bab v arah kebijakan keuangan daerah

advertisement
BAB V
ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
5.1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah
Dalam pengelolaan anggaran pendapatan daerah harus diperhatikan
upaya untuk peningkatan pendapatan pajak dan retribusi daerah tanpa
harus menambah beban bagi masyarakat. Pendapatan daerah dalam
struktur APBD masih merupakan elemen yang cukup penting peranannya
baik untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan maupun pemberian
pelayanan kepada publik. Apabila dikaitkan dengan pembiayaan, maka
pendapatan daerah masih merupakan alternatif pilihan utama dalam
mendukung program dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan publik di Kota Surabaya. Arah pengelolaan Pendapatan daerah
kota Surabaya tahun 2006 – 2010 yaitu mobilisasi sumber-sumbe PAD dan
penerimaan daerah lainnya.
5.2. Arah Pengelolaan Belanja Daerah
Belanja daerah diarahkan pada peningkatan proporsi belanja untuk
memihak
kepentingan
publik,
disamping
tetap
menjaga
eksistensi
penyelenggaraan Pemerintahan. Dalam penggunaannya, belanja daerah
harus tetap mengedepankan efisiensi, efektivitas dan penghematan sesuai
dengan prioritas, yang diharapkan dapat memberikan dukungan programprogram strategis daerah.
5.3. Arah Pembiayaan Daerah
Sebagaimana ketentuan yang telah diatur pada penjelasan pasal 17 ayat 3
dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan pasal 83 ayat 2 berikut penjelasannya dalam Undang-undang Nomor
33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah, maka jumlah kumulatif defisit anggaran tidak
102
diperkenankan melebihi 3 persen dari Produk Domestik Regional Bruto
tahun bersangkutan.
5.4. Kebijakan Umum Anggaran
5.4.1. Pendapatan Daerah
Formulasi
kebijakan
dalam
mendukung
pengelolaan
anggaran
pendapatan daerah akan lebih difokuskan pada upaya untuk mobilisasi
pendapatan asli daerah dan penerimaan daerah lainnya. Kebijakan
pendapatan daerah Kota Surabaya tahun 2006 - 2010 diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 9,31 persen dan pertumbuhan
tersebut lebih disebabkan oleh adanya pertumbuhan pada komponen
PAD
dan
komponen
Dana
Perimbangan
yang
masing-masing
diperkirakan tumbuh rata-rata sekitar 15,60 persen dan 5,55 persen.
Pertumbuhan komponen Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Hasil
Perusahaan Daerah akan menjadi faktor yang penting dalam mendorong
pertumbuhan
PAD
nanti.
Sedangkan
untuk
Dana
Perimbangan,
komponen Bagi Hasil Pajak serta komponen Bagi Hasil Pajak dan
Bantuan Keuangan Provinsi adalah 2 unsur yang cukup penting dalam
mendorong pertumbuhan Dana Perimbangan yang akan diperoleh
nantinya.
Ditinjau dari komposisi Pendapatan Daerah, trend kenaikkan peranan
PAD dan trend penurunan dari peranan Dana Perimbangan sampai
dengan 2010 diperkirakan akan terus berlangsung meskipun dalam
kaitan tersebut diperkirakan dominasi peranan Dana Perimbangan dalam
membentuk total perolehan Pendapatan Daerah akan tetap diatas
peranan PAD dengan perkiraan komposisi sekitar 52,46 persen untuk
Dana Perimbangan dan sekitar 45,58 persen untuk PAD. Sedangkan
untuk
komponen
Lain-lain
Pendapatan
yang
Sah
peranannya
diperkirakan akan semakin mengecil yaitu sekitar 1,96 persen.
103
Terdapat beberapa hal yang cukup penting terkait dengan prospek
keuangan daerah kedepan yang antara lain adalah :
• Bahwa peranan sektor Pajak Daerah dan BUMD dalam memberikan
sumbangan ke PAD, kedepan, tampaknya akan semakin penting.
Untuk itu, upaya untuk terus melakukan baik ekstensifikasi melalui
perluasan basis pajak tanpa harus menambah beban kepada
masyarakat maupun intensifikasi melalui upaya yang terus menerus
dalam melakukan perbaikan kedalam dan senantiasa meningkatkan
kesadaran wajib pajak dan retribusi dalam memenuhi kewajibannya
adalah hal yang mutlak untuk tetap dilanjutkan secara konsisten
termasuk dalam upaya untuk terus meningkatkan efisiensi, baik di
tubuh penyelenggara pemerintahan daerah kota Surabaya maupun
pada setiap perusahaan daerah.
• Upaya ekstensifikasi pajak sebagaimana yang telah disampaikan,
tampaknya tidak cukup hanya mengandalkan kondisi saranaprasarana kota yang ada seperti saat ini. Untuk itu, kedepan, prioritas
pembangunan kota harus benar-benar fokus pada sektor-sektor yang
mampu menarik investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi
kota dalam upaya meningkatkan daya beli masyarakat yang dalam hal
ini tentunya harus dilakukan dengan tanpa mengesampingkan
konsistensi dalam menekan ketimpangan pendapatan masyarakat
sebagai bentuk upaya untuk menekan angka kemiskinan, serta tetap
memperhatikan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan
masyarakat yang ada di kota Surabaya.
Secara lengkap gambaran tentang prospek pendapatan daerah kota
Surabaya tahun 2006 - 2010 sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5.1.
dan tabel 5.2.
104
105
106
Penetapan formulasi kebijakan diatas, dimaksudkan agar peningkatan
pendapatan daerah pada tahun 2006 - 2010 diupayakan untuk tetap
menjaga penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan dunia
usaha, sehingga keberadaannya diharapkan dapat mewujudkan stabilitas
fiskal daerah khususnya dalam memberikan ketersediaan sumber
pembiayaan dalam menjaga kelancaran penyelenggaraan pemerintahan
dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Secara teoritis, pendapatan daerah akan sangat dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian daerah yang akan terjadi sampai dengan tahun 2010, atau
dengan kata lain, bahwa suatu pendapatan daerah - termasuk
Pendapatan Asli Daerah - harus benar-benar mampu merespon
perkembangan ekonomi yang diperkirakan akan terjadi.
Dengan menggunakan pendekatan analisis pertumbuhan elastisitas
dalam menghitung proyeksi PAD, serta dengan meletakkan beberapa
asumsi, seperti :
1. Pertumbuhan ekonomi kota Surabaya diperkirakan akan sama
dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu : 6,1 persen
(2006) ; 6,7 persen (2007) ; 7,2 persen (2008) ; 7,6 persen (2009);
dan 7,6 persen (2010), atau secara umum diperkirakan sampai
dengan tahun 2010 tumbuh rata-rata sekitar 6,78%;
2. Selama periode proyeksi, tingkat inflasi diperkirakan akan mencapai
sekitar 8 persen untuk setiap tahunnya;
3. ICOR tahunan selama periode proyeksi adalah sekitar 4,99 kali;
4. Kebutuhan investasi selama periode proyeksi diperkirakan akan
mencapai rata-rata sekitar Rp. 35,34 trilyun atau sekitar 32 persen
dari rata-rata total proyeksi PDRB atas dasar harga berlaku;
5. Tax
Ratio
(PAD
terhadap
PDRB)
selama
periode
proyeksi
diperkirakan akan mencapai sekitar 0,61 persen untuk setiap
tahunnya;
107
6. Untuk komponen Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Pajak &
Bantuan Keuangan Propinsi pada Dana Perimbangan diperkirakan
tumbuh sekitar 9 persen setiap tahunnya;
7. Selama periode proyeksi, komponen DAU, Dana Bagi Hasil Bukan
Pajak pada Dana Perimbangan, serta Lain-lain Pendapatan yang
Sah diperkirakan tetap sebagaimana angka pada tahun 2005.
Secara lengkap gambaran tentang prospek pertumbuhan dan peranan
ekonomi kota Surabaya sampai dengan tahun 2010 sebagaimana
ditunjukkan pada tabel 5.3 dan tabel 5.4.
108
109
5.4.2. Belanja Daerah
Kebijakan belanja daerah sampai dengan 2010 diperkirakan akan
didominasi oleh belanja pelayanan publik sekitar 80,43 persen.
Sedangkan untuk belanja aparatur daerah, belanja bagi hasil dan
bantuan keuangan serta belanja tidak tersangka diperkirakan akan
menyerap rata-rata sekitar 11,78 persen, 1,08 persen dan 6,71 persen.
Dilihat dari sisi pertumbuhannya, komponen belanja daerah tahun 2006 2010 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 9,53
persen, dimana pertumbuhan rata-rata untuk masing-masing komponen
belanja adalah (i) belanja aparatur daerah sekitar 7,57 persen; (ii) belanja
pelayanan publik sekitar 8,74 persen; (iii) belanja bagi hasil dan bantuan
keuangan sekitar minus 5,20 persen; serta (iv) belanja tak tersangka
sekitar 49,85 persen.
Selanjutnya ditinjau dari komposisi belanja program dan belanja non
program, maka masing-masing sebarannya sampai dengan 2010 sekitar
65,24 persen dan 34,76 persen dengan rata-rata pertumbuhan masingmasing sekitar 10,82 persen dan 7,33 persen.
Secara lengkap gambaran tentang prospek belanja daerah kota
Surabaya tahun 2006 - 2010 sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5.5.,
tabel 5.6., tabel 5.7. dan tabel 5.8.
110
111
112
113
114
Kebijakan belanja daerah diatas, didasari oleh beberapa asumsi pokok
sebagai berikut :
1. Perkiraan
penerimaan
terpenuhi,
sehingga
pertumbuhan
pendapatan
dapat
perekonomian
daerah
diharapkan
memberikan
dukungan
daerah
mampu
dan
dapat
terhadap
mencukupi
kebutuhan pelayanan dasar serta penyelenggaraan pemerintahan
Kota Surabaya.
2. Perkiraan kebutuhan belanja daerah dapat mendanai programprogram strategis daerah dalam mendukung dan menjaga targe-target
indikator
yang
telah
ditetapkan
dalam
dokumen
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2006 - 2010.
5.4.3. Pembiayaan Daerah
Adapun kebijakan yang ditetapkan dalam menyertai Pembiayaan Daerah
adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan Daerah tahun 2006 - 2010 diperkirakan akan mengalami
pertumbuhan rata-rata sekitar 9,31 persen, sedangkan kebutuhan
Belanja Daerah diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata
sekitar 9,53 persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perkiraan
kebutuhan belanja daerah lebih besar dari perkiraan pendapatan
daerah, sehingga APBD tahun 2006 - 2010 diperkirakan akan
mengalami defisit anggaran rata-rata sekitar 10,43 persen.
2. Optimalisasi sumber penerimaan pembiayaan yang paling mungkin
dapat dilakukan secara cepat, yaitu dari Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Lalu. Selain itu juga digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pengeluaran pembiayaan yang timbul dari pernyertaan
modal dan pembayaran utang pokok yang jatuh tempo.
Asumsi dasar yang menyertai dalam penetapan kebijakan pembiayaan
diatas, adalah :
115
1. Kumulatif defisit APBD tahun 2006 – 2010 diperkirakan rata-rata
sekitar 0,35 persen dari proyeksi PDRB tahun 2006 – 2010.
2. Alternatif pembiayaan dari sisi penerimaan diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan pembiayaan dari sisi pengeluaran.
Alternatif penerimaan pembiayaan yang bisa dikembangkan, seperti :
pinjaman daerah, penerbitan surat obligasi dan penjualan aset - baik
yang akan dipergunakan untuk penyertaan modal maupun pembayaran
angsuran utang pokok yang akan jatuh tempo, ataupun program
pengeluaraan pembiayaan lainnya yang timbul sebagai akibat dari
pengembangan alternatif penerimaan pembiayaan.
Khusus dalam pengelolaan pinjaman daerah, harus diperhatikan
kemampuan daerah dalam menyediakan sejumlah dana untuk menutup
kewajiban
membayar.
Berdasarkan
perhitungan
kasar
dengan
menerapkan metode kalkulasi Debt Service Coverage Ratio (DSCR)
menunjukkan
bahwa,
prospek
kemampuan
daerah
(APBD)
kota
Surabaya selama periode 2006 – 2010 menunjukkan rata-rata DSCR
sebesar 46,22 atau rata-rata diatas batas rasio yang dipersyaratkan (≥
2,5). Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan APBD Kota Surabaya
dalam menyediakan sejumlah dana dalam periode waktu tertentu untuk
menutup kewajiban membayar pinjaman masih bisa dilakukan.
Gambaran perkembangan DSCR Kota Surabaya tahun 2006 - 2010
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tahun
DSCR
2006
30,66
2007
36,29
2008
44,67
2009
53,92
2010
65,54
Rata-rata
46,22
Sumber : Hasil Simulasi (lihat pada tabel 5.9 )
116
117
Download