REDAKSI (021) 57901023 (021) 70642362 MARKETING Iklan: (021) 70643688 Sirkulasi: 0811887123 SENIN, 10 JANUARI 2011 R E F E R E N S I B I S N I S T E R P E R C AYA TAHUN XXVI No. 8605 TERBIT 28 Halaman www.bisnis.com INDEKS SAHAM JBA-25 IHSG 3,631.45 ▼ 104.80 (2.81%) BISNIS-27 310.80 ▼ 12.12 (3.75%) Hang Seng 23,686.63 ▼ 99.67 (0.42%) KLSE 1,572.21 ▲ 3.84 (0.24%) Nikkei 10,541.04 ▲ 11.28 (0.11%) STI 3,261.35 ▼ 18.35 (0.56%) DJIA 11,674.76 ▼ 22.55 (0.19%) FTSE 5,984.33 ▼ 35.18 (0.58%) EUR 11,717.15 3.727,52 BISNIS-27 667,95 642,54 324,69 4/1 SGD 6,947.09 ▼ 100.12 (0.85%) ▼10.06 (0.15%) GBP 13,919.47 USD 9,002.00 ▼ 24.04 (0.17%) ▲ 8.00 (0.09%) HKD 1,157.93 AUD 8,950.84 ▲ 0.78 (0.07%) ▼20.35 (0.23%) JPY (100) 10,811.30 THB 297.50 ▲ 6.25 (0.06%) ▲ 0.03 (0.01%) 3.631,45 LQ45 310,80 5/1 6/1 Euro/Rp US$/Rp 7 Januari 2011 31.572,95 32.911,70 3/1 KURS TENGAH VALAS IHSG 7 Januari 2011 7/1 11.923,30 11.717,15 9.002,00 8.976,00 3/1 4/1 5/1 6/1 7/1 Kurs Bea Masuk 3-9 Jan 2011, Rp9.088,00/US$ Tarif listrik industri ditolak PLN: Penghapusan capping untuk hilangkan disparitas OLEH SITI MUNAWAROH & HERY LAZUARDI Bisnis Indonesia BISNIS/DEDI GUNAWAN TARGET LABA WIKA: Dirut PT Wijaya Karya Tbk Bintang Perbowo memberikan penjelasan kepada wartawan di Jakarta, belum lama ini. Kondisi ekonomi yang baik dan dukungan pemerintah membuat Wika yakin dapat mencapai target laba bersih Rp350,90 miliar pada tahun ini. • Wika targetkan Hal f1 NAVIGASI Atasi kemiskinan: Anggaran penanggulangan kemiskinan dialokasikan Rp86,1 triliun. (Hal. 2) Cadangan devisa: Cadangan devisa sejumlah negara di Asia Pasifik menyentuh rekor baru. (Hal. 3) Pengiriman TKI: PPTKIS meminta pemerin- TAJUK S emoga tenaga kerja Indonesia di luar negeri dapat merasakan perlindungan lebih nyata sebagai hasil dari diplomasi yang people centered dan people oriented. (Hal. 10) tah mengembalikan citra penempatan TKI. (Hal. 6) Kenaikan pajak mobil: Industri otomotif menilai kenaikan berbagai tarif pajak kendaraan bermotor berpotensi menurunkan penerimaan negara. (Hal. 9) Pendapatan XL: XL Axiata memperkirakan pendapatan hingga akhir 2010 bisa tembus Rp16,6 triliun. (Hal. f1) Tunda aturan MKBD: Bapepam-LK tidak akan menunda penerapan revisi modal kerja bersih disesuaikan (MKBD). (Hal. f2) Transaksi BBJ naik: BBJ menutup 2010 dengan kenaikan volume transaksi sebesar 20,9%. (Hal. f8) Proyek tol Kaltim: BPJT menegaskan Kaltim belum mengantongi izin pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda. (Hal. i1) Utang dana reboisasi: Pemerintah mengklaim berhasil menarik kredit macet dana reboisasi dari 28 perusahaan HTI dan HTI patungan Rp904 miliar. (Hal. i6) Eceran: Rp5.900 E-MAIL: [email protected] [email protected] [email protected] JAKARTA: Kalangan industri menolak penerapan tarif dasar listrik secara penuh mulai 1 Januari. Selain minim sosialisasi, keputusan itu dinilai mengingkari janji pemerintah soal batas kenaikan tarif (capping) 18%. Wakil Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani mengungkapkan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral diamdiam telah memberlakukan secara penuh Peraturan Menteri ESDM No.07/2010 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh PLN. “Akibatnya, TDL golongan industri per 1 Januari akan mengalami kenaikan tagihan listrik 20%– 30%, seperti yang pernah kami hitung pada Juni 2010. Kami menolak dan menunggu penjelasan pemerintah. Kenaikan ini semakin melemahkan daya saing industri,” kata Franky kemarin. Menurut dia, penaikan TDL industri itu dikabarkan karena jatah anggaran subsidi listrik dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 mengharuskan PLN melaksanakan penaikan TDL mulai pemakaian Januari. Selain itu, APBN 2011 sudah ditetapkan oleh DPR dan pemerintah dengan patokan TDL baru ditetapkan penuh. “Dengan adanya penaikan TDL ini, kami meragukan kesungguhan pemerintah dalam mendukung pertumbuhan dan peningkatan daya saing industri nasional,” ujarnya. Dia menjelaskan pada 29 Desember 2010, PLN dan asosiasi industri seharusnya melakukan pertemuan terkait dengan kebijakan PLN untuk periode 2011, tetapi agenda itu batal. Pemerintah juga tidak pernah menyatakan berencana mencabut capping 18% dalam periode tertentu. Penolakan juga disampaikan oleh Ketua Umum Persatuan Per- Tarif dasar listrik untuk keperluan industri Gol. tarif Batas daya Reguler Biaya beban Biaya pemakaian (Rp/kWh) (Rp/kVA/bln) dan biaya kVArh (Rp/kVArh) I-1/TR 450 VA 26.000 I-1/TR 900 VA 31.500 I-1/TR I-1/TR I-1/TR 1.300 VA 2.200 VA 3.500 VA sd 14 kVA >14 kVA sd 200 kVA *) *) *) I-2/TR Blok I: 0 s.d. 30 kwh: 160 Blok II: di atas 30 kwh: 395 Blok I: 0 s.d. 72 kwh: 315 Blok ll: di atas 72 kwh: 405 765 790 915 **) I-3/TM >200 kVA **) I-4/TT >30.000 ***) 485 600 765 790 915 Blok WBP = K x 800 Blok LWBP = 800 kVArh - 875 ****) Blok WBP = K x 680 Blok LWBP = 680 kVArh = 735 ****) Blok WBP dan LWBP = 605 kVArh = 605 ****) *) Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM1 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian. **) Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM2 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian LWBP. ***) Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM3 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian WBP dan LWBP. Jam nyala : kwh per bulan dibagi dengan kVA tersambung. Prabayar (Rp/KWA) - - ****) Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif (kVArh) dikenakan dalam ha1 faktor daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 (delapan puluh lima per seratus). K: Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 <= K <= 2), ditetapkan oleh Direksi PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). WBP : Waktu Beban Puncak. LWBP : Luar Waktu Beban Puncak. Sumber: Permen ESDM No. 07/2010 usahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi) Syaiful Anang. Menurut perhitungan asosiasi itu, penghapusan capping 18% akan menyebabkan biaya melonjak hingga 30%. “Pada saat ada capping 18% saja kami sangat keberatan, apalagi capping-nya dihapus. Dengan kondisi seperti ini akan banyak perusahaan air minum yang kolaps,” keluh Syaiful. Dia berharap pemerintah memberlakukan tarif khusus untuk industri air minum karena 35% biaya operasional perusahaan air minum berasal dari biaya listrik. “Kami kan tidak bisa serta-merta menaikkan tarif, butuh waktu 1—2 tahun. Dan jika ada kenaikan, pada akhirnya akan membebani masyarakat,” ujarnya. Dihubungi terpisah, Menperin M.S. Hidayat menyatakan belum mengetahui penaikan TDL golongan industri tersebut. “Sepengetahuan saya, tidak ada rencana penaikan TDL untuk sektor industri pada tahun ini. Itu berdasarkan kesepakatan terakhir - BISNIS/ILHAM NESABANA pada 2010,” kata Hidayat. Penyeragaman tarif Menanggapi keluhan tersebut, Direktur Utama PLN Dahlan Iskan mengklaim penghapusan capping untuk pelanggan golongan industri bukan penaikan TDL, melainkan bentuk penyeragaman tarif untuk industri dalam rangka penerapan Permen ESDM No. 07/2010. “Karena selama ini ada beberapa industri, tidak semua, tarifnya lebih murah dari industri lainnya. Itu saja,” ujar Dahlan. Direktur Bisnis dan Manajemen Risiko PLN Murtaqi Syamsuddin menjelaskan penghapusan capping untuk pelanggan industri sudah direncanakan jauh hari dan disosialisasikan kepada pihakpihak terkait. Karena itu, dia membantah tuduhan jika PLN secara diam-diam melakukan penghapusan capping tersebut. Menurut dia, adanya capping atas dan bawah untuk pelanggan industri menyebabkan disparitas antara pelanggan lama yang membayar lebih murah diban- dingkan dengan pelanggan baru. Alasan disparitas juga menjadi salah satu dasar penghapusan capping untuk pelanggan industri. Kebijakan ini berlaku untuk pemakaian Januari 2011 dan pembayaran rekening Februari 2011. “Penghapusan capping ini didasarkan pada aturan Permen ESDM No. 07/2010, di mana tarif harus diberlakukan secara utuh. Ini adalah bentuk konsistensi kami karena capping kan tidak permanen,” ujar Murtaqi. Sebelumnya, PLN juga sudah menghapuskan capping untuk kalangan pelanggan bisnis pada kuartal IV/2010. Dengan penghapusan capping untuk pelanggan industri, kata Murtaqi, saat ini sudah tidak ada lagi capping untuk semua pelanggan PLN. Berbeda dengan asosiasi lain, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) tidak terlalu mempersoalkan penerapan secara penuh Permen ESDM No.07/2010. Ketua Umum API Ade Sudrajat mengatakan PLN merupakan perusahaan yang memerlukan keeko- nomian dalam memproduksi listrik, kendati juga berperan ganda sebagai pelaksana public service obligation ketenagalistrikan. Namun, karena adanya kebijakan pengurangan subsidi, harga listrik PLN harus mencapai keekonomian, sehingga melahirkan konsekuensi penaikan TDL. “Subsidi listrik dikurangi, tarif harus ditarik hingga mencapai keekonomian. Tetapi langkah itu harus dipahami karena PLN itu perusahaan yang perlu keekonomian dalam produksinya,” paparnya. Dia mengungkapkan tagihan listrik sebenarnya hanya akan naik 18% dan maksimal 20% setelah ditambah dengan listrik yang digunakan untuk kepentingan lain di lingkungan perusahaan, seperti penerangan jalan umum. “Intinya sebenarnya yang paling penting adalah masalah sustainability pasokan listrik ke depan.” Ade mengatakan hal yang lebih mematikan bagi industri justru lahir dari penerapan Peraturan Menteri Keuangan No. 241/011/2010 tentang Perubahan Keempat atas Permenkeu No.110/ PMK.011/2010/2006 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor. Menurut dia, PMK itu akan mematikan industri, terutama tekstil karena pengenaan bea masuk bahan baku dan permesinan dari 0% menjadi 5%–10%. Ade mengatakan PMK itu sulit diterima kalangan industri dalam negeri yang masih banyak bergantung bahan baku dan mesin impor. “Kalau listrik itu kecil, tapi PMK itu pengaruhnya besar karena bahan baku itu bisa 70% sendiri. Seperti benang saja, naik jadi 5% itu sulit diterima. Kami bisa terima penaikan 15%—20% untuk barang jadi. Kalau bahan baku dan mesin, itu sangat dangkal dan orientasinya perut saja,” tegasnya. Ade mengatakan API akan mengajukan keberatan kepada Kemenkeu karena kebijakan itu tidak visioner. “Kami tidak ingin terlalu banyak berdebat soal ini, tetapi ini menunjukkan birokrasi kita tidak pernah maju dalam berpikir,” ujarnya. (10/RUDI ARIFFIANTO) ([email protected]/hery. [email protected]) • Bea masuk barang modal Hal. 8 Risiko inflasi & harga minyak membayangi 2011 K ita sambut tahun 2011 dengan penuh harapan. Bila kita lihat beberapa indikator yang ada, pertumbuhan ekonomi tampaknya masih akan menguat. Kita sangat punya alasan untuk optimis. Hampir semua proyeksi ekonomi 2011 datang dengan angka di atas 6%. Artinya situasi ekonomi 2011 akan lebih baik dari 2010. Saya sepakat dengan itu. Lalu pertanyaan paling penting yang perlu dijawab adalah apa risikorisiko yang harus diperhatikan dalam perekonomian yang membaik ini. Saya kira ini hal penting, karena perkiraaan optimis tersebut bisa meleset jika beberapa risiko gagal diantisipasi. tur listrik, pelabuhan, jalanan memadai? Apakah birokrasi menunjang? Tanpa ini, perbaikan infrastruktur dan birokrasi, risiko bubble OLEH meningkat. Karena itu, di MUHAMMAD CHATIB BASRI Ekonom CReco Research Institute satu sisi optimisme dan kesempatan akibat arus modal masuk ini harus cepat dijawab dengan pembaPertama, dari sisi global saya melihat bahwa kebijakan tingkat ngunan infrastruktur. Setidaknya, UU pembebasan bunga rendah dan quantitative lahan harus bisa segera selesai easing masih akan berlanjut. dan harus ada bukti bahwa Implikasinya arus modal masuk infrastruktur dibangun. masih akan terjadi. Arus modal Kedua, inflasi. Ekonomi makro yang masuk ini adalah sebuah mengenal problema the unholy kesempatan bagi kita. trinity atau impossible trinity: Namun pertanyaannya, jika sebuah negara harus memilih modal sudah diraup dan perusadua di antara tiga. Kita dapat haan ingin melakukan ekspansi mempertahankan nilai tukar di sektor riil, apakah infrastruk- CATATAN AWAL PEKAN agar tidak terlalu menguat, dan menjaga inflasi, tetapi harus memberlakukan kontrol terhadap arus modal, atau kita dapat membiarkan arus modal bebas bergerak, dengan tetap menjaga kebijakan moneter yang independen, tapi harus membiarkan nilai tukar mengambang. Atau kemungkinan terakhir adalah memiliki arus modal bebas, nilai tukar yang tetap, tetapi mengorbankan kemampuan kebijakan moneter untuk mengatasi inflasi atau situasi resesi. Saya ingin mengatakan bahwa upaya Bank Indonesia untuk mempertahankan nilai tukar di Rp9.000 per dolar AS akan membawa akibat meningkatnya tekanan inflasi. Secara konsep- tual, arus modal masuk memang akan menggerus daya saing. Bila BI membiarkan rupiah menguat, daya saing akan tergerus melalui nilai tukar nominal yang menguat, sedangkan bila BI mencoba mempertahankan nilai tukar nominal, daya saing akan tergerus melalui nilai tukar riil yang menguat—karena meningkatnya tekanan inflasi. Karena itu, Bank Indonesia memang harus membiarkan rupiah sedikit menguat sambil melakukan intervensi sebatas kapasitas dan kemampuan BI. Artinya jangan sampai intervensi ini menguras neraca BI. • Bersambung ke Hal. 2