II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi perilaku

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
2.1.1. Definisi perilaku
Menurut Skinner seorang ahli psikologi yang dikutip Notoatmodjo (2007)
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori ini, terjadinya perilaku didasari oleh
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons. Oleh sebab itu, teori Skiner ini disebut teori “SOR” atau Stimulus
Organisme Respons. Skinner membedakan respon menjadi dua sebagai berikut.
a) Responden respon atau
flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini disebut
eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
b) Operan respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena
memperkuat respon.
Menurut Notoatmodjo (2007), dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
a) Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang
lain.
8
b) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktik (practice) yang mudah diamati atau dilihat orang lain.
Perilaku manusia didorong oleh motif tertentu. Dalam hal ini ada beberapa
teori tentang perilaku yang dikemukakan oleh Machfoedz dan Suryani (2007) :
a) Teori Naluri (Instinc Theory)
Menurut Mc Dougall perilaku itu disebabkan oleh naluri. Naluri merupakan
perilaku yang innate,
perilaku yang bawaan, dan naluri akan mengalami
perubahan karena pengalaman.
b) Teori Dorongan (Drive Theory)
Teori ini mengatakan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan
(drive) tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan
organisme yang kemudian mendorong organisme tersebut berperilaku untuk
memenuhi kebutuhannya.
c) Teori Insentif (Incentive Theory)
Teori ini mengatakan bahwa perilaku timbul karena adanya insentif atau
reinforcement. Terdapat dua Insentif yaitu positif dan negatif. Insentif positif
adalah yang berkaitan dengan hadiah, sedangkan insentif negatif berkaitan
dengan sanksi atau hukuman.
d) Teori Atribusi
Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku yang terdiri dari faktor
internal (motif, sikap, dll) dan faktor eksternal (budaya, geografis, dll).
9
2.1.2. Ruang lingkup perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang linngkup yang
sangat luas. Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007), membagi
perilaku manusia ke dalam tiga domain ranah atau kawasan yaitu kognitif
(cognitive), afektif
(affective)
dan psikomotor
(psychomotor). Dalam
perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan yakni pengetahuan, sikap dan penerapan/penerapan (Notoatmodjo,
2007).
a. Pengetahuan
Notoatmodjo (2007) menyataan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu
yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu melalui indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan dikategorikan
menjadi enam tingkat, sebagai berikut.
1. Tahu
Pengetahuan sebagai pengingat sesuatu yang telah dipelajari sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.
2. Memahami
Pengetahuan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
dengan benar.
10
3. Aplikasi
Pengetahuan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi yang real (sebenarnya). Aplikasi ini diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.
4. Analisis
Pengetahuan
sebagai
kemampuan
untuk
menjabarkan
materi
atau
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis
Sintesis berkaitan dengan kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi
yang ada misalnya dapat menyusun, merencanakan, meningkatkan, dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumus-rumus
6. Evaluasi
Evaluasi
ini
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
melakukan
justifikasi/penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian
itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri menggunakan kriteria
yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
11
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya (Notoatmodjo, 2007).
b. Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek, sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara
realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu
(Sunaryo, 2004)
Menurut Allport sebagaimana dikutip dalam Notoatmojo (2007), sikap
mempunyai tiga komponen pokok, sebagai berikut
1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini
terdiri atas berbagai
tingkatan (Notoatmodjo, 2007) sebagai berikut.
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas
12
dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide
tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang petani yang mengajak
petani yang lain untuk pergi bersama penyuluh melihat lahan atau
mendiskusikan tentang tanaman padi, adalah suatu bukti bahwa petani tersebut
telah mempunyai sikap positif terhadap lahan pertaniannya.
4.
Bertanggungjawab (responsible)
Bertanggungjawab merupakan bentuk sikap yang paling tinggi atas segala
yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan
responden terhadap suatu objek atau juga dapat dilakukan dengan cara
memberikan pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap
pernyataan-pernyataan objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Pernyataan sikap dapat berisi hal-hal yang positif mengenai objek sikap,
yaitu bersifat mendukung
atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini
disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap juga
dapat berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap dan bersifat tidak mendukung
atau kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan
yang unfavourabel. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas
pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan
13
demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif
yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap
(Azwar, 2005).
c. Penerapan
Penerapan merupakan aspek perilaku yang berhubungan dengan
kemampuan menggerakkan otot atau fisik yang pada akhirnya merupakan
pekerjaan badaniah. Penerapan dibagi menjadi tiga tingkat kedalaman
(Wiriaatmadja, 1986) antara lain, sebagai berikut.
1. Peniruan (initiatory level)
Orang berbuat sekedar meniru apa yang dilihat, dipercontohkan atau didengar.
2. Pengendalian (prevontime level)
Orang sudah dapat berbuat atas dasar pengetahuan dan pengalaman yang
didapat walaupun masih sedang.
3. Otomatisasi (rountinized level)
Orang dapat bekerja sendiri tanpa berpikir terlalu banyak.
Penerapan adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia
yaitu berupa penerapan untuk memecahkan atau menjawab persoalan. Penerapan
intelektual atau penerapan sosial. Rincian penerapan (psikomotorik) yang sudah
dikembangkan (Wiriaatmadja, 1986), sebagai berikut.
1. Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. Kesiapan
mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan
14
memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan
dalam bentuk kesiapan jasmani dan rohani.
2. Respons Terpimpin (Guided Response)
Tahap awal dalam mempelajari penerapan yang komplek, termasuk didalamnya
imitasi dan gerakan coba-coba. Respon
terpimpin
ditunjukkan
apabila
seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.
3. Mekanisme (Mecanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga baik dengan
meyakinkan dan cakap.Ini mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerakan dengan lancar karena sudah dilatih secukupnya tanpa
memperhatikan contoh yang diberikan. Suatu rangkaian perbuatan yang
berurutan dan menggabungkan beberapa sub penerapan menjadi suatu
keseluruhan gerak-gerik yang teratur.
4. Penyesuaian (Adaptation)
Penerapan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai
situasi. Adaptasi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan
menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan
menunjukkan taraf penerapan yang telah mencapai kemahiran.
5. Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan
tertentu. Penciptaan atau kreatifitas adalah mencakup kemampuan untuk
melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa
dan inisiatif sendiri.
15
Pengukuran Penerapan dapat dilakukan secara tidak langsung dengan cara
wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh individu sebelumnya, dan
secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan individu tersebut
(Notoatmodjo, 2007).
2.2. Pupuk Organik
2.2.1. Pengertian pupuk organik
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk smua jenis bahan organik asal
tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman
(Suryadikarta, dan Simanungkalit, 2006). Dijelaskan pada Peraturan Menteri
Pertanian No. 2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah,
bahwa pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang
telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan
mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada
kandungan C-organik atau bahan organik dari pada kadar haranya. Nilai C-organik
itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan
tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai
pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK
Menteri Pertantian adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral.
16
2.2.2. Jenis - jenis pupuk organik
Jenis-jenis
pupuk
organik
diantaranya
dijelaskan
sebagai
berikut
(Hidayatush, 2011)
1. Pupuk Kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan, baik yang belum
terurai (masih baru) ataupun yang sudah mengalami penguraian, seperti yang
dijelaskan berikut.
a. Pupuk kandang yang belum terurai masih berbentuk asli, berbau menyengat,
dan bercampur dengan urine.
b. Sedangkan pupuk yang sudah terurai memiliki bentuk seperti tanah dan
baunya tidak menyengat.
2. Pupuk Hijau adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman yang sengaja
dibenamkan langsung ke tanah atau tanaman sengaja ditanam secara tumpang
sari, contoh kacang-kacangan (leguminosa).
Pupuk hijau dari Legiminosa memiliki kelebihan sebagai berikut
a. Mengandung unsur N yang cukup tinggi
b. Bahan organiknya mudah terdekomposisi
c. Perakaran memiliki nodula yang dapat bersimbiosis dengan bakteri pengikat
N bebas di Udara (Rizobium atau Bacilus radicola)
3. Pupuk Kompos adalah pupuk yang berasal dari penguraian campuran bahanbahan organik yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroba
dalam kondisi lingkungan aerobik dan anaerobik. Perbedaan pupuk kompos
17
melalui pengomposan, yaitu proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis oleh mikroba.
4. Pupuk Hayati atau pupuk mikrobiologis adalah pupuk yang mengandung
mikroorganisme hidup yang ketika diaplikasikan akan meningkatkan pasokan
nutrisi tanaman dan mendorong pertumbuhan tanaman. Pupuk hayati bukanlah
pupuk secara langsung menambahkan nutrisi ke dalam tanah, tetapi melalui
proses alami, diantaranya fiksasi nitrogen atmosfer, mengurai fosfor, dan
mensintetis zat-zat yang mendukung pertumbuhan tanaman. Contoh pupuk
Hayati adalah EM4 (Efektif Mikroorganisme 4, Lactobacillus, Actinomicetes,
ragi, dan jamur)
5. Bokashi (Bahan Organik Kaya Sumber Hayati) adalah Pupuk yang berasal dari
campuran sisa tanaman dan kotoran hewan ditambah bahan organik pembawa
atau peningkat (misal sekam, dedak) dengan melalui proses fermentasi atau
pengomposan dengan menggunakan Mikroorganisme yang digunakan seperti
EM4.
Perbedaan Bokashi dengan pupuk kompos adalah sebagai berikut
a. Pupuk kompos dari berbagai bahan organik
b. Pupuk kompos dapat melalui proses dekomposisi alami tanpa penambahan
EM4.
c. Pupuk kompos tidak ditambahkan bahan pembawa/peningkat bahan organik
(sekam, dedak).
18
6. Pupuk Guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran unggas dan atau kelelawar,
berbentuk serbuk atau butiran berbau khas, dengan atau tanpa penambahan unsur
hara N, P dan K.
7. Pupuk Kascing adalah pupuk yang berasal dari kotoran cacing.
8. Nightsoil adalah pupuk yang berasal dari (maaf) kotoran manusia.
9. Pupuk Petroganik adalah pupuk yang terbuat dari campuran beberapa jenis
pupuk yaitu,pupuk kandang (kotoran sapi, kambing, unggas dll), limbah
industri (limbah pabrik gula) limbah kota (sampah rumah tangga). Pupuk ini
merupakan produksi oleh PT. Petrokimia Gersik. Proses pembuatannya yakni
pupuk kandang, limbah kota dan limbah industri dihaluskan sehingga berbentuk
butiran hingga debu dengan cara di crusher dengan mesin crusher atau dengan
cara manual dicangkul dan diayak/disaring. Bahan yang telah halus ditimbang
sesuai dengan formula yang telah di tetapkan. Setelah dilakukan penimbangan
bahan di campur dengan mixtro, suplemen dan air di pan granulator. Bahan
yang telah tercampur akan membentuk granule/butiran. Hasil granule bahan
kemudian didiamkan selama 2 s.d 3 hari untuk menurunkan kadar air yang
terdapat dalam hasil granule. Setelah setengah kering kemudian dilakukan
pengeringan. Pengeringan dilakukan pada mesin dryer dengan kapasitas 7 s.d
10 ton perhari dari mesin dryer dilakukan pengayakan pada mesin screen
sehingga granule yang diayak bisa sama besarnya. Salah satu keunggulan
utama pupuk Petroganik adalah pada kandungan C organik dan unsur haranya
yang tinggi terutama yang berasal dari kotoran ternak seperti ayam dan sapi.
19
2.2.3
Manfaat penggunaan pupuk organik
Menurut Erianto (2009) pupuk organik mempunyai banyak manfaat apa bila
diaplikasikan dalam pemupukan lahan tanaman pertanian. Adapaun penekanan
pemakaian pupuk organik secara kontinyu dan berkeseimbangan akan memberikan
keuntungan dan manfaat dalam pemakaian jangka panjang seperti yang dijelaskan
sebagai berikut.
1. Pupuk organik mampu berperan memobilisasi atau menjembatani hara yang
sudah ada ditanah sehingga mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap
oleh akar tanaman
2. Pupuk organik berperan dalam pelepasan hara tanah secara perlahan dan
kontinyu sehingga dapat membantu dan mencegah terjadinya ledakan suplai
hara yang dapat membuat tanaman menjadi keracunan.
3. Pupuk organik membantu menjaga kelemahan tanah dan mengurangi tekanan
atau tegangan struktur tanah pada akar-akar tanaman
4. Pupuk organik dapat meningkatkan struktur tanah dalam arti komposisi partikel
yang berada di dalam tanah lebih stabil dan cenderung meningkat karena struktur
tanah sangat berperan dalam pergerakan air dan partikel udara dalam tanah,
aktifitas mikroorganisme menguntungkan, pertumbuhan akar, dan kecambah
biji.
5. Pupuk organik sangat membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas tanah
yang merupakan lapisan mengandung banyak hara.
20
6. Pemakaian pupuk organik juga berpean penting dalam merawat/menjaga tingkat
kesuburan tanah yang sudah dalam keadaan berlebihan pemupukan dengan
pupuk anorganik/kimia dalam tanah.
7. Pupuk organik berperan positif dalam menjaga kehilangan secara luas hara
Nitrogen dan Fosfor terlarut dalam tanah.
8. Keberadaan pupuk organik yang tersedia secara melimpah dan mudah
didapatkan.
2.2.4
Kelebihan dan kekurangan pupuk organik
Pupuk organik sebenarnya sudah lama digunakan oleh para petani di
Indonesia. Karena adanya salah satu kebijakan pada jaman orde baru, penggunaan
pupuk organik menjadi barang langka bagi petani. Pengunaannya yang
membutuhkan dalam jumlah banyak setiap aplikasi menjadi alasan utama petani
jarang menggunakan pupuk organik. Padahal pupuk organik mengandung unsur
hara lebih lengkap dari pada pupuk anorganik. Selain dari segi kandungan hara,
pupuk organik sangat diperlukan untuk memperbaiki struktur tanah yang tidak
dapat dilakukan oleh pupuk anorganik (Suryadikarta, dan Simanungkalit, 2006).
Ada beberapa kelebihan dari pupuk organik dibandingkan dengan pupuk
anorganik.
1.
Perbaikan struktur tanah. Pupuk organik menjadikan tanah lebih remah dan
memiliki erasi yang baik. Pupuk organik mampu mengikat butir-butir tanah
menjadi butiran yang lebih besar.
21
2.
Meningkatkan daya serap terhadap air. Pupuk organik memiliki daya serap
yang lebih besar terhadap air tanah. Hal ini sangat berhubungan positif
terhadap hasil tanaman terutama pada musim kering.
3.
Meningkatkan populasi organisme tanah. Organisme tanah memanfaatkan
bahan organik sebagai makanan. Pupuk organik yang diberikan pada tanah
akan diuraikan terlebih dahulu oleh jasad renik melalui pembusukan atau
peragian sebelum diisap oleh akar tanaman.
4.
Sebagai sumber hara bagi tanaman. Pupuk organik mengandung kandung hara
yang dibutuhkan oleh tanaman dengan komposisi lebih lengkap dibandingkan
pupuk anorganik. Jumlah hara pupuk organik lebih sedikit dibandingkan pupuk
kimia. Itulah sebabnya pemakaian pupuk organik hendaknya diimbangi dengan
pupuk anorganik agar keduanya saling melengkapi.
5.
Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro
maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan
(anorganik).
6.
Pupuk organik mengandung asam - asam organik, antara lain asam humic,
asam fulfic, hormone dan enzyme yang tidak terdapat dalam pupuk buatan
yang sangat berguna bagi tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme.
7.
Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang
mempunyai pengaruh yang sanagat baik terhadap sifat fisik tanah dan terutama
sifat biologis tanah.
8.
Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.
9.
Menjadi penyangga pH tanah.
22
10. Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan.
11. Membantu menjaga kelembapan tanah.
12. Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun.
13. Tidak merusak lingkungan.
Sedangkan
kekurangan
dari
pupuk
organik
sebagai
berikut
(agroinformatika.net)
1.
Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan
harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.
2.
Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya
operasional untuk pengangkutan dan implementasinya.
3.
Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur
hara, pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga
menjadi beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman
terhadap pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler pemberian pupuk
buatan.
2.2.5
Penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah
Setiap menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah,
kebutuhannya berbeda-beda sesuai dengan kondisi dari tanah yang akan diberi
pupuk. Tanah berpasir, bekas pertambangan, tanah tererosi, atau tanah sangat padat
yang mudah retak pada musim kemarau, sebaiknya diberi pupuk organik dalam
jumlah besar sebelum digunakan untuk bercocok tanam. Setelah diberi pupuk
organik, dilanjutkan dengan pengolahan tanah, Kedua perlakuan tersebut dilakukan
23
supaya sifat fisik tanah membaik dan pemakaian pupuk kimia menjadi lebih efisien
(Hidayatush, 2011)
Kebutuhan dosis pupuk organik yang sangat besar seringkali menyulitkan
proses penebarannya. Namun, sekarang telah dipasarkan pupuk organik yang
dipadatkan dalam bentuk pellet atau granul. Pupuk organik dalam bentuk tersebut
lebih mudah diaplikasikan dan dosis yang diperlukan menjadi lebih kecil.
Di daerah penelitian menurut informasi yang diperoleh dari I Made Raka
sebagai penyuluh di Subak Dukuh, Pada umumnya dalam menggunakan pupuk
organik pada budidaya tanaman padi sawah ada tiga tahap.
Tahap pertama pada pesemaian disiapkan media pesemaian dengan cara
mencampurkan tanah dengan pupuk organik jenis petroganik. Dosis pupuk yang
digunbakan sebanyak 10 kg per are. Pemupukan dilakukan tujuh hari sebelum
pesemaian.
Tahap Kedua pada tahap pemupukan dasar yang dilaksanakan pada saat
pengolahan lahan. Urutan dalam mengolah tanah seperti pengolahan pada
umumnya yaitu mula-mula tanah dibajak menggunakan traktor atau tenaga sapi.
Selanjutnya tanah digaru sambil disebari pupuk organik. Pupuk organik yang
diberikan adalah pupuk organik jenis petroganik dengan dosis 10 kilo per are dan
dibagi menjadi dua kali waktu pemupukan dengan dosis lima kilo per are pada saat
membajak tanah, kemudian lima kilo per arenya lagi diberikan tujuh hari sebelum
bibit padi ditanam. Pada saat menggaru dan meratakan tanah, usahakan agar air
tidak mengalir di dalam sawah supaya unsur hara yang ada di tanah tidak
hanyut.Setelah tanah diratakan, dibuatkan parit di bagian pinggir dan tengah tiap
24
petak sawah untuk memudahkan pengaturan air.Agar tanah menjadi baik, maka
tanah yang telah diolah dengan pupuk organik didiamkan selama satu minggu.
Tahap Ketiga adalah pemupukan setelah tanam. Pemupukan dilakukan
mulai padi berumur dua minggu setelah tanam atau berumur 10 s.d 15 hari. Pupuk
organik yang diberikan adalah pupuk organik jenis petroganik dengan dosis lima
kilo per are dalam setiap kali pemupukan. Selanjutnya pemupukan dilakukan pada
saat padi berumur empat minggu setelah taman atau berumur 30 s.d 35 hari dan
pada saat padi berumur 40 s.d 45 hari, ditebarkan lagi pupuk organik tersebut
dengan dosis yang sama.
2.3 Kerangka Pemikiran
Pemenuhan kebutuhan akan pangan (padi) di Subak Dukuh Kapal
diperlukan suatu upaya meningkatkan produksi beras agar ketahanan pangan
terjaga. Pada prosesnya, kebutuhan akan pemenuhan pangan semakin meningkat
yang menyebabkan produksi beras akan semakin tinggi. Peralihan usaha tani
menuju sistem pertanian organik dengan menggunakan pupuk organik, menjadi
suatu jalan untuk meningkatkan pemenuhan pangan tersebut.
Keberhasilan petani dalam menggunakan pupuk organik di Subak Dukuh,
perlu ditinjau dari segi pengetahuan, sikap, dan penerapan petani selama
menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah. Untuk
mengetahui pengetahuan, sikap, dan penerapan petani selama menggunakan pupuk
organik pada budidaya tanaman padi sawah, dilakukan analisis secara deskriptif-
25
kualitatif, dengan alat pengukuran skala berjenjang lima yang terinpirasi dari Skala
Likert.
Diharapkan melalui penelitian ini dapat menjawab permasalahan yang ada
seperti pengetahuan, sikap, dan penerapan petani selama menggunakan pupuk
organik, Hasil penelitian ini akan di rekomendasikan kepada petugas penyuluhan
lapangan yang bertugas di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi,
Kabupaten Badung.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pemikiran pengetahuan, sikap,
dan penerapan petani dalam penggunaan pupuk organik pada budidaya padi sawah
di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
26
Subak Dukuh di Desa Kapal
Kecamatan Mengwi Kabupaten
Badung
Pupuk Organik
Perilaku Anggota Subak
Pengetahuan
1. Jenis pupuk yang
digunakan
2. Dosis
pemberian
pupuk
3. Waktu
pemberian
pupuk
4. Cara Pemupukan
Sikap
1. Jenis pupuk yang
digunakan
2. Dosis pemberian
pupuk
3. Waktu pemberian
pupuk
4. Cara Pemupukan
Penerapan
1. Jenis pupuk yang
digunakan
2. Dosis
pemberian
pupuk
3. Waktu
pemberian
pupuk
4. Cara Pemupukan
Analisis Deskriptif Kualitatif
Simpulan
Rekomendasi
Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran Perilaku Anggota Subak dalam Penggunaan Pupuk Organik
pada Budidaya Tanaman Pasi Sawah Di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan
mengwi, Kabupaten Badung.
Download