59 abstrak meningkatkan pemahaman siswa kelas xii ipa 2 sma

advertisement
59
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
ABSTRAK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS XII IPA 2 SMA NEGERI 3
BANJARMASIN PADA KONSEP REPRODUKSI SEL MELALUI
PENGGUNAAN PETA KONSEP
Oleh: Muhammad Faisal Riza, Siti Wahidah Arsyad, Noor Ichsan Hayani
Konsep reproduksi sel merupakan salah satu konsep yang sulit bagi siswa
dan guru dalam membelajarkan konsep tersebut juga sulit karena metode
yang dipakai guru masih konseptual. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3
Banjarmasin pada konsep reproduksi sel dengan menggunakan peta konsep,
(2) mengetahui aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar
dengan penggunaan peta konsep, dan (3) mengetahui respon siswa terhadap
kegiatan belajar mengajar dengan penggunaan peta konsep. Metode
penelitian adalah deskriptif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama 2 kali
pertemuan, siklus kedua 1 kali pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin Tahun Ajaran 2008/2009
berjumlah 36 orang. Hasil penelitian menunjukkan (1) Penggunaan peta
konsep pada konsep reproduksi sel dapat meningkatkan pemahaman siswa
kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin yaitu (38,24%) untuk pretes
menjadi (88,24%) pada postes (siklus I), sedangkan pada siklus II dari
(85,75%) menjadi (91,43%) pada postes. Hasil nilai peta konsep selama
proses pembelajaran juga meningkat dari nilai rata-rata (414,86) menjadi
(767) dengan kategori sedang pada siklus II, (2) Aktivitas siswa selama
kegiatan pembelajaran dari siklus I mengalami peningkatan pada siklus II,
yaitu aktivitas membuat peta konsep dari (21,97%) menjadi (24,94%),
berdiskusi antar siswa/kelompok/guru dari (32,38%) menjadi (33,77%),
membaca peta konsep yang mereka buat dari (10,91%) menjadi (11,26%),
bertanya kepada siswa lain atau kepada guru dari (3,94%) menjadi (4,08%),
mempresentasikan peta konsep yang mereka buat dari (3,62%) menjadi
(4,06%) dan membuat/menulis rangkuman pelajaran dari (3,69%) menjadi
(6,78%). Sedangkan aktivitas guru yang menurun pada siklus II yaitu aktivitas
membimbing siswa membuat peta konsep dari (8,70%) menjadi (7,14%),
membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru dari (21,74%)
menjadi (21,43%), membimbing siswa memahami cara membuat peta
konsep dari (8,70%) menjadi (0,00%), membimbing siswa menyusun
/melaporkan dan menyajikan peta konsep yang mereka buat dari (17,39%)
menjadi (14,29%). (3) Respons siswa terhadap proses pembelajaran
menggunakan peta konsep 97,14% menyatakan menyenangkan.
60
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
Kata kunci : pemahaman, penggunaan peta konsep, konsep reproduksi sel
Berdasarkan wawancara dengan guru yang mengajar Biologi di kelas
XII SMA 3 Negeri Banjarmasin, konsep reproduksi sel merupakan salah satu
konsep yang sulit dipahami bagi siswa. Pada konsep reproduksi sel, siswa
dituntut untuk memahami macam dan ciri-ciri pembelahan sel beserta fasefasenya, gametogenesis beserta prosesnya pembentukannya. Ini tidaklah
mudah bagi guru untuk membelajarkan siswa agar bisa memahaminya
dengan mudah.
*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unlam Banjarmasin
Angkatan Tahun 2005
Selain itu, metode yang dipakai guru di SMA Negeri 3 Banjarmasin
dalam membelajarkan konsep reproduksi sel secara konseptual dengan
metode ceramah disertai penggunaan gambar pembelahan sel yang tersedia
untuk selanjutnya didiskusikan. Melalui pembelajaran demikian siswa akan
kesulitan dalam memahami konsep reproduksi sel tersebut. Metode diskusi
yang
digunakan
seringkali
juga
mempunyai
kelemahan
antara
lain
pembahasan konsep yang meluas sehingga kesimpulan menjadi kabur dan
waktu yang diperlukan tidak sesuai yang direncanakan.
Berdasarkan kondisi ini, maka guru perlu mencoba media charta
dalam bentuk peta konsep yang tepat agar siswa dapat menerima dan
memahami konsep yang diajarkan. Siswa juga dituntut agar lebih aktif dan
kreatif dalam menerima dan memahami konsep pelajaran serta mampu
menyelesaikan
tugas
yang
diberikan
guru
dalam rangka
mencapai
keberhasilan belajar. Salah satu alternatif pengembangannya adalah dengan
menggunakan pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran yaitu melalui
penggunaan peta konsep. Penggunaan peta konsep belum pernah diajarkan
guru pada konsep reproduksi sel.
61
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran meningkat apabila telah
diajarkan dengan menggunakan peta konsep. Hal ini sesuai dengan
pendapat Novrianti (2008) bahwa dengan peta konsep dapat meningkatkan
daya ingat terhadap pelajaran karena di dalam pembuatan peta konsep
terjadi pengulangan, adanya hubungan atau asosiasi, intensitas dan
keterlibatan langsung setiap individu.
Selain itu juga didukung dengan beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan di Program Studi Pendidikan Biologi seperti :
1. Vidya
(2007)
menggunakan
peta
konsep
dalam
meningkatkan
pemahaman siswa kelas VIII C SMPN 24 Banjarmasin tentang sub
konsep Sistem Saraf dan Indera. Hasil penelitiannya menunjukkan
adanya peningkatan pemahaman siswa yaitu dari 32,5% untuk pretes
meningkat menjadi 90% pada postes (siklus I), sedangkan pada siklus II
dari 10% meningkat menjadi 92,5% pada postes. Hasil selama proses
pembelajaran juga mengalami peningkatan dari kategori kurang pada
siklus 1 menjadi kategori cukup baik pada siklus 2.
2. Masrah (2008) menggunakan strategi peta konsep melalui leaflet dalam
meningkatkan kemampuan mengingat konsep Sistem Gerak pada siswa
kelas VIII D SMP Negeri 17 Banjarmasin mengalami peningkatan. Hal ini
dapat dilihat dari peningkatan kemampuan mengingat siswa (≥ 87,13%),
ketuntasan belajar (≥ 88,69%) dan hasil selama proses pembelajaran (≥
87,67%). Juga aktivitas selama kegiatan pembelajaran pada siklus 2
mengalami peningkatan dan pembelajaran telah berpusat pada siswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan
Pemahaman Siswa Kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin pada Konsep
Reproduksi Sel Melalui Penggunaan Peta Konsep ”
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : (1)
Apakah penggunaan peta konsep dalam pembelajaran konsep reproduksi sel
62
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3
Banjarmasin?, (2) Bagaimana aktivitas siswa dan guru selama kegiatan
belajar mengajar dengan penggunaan peta konsep ? dan (3) Bagaimana
respon siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin terhadap kegiatan
belajar mengajar dengan penggunaan peta konsep ? Masalah dalam
penelitian ini dibatasi sebagai berikut : (1) Pemahaman siswa dilihat
berdasarkan hasil belajar dan proses pembelajaran, (2) Hasil belajar dilihat
berdasarkan nilai pretes dan postes, dan (3) Proses belajar dilihat
berdasarkan nilai peta konsep.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui peningkatan
pemahaman siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin pada konsep
reproduksi sel dengan menggunakan peta konsep, (2) Mengetahui aktivitas
siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar dengan penggunaan peta
konsep, dan (3) Mengetahui respon siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3
Banjarmasin terhadap kegiatan belajar mengajar dengan penggunaan peta
konsep.
METODE
Penelitian tindakan ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai
dengan Juni 2009. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SMA Negeri 3
Banjarmasin yang beralamat di Jalan Veteran Km. 4,5 No 381. Subyek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin Tahun
Ajaran 2008/2009 yang berjumlah 36 orang.
Penelitian ini dalam pembahasan menggunakan metode deskriptif
dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan kegiatan
yang diawali dengan pengembangan pembelajaran untuk memperbaiki
kondisi dan proses dalam pembelajaran. Menurut Aqib (2006) PTK
merupakan penelitian yang dilakukan guru di kelas atau di sekolah tempat ia
mengajar dengan penekanan dan penyempurnaan atau peningkatan proses
dan praktik pembelajaran. PTK juga merupakan suatu pencermatan terhadap
63
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi di dalam kelas. Selanjutnya
menurut Wiriatmadja (2005) PTK adalah bagaimana sekelompok guru dapat
mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, siklus kedua dilaksanakan dalam 1 kali
pertemuan. Siklus kedua dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus
pertama. Hal ini diketahui dari hasil belajar siswa yang meliputi pretes dan
postes setiap pertemuan, nilai peta konsep dari tugas kelompok, dan hasil
observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Pada
setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan analisis data serta refleksi.
Tabel 1. Skema Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan
Siklus Pertemuan
Materi
Kegiatan
ke
1
1
Pembelahan - Pretes
Mitosis
Membuat
konsep
Presentasi
konsep
2
- Diskusi
Pembelahan - Postes
Meiosis
- Pretes
Membuat
konsep
Presentasi
konsep
- Diskusi
- Postes
2
3
- Gametogenesis
- Pretes
Membuat
konsep
Presentasi
konsep
- Diskusi
Jam
2 x 45’
peta
peta
2 x 45’
peta
peta
2 x 45’
peta
peta
64
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
- Postes
Pada pelaksanaan pembelajaran peneliti berkolaborasi dengan 2
orang dosen, 1 orang guru dan dibantu oleh 7 orang mahasiswa Program
Studi Pendidikan Biologi FKIP UNLAM yang bertindak sebagai pengamat.
Tugas masing-masing diatur sedemikian rupa sehingga memperlihatkan
kesatuan tindakan antara peneliti dan kolaborator. Tugas-tugas tersebut ada
yang bertindak sebagai guru, pengamat, supervisor dan mitra.
Tabel 2. Distribusi Tugas dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Siklu Materi
s
1
o Pembela
han
mitosis
 Pembela
han
meiosis
2
Gametoge
nesis
Guru Peneliti
Dra.
Bulki
s
Muham
mad
Faisal
Riza
Dra.
Bulki
s
Muham
mad
Faisal
Riza
Penga
mat
Mahasis
wa
Pendidi
kan
Biologi
Supervis
or
Pembimb
ing 1
Kolega/mi
tra
Guru
SMAN 3
Banjarmas
in lain
Mahasis
wa
Pendidi
kan
Biologi
Pembimb
ing 2
Guru
SMAN 3
Banjarmas
in lain
Pelaksanaan Penelitian Tindakan pada Siklus I
Refleksi Awal
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran dan wawancara dengan
guru mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 3 Banjarmasin diuraikan refleksi
awal sebagai berikut : (1) Konsep reproduksi sel di SMA Negeri 3
Banjarmasin kebanyakan masih diberikan secara konseptual dengan metode
ceramah yang menggunakan gambar pembelahan sel, sehingga para siswa
masih kesulitan untuk memahami materi secara keseluruhan, (2) Konsep
reproduksi sel di SMA Negeri 3 Banjarmasin belum pernah diajarkan melalui
peta konsep.
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : (1)
Peneliti meminta kesediaan sekolah dan guru Biologi kelas XII di SMA Negeri
65
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
3 Banjarmasin sebagai guru pengajar pelaksanaan PTK, (2) Melakukan
pengajaran pendahuluan dengan menggunakan peta konsep pada konsep
yang lain, (3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), soal
pretes dan postes dan kisi-kisi soal untuk konsep reproduksi sel, (4) Membuat
skenario pembelajaran melalui rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
mata pelajaran Biologi tentang reproduksi sel, (5) Membuat peta konsep
reproduksi sel sebagai pembanding peta konsep yang dikerjakan siswa dan,
(6) Menyusun instrumen penelitian berupa tes (tes hasil belajar), format
observasi aktivitas siswa dalam PBM, dan kuesioner tanggapan siswa
terhadap tindakan yang dilakukan.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu : (1) Melaksanakan
pretes kepada siswa tentang reproduksi sel, (2) Mengelompokkan siswa
dalam 7 kelompok, yang terdiri atas 5 sampai 6 orang siswa untuk
melaksanakan
pembelajaran
melalui
penggunaan
peta
konsep,
(3)
Membimbing siswa dalam kelompok tentang cara membuat peta konsep
untuk konsep reproduksi sel, (4) Memberikan waktu kepada siswa untuk
mengerjakan dan mengevaluasi peta konsep yang siswa buat, (5)
Mempresentasikan dan mendiskusikan peta konsep yang siswa buat, (6)
Menyimpulkan pelajaran bersama-sama siswa, dan (7) Melaksanakan
postes.
Observasi dan Evaluasi Tindakan
Kegiatan pada tahap ini meliputi : (1) Obsevasi terhadap pengelolaan
aktivitas pembelajaran guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan untuk mengetahui
perkembangan
proses
pembelajaran,
yang
akan
dijadikan
bahan
pertimbangan dalam melakukan refleksi siklus kedua, dan (2) Penguasaan
materi diperoleh dari hasil belajar berupa pretes dan postes. Seluruh data
66
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
yang diperoleh dicatat dan direkam untuk dijadikan bahan pertimbangan
dalam melakukan refleksi siklus kedua.
Refleksi Tindakan
Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan instrumen dan
hasil test maka
dijadikan
pertimbangan
untuk
memasuki siklus
II.
Pertimbangan yang dilakukan bilamana salah satu komponen di bawah
belum terpenuhi berdasarkan beberapa kriteria yang mengacu pada Arikunto
(1998) : (1) Ketuntasan belajar siswa secara individu tercapai bila siswa
tersebut mendapat nilai ≥ 65, dan terjadi peningkatan nilai dari pretes ke
postes sebesar 33%, (2) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal tercapai
bila terdapat 85% siswa yang memperoleh nilai minimal ≥ 65. Ketuntasan
belajar siswa dilihat dari nilai postes setiap pertemuan, (3) Kategori hasil
belajar selama proses pembelajaran adalah baik, kategori ini ditetapkan
berdasarkan kategori, dan (4) Aktivitas guru mengurangi dominansinya atau
aktivitas siswa menjadi lebih aktif berdasarkan Boriech (Supramono, 2005).
Pelaksanaan Penelitian Tindakan pada Siklus II
Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II ini, kegiatan yang dilakukan yaitu :
(1) Memperbaiki hal-hal yang kurang atau yang terjadi pada siklus I, (2)
Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, soal pretes dan postes,
kisi-kisi soal untuk konsep reproduksi sel, (3) Menyiapkan peta konsep yang
dibuat guru sebagai pembanding peta konsep yang dikerjakan oleh siswa,
dan (4) Menyiapkan lembar evaluasi kegiatan belajar dan kuesioner pendapat
siswa.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu : (1) Melaksanakan
pretes kepada siswa tentang reproduksi sel, (2) Mengelompokkan siswa
dalam 7 kelompok, yang terdiri atas 5 sampai 6 orang siswa untuk
67
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
melaksanakan
pembelajaran
melalui
penggunaan
peta
konsep,
(3)
Membimbing siswa dalam kelompok tentang cara membuat peta konsep
untuk konsep reproduksi sel, (4) Memberikan waktu kepada siswa untuk
mengerjakan dan mengevaluasi peta konsep yang siswa buat, (5)
Mempresentasikan dan mendiskusikan peta konsep yang siswa buat, (6)
Menyimpulkan pelajaran bersama-sama siswa, dan (7) Melaksanakan
postes.
Observasi
Kegiatan tahap ini adalah sebagai berikut : (1) Observasi terhadap
pengelolaan aktivitas pembelajaran, observasi terhadap aktivitas guru dan
siswa dan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, dan (2)
Penguasaan materi pelajaran yang diperoleh dari hasil tes belajar berupa
pretes dan postes. Seluruh data hasil penelitian dicatat untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes, tugas kelompok membuat
peta konsep, lembar observasi dan kuesioner pendapat siswa. Kedalaman
dan keluasan materi soal disusun berdasarkan indikator dalam kurikulum
KTSP 2006 untuk konsep Reproduksi Sel.
Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelitian sebagai
berikut :
1. Merumuskan indikator berdasarkan rambu-rambu dalam KTSP 2006.
2. Membuat kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.
3. Menyusun draft soal berdasarkan indikator dan dilengkapi dengan kunci
jawaban
4. Meminta pertimbangan 3 orang ahli dalam bidang Biologi yaitu 2 orang
dosen pembimbing dan 1 orang guru Biologi menyangkut validasi isi lalu
melakukan uji validasi.
5. Melakukan revisi instrumen penelitian sehingga instrumen layak untuk
digunakan.
68
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
Instrumen penelitian memenuhi syarat sebagai alat pengumpul data
apabila instrumen penelitian tersebut valid dan reliabel (Arikunto, dkk, 2006).
Uji validasi intrumen bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian
instrumen penelitian dengan tujuan dan isi materi pembelajaran. Soal-soal tes
uji validasi dengan memberikan kepada siswa SMA di luar subyek yaitu siswa
kelas XII IPA 1 SMA Negeri 3 Banjarmasin.
Hasil penelitian berupa data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar
yang diambil dari pretes dan postes. Sementara data kualitatif berupa data
hasil nilai peta konsep tiap kelompok, observasi terhadap aktivitas siswa dan
guru, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru serta respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran.
Analisis data dibedakan sebagai berikut: (1) Analisis data hasil
penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan secara deskriptif (Arikunto
dkk., 2006). Analisis tersebut dilakukan dengan menghitung ketuntasan
individual dan ketuntasan klasikal dengan rumus sebagai berikut:
Ketuntasan individual =
Ketuntasan klasikal =
Jumlah skor
 100%
Jumlah skor maksimal
Jumlah siswa yang tuntas belajar
 100%
Jumlah seluruh siswal
Keterangan:
Ketuntasan individual : Jika siswa mencapai ketuntasan > 65
Ketuntasan klasikal : Jika > 85% dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan > 65%
(2) Data kualitatif yang diperoleh dari nilai peta konsep kelompok yang terbaik
sebagai patokan dengan menggunakan kategori yakni baik, sedang, kurang,
dan buruk (Arikunto, 1998), dan (3) Analisis data hasil penelitian yang
69
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
tergolong data kualitatif dilakukan secara deskriptif tentang nilai peta konsep,
observasi aktivitas siswa dan guru, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan
guru serta respon siswa dalam pembelajaran Boriech (Supramono, 2005).
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi ketentuan
berdasarkan Arikunto (1998) sebagai berikut : 1.
(a) Indikator kuantitatif
adalah bilamana siswa mencapai ketuntasan individual (skor ≥ 65) dan
ketuntasan klasikal (jika ≥ 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan
individual yaitu skor ≥ 65), dan (b) Hasil selama proses pembelajaran
tergolong baik, dan 2. Indikator kualitatif bilamana siswa menjadi lebih aktif
atau guru dapat mengurangi dominasi aktivitasnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas dengan penggunaan peta konsep
pada siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin meliputi ringkasan
hasil pretes dan postes, hasil nilai peta konsep, aktivitas siswa dan guru
dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Pelaksanaan tindakan terdiri
atas 2 siklus dengan 3 kali pertemuan. Siklus I terdiri atas 2 kali pertemuan
dan siklus II hanya 1 kali pertemuan.
1 Hasil Pretes dan Postes
Hasil belajar yang diolah dari pretes dan postes pada pembelajaran
siklus I dan II disajikan pada Lampiran 8 dan 16. Data ketuntasan individual
dan ketuntasan klasikal seperti pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3 Ringkasan data ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal
Siklus
Pertemuan
Jumlah
Tes
I
1
35
Pretes
Postes
Hasil Belajar
Tuntas
Tidak
(org)
Tuntas
(org)
4
31
29
6
% Tuntas
(klasikal)
11,43
82,85
70
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
II
2
34
3
35
Pretes
Postes
Pretes
Postes
13
30
30
32
21
4
5
3
38,24
88,24
85,75
91,43
Keterangan:
Ketuntasan individual: Jika siswa mencapai nilai ≥ 65
Ketuntasan klasikal : Jika ≥ 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan
individual ≥ 65
Pada Tabel 3 ketuntasan klasikal pada pretes dari siklus I sampai
siklus II mengalami peningkatan pada pertemuan ke-1 sampai 3 masingmasing yaitu (11,43%), (38,24%), dan (85,75%). Data nilai postes pada siklus
I sampai siklus II juga mengalami peningkatan pada pertemuan ke-1 sampai
3 masing-masing yaitu (82,85%), (88,24%), dan (91,43%) sehingga
persentase yang dicapai pada postes telah memenuhi indikator keberhasilan
pembelajaran. Hal ini berarti, hasil belajar pada siklus II sudah tuntas.
2 Hasil Selama Proses Pembelajaran
Data hasil selama proses pembelajaran berupa nilai peta konsep.
Ringkasan data penilaian peta konsep dari pertemuan ke-1 sampai ke 3 pada
siklus I dan siklus II seperti pada Tabel 4.
Tabel 4
Ringkasan data penilaian peta konsep dari pertemuan ke-1
sampai pertemuan ke 3 pada siklus I dan siklus II
Siklus I
Siklus II
Kelompok
Pertemuan ke-1
Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-3
Nilai
Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1
293
Kurang
278
Kurang
878
Baik
2
667
Baik
543
Baik
563
Sedang
3
233
Kurang
298
Sedang
613
Sedang
4
253
Kurang
589
Baik
1.023 Baik
5
335
Sedang
488
Baik
681
Sedang
6
415
Sedang
228
Kurang
485
Kurang
7
465
Sedang
480
Baik
1.126 Baik
Rata-rata
380,14 Sedang 414,86 Sedang
767
Sedang
Nilai peta
901
1.437
1.154
konsep peneliti
71
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
Selisih nilai
peta konsep
peneliti dengan
kelompok
tertinggi
Keterangan:
234
848
28
Untuk perhitungan kategori nilai peta konsep dimodifikasi berdasarkan
Arikunto, 1998, dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 15.
Berdasarkan nilai peta konsep terbaik pada pertemuan ke-2
mengalami penurunan dibandingkan pada pertemuan ke-1, namun pada
pertemuan ke-3 nilai peta konsep kembali meningkat. Sedangkan dari segi
kategori, nilai peta konsep terbaik meningkat dari setiap pertemuan. Untuk
rata-rata nilai peta konsep seluruh kelompok pada setiap pertemuan sudah
meningkat dilihat dari nilai dan untuk kategori tidak mengalami perubahan
yaitu sedang. Hal ini berarti, terjadi peningkatan hasil selama proses
pengetahuan siswa dalam pembelajaran
3.a. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II
.
Data aktivitas siswa selama pembelajaran pada pertemuan ke-1
sampai pertemuan ke-3 siklus I dan II (Lampiran 10 dan 18) pada Tabel 5.
Tabel 5 Ringkasan rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I dan
siklus II
Parameter yang teramati
Siklus Pertemuan
1
2
3
4
5
6
7
8
I
1
7,98 17,54 22,60 32,89 10,27 2,14 3,61 4,20
2
6,16 17,38 21,97 32,38 10,91 3,94 3,62 3,69
II
3
5,30 10,28 24,94 33,77 11,26 4,08 4,06 6,78
Keterangan :
1. Memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain.
2. Membaca buku-buku yang relevan.
3. Membuat peta konsep.
4. Berdiskusi antar siswa/kelompok/guru.
5. Membaca peta konsep yang mereka buat.
6. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru.
7. Mempresentasikan peta konsep yang mereka buat.
72
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
8. Membuat/menulis rangkuman pelajaran.
Pada Tabel 5 memperlihatkan ringkasan aktivitas siswa pada
pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-3 siklus I dan siklus II. Ada aktivitas
yang cenderung mengalami peningkatan dan penurunan. Aktivitas siswa
yang cenderung meningkat ada enam yaitu membuat peta konsep, berdiskusi
antar siswa/kelompok/guru, membaca peta konsep yang mereka buat,
bertanya kepada siswa lain atau kepada guru, mempresentasikan peta
konsep yang mereka buat, dan membuat/menulis rangkuman pelajaran.
Sementara
aktivitas
yang
cenderung
menurun
yaitu
memperhatikan
penjelasan guru atau siswa lain dan membaca buku-buku yang relevan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sudah berpusat pada
siswa.
3.b. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II
Data aktivitas guru selama pembelajaran pada pertemuan ke-1
sampai pertemuan ke-3 siklus I dan II (Lampiran 9 dan 17) pada Tabel 6.
Tabel 6 Ringkasan rata-rata aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I dan
siklus II
Parameter yang teramati
Siklu Pertemua
s
n
1
2
3
4
5
6
7
I
1
3,85 7,69 26,92 15,3 19,23 19,23 7,69
2
8,70 8,70 21,74
9
21,74 17,39 8,70
13,0
4
II
3
0,00 7,14 21,43 14,2 28,57 14,29 14,2
9
9
Keterangan :
1. Membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep
2. Membimbing siswa membuat peta konsep
3. Membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru
4. Membimbing siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi peta konsep
yang mereka buat.
5. Mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru.
73
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
6. Membimbing siswa menyusun/melaporkan dan menyajikan peta konsep
yang mereka buat
7. Membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran
Pada Tabel 6 terlihat sebagian besar aktivitas guru sudah cenderung
menurun,
meskipun
ada
aktivitas
yang
meningkat
yaitu
parameter
membimbing siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi peta konsep yang
mereka buat, mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru
dan membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran. Hal ini
berarti meskipun tidak semuanya guru bisa mengurangi aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, tetapi dengan kata lain aktivitas guru tidak dominan lagi
dalam pembelajaran.
Selain dilihat dari aktivitas guru dan siswa dalam KBM, juga harus
diperhatikan aspek-aspek lain yang menunjang PBM meliputi observasi
pengelolaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II (Lampiran 11 dan
Lampiran 19), adapun ringkasan data observasi pengelolaan pembelajaran
pada siklus I dan siklus II pada Tabel 7.
Tabel 7 Ringkasan Data Pengelolaan Pembelajaran pada siklus I dan II
Siklus I
Siklus II
Tahapan
Pertemuan Pertemuan
Pertemuan
ke-1
ke-2
ke-3
A. Tahap 1. Kegiatan
3,25
3,25
3,25
awal
2,67
3,17
3,67
B. Tahap 2. Kegiatan
3,00
3,40
3,40
inti
C.
Tahap
3.
Kegiatan akhir
Keterangan :
1 = kurang baik; 2 = cukup baik ; 3 = baik; 4 = sangat baik
(Sumber kategori : Boriech, 1994 ; telah dimodifikasi)
Pada Tabel 7, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru dilihat
dari siklus I sampai siklus II yaitu pada kegiatan awal diperoleh skor yang
tetap, kegiatan inti dan kegiatan akhir mengalami peningkatan setiap
pertemuan. Berbeda dengan skor masing-masing tahap pada setiap
74
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
pertemuan yakni untuk kegiatan awal pada pertemuan ke-1 dan ke-2
mengalami penurunan pada kegiatan inti, sedangkan pada pertemuan ke-3
sudah mengalami peningkatan.
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian dengan penggunaan peta konsep pada
pembelajaran berdasarkan data kuantitatif hasil belajar dan kualitatif selama
proses pembelajaran yang ditujukan untuk menjawab tujuan penelitian seperti
yang dirumuskan pada bagian pendahuluan.
1. Siklus I
Refleksi Awal
Berdasarkan hasil observasi lingkungan belajar dan wawancara
dengan guru biologi kelas XII di SMA Negeri 3 Banjarmasin bahwa metode
yang dipakai dalam membelajarkan konsep Reproduksi Sel masih secara
konseptual. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya guru dalam
pemanfaatan media pembelajaran yang hanya digunakan pada konsep
tertentu saja. Sehingga siswa belum pernah merasakan dalam membuat peta
konsep pada konsep Reproduksi Sel. Guru juga belum pernah menggunakan
media berupa peta konsep dalam proses pembelajaran pada konsep
tersebut.
Tahap Perencanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan oleh peneliti dan
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Biologi kelas XII SMA Negeri 3
Banjarmasin sebagai pengajar. Hal ini sesuai menurut Aqib (2006) tentang
salah satu prinsip dalam PTK mengenai pekerjaan utama guru adalah
mengajar, dan apa pun metode PTK yang diterapkannya sudah seharusnya
tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
75
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
Setelah
melakukan
survei,
kemudian
melakukan
pengajaran
pendahuluan dengan menggunakan peta konsep pada konsep lain yang
bertujuan membekali pengetahuan dan keterampilan dalam membuat peta
konsep
kepada siswa
sebelum
penelitian
dilaksanakan. Selanjutnya
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta perangkat
pembelajaran tentang konsep Reproduksi Sel khususnya macam dan ciri-ciri
pembelahan sel beserta fase-fasenya, gametogenesis beserta proses
pembentukannya. Setelah itu, disampaikan kepada guru biologi untuk
didiskusikan, direvisi dan disetujui.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
peta konsep pada konsep Reproduksi Sel. Siswa diberi tugas dalam setiap
kelompok untuk berdiskusi membuat peta konsep pada konsep Reproduksi
Sel dan setelah selesai beberapa kelompok yang hasil peta konsepnya
terbaik dipilih guru dalam mempresentasikannya.
Proses pembelajaran pada siklus I ini ada dua kali pertemuan.
Pertemuan ke-1 membahas pembelahan mitosis, sedangkan pertemuan ke-2
membahas pembelahan meiosis. Setiap pertemuan diawali dengan pretes
yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dasar siswa terhadap materi
Reproduksi Sel. Setelah mengelompokkan siswa dalam 7 kelompok
dilanjutkan dengan tugas membuat peta konsep pada materi yang telah
ditentukan
setiap
pertemuan. Selanjutnya,
guru
menunjuk
beberapa
kelompok mempresentasikan hasil peta konsep yang mereka buat dan
memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dari kelompok lain minimal
3 orang. Sehingga saat tanya jawab berlangsung, terjadi hubungan interaksi
antara kelompok penyaji, siswa lain dan guru. Kegiatan akhir guru yaitu
membimbing siswa bersama-sama membuat kesimpulan dan mengadakan
postes untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
konsep Reproduksi Sel.
76
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
Tahap Observasi dan Evaluasi Tindakan
Observasi terhadap pelaksanaan PTK dengan menggunakan lembar
observasi aktivitas siswa dan guru dari modifikasi Boriech (Supramono,
2005).
Berdasarkan Tabel 3 dan 4, terjadi peningkatan hasil belajar siswa
diperoleh dari tes hasil belajar (pretes dan postes) dan tes keterampilan
proses (nilai peta konsep yang dibuat siswa). Pada pertemuan ke-1 saat
pretes terlihat sebagian besar siswa salah menjawab sebanyak 31 orang dan
pada pertemuan ke-2 juga demikian siswa yang tidak mencapai ketuntasan
klasikal sebanyak 21 orang. Hal ini disebabkan siswa masih belum
memahami tentang materi yang akan diajarkan oleh guru. Saat postes pada
pertemuan ke-1 siswa juga masih belum mencapai ketuntasan klasikal,
namun jumlah siswa yang tidak tuntas berkurang menjadi 7 orang. Ini
menjadi bahan pertimbangan untuk pertemuan selanjutnya pada postes.
Sehingga terwujud pada postes di pertemuan ke-2 siswa sudah mencapai
ketuntasan klasikal, walaupun masih ada 4 orang siswa yang tidak tuntas.
Data penilaian peta konsep siswa dalam kelompok menjadi tes
keterampilan proses. Pada pertemuan ke-2 dilihat dari segi nilai terjadi
penurunan bila dibandingkan dengan pertemuan ke-1. Hal ini disebabkan
materi pada pertemuan ke-2 ini sangat banyak dan rumit serta sulit dipahami
dengan cepat. Sedangkan dilihat dari segi kategori, nilai peta konsep
meningkat untuk kategori baik diperoleh 1 kelompok pada pertemuan ke-1
bertambah menjadi 4 kelompok pada pertemuan ke-2. Hal ini berarti terjadi
peningkatan kategori nilai peta konsep secara keseluruhan tiap pertemuan.
Berdasarkan Tabel 6, observasi aktivitas siswa dari pertemuan ke-1
sampai pertemuan ke 2, diketahui terjadi peningkatan dalam aktivitas
membaca peta konsep oleh siswa, bertanya kepada siswa lain atau kepada
guru dan mempresentasikan peta konsep yang mereka buat. Aktivitas lainnya
yang cenderung mengalami penurunan yang tidak drastis adalah aktivitas
77
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
siswa
membuat peta
konsep, berdiskusi antar siswa/kelompok/guru,
memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain, membaca buku-buku yang
relevan, dan membuat/menulis rangkuman pelajaran. Penurunan beberapa
aktivitas disebabkan penguasaan materi pelajaran yang menunjukkan siswa
masih memiliki pengetahuan dasar yang rendah tentang pembelahan mitosis
dan meiosis beserta fase-fasenya. Setelah dilaksanakan pembelajaran
dengan
menggunakan
peta
konsep
didapatkan
hasil
postes
yang
menunjukkan peningkatan.
Tahap Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran
pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk memasuki pada siklus II. Hal
ini dapat terlihat berdasarkan indikator sebagai berikut.
a. Hasil belajar siswa melalui tes hasil belajar dan tes keterampilan
proses
Berdasarkan Tabel 3 ketuntasan hasil pretes ke postes pada setiap
pertemuan pada konsep Reproduksi Sel mengenai pembelahan mitosis dan
meiosis mengalami peningkatan. Pertemuan ke-1 hasil persentase pretes
(11,34%) meningkat sebesar (82,85%) pada postes. Namun peningkatan
tersebut masih belum bisa mencapai ketuntasan klasikal. Sementara untuk
pertemuan ke-2 hasil persentase meningkat lebih besar didapat hasil
persentese pretes (38,24%) meningkat sebesar (88,24%) pada postes.
Peningkatan hasil belajar terjadi pada pertemuan ke-2. Peningkatan
ini terjadi karena siswa belajar tidak hanya melalui ceramah tetapi juga
belajar melalui peta konsep yang mereka buat. Penggunaan peta konsep
dalam
pembelajaran
membuat
lebih
bermakna.
Selain
itu
dapat
meningkatkan daya ingat terhadap pelajaran karena di dalam pembuatan
peta konsep terjadi pengulangan, adanya hubungan atau asosiasi, intensitas
dan keterlibatan langsung setiap individu (Novrianti, 2008).
78
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
Hasil nilai peta konsep pada pertemuan ke 1 dan ke 2 seperti pada
Tabel 4. Kategori nilai peta konsep dihitung berdasarkan nilai peta konsep
kelompok tertinggi sebagai patokan. Pertemuan ke-1 menunjukkan hanya
satu kelompok dengan kategori baik (667) sebagai patokan nilai tertinggi,
sedangkan kategori kurang ada 3 kelompok dengan nilai (233), (253), dan
(293). Sementara pada pertemuan ke-2, kategori baik bertambah menjadi 4
kelompok dengan nilai (589) sebagai patokan nilai tertinggi, (543), (488) dan
(480), dan untuk kategori kurang diperoleh dua kelompok dengan nilai (228)
dan (278). Dilihat dari segi nilai peta konsep terbaik pada pertemuan ke-2
menurun bila dibandingkan pertemuan ke-1. Bahkan jika dilihat dari selisih
dengan nilai peta konsep yang dibuat guru sangat besar sekali. Akan tetapi
dari segi kategori, nilai peta konsep terbaik mengalami peningkatan dari
setiap pertemuan. Dilihat dari rata-rata nilai peta konsep seluruh kelompok
pada setiap pertemuan sudah mengalami peningkatan dilihat dari nilai, dan
untuk kategori tidak mengalami perubahan yaitu sedang. Hal ini berarti terjadi
peningkatan kualitas peta konsep yang dibuat siswa tiap pertemuan.
b. Aktivitas guru dan siswa
Berdasarkan Tabel 5, aktivitas guru pada pertemuan ke-1 yang
mengalami peningkatan pada pertemuan ke-2 siklus I adalah aktivitas
membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep, membimbing
siswa membuat peta konsep, mendorong siswa bertanya kepada siswa lain
atau kepada guru, dan membimbing siswa membuat/menulis rangkuman
pelajaran. Aktivitas membimbing siswa memahami cara membuat peta
konsep dan membimbing siswa membuat peta konsep dikarenakan materi
yang dibahas pada pertemuan kedua ini cukup sulit dan banyak, sehingga
guru perlu sering melakukan aktivitas tersebut untuk mengurangi banyaknya
kesalahan-kesalahan siswa yang bisa terjadi dalam membuat peta konsep
dan dapat menyelesaikannya tepat waktu. Aktivitas guru dalam mendorong
siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru juga meningkat
79
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
dikarenakan berhubung materi yang dibahas cukup sulit dan banyak,
sehingga dengan menekankan siswa untuk bertanya, akan lebih paham
tentang konsep yang dipelajari dan juga terjalin hubungan komunikasi antara
kelompok penyaji, siswa lain dan guru. Hal ini sesuai menurut Gasong (2008)
bahwa
salah
satu
tujuan
pembelajaran
konstruktivisme
adalah
mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya serta prinsip pembelajaran konstruktivisme
yaitu struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan. Aktivitas terakhir yang meningkat adalah membimbing siswa
membuat/menulis rangkuman pelajaran dikarenakan guru ingin lebih
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap konsep yang baru
dipelajari setelah diskusi.
Meskipun demikian, ada beberapa aktivitas guru yang cenderung
mengalami penurunan yaitu aktivitas membimbing siswa berdiskusi antar
siswa/kelompok/guru,
membimbing
siswa
melakukan
refleksi
dan
mengevaluasi peta konsep yang mereka buat dan membimbing siswa
menyusun/melaporkan dan menyajikan peta konsep yang mereka buat. Hal
ini yang menunjukkan bahwa guru telah mengurangi dominansinya dalam
proses pembelajaran
Aktivitas siswa selama pembelajaran mengalami penurunan pada
pertemuan ke 2 siklus I yaitu aktivitas berdiskusi antar siswa/kelompok/guru,
membuat peta konsep, membaca buku-buku yang relevan, memperhatikan
penjelasan guru/siswa lain, dan membuat/menulis rangkuman pelajaran.
Menurunnya aktivitas berdiskusi antar siswa/kelompok/guru dan aktivitas
membuat peta konsep dilihat dari berbagai segi antara lain (1) dari
kedalaman materi berdasarkan Taxonomi Bloom, materi pada pertemuan ke2 ini yaitu Pembelahan Meiosis termasuk kategori C2 (pemahaman) dan C4
(analisis), (2) dari jumlah halaman buku pustaka/bahan ajar, merupakan
materi dengan jumlah halaman terbanyak dibandingkan dengan materi
80
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
sebelumnya dan 3) dilihat dari selisih nilai peta konsep siswa dengan nilai
peta konsep yang dibuat peneliti sangat besar sekali, padahal yang
diharapkan selisihnya kecil. Aktivitas siswa memperhatikan penjelasan
guru/siswa lain juga menurun dikarenakan berhubung materi yang dibahas
cukup sulit dan banyak, sehingga saat pengamatan banyak siswa yang
kurang paham dalam membuat peta konsep tersebut. Akibatnya mereka
menjadi kurang serius dalam memperhatikan penjelasan guru. Hal ini juga
mengakibatkan menurunnya aktivitas siswa dalam membaca buku-buku
relevan.
Aktivitas
lainnya
yang
mengalami
penurunan
adalah
membuat/menulis rangkuman pelajaran dikarenakan masih banyaknya
kelompok yang belum selesai membuat peta konsep ketika waktu diskusi
habis, sehingga ketika guru membimbing membuat kesimpulan, hanya
sebagian kecil siswa yang bisa menyimpulkan pelajaran. Ini tidak sejalan
dengan aktivitas guru yang meningkat pada pertemuan ke-2 ini.
2 Siklus II
Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, siswa masih ada yang
tidak
serius
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran
seperti
kurang
memperhatikan penjelasan guru, masih ada yang berbicara dan bercanda
dengan teman di dekatnya. Terlihat saat pretes sebagian besar siswa masih
bingung dalam menjawab soal, sehingga nilai mereka banyak yang rendah
dan nilai postes pada pertemuan ke-1 juga tidak memenuhi ketuntasan
klasikal. Bagi guru, yang harus diperbaiki adalah pengelolaan waktu dalam
pembelajaran yang sering tidak cukup dan memakai waktu pada tahap
berikutnya. Berdasarkan refleksi akhir pada siklus I di atas, dapat dilakukan
tahap perencanaan yang lebih baik pada siklus II agar indikator keberhasilan
bisa tercapai.
81
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
Tahap perencanaan pada siklus II langkah-langkahnya hampir sama
dengan siklus I, yang membedakan hanya terdapat satu kali pertemuan saja.
Langkah pertama yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) beserta perangkat pembelajaran tentang konsep Reproduksi Sel
khususnya gametogenesis beserta proses pembentukannya.
Tahap Pelaksanaan
Siklus
II
membahas
tentang
gametogenesis
beserta
proses
pembentukannya dengan menggunakan peta konsep dalam pembelajaran.
Saat proses pembelajaran terlihat siswa sudah mulai terbiasa dengan
pembelajaran yang dilakukan. Hal ini terlihat dari keaktifan siswa saat
berdiskusi membuat peta konsep dan presentasi, sehingga mereka sudah
terbiasa dengan pembelajaran yang ada pada saat pelaksanaan pada siklus
I.
Pembelajaran pada siklus II ini hanya satu kali pertemuan yang
membahas gametogenesis. Pembelajaran diawali dengan mengadakan
pretes. Setelah itu, mengelompokkan siswa dalam 7 kelompok dilanjutkan
dengan tugas membuat peta konsep pada sub konsep yang telah ditentukan.
Setelah selesai kemudian guru menunjuk beberapa kelompok dalam
mempresentasikan hasil peta konsepnya dan memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa dari kelompok lain minimal 3 orang. Pada kegiatan
akhir guru membimbing siswa bersama-sama membuat kesimpulan dan
mengadakan postes.
Observasi dan Evaluasi Tindakan
Tahap observasi dan evaluasi tindakan pada siklus II sama dengan
siklus I dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan guru dari
modifikasi Borich (Supramono, 2005). Pada siklus ini juga ada lembar
observasi respon siswa yang diberikan setelah proses pembelajaran berakhir.
Berdasarkan hasil observasi, pada siklus II beberapa aktivitas siswa
meningkat dan semakin aktif. Hal ini disebabkan siswa sudah terbiasa
82
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
dengan pembelajaran menggunakan peta konsep. Untuk aktivitas guru dalam
pembelajaran sudah bisa dikurangi dan tidak mendominasi lagi, meskipun
dalam persentasenya masih ada beberapa aktivitas yang cenderung
meningkat. Proses pembelajaran juga mengalami peningkatan tiap tahap
kegiatan pada siklus II karena guru bisa meningkatkan pengelolaan
pembelajaran dengan baik.
Tahap Refleksi
Pada siklus II indikator keberhasilan sudah memenuhi persyaratan
dalam suatu penelitian. Hampir seluruh siswa mengalami ketuntasan
individual, demikian juga ketuntasan klasikal sudah tercapai dan untuk nilai
peta konsep mereka juga mengalami peningkatan. Dapat dikatakan bahwa
siklus II terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar.
a. Hasil belajar siswa melalui tes hasil belajar dan tes keterampilan
proses
Hasil belajar siswa pada siklus II dengan ketuntasan klasikal pretes
sebesar (85,72%) yang menunjukkan siswa sudah memiliki pengetahuan
awal yang baik tentang gametogenesis. Dikarenakan siswa bisa belajar
terlebih
dahulu
berpengalaman
sebelum
berdiskusi
pretes.
dalam
Siswa
juga
membuat
sudah
terbiasa
atau
peta
konsep
dan
mempresentasikan bila dibandingkan dengan siklus I. Selain itu, siswa
mempunyai minat belajar yang tinggi dan rasa ingin tahu yang besar. Dilihat
dari cara belajar siswa dan berdiskusi dalam membuat peta konsep siswa
sangat antusias sekali. Nilai postes mencapai ketuntasan klasikal sebesar
(91,43%) meningkat dibandingkan pada postes siklus I. Hal ini disebabkan
karena siswa serius dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga pada
siklus II sudah tercapai ketuntasan klasikal dan telah memenuhi indikator
keberhasilan.
Nilai peta konsep yang menjadi tes keterampilan proses meningkat
dibandingkan siklus I baik dari segi nilai maupun segi kategori. Untuk segi
83
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
nilai mengalami peningkatan menjadi (1.126) untuk kelompok tertinggi dan
untuk kategori kurang mengalami penurunan menjadi 1 kelompok saja. Hal ini
karena meningkatnya aktivitas siswa membuat dan mendiskusikan peta
konsep sehingga nilai peta konsep siswa menjadi meningkat. Dengan
demikian, pembelajaran menggunakan peta konsep dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Arsyad (2003) menyatakan bahwa pemberian tugas dalam membuat
peta konsep, mempresentasikan, mendiskusikannya dalam pembelajaran
dapat meningkatkan skor nilai siswa yaitu hasil belajar siswa secara klasikal
pada tiga kali postes mengalami peningkatan dari 36% menjadi 74%. Melalui
peta konsep yang mereka buat para siswa dapat memantau kesalahan
konsep dan kesulitan pemahaman yang mungkin terjadi, sehingga dapat
diperbaiki. Hal ini didukung oleh pendapat Novrianti (2008) bahwa peta
konsep dapat meningkatkan daya ingat terhadap pelajaran karena di dalam
pembuatan peta konsep terjadi pengulangan, adanya hubungan atau
asosiasi, intensitas dan keterlibatan langsung setiap individu.
Berdasarkan kenyataan di atas menunjukkan bahwa penggunaan
peta konsep dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa
tentang konsep Reproduksi Sel.
b. Aktivitas guru dan siswa
Berdasarkan Tabel 5, aktivitas guru yang mengalami peningkatan
sejak siklus I sampai siklus II yaitu aktivitas mendorong siswa bertanya
kepada
siswa
lain
atau
kepada
guru
dan
membimbing
siswa
membuat/menulis rangkuman pelajaran. Meningkatnya dua aktivitas tersebut
karena guru ingin mengembangkan kemampuan maupun motivasi siswa
secara optimal dan mandiri dalam menyerap konsep pelajaran melalui
penggunaan peta konsep. Hal ini sesuai menurut Gasong (2008) bahwa
salah satu tujuan pembelajaran konstruktivisme adalah mengembangkan
kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri
84
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
pertanyaannya serta prinsip pembelajaran konstruktivisme yaitu struktur
pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
Aktivitas lainnya yang meningkat ini yaitu membimbing siswa melakukan
refleksi dan mengevaluasi peta konsep yang mereka buat. Hal ini berhubung
hasil nilai peta konsep siswa mempunyai selisih yang besar sekali dengan
yang dibuat peneliti pada pertemuan ke-2, sehingga guru menekankan
kepada siswa ketika selesai membuat harus dievaluasi lagi agar hasil peta
konsep yang mereka buat mencapai dengan nilai peta konsep peneliti.
Namun demikian, ada beberapa aktivitas guru cenderung telah
menurun persentasenya pada siklus II terutama membimbing siswa membuat
peta konsep, membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru,
membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep, membimbing
siswa menyusun /melaporkan dan menyajikan peta konsep yang mereka
buat. Hal ini menunjukkan guru sudah mengurangi dominansinya dalam
proses pembelajaran pada siklus II. Bahkan ada aktivitas yang tidak
dilakukan oleh guru lagi seperti membimbing siswa memahami cara membuat
peta konsep, dikarenakan siswa sudah paham betul tentang cara membuat
peta konsep sehingga tak perlu lagi bagi guru untuk melakukan aktivitas ini
bila dibandingkan dengan aktivitas bimbingan lainnya.
Aktivitas siswa pada pertemuan ke 3 siklus II yang cenderung
mengalami penurunan adalah aktivitas memperhatikan penjelasan guru atau
siswa lain dan membaca buku-buku yang relevan. Menurunnya aktivitas
memperhatikan penjelasan guru/siswa lain sejalan dengan menurunnya
aktivitas guru dalam membimbing siswanya dalam memahami cara membuat
peta konsep. Ini disebabkan siswa sudah paham cara membuat peta konsep
tentang materi yang akan dibahas. Sementara aktivitas membaca buku-buku
yang relevan juga mengalami penurunan dikarenakan siswa lebih aktif
berdiskusi dalam membuat peta konsep.
85
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
Meskipun demikian, aktivitas siswa sebagian besar cenderung telah
mengalami peningkatan pada siklus II yaitu aktivitas membuat peta konsep,
berdiskusi antar siswa/kelompok/guru, membaca peta konsep yang mereka
buat, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru, mempresentasikan peta
konsep yang mereka buat dan membuat/menulis rangkuman pelajaran.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam membuat peta konsep dan berdiskusi
antar siswa/kelompok/guru ini tidak lepas dari penggunaan peta konsep yang
sangat menarik, sehingga siswa pun lebih semangat berdiskusi untuk
membuat peta konsep. Meskipun bimbingan guru mengalami penurunan,
siswa sudah aktif sendiri dalam proses pembelajaran. Ini ditandai dengan
meningkatnya hasil nilai peta konsep siswa pada siklus II ini. Dengan
meningkatnya dua aktivitas tersebut sehingga otomatis juga berhubungan
dengan meningkatnya juga aktivitas membaca peta konsep yang mereka
buat, ini dimaksudkan agar siswa dapat memeriksa hasil peta konsepnya, jika
ada kesalahan siswa bisa memperbaikinya sebelum dipresentasikan dan
hasilnya peta konsep mereka meningkat dibandingkan Siklus I. Meningkatnya
aktivitas
mempresentasikan
peta
konsep
yang
dibuat
siswa
juga
mengakibatkan aktivitas siswa dalam bertanya juga meningkat, artinya
semakin banyak presentasi dilakukan juga akan meningkatkan siswa dalam
bertanya untuk menjawab rasa ingin tahu mereka dan akan lebih
meningkatkan hubungan interaksi antara kelompok penyaji, siswa lain dan
guru. Meningkatnya aktivitas siswa dalam menulis/membuat rangkuman tak
lepas dari meningkatnya aktivitas guru dalam membimbing siswanya
membuat/menulis rangkuman pelajaran seperti pada Tabel 5 dan 6.
Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan data yang diperoleh pada Lampiran 23 menunjukkan
bahwa respon siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan
peta konsep adalah sangat senang dan termotivasi dengan pembelajaran
menggunakan peta konsep. Mereka lebih mudah memahami materi yang
86
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
diajarkan dan juga membuat suasana belajar menjadi tidak bosan. Hal ini
dilihat dari angket respon siswa dan tanggapan mereka terhadap kegiatan
pembelajaran. Adapun ringkasan respon dari 35 orang siswa setelah
pembelajaran menggunakan peta konsep adalah sebagai berikut :
1. 34 orang siswa menyatakan senang dengan proses pembelajaran
menggunakan peta konsep. Ada 25 orang siswa berpendapat bahwa
pembelajaran menggunakan peta konsep merupakan hal yang baru dan
sangat membantu siswa dalam belajar.
2. 33 orang siswa menyatakan dengan menggunakan peta konsep siswa
berminat untuk mengikuti kegiatan belajar seperti ini. Ada 30 orang siswa
selama berlangsungnya kegiatan belajar dapat menyatakan pendapat
untuk menjawab pertanyaan.
3. 31 orang siswa menyatakan dapat memahami dengan baik charta peta
konsep yang dibuat dalam pembelajaran dan buku-buku/bahan ajar yang
digunakan.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) Pembelajaran menggunakan
peta konsep pada konsep reproduksi sel dapat meningkatkan pemahaman
siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin yaitu dari (38,24%) untuk
pretes meningkat menjadi (88,24%) pada postes (siklus I), sedangkan pada
siklus II dari (85,75%) meningkat menjadi (91,43%) pada postes. Hasil nilai
peta konsep selama proses pembelajaran juga mengalami peningkatan dari
nilai rata-rata (414,86) pada siklus I menjadi (767) dengan kategori sedang
pada siklus II, (2) Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dari siklus I
mengalami peningkatan pada siklus II, yaitu aktivitas membuat peta konsep
dari (21,97%) menjadi (24,94%), berdiskusi antar siswa/kelompok/guru dari
(32,38%) menjadi (33,77%), membaca peta konsep yang mereka buat dari
(10,91%) menjadi (11,26%), bertanya kepada siswa lain atau kepada guru
87
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
dari (3,94%) menjadi (4,08%), mempresentasikan peta konsep yang mereka
buat dari (3,62%) menjadi (4,06%) dan membuat/menulis rangkuman
pelajaran dari (3,69%) menjadi (6,78%). Sedangkan aktivitas guru dari siklus I
yang mengalami penurunan pada siklus II yaitu aktivitas membimbing siswa
membuat peta konsep dari (8,70%) menjadi (7,14%), membimbing siswa
berdiskusi antar siswa/kelompok/guru dari (21,74%) menjadi (21,43%),
membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep dari (8,70%)
menjadi (0,00%), membimbing siswa menyusun /melaporkan dan menyajikan
peta konsep yang mereka buat dari (17,39%) menjadi (14,29%), dan (3)
Respons siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan peta konsep
sebesar (97,14%) menyatakan menyenangkan.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka beberapa
saran dapat dikemukakan di sini, yaitu : (1) Pembelajaran melalui
penggunaan peta konsep ini dapat dicobakan lagi dengan menggabungkan
media pembelajaran lain seperti leaflet menjadi peta konsep dalam bentuk
leaflet sehingga media pembelajaran lebih menarik bagi siswa dalam
memahami konsep Reproduksi Sel, (2) Perlu penelitian lebih lanjut tentang
penerapan strategi peta konsep secara keseluruhan baik pada konsep ini
maupun pada konsep berbeda, dan (3) Suatu saat siswa sudah bisa dilepas
dari bimbingan guru dalam melaporkan dan menyajikan peta konsep yang
mereka buat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, & Supardi 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Bumi Aksara, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Rineka Cipta. Jakarta.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya, Bandung.
88
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
Arsyad, S. W., Ahmad Naparin, Tri Restuwati dan Saliyem. 2003.
Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas III SMU Negeri 1 Banjarmasin
untuk Memperbaiki Kesalahan Konsep Materi Genetika Melalui
Strategi Mapping dalam Pembelajaran Kooperatif, Laporan Penelitian,
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran Mata Pelajaran Biologi
SMA dan MA. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, Jakarta.
Gasong, Dina. 2008. Model Pembelajaran Konstruktivistik Sebagai Alternatif
Mengatasi Masalah Pembelajaran.
http://www.google.com/.inspiredkidsmagazine.com/ArtikelEducation.ph
p/artikelID=64.doc, diakses 22 September 2008.
Masrah. 2008. Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengingat Konsep Sistem
Gerak Melalui Peta Konsep dalam Bentuk Leaflet pada Siswa Kelas
VIII D SMP Negeri 17 Banjarmasin. Skripsi Sarjana. Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Nisa, H., 2004. Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Makhluk Hidup pada
Siswa Kelas 1 SLTPN 6 Tanjung Tabalong dengan Menggunakan
Pendekatan Lingkungan. Skripsi Sarjana. Program Studi Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Novrianti. 2008. Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui
Peta Konsep.
http://sweetyhome.wordpress.com, diakses 16 September 2008.
Pratiwi, D.A, Sri Maryati, Srikini, Suharno dan Bambang S. 2006. Biologi SMA
3. Erlangga, Jakarta.
Rachmawati, Diah. 2003. Pelajaran Biologi 3A. Tiga Serangkai, Solo.
Riandari, Henny, 2007. Sains Biologi 3. Tiga Serangkai, Solo.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.
Solikhin. 2006. Serasi Biologi SMA-MA Kelas XII Semester 1. Shakti Gawain,
Banjarmasin.
89
Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010
Supramono. 2005. Pengembangan
Penerapannya dalam KBM dengan
Masalah untuk Meningkatkan Hasil
Siswa SD. Disertasi. Universitas
dipublikasikan.
Perangkat Pembelajaran dan
Mode Pembelajaran Berdasarkan
Belajar dan Keterampilan Berpikir
Negeri Malang, Malang. Tidak
Tim Revisi. 2007. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah Edisi IV. FKIP UNLAM.
Banjarmasin
Weston, Stuart., Imam Robandi, dan Bambang T.J. 2008. Peta Konsep untuk
Mempermudah Konsep Sulit dalam Pembelajaran. Prosiding Seminar
Internasional Pembelajaran Modern, Surabaya.
http:/www.google.co.id/one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugasmakalah/proposal-skripsi/pembelajaran-model-advance-organizerdengan-peta-konsep-untuk-meningkatkan-ketuntasan
belajar/proceedings.html, diakses 16 September 2008.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Rosda.
Bandung
Vidya, Mahrita. 2007. Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VIII CSMPN
24 Banjarmasin tentang Subkonsep Sistem Saraf dan Indera dengan
Menggunakan Strategi Peta Konsep dalam Pembelajaran Kooperatif.
Skripsi Sarjana. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Tidak dipublikasikan
Yamin, Martinis. 2007. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Gaung
Persada Press, Jakarta
Yatim, Wildam. 1982. Reproduksi & Embriologi. Tarsito, Bandung.
Download