BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025. RPJP Nasional menjadi acuan dalam penyusunan RPJP Daerah yang memuat visi, misi, dan arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025. RPJP Daerah menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah yang memuat visi, misi, dan Program Kepala Daerah. Salah satu prioritas pembangunan regional Jawa Barat sebagaimana dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Barat adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan memperluas landasan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran itu digunakan sejumlah indikator yang salah satunya mencakup antara lain pertumbuhan ekonomi yang bekualitas. 1 Strategi pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat agar tercapai pemerataan hasil-hasil pembangunan secara lebih terkendali, sekaligus tidak meninggalkan pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, ternyata tidak mudah untuk diwujudkan pada daerah-daerah yang sedang berkembang. Seperti di Provinsi Jawa Barat misalnya, sebagai salah satu penyangga dan perlintasan utama menuju ibu kota negara, sehingga Provinsi Jawa Barat selalu ingin menjadi yang terdepan, dengan demikian Pelaksanaan otonomi daerah yang ditandai dengan diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (dalam perkembangannya kedua regulasi ini diperbaharui dengan UU No. 32 tahun 2004 dan UU No 33 tahun 2004) menjadi babak baru terkait dengan hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Daerah (kabupaten dan kota) diberikan kewenangan yang lebih luas dalam mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki. Mardiasmo (2005) menyatakan bahwa daerah tidak lagi sekedar menjalankan instruksi dari pemerintah pusat, tetapi dituntut untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi dalam mengoptimalkan potensi yang selama ini (sebelum otonomi) dapat dikatakan terpasung. Adanya kewenangan yang dimiliki ini memberikan konsekuensi adanya tuntutan peningkatan kemandirian daerah (Sidik, 2002). Daerah diharapkan mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi (peningkatan kesejahteraan masyarakat). Untuk itu, pemerintah daerah seyogyanya lebih berkonsentrasi pada 2 pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal, melakukan alokasi yang lebih efisien pada berbagai potensi lokal yang sesuai dengan kebutuhan publik (Lin dan Liu, 2000; Mardiasmo, 2002 dan Wong, 2004). Peningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal lebih cepat terwujud dan pada gilirannya dapat meningkatkan kinerja (kemampuan) keuangan daerah. Hal ini berarti, idealnya pelaksanaan otonomi daerah harus mampu mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat, daerah menjadi lebih mandiri, yang salah satunya diindikasikan dengan meningkatnya kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) dalam hal pembiayaan daerah (Adi, 2007). Berdasarkan data, secara total pendapatan Provinsi Jawa Barat yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan dalam kurun waktu Tahun 2003-2007 mengalami peningkatan sebesar 12,46 % per tahun dan kontribusinya terhadap APBD sebesar 87,53 % per tahun. Sebagai gambaran tabel 1.1 menunjukkan realisasi pendapatan Provinsi Jawa Barat. Tabel 1.1. Total Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2007(dalam Rp ) No. Uraian 16.617.908.659.203 15.421.474.784.489 125.738.792.485 451.269.176.195 Kontribusi % 71 65.7 0.5 1.9 619.425.906.034 6.566.958.931.629 3.348.451.814.630 3.218.507.116.999 2.6 28 14.3 13.7 297.337.045.056 23.482.204.635.888 1.3 100 Jumlah 1 Pendapatan Asli Daerah a. Pajak Daerah b. Reteribusi Daerah c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan d. Lain-lain Pendapatan Asli Yang Sah 2 Dana Perimbangan a. Bagi Hasil Pajak Dan Bukan Pajak b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus 3 Lain-lain Pedapatan Daerah Yang Sah Pendapatan Daerah Sumber : APBD 3 Lebih lanjut pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu untuk mengetahui tingkat perumbuhan ekonomi harus di bandingkan dengan pendapatan nasional atau Produk Domesik Bruto (PDRB) dari tahun ke tahun. Sementara itu, fenomena yang mampu memberikan gambaran pembanguan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari banyaknya jumlah penduduk daerah tersebut. Di dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, peranan penduduk sangat penting karena pendududuk merupakan sumber daya manusia yang dapat menyediakan tenaga kerja. Dengan kata lain penduduk dan pertumbuhannya merupakan sumber dan potensi tenaga kerja. Dihubungkan dengan aspek kualitasnya, pertumbuhan penduduk dapat mendorong pembangunan ekonomi, artinya kenaikan jumlah penduduk dapat memungkinkan pertambahan tenaga kerja yang mampu mendorong sektor produksi untuk meningkatkan kegiatannya. Akan tetapi jumlah penduduk yang besar ini belumlah cukup menjadi syarat bagi pemerintah daerah untuk membangun lebih banyak fasilitas layanan publik. Penduduk yang banyak tetapi menyebar tentu akan mempersulit pemerintah daerah dalam menentukan lokasi pembangunan suatu fasilitas umum karena dikhawatirkan fasilitas tersebut tidak akan termanfaatkan secara maksimal. Sedangkan jumlah penduduk yang besar dan terkonsentrasi di suatu tempat akan mempermudah pemerintah daerah untuk menentukan lokasi pembangunan fasilitas umum dan akan mengoptimalkan fungsi dari fasilitas yang dibangun tersebut. 4 Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi tentang : “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah, PDRB, Dan Jumlah Penduduk Pada PAD Kab/Kota di Jawa Barat”. 1.2. Identifikasi Masalah Masalah pembangunan di negara berkembang sangatlah kompleks seperti masalah kemiskinan, penganguran, dan ketimpangan pembangunan ekonomi. Untuk itu, arah dan strategi pembangunan harus jelas agar tujuan pembangunan tercapai dengan baik. Begitu juga dengan pembangunan ekonomi daerah yang bersumber dari (PAD), pendapatannya dari pajak daerah, retribusi daerah, penerimaan dari perusahaan daerah akan menentukan besarnya pendapatan asli daerah (PAD), dimana masing-masing komponen saling terkait satu sama lain. Besarnya kontribusi tiap-tiap komponen terhadap pendapatan asli daerah sangat ditentukan oleh potensi dari daerah yang bersangkutan. Daerah-daerah yang memiliki potesi pajak daerah dan retribusi daerah yang besar, dapat diharapkan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Berdasarkan hal tersebut, maka identifikasi masalah yang dapat diperoleh sebagai berikut : 1. Seberapa besar pengaruh pengeluaran pemerintah daerah, PDRB, dan jumlah penduduk terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Jawa Barat periode 2003-2007 2. Bagaimana meningkatkan potensi pendapatan asli daerah (PAD) di Jawa Barat periode 2003-2007 5 1.3 Tujuan Penenlitian Berkaitan dengan identifikasi masalah yang akan di bahas maka penelitian ini untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengeluaran pemerintah daerah, PDRB, dan jumlah penduduk terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Jawa Barat periode 2003-2007. 2. Unuk mengetahui bagaimana meningkatkan potensi pendapatan asli daerah (PAD) di Jawa Barat periode 2003-2007. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya : 1. Bagi penulis, untuk mengembangkan wawasan berfikir serta menambah ilmu pengetahuan mengenai permasalahan yang diteliti sehingga memperoleh gambaran yang jelas mengenai ada tidaknya kesesuaian antar fenomena yang terjadi dengan dasar teori. 2. Bagi kepeningan akademis, dapat digunakan sebagai bahan informasi baik peneliti dalam pengembangan ilmu ekonomi. 3. Bagi kalangan praktisi, dapat digunakan sebagai masukan bagi pihakpihak perumus kebijakan ataupunbagi para pengambil keputusan yang berhubungan dengan masalah yang ada dalam penelitian ini. 6