59 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 ABSTRAK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS XII IPA 2 SMA NEGERI 3 BANJARMASIN PADA KONSEP REPRODUKSI SEL MELALUI PENGGUNAAN PETA KONSEP Oleh: Muhammad Faisal Riza, Siti Wahidah Arsyad, Noor Ichsan Hayani Konsep reproduksi sel merupakan salah satu konsep yang sulit bagi siswa dan guru dalam membelajarkan konsep tersebut juga sulit karena metode yang dipakai guru masih konseptual. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin pada konsep reproduksi sel dengan menggunakan peta konsep, (2) mengetahui aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar dengan penggunaan peta konsep, dan (3) mengetahui respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan penggunaan peta konsep. Metode penelitian adalah deskriptif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama 2 kali pertemuan, siklus kedua 1 kali pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin Tahun Ajaran 2008/2009 berjumlah 36 orang. Hasil penelitian menunjukkan (1) Penggunaan peta konsep pada konsep reproduksi sel dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin yaitu (38,24%) untuk pretes menjadi (88,24%) pada postes (siklus I), sedangkan pada siklus II dari (85,75%) menjadi (91,43%) pada postes. Hasil nilai peta konsep selama proses pembelajaran juga meningkat dari nilai rata-rata (414,86) menjadi (767) dengan kategori sedang pada siklus II, (2) Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dari siklus I mengalami peningkatan pada siklus II, yaitu aktivitas membuat peta konsep dari (21,97%) menjadi (24,94%), berdiskusi antar siswa/kelompok/guru dari (32,38%) menjadi (33,77%), membaca peta konsep yang mereka buat dari (10,91%) menjadi (11,26%), bertanya kepada siswa lain atau kepada guru dari (3,94%) menjadi (4,08%), mempresentasikan peta konsep yang mereka buat dari (3,62%) menjadi (4,06%) dan membuat/menulis rangkuman pelajaran dari (3,69%) menjadi (6,78%). Sedangkan aktivitas guru yang menurun pada siklus II yaitu aktivitas membimbing siswa membuat peta konsep dari (8,70%) menjadi (7,14%), membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru dari (21,74%) menjadi (21,43%), membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep dari (8,70%) menjadi (0,00%), membimbing siswa menyusun /melaporkan dan menyajikan peta konsep yang mereka buat dari (17,39%) menjadi (14,29%). (3) Respons siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan peta konsep 97,14% menyatakan menyenangkan. 60 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 Kata kunci : pemahaman, penggunaan peta konsep, konsep reproduksi sel Berdasarkan wawancara dengan guru yang mengajar Biologi di kelas XII SMA 3 Negeri Banjarmasin, konsep reproduksi sel merupakan salah satu konsep yang sulit dipahami bagi siswa. Pada konsep reproduksi sel, siswa dituntut untuk memahami macam dan ciri-ciri pembelahan sel beserta fasefasenya, gametogenesis beserta prosesnya pembentukannya. Ini tidaklah mudah bagi guru untuk membelajarkan siswa agar bisa memahaminya dengan mudah. *) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unlam Banjarmasin Angkatan Tahun 2005 Selain itu, metode yang dipakai guru di SMA Negeri 3 Banjarmasin dalam membelajarkan konsep reproduksi sel secara konseptual dengan metode ceramah disertai penggunaan gambar pembelahan sel yang tersedia untuk selanjutnya didiskusikan. Melalui pembelajaran demikian siswa akan kesulitan dalam memahami konsep reproduksi sel tersebut. Metode diskusi yang digunakan seringkali juga mempunyai kelemahan antara lain pembahasan konsep yang meluas sehingga kesimpulan menjadi kabur dan waktu yang diperlukan tidak sesuai yang direncanakan. Berdasarkan kondisi ini, maka guru perlu mencoba media charta dalam bentuk peta konsep yang tepat agar siswa dapat menerima dan memahami konsep yang diajarkan. Siswa juga dituntut agar lebih aktif dan kreatif dalam menerima dan memahami konsep pelajaran serta mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru dalam rangka mencapai keberhasilan belajar. Salah satu alternatif pengembangannya adalah dengan menggunakan pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran yaitu melalui penggunaan peta konsep. Penggunaan peta konsep belum pernah diajarkan guru pada konsep reproduksi sel. 61 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 Aktivitas siswa selama proses pembelajaran meningkat apabila telah diajarkan dengan menggunakan peta konsep. Hal ini sesuai dengan pendapat Novrianti (2008) bahwa dengan peta konsep dapat meningkatkan daya ingat terhadap pelajaran karena di dalam pembuatan peta konsep terjadi pengulangan, adanya hubungan atau asosiasi, intensitas dan keterlibatan langsung setiap individu. Selain itu juga didukung dengan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di Program Studi Pendidikan Biologi seperti : 1. Vidya (2007) menggunakan peta konsep dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII C SMPN 24 Banjarmasin tentang sub konsep Sistem Saraf dan Indera. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa yaitu dari 32,5% untuk pretes meningkat menjadi 90% pada postes (siklus I), sedangkan pada siklus II dari 10% meningkat menjadi 92,5% pada postes. Hasil selama proses pembelajaran juga mengalami peningkatan dari kategori kurang pada siklus 1 menjadi kategori cukup baik pada siklus 2. 2. Masrah (2008) menggunakan strategi peta konsep melalui leaflet dalam meningkatkan kemampuan mengingat konsep Sistem Gerak pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 17 Banjarmasin mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan mengingat siswa (≥ 87,13%), ketuntasan belajar (≥ 88,69%) dan hasil selama proses pembelajaran (≥ 87,67%). Juga aktivitas selama kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami peningkatan dan pembelajaran telah berpusat pada siswa. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin pada Konsep Reproduksi Sel Melalui Penggunaan Peta Konsep ” Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : (1) Apakah penggunaan peta konsep dalam pembelajaran konsep reproduksi sel 62 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin?, (2) Bagaimana aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar dengan penggunaan peta konsep ? dan (3) Bagaimana respon siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin terhadap kegiatan belajar mengajar dengan penggunaan peta konsep ? Masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut : (1) Pemahaman siswa dilihat berdasarkan hasil belajar dan proses pembelajaran, (2) Hasil belajar dilihat berdasarkan nilai pretes dan postes, dan (3) Proses belajar dilihat berdasarkan nilai peta konsep. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin pada konsep reproduksi sel dengan menggunakan peta konsep, (2) Mengetahui aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar dengan penggunaan peta konsep, dan (3) Mengetahui respon siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin terhadap kegiatan belajar mengajar dengan penggunaan peta konsep. METODE Penelitian tindakan ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2009. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SMA Negeri 3 Banjarmasin yang beralamat di Jalan Veteran Km. 4,5 No 381. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin Tahun Ajaran 2008/2009 yang berjumlah 36 orang. Penelitian ini dalam pembahasan menggunakan metode deskriptif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan kegiatan yang diawali dengan pengembangan pembelajaran untuk memperbaiki kondisi dan proses dalam pembelajaran. Menurut Aqib (2006) PTK merupakan penelitian yang dilakukan guru di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan dan penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran. PTK juga merupakan suatu pencermatan terhadap 63 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi di dalam kelas. Selanjutnya menurut Wiriatmadja (2005) PTK adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, siklus kedua dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Siklus kedua dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus pertama. Hal ini diketahui dari hasil belajar siswa yang meliputi pretes dan postes setiap pertemuan, nilai peta konsep dari tugas kelompok, dan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Pada setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan analisis data serta refleksi. Tabel 1. Skema Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Siklus Pertemuan Materi Kegiatan ke 1 1 Pembelahan - Pretes Mitosis Membuat konsep Presentasi konsep 2 - Diskusi Pembelahan - Postes Meiosis - Pretes Membuat konsep Presentasi konsep - Diskusi - Postes 2 3 - Gametogenesis - Pretes Membuat konsep Presentasi konsep - Diskusi Jam 2 x 45’ peta peta 2 x 45’ peta peta 2 x 45’ peta peta 64 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 - Postes Pada pelaksanaan pembelajaran peneliti berkolaborasi dengan 2 orang dosen, 1 orang guru dan dibantu oleh 7 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNLAM yang bertindak sebagai pengamat. Tugas masing-masing diatur sedemikian rupa sehingga memperlihatkan kesatuan tindakan antara peneliti dan kolaborator. Tugas-tugas tersebut ada yang bertindak sebagai guru, pengamat, supervisor dan mitra. Tabel 2. Distribusi Tugas dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklu Materi s 1 o Pembela han mitosis Pembela han meiosis 2 Gametoge nesis Guru Peneliti Dra. Bulki s Muham mad Faisal Riza Dra. Bulki s Muham mad Faisal Riza Penga mat Mahasis wa Pendidi kan Biologi Supervis or Pembimb ing 1 Kolega/mi tra Guru SMAN 3 Banjarmas in lain Mahasis wa Pendidi kan Biologi Pembimb ing 2 Guru SMAN 3 Banjarmas in lain Pelaksanaan Penelitian Tindakan pada Siklus I Refleksi Awal Berdasarkan hasil observasi pembelajaran dan wawancara dengan guru mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 3 Banjarmasin diuraikan refleksi awal sebagai berikut : (1) Konsep reproduksi sel di SMA Negeri 3 Banjarmasin kebanyakan masih diberikan secara konseptual dengan metode ceramah yang menggunakan gambar pembelahan sel, sehingga para siswa masih kesulitan untuk memahami materi secara keseluruhan, (2) Konsep reproduksi sel di SMA Negeri 3 Banjarmasin belum pernah diajarkan melalui peta konsep. Tahap Perencanaan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : (1) Peneliti meminta kesediaan sekolah dan guru Biologi kelas XII di SMA Negeri 65 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 3 Banjarmasin sebagai guru pengajar pelaksanaan PTK, (2) Melakukan pengajaran pendahuluan dengan menggunakan peta konsep pada konsep yang lain, (3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), soal pretes dan postes dan kisi-kisi soal untuk konsep reproduksi sel, (4) Membuat skenario pembelajaran melalui rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran Biologi tentang reproduksi sel, (5) Membuat peta konsep reproduksi sel sebagai pembanding peta konsep yang dikerjakan siswa dan, (6) Menyusun instrumen penelitian berupa tes (tes hasil belajar), format observasi aktivitas siswa dalam PBM, dan kuesioner tanggapan siswa terhadap tindakan yang dilakukan. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu : (1) Melaksanakan pretes kepada siswa tentang reproduksi sel, (2) Mengelompokkan siswa dalam 7 kelompok, yang terdiri atas 5 sampai 6 orang siswa untuk melaksanakan pembelajaran melalui penggunaan peta konsep, (3) Membimbing siswa dalam kelompok tentang cara membuat peta konsep untuk konsep reproduksi sel, (4) Memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan dan mengevaluasi peta konsep yang siswa buat, (5) Mempresentasikan dan mendiskusikan peta konsep yang siswa buat, (6) Menyimpulkan pelajaran bersama-sama siswa, dan (7) Melaksanakan postes. Observasi dan Evaluasi Tindakan Kegiatan pada tahap ini meliputi : (1) Obsevasi terhadap pengelolaan aktivitas pembelajaran guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan untuk mengetahui perkembangan proses pembelajaran, yang akan dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan refleksi siklus kedua, dan (2) Penguasaan materi diperoleh dari hasil belajar berupa pretes dan postes. Seluruh data 66 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 yang diperoleh dicatat dan direkam untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan refleksi siklus kedua. Refleksi Tindakan Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan instrumen dan hasil test maka dijadikan pertimbangan untuk memasuki siklus II. Pertimbangan yang dilakukan bilamana salah satu komponen di bawah belum terpenuhi berdasarkan beberapa kriteria yang mengacu pada Arikunto (1998) : (1) Ketuntasan belajar siswa secara individu tercapai bila siswa tersebut mendapat nilai ≥ 65, dan terjadi peningkatan nilai dari pretes ke postes sebesar 33%, (2) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal tercapai bila terdapat 85% siswa yang memperoleh nilai minimal ≥ 65. Ketuntasan belajar siswa dilihat dari nilai postes setiap pertemuan, (3) Kategori hasil belajar selama proses pembelajaran adalah baik, kategori ini ditetapkan berdasarkan kategori, dan (4) Aktivitas guru mengurangi dominansinya atau aktivitas siswa menjadi lebih aktif berdasarkan Boriech (Supramono, 2005). Pelaksanaan Penelitian Tindakan pada Siklus II Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus II ini, kegiatan yang dilakukan yaitu : (1) Memperbaiki hal-hal yang kurang atau yang terjadi pada siklus I, (2) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, soal pretes dan postes, kisi-kisi soal untuk konsep reproduksi sel, (3) Menyiapkan peta konsep yang dibuat guru sebagai pembanding peta konsep yang dikerjakan oleh siswa, dan (4) Menyiapkan lembar evaluasi kegiatan belajar dan kuesioner pendapat siswa. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu : (1) Melaksanakan pretes kepada siswa tentang reproduksi sel, (2) Mengelompokkan siswa dalam 7 kelompok, yang terdiri atas 5 sampai 6 orang siswa untuk 67 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 melaksanakan pembelajaran melalui penggunaan peta konsep, (3) Membimbing siswa dalam kelompok tentang cara membuat peta konsep untuk konsep reproduksi sel, (4) Memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan dan mengevaluasi peta konsep yang siswa buat, (5) Mempresentasikan dan mendiskusikan peta konsep yang siswa buat, (6) Menyimpulkan pelajaran bersama-sama siswa, dan (7) Melaksanakan postes. Observasi Kegiatan tahap ini adalah sebagai berikut : (1) Observasi terhadap pengelolaan aktivitas pembelajaran, observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, dan (2) Penguasaan materi pelajaran yang diperoleh dari hasil tes belajar berupa pretes dan postes. Seluruh data hasil penelitian dicatat untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes, tugas kelompok membuat peta konsep, lembar observasi dan kuesioner pendapat siswa. Kedalaman dan keluasan materi soal disusun berdasarkan indikator dalam kurikulum KTSP 2006 untuk konsep Reproduksi Sel. Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelitian sebagai berikut : 1. Merumuskan indikator berdasarkan rambu-rambu dalam KTSP 2006. 2. Membuat kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. 3. Menyusun draft soal berdasarkan indikator dan dilengkapi dengan kunci jawaban 4. Meminta pertimbangan 3 orang ahli dalam bidang Biologi yaitu 2 orang dosen pembimbing dan 1 orang guru Biologi menyangkut validasi isi lalu melakukan uji validasi. 5. Melakukan revisi instrumen penelitian sehingga instrumen layak untuk digunakan. 68 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 Instrumen penelitian memenuhi syarat sebagai alat pengumpul data apabila instrumen penelitian tersebut valid dan reliabel (Arikunto, dkk, 2006). Uji validasi intrumen bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian instrumen penelitian dengan tujuan dan isi materi pembelajaran. Soal-soal tes uji validasi dengan memberikan kepada siswa SMA di luar subyek yaitu siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 3 Banjarmasin. Hasil penelitian berupa data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar yang diambil dari pretes dan postes. Sementara data kualitatif berupa data hasil nilai peta konsep tiap kelompok, observasi terhadap aktivitas siswa dan guru, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru serta respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Analisis data dibedakan sebagai berikut: (1) Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan secara deskriptif (Arikunto dkk., 2006). Analisis tersebut dilakukan dengan menghitung ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal dengan rumus sebagai berikut: Ketuntasan individual = Ketuntasan klasikal = Jumlah skor 100% Jumlah skor maksimal Jumlah siswa yang tuntas belajar 100% Jumlah seluruh siswal Keterangan: Ketuntasan individual : Jika siswa mencapai ketuntasan > 65 Ketuntasan klasikal : Jika > 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan > 65% (2) Data kualitatif yang diperoleh dari nilai peta konsep kelompok yang terbaik sebagai patokan dengan menggunakan kategori yakni baik, sedang, kurang, dan buruk (Arikunto, 1998), dan (3) Analisis data hasil penelitian yang 69 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 tergolong data kualitatif dilakukan secara deskriptif tentang nilai peta konsep, observasi aktivitas siswa dan guru, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru serta respon siswa dalam pembelajaran Boriech (Supramono, 2005). Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi ketentuan berdasarkan Arikunto (1998) sebagai berikut : 1. (a) Indikator kuantitatif adalah bilamana siswa mencapai ketuntasan individual (skor ≥ 65) dan ketuntasan klasikal (jika ≥ 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yaitu skor ≥ 65), dan (b) Hasil selama proses pembelajaran tergolong baik, dan 2. Indikator kualitatif bilamana siswa menjadi lebih aktif atau guru dapat mengurangi dominasi aktivitasnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas dengan penggunaan peta konsep pada siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin meliputi ringkasan hasil pretes dan postes, hasil nilai peta konsep, aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Pelaksanaan tindakan terdiri atas 2 siklus dengan 3 kali pertemuan. Siklus I terdiri atas 2 kali pertemuan dan siklus II hanya 1 kali pertemuan. 1 Hasil Pretes dan Postes Hasil belajar yang diolah dari pretes dan postes pada pembelajaran siklus I dan II disajikan pada Lampiran 8 dan 16. Data ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal seperti pada Tabel 3 berikut : Tabel 3 Ringkasan data ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal Siklus Pertemuan Jumlah Tes I 1 35 Pretes Postes Hasil Belajar Tuntas Tidak (org) Tuntas (org) 4 31 29 6 % Tuntas (klasikal) 11,43 82,85 70 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 II 2 34 3 35 Pretes Postes Pretes Postes 13 30 30 32 21 4 5 3 38,24 88,24 85,75 91,43 Keterangan: Ketuntasan individual: Jika siswa mencapai nilai ≥ 65 Ketuntasan klasikal : Jika ≥ 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 65 Pada Tabel 3 ketuntasan klasikal pada pretes dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan pada pertemuan ke-1 sampai 3 masingmasing yaitu (11,43%), (38,24%), dan (85,75%). Data nilai postes pada siklus I sampai siklus II juga mengalami peningkatan pada pertemuan ke-1 sampai 3 masing-masing yaitu (82,85%), (88,24%), dan (91,43%) sehingga persentase yang dicapai pada postes telah memenuhi indikator keberhasilan pembelajaran. Hal ini berarti, hasil belajar pada siklus II sudah tuntas. 2 Hasil Selama Proses Pembelajaran Data hasil selama proses pembelajaran berupa nilai peta konsep. Ringkasan data penilaian peta konsep dari pertemuan ke-1 sampai ke 3 pada siklus I dan siklus II seperti pada Tabel 4. Tabel 4 Ringkasan data penilaian peta konsep dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke 3 pada siklus I dan siklus II Siklus I Siklus II Kelompok Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-3 Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori 1 293 Kurang 278 Kurang 878 Baik 2 667 Baik 543 Baik 563 Sedang 3 233 Kurang 298 Sedang 613 Sedang 4 253 Kurang 589 Baik 1.023 Baik 5 335 Sedang 488 Baik 681 Sedang 6 415 Sedang 228 Kurang 485 Kurang 7 465 Sedang 480 Baik 1.126 Baik Rata-rata 380,14 Sedang 414,86 Sedang 767 Sedang Nilai peta 901 1.437 1.154 konsep peneliti 71 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 Selisih nilai peta konsep peneliti dengan kelompok tertinggi Keterangan: 234 848 28 Untuk perhitungan kategori nilai peta konsep dimodifikasi berdasarkan Arikunto, 1998, dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 15. Berdasarkan nilai peta konsep terbaik pada pertemuan ke-2 mengalami penurunan dibandingkan pada pertemuan ke-1, namun pada pertemuan ke-3 nilai peta konsep kembali meningkat. Sedangkan dari segi kategori, nilai peta konsep terbaik meningkat dari setiap pertemuan. Untuk rata-rata nilai peta konsep seluruh kelompok pada setiap pertemuan sudah meningkat dilihat dari nilai dan untuk kategori tidak mengalami perubahan yaitu sedang. Hal ini berarti, terjadi peningkatan hasil selama proses pengetahuan siswa dalam pembelajaran 3.a. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II . Data aktivitas siswa selama pembelajaran pada pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-3 siklus I dan II (Lampiran 10 dan 18) pada Tabel 5. Tabel 5 Ringkasan rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I dan siklus II Parameter yang teramati Siklus Pertemuan 1 2 3 4 5 6 7 8 I 1 7,98 17,54 22,60 32,89 10,27 2,14 3,61 4,20 2 6,16 17,38 21,97 32,38 10,91 3,94 3,62 3,69 II 3 5,30 10,28 24,94 33,77 11,26 4,08 4,06 6,78 Keterangan : 1. Memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain. 2. Membaca buku-buku yang relevan. 3. Membuat peta konsep. 4. Berdiskusi antar siswa/kelompok/guru. 5. Membaca peta konsep yang mereka buat. 6. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru. 7. Mempresentasikan peta konsep yang mereka buat. 72 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 8. Membuat/menulis rangkuman pelajaran. Pada Tabel 5 memperlihatkan ringkasan aktivitas siswa pada pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-3 siklus I dan siklus II. Ada aktivitas yang cenderung mengalami peningkatan dan penurunan. Aktivitas siswa yang cenderung meningkat ada enam yaitu membuat peta konsep, berdiskusi antar siswa/kelompok/guru, membaca peta konsep yang mereka buat, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru, mempresentasikan peta konsep yang mereka buat, dan membuat/menulis rangkuman pelajaran. Sementara aktivitas yang cenderung menurun yaitu memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain dan membaca buku-buku yang relevan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sudah berpusat pada siswa. 3.b. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II Data aktivitas guru selama pembelajaran pada pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-3 siklus I dan II (Lampiran 9 dan 17) pada Tabel 6. Tabel 6 Ringkasan rata-rata aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I dan siklus II Parameter yang teramati Siklu Pertemua s n 1 2 3 4 5 6 7 I 1 3,85 7,69 26,92 15,3 19,23 19,23 7,69 2 8,70 8,70 21,74 9 21,74 17,39 8,70 13,0 4 II 3 0,00 7,14 21,43 14,2 28,57 14,29 14,2 9 9 Keterangan : 1. Membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep 2. Membimbing siswa membuat peta konsep 3. Membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru 4. Membimbing siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi peta konsep yang mereka buat. 5. Mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru. 73 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 6. Membimbing siswa menyusun/melaporkan dan menyajikan peta konsep yang mereka buat 7. Membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran Pada Tabel 6 terlihat sebagian besar aktivitas guru sudah cenderung menurun, meskipun ada aktivitas yang meningkat yaitu parameter membimbing siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi peta konsep yang mereka buat, mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru dan membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran. Hal ini berarti meskipun tidak semuanya guru bisa mengurangi aktivitasnya dalam proses pembelajaran, tetapi dengan kata lain aktivitas guru tidak dominan lagi dalam pembelajaran. Selain dilihat dari aktivitas guru dan siswa dalam KBM, juga harus diperhatikan aspek-aspek lain yang menunjang PBM meliputi observasi pengelolaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II (Lampiran 11 dan Lampiran 19), adapun ringkasan data observasi pengelolaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II pada Tabel 7. Tabel 7 Ringkasan Data Pengelolaan Pembelajaran pada siklus I dan II Siklus I Siklus II Tahapan Pertemuan Pertemuan Pertemuan ke-1 ke-2 ke-3 A. Tahap 1. Kegiatan 3,25 3,25 3,25 awal 2,67 3,17 3,67 B. Tahap 2. Kegiatan 3,00 3,40 3,40 inti C. Tahap 3. Kegiatan akhir Keterangan : 1 = kurang baik; 2 = cukup baik ; 3 = baik; 4 = sangat baik (Sumber kategori : Boriech, 1994 ; telah dimodifikasi) Pada Tabel 7, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru dilihat dari siklus I sampai siklus II yaitu pada kegiatan awal diperoleh skor yang tetap, kegiatan inti dan kegiatan akhir mengalami peningkatan setiap pertemuan. Berbeda dengan skor masing-masing tahap pada setiap 74 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 pertemuan yakni untuk kegiatan awal pada pertemuan ke-1 dan ke-2 mengalami penurunan pada kegiatan inti, sedangkan pada pertemuan ke-3 sudah mengalami peningkatan. PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian dengan penggunaan peta konsep pada pembelajaran berdasarkan data kuantitatif hasil belajar dan kualitatif selama proses pembelajaran yang ditujukan untuk menjawab tujuan penelitian seperti yang dirumuskan pada bagian pendahuluan. 1. Siklus I Refleksi Awal Berdasarkan hasil observasi lingkungan belajar dan wawancara dengan guru biologi kelas XII di SMA Negeri 3 Banjarmasin bahwa metode yang dipakai dalam membelajarkan konsep Reproduksi Sel masih secara konseptual. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya guru dalam pemanfaatan media pembelajaran yang hanya digunakan pada konsep tertentu saja. Sehingga siswa belum pernah merasakan dalam membuat peta konsep pada konsep Reproduksi Sel. Guru juga belum pernah menggunakan media berupa peta konsep dalam proses pembelajaran pada konsep tersebut. Tahap Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan oleh peneliti dan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Biologi kelas XII SMA Negeri 3 Banjarmasin sebagai pengajar. Hal ini sesuai menurut Aqib (2006) tentang salah satu prinsip dalam PTK mengenai pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apa pun metode PTK yang diterapkannya sudah seharusnya tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar. 75 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 Setelah melakukan survei, kemudian melakukan pengajaran pendahuluan dengan menggunakan peta konsep pada konsep lain yang bertujuan membekali pengetahuan dan keterampilan dalam membuat peta konsep kepada siswa sebelum penelitian dilaksanakan. Selanjutnya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta perangkat pembelajaran tentang konsep Reproduksi Sel khususnya macam dan ciri-ciri pembelahan sel beserta fase-fasenya, gametogenesis beserta proses pembentukannya. Setelah itu, disampaikan kepada guru biologi untuk didiskusikan, direvisi dan disetujui. Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan peta konsep pada konsep Reproduksi Sel. Siswa diberi tugas dalam setiap kelompok untuk berdiskusi membuat peta konsep pada konsep Reproduksi Sel dan setelah selesai beberapa kelompok yang hasil peta konsepnya terbaik dipilih guru dalam mempresentasikannya. Proses pembelajaran pada siklus I ini ada dua kali pertemuan. Pertemuan ke-1 membahas pembelahan mitosis, sedangkan pertemuan ke-2 membahas pembelahan meiosis. Setiap pertemuan diawali dengan pretes yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dasar siswa terhadap materi Reproduksi Sel. Setelah mengelompokkan siswa dalam 7 kelompok dilanjutkan dengan tugas membuat peta konsep pada materi yang telah ditentukan setiap pertemuan. Selanjutnya, guru menunjuk beberapa kelompok mempresentasikan hasil peta konsep yang mereka buat dan memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dari kelompok lain minimal 3 orang. Sehingga saat tanya jawab berlangsung, terjadi hubungan interaksi antara kelompok penyaji, siswa lain dan guru. Kegiatan akhir guru yaitu membimbing siswa bersama-sama membuat kesimpulan dan mengadakan postes untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari konsep Reproduksi Sel. 76 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 Tahap Observasi dan Evaluasi Tindakan Observasi terhadap pelaksanaan PTK dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan guru dari modifikasi Boriech (Supramono, 2005). Berdasarkan Tabel 3 dan 4, terjadi peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar (pretes dan postes) dan tes keterampilan proses (nilai peta konsep yang dibuat siswa). Pada pertemuan ke-1 saat pretes terlihat sebagian besar siswa salah menjawab sebanyak 31 orang dan pada pertemuan ke-2 juga demikian siswa yang tidak mencapai ketuntasan klasikal sebanyak 21 orang. Hal ini disebabkan siswa masih belum memahami tentang materi yang akan diajarkan oleh guru. Saat postes pada pertemuan ke-1 siswa juga masih belum mencapai ketuntasan klasikal, namun jumlah siswa yang tidak tuntas berkurang menjadi 7 orang. Ini menjadi bahan pertimbangan untuk pertemuan selanjutnya pada postes. Sehingga terwujud pada postes di pertemuan ke-2 siswa sudah mencapai ketuntasan klasikal, walaupun masih ada 4 orang siswa yang tidak tuntas. Data penilaian peta konsep siswa dalam kelompok menjadi tes keterampilan proses. Pada pertemuan ke-2 dilihat dari segi nilai terjadi penurunan bila dibandingkan dengan pertemuan ke-1. Hal ini disebabkan materi pada pertemuan ke-2 ini sangat banyak dan rumit serta sulit dipahami dengan cepat. Sedangkan dilihat dari segi kategori, nilai peta konsep meningkat untuk kategori baik diperoleh 1 kelompok pada pertemuan ke-1 bertambah menjadi 4 kelompok pada pertemuan ke-2. Hal ini berarti terjadi peningkatan kategori nilai peta konsep secara keseluruhan tiap pertemuan. Berdasarkan Tabel 6, observasi aktivitas siswa dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke 2, diketahui terjadi peningkatan dalam aktivitas membaca peta konsep oleh siswa, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru dan mempresentasikan peta konsep yang mereka buat. Aktivitas lainnya yang cenderung mengalami penurunan yang tidak drastis adalah aktivitas 77 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 siswa membuat peta konsep, berdiskusi antar siswa/kelompok/guru, memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain, membaca buku-buku yang relevan, dan membuat/menulis rangkuman pelajaran. Penurunan beberapa aktivitas disebabkan penguasaan materi pelajaran yang menunjukkan siswa masih memiliki pengetahuan dasar yang rendah tentang pembelahan mitosis dan meiosis beserta fase-fasenya. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan peta konsep didapatkan hasil postes yang menunjukkan peningkatan. Tahap Refleksi Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk memasuki pada siklus II. Hal ini dapat terlihat berdasarkan indikator sebagai berikut. a. Hasil belajar siswa melalui tes hasil belajar dan tes keterampilan proses Berdasarkan Tabel 3 ketuntasan hasil pretes ke postes pada setiap pertemuan pada konsep Reproduksi Sel mengenai pembelahan mitosis dan meiosis mengalami peningkatan. Pertemuan ke-1 hasil persentase pretes (11,34%) meningkat sebesar (82,85%) pada postes. Namun peningkatan tersebut masih belum bisa mencapai ketuntasan klasikal. Sementara untuk pertemuan ke-2 hasil persentase meningkat lebih besar didapat hasil persentese pretes (38,24%) meningkat sebesar (88,24%) pada postes. Peningkatan hasil belajar terjadi pada pertemuan ke-2. Peningkatan ini terjadi karena siswa belajar tidak hanya melalui ceramah tetapi juga belajar melalui peta konsep yang mereka buat. Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran membuat lebih bermakna. Selain itu dapat meningkatkan daya ingat terhadap pelajaran karena di dalam pembuatan peta konsep terjadi pengulangan, adanya hubungan atau asosiasi, intensitas dan keterlibatan langsung setiap individu (Novrianti, 2008). 78 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 Hasil nilai peta konsep pada pertemuan ke 1 dan ke 2 seperti pada Tabel 4. Kategori nilai peta konsep dihitung berdasarkan nilai peta konsep kelompok tertinggi sebagai patokan. Pertemuan ke-1 menunjukkan hanya satu kelompok dengan kategori baik (667) sebagai patokan nilai tertinggi, sedangkan kategori kurang ada 3 kelompok dengan nilai (233), (253), dan (293). Sementara pada pertemuan ke-2, kategori baik bertambah menjadi 4 kelompok dengan nilai (589) sebagai patokan nilai tertinggi, (543), (488) dan (480), dan untuk kategori kurang diperoleh dua kelompok dengan nilai (228) dan (278). Dilihat dari segi nilai peta konsep terbaik pada pertemuan ke-2 menurun bila dibandingkan pertemuan ke-1. Bahkan jika dilihat dari selisih dengan nilai peta konsep yang dibuat guru sangat besar sekali. Akan tetapi dari segi kategori, nilai peta konsep terbaik mengalami peningkatan dari setiap pertemuan. Dilihat dari rata-rata nilai peta konsep seluruh kelompok pada setiap pertemuan sudah mengalami peningkatan dilihat dari nilai, dan untuk kategori tidak mengalami perubahan yaitu sedang. Hal ini berarti terjadi peningkatan kualitas peta konsep yang dibuat siswa tiap pertemuan. b. Aktivitas guru dan siswa Berdasarkan Tabel 5, aktivitas guru pada pertemuan ke-1 yang mengalami peningkatan pada pertemuan ke-2 siklus I adalah aktivitas membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep, membimbing siswa membuat peta konsep, mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru, dan membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran. Aktivitas membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep dan membimbing siswa membuat peta konsep dikarenakan materi yang dibahas pada pertemuan kedua ini cukup sulit dan banyak, sehingga guru perlu sering melakukan aktivitas tersebut untuk mengurangi banyaknya kesalahan-kesalahan siswa yang bisa terjadi dalam membuat peta konsep dan dapat menyelesaikannya tepat waktu. Aktivitas guru dalam mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru juga meningkat 79 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 dikarenakan berhubung materi yang dibahas cukup sulit dan banyak, sehingga dengan menekankan siswa untuk bertanya, akan lebih paham tentang konsep yang dipelajari dan juga terjalin hubungan komunikasi antara kelompok penyaji, siswa lain dan guru. Hal ini sesuai menurut Gasong (2008) bahwa salah satu tujuan pembelajaran konstruktivisme adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya serta prinsip pembelajaran konstruktivisme yaitu struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. Aktivitas terakhir yang meningkat adalah membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran dikarenakan guru ingin lebih mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap konsep yang baru dipelajari setelah diskusi. Meskipun demikian, ada beberapa aktivitas guru yang cenderung mengalami penurunan yaitu aktivitas membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru, membimbing siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi peta konsep yang mereka buat dan membimbing siswa menyusun/melaporkan dan menyajikan peta konsep yang mereka buat. Hal ini yang menunjukkan bahwa guru telah mengurangi dominansinya dalam proses pembelajaran Aktivitas siswa selama pembelajaran mengalami penurunan pada pertemuan ke 2 siklus I yaitu aktivitas berdiskusi antar siswa/kelompok/guru, membuat peta konsep, membaca buku-buku yang relevan, memperhatikan penjelasan guru/siswa lain, dan membuat/menulis rangkuman pelajaran. Menurunnya aktivitas berdiskusi antar siswa/kelompok/guru dan aktivitas membuat peta konsep dilihat dari berbagai segi antara lain (1) dari kedalaman materi berdasarkan Taxonomi Bloom, materi pada pertemuan ke2 ini yaitu Pembelahan Meiosis termasuk kategori C2 (pemahaman) dan C4 (analisis), (2) dari jumlah halaman buku pustaka/bahan ajar, merupakan materi dengan jumlah halaman terbanyak dibandingkan dengan materi 80 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 sebelumnya dan 3) dilihat dari selisih nilai peta konsep siswa dengan nilai peta konsep yang dibuat peneliti sangat besar sekali, padahal yang diharapkan selisihnya kecil. Aktivitas siswa memperhatikan penjelasan guru/siswa lain juga menurun dikarenakan berhubung materi yang dibahas cukup sulit dan banyak, sehingga saat pengamatan banyak siswa yang kurang paham dalam membuat peta konsep tersebut. Akibatnya mereka menjadi kurang serius dalam memperhatikan penjelasan guru. Hal ini juga mengakibatkan menurunnya aktivitas siswa dalam membaca buku-buku relevan. Aktivitas lainnya yang mengalami penurunan adalah membuat/menulis rangkuman pelajaran dikarenakan masih banyaknya kelompok yang belum selesai membuat peta konsep ketika waktu diskusi habis, sehingga ketika guru membimbing membuat kesimpulan, hanya sebagian kecil siswa yang bisa menyimpulkan pelajaran. Ini tidak sejalan dengan aktivitas guru yang meningkat pada pertemuan ke-2 ini. 2 Siklus II Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, siswa masih ada yang tidak serius dalam mengikuti proses pembelajaran seperti kurang memperhatikan penjelasan guru, masih ada yang berbicara dan bercanda dengan teman di dekatnya. Terlihat saat pretes sebagian besar siswa masih bingung dalam menjawab soal, sehingga nilai mereka banyak yang rendah dan nilai postes pada pertemuan ke-1 juga tidak memenuhi ketuntasan klasikal. Bagi guru, yang harus diperbaiki adalah pengelolaan waktu dalam pembelajaran yang sering tidak cukup dan memakai waktu pada tahap berikutnya. Berdasarkan refleksi akhir pada siklus I di atas, dapat dilakukan tahap perencanaan yang lebih baik pada siklus II agar indikator keberhasilan bisa tercapai. 81 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 Tahap perencanaan pada siklus II langkah-langkahnya hampir sama dengan siklus I, yang membedakan hanya terdapat satu kali pertemuan saja. Langkah pertama yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta perangkat pembelajaran tentang konsep Reproduksi Sel khususnya gametogenesis beserta proses pembentukannya. Tahap Pelaksanaan Siklus II membahas tentang gametogenesis beserta proses pembentukannya dengan menggunakan peta konsep dalam pembelajaran. Saat proses pembelajaran terlihat siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan. Hal ini terlihat dari keaktifan siswa saat berdiskusi membuat peta konsep dan presentasi, sehingga mereka sudah terbiasa dengan pembelajaran yang ada pada saat pelaksanaan pada siklus I. Pembelajaran pada siklus II ini hanya satu kali pertemuan yang membahas gametogenesis. Pembelajaran diawali dengan mengadakan pretes. Setelah itu, mengelompokkan siswa dalam 7 kelompok dilanjutkan dengan tugas membuat peta konsep pada sub konsep yang telah ditentukan. Setelah selesai kemudian guru menunjuk beberapa kelompok dalam mempresentasikan hasil peta konsepnya dan memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dari kelompok lain minimal 3 orang. Pada kegiatan akhir guru membimbing siswa bersama-sama membuat kesimpulan dan mengadakan postes. Observasi dan Evaluasi Tindakan Tahap observasi dan evaluasi tindakan pada siklus II sama dengan siklus I dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan guru dari modifikasi Borich (Supramono, 2005). Pada siklus ini juga ada lembar observasi respon siswa yang diberikan setelah proses pembelajaran berakhir. Berdasarkan hasil observasi, pada siklus II beberapa aktivitas siswa meningkat dan semakin aktif. Hal ini disebabkan siswa sudah terbiasa 82 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 dengan pembelajaran menggunakan peta konsep. Untuk aktivitas guru dalam pembelajaran sudah bisa dikurangi dan tidak mendominasi lagi, meskipun dalam persentasenya masih ada beberapa aktivitas yang cenderung meningkat. Proses pembelajaran juga mengalami peningkatan tiap tahap kegiatan pada siklus II karena guru bisa meningkatkan pengelolaan pembelajaran dengan baik. Tahap Refleksi Pada siklus II indikator keberhasilan sudah memenuhi persyaratan dalam suatu penelitian. Hampir seluruh siswa mengalami ketuntasan individual, demikian juga ketuntasan klasikal sudah tercapai dan untuk nilai peta konsep mereka juga mengalami peningkatan. Dapat dikatakan bahwa siklus II terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar. a. Hasil belajar siswa melalui tes hasil belajar dan tes keterampilan proses Hasil belajar siswa pada siklus II dengan ketuntasan klasikal pretes sebesar (85,72%) yang menunjukkan siswa sudah memiliki pengetahuan awal yang baik tentang gametogenesis. Dikarenakan siswa bisa belajar terlebih dahulu berpengalaman sebelum berdiskusi pretes. dalam Siswa juga membuat sudah terbiasa atau peta konsep dan mempresentasikan bila dibandingkan dengan siklus I. Selain itu, siswa mempunyai minat belajar yang tinggi dan rasa ingin tahu yang besar. Dilihat dari cara belajar siswa dan berdiskusi dalam membuat peta konsep siswa sangat antusias sekali. Nilai postes mencapai ketuntasan klasikal sebesar (91,43%) meningkat dibandingkan pada postes siklus I. Hal ini disebabkan karena siswa serius dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga pada siklus II sudah tercapai ketuntasan klasikal dan telah memenuhi indikator keberhasilan. Nilai peta konsep yang menjadi tes keterampilan proses meningkat dibandingkan siklus I baik dari segi nilai maupun segi kategori. Untuk segi 83 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 nilai mengalami peningkatan menjadi (1.126) untuk kelompok tertinggi dan untuk kategori kurang mengalami penurunan menjadi 1 kelompok saja. Hal ini karena meningkatnya aktivitas siswa membuat dan mendiskusikan peta konsep sehingga nilai peta konsep siswa menjadi meningkat. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Arsyad (2003) menyatakan bahwa pemberian tugas dalam membuat peta konsep, mempresentasikan, mendiskusikannya dalam pembelajaran dapat meningkatkan skor nilai siswa yaitu hasil belajar siswa secara klasikal pada tiga kali postes mengalami peningkatan dari 36% menjadi 74%. Melalui peta konsep yang mereka buat para siswa dapat memantau kesalahan konsep dan kesulitan pemahaman yang mungkin terjadi, sehingga dapat diperbaiki. Hal ini didukung oleh pendapat Novrianti (2008) bahwa peta konsep dapat meningkatkan daya ingat terhadap pelajaran karena di dalam pembuatan peta konsep terjadi pengulangan, adanya hubungan atau asosiasi, intensitas dan keterlibatan langsung setiap individu. Berdasarkan kenyataan di atas menunjukkan bahwa penggunaan peta konsep dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang konsep Reproduksi Sel. b. Aktivitas guru dan siswa Berdasarkan Tabel 5, aktivitas guru yang mengalami peningkatan sejak siklus I sampai siklus II yaitu aktivitas mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru dan membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran. Meningkatnya dua aktivitas tersebut karena guru ingin mengembangkan kemampuan maupun motivasi siswa secara optimal dan mandiri dalam menyerap konsep pelajaran melalui penggunaan peta konsep. Hal ini sesuai menurut Gasong (2008) bahwa salah satu tujuan pembelajaran konstruktivisme adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri 84 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 pertanyaannya serta prinsip pembelajaran konstruktivisme yaitu struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. Aktivitas lainnya yang meningkat ini yaitu membimbing siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi peta konsep yang mereka buat. Hal ini berhubung hasil nilai peta konsep siswa mempunyai selisih yang besar sekali dengan yang dibuat peneliti pada pertemuan ke-2, sehingga guru menekankan kepada siswa ketika selesai membuat harus dievaluasi lagi agar hasil peta konsep yang mereka buat mencapai dengan nilai peta konsep peneliti. Namun demikian, ada beberapa aktivitas guru cenderung telah menurun persentasenya pada siklus II terutama membimbing siswa membuat peta konsep, membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru, membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep, membimbing siswa menyusun /melaporkan dan menyajikan peta konsep yang mereka buat. Hal ini menunjukkan guru sudah mengurangi dominansinya dalam proses pembelajaran pada siklus II. Bahkan ada aktivitas yang tidak dilakukan oleh guru lagi seperti membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep, dikarenakan siswa sudah paham betul tentang cara membuat peta konsep sehingga tak perlu lagi bagi guru untuk melakukan aktivitas ini bila dibandingkan dengan aktivitas bimbingan lainnya. Aktivitas siswa pada pertemuan ke 3 siklus II yang cenderung mengalami penurunan adalah aktivitas memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain dan membaca buku-buku yang relevan. Menurunnya aktivitas memperhatikan penjelasan guru/siswa lain sejalan dengan menurunnya aktivitas guru dalam membimbing siswanya dalam memahami cara membuat peta konsep. Ini disebabkan siswa sudah paham cara membuat peta konsep tentang materi yang akan dibahas. Sementara aktivitas membaca buku-buku yang relevan juga mengalami penurunan dikarenakan siswa lebih aktif berdiskusi dalam membuat peta konsep. 85 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 Meskipun demikian, aktivitas siswa sebagian besar cenderung telah mengalami peningkatan pada siklus II yaitu aktivitas membuat peta konsep, berdiskusi antar siswa/kelompok/guru, membaca peta konsep yang mereka buat, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru, mempresentasikan peta konsep yang mereka buat dan membuat/menulis rangkuman pelajaran. Meningkatnya aktivitas siswa dalam membuat peta konsep dan berdiskusi antar siswa/kelompok/guru ini tidak lepas dari penggunaan peta konsep yang sangat menarik, sehingga siswa pun lebih semangat berdiskusi untuk membuat peta konsep. Meskipun bimbingan guru mengalami penurunan, siswa sudah aktif sendiri dalam proses pembelajaran. Ini ditandai dengan meningkatnya hasil nilai peta konsep siswa pada siklus II ini. Dengan meningkatnya dua aktivitas tersebut sehingga otomatis juga berhubungan dengan meningkatnya juga aktivitas membaca peta konsep yang mereka buat, ini dimaksudkan agar siswa dapat memeriksa hasil peta konsepnya, jika ada kesalahan siswa bisa memperbaikinya sebelum dipresentasikan dan hasilnya peta konsep mereka meningkat dibandingkan Siklus I. Meningkatnya aktivitas mempresentasikan peta konsep yang dibuat siswa juga mengakibatkan aktivitas siswa dalam bertanya juga meningkat, artinya semakin banyak presentasi dilakukan juga akan meningkatkan siswa dalam bertanya untuk menjawab rasa ingin tahu mereka dan akan lebih meningkatkan hubungan interaksi antara kelompok penyaji, siswa lain dan guru. Meningkatnya aktivitas siswa dalam menulis/membuat rangkuman tak lepas dari meningkatnya aktivitas guru dalam membimbing siswanya membuat/menulis rangkuman pelajaran seperti pada Tabel 5 dan 6. Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan data yang diperoleh pada Lampiran 23 menunjukkan bahwa respon siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep adalah sangat senang dan termotivasi dengan pembelajaran menggunakan peta konsep. Mereka lebih mudah memahami materi yang 86 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 diajarkan dan juga membuat suasana belajar menjadi tidak bosan. Hal ini dilihat dari angket respon siswa dan tanggapan mereka terhadap kegiatan pembelajaran. Adapun ringkasan respon dari 35 orang siswa setelah pembelajaran menggunakan peta konsep adalah sebagai berikut : 1. 34 orang siswa menyatakan senang dengan proses pembelajaran menggunakan peta konsep. Ada 25 orang siswa berpendapat bahwa pembelajaran menggunakan peta konsep merupakan hal yang baru dan sangat membantu siswa dalam belajar. 2. 33 orang siswa menyatakan dengan menggunakan peta konsep siswa berminat untuk mengikuti kegiatan belajar seperti ini. Ada 30 orang siswa selama berlangsungnya kegiatan belajar dapat menyatakan pendapat untuk menjawab pertanyaan. 3. 31 orang siswa menyatakan dapat memahami dengan baik charta peta konsep yang dibuat dalam pembelajaran dan buku-buku/bahan ajar yang digunakan. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) Pembelajaran menggunakan peta konsep pada konsep reproduksi sel dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin yaitu dari (38,24%) untuk pretes meningkat menjadi (88,24%) pada postes (siklus I), sedangkan pada siklus II dari (85,75%) meningkat menjadi (91,43%) pada postes. Hasil nilai peta konsep selama proses pembelajaran juga mengalami peningkatan dari nilai rata-rata (414,86) pada siklus I menjadi (767) dengan kategori sedang pada siklus II, (2) Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dari siklus I mengalami peningkatan pada siklus II, yaitu aktivitas membuat peta konsep dari (21,97%) menjadi (24,94%), berdiskusi antar siswa/kelompok/guru dari (32,38%) menjadi (33,77%), membaca peta konsep yang mereka buat dari (10,91%) menjadi (11,26%), bertanya kepada siswa lain atau kepada guru 87 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 dari (3,94%) menjadi (4,08%), mempresentasikan peta konsep yang mereka buat dari (3,62%) menjadi (4,06%) dan membuat/menulis rangkuman pelajaran dari (3,69%) menjadi (6,78%). Sedangkan aktivitas guru dari siklus I yang mengalami penurunan pada siklus II yaitu aktivitas membimbing siswa membuat peta konsep dari (8,70%) menjadi (7,14%), membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru dari (21,74%) menjadi (21,43%), membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep dari (8,70%) menjadi (0,00%), membimbing siswa menyusun /melaporkan dan menyajikan peta konsep yang mereka buat dari (17,39%) menjadi (14,29%), dan (3) Respons siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan peta konsep sebesar (97,14%) menyatakan menyenangkan. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka beberapa saran dapat dikemukakan di sini, yaitu : (1) Pembelajaran melalui penggunaan peta konsep ini dapat dicobakan lagi dengan menggabungkan media pembelajaran lain seperti leaflet menjadi peta konsep dalam bentuk leaflet sehingga media pembelajaran lebih menarik bagi siswa dalam memahami konsep Reproduksi Sel, (2) Perlu penelitian lebih lanjut tentang penerapan strategi peta konsep secara keseluruhan baik pada konsep ini maupun pada konsep berbeda, dan (3) Suatu saat siswa sudah bisa dilepas dari bimbingan guru dalam melaporkan dan menyajikan peta konsep yang mereka buat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, & Supardi 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara, Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya, Bandung. 88 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 Arsyad, S. W., Ahmad Naparin, Tri Restuwati dan Saliyem. 2003. Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas III SMU Negeri 1 Banjarmasin untuk Memperbaiki Kesalahan Konsep Materi Genetika Melalui Strategi Mapping dalam Pembelajaran Kooperatif, Laporan Penelitian, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Tidak dipublikasikan. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran Mata Pelajaran Biologi SMA dan MA. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, Jakarta. Gasong, Dina. 2008. Model Pembelajaran Konstruktivistik Sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran. http://www.google.com/.inspiredkidsmagazine.com/ArtikelEducation.ph p/artikelID=64.doc, diakses 22 September 2008. Masrah. 2008. Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengingat Konsep Sistem Gerak Melalui Peta Konsep dalam Bentuk Leaflet pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 17 Banjarmasin. Skripsi Sarjana. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Tidak dipublikasikan. Nisa, H., 2004. Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Makhluk Hidup pada Siswa Kelas 1 SLTPN 6 Tanjung Tabalong dengan Menggunakan Pendekatan Lingkungan. Skripsi Sarjana. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Tidak dipublikasikan. Novrianti. 2008. Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Peta Konsep. http://sweetyhome.wordpress.com, diakses 16 September 2008. Pratiwi, D.A, Sri Maryati, Srikini, Suharno dan Bambang S. 2006. Biologi SMA 3. Erlangga, Jakarta. Rachmawati, Diah. 2003. Pelajaran Biologi 3A. Tiga Serangkai, Solo. Riandari, Henny, 2007. Sains Biologi 3. Tiga Serangkai, Solo. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Solikhin. 2006. Serasi Biologi SMA-MA Kelas XII Semester 1. Shakti Gawain, Banjarmasin. 89 Jurnal Wahana-Bio Volume IV Desember 2010 Supramono. 2005. Pengembangan Penerapannya dalam KBM dengan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Siswa SD. Disertasi. Universitas dipublikasikan. Perangkat Pembelajaran dan Mode Pembelajaran Berdasarkan Belajar dan Keterampilan Berpikir Negeri Malang, Malang. Tidak Tim Revisi. 2007. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah Edisi IV. FKIP UNLAM. Banjarmasin Weston, Stuart., Imam Robandi, dan Bambang T.J. 2008. Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam Pembelajaran. Prosiding Seminar Internasional Pembelajaran Modern, Surabaya. http:/www.google.co.id/one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugasmakalah/proposal-skripsi/pembelajaran-model-advance-organizerdengan-peta-konsep-untuk-meningkatkan-ketuntasan belajar/proceedings.html, diakses 16 September 2008. Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Rosda. Bandung Vidya, Mahrita. 2007. Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VIII CSMPN 24 Banjarmasin tentang Subkonsep Sistem Saraf dan Indera dengan Menggunakan Strategi Peta Konsep dalam Pembelajaran Kooperatif. Skripsi Sarjana. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Tidak dipublikasikan Yamin, Martinis. 2007. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Gaung Persada Press, Jakarta Yatim, Wildam. 1982. Reproduksi & Embriologi. Tarsito, Bandung.