kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah…………………………..…… 79 Tabel 15 : Penilaian kemampuan Berbicara secara kelompok pada kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah siklus I…………………..…… 79 Tabel 16 : Penilaian kemampuan Berbicara secara kelompok pada kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah siklus I…………………..…… 80 vii vi DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Siklus Penelitian Tindakan kelas…………………………….. 28 Gambar 2 : Struktur Organisasi MI. Ath-thoyyibiyyah…………………… 42 Gambar 3 : Kegiatan Belajar Mengajar……………………………………. 51 vii 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional karena berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa. Dikatakan demikian karena Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang memiliki beragam suku bangsa yang masing-masing suku bangsa tersebut memiliki bahasanya sendiri. Agar setiap suku yang memiliki perbedaan bahasa tersebut dapat saling berkomunikasi maka dibutuhkan satu bahasa yang dapat dimengerti oleh setiap suku bangsa tersebut yaitu bahasa nasional Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, pelajaran Bahasa Indonesia harus diajarkan dari tingkat pendidikan terendah sampai yang tertinggi, sehingga mereka mampu bersosialisasi dan berkomunikasi ketika mereka berada dalam kelompok masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 7 ayat 2 yang berbunyi ”Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/ Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani”.1 Selanjutnya, pasal 7 ayat 3 yang berbunyi ”Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/ SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan”.2 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan, h. 6 2 Ibid., 1 2 Dalam peraturan pemerintah di atas jelas dikatakan bahwa Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di tingkat MI/SD. Selain itu pelajaran Bahasa Indonesia juga merupakan pelajaran yang memiliki peranan penting karena mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang menentukan kelulusan seorang seorang peserta didik karena merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN) tingkat MI/SD. Kurangnya motivasi dan partisipasi siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya berbicara, mengakibatkan rendahnya tingkat daya serap siswa, terkadang siswa tidak berani mengungkapkan perasaan, mengajukan pendapat maupun memberikan saran terhadap masalah yang dilihat maupun dihadapi. Guru hendaknya mampu mengatasi hal-hal yang kurang tepat, misalnya ada seorang siswa yang berani berbicara namun kalimat yang diucapkannya membuat teman yang lain menertawakannya. Guru harus mengatasi hal ini, karena jika tidak diatasi akan membuat siswa merasa mengucapkan kata-kata atau kalimat yang salah dan dia tidak akan berani lagi untuk berbicara karena merasa takut salah berbicara. Siswa pada tingkat sekolah dasar sebenarnya senang berbicara, mereka mengeluarkan kata-kata dan kalimat sesuai dengan tingkat umur mereka bahkan terkadang kata-kata dan kalimat yang diucapkan berlebihan dan tidak baik. Guru hendaknya menyarankan dan membimbing mereka ke hal-hal yang positif. Di sinilah peran guru dibutuhkan untuk menjadi penyimak yang baik apabila terdapat siswa yang mengungkapkan perasaan, mengajukan pendapat dan gagasan serta pesan. Dalam hal ini karakter siswa berbeda-beda, ada siswa yang lebih berani berbicara, maka sebagai guru hendaknya tidak sungkan memberikan pujian kepada siswa yang bersangkutan agar merasa senang, sedangkan untuk siswa yang masih mengalami kesulitan dalam berbicara, guru harus dapat memberikan motivasi agar siswa yang bersangkutan tidak merasa ditinggal. Kenyataannya, bahwa pelajaran Bahasa Indonesia di MI. ATHTHOYYIBIYYAH menunjukkan nilai yang masih di bawah Standar 3 Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM=70). Penyebabnya adalah kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran, kemampuan siswa untuk mengungkapkan dan mengekspresikan gagasan atau pendapatnya dalam bentuk lisan maupun tulisan masih rendah, hal ini terlihat berdasarkan data hasil observasi awal berikut: No Nama Siswa Nilai 1 Aida R 73 2 Ahmad Z 36 3 Ari A 36 4 Arifin A 43 5 Bustanil A 93 6 Desti S 53 7 Erna D.Y 76 8 Fatiya A 93 9 Gunawan 33 10 Hana O 76 11 Hesti Y 60 12 Iyad N 56 13 Rusdianah 56 14 Mario F 60 15 Mardianto 33 16 Septiadi 46 17 Nurafni 73 18 Rahman H 33 19 Rahma W 73 20 Reskina 56 21 Syahrohman 60 22 Siti Z 56 23 Siti Y 66 24 Tia 46 4 25 Winanda S 46 26 Fiki J 63 Berdasarkan data diatas, hanya ada tujuh siswa yang telah mencapai KKM sisanya masih memperoleh nilai dibawah KKM. Data Aktivitas Siswa pada saat Observasi Awal No Kategori Pengamatan Skor Penilaian 1 Siswa memberikan respon positif selama pembelajaran berlangsung 2 2 Siswa memperhatikan dan penjelasan guru dengan baik 2 3 Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan 2 4 Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru 2 5 Siswa sering memotivasi dan membantu kelompoknya dalam mengerjakan tugas kelompok 1 6 Siswa mengerjakan tugas kelompoknya dengan serius 1 7 Siswa memiliki tanggung jawab dan kerja sama dalam kelompoknya 1 8 Siswa mengikuti pembelajaran sampai akhir Jumlah skor 3 keterangan: Skala penilaian rata-rata tiap aspek: 1. Sangat kurang baik 2. Kurang baik 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat Baik menyimak dari awal 14 5 Skala penilaian keseluruhan 8-15 = prestasi kurang baik 16-21 = prestasi kurang 22-27 = prestasi cukup 28-33 = prestasi baik 34-40 = prestasi sangat baik Berdasarkan data aktivitas siswa pada observasi awal di atas, diperoleh skor 14 yang menunjukkan bahwa “prestasi kurang”. Berbicara untuk seseorang merupakan penyampaian kesan-kesan batinnya, seseorang dapat mengungkapkan kembali apa-apa yang didengar atau dibacanya. Sesorang yang berani dan membiasakan berlatih berbicara merupakan orang yang memiliki kecakapan dalam berbicara. Sebaliknya seseorang yang tidak mau berlatih dan hanya diam saja tidak berani menuangkan ide dan gagasan serta pendapatnya tidak akan mempunyai kemampuan berbicara. Dilihat dari pendapat di atas bahwa berbicara harus dipraktikkan dan bukan masalah hafalan. Untuk siswa kelas lima biasanya mereka berbicara banyak walaupun kata-katanya belum teratur, namun mereka belum berani mengungkapkannya di depan kelas dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, peran seorang guru dalam pengajaran berbicara sangat penting. Seorang guru harus mampu memadukan pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Dari latar belakang di atas perlu dicari alternatif lain sebagai upaya meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal ini mengingat pentingnya pengajaran berbicara sebagai salah satu usaha meningkatkan kemampuan berbahasa lisan di tingkat sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah, sehingga penulis menggunakan teknik pengajaran berbicara yaitu teknik bermain peran. Dipilihnya teknik bermain peran ini diharapkan mampu mengajak siswa untuk berbicara. Dengan teknik ini, diharapkan mereka dapat termotivasi untuk berbicara di depan kelas. Diharapkan juga siswa tidak perlu merasa takut salah atau malu dalam berbicara karena guru masih memberikan bimbingan untuk membacakan 6 cerita yang ditulis guru, mereka juga dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Disamping itu, diharapkan pula agar mereka mempunyai keberanian dalam berkomunikasi. Apalagi pada umumnya siswa kelas lima sudah pandai membaca dan dapat memperhatikan penjelasan guru. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TEKNIK BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V DI MI. ATH-THOYYIBIYYAH KALIDERES JAKARTA BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul dan yang dapat diteliti yaitu: 1. Keterlibatan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran masih kurang. 2. Kemampuan siswa untuk mengungkapkan dan mengekspresikan gagasan atau pendapatnya dalam bentuk lisan maupun tulisan masih rendah. 3. Prestasi belajar bahasa indonesia yang belum mencapai KKM C. Batasan Masalah Supaya penelitian ini lebih terarah dan terfokus serta sesuai dengan keterbatasan penulis dalam hal waktu, tenaga, biaya, maka perlu ada pembatasan masalah. Atas dasar pertimbangan tersebut, penelitian ini dibatasi hanya berusaha meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan teknik bermain peran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V MI. ATHTHOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014. 7 D. Rumusan Masalah Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran pada siswa kelas V di MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran pada siswa kelas V MI. Ath-thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat tahun Pelajaran 2013/2014. F. Manfaat Penelitian 1. Secara teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang teknik pembelajaran bahasa Indonesia 2. Secara praktis a. Bagi peserta didik Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa, serta membuat siswa lebih senang belajar Bahasa Indonesia karena teknik ini mengajak peserta didik untuk bermain dan menyenangkan. b. Bagi peneliti Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam menerapkan teknik bermain peran pada pelajaran Bahasa Indonesia sehingga dapat memperbaiki kinerja pembelajaran Bahasa Indonesia tentang kemampuan berbicara. c. Untuk sekolah Penelitian ini dapat menjadi bahan dalam pengembangan dan perbaikan kurikulum tentang teknik belajar yang inovatif. BAB II LANDASAN TEORETIS A. Hakikat Kemampuan Berbicara 1. Pengertian Kemampuan Pada dasarnya setiap manusia memiliki kemampuan, baik keadaannya normal maupun ada kekurangan dalam dirinya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia mampu berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan.1 Mohammad Zain dalam Milman Yusdi mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Selanjutnya Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.2 Kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.3 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau keberdayaan seseorang dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. 2. Pengertian Berbicara Istilah berbicara pastinya sering didengar bahkan sudah sering pula dipraktikan, seperti mengucapkan salam saat akan memulai pembelajaran, 1 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2008), Ed. IV, Cet. 1, h. 869 2 Nasrianti Burhan, Pengertian Kemampuan, diakses 30 maret 2014, pukul 22.54 WIB, http://nasriantiburhan.blogspot.com/2013/01/pengertian-kemampuan.html 3 Ibid., 8 9 berbicara saat menjelaskan materi pelajaran, dan memberikan sambutan saat upacara bendera ataupun saat acara kenaikan kelas. Kridalaksana yang dikutip oleh Solchan TW dan kawan-kawan, berbicara adalah “berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding.”4 Seseorang yang berbicara berarti dia berkata, mengucapkan suatu kalimat, dia bercakap ketika dihadapannya ada orang lain, ketika bekerja kelompok dia memberikan dan mengeluarkan pendapatnya. Berbicara bagi seseorang sebagai media untuk berkomunikasi kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan. Tarigan yang dikutip oleh Hindun mengungkapkan bahwa berbicara adalah “kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, perasaan dan gagasan.”5 Berbicara dapat pula diartikan sebagai kemampuan menyampaikan ide, gagasan, pikiran, atau perasaan dengan tujuan tertentu, yaitu agar pesan yang disampaikan dapat dipahami atau diterima oleh pendengarnya.6 Dengan demikian berbicara merupakan sebuah aktivitas. Yeti Mulyati dan kawan-kawan menyampaikan bahwa berbicara adalah “aktivitas ketika proses encoding si pengirim mengubah menjadi bentukbentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi yang diucapkan, selanjutnya pesan yang diformulasikan dalam bunyi-bunyi (bahasa lisan) tersebut disampaikan kepada penerima.”7 Kemudian Burhan Nurgiantoro berpendapat bahwa berbicara adalah “aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan.”8 Untuk dapat berbicara dengan baik seseorang harus menggunakan bahasa yang baik. Ia harus menguasai lafal, struktur, dan kosakata bahasa. Awalnya seseorang mendengar bunyi4 Solchan TW, dkk, Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia di SD Modul 2, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. 3, h. 11.9 5 Hindun, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakterdi Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar, (Depok: Nufa Citra Mandiri, 2013), h. 193 6 Ibid., h. 194 7 Yeti Mulyati, dkk, Materi Pokok Keterampilan Berbahasa Indonesia Modul 1-9, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), Cet. 1, h. 1.4 8 Burhan Nurgiantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: BFEE Yogyakarta, 2012), ed. 1, Cet. 3, h. 399 10 bunyian kemudian ia belajar mengucapkan dan akhirnya ia mampu untuk berbicara, setelah ia mendengar dan berlatih mengucap. Berbicara merupakan kompetensi berbahasa yang bersifat produktif. Burhan pun berpendapat bahwa “berbicara merupakan kemampuan yang menuntut kegiatan encoding. Yaitu, kegiatan untuk menghasilkan (baca: menyampaikan) bahasa kepada pihak lain, baik secara lisan maupun tertulis.”9 Akhirnya dapat dipahami bahwa berbicara adalah proses komunikasi dengan orang lain untuk mengungkapkan ide, pikiran dan isi hati secara lisan atau langsung maupun tulisan atau secara tertulis. Berbicara merupakan bahasa yang produktif, karena berbicara merupakan kegiatan menyampaikan gagasan, pikiran, perasaan, pesan atau informasi secara langsung. 3. Pengertian Kemampuan Berbicara Kemampuan berbicara adalah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh seseorang, selain sebagai langkah untuk berkomunikasi, kemampuan berbicara juga merupakan kemampuan yang harus terus dikembangkan. Kemampuan berbicara yang baik adalah “kecakapan seseorang dalam menyampaikan sebuah informasi dengan bahasa yang baik, benar dan menarik agar dapat dipahami pendengar.”10 Kemampuan berbicara sangat dibutuhkan oleh setiap orang, baik di sekolah maupun di luar sekolah. “kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan mode ekspresi yang digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai.”11 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan menyampaikan sebuah informasi secara langsung atau lisan 9 Ibid, h. 397 Yeni Ernawati, Teknik Pengajaran Berbicara, diakses Minggu, 30 Maret 2014, pukul. 23.49, http://duniayeniernawati.blogspot.com/2011/05/teknik-pengajaran-berbicara.html 11 Bintang Kecil Delapan, Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara, diakses Senin, 31 Maret 2014, pukul. 07.00 WIB, http://bintangkecildelapan.blogspot.com/2012/03/strategimeningkatkan-kemampuan.html. 10 11 dengan bahasa yang baik, benar dan menarik serta sesuai dengan aspek kebahasaan dan non kebahasaan. 4. Tujuan Berbicara Tujuan utama berbicara adalah “untuk meyampaikan pikiran secara efektif, kemudian mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya.”12 Henry Guntur Tarigan mengemukakan bahwa tujuan utama berbicara adalah “untuk berkomunikasi.”13 Selanjutnya Solchan TW dan kawan-kawan mengemukakan bahwa pembelajaran berbicara di kelas tinggi bertujuan untuk 1) memupuk keberanian siswa, 2) mengungkapkan pengetahuan dan wawasan siswa, 3) melatih siswa menyanggah/menolak pendapat orang lain, 4) melatih siswa berpikir logis dan kritis, dan 5) melatih siswa menghargai pendapat orang lain.14 Adapun tujuan pembelajaran di kelas rendah, antara lain 1) melatih keberanian siswa, 2) melatih siswa menceritakan pengetahuan dan pengalamannya, 3) melatih menyampaikan pendapat, 4) membiasakan siswa untuk bertanya.15 Dari penjelasan mengenai tujuan berbicara di atas, maka dapat dipahami bahwa tujuan berbicara adalah tujuan komunikasi, interaksi dan hubungan dengan orang lain untuk melahirkan buah pikiran dan perasaan dengan ucapan yang sederhana, sopan dan jelas dan dengan lafal kalimat bahasa Indonesia yang sesuai dengan intonasi dan konteksnya. 5. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara Dalam pembinaan kemampuan berbicara, hal yang perlu diperhatikan guru dalam keefektifan berbicara berdasarkan pendapat Setyawan Pujiono ada dua faktor yaitu: faktor kebahasaan (faktor yang terkait dengan bahasa) dan faktor 12 Sri Wahyuni, Jauharoti Alfin, Muhammad Thohri, Bahasa Indonesia 1, (Surabaya: LAPISPGMI, 2008), h. 4.10 13 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008), ed. Revisi, Cet. 1, h. 3 14 Solchan TW, Op.cit,h. 11.21 15 Ibid, h. 11.20 12 non kebahasaan (faktor yang terkait dengan teknis pelaksanaan penyampaian materi pembicara). 1) Faktor kebahasaan, mencakup: a) Ketepatan ucapan (tata bunyi) Seseorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyibunyi bahasa secara tepat. b) Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi Kesesuaian penempatan atau penggunaan tekanan, nada, sendi, atau tempo dan durasi akan menjadi daya tarik tersendiri dalam pembicaraan. c) Pilihan kata (diksi) Dalam berbicara, pilihan kata yang dilakukan hendaknya yang tepat, jelas dan bervariasi. Jelas maksudnya nudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pilihan kata dalam sebuah pembicaraan juga harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara atau berkomunikasi. Komunikasi akan berjalan lancer dan baik apabila kata-kata yang digunakan pembicara dapat dipahami pendengar dengan baik. d) Kalimat efektif untuk berbicara Berbicara pada hakikatnya adalah menyampaikan kalimat-kalimat. Kalimat yang benar adalah kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, yaitu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku.16 2) Faktor non kebahasaan, mencakup: a) b) c) d) e) f) Sikap yang wajar dan tenang Melakukan kontak mata dengan audiens Gerak dan mimik Kenyaringan suara Kelancaran Penalaran17 Dari faktor-faktor penunjang keefektifan tersebut berbicara tersebut dapat dikatakan bahwa faktor non kebahasaan yakni kelancaranlah yang mempermudah pendengar dalam menerima atau menangkap isi pembicara, dengan kelancaran itu seseorang akan mampu menarik simpati lawan bicaranya. 16 Setyawan Pujiono, Terampil Menulis Cara Mudah dan Praktis Dalam Menulis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), ed. 1, Cet. 1, h. 87-89 17 Ibid., 13 6. Jenis-jenis Berbicara Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi ke dalam dua jenis, yaitu berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi. 1) Berbicara di muka umum Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut a) Berbicara dalam situasi yang bersifat memeberitahukan atau melaporkan, bersifat informatif (informative speaking) b) Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau meyakinkan (persuasive speaking) c) Berbicara dalam situasi yang merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberate speaking) 2) Diskusi kelompok Berbicara dalam kelompok mencakup kegiatan berikut ini a) Kelompok resmi (formal) b) Kelompok tidak resmi (informal) 3) Prosedur parlementer 4) Debat18 Berdasarkan penjelasan di atas, berbicara mempunyai ruang lingkup yang berbeda tergantung pada pendengarnya. Berbicara di muka umum berarti ruang lingkupnya lebih luas, sedangkan berbicara pada konferensi ruang lingkupnya terbatas. 7. Teknik Berbicara Sebagai seorang guru sebenarnya berbicara di muka umum merupakan hal biasa. Hanya saja, berbicara di hadapan peserta didik tidak sama dengan berbicara di hadapan masyarakat umum. Hal ini disebabkan adanya faktorfaktor yang membedakannya yang salah satunya adalah penerapan teknik bicara yang digunakan. Teknik bicara yang tepat merupakan faktor yang akan menentukan keberhasilan berbicara. Solchan TW dan kawan-kawan mengemukakan bahwa “ada beberapa syarat keberhasilan pembicaraan, yaitu memiliki keberanian dan tekad yang kuat, memiliki pengetahuan yang luas, 18 Isah Cahyani, Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), ed. 1, Cet. 1, h. 61 14 memahami proses komunikasi masa, menguasai bahasa yang baik dan lancar, pelatihan yang memadai.”19 Para guru adalah “pengambil keputusan. Mereka harus terus menerus memilih strategi, metode, dan teknik yang tepat untuk membantu para siswa belajar, berkembang dan berprestasi.”20 Teknik yang baik dan inovatif dapat memberikan siswa pengalaman yang menyenangkan. Jika siswa terlibat aktif dalam pembelajaran maka ia akan lebih cepat memahami isi materi yang diajarkan dalam pembelajaran. HR Tarigan dan Tarigan berpendapat bahwa mengingat pentingnya peranan berbicara dalam kehidupan sehari-hari perlu ditingkatkan pengajaran berbicara di sekolah dengan menggunakan teknikteknik bahasa, teknik-teknik pengajaran berbicara sebagai berikut: 1) Ulang ucap 2) Lihat dan ucapkan 3) Mendeskripsikan 4) Substitusi 5) Transformasi 6) Melengkapi kalimat 7) Menjawab pertanyaan 8) Bertanya 9) Pertanyaan menggali 10) Melanjutkan cerita 11) Cerita berantai 12) Menceritakan kembali 13) Percakapan 14) Parafrase 15) Reka cerita gambar 16) Bercerita 17) Dramatisasi 18) Bermain peran 19) Bertelepon 20) Diskusi.21 19 Solchan TW, dkk, Op.cit, h. 11.14-11.15 Jeanne Ellis Ormrod, Alih Bahasa Wahyu Indiati, dkk, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Educational Psychology Developing Learners, (Jakarta: Erlangga, 2009), ed. 6, h. 6 21 Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, ( Bandung: Angkasa, 1990), h. 90-104 20 15 Dari penjelasan mengenai teknik-teknik pengajaran berbicara bahwa seorang guru harus mempunyai kemampuan tentang teknik-teknik pengajaran berbicara. Teknik yang baik dan melibtakan siswa dalam setiap pembelajaran akan membuat siswa mempunyai pengalaman yang menyenangkan. B. Hakikat Teknik Bermain Peran 1. Pengertian Teknik Di dalam melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru harus menggunakan strategi, metode, dan teknik yang tepat atau sesuai dengan materi yang diajarkan agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. Teknik adalah ”kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan yang dipilih.”22 Iskandarwassid dan Dadang Sunendar yang mengutip dari kamus besar bahasa Indonesia bahwa teknik adalah “cara sistematis mengerjakan sesuatu.”23 Teknik merupakan “suatu kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung.”24 Berdasarkan uraian di atas, teknik dalam pembelajaran adalah suatu cara sebagai usaha pemenuhan metode yang dilakukan pengajar di dalam kelas untuk menyelesaikan serta menyempurnakan tujuan secara langsung. 2. Pengertian Bermain Peran Bermain peran hampir sama dengan percakapan. Hanya saja, dalam percakapan seseorang seseorang memerankan diri masing-masing, sedangkan dalam bermain peran seseorang memerankan orang lain.25 Dalam bermain peran, siswa bertidak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang 22 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangakan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 9, h. 133 23 Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 2, h. 40 24 Ibid., 25 Solchan TW, dkk, Op.cit, h. 11.39 16 diperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa.26 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain peran adalah permainan dimana seseorang bertingkah laku dan berbahasa seperti orang lain sesuai dengan yang diperankannya. 3. Pengertian Teknik Bermain Peran Teknik bermain peran sangat baik dalam mendidik siswa dalam menggunakan ragam-ragam bahasa. Cara berbicara orang tua tentu berbeda dengan cara berbicara anak-anak, begitu pula cara berbicara guru pasti berbeda dengan cara berbicara peserta didik. Hal itu dipengaruhi oleh fungsi dan peranan orang tersebut. Fungsi dan peranan seseorang menuntut cara berbicara dan berbahasa tertentu pula. Bermain peran (role-play) adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujutan-tujuan pendidikan yang spesifik.27 Selanjutnya Hindun menyampaikan bahwa bermain peran (role playing) adalah “suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.”28 Dari penjelasan di atas bahwa bermain peran adalah suatu aktivitas pembelajaran yang dirancang sebagai cara untuk menguasai bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. 4. Langkah-langkah Teknik Bermain Peran Teknik bermain peran bertujuan untuk mengajarkan siswa bagaimana berempati. Teknik ini menstimulasi siswa untuk mengasosiasikan dirinya dalam suatu peran tertentu sehingga mereka lebih dapat memahami, 26 Novi Resmini, dan, Dandan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), ed. 1, Cet. 1, h. 62 27 Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. 98 28 Hindun, Op. cit, h. 70 17 mendalami, dan mengerti tindakan sosial yang dilakukan oleh orang lain dilingkungan sosial. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam penerapan teknik bermain peran yaitu: 1. Mengambil peran (role taking), yaitu: tekanan ekspektasiekspektasi sosial terhadap pemegang peran. 2. Membuat peran (role making), yaitu: kemampuan pemegang peran untuk berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan. 3. Tawar-menawar peran (role negotiation), yaitu: tingkat dimana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.29 Permainan bermain peran biasanya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa yang diperankannya. Teknik role playing memiliki kelebihan melibatkan seluruh siswa sehingga dapat berpartisispasi dan mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi: 1. Menghangatkan suasana dan memotivasi; peserta didik. Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan.Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat dan memperhatikan masalah yang diajukan guru. 2. Memilih peran; Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang 29 Ibid., 18 harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran. 3. Menyusun tahap-tahap peran; Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan. 4. Menyiapkan pengamat; Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya. 5. Pemeranan; Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah merasa cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah dicoba lakukan. Ada kalanya para peserta didik keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah mamakan waktu yang terlampau lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain peran dihentikan. 6. Diskusi dan evaluasi; Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi. 7. Pemeranan ulang; Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi peran lainnya. 8. Diskusi dan evaluasi tahap dua; Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih jelas. 9. Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan; Pada tahap ini para peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua 19 pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.30 C. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian tentang peningkatan keterampilan berbicara telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti maupun sekolah yang dilakukan dalam mata pelajaran bahasa indonesia. Seperti penelitian yang dilakukan oleh: 1. Sri Haryani (09480069), mahasiswa prodi PGMI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam skripsinya “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Motivasi Belajar Siswa dengan Strategi Sosiodrama pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III B MI Ma’arif Bego Tahun Ajaran 2012/2013” penelitian yang dilakukan oleh Sri Haryani menekankan bagaimana keterampilan berbicara dan motivasi belajar siswa terbukti dapat meningkat dengan strategi sosiodrama dengan hasil yang memuaskan.31 Adapun perbedaan skripsi Sri Haryani dengan penelitian ini adalah: a. Subjek penelitian yang dilakukan Sri Haryani adalah siswa kelas tiga, sedangkan dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah siswa kelas lima MI. b. Tempat penelitian yang dilakukan Sri Haryani di MI. Ma’arif Bego tahun pelajaran 2012/2013, sedangkan penelitian ini dilakukan di MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat tahun pelajaran 2013/2014. c. Variabel yang ingin ditingkatkan pada penelitian Sri Haryani adalah keterampilan berbicara dan motivasi belajar siswa, sedangkan variabel 30 Sharing Kuliahku, Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing Atau Bermain Peran, diakses Rabu, 2 April 2014, pukul 13.08 WIB, http://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/11/21/langkah-langkah-model-pembelajaran-roleplaying-atau-bermain-peran/ 31 Sri Haryani, Abstrak Skripsi, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Motivasi Belajar Siswa dengan Strategi Sosiodrama pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III B MI. Ma’arif Bego Tahun Pelajaran 2012/2013, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013) 20 yang ingin ditingkatkan pada penelitian ini hanya pada kemampuan berbicara. 2. Fahru Roji Baidawi (106013000295), mahasiswa jurusan PBSI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam skripsinya “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Teknik Bercerita Pada Siswa Kelas VIII SMPN 13 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010” bahwa penelitian yang dilakukannya menggunakan metode penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai pre-test nilai rata-rata anak 40,5 sedangkan pada hasil post-test nilai rata-rata anak 77,15 dan pada siklus I nilai rata-rata 63,3, siklus II rata-rata 73,58.32 Adapun perbedaan skripsi Fahru Roji Baidawi dengan penelitian ini adalah: a. Subjek penelitian yang dilakukan Fahru Roji Baidawi adalah siswa kelas VIII, sedangkan penelitian ini subjek yang digunakan adalah siswa kelas lima MI. b. Tempat penelitian yang dilakukan Fahru Roji Baidawi di SMPN 13 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2009/2010, sedangkan penelitian ini dilakukan di MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat tahun pelajaran 2013/2014. c. Strategi dan teknik yang digunakan pada penelitian Fahru Roji Baidawi adalah bercerita, sedangkan penelitian ini menggunakan teknik bermain peran. 3. Sukatmi. S (840208129), mahasiswa program pascasarjana program studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam tesisnya “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dengan Media Gambar (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN II Nambangan Selogiri Wonogiri) Tahun 2009” Hasil penelitian yang 32 Fahru Roji Baidawi, Abstrak Skripsi, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Teknik Bercerita Pada Siswa Kelas VIII SMPN 13 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011) 21 dilakukan dengan penelitian tindakan kelas membuktikan bahwa, siswa dapat berkomunikasi secara lisan dengan lancar, tidak merasa takut, dan lebih berani berbicara dengan bahasa yang komunikatif, runtut, baik, dan benar. Selain itu penerapan penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil nilai keterampilan berbicara siswa, terlihat dari 31 siswa, 84% (26 siswa) telah mencapai batas ketuntasan minimal yakni 6,8.33 Adapun perbedaan Tesis Sukatmi. S dengan penelitian ini adalah: a. Tempat penelitian yang dilakukan Sukatmi. S di SDN II Nambangan Selogiri Wonogiri tahun pelajaran 2009, sedangkan penelitian pada skripsi ini bertempat di MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat tahun pelajaran 2013/2014. b. Pada penelitian Sukatmi. S solusi yang ditawarkan adalah dengan menggunakan media gambar, sedangkan pada penelitian ini menggunakan teknik bermain peran. D. Kerangka Berpikir Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai alat pemersatu bangsa menjadi sangat penting untuk diajarkan dari tingkat prasekolah maupun sampai tingkat perguruan tinggi. Dalam dunia pendidikan, bahasa juga merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN). Penggunaan bahasa yang sering didengar maupun dilihat, diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: 1) keterampilan menyimak atau mendengarkan, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan menulis, dan 4) keterampilan membaca. Keempat kemampuan berbahasa ini saling berintegrasi dan saling berhubungan sangat erat. Kemampuan berbicara adalah kemampuan menyampaikan sebuah informasi secara langsung atau lisan dengan bahasa yang baik, benar dan menarik serta sesuai dengan aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Oleh 33 Sukatmi. S, Abstrak Tesis, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dengan Media Gambar (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SD Negeri II Nambangan, Selogiri, Wonogiri), (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2009) 22 karena itu, agar dapat menyampaikan informasi yang baik, maka seseorang harus dapat berbicara dengan baik. Kemampuan berbicara yang baik akan diperoleh melalui latihan yang terus-menerus, sehingga posisi guru sebagai innovator harus menerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam kehidupan yang bermakna bagi siswa. Ia harus tahu bagaimana pembelajaran itu menjadi lebih bermakna. Untuk itu dalam setiap pembelajaran harus diberikan teknik-teknik yang membuat siswa terlibat aktif di dalamnya. Teknik bermain peran diharapkan dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk berbicara dan sekaligus menyimak pembicaraan. Selain itu, teknik bermain peran diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia khususnya dalam kemampuan berbicara siswa. Kegiatan pembelajaran dengan teknik bermain peran diharapkan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu siswa memiliki kemampuan berbicara dan dapat mencapai ketuntasan belajar khusunya mata pelajaran bahasa indonesia. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan, maka dapat diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran pada siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di MI. ATH-THOYYIBIYYAH yang beralamat di Jl. Komplek Kebersihan no. 17 Rt 005/008 Jaya 25 Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat. Peneliti melakukan tindakan berupa pengamatan, merencanakan tindakan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh Guru Bahasa Indonesia yang menjadi observer dan langsung ikut mengamati proses belajar mengajar di kelas. 2. Waktu Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yang dimulai pada bulan Maret-Mei 2014 di MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan jumlah siswa dua puluh enam orang. B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri atas empat rangkaian kegiatan siklus berulang. Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research) adalah “merupakan metode penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.”1 Penelitian tindakan kelas menurut Tim Pelatih Proyek PGSM adalah “suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh oelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan1 IGAK Wardhani, dan, Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), Cet. 10, h. 1.4 23 24 tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.”2 Selanjutnya Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama berpendapat bahwa PTK adalah “penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.”3 Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus. Dalam pelaksanaannya siklus dapat dihentikan apabila 70% telah tercapai tujuan atau kompetensi pembelajaran dengan nilai KKM 70 yang sesuai dengan SKBM MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat. Penelitian ini harus dilakukan dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah PTK. Dalam PTK mempunyai beberapa model tetapi dalam pelaksanaannyasecara garis besar tedapat empat tahapan yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi. Di bawah ini terdapat rancangan tiap siklus, yaitu: a. Siklus I 1. Perencanaan (Planning) Dalam perencanaan siklus I, peneliti menetapkan seluruh perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan menggunakan teknik bermain peran. Dengan langkah-langkah sebagai berikut: menyusun RPP dengan materi berbicara, mempersiapkan sumber dan media pembelajaran, menyiapkan naskah cerita dan lembar kerja kelompok, serta menyiapkan lembar observasi. Dalam siklus I akan diadakan dalam 2 x pertemuan. 2 Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, 1999), h. 6 3 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2009), h. 9 25 2. Pelaksanaan (Acting) Pada tahap pelaksanaan guru membagi siswa dalam 5 kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Guru memberikan penjelasan singkat tentang materi pembelajaran, mengenalkan media atau alat pembelajaran, menjelaskan tentang teknik pembelajaran yaitu teknik bermain peran. Setiap kelompok diberikan media cerita bergambar, kemudian masing-masing kelompok diminta untuk menyusun naskah drama sesuai dengan cerita tersebut. Guru memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas kelompok. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil tugas kelompok berupa naskah drama yang telah selesai disusun dengan cara dibacakan di depan kelas sekaligus pembagian peran dengan dibantu oleh guru. Guru merekam cerita siswa dengan menggunakan aplikasi video pada Hp. Selanjutnya pembahasan hasil kerja kelompok, kemudian siswa dan guru membuat kesimpulan. 3. Pengamatan (Observing) Observasi adalah penginderaan secara khusus dengan penuh perhatian terhadap suatu objek.4 Pada tahap ini, peneliti maupun observer melakukan kegiatan pengamatan mengenai aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru dalam memotivasi siswa pada saat kegiatan pembelajaran. 4. Refleksi (Reflecting) Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, dan menyusun rencana tindakan berikutnya. 4 Tim Pengembang Ilmu Pendididkan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I: Ilmu Pendidikan Teoretis, (Bandung: Imperial Bakti Utama, 2009), h. 333 26 b. Siklus II 1. Perencanaan (Planning) Pada siklus II peneliti merencanakan seperti yang dilakukan pada siklus I yaitu, menyusun RPP dengan materi berbicara, mempersiapkan sumber dan media pembelajaran, menyiapkan naskah cerita dan lembar kerja kelompok, serta menyiapkan lembar observasi. Dalam siklus II akan diadakan dalam 2 x pertemuan. 2. Pelaksanaan (Acting) Pada tahap pelaksanaan guru membagi siswa dalam 5 kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Guru memberikan penjelasan singkat tentang materi pembelajaran, mengenalkan media atau alat pembelajaran, menjelaskan tentang teknik pembelajaran yaitu teknik bermain peran. Setiap kelompok diberikan naskah cerita dan setiap orang memerankan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, siswa mengerjakan tugas yang diberikan. Guru memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas kelompok. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil tugas kelompok dengan dibantu guru, merekam cerita siswa dengan menggunakan aplikasi rekaman Hp. Selanjutnya pembahasan hasil kerja kelompok, kemudian siswa dan guru membuat kesimpulan. 3. Pengamatan (Observing) Pengamatan dilakukan untuk mengetahui peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya, apakah sudah ada pengamatan lebih difokuskan untuk mengetahui adanya peningkatan dalam pembelajaran. 4. Refleksi (Reflecting) Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi, yang dilakukan dengan cara berikut: mencatat hasil evaluasi, 27 mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, dan menyusun rencana tindakan berikutnya. C. Subjek/Partisipan dalam Penelitian Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat semester II tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari dua puluh enam siswa dengan komposisi tiga belas siswa perempuan dan tiga belas siswa laki-laki. D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran untuk materi kemampuan berbicara dengan menggunakan teknik bermain peran. Peneliti sebagai guru bahasa Indonesia yang memberikan tindakan dalam pembelajaran, peneliti bekerja sama dengan observer dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu guru kelas V. Penelitian ini diharapkan memberikan perubahan pada teknik dan suasana belajar atau pengajaran sehingga dengan penerapan teknik yang diberikan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. 28 E. Tahap Intervensi Tindakan Gambar 1. Diagram siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Perencanaan Refleksi Siklus I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan ? 1. Rencana Tindakan (Planning) Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang terjadi.5 Pada tahapan ini ”peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Langkah merencanakan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan.”6 Dengan dibantu oleh observer, dalam penelitian ini selain menyiapkan rencana pembelajaran (RPP terlampir), peneliti juga menyiapkan lembar observasi, lembar pengamatan, lembar 5 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 7, h. 213 6 IGAK Wardhani, Op.cit, h. 2.4 29 penilaian tes siswa, lembar catatan lapangan, jurnal siswa dan menyiapkan angket respons siswa (terlampir). Tahapan perencanaan ini terjadi setelah peneliti mengungkapkan masalah tentang kemampuan berbicara siswa dengan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui keadaan awal siswa dan kemudian peneliti mengambil tindakan dengan memberikan suatu alternatif yaitu dengan teknik bermain peran. Teknik ini diharapkan dapat meningkatkan meningkatkan kemampuan berbicara siswa, membuat siswa aktif dan menyukai pembelajaran Bahasa Indonesia dan juga meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti mengimplementasikan atau menerapkan apa yang sudah direncanakan sebelumnya, yaitu memberikan tindakan pada masalah yang dihadapi atau didapat dengan memberikan alternatif, sesuai dengan rencana yang telah dirancang dan juga sejalan dengan tujuan awal seperti kesesuaian materi dengan tindakan dan persiapanpersiapan yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar, atau yang sesuai dengan materi yang terdapat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan pengamatan teknik yang tepat. 3. Pengamatan (Observing) Pada tahap ini peneliti hanya melakukan tindakan sedangkan pengamatan dilakukan oleh observer. Pengamatan akan sulit jika dilakukan oleh peneliti, maka peneliti memerlukan observer dalam hal ini adalah guru kelas V. Sambil merekam peristiwa yang terjadi, pengamat sebaiknya juga membuat catatancatatan kecil agar memudahkan dalam menganalisis data.7 Peneliti juga akan melakukan evaluasi, jika evaluasi berfungsi untuk mengenali kualitas proses tindakan, maka evaluasi berperan untuk mendeskripsikan hasil tindakan yang 7 Ibid, h. 64 30 secara otomatis telah dirumuskan melalui tujuan tindakan.8 Dalam hal ini evaluasi yang ditujukan kepada hasil belajar siswa adalah assesment kinerja, tes dan respons siswa. 4. Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini baik peneliti maupun observer menganalisis data yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia refleksi adalah “gerakan, pantulan diluar kemauan (kesadaran) sebagai jawaban atas suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar.”9 Refleksi juga merupakan “pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan.”10 Dalam hal ini peneliti melakukan pemantulan pengalaman tentang kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Dan hasil dalam refleksi ini digunakan dalam menetapkan tahapan-tahapan lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Refleksi juga disebut sebagai evaluasi diri. Evaluasi diri adalah “evaluasi yang dilakukan oleh dan terhadap diri sendiri.”11 “penelitian melalui refleksi diri merupakan ciri PTK yang paling esensial.”12 F. Hasil Intervensi Tindakan Penelitian yang dilakukan ini mengharapkan suatu perubahan pada siswa dalam memahami konsep kemampuan berbicara. Materi yang mereka pelajari benar-benar dapat dipahami dengan jelas, dalam arti siswa bukan sekedar berbicara tetapi juga siswa diharapkan: 1. Dapat memerankan tokoh yang diceritakan. 2. Dapat memahami teknik bermain peran dengan baik. 8 Abd. Rozak, dan, Maifalinda Fatra, Bahan Ajar PLPG Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: FITK UIN, 2012), Cet. 3, h. 33 9 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2008), Ed. IV, Cet. 1, h. 1153 10 Abd. Rozak, dan, Maifalinda Fatra, Op.cit, h. 42 11 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), Cet. 4, h. 301 12 IGAK Wardhani, dan, Kuswaya Wihardit, Op.cit, h. 1.6 31 3. Dapat menerapkan teknik bermain peran untuk pembelajaran bahasa Indonesia pada kemampuan berbicara. 4. Dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia. G. Data dan Sumber Data 1. Data tes objektif berupa penilaian atas penguasaan konsep siswa dalam bentuk tes kinerja. Tes kinerja ini dilakukan pada akhir tindakan. Hasil nilai tes kinerja siswa akan diolah menjadi nilai akhir sebagai tolok ukur keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan. 2. Data hasil pengamatan, adalah peningkatan kemampuan berbicara yang dilakukan oleh siswa kelas V MI. ATH-THOYYIBIYYAH Jakarta Barat. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara dilakukan observasi pada masing-masing siswa baik kegiatan observasi langsung maupun tak langsung yang dinilai oleh peneliti. 3. Data untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap peningkatan kemampuan berbicara dengan teknik bermain peran berupa jurnal siswa. 4. Data untuk mengetahui tanggapan atau respons siswa terhadap tingkah laku guru selama proses belajar mengajar berlangsung, yang berupa pemberian lembar observasi kepada setiap siswa diakhir pembelajaran dengan menuntut jawaban sangat kurang, kurang, cukup, baik, dan sangat baik. H. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan tes dan non tes. 32 1. Instrumen Tes Tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban benar atau salah.13 Tes sebagai alat ukur keberhasilan program pengajaran terhadap peserta didik juga sebagai pengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.14 Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.15 Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat atau prosedur untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar dan mengukur tingkat perkembangan dan kemajuan peserta didik yang memerlukan jawaban benar atau salah. Adapun jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kinerja. Tes kinerja ini merupakan postest, pemberian postest dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung, postest untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan program pembelajaran setelah mereka mengikuti program pembelajaran tersebut, atau untuk mengetahui hasil belajar setelah mereka mendapatkan perlakuan pembelajaran. Tabel Penilaian Kemampuan berbicara NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 13 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada 2 3 4 5 Adi Suryanto, dkk, Evaluasi Pembelajaran di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), Ed. I, Cet. 2, h. 1.4 14 Ibid., 15 Zainal Arifin, Op.cit, h. 118 33 C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran Jumlah Skor Dimana: Nilai= Tingkat Capaian Kinerja 1 Sangat Kurang 2 Kurang 3 Cukup 4 Baik 5 Sangat Baik 2. Instrumen Non Tes Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnare), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis). Pada prosesnya teknik non tes ini untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psycomotoric domain). Sedangkan teknik tes, untuk mengukur hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikirnya (cognitive domain). Penelitian ini selain menggunakan instrumen tes juga menggunakan instrumen non tes, yaitu: a. Lembar Observasi Lembar observasi adalah alat pengamatan yang digunakan untuk mengukur sejauh mana tindakan yang dilakukan peneliti telah mencapai tujuan. Lembar observasi ini dapat dilengkapi dengan blangko atau form yang berisi aspek-aspek tentang kejadian atau tingkah laku yang 34 digambarkan yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, baik dari aktivitas siswa maupun dari aktivitas guru. Dari pengamatan ini, peneliti bukan sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan dan penilaian kedalam suatu skala bertingkat. Format/Kisi-kisi Pengamatan Aktivitas Siswa No Kategori Pengamatan Skor dan Indikator 1 (Sangat Kurang) 1 Siswa memberikan respons positif selama pembelajaran berlangsung 2 Siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan guru dengan baik 3 Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan 4 Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru 5 Siswa sering memotivasi dan membantu 2 3 jml 4 5 (Kurang) (Cukup) (Baik) (Sangat Baik) 35 kelompoknya dalam mengerjakan tugas kelompok 6 Siswa mengerjakan tugas kelompoknya dengan serius 7 Siswa memiliki tanggung jawab dan kerja sama dalam kelompoknya 8 Siswa mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir b. Catatan Lapangan Catatan lapangan adalah bentuk temuan selama pembelajaran yang diperoleh oleh peneliti, yang tidak ternamai dalam lembar observasi. Catatan lapangan dapat didiskusikan dengan observer dan bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung. Format Catatan Lapangan CATATAN LAPANGAN Siklus : Kelas/Semester : 36 Hari/Tanggal : Petunjuk : catatlah keadaan lapangan sesuai dengan keadaan sesungguhnya! ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… c. Jurnal Siswa Pemberian jurnal siswa dilakukan setiap akhir pembelajaran. Jurnal siswa ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan atau gambaran yang telah diperoleh siswa selama pembelajaran berlangsung dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi dari pembelajaran tersebut yang diterapkan di kelas. Laporan dari jurnal siswa akan digunakan sebagai tindakan untuk memperbaiki pada siklus pemebelajaran selanjutnya. Format Jurnal Siswa JURNAL SISWA Nama : No. Absen : Kelas/Sekolah : Hari/Tanggal : ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 37 d. Dokumentasi Dokumentasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan; pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan-keterangan(spt gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lain).16 Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa LKS, dan daftar nilai siswa. Untuk memberikan gambaran secara konkrit mengenai kegiatan siswa dan menggambarkan suasana kelas ketika aktivitas belajar berlangsung digunakan dokumentasi foto. I. Teknik Pengumpulan Data Dalam memperoleh data penelitian ini menggunakan instrument yang telah disebutkan diatas, antara lain berupa posttest. Instrument posttest berupa tugas individu atau performen membaca penggalan cerita yang diberikan oleh guru. Instrument posttest bertujuan untuk mengungkapkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa pada pokok bahasan kemampuan berbicara. Instrument tes dikatakan berhasil apabila mampu mengukur apa yang diinginkan menjadi valid dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Instrument tes juga dikatakan baik jika telah memiliki reliabilitas atau bersifat reliabel. Dengan demikian, instrument yang baik harus memenuhi kriteria penting yakni valid dan reliabel. J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi Untuk memperoleh data yang valid, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi, merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan teknik triangulasi, peneliti sebenarnya mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data. Adapun tindakan yang dilakukan yaitu: 16 Pusat Bahasa, Op.cit, h. 338 38 1. Pengambilan data dari berbagai sumber, yaitu peneliti, guru, dan siswa. 2. Penggunaan berbagai alat atau instrument agar data yang terkumpul lebih akurat. Dalam penelitian ini langkah yang ditempuh adalah mengisi lembar observasi, catatan lapangan, jurnal siswa, dan hasil tes siswa. 3. Penggunaan teknik atau cara analisis sehingga data yang terkumpul dapat dipercaya. Dalam hal ini dilakukan pengamatan langsung. 4. Memeriksa lagi data-data yang telah terkumpul baik keaslian maupun kelengkapannya. 5. Mengulang kembali pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul. K. Analisis Data dan Interpretasi Data Untuk mengetahui keefektifan suatu teknik dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa, juga untuk memperoleh respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. Untuk menilai tes lisan atau performen Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada dikelas tersebut sehingga diperoleh: Rata-rata tes dapat dirumuskan: X = ∑X ∑N Dengan : X = Nilai rata-rata ∑X = Jumlah semua nilai siswa ∑N = Jumlah siswa 39 Persentase = Skor Seluruh Siswa x 100% Jumlah skor ideal seluruh siswa 2. Lembar observasi guru dan siswa Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa dugunakan rumus sebagai berikut: a. Aktivitas guru Jumlah rata-rata keseluruhan = Jumlah skor yang didapat siswa Jumlah siswa b. Aktivitas siswa Rata-rata skor = Jumlah skor yang didapat guru Jumlah pertemuan 3. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) Untuk KKM mata pelajaran bahasa Indinesiadi MI. ATH- THOYYIBIYYAH kelas V adalah 7,0 (tujuh koma nol). Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai nilai 70 dan mata pelajaran tersebut disebut tuntas belajar. L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Dalam penelitian ini, peneliti akan menguji teknik bermain peran untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia. Untuk itu perlu adanya penelitian tindak lanjut. Siklus PTK akan berakhir jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Perlu dicatat bahwa satu siklus PTK dapat terjadi pada satu atau lebih pertemuan. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi aktivitas siswa dan guru, catatan lapangan, jurnal siswa serta tes performen siswa. BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang deskripsi hasil penelitian dan pembahasannya, penelitian ini dilakukan di MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat pada kelas V. Hasil penelitian yang diuraikan adalah tentang kemampuan berbicara siswa (kognitif) terhadap konsep yang disajikan yang diambil pada awal sebelum tindakan, kemudian kemampuan berbicara pada tindakan pertama (siklus I), dan kemampuan berbicara pada tindakan kedua (siklus II). Hasil belajar siswa tentang kemampuan berbicara merupakan postest yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Pelaksanaan tindakan kelas persiklus merupakan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran, dan sebagai pelengkap data maka peneliti memberikan jurnal siswa setelah penerapan pembelajaran selesai. A. Profil Sekolah 1. Gambaran Umum MI. ATH-THOYYIBIYYAH MI. Ath-thoyyibiyyah adalah madrasah yang terletak di Jl. Komplek kebersihan no. 17 Rt 008/010 Menceng kelurahan Tegal Alur Kecamatan Kalideres 11820 Jakarta Barat. MI. Ath-thoyyibiyyah memiliki siswa sebanyak 161 orang yang terdiri dari enam kelas. Sekolah ini memiliki gedung sarana belajar mengajar yang digunakan untuk ruang kelas sebanyak enam ruangan, ruang kantor guru dan kepala sekolah satu buah, ruang UKS satu buah, mushola satu buah, terdapat pula kantin dan halaman sekolah yang dipergunakan untuk berbagai kegiatan seperti, upacara bendera, olah raga dan bermain bagi siswa pada saat istirahat. 40 41 Sebagai sekolah yang sedang giat – giatnya mengembangkan diri, MI. Ath-thoyyibiyyah tak pernah berhenti untuk meraih dan mengukir prestasi dalam segala bidang, baik akademis maupun non akademis. Tahun ini beberapa prestasi telah diraih baik oleh guru maupun siswanya. Seperti kejuaran porseni dan banyak prestasi yang telah diraih dan ingin selalu menambah rangkaian prestasi lainnya. Prestasi yang diraih tersebut tentu saja tidak lepas dari beberapa program kegiatn ekstrakurikuler yang selama ini diselenggarakan di MI. Aththoyyibiyyah diantaranya pramuka, marawis, dan muhadoroh. Disamping kegiatan pengembangan potensi siswa, pengembangan potensi guru dan karyawan juga dilaksanakan, dalam upaya meningkatkan kualitas dan profeionalisme dalam melaksanakan tugas. pengembangan profesi dilaksanakan melalui kegiatan KKG, seminar dan Workshop pembelajaran, pendidikan dan kegiatan studi banding dengan sekolah lain. a. Visi Unggul dalam prestasi berdasarkan IMTAQ dan akhlakul karimah. b. Misi 1) Menanamkan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan kepada allah SWT. 2) Meningkatkan kecerdasan dan kreatifitas peserta didik. 3) Menciptakan nuansa islami di lingkungan madrasah. 4) Mengoptimalkan integrasi IMTAQ ke dalam mata pelajaran. 5) Meningkatkan hubungan silaturahim antara warga madrasah dengan lingkungan masyarakat. c. Tujuan madrasah 1) Melatih siswa bertaqwa kepada Allah SWT. 2) Mendidik siswa untuk berdisiplin. 3) Mendidik siswa berperilaku sopan santun. 4) Memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. 42 5) Melatih siswa kreatif, terampil dan mau mengembangkan diri secara terus menerus. 2. Status Akreditas Madrasah Ibtidaiyah Ath-thoyyibiyyah berada di bawah pembinaan dan pengawasan Kanwil Depag Provinsi DKI Jakarta. Namun demikian, MI. Aththoyyibiyyah tetap berada di bawah pengelolaan Yayasan Pendidikan Islam Ath-Thoyyibiyyah. Status akreditasi MI. Ath-thoyyibiyyah adalah terakreditasi dengan nilai B pada tahun 2009 dengan status madrasah diakui sesuai dengan SK izin operasional tertanggal 11 Januari 2010 No. Kd.09.04/4/PP.00.4/0438/2010. YAYASAN Tb. SYAEFULLAH, SH SH KOMITE KEPALA SEKOLAH SUPARTA IWAN RIDWAN, S.Pd.I BENDAHARA SEKRETARIS NURLI KOMALASARI M. MANSUR DEWAN GURU SISWA Gambar. 2 STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH IBTIDAIYAH ATHTHOYYIBIYYAH 43 3. Keadaan Guru Guru merupakan profesi yang sangat mulia karena seorang guru dituntut untuk melaksanakan tanggung jawab yang begitu besar yaitu mencerdaskan generasi bangsa, untuk itu seorang guru harus memiliki empat kompetensi yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi pribadi, dan kompetensi sosial. Dengan keempat kompetensi tersebut guru menjadi pelaksana pembelajaran untuk mencapai tujuan yang teklah direncanakan. Tugas mengajar yang diberikan kepada guru harus relevan dengan kualitas atau sesusai dengan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini juga terdapat pada MI. ATH-THOYYIBIYYAH yang selalu berupaya meningkatkan kualitas pendidikan sekolah. Tabel. 1 Keadaan Guru Ath-thoyyibiyyah No Nama L/P Pendidikan Jabatan/Tugas Mengajar 1 Iwan Ridwan, S.Pd.I L S-1 Kepala Sekolah 2 Suheni, A.Ma P D-II Guru Kelas 1 3 Rosiah, S.Pd.I P S-1 Guru Kelas 2 4 Erlin Wahyuningsih, S.Pd P S-1 Guru Kelas 3 5 Siti Rabiah, S.Pd.I P S-1 Guru Kelas 4 6 Elis Maesaroh, S.Pd P S-1 Guru Kelas 5 7 Royanih, A.Ma P D-II Guru Kelas 6 Idah Saidah Fikriyah, A.Ma P D-II Bahasa 8 9 10 Indonesia dan Matematika Nurli Komalasari, S.IP P S-1 Quran Hadits dan Bahasa Arab Samsuri, S.Sos.I L S-1 Sejarah Kebudayaan Islam 44 11 12 Diding, S.Pd.I L S-1 Akidah Akhlak dan Bahasa Inggris Tarmin L SMA Penjaskes dan SBK 4. Keadaan Siswa a. Tahun pelajaran 2012/2013 dan 2013/2014 Tabel. 2 Jumlah siswa MI. Ath-thoyyibiyyah No Tahun Pelajaran Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 2012/2013 84 orang 69 orang 153 2 2013/1014 79 orang 82 orang 161 b. Keadaan siswa tahun pelajaran 2013/2014 Tabel. 3 Jumlah siswa kelas 1 s.d. kelas VI MI. Ath-thoyyibiyyah tahun pelajaran 2013/2014 No kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah Rombel 1 I 21 orang 12 orang 33 orang 1 kelas 2 II 13 orang 15 orang 28 orang 1 kelas 3 III 10 orang 14 orang 24 orang 1 kelas 4 IV 13 orang 17 orang 30 orang 1 kelas 5 V 13 orang 13 orang 26 orang 1 kelas 6 VI 9 orang 11 orang 20 orang 1 kelas B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan menerapkan kegiatan teknik bermain peran dalam pembelajaran kemampuan berbicara dilakukan 45 secara bertahap. Kegiatan dimulai dengan perencanaan tindakan, dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hal-hal yang diperoleh sebagai hasil penelitian tindakan kelas akan diungkap di bawah ini: 1. Informasi Awal Kemampuan Siswa dalam Berbicara Sebelum pelaksanaan tindakan dimulai, dilakukan observasi mengenai kemampuan berbicara siswa dalam membuat naskah drama dan memerankannya. Kegiatan awal ini dilakukan pada tanggal 7 April 2014. Data yang diperoleh adalah data kemampuan berbicara siswa dengan penyajian teknik yang biasa diterapkan oleh guru di antaranya ceramah dan pemberian tugas. Tabel. 4 Hasil Nilai Awal Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V No Nama Siswa Nilai 1 Aida R 73 2 Ahmad Z 36 3 Ari A 36 4 Arifin A 43 5 Bustanil A 93 6 Desti S 53 7 Erna D.Y 76 8 Fatiya A 93 9 Gunawan 33 10 Hana O 76 11 Hesti Y 60 12 Iyad N 56 13 Rusdianah 56 14 Mario F 60 15 Mardianto 33 16 Septiadi 46 46 17 Nurafni 73 18 Rahman H 33 19 Rahma W 73 20 Reskina 56 21 Syahrohman 60 22 Siti Z 56 23 Siti Y 66 24 Tia 46 25 Winanda S 46 26 Fiki J 63 Terlihat pada tabel. 4 bahwa nilai awal kemampuan berbicara siswa yang mendapat nilai di atas KKM berjumlah tujuh orang yaitu Bustanil Arifin (93), Fatiya (93), Erna (76), Hana (76), Rahma (73), Aida (73), Nurafni (73), dan dari data tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, hasilnya: a. Guru belum menggabungkan pembelajaran yang menarik dan inovatif. b. Pengelolaan kelas oleh guru sering menemukan kesulitan karena masih banyak siswa yang bermain dan tidak memperhatikan pembelajaran. c. Kemampuan siswa kurang karena banyak siswa yang takut untuk maju ke depan kelas saat memerankan drama secara monolog. Kemudian peneliti melakukan pertemuan secara langsung dengan kepala sekolah dan guru kelas V, pada tanggal 10 April 2014 yaitu Bapak Iwan Ridwan, S.Pd.I selaku kepala sekolah dan ibu Elis Maesaroh selaku guru kelas V, adapun hal-hal yang dibicarakan meliputi: a. Permintaan izin untuk meneliti kelas V MI. ATH-THOYYIBIYYAH kepada Bapak Iwan Ridwan, S.Pd.I dan Ibu Elis Maesaroh. b. Pemberitahuan susunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kepada guru kelas V tentang materi kemampuan berbicara. c. Pemaparan teknik mengajar yang akan dilakukan oleh peneliti yakni menggunakan teknik bermain peran 47 d. Penentuan tanggal penelitian yang akan dilakukan untuk meneliti kemampuan berbicara siswa kelas V, pelaksanaan siklus I pada tanggal 14 dan 15 April 2014, selanjutnya siklus II dilaksanakan pada tanggal 21 dan 22 April 2014. e. Pengajuan alokasi waktu yang disepakati bersama kepala sekolah dan guru kelas. Alokasi waktu yang dibutuhkan selama 4 x 35 menit atau 2 x pertemuan untuk satu siklus dan disesuaikan dengan jadwal yang ada di sekolah. Jika pada pelaksanannya nanti dalam pembelajaran belum ada perbaikan sesuai dengan tujuan PTK dalam penelitian ini belum dikatakan berhasil, maka peneliti akan melanjutkan pada siklus berikutnya. f. Pemberian model evaluasi pembelajaran dengan berbagai bentuk instrument, baik instrument tes maupun nontes yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar. g. Standar Kelulusan Belajar Minimal (SKBM) bahasa Indonesia kelas V di MI. ATH-THOYYIBIYYAH sebesar 70. Hasil yang didapatkan oleh peneliti berupa hasil posttest yaitu hasil kemampuan berbicara siswa dan hasil kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran. Kemudian peneliti menganalisis data tersebut dengan tiga tahap yaitu: pengidentifikasian data, pengelolaan data, dan penafsiran hasil data. Semua hasil data yang diperoleh akan diolah peneliti baik dalam bentuk angka maupum dalam bentuk deskripsi yang secara umum. Penelitian dilakukan pada kelas V MI. ATH-THOYYIBIYYAH denga jumlah siswa/i nya berjumlah dua puluh enam orang yang terdiri dari tiga belas orang lakilaki dan tiga belas orang perempuan. 2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I a. Pertemuan pertama Kegiatan penelitian pertama dilaksanakan pada hari Senin, 14 April 2014 pada jam pelajaran ke-1 dan ke-2 dengan alokasi waktu 2 X 35 menit 48 1) Perencanaan Tindakan Dalam tahap ini peneliti menjelaskan dengan memaparkan kepada siswa maksud dan tujuan penelitian ini. Karena sesuai dengan bahasan dan materi bahwa penelitian ini berkaitan dengan kemampuan berbicara siswa. Dengan menerangkan bahwa kegiatan pembelajaran kemampuan berbicara pada penelitian ini dengan menggunakan teknik bermain peran. Tujuannya agar para siswa berani dan mau maju untuk bercerita dan memerankan tokoh dalam naskah drama atau membuat siswa lebih siap dan terkondisi dalam mengikuti pembelajaran sesuai dengan prosedur dari peneliti yang disertai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran juga disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Adapun perencanaan tindakan pembelajaran untuk pertemuan pertama pada tanggal 14 April 2014, peneliti melakukan tindakan pada jam ke-1 dan jam ke-2 selama 70 menit, dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 08.30 WIB yang digunakan untuk: a) Kegiatan Awal 10 menit Pada kegiatan awal guru mempersilahkan membaca doa, mengkondisikan siswa untuk belajar, mengecek kehadiran siswa, dan memberikan apersepsi serta memotivasi siswa b) Kegiatan Inti 50 menit pada kegiatan ini guru bertanya kepada siswa tentang tentang halhal yang berkaitan dengan drama untuk menggali pengetahuan awal siswa. Kemudian guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari lima orang secara heterogen. Guru memberikan tugas membuat naskah drama dengan media cerita pendek kepada masing-masing kelompok. Guru membantu dan memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Guru memberikan penguatan dan perbaikan hasil kerja siswa. Guru dan 49 siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini. Guru memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. c) Kegiatan Akhir 10 menit Pada kegiatan penutup guru tidak lupa mengingatkan kepada siswa yang belum mempresentasikan hasil kerjanya untuk dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. 2) Pelaksanaan Tindakan Pada pertemuan pertama yang diajarkan pada siswa kelas V terlebih dahulu adalah mengenai materi tentang cara menyusun naskah drama pendek yang meliputi: penjelasan materi drama, cara membuat kerangka drama dari cerita bergambar, dan mengembangkan kerangka menjadi naskah drama pendek. Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan yang guru lakukan yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan doa dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas agar siap mengikuti pembelajaran hari ini. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran arah yang jelas tentang hal yang akan dipelajari. Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan menyamakan pandangan tentang materi drama yang akan dipelajari. Apersepsi diberikan dengan dua cara, pertama dengan menyanyikan lagu berlirik drama dengan nada lagu naik-naik ke puncak gunung. Lagunya sebagai berikut: Mari kawan bermain drama, sungguh asyik sekali….. Mari kawan bermain drama, sungguh asyik sekali….. Bagaimana…bermain drama, aku ingin mengerti…… Bagaimana…bermain drama, aku ingin mengerti…… 50 Apersepsi yang kedua dengan cara Tanya jawab sekitar lagu tersebut. Misalnya, “dari lagu tersebut, kita akan mempelajari apa anak-anak?” Selanjutnya masuk pada kegiatan inti dengan waktu 50 menit. Pada kegiatan ini guru melakukan tiga tindakan yaitu eksplorasi, elaborasi, konfirmasi. Dalam kegiatan eksplorasi guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seperti berikut: Anak-anak siapa yang pernah menonton pertunjukkan drama? Dimana? Apa saja yang kamu lihat dari pertunjukkan drama itu? Siswa selanjutnya ditanya tentang pengertian drama yang mereka ketahui. Kegiatan selanjutnya yaitu elaborasi dengan pendalaman materi timbal balik dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan elaborasi siswa menyimak penjelasan guru tentang materi yang berkaitan dengan drama, cara merancang naskah drama, dan kemudian menyusun naskah drama, dengan mengembangkan dari naskah drama yang telah dibuatnya. Guru menjelaskan materi ini dengan menggunakan media cerita bergambar, cerita tersebut diperlihatkan kepada siswa dan ditempelkan, salah satu siswa diminta maju untuk membacakan dengan nyaring ringkasan cerita bergambar tersebut. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam lima kelompok. Guru membentuk diskusi kelompok siswa dengan duduk saling berhadapan, guru membagikan media cerita bergambar kepada masing-masing kelompok dan siswa diminta untuk menyusun naskah drama sesuai cerita tersebut. Melalui diskusi, naskah drama yang telah selesai disusun dibacakan oleh masing-masing kelompok di depan kelas dan sekaligus pembagian peran (tokoh drama). Siswa yang lain menanggapi presentasi kelompok yang maju. Kegiatan inti selanjutnya adalah konfirmasi, guru memberikan penguatan dan reward kepada masing-masing kelompok. Siswa diberikan kesempatan untuk 51 menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun naskah drama. Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi yang dilakukan guru. Kemudian siswa diberikan tugas untuk memainkan peran 52 pada pertemuan kedua dari naskah drama yang telah dibuat. Hal ini merupakan tindak lanjut yang diberikan guru, terakhir guru menutup proses pembelajaran dengan salam. 3) Observasi Pengamatan dilaksanakan dengan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dan aktivitas guru. Pengamatan aktivitas siswa dilakukan oleh observer dalam hal ini sebagai observer adalah guru kelas dan peneliti juga mengamati aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan penilaian untuk guru dilakukan oleh siswa dan observer. Berdasarkan pengamatan peneliti dan guru terhadap tingkah laku siswa dalam pembelajaran diperoleh data yaitu: a) Siswa memberikan respons positif yang baik selama pembelajaran berlangsung. b) Siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan guru. c) Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan. d) Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru. e) Siswa sering memotivasi dan membantu kelompoknya dalam menjawab pertanyaan dengan cukup baik. f) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan cukup baik. g) Siswa memiliki kerjasama dan tanggung jawab pada kelompoknya. h) Siswa mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir. 4) Refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan identifikasi data-data pembelajaran dipertemuan pertama. Data-data yang didapat berupa data observer yaitu data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, catatan lapangan. Dalam catatan lapangan pada pertemuan pertama menunjukan: 53 a) Bahwa harus ada persiapan yang lebih matang dalam mempersiapkan pembelajaran dan dalam menarik perhatian siswa agar mudah memahami materi pembelajaran. b) Masih banyaknya siswa yang belum mengerti membuat naskah drama dari cerita bergambar yang diberikan guru. c) Masih ada siswa yang merasa takut ataupun malu-malu untuk maju kedepan kelas. b. Pertemuan kedua Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 15 April 2014 pada jam ke-1 dan jam ke-2, pertemuan ini adalah kelanjutan dari pertemuan pertama. 1) Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti menjelaskan kepada siswa bahwa pertemuan hari ini adalah sebagai lanjutan dari pertemuan sebelumnya, maka peneliti meminta siswa untuk kembali membuat kelompok yang nantinya jika tugas kelompok selesai siswa diberikan posttest guna pengambuilan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa atau untuk mengetahui sejauh mana siswa telah dapat menyerap pembelajaran yang diberikan. Peneliti mengulas kembali tujuan pembelajaran hari ini, menerangkan SK dan KD serta mempersiapkan keperluan yang akan digunakan hari ini. Dalam pertemuan kedua ini dilakukan selama 70 menit dengan pembagian waktu sebagai berikut: a) Kegiatan Awal/ Pendahuluan 5 menit Pada kegiatan awal guru mempersilahkan membaca doa, mengkondisikan siswa untuk belajar, mengabsen siswa, dan memberikan apersepsi serta memotivasi siswa b) Kegiatan Inti 60 menit Pada kegiatan ini guru bertanya kepada siswa tentang tentang halhal yang berkaitan dengan drama untuk menggali pengetahuan awal 54 siswa. Kemudian guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari lima orang secara heterogen. Guru mempersilahkan masing-masing kelompok untuk bermain peran sesuai naskah drama yang telah dibuatnya. Kemudian guru memberikan tugas menghafal naskah drama yang telah dibuat oleh masing-masing kelompok sebagai posttest untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa setelah diberikan pembelajaran dengan teknik bermain peran. Guru memberikan penguatan dan perbaikan hasil kerja siswa. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini. Guru memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. c) Kegiatan Akhir 10 menit Pada kegiatan penutup guru tidak lupa mengingatkan kepada siswa yang belum mempresentasikan hasil kerjanya untuk dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. 2) Pelaksanaan Tindakan Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa sebagai pembuka pembelajaran, kemudian guru mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran dengan tepuk drama dengan nada lagu kalau senang hati tepuk tangan. Selanjutnya guru memberikan apersepsi yaitu menanyakan kembali pelajaran tentang materi sebelumnya dan memotivasi siswa dengan menghubungkannya dengan pelajaran yang akan dilaksanakan. Pada tahap eksplorasi guru bertanya jawab dengan siswa sebagai berikut: Anak-anak sudah siap bermain drama seperti yang telah ditugaskan pada pertemuan sebelumnya? Siapa yang pernah bermain peran seperti bermain drama? 55 Siswa memberikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru untuk memperdalam kegiatan berpikir, siswa diberikan pertanyaan dengan memancing jawaban siswa terkait cara melakukan bermain peran dengan memperhatikan kemampuan berbicara yang baik dan benar. Bagaimana cara kita bermain peran yang baik dan benar agar dapat nilai baik dan menghibur? (siswa berpikir) Kegitan selanjutnya yaitu elaborasi dengan melakukan proses kerjasama dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan elaborasi guru menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan saat bermain peran dalam drama, diantaranya faktor-faktor keefektifan dalam berbicara. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah dijelaskan oleh guru. Kemudian guru memberikan waktu 5 menit kepada siswa untuk mempersiapkan diri dengan kelompoknya sebelum bermain peran. Selanjutnya masing-masing kelompok memainkan peran dari naskah drama yang telah dibuat pada pertemuan pertama, penilaian bermain peran ini hanya difokuskan pada kemampuan berbicara. Dengan lembar penilaian, dilakukan penilaian secara individu oleh guru. Kegiatan konfirmasi, guru memberikan penguatan dan memberikan siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti dan menjelaskan cara bermain peran yang benar. Kemudian guru meminta siswa untuk bertepuk tangan sebagai reward karena siswa telah aktif dalam pembelajaran. 56 Pada kegiatan akhir siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran sebagai bentuk refleksi yang dilakukan guru. Siswa ditugaskan untuk belajar kelompok berlatih bermain peran agar semakin terbiasa pada penampilan berikutnya. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Hasil nilai posttest kemampuan berbicara siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel. 5 Hasil Nilai Posttest Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V Siklus I No Nama Siswa Nilai 1 Aida R 83 2 Ahmad Z 60 3 Ari A 40 4 Arifin A 50 5 Bustanil A 97 6 Desti S 56 7 Erna D.Y 97 8 Fatiya A 97 9 Gunawan 33 10 Hana O 93 57 11 Hesti Y 80 12 Iyad N 63 13 Rusdianah 73 14 Mario F 76 15 Mardianto 53 16 Septiadi 50 17 Nurafni 83 18 Rahman H 60 19 Rahma W 93 20 Reskina 63 21 Syahrohman 76 22 Siti Z 63 23 Siti Y 80 24 Tia 50 25 Winanda S 56 26 Fiki J 80 Dalam siklus I terlihat pada tabel. 5 adanya peningkatan siswa yang mendapat nilai diatas KKM sebanyak 13 orang yaitu dengan nilai Buastanil (97), Erna (97), Fatiya (97), Hana (93), Rahma (93), Aida (83), Nurafni (83), Hesti (80), Siti Y (80), Piki (80), Mario (76), Syahrohman (76), Lisdianah (73), sedangkan jumlah nilai rata-rata masih dibawah KKM, berarti peneliti akan mengadakan tindakan selanjutnya, yaitu siklus II. 3) Observasi Pengamatan dilaksanakan dengan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dan aktivitas guru. Pengamatan aktivitas siswa dilakukan oleh observer dalam hal ini sebagai observer adalah guru kelas dan peneliti juga mengamati aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sedangkan penilaian untuk guru dilakukan oleh 58 siswa dan observer. Berdasarkan pengamatan peneliti dan guru terhadap tingkah laku siswa dalam pembelajaran diperoleh data sebagai berikut: Tabel. 6 Rata-Rata Skor Penilaian Siswa Terhadap Guru Pada Siklus I Pertemuan Kedua No Kategori Pengamatan Jumlah Skor 1 Guru mempersiapkan siswa untuk belajar 117 2 Guru memotivasi siswa 84 3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 93 4 Guru menjelaskan materi bermain peran 99 5 Guru mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar 6 Guru menggunakan media atau alat pendukung pembelajaran berbicara 7 Guru menggunakan teknik yang tepat dalam pembelajaran 8 Guru memberikan tugas sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan 9 Guru mengawasi kelompok secara bergiliran 10 Guru memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam tugas kelompok 105 103 117 93 99 100 38,84 Jumlah rata-rata skor Jumlah rata-rata keseluruhan = Jumlah skor yang didapat siswa Jumlah Siswa Dimana: Skala penilaian rata-rata tiap aspek: 1. Sangat kurang 2. Kurang 59 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat Baik Skala penilaian jumlah rata-rata: 10-19 = Prestasi kurang baik 20-26 = Prestasi kurang 27-33 = Prestasi cukup 34-40 = Prestasi baik 41-50 = Prestasi sangat baik Berdasarkan tabel di atas, dengan jumlah rata-rata keseluruhan 38,84 berarti guru memiliki prestasi yang baik selama kegiatan belajar dan mengajar (KBM) berlangsung. 4) Refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan identifikasi data-data pembelajaran dipertemuan pertama. Data-data yang didapat berupa data observer yaitu data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, catatan lapangan. Dalam catatan lapangan pada pertemuan pertama menunjukan: a) Masih ada siswa yang merasa takut ataupun malu-malu untuk maju ke depan kelas. b) Masih ada siswa yang belum mengerti tentang cara memainkan seorang tokoh dalam drama. c) Adanya rasa senang dari respon yang diberikan siswa. 3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II a. Pertemuan Pertama Kegiatan penelitian pertama dilaksanakan pada hari Senin, 21 April 2014 pada jam pelajaran ke-1 dan ke-2 dengan alokasi waktu 2 X 35 menit atau selama 70 menit. 60 1) Perencanaan Tindakan Dalam tahap ini peneliti bertolak dari hasil pengamatan dan refleksi siklus I maka peneliti dan guru kelas mengadakan diskusi untuk lebih mengetahui kekurangan apa saja yang ada pada siklus I guna mendapatkan hasil yang melebihi SKBM. Hasil dari diskusi tersebut nanti akan dijadikan acuan pada pelaksanaan siklus II, pelaksanaan diskusi pada hari Kamis tanggal 17 April 2014 menghasilkan bahwa peneliti dan guru kelas sepakat dalam pembelajaran siklus II naskah drama yang dibuat tidak terlalu panjang. Adapun perencanaan pertemuan pertama pada siklus II sebagai berikut: a) Kegiatan Awal 10 menit Pada kegiatan awal guru mempersilahkan membaca doa, mengkondisikan siswa untuk belajar, mengabsen siswa, dan memberikan apersepsi serta memotivasi siswa b) Kegiatan Inti 50 menit Pada kegiatan ini guru bertanya kepada siswa tentang tentang hal-hal yang berkaitan dengan drama untuk menggali pengetahuan awal siswa. Kemudian guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari lima orang secara heterogen. Guru memberikan tugas membuat naskah drama dengan media cerita pendek kepada masing-masing kelompok. Guru membantu dan memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Guru memberikan penguatan dan perbaikan hasil kerja siswa. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini. Guru memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. c) Kegiatan Akhir 10 menit Pada kegiatan penutup guru tidak lupa mengingatkan kepada siswa yang belum mempresentasikan hasil kerjanya untuk dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. 61 2) Pelaksanaan Tindakan Pada pertemuan pertama siklus II yang diajarkan pada siswa kelas V terlebih dahulu adalah mengulang materi tentang drama dan memperbaiki cara menyusun naskah drama pendek Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit. Kegiatan yang guru lakukan yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan doa dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas agar siap mengikuti pembelajaran hari ini. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran arah yang jelas tentang hal yang akan dipelajari. Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan menyamakan pandangan tentang materi drama yang akan dipelajari. Apersepsi diberikan cara menyanyikan lagu berlirik drama seperti pada siklus I. Selanjutnya masuk pada kegiatan inti dengan waktu 50 menit. Pada kegiatan ini guru guru melakukan tiga tindakan yaitu eksplorasi, elaborasi, konfirmasi. Dalam kegiatan eksplorasi guru mengadakan Tanya jawab dengan siswa seperti berikut: Anak-anak siapa yang masih ingat apa itu drama? Apa saja unsur yang terdapat dalam drama? Siswa juga diminta untuk menyebutkan drama yang pernah dilihatnya. Selanjutnya yaitu elaborasi dengan pendalaman materi timbal balik dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan elaborasi siswa menyimak penjelasan guru tentang materi yang berkaitan dengan drama, cara merancang naskah drama, dan kemudian menyusun naskah drama, dengan mengembangkan dari naskah drama yang telah dibuatnya. Guru juga menjelaskan kelebihan dan kekurangan naskah drama yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Guru menjelaskan materi ini dengan menggunakan media cerita bergambar beserta teks naskah dramanya, naskah tersebut 62 diperlihatkan kepada siswa dan guru meminta lima orang siswa maju untuk membacakan naskah drama tersebut sesuai tokoh yang diperankannya. Sebelum siswa memperbaiki naskah drama pendek siswa diberi kesempatan untuk menanyakan kesulitan dan kejelasan dari materi yang telah dijelaskan oleh guru. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam lima kelompok. Guru membentuk diskusi kelompok siswa dengan duduk saling berhadapan, guru meminta masing-masing kelompok untuk memperbaiki naskah drama yang sudah dikoreksi dan memperhatikan bagian-bagian naskah yang diberi catatan ksusus dari guru. Guru membimbing, mengadakan pendekatan dan mengarahkan diskusi siswa. Naskah drama yang telah selesai diperbaiki dibacakan oleh masing-masing kelompok di depan kelas dan sekaligus pemantapan peran (tokoh drama). Siswa yang lain menanggapi presentasi kelompok yang maju. Kegiatan inti selanjutnya adalah konfirmasi, guru memberikan penguatan dan reward kepada masing-masing kelompok. Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun naskah drama. 3) Pengamatan (Observasi) Pengamatan dilaksanakan dengan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dan aktivitas guru. Pengamatan aktivitas siswa dilakukan oleh observer dalam hal ini sebagai observer adalah guru kelas dan peneliti juga mengamati aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan penilaian untuk guru dilakukan oleh siswa dan observer. Berdasarkan pengamatan peneliti dan guru terhadap tingkah laku siswa dalam pembelajaran diperoleh data yaitu: a) Siswa memberikan respon positif yang baik selama pembelajaran berlangsung. b) Siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan guru. 63 c) Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan. d) Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru. e) Siswa sering memotivasi dan membantu kelompoknya dalam menjawab pertanyaan dengan cukup baik. f) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan cukup baik. g) Siswa memiliki kerjasama dan tanggung jawab pada kelompoknya. h) Siswa mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir. 4) Refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan identifikasi data-data pembelajaran dipertemuan pertama pada siklus II. Data-data yang didapat berupa data observasi yaitu data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, catatan lapangan. Dalam catatan lapangan pada pertemuan pertama menunjukan: a) Masih ada siswa yang merasa takut ataupun malu-malu untuk maju ke depan kelas. b) Antusias siswa dalam pembelajaran semakin meningkat. c) Pembelajaran santai dan disiplin. b. Pertemuan Kedua Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 22 April 2014 pada jam ke-1 dan jam ke-2, pertemuan ini adalah kelanjutan dari pertemuan pertama. 1) Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti menjelaskan kepada siswa bahwa pertemuan hari ini adalah sebagai lanjutan dari pertemuan sebelumnya, maka peneliti meminta siswa untuk kembali membuat kelompok yang nantinya jika tugas kelompok selesai siswa diberikan posttest guna pengambuilan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa atau untuk mengetahui sejauh mana siswa telah dapat menyerap pembelajaran 64 yang diberikan. Peneliti mengulas kembali tujuan pembelajaran hari ini, menerangkan SK dan KD serta mempersiapkan keperluan yang akan digunakan hari ini. Dalam pertemuan kedua ini dilakukan selama 70 menit dengan pembagian waktu sebagai berikut: a) Kegiatan Awal/ Pendahuluan 5 menit Pada kegiatan awal guru mempersilahkan membaca doa, mengkondisikan siswa untuk belajar, mengabsen siswa, dan memberikan apersepsi serta memotivasi siswa b) Kegiatan Inti 60 menit pada kegiatan ini guru bertanya kepada siswa tentang tentang halhal yang berkaitan dengan drama untuk menggali pengetahuan awal siswa. Kemudian guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari lima orang secara heterogen. Guru mempersilahkan masing-masing kelompok untuk bermain peran sesuai naskah drama yang telah dibuatnya. Kemudian guru memberikan tugas menghafal naskah drama yang telah dibuat oleh masing-masing kelompok sebagai posttest untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa setelah diberikan pembelajaran dengan teknik bermain peran. Guru memberikan penguatan dan perbaikan hasil kerja siswa. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini. Guru memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. c) Kegiatan Akhir 5 menit Pada kegiatan penutup guru tidak lupa mengingatkan kepada siswa yang belum mempresentasikan hasil kerjanya untuk dilanjutkan pada pertemuan berikutnya 2) Pelaksanaan Tindakan Pertemuan kedua merupakan penerapan bermain peran dari naskah drama yang sudah diperbaiki pada pertemuan pertama. Tujuan utama pembelajaran adalah siswa mampu memainkan peran sesuai karakter tokoh dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. 65 Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit. Kegiatan yang guru lakukan yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan doa dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas agar siap mengikuti pembelajaran hari ini. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki arah yang jelas tentang hal yang akan dipelajari. Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan menyamakan pandangan tentang materi drama yang akan dipelajari. Apersepsi diberikan dengan cara tepuk drama bersama-sama dan mengadakan tanya jawab setelah tepuk drama untuk mengetahui tingkat kepekaan siswa. Langkah selanjutnya masuk pada inti dengan waktu 55 menit. Pada kegiatan eksplorasi guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebagai berikut: Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam bermain peran dalam drama? Sebutkan faktor penunjang keefektifan berbicara! Mengapa cara berbicara dalam memerankan tokoh drama menentukan nilai keberhasilan drama? Kegiatan selanjutnya yaitu elaborasi, siswa dijelaskan kembali tentang hal-hal yang harus diperhatikan saat bermain peran dalam drama di antaranya faktor-faktor keefektifan berbicara. Sebelum siswa mencoba memainkan peran drama guru memperlihatkan video drama pendek anak SD. Kemudian guru mempersilahkan siswa untuk menyiapkan setting dengan kelompoknya sebelum maju bermain peran. Selanjutnya masing-masing kelompok memerankan tokoh dari naskah drama yang telah diperbaiki pada pertemuan pertama. Kegiatan bermain peran ini penilaiannya hanya difokuskan pada kemampuan berbicara. Tugas guru yaitu sebagai fasilitator dan memberikan penilaian. Guru membantu membuat setting agar siswa lebih bias 66 berekspresi. Siswa yang belum menjadi diminta untuk memperhatikan dan memberikan tanggapan setelah kelompok yang maju selesai bermain peran. Kegiatan inti selanjutnya adalah konfirmasi, guru memberikan penguatan dan reward kepada masing-masing kelompok dan memberikan hadiah pada kelompok yang terbaik. Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam bermain peran drama. Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran sebagai refleksi yang dilakukan guru. Hasil pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan dari pembelajran sebelumnya. Guru mengucapkan terima kasih atas perhatian, kerjasama, kesungguhan, dan keaktifan siswa selama pembelajaran. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Hasil kemampuan berbicara siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel. 7 Hasil Nilai Kemampuan Berbicara Siswa kelas V siklus II No Nama Siswa Nilai 1 Aida R 93 2 Ahmad Z 73 3 Ari A 50 4 Arifin A 60 5 Bustanil A 97 6 Desti S 80 7 Erna D.Y 97 8 Fatiya A 97 9 Gunawan 60 67 10 Hana O 97 11 Hesti Y 93 12 Iyad N 76 13 Rusdianah 80 14 Mario F 80 15 Mardianto 53 16 Septiadi 83 17 Nurafni 93 18 Rahman H 76 19 Rahma W 97 20 Reskina 73 21 Syahrohman 83 22 Siti Z 73 23 Siti Y 93 24 Tia 63 25 Winanda S 76 26 Fiki J 97 Dalam siklus II terlihat pada tabel. 7 adanya peningkatan siswa yang mendapat nilai diatas KKM sebanyak 21 orang, dengan nilai ratarata sebesar 80,50. 3) Pengamatan (Observasi) Pengamatan dilaksanakan dengan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dan aktivitas guru. Pengamatan aktivitas siswa dilakukan oleh observer dalam hal ini sebagai observer adalah guru kelas dan peneliti juga mengamati aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan penilaian untuk guru dilakukan oleh siswa dan observer. Berdasarkan pengamatan 68 peneliti dan guru terhadap tingkah laku siswa dalam pembelajaran diperoleh data sebagai berikut: Tabel. 8 Rata-rata Skor Penilaian Siswa Terhadap Guru Pada Siklus II Pertemuan Kedua No Kategori Pengamatan Jumlah Skor 1 Guru mempersiapkan siswa untuk belajar 119 2 Guru memotivasi siswa 99 3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 4 Guru menjelaskan materi bermain peran J5 6 7 8 106 103 Guru mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar 110 Guru menggunakan media atau alat pendukung pembelajaran berbicara 106 Guru menggunakan teknik yang tepat dalam pembelajaran 118 Guru memberikan tugas sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan 99 9 Guru mengawasi kelompok secara bergiliran 10 Guru memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam tugas kelompok Jumlah rata-rata skor 106 102 41,07 Jumlah rata-rata keseluruhan = Jumlah skor yang didapat siswa Jumlah Siswa Dimana: Skala penilaian rata-rata tiap aspek: 69 1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat Baik Skala penilaian jumlah rata-rata: 10-19 = Prestasi kurang baik 20-26 = Prestasi kurang 27-33 = Prestasi cukup 34-40 = Prestasi baik 41-50 = Prestasi sangat baik Berdasarkan tabel di atas, dengan jumlah rata-rata keseluruhan 41,07 berarti guru memiliki prestasi yang sangat baik selama kegiatan belajar dan mengajar (KBM) berlangsung. 4) Refleksi Tindakan yang dilakukan pada siklus II ini dilaksanakan selama 2 x pertemuan menunjukkan hasil yang diharapkan yaitu jika siswa mencapai 70 maka tindakan ini berhasil. Melihat dari analisis data yang diperoleh bahwa tindakan dalam penelitian ini telah lebih dari 70 dan siswa telah mencapai batas kriteria ketuntasan minimal yaitu 70. Dari hasil pengamatan dan analisis data yang dilakukan oleh peneliti maupun guru kelas akhirnya sepakat untuk mengakhiri siklus tindakan penelitian dalam kemampuan berbicara ini sampai siklus II. C. Analisis Data 1. Hasil Analisis Data Informasi awal kemampuan berbicara siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel. 9 70 Penilaian Awal Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V MI. ath-thoyyibiyyah Aspek yang dinilai No Nama Ketepat Tekana an n dan ucapan nada diksi Gerak Kenya dan ringan mimik suara kelanc Skor Nilai aran 1 Aida R 4 3 3 3 5 4 22 73 2 Ahmad Z 2 2 1 2 2 2 11 36 3 Ari A 2 2 2 1 2 2 11 36 4 Arifin A 2 2 2 2 3 2 13 43 5 Bustanil A 5 5 4 4 5 5 28 93 6 Desti S 3 2 2 2 4 3 16 53 7 Erna D.Y 4 3 3 3 5 5 23 76 8 Fatiya A 5 4 5 4 5 5 28 93 9 Gunawan 2 2 1 1 2 2 10 33 10 Hana O 5 4 3 3 5 3 23 76 11 Hesti Y 3 3 3 2 4 3 18 60 12 Iyad N 3 3 2 2 4 3 17 56 13 Lisdianah 3 3 2 2 3 4 17 56 14 Mario F 3 3 2 3 3 4 18 60 15 Mardianto 2 1 2 1 2 2 10 33 16 Septiadi 3 3 1 2 3 2 14 46 17 Nurafni 3 4 3 3 5 4 22 73 18 Rahman H 2 3 2 2 4 3 16 53 19 Rahma W 3 4 3 3 4 5 22 73 20 Reskina 2 3 3 2 4 3 17 56 21 Syahrohn 3 2 3 3 4 3 18 60 22 Siti Z 3 3 2 2 3 4 17 56 23 Siti Y 3 3 3 3 4 4 20 66 71 24 Tia 3 2 1 2 3 3 14 46 25 Winanda S 2 3 2 1 3 3 14 46 26 Piki J 3 3 2 3 4 4 19 63 Jumlah 77 75 62 61 94 87 458 1515 Rata-rata 2.9 2.8 2.3 2.3 3.6 3.3 17.6 58.26 Skor Ideal 156 156 156 156 156 156 936 Persentase 49.35 48.07 39.74 39.10 60.25 55.76 48.93 Melalui informasi awal tentang kemampuan berbicara siswa, diketahui jumlah nilai rata-rata yang diperoleh adalah 58.26 dari dua puluh enam siswa, yang mendapat nilai di atas KKM berjumlah tujuh orang. Adapun mereka adalah Bustanil A (93), Fatiya (93), Erna (76), Hana (76), Aida (73), Nurafni (73), Rahma (73), sisanya masih banyak siswa yang mendapat nilai rendah. Hal ini berarti bahwa nilai kemampuan berbicara siswa 73 masih di bawah KKM yang ditetapkan, yaitu 70. Tabel. 10 Penilaian Postest Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V MI. Ath-thoyyibiyyah Siklus I Aspek yang dinilai No Nama Ketepat Tekana an n dan ucapan nada diksi Gerak Kenya dan ringan mimik suara kelanc Skor Nilai aran 1 Aida R 5 4 3 3 5 5 25 83 2 Ahmad Z 3 3 3 2 4 3 18 60 3 Ari A 2 2 2 2 3 1 12 40 72 4 Arifin A 3 2 2 2 3 3 15 50 5 Bustanil A 5 5 5 4 5 5 29 97 6 Desti S 3 2 2 3 4 3 17 56 7 Erna D.Y 5 4 5 5 5 5 29 97 8 Fatiya A 5 5 4 5 5 5 29 97 9 Gunawan 2 2 2 2 3 2 13 33 10 Hana O 5 5 4 4 5 5 28 93 11 Hesti Y 4 4 3 3 5 5 24 80 12 Iyad N 4 3 2 3 4 3 19 63 13 Lisdianah 3 4 3 3 5 4 22 73 14 Mario F 5 4 3 3 5 3 23 76 15 Mardianto 3 2 2 2 4 3 16 53 16 Septiadi 2 3 2 2 3 3 15 50 17 Nurafni 4 5 3 3 5 5 25 83 18 Rahman H 3 3 2 3 3 4 18 60 19 Rahma W 5 4 4 5 5 5 28 93 20 Reskina 4 3 3 2 4 3 19 63 21 Syahrohn 3 5 3 3 5 4 23 76 22 Siti Z 3 3 2 3 4 4 19 63 23 Siti Y 4 5 3 3 5 4 24 80 24 Tia 3 3 2 2 3 2 15 50 25 Winanda S 3 3 2 2 4 3 17 56 26 Piki J 3 4 3 4 5 5 24 80 Jumlah 94 92 74 78 112 97 546 1805 Rata-rata 3.6 3.5 2.8 3.0 4.3 3.7 21.0 69.42 Skor Ideal 156 156 156 156 156 156 936 Persentase 60.25 58.97 47.43 50.00 71.79 62.17 58.33 73 Kemampuan berbicara siswa pada siklus I diketahui jumlah nilai rata-rata yang diperoleh adalah 69.42 dari dua puluh enam siswa, yang mendapat nilai di atas KKM berjumlah tiga belas orang. Adapun mereka adalah Aida (83), Bustanil (97), Erna (97), Fatiya (97), Hana (93), Hesti (80), Lisdianah (73), Mario (76), Nurafni (83), Rahma (93), Syahrohman (76), Siti Y (80), Piki (80), dan sisanya masih banyak siswa yang mendapatkan nilai rendah. Hal ini berarti bahwa nilai kemampuan berbicara siswa 50 masih di bawah KKM yang ditetapkan, yaitu 70. Tabel. 11 Penilaian Postest Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V MI. Ath-thoyyibiyyah Siklus II Aspek yang dinilai No Nama Ketepat Tekana an n dan ucapan nada diksi Gerak Kenya dan ringan mimik suara kelanc Skor Nilai aran 1 Aida R 5 5 4 4 5 5 28 93 2 Ahmad Z 4 4 3 3 5 3 22 73 3 Ari A 3 2 2 2 3 3 15 50 4 Arifin A 3 3 3 2 4 3 18 60 5 Bustanil A 5 5 4 5 5 5 29 97 6 Desti S 3 4 3 4 5 5 24 80 7 Erna D.Y 5 5 4 5 5 5 29 97 8 Fatiya A 5 5 4 5 5 5 29 97 9 Gunawan 3 3 2 3 3 4 18 60 10 Hana O 5 5 4 5 5 5 29 97 11 Hesti Y 5 5 4 4 5 5 28 93 12 Iyad N 3 5 3 3 5 4 23 76 13 Lisdianah 4 5 3 3 4 5 24 80 74 14 Mario F 4 3 4 3 5 5 24 80 15 Mardianto 3 2 2 2 4 3 16 53 16 Septiadi 4 5 3 3 5 5 25 83 17 Nurafni 5 4 4 5 5 5 28 93 18 Rahman H 5 4 3 3 5 3 23 76 19 Rahma W 5 5 4 5 5 5 29 97 20 Reskina 3 4 3 3 5 4 22 73 21 Syahrohn 3 5 4 3 5 5 25 83 22 Siti Z 4 3 4 3 3 5 22 73 23 Siti Y 4 5 4 5 5 5 28 93 24 Tia 4 3 2 3 4 3 19 63 25 Winanda S 3 5 3 3 5 4 23 76 26 Piki J 5 4 5 5 5 5 29 97 Jumlah 105 108 87 93 120 114 679 2093 Rata-rata 4.0 4.1 3.3 3.6 4.6 4.4 26.1 80.50 Skor Ideal 156 156 156 156 156 156 936 Persentase 67.30 69.23 55.76 59.61 76.92 73.07 72.54 Kemampuan berbicara siswa pada siklus II diketahui jumlah nilai rata-rata yang diperoleh adalah 80.50 dari dua puluh enam siswa, yang mendapat nilai di atas KKM berjumlah dua puluh satu orang. Adapun mereka adalah Aida (93), Ahmad (73), Bustanil (97), Desti (80), Erna (97), Fatiya (97), Hana (97), Hesti (93), Iyad (76), Lisdianah (80), Mario (80), Septiadi (83), Nurafni (93), Rahman (76), Rahma (97), Reskina (73), Syahrohman (83), Siti Z (73), Siti Y (93), winanda (76), Piki (97), sisanya masih mendapatkan nilai di bawah KKM. Hal ini berarti bahwa nilai kemampuan berbicara siswa 80 atas KKM yang ditetapkan, yaitu 70. sudah di 75 2. Analisis Data Nilai rata- rata X = ∑X ∑N Dengan : X = Nilai rata-rata ∑X = Jumlah semua nilai siswa ∑N = Jumlah siswa Persentase = Skor Seluruh Siswa x 100% Jumlah skor ideal seluruh siswa Di bawah ini hasil data kemampuan berbicara siswa kelas V MI. Aththoyyibiyyah dari awal sebelum tindakan sampai siklus II, yaitu: Tabel. 12 Perbandingan Kemampuan Bebicara Siswa Kelas V MI. Ath-thoyyibiyyah No Deskripsi Awal sebelum tindakan Siklus I Siklus II 1 Jumlah seluruh skor 458 546 679 2 Jumlah seluruh nilai 1515 1805 2093 3 Rata-rata nilai 58.26 69.42 80.50 4 Persentase skor 48.93 58.33 72.54 Dari data di atas maka dapat dilihat ada peningkatan nilai pada setiap pembelajaran, terlihat dari hasil rata-rata nilai siklus I sebesar 69.42 lebih besar dari hasil rata-rata nilai awal sebelum tindakan sebesar 58.26. sementara itu hasil rata-rata nilai siklus II sebesar 80,50 lebih besar dari hasil rata-rata nilai siklus I yaitu 69.42. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa 76 rata-rata nilai kemampuan berbicara siswa mengalami peningkatan dengan baik. 3. Interpretasi Hasil Analisis Setelah mengetahui rata-rata posttest pada awal sebelum tindakan sebesar 58,26. Pada siklus I sebesar 69,42. Demikian pula pada siklus II sebesar 80,50. Maka dapat dilakukan adanya peningkatan dalam kemampuan berbicara dengan menggunakan teknik bermain peran. Dengan teknik bermain peran kemampuan berbicara siswa berpengaruh besar kepada siswa, karena siswa menjadi lebih termotivasi untuk dapat menghafal cerita, lebih berani maju kedepan kelas untuk bercerita. Teknik bermain peran dapat melibatkan siswa secara aktif, antara siswa termotivasi untuk berinteraksi baik secara sosial atau sesame teman maupun individu dan meningkatkan rasa percaya diri serta tanggung jawab dan pemberian penghargaan. Terdapat peningkatan respons siswa selama pembelajaran berlangsung. Dilihat dari data penilaian terhadap guru bahwa pada siklus I rata-rata skor penilaian 38,84. Sedangkan pada silus II rata-rata skor penilaian 41,07. Hasil belajar diatas membuktikan bahwa hasil penelitian pembelajaran kemampuan berbicara bahasa Indonesia dengan teknik bermain peran ada perbedaan atau peningkatan yang signifikan dari hasil pembelajaran kemampuan berbicara. D. Pembahasan Tentang Penemuan 1. Deskripsi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran Tabel. 13 Hasil Rata-rata Skor Aktivitas Siswa Kelas V MI. Ath-thoyyibiyyah dalam Pembelajaran No Kategori Pengamatan Skor Penilaian Siklus I Siklus II 77 1 Siswa memberikan respon positif selama pembelajaran berlangsung 10 10 2 Siswa memperhatikan dan penjelasan guru dengan baik 8 10 3 Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan 8 10 4 Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru 6 9 5 Siswa sering memotivasi dan membantu kelompoknya dalam mengerjakan tugas kelompok 6 8 6 Siswa mengerjakan tugas kelompoknya dengan serius 10 10 7 Siswa memiliki tanggung jawab dan kerja sama dalam kelompoknya 8 9 8 Siswa mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir Jumlah skor 8 9 64 75 Rata-rata 32 37.5 menyimak Rata-rata skor = Jumlah skor yang didapat guru Jumlah Pertemuan Pertemuan siklus I Rata-rata skor = 64 = 32 2 Pertemuan siklus II Rata-rata skor = 75 = 37.5 2 Dimana: Skala penilaian rata-rata tiap aspek: 1. Sangat kurang baik 78 2. Kurang baik 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat Baik Skala penilaian keseluruhan 8-15 = prestasi kurang baik 16-21 = prestasi kurang 22-27 = prestasi cukup 28-33 = prestasi baik 34-40 = prestasi sangat baik Dalam table di atas terlihat respons siswa pada siklus II mengalami peningkatan, yaitu siklus I dengan rata-rata skor 32 dan siklus II dengan ratarata skor 37,5. Dengan tehnik bermain peran dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih senang dan lebih aktif dalam pembelajaran dan siswa menunjukkan respons yang baik. 2. Hasil Analisis Catatan Lapangan dan Jurnal Siswa dalam Pembelajaran a. Hasil catatan lapangan selama pembelajaran siklus I dan siklus II Pada pertemuan pertama guru menjelaskan maksud danm tujuan pembelajaran, menjelaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Selanjutnya guru menjelaskan materi yang akan diajarkan yaitu mengenai kemampuan berbicara. Pada tindakan siklus I siswa masih malu-malu dan takut, dibentuknya kerja secara kelompok ternyata membuat siswa terlihat bekerja sama dengan senang dan saling membantu sesama anggota kelompok. Setelah kerja kelompok, ditemukan dalam penelitian ini bahwa ada temuan tentang pentingnya aktivitas kelompok dalam pembelajaran bermain peran di antaranya: 1) Dalam catatan lapangan terlihat aktivitas siswa dengan teknik bermain peran dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa berani dan siap maju memainkan naskah drama ke 79 depan kelas dan hal ini dapat membangkitkan motivasi siswa untuk berani berbicara tanpa rasa takut dan malu. 2) Cerita yang disajikan cukup mempengaruhi kelancaran siswa dalam memerankan tokoh drama. Artinya siswa kelas lima di MI. Aththoyyibiyyah mampu memerankan cerita berdasarkan naskah drama yang dibuatnya sendiri. Ini dibuktikan dengan hasil kerja kelompok siswa di bawah ini: Tabel. 14 Hasil Kemampuan Berbicara secara Kelompok Kelas V MI. Ath-thoyyibiyyahh Siklus I 80 83 66 76 63 Siklus II 90 93 76 86 66 Terlihat dalam tabel. 14 bahwa nilai kelompok siswa pada siklus I yang sudah mendapat nilai mencapai KKM terdapat tiga kelompok selebihnya masih di bawah KKM. Adapun pada siklus II nilai kelompok siswa yang memperoleh nilai di atas KKM terdapat empat kelompok, berarti adanya peningkatan dalam nilai kelompok siswa. Tabel. 15 Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa secara Kelompok pada Kelas V MI. Ath-thoyyibiyyah Siklus I Aspek yang di nilai Nama Penampil Tekan an/Keber an dan pok anian Nada 1 I 4 4 2 II 5 3 III 4 No Kelom Gerak Kenyari dan ngan Mimik Suara 3 3 5 5 24 80 4 3 3 5 5 25 83 3 2 3 5 3 20 66 diksi Kelanca Skor Nilai ran 80 4 IV 5 3 3 3 5 4 23 76 5 V 4 3 2 3 4 3 19 63 Jumlah 22 17 13 15 24 20 111 368 4,4 3,4 2.6 3,0 5,8 4,0 22,2 73,6 Rata-rata hitung Dari data tabel. 15 bahwa rata-rata skor kemampuan berbicara secara kelompok yang diperoleh pada siklus I sebesar 22,20 dengan rata-rata nilai sebesar 73,60. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berbicara siswa secara kelompok, yang sudah mencapai nilai KKM baru tiga kelompok dan sisanya masih belum memenuhi nilai KKM, yaitu 70. Tabel. 16 Data Analisis Kemampuan Berbicara Siswa secara Kelompok Pada Kelas V MI. Ath-thoyyibiyyah Siklus II Aspek yang di nilai Nama Penampil Tekan Gerak Kenyari an/Keber an dan dan ngan pok anian Nada Mimik Suara 1 I 5 4 4 4 5 5 27 90 2 II 5 5 4 4 5 5 28 93 3 III 5 3 3 3 5 4 23 76 4 IV 4 5 3 4 5 5 26 86 5 V 4 3 2 3 5 3 20 66 Jumlah 23 20 16 18 25 22 124 411 4,6 4,0 3,2 3,6 5,0 4,4 24,8 82,2 No Kelom Rata-rata hitung diksi Kelanca Skor Nilai ran 81 Dari tabel. 16 bahwa rata-rata skor kemampuan berbicara secara kelompok yang diperoleh sebesar 22,20 dengan rata-rata nilai sebesar 73,60 pada siklus I mengalami peningkatan pada siklus II dengan rata-rata skor sebesar 24,80 dengan rata-rata nilai sebesar 82,20. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berbicara siswa secara kelompok yang sudah memenuhi nilai KKM yaitu sebesar 70 sebanyak empat kelompok dan sisanya masih belum memenuhi nilai KKM. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan Berbicara melalui teknik bermain peran pada siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat, terlihat pada siklus I rata-rata hitung kemampuan berbicara siswa sebesar 21,00 dengan persentase 58,33 . Sedangkan pada siklus II rata-rata hitung kemampuan berbicara siswa sebesar 24,20 dengan persentase 72.54 , mengalami peningkatan sebesar 14.21 . Hasil belajar kemampuan berbicara siswa Pada siklus I rata-rata nilai sebesar 69,42, sedangkan pada siklus II rata-rata nilai sebesar 80,50 mengalami peningkatan sebesar 11,08, dan dapat memenuhi KKM yaitu sebesar 70. Selanjutnya hasil pengamatan aktivitas siswa bahwa pada siklus I respons siswa atau aktivitas siswa saat pembelajaran sebesar (32) dengan tingkat kriteria “baik.” Selanjutnya pada siklus II respons siswa atau aktivitas siswa saat pembelajaran sebesar (37,5) “sangat baik”. B. Saran Berdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan dan disimpulkan diatas maka peneliti menyarankan beberapa hal: 1. Bagi guru penggunaan teknik bermain peran dalam pembelajaran bahasa indonesia khususnya kemampuan berbicara adalah salah satu alternatif untuk membuat siswa berani maju ke depan kelas untuk memainkan naskah drama dan aktif dalam pembelajaran. 2. Dengan adanya penelitian ini maka dapat memberikan suatu pandangan tentang teknik-teknik yang harus diciptakan dalam suatu proses 82 83 pembelajaran. Artinya guru harus terus mencoba teknik-teknik pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. 3. Dengan teknik bermain peran maka guru dapat mengukur kemampuan kelas dalam materi drama. Artinya guru harus tahu kemampuan atau batasan siswa untuk membuat naskah drama dan memainkannya. 4. Bagi siswa, dengan teknik bermain peran keaktifan siswa semakin terus ditingkatkan, keberanian siswa untuk berbicara dimuka umum khususnya dalam pembelajaran bermain peran terus dipupuk agar lebih aktif berbicara. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-4, 2012. Cahyani, Isah., Hodijah dan Yayah Churiah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung: UPI PRESS, Cet. Ke-1. 2007. Hindun. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Depok: Nufa Citra Mandiri, 2013. Madrasah Iskandarwassid. dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-2. 2009. Kusumah, Wijaya., dan Dedi Dwitagama. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks, 2009. Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-9. 2012. Mulyati, Yeti., dkk. Materi Pokok Keterampilan Berbahasa Indonesia Modul 1-9. Jakarta: Universitas Terbuka, Cet. Ke-1. 2007. Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BFEE Yogyakarta, Cet. Ke-3. 2012. Ormrod, Jeanne Ellis., Alih Bahasa Wahyu Indiati, dkk, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Educational Psychology Developing Learners. Jakarta: Erlangga, ed. 6. 2009. Pujiono, Setyawan. Terampil Menulis Cara Mudah dan Praktis Dalam Menulis. Yogyakarta: Graha Ilmu, Cet. Ke-1. 2013. Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia, Cet. 1. 2008. Resmini, Novi, dan, Dandan Juanda. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS, Cet. 1. 2007. Rojak, Abd, dan Maifalinda Fatra. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Cet. Ke-3. 2012. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 7. 2009. Suryanto, Adi., dkk. Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka, Cet. 2. 2009. 84 85 Tarigan, Djago., dan Henry Guntur Tarigan. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 1990. Tarigan, Henry Guntur Tarigan. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung, Cet. 1. 2008. Tim Pengembang Ilmu Pendididkan FIP-UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I: Ilmu Pendidikan Teoretis. Bandung: Imperial Bakti Utama, 2009. Tim pelatih proyek PGSM. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi PGSM, 1999. TW, Solchan. dkk. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka, Cet. Ke-3. 2008. Wahyuni, Sri., dkk. Bahasa Indonesia Paket 1-6. Surabaya: LAPIS PGMI, 2008. Wardhani, IGAK., dan, Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka, Cet. 10. 2010. Zaini, Hisyam., Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008. Internet: Bintang Kecil Delapan, Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara. http://bintangkecildelapan.blogspot.com/2012/03/strategi-meningkatkankemampuan.html. diakses Senin, 31 Maret 2014, pukul. 07.00 WIB, Burhan, Nasrianti. Pengertian Kemampuan. http://nasriantiburhan.blogspot.com/2013/01/pengertian-kemampuan.html. diakses 30 maret 2014, pukul 22.54 WIB. Ernawati, Yeni. Teknik Pengajaran Berbicara. http://duniayeniernawati.blogspot.com/2011/05/teknik-pengajaranberbicara.html. diakses Minggu, 30 Maret 2014. pukul. 23.49 WIB. 86 Sharing Kuliahku, Langkah-langkah model Pembelajaran Role Playing atau bermain peran, http://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/11/21/langkah-langkahmodel-pembelajaran-role-playing-atau-bermain-peran/. diakses Rabu, 2 April 2014, pukul 13.08 WIB. RIWAYAT PENULIS IDAH SAIDAH FIKRIYAH, lahir di Sukabumi, 14 Agustus 1983 dari seorang ibu yang bernama Euis Robiatul Adawiyah (almarhumah), dan seorang ayah bernama Prof. Zainal Abidin Fikri (almarhum). Kini penulis beralamat di Jl. Cendrawasih 7 no. 87 Rt 007 Rw 06, kelurahan Cengkareng Barat, kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Adapun riwayat pendidikan penulis, yaitu pada tahun 1995 lulus dari MI. Kanzul Mutaalimin Sukabumi. Kemudian melanjutkan ke MTs Syarikat Islam lulus tahun 1998. Pada tahun 2001 lulus dari MAN Cibadak Sukabumi kemudian tahun 2003 melanjutkan ke STAI Syamsul Ulum Program D-II PGMI dan lulus tahun 2005. Setelah itu kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pada semester akhir tahun 2014 penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Penerapan Teknik Bermain Peran pada Siswa Kelas V MI. AthThoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat”. Pada tahun 2001-2002, penulis menjadi tenaga pengajar di Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Diniyah Kanzul Mutaalimin, kemudian tahun 2002 sampai tahun 2003 menjadi tenaga pengajar di Yayasan Autis Kasih Bunda Bogor. Setelah itu dari tahun 2003 sampai dengan sekarang menjadi tenaga pengajar di TK Arridho Kapuk sebagai guru kelompok A dan menjadi tenaga pengajar di MI. Ath-Thoyyibiyyah sebagai guru bahasa Indonesia dan Matematika. RIWAYAT PENULIS IDAH SAIDAH FIKRIYAH, lahir di Sukabumi, 14 Agustus 1983 dari seorang ibu yang bernama Euis Robiatul Adawiyah (almarhumah), dan seorang ayah bernama Prof. Zainal Abidin Fikri (almarhum). Kini penulis beralamat di Jl. Cendrawasih 7 no. 87 Rt 007 Rw 06, kelurahan Cengkareng Barat, kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Adapun riwayat pendidikan penulis, yaitu pada tahun 1995 lulus dari MI. Kanzul Mutaalimin Sukabumi. Kemudian melanjutkan ke MTs Syarikat Islam lulus tahun 1998. Pada tahun 2001 lulus dari MAN Cibadak Sukabumi kemudian tahun 2003 melanjutkan ke STAI Syamsul Ulum Program D-II PGMI dan lulus tahun 2005. Setelah itu kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pada semester akhir tahun 2014 penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Penerapan Teknik Bermain Peran pada Siswa Kelas V MI. AthThoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat”. Pada tahun 2001-2002, penulis menjadi tenaga pengajar di Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Diniyah Kanzul Mutaalimin, kemudian tahun 2002 sampai tahun 2003 menjadi tenaga pengajar di Yayasan Autis Kasih Bunda Bogor. Setelah itu dari tahun 2003 sampai dengan sekarang menjadi tenaga pengajar di TK Arridho Kapuk sebagai guru kelompok A dan menjadi tenaga pengajar di MI. Ath-Thoyyibiyyah sebagai guru bahasa Indonesia dan Matematika. Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NAMA SEKOLAH : MI. ATH-THOYYIBIYYAH MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia KELAS/ SEMESTER : V/II ALOKASI WAKTU : 4 X 35 menit SIKLUS :I STANDAR KOMPETENSI : Mengungkapkan pikiran dan persaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama 1. KOMPETENSI DASAR 2. INDIKATOR : Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang tepat. : 1. Membuat naskah drama dari cerita bergambar 2. Memerankan tokoh drama dengan lafal dan intonasi yang tepat 3. Menanggapi drama yang telah diperankan 3. TUJUAN PEMBELAJARAN : Melalui penjelasan guru, tanya jawab dan diskusi kelompok dan bermain peran tentang drama pendek diharapkan siswa dapat membuat naskah drama dan memerankannya. 4. MATERI PEMBELAJARAN Materi Pokok : Drama pendek Sub PB : Bermain peran Uraian Materi : Terlampir 5. METODE PEMBELAJARAN : teknik bermain peran (Role Playing), tanya jawab, diskusi kelompok 6. KARAKTER YANG DIHARAPKAN : Tanggung jawab, berani, percaya diri. 7. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Pertemuan Pertama (2 x 35 menit) a. Pendahuluan KEGIATAN GURU KEGITAN SISWA WAKTU 1. Mengucap salam, menanyakan 1. Menjawab salam, berdoa 10 menit kabar siswa, berdoa & mendoakan siswa/orang tua siswa yang sakit (jika sebelum kegiatan pembelajaran dimulai ada), mengisi daftar hadir 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Apersepsi (bernyanyi drama 2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 3. Siswa bernyanyi dan dengan nada naik-naik ke menjawab pertanyaan puncak gunung dan tanya guru jawab sekitar lagu tersebut) 4. Memotivasi siswa dan menyamakan pandangan 4. Menyimak dan memperhatikan tentang drama b. Inti KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA 5 menit Eksplorasi 1. Guru bertanya kepada siswa tentang drama (“Anak-anak siapa yang pernah menonton pertunjukkan drama? WAKTU 1. Siswa menjawab pertanyaan dari guru Dimana?,” Dilanjutkan dengan bertanya “Apa saja yang kamu lihat dari pertunjukkan drama itu?”) 35 menit Elaborasi 1. Guru menjelaskan materi 1. Siswa menyimak tentang cara membuat naskah memperhatikan drama dengan menggunakan penjelasan guru media media dan cerita bergambar 2. Guru mengarahkan siswa 2. Siswa membentuk untuk membentuk kelompok, kelompok yang terdiri setiap kelompok terdiri dari 5 dari orang serta orang. membuat 5 nama kelompoknya masing- masing 3. 4. Guru meminta siswa untuk 3. Siswa berdiskusi untuk berdiskusi untuk membuat membuat naskah drama naskah drama dengan media dengan cerita bergambar. bergambar Guru meminta media cerita setiap 4. Setiap anggota kelompok kelompok menentukan peran menentukan peran yang sesuai dengan naskah drama akan yang dibuatnya, kemudian sesuai masing-masing drama yang telah dibuat, mempresentasikan kerjanya. kelompok hasil diperankannya dengan kemudian naskah setiap kelompok mempresentasikannya di depan kelas. Bagi kelompok lain menanggapi presentasi kelompok yang maju. 10 menit Konfirmasi 1. Guru memberi kesempatan 1. Siswa bertanya kepada kepada siswa untuk bertanya guru mengenai materi mengenai materi yang belum yang belum dipahami dipahami 2. Guru memberikan kesempatan 2. Siswa memberikan kepada siswa untuk menjawab jawaban atas pertanyaan pertanyaan temannya temannya 3. Guru mengklarifikasi jawaban 3. Siswa yang disampaikan siswa untuk menyimak dan memperhatikan memberikan penguatan 4. Guru memberikan reward dan meminta siswa memberikan aplouse pada tiap kelompok yang telah berani maju kedepan kelas. 4. Siswa aplouse kelompok memberikan untuk setiap yang telah berani maju ke depan kelas. c. Penutup KEGIATAN GURU 1. Guru membimbing KEGIATAN SISWA siswa 1. Siswa untuk menyimpulkan materi materi yang telah di pelajari dipelajari WAKTU menyimpulkan yang telah 10 menit 2. Siswa bersama guru 2. Siswa mengevaluasi bersama guru hasil mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai bentuk pembelajaran sebagai refleksi yang dilakukan guru bentuk refleksi yang dilakukan guru 3. Guru memberikan tugas untuk 5. Siswa bermain peran dengan untuk diberikan tugas bermain peran menggunakan naskah drama dengan yang naskah drama yang telah telah dibuat pada pertemuan selanjutnya. menggunakan dibuat pada pertemuan selanjutnya. 4. Menyampaikan umpan balik terhadap proses belajar dengan memuji siswa yang telah aktif dalam berkontribusi pembelajaran mengakhiri dan pembelajaran dengan salam. Pertemuan kedua (2 x 35 menit) a. Pendahuluan KEGIATAN GURU KEGITAN SISWA WAKTU 1. Mengucap salam, menanyakan 1. Menjawab salam, berdoa 5 menit kabar siswa, berdoa & mendoakan siswa/orang tua siswa yang sakit (jika sebelum kegiatan pembelajaran dimulai ada), mengisi daftar hadir 2. Mengkondisikan siswa dengan melakukan tepuk drama 2. Siswa melakukan tepuk drama 3. Apersepsi dengan menanyakan kembali pelajaran tentang 3. Siswa Menyimak dan memperhatikan materi sebelumnya dan memotivasi siswa dengan menghubungkannya dengan pelajaran yang akan dilaksanakan b. Inti KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA WAKTU 5 menit Eksplorasi 1. Guru bertanya tentang kesiapan 1. Siswa siswa untuk bermain peran dan menjawab pertanyaan guru menanyakan siapa yang pernah berperan dalam drama. 2. Guru bertanya Bagaimana cara tentang 2. Siswa bermain peran yang baik dan benar berpikir menjawab untuk pertanyaan guru agar dapat nilai baik dan menghibur 50 menit Elaborasi 1. Guru menjelaskan hal-hal 1. Siswa menyimak yang harus diperhatikan saat memperhatikan bermain peran dalam drama. penjelasan guru 2. Guru memberikan waktu 5 2. Siswa dan untuk menit kepada siswa untuk mempersiapkan mempersiapkan diri dengan dengan kelompoknya sebelum bermain peran bermain peran sebelum diri kelompoknya 15 menit Konfirmasi 1. Guru memberi kesempatan 1. Siswa bertanya kepada kepada siswa untuk bertanya guru mengenai materi mengenai materi yang belum yang belum dipahami dipahami 2. Guru memberikan kesempatan 2. Siswa memberikan kepada siswa untuk menjawab jawaban atas pertanyaan pertanyaan temannya temannya 3. Guru mengklarifikasi jawaban 3. Siswa memperhatikan yang disampaikan siswa c. Penutup KEGIATAN GURU 1. Guru membimbing KEGIATAN SISWA siswa 1. Siswa untuk menyimpulkan materi materi yang telah di pelajari sebagai dipelajari menyimpulkan yang refleksi 2. Menyampaikan umpan balik terhadap proses belajar dengan memuji siswa yang telah aktif WAKTU berkontribusi dalam pembelajaran 8. SUMBER BELAJAR Handphone, buku bahasa Indonesia kelas V, LKS, internet telah 5 menit 9. PENILAIAN Penilaian berlansung selama proses dan sesudah pembelajaran berlangsung, yaitu: a. Teknik penilaian: tes lisan (tes kinerja) dan non tes b. Bentuk penilaian: 1) Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung 2) Penilaian hasil adalah penilaian hasil kemampuan berbicara siswa. Penilaian hasil belajar siswa (kemampuan berbicara) NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 2 3 4 5 Jumlah Skor Nilai Pedoman Penilaian Kemampuan Berbicara No 1 2 Aspek Penilaian Ketepatan Ucapan Tekanan dan Nada Kriteria Skor Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 3 4 5 6 Diksi Gerak dan Mimik Kenyaringan Suara Kelancaran Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Hasil Nilai Kemampuan Berbicara Aspek yang dinilai No 1 Nama Ketepat Tekana siswa an n dan ucapan nada diksi Gerak Kenya dan ringan mimik suara kelanc aran Skor Nilai 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata Penilaian Hasil Tugas Kelompok NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Penampilan/keberanian B Tekanan dan nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 2 3 4 5 Jumlah Skor Nilai Pedoman Penilaian Hasil Tugas Kelompok No 1 2 Aspek Penilaian Penampilan/keberanian Tekanan dan nada Kriteria Skor Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 3 4 5 6 Diksi Gerak dan Mimik Kenyaringan Suara Kelancaran Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Mengetahui, Jakarta, 14 April 2014 Kepala MI. Ath-Thoyyibiyyah Guru Bahasa Indonesia Iwan Ridwan, S.Pd.I Idah Saidah Fikriyah LEMBAR KERJA KELOMPOK Kelompok : Anggota : 1. ………………… 2. ………………... 3. ………………… 4. ………………… 5. ............................ Materi : Bermain Peran Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Petunjuk Perwakilan kelompok maju untuk mengambil nomor urut. Setiap kelompok bekerja sama untuk membuat naskah drama sesuai gambar. Perwakilan kelompok membacakan naskah drama yang telah dibuat. Setiap anggota kelompok mengambil peran sesuai tokoh yang ada pada naskah. Setiap kelompok bermain peran sesuai naskah yang telah dibuatnya. Selamat Bekerja Sama! Kehidupan Nelayan Pagi itu Bang Otoy dan Bang Gigi baru tiba dari melaut, mereka menambatkan perahunya dipinggir pantai. “kemana kita menjual ikan hasil tangkapan kita ini Gi?” kata bang Otoy “kita jual ke Mpok Munaroh aja, dia berani bayar mahal.” Gigi menjawab. Kemudian mereka berdua pergi ketempat pelelangan ikan, mereka menuju toko ikan milik mpok Munaroh untuk menjual ikan hasil tangkapan mereka pagi itu. Disaat Gigi dan Otoy menjual ikan ditoko Mpok Munaroh, Tiba-tiba Bu Ijah dan Bu Cucu datang untuk membeli ikan di tempat Mpok Munaroh. Deskripsi uraian materi Bermain Peran Drama adalah salah satu jenis karya sastra. Apakah kamu pernah menonton drama? Drama di televisi biasa disebut sinetron. Dalam memerankan tokoh, pemain drama harus memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi dengan tepat. Lafal adalah pengucapan bunyi bahasa meliputi pengucapan vocal dan konsonan. Intonasi adalah nada kalimat, yaitu tinggi atau rendah, keras atau lemahnya suara dalam membaca kalimat. Sementara itu, ekspresi adalah mimik muka. Kapan pemeran tokoh sedih, senang, marah, atau bahagia terlihat dalam ekspresi. Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NAMA SEKOLAH : MI. ATH-THOYYIBIYYAH MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia KELAS/ SEMESTER : V/II ALOKASI WAKTU : 4 X 35 menit SIKLUS : II STANDAR KOMPETENSI : Mengungkapkan pikiran dan persaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama 1. KOMPETENSI DASAR 2. INDIKATOR : Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang tepat. : 1. Membuat naskah drama dari cerita bergambar 2. Memerankan tokoh drama dengan lafal dan intonasi yang tepat 3. Menanggapi drama yang telah diperankan 3. TUJUAN PEMBELAJARAN : Melalui penjelasan guru, tanya jawab dan diskusi kelompok dan bermain peran tentang drama pendek diharapkan siswa dapat membuat naskah drama dan memerankannya. 4. MATERI PEMBELAJARAN Materi Pokok : Drama pendek Sub PB : Bermain peran Uraian Materi : Terlampir 5. METODE PEMBELAJARAN : teknik bermain peran (Role Playing), tanya jawab, diskusi kelompok 6. KARAKTER YANG DIHARAPKAN : Tanggung jawab, berani, percaya diri. 7. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Pertemuan Pertama (2 x 35 menit) a. Pendahuluan KEGIATAN GURU KEGITAN SISWA WAKTU 1. Mengucap salam, menanyakan 1. Menjawab salam, berdoa 10 menit kabar siswa, berdoa & mendoakan siswa/orang tua siswa yang sakit (jika sebelum kegiatan pembelajaran dimulai ada), mengisi daftar hadir 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Apersepsi (bernyanyi drama 2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 3. Siswa bernyanyi dan dengan nada naik-naik ke menjawab pertanyaan puncak gunung dan tanya guru jawab sekitar lagu tersebut) 4. Memotivasi siswa dan menyamakan pandangan 4. Menyimak dan memperhatikan tentang drama b. Inti KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA 5 menit Eksplorasi 1. Guru bertanya kepada siswa 1. Siswa menjawab tentang drama (“Anak-anak siapa yang masih ingat apa itu drama? Apa saja unsur yang WAKTU pertanyaan dari guru terdapat dalam drama?”) 40 menit Elaborasi 1. Guru menjelaskan materi 1. Siswa menyimak tentang cara membuat naskah memperhatikan drama dengan menggunakan penjelasan guru media media dan cerita bergambar 2. Guru memperlihatkan contoh 2. Siswa memerankah naskah drama yang benar dan contoh meminta 5 orang siswa untuk yang ditunjukkan oleh memerankannya guru. didepan naskah Drama kelas. 3. Guru mengarahkan siswa 3. Siswa membentuk untuk membentuk kelompok, kelompok yang terdiri setiap kelompok terdiri dari 5 dari orang serta orang seperti pada pertemuan membuat pertama siklus I kelompoknya 5 nama masing- masing 4. Guru meminta siswa untuk 4. Siswa berdiskusi untuk berdiskusi untuk memperbaiki memperbaiki naskah drama drama yang dibuatnya. telah dibuat pada yang naskah telah pertemuan sebelumnya. 5. Guru meminta setiap 5. Setiap anggota kelompok kelompok mempresentasikan mempresentasikannya naskah drama yang telah naskah drama yang telah diperbaiki serta pemantapan diperbaiki di depan kelas peran yang akan di mainkan serta pemantapan peran hasil kerjanya. yang akan di mainkan. Bagi kelompok menanggapi lain presentasi kelompok yang maju. 5 menit Konfirmasi 1. Guru memberi kesempatan 1. Siswa bertanya kepada kepada siswa untuk bertanya guru mengenai materi mengenai materi yang belum yang belum dipahami dipahami 2. Guru memberikan kesempatan 2. Siswa memberikan kepada siswa untuk menjawab jawaban atas pertanyaan pertanyaan temannya temannya 3. Guru mengklarifikasi jawaban 3. Siswa yang disampaikan siswa untuk menyimak dan memperhatikan memberikan penguatan 4. Guru memberikan reward dan meminta siswa memberikan aplouse pada tiap kelompok yang telah berani maju kedepan kelas. 4. Siswa aplouse kelompok memberikan untuk yang setiap telah berani maju ke depan kelas. c. Penutup KEGIATAN GURU 1. Guru KEGIATAN SISWA membimbing siswa 1. Siswa menyimpulkan untuk menyimpulkan materi materi yang telah di pelajari dipelajari 2. Siswa bersama guru 2. Siswa mengevaluasi WAKTU yang telah bersama guru hasil mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai bentuk pembelajaran sebagai refleksi yang dilakukan guru bentuk refleksi 10 menit yang dilakukan guru 3. Guru memberikan tugas untuk 3. Siswa bermain peran dengan untuk diberikan tugas bermain peran menggunakan naskah drama dengan menggunakan yang telah diperbaiki pada naskah drama yang telah pertemuan selanjutnya. diperbaiki pada pertemuan selanjutnya. 4. Menyampaikan umpan balik terhadap proses belajar dengan memuji siswa yang telah aktif dalam berkontribusi pembelajaran mengakhiri dan pembelajaran dengan salam. Pertemuan kedua (2 x 35 menit) a. Pendahuluan KEGIATAN GURU KEGITAN SISWA WAKTU 1. Mengucap salam, menanyakan 1. Menjawab salam, berdoa 5 menit kabar siswa, berdoa & sebelum kegiatan mendoakan siswa/orang tua siswa yang sakit (jika pembelajaran dimulai ada), mengisi daftar hadir 2. Mengkondisikan siswa dengan melakukan tepuk drama 2. Siswa melakukan tepuk drama 3. Apersepsi dengan menanyakan kembali pelajaran tentang 3. Siswa Menyimak dan memperhatikan materi sebelumnya dan memotivasi siswa dengan menghubungkannya dengan pelajaran yang akan dilaksanakan b. Inti KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA WAKTU 5 menit Eksplorasi 1. Guru bertanya tentang Hal-hal 1. Siswa berpikir menjawab apa saja yang harus pertanyaan guru diperhatikan dalam bermain peran dalam drama? Sebutkan faktor penunjang keefektifan berbicara! Mengapa cara berbicara dalam memerankan tokoh drama menentukan nilai keberhasilan drama? 50 menit Elaborasi 1. Guru menjelaskan hal-hal 1. Siswa yang harus diperhatikan saat menyimak memperhatikan dan bermain peran dalam drama. penjelasan guru 2. Guru memperlihatkan video 2. Siswa menyimak video drama pendek anak yang diperlihat oleh guru 3. Guru memberikan waktu 5 3. Siswa untuk menit kepada siswa untuk mempersiapkan mempersiapkan diri dengan dengan kelompoknya sebelum bermain peran sebelum diri kelompoknya bermain peran 4. Guru bertindak fasilitator agar sebagai setiap kelompok memainkan drama dengan naskah yang 4. Setiap kelompok memainkan dengan drama naskah yang dibuatnya sendiri. dibuatnya sendiri. 15 menit Konfirmasi 1. Guru memberi kesempatan 1. Siswa bertanya kepada kepada siswa untuk bertanya guru mengenai materi mengenai materi yang belum yang belum dipahami dipahami 2. Guru memberikan kesempatan 2. Siswa memberikan kepada siswa untuk menjawab jawaban atas pertanyaan pertanyaan temannya temannya 3. Guru mengklarifikasi jawaban 3. Siswa memperhatikan yang disampaikan siswa c. Penutup KEGIATAN GURU 1. Guru membimbing KEGIATAN SISWA siswa 1. Siswa untuk menyimpulkan materi materi yang telah di pelajari sebagai dipelajari WAKTU menyimpulkan yang 5 menit telah refleksi 2. Menyampaikan umpan balik terhadap proses belajar dengan memuji siswa yang telah aktif berkontribusi dalam pembelajaran 8. SUMBER BELAJAR Handphone, buku bahasa Indonesia kelas V, LKS, internet, Video Drama pendek anak SD. 9. PENILAIAN Penilaian berlansung selama proses dan sesudah pembelajaran berlangsung, yaitu: a. Teknik penilaian: tes lisan (tes kinerja) dan non tes b. Bentuk penilaian: 1) Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung 2) Penilaian hasil adalah penilaian hasil kemampuan berbicara siswa. Penilaian hasil belajar siswa (kemampuan berbicara) NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 2 3 4 5 Jumlah Skor Nilai Pedoman Penilaian Kemampuan Berbicara No 1 2 3 4 Aspek Penilaian Ketepatan Ucapan Tekanan dan Nada Diksi Gerak dan Mimik Kriteria Skor Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 5 6 Kenyaringan Suara Kelancaran Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Hasil Nilai Kemampuan Berbicara Aspek yang dinilai No Nama Ketepat Tekana siswa an n dan ucapan nada 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata diksi Gerak Kenya dan ringan mimik suara kelanc aran Skor Nilai Penilaian Hasil Tugas Kelompok NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Penampilan/keberanian B Tekanan dan nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 2 3 4 5 Jumlah Skor Nilai Pedoman Penilaian Hasil Tugas Kelompok No 1 2 3 Aspek Penilaian Penampilan/keberanian Tekanan dan nada Diksi Kriteria Skor Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 4 5 6 Gerak dan Mimik Kenyaringan Suara Kelancaran Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Mengetahui, Jakarta, 21 April 2014 Kepala MI. Ath-Thoyyibiyyah Guru Bahasa Indonesia Iwan Ridwan, S.Pd.I Idah Saidah Fikriyah LEMBAR KERJA KELOMPOK Kelompok : Anggota : 1. ………………… 2. ………………... 3. ………………… 4. ………………… 5. ............................ Materi : Bermain Peran Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Petunjuk Perwakilan kelompok maju untuk mengambil nomor urut. Setiap kelompok bekerja sama untuk membuat memperbaiki naskah drama sesuai gambar. Perwakilan kelompok membacakan naskah drama yang telah dibuat. Setiap anggota kelompok mengambil peran sesuai tokoh yang ada pada naskah. Setiap kelompok bermain peran sesuai naskah yang telah dibuatnya. Selamat Bekerja Sama! Naskah Drama yang disajikan guru sebagai contoh. Payung Mama Ferdy hendak berangkat sekolah. Namun, hujan tidak berhenti turun. Padahal sudah 3 jam. Ia kesal sekali. Dia hanya berdiri di teras memandang hujan turun. Ferdy : “Aduh kenapa sih hujan nggak mau berhenti. Apa belum cukup waktu tiga jam untuk menjatuhkan air ke bumi. Bagaimana bisa berangkat sekolah kalau hujan terus.” (menggerutu) Mama : “Ferdy, pagi-pagi bukannya cepat-cepat berangkat sekolah malah menggerutu terus. Nanti terlambat, sayang.” Ferdy : “Papa kan sedang tugas ke Jakarta, Ma! itu berarti hari ini tidak ada yang mengantar Ferdy ke sekolah. Daripada Ferdy ke sekolah memakai payung Mama yang bergambar bunga, lebih baik Ferdy tidak usah sekolah hari ini.” Mama : “Ferdy, kamu tidak boleh bolos. Papa pasti akan marah kalau melihat kamu jadi anak bandel. Ayo cepat berangkat!” (dengan suara keras) Ferdy pun berjalan di tengah hujan. Ia menggunakan paying mama. Dia terus menggerutu. Kesal karena harus memakai payung kembang-kembang. Rasa malu menyelimuti Ferdy. Di tengah perjalanan ada yang memanggil Ferdy. Dhani : “Ferdy, tunggu! Aduh, kamu lama sekali lewatnya. Sudah setengah jam lho aku menunggu kamu!” (sambil berteriak) Ferdy : “Hah, nggak salah? Memangnya kamu tidak malu berpayung bareng aku?” (agak tidak percaya) Dhani : “Kenapa harus malu? Payungmu cukup besar dan bagus, kalau aku punya payung seperti kamu pasti aku akan senang. Selain aku tidak sering sakit pilek, seragamku juga tidak akan basah. Asyik kan?” Bel tanda masuk berbunyi. Tidak berapa lama Bu Tia, guru Ferdy memasuki ruang kelas. Bu Tia : “Selamat pagi anak-anak!” Murid-murid : “Selamat pagi, Bu!”” (hampir bersamaan) Bu Tia : “Hari ini banyak yang tidak masuk ya? Baiklah sekarangBu Tia akan mengabsen kalian satu per satu. Aduh, maaf anak-anak, ternyata buku Ibu ketinggalan diasrama. Oh, ya tadi Ibu lihat ada payung di luar, punya siapa ya?”” Dhani : “Punya Ferdy, Bu!” Bu Tia : “Ferdy, Ibu pinjam dulu ya payungmu. Boleh kan?” Ferdy : “Iya, Bu silakan.” Ari : “Wah untung ada payungnya Ferdy. Coba kalau tidak. Bisa basah kuyup deh bu Tia.” (menyeletuk) Dhani : “Tuh, kan payungmu banyak manfaatnya. Jangan lupa besok kalau hujan aku nebeng lagi ya?” (sambil menepuk pundak Ferdy) (Sumber: diadaptasi dari cerita anak karya Rifqi Jundi, Tasya Online) Deskripsi uraian materi Bermain Peran Drama adalah salah satu jenis karya sastra. Apakah kamu pernah menonton drama? Drama di televisi biasa disebut sinetron. Dalam memerankan tokoh, pemain drama harus memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi dengan tepat. Lafal adalah pengucapan bunyi bahasa meliputi pengucapan vocal dan konsonan. Intonasi adalah nada kalimat, yaitu tinggi atau rendah, keras atau lemahnya suara dalam membaca kalimat. Sementara itu, ekspresi adalah mimik muka. Kapan pemeran tokoh sedih, senang, marah, atau bahagia terlihat dalam ekspresi. Lampiran 3 CATATAN LAPANGAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TEKNIK BERMAIN PERAN Siklus : Kelas/Semester : Hari/Tanggal : Petunjuk : catatlah keadaan lapangan sesuai dengan keadaan sesungguhnya! ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………….................... Lampiran 4 JURNAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TEKNIK BERMAIN PERAN Nama : No Absen : Kelas/Sekolah : Hari/Tanggal : Pertanyaan 1. Bahasan atau materi apa saja yang kamu pelajari hari ini? ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… 2. Bagaimana kesan kamu setelah mempelajari atau memperoleh materi tersebut? ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… Lampiran 5 LEMBAR PENILAIAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN Berilah tanda centang ( ) pada kolom yang telah disediakan dibawah ini! No Kategori Pengamatan 1 1 Siswa memberikan respon positif selama pembelajaran berlangsung 2 Siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan guru dengan baik 3 Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan 4 Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru 5 Siswa sering memotivasi dan membantu kelompoknya dalam mengerjakan tugas kelompok 6 Siswa mengerjakan tugas kelompoknya dengan serius 7 Siswa memiliki tanggung jawab dan kerja sama dalam kelompoknya 2 Kriteria 3 4 8 Siswa mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat baik Jakarta, ……………………2014 Observer ( ) 5 Lampiran 6 PENILAIAN SISWA TERHADAP GURU Berilah tanda centang ( ) pada kolom yang telah disediakan di bawah ini! No Kategori Pengamatan 1 1 Guru mempersiapkan siswa untuk belajar 2 Guru memotivasi siswa 3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 4 Guru menjelaskan materi bermain peran 5 Guru mengatur kelompok belajar 6 Guru menggunakan media atau alat pendukung pembelajaran berbicara 7 Guru menggunakan teknik yang tepat dalam pembelajaran 8 Guru memberikan tugas sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan 9 Guru mengawasi kelompok secara bergiliran 10 Guru memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam tugas kelompok siswa dalam Kriteria 2 3 4 kelompok- Keterangan: 1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik Siswa 5 Lampiran 7 PENILAIAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V MI. ATH-THOYYIBIYYAH Nama : Kelas/Semester : V/II NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 2 3 4 5 Jumlah Skor Nilai Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik Jakarta, …………………….2014 Peneliti ( ) Lampiran 8 PENILAIAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN MI. ATH-THOYYIBIYYAH Nama : Kelas/Semester : V/II NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Penampilan/keberanian B Tekanan dan nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 2 3 4 5 Jumlah Skor Nilai Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik Jakarta, …………………….2014 Peneliti ( ) Lampiran 9 PEDOMAN PENILAIAN KETERAMPILAN BERBICARA No 1 2 3 4 5 Aspek Penilaian Ketepatan Ucapan Tekanan dan Nada Diksi Gerak dan Mimik Kenyaringan Suara Kriteria Skor Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 6 Kelancaran Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Lampiran 10 PEDOMAN PENILAIAN HASIL TUGAS KELOMPOK No 1 2 3 4 5 6 Aspek Penilaian Penampilan/keberanian Tekanan dan nada Diksi Gerak dan Mimik Kenyaringan Suara Kelancaran Kriteria Skor Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Sangat Kurang 1 Kurang 2 Cukup 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Lampiran 11 DAFTAR HADIR SISWA KELAS V MI. ATH-THOYYIBIYYAH No Nama Siswa L/P 1 Aida Restiani P 2 Ahmad Zarkasih L 3 Ari Awaludin L 4 Arifin Anwar L 5 Bustanil Arifin L 6 Desti Setianingsih P 7 Erna Dwi Yulianti P 8 Fatiya Ahdiyatu Ridwan P 9 Gunawan L 10 Hana Octavia P 11 Hesti Yulianingsih P 12 Iyad Nurkholis L 13 Lisdianah P 14 Mario Fajar Rizki B L 15 Mardianto L 16 Muhammad Septiadi L 17 Nurafni Azzahra P 18 Rahman Hakim Aco L 19 Rahmawanti P 20 Reskina P 21 Syahrohman L 22 Siti Zulfiah P 23 Siti Yulfiana P 24 Tia P 25 Winanda Saputra L 26 Piki Julianto L Lampiran 12 REKAPITULASI NILAI KEMAMPUAN BERBICARA KELAS V MI. ATH-THOYYIBIYYAH No Nama Siswa Nilai Awal 73 Siklus I 83 Siklus II 93 1 Aida Restiani 2 Ahmad Zarkasih 36 60 73 3 Ari Awaludin 36 40 50 4 Arifin Anwar 43 50 60 5 Bustanil Arifin 93 97 100 6 Desti Setianingsih 53 56 80 7 Erna Dwi Yulianti 76 97 100 8 Fatiya Ahdiyatu Ridwan 93 97 100 9 Gunawan 33 33 60 10 Hana Octavia 76 93 97 11 Hesti Yulianingsih 60 80 93 12 Iyad Nurkholis 56 63 77 13 Lisdianah 56 73 80 14 Mario Fajar Rizki B 60 76 80 15 Mardianto 33 53 53 16 Muhammad Septiadi 46 50 83 17 Nurafni Azzahra 73 83 93 18 Rahman Hakim Aco 53 60 77 19 Rahmawanti 73 93 97 20 Reskina 56 63 73 21 Syahrohman 60 76 83 22 Siti Zulfiah 56 63 73 23 Siti Yulfiana 66 80 93 24 Tia 46 50 63 25 Winanda Saputra 46 56 77 26 Piki Julianto 63 80 97 Lampiran 13 PENILAIAN KEMAMPUAN BERBICARA KELAS V MI. ATH-THOYYIBIYYAH 1. Awal Sebelum Tindakan Nama : Bustanil Arifin No. Absen : 05 NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 3 Jumlah Skor 28 Nilai 93 Nama : Erna Dwi Yulianti No. Absen : 07 NO 2 ASPEK YANG DINILAI Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 5 TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A 4 2 3 4 5 Jumlah Skor 23 Nilai 76 Nama : Fatiya Ahdiyatu Ridwan No. Absen : 08 NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 3 Jumlah Skor 28 Nilai 93 Nama : Hana Octavia No. Absen : 10 NO 2 ASPEK YANG DINILAI Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 5 TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A 4 2 3 Jumlah Skor 23 Nilai 76 4 5 Nama : Arifin Anwar No. Absen : 04 NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 3 Jumlah Skor 13 Nilai 43 Nama : Gunawan No. Absen : 09 NO 2 ASPEK YANG DINILAI Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 5 TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A 4 2 3 Jumlah Skor 10 Nilai 33 4 5 Nama : Ari Awaludin No. Absen : 03 NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 2 3 Jumlah Skor 11 Nilai 36 4 5 2. Siklus I Nama : Ari Awaludin No. Absen : 03 NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 2 3 Jumlah Skor 12 Nilai 40 4 5 Nama : Arifin Anwar No. Absen : 04 NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 3 Jumlah Skor 15 Nilai 50 Nama : Bustanil Arifin No. Absen : 05 NO 2 ASPEK YANG DINILAI Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 5 TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A 4 2 3 Jumlah Skor 29 Nilai 97 4 5 Nama : Erna Dwi Yulianti No. Absen : 07 NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 3 Jumlah Skor 29 Nilai 97 Nama : Fatiya Ahdiyatu Ridwan No. Absen : 08 NO 2 ASPEK YANG DINILAI Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 5 TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A 4 2 3 Jumlah Skor 29 Nilai 97 4 5 Nama : Gunawan No. Absen : 09 NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 3 Jumlah Skor 13 Nilai 33 Nama : Hana Octavia No. Absen : 10 NO 2 ASPEK YANG DINILAI Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 5 TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A 4 2 3 Jumlah Skor 28 Nilai 93 4 5 3. Siklus II Nama : Ari Awaludin No. Absen : 03 NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 3 Jumlah Skor 15 Nilai 50 Nama : Arifin Anwar No. Absen : 04 NO 2 ASPEK YANG DINILAI Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 5 TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A 4 2 3 Jumlah Skor 18 Nilai 60 4 5 Nama : Bustanil Arifin No. Absen : 05 NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 3 Jumlah Skor 30 Nilai 100 Nama : Erna Dwi Yulianti No. Absen : 07 NO 2 ASPEK YANG DINILAI Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 5 TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A 4 2 3 Jumlah Skor 30 Nilai 100 4 5 Nama : Fatiya Ahdiyatu Ridwan No. Absen : 08 NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 3 Jumlah Skor 30 Nilai 100 Nama : Gunawan No. Absen : 09 NO 2 ASPEK YANG DINILAI Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 5 TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A 4 2 3 Jumlah Skor 18 Nilai 60 4 5 Nama : Hana Octavia No. Absen : 10 NO ASPEK YANG DINILAI TINGKAT CAPAIAN KINERJA 1 A Ketepatan Ucapan B Tekanan dan Nada C Diksi D Gerak dan Mimik E Kenyaringan Suara F Kelancaran 2 3 Jumlah Skor 29 Nilai 97 4 5 KEGIATAN PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN