Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VIII-1 SMPN 1 MEREK Oleh : Drs. Herman Purba *) *) Guru SMPN Merek Abstract This study aims to look at student learning outcomes include: student learning outcomes and student interest in class time working in groups on the subjects of Mathematics through Learning Model Completed in class VIII-1 SMP 1 Merek. The study subjects were taken in class VIII-1 SMP 1 Merek by the number of students 30. KBM performed initial achievement test (pretest), with a 39.6 average data that showed that on average students seldom read books before school learning. Then resumed teaching, finish KBM and KBM II to IV to study the results of tests conducted Postes Postes I and II results show respectively 59.3 and 83.3. Looking at the data there is a change and the change due to the actions of teachers for teaching in Cycle II. Completed Application of Learning Model for teaching students very happy, very excited. Student responses when teachers use in class Learning Model Completed: Attitudes happy is high ie 84.0; attitude of curious students is as high as 86.6; attitude of wanting to help that difficulty learning mathematics is as high as 90.8. This is an effect of Learning Model Completed sufficient cultivate an attitude of curiosity and interest in learning Keywords: Completed Learning Model I. Pendahuluan Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Dari komponen di atas, model mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar, yang mana dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat merangsang serta, menarik perhatian siswa sehingga terjadi proses belajar. Dalam proses belajar mengajar di kelas setiap hari, tak dapat dihindari munculnya berbagai masalah baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Misalnya antusias siswa dalam mengikuti pelajaran sangat rendah dan partisipasi aktif dari siswa masih kurang. Selain itu model pembelajaran yang digunakan guru adalah ceramah dan tanya jawab. Sehingga fokus pembelajaran hanya terpusat pada guru. Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas maka masalah pokok yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini, adalah (1) Bagaimana hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran tuntas? (2) Bagaimana sikap siswa pada saat guru menerapkan model pembelajaran tuntas di kelas. Menurut Hilgrad dan Bower, 1966 dalam (Jogiyanto,2006:12) pembelajaran dapat 31 Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681 didefinisikan suatu proses dimana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu yang dihadapi dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderunganreaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara dari organisme. Pembelajaran Matematika adalah suatu proses tidak hanya mendapat informasi dari guru tetapi banyak kegiatan maupun tindakan dilakukan terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada diri peserta didik. Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari Model pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran harus diorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu,dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya. Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu merupakan dasar untuk memperoleh balikan (feedback). Tujuan utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehinga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas). Ciri-ciri belajar mengajar dengan prinsip belajar tuntas : (1) Pengajaran didasarkan atas tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Ini berarti bahwa tujuan dari Model belajar mengajar adalah agar hampir semua siswa dapat mencapai tingkat 32 penguasaan tujuan pendidikan; (2) Memperhatikan perbedaan individu. Yang dimaksud dengan perbedaan disini adalah perbedaan siswa dalam diri serta laju belajarnya; (3) Evaluasi dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas criteria; (4) Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan; (5) Menggunakan prinsip siswa belajar aktif. Tingkat kemampuan peserta didik dalam proses belajar mengajar dapat diketahui dari hasil belajar. Hasil belajar berkaitan dengan apa yang diperoleh seseorang setelah melalui proses untuk menimba ilmu pengatahuan. Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar juga merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan segala usaha untuk mendapatkan hasil yang baik. Melalui kegiatan belajar secara berkelanjutan akan terjadi perubahan pada individu yang belajar, baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahanperubahan yang terjadi pada diri individu terhadap suatu keadaan yang baik merupakan keberhasilan yang diperoleh karena hasil belajar itu sendiri dapat menandakan sejauh mana tingkah laku, kecakapan dan status pelajar dalam menelaah materi pelajaran dengan menggunakan evaluasi belajar. Salah satu cara untuk memperoleh hasil belajar yang lebih berhasil (efektif) adalah dengan memilih metode belajar yang tepat. II. Metode Penelitian Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Merek. Model pembelajaran yang diterapkan selama kegiatan belajar adalah model pembelajaran tuntas. Pembelajaran dilakukan empat kali RPP atau dibagi menjadi 2 Siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari sampai bulan Mei Tahun Pembelajaran 2011/2012. Subjek penelitian ini diambil kelas VIII-I SMPN 1 Merek Tahun Pembelajaran 2011/2012, dengan jumlah siswa 30 orang. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes berbentuk pilihan berganda. Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681 Lembar sikap siswa merupakan sejenis angket yang dibagikan kepada siswa dan berisikan pertanyaan mengenai pendapat siswa mengenai penerapan model pembelajaran tuntas didalam kelas. Dengan begitu peneliti dapat mengetahui perasaan siswa terhadap penerapan model pembelajaran tersebut. Tes Hasil Belajar digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model pembelajaran tuntas. Tes yang digunakan sebanyak 12 item dengan 4 option. Menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Adapun desain pelaksanaan PTK yang penulis rencanakan dalam penelitian adalah dalam dua Siklus PTK seperti gambar berikut : Gambar 1 Spiral Tindakan Kelas (Hopkins dalam Aqib, 2006 : 31) Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: (1) Merekapitulasi nilai Pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir Siklus I dan Siklus II, (2) Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar, (3)Penilaian. III. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 3.1. Hasil Penelitian Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar maka dilakukan tes hasil belajar atau disebut Pretes. Análisis data menunjukan hasil pretes siswa rata-rata adalah 39,6, hal ini menunjukan bahwa rata-rata siswa belum ada persiapan sebelum belajar di sekolah. Perencanaan selanjutnya untuk melaksanakan tindakan pada Siklus I adalah dengan membagi kelompok-kelompok diskusi. Dari jumlah keseluruhan siswa 30 siswa akan dibagi menjadi 5 kelompok belajar. Pembagian kelompok didasarkan pada nilai Pretes sehingga pembentukan kelompok memenuhi kriteria heterogen dalam kemampuan awal. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Proses pembelajaran dilakukan sesuai RPP yang telah disusun untuk Siklus I. Akhir Siklus I dilakukan tes hasil belajar atau disebut Postes I, dengan data dapat dilihat Pada Tabel 4.1. Merujuk pada kesimpulan ini guru sebagai peneliti berusaha memperbaiki proses dan hasil belajar siswa Melalui model pembelajaran tuntas. Hasil belajar yang diperoleh pada Siklus I selama dua pertemuan disajikan dalam Tabel berikut: 33 Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681 Tabel 1 Distribusi Hasil Postes I Nilai Frekuensi Tuntas Individu Tuntas Kelas 25 3 - - 50 16 - - 75 9 9 30% 100 2 2 6.6% Jumlah 30 11 36.6% Pada Tabel 1 tersebut, nilai terendah Postes I adalah 25 sebanyak 3 orang dan nilai tertinggi adalah 100 sebanyak 2 orang, dengan 19 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 63,3%. Nilai ini berada di sedikit bawah kriteria keberhasilan sehingga dapat Nilai ratarata 59,3 dikatakan KBM Siklus I kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Sedangkan nilai KKM mata pelajaran adalah 65. Data hasil Postes I ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram pada gambar 4.1: Grafik Postes I 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Frekuensi 25 50 75 100 3 16 9 2 Gambar 1 Grafik Data Hasil Postes I Tindakan yang dilakukan peneliti pada siklus II agar hasil belajar meningkat, peneliti Mengajak siswa untuk lebih berpartisipasi dalam mengerjakan LKS dalam kelompok; Peneliti menerangkan secara jelas instruksi mengerjakan soal agar siswa tidak kebingungan dalam mengerjakannya, Menumbuhkan sikap jujur siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan sehingga tidak ditemukan lagi kecurangan seperti sebelumnya; dan Peneliti menggunakan media pada pembelajaran selanjutnya. Setelah selesai melaksanakan KBM pada RPP 3 dan RPP 4, Pada data hasil Postes II terlihat ada 28 siswa yang tuntas atau sama dengan 93% dari jumlah siswa didalam kelas dengan rata-rata 34 maka peneliti melakukan postes II, sehingga didapatlah hasil seperti pada tabel 2: Tabel 2 Distribusi Hasil Postes II Nilai Frekuens i Tuntas Individ u Tuntas Kelas 50 1 - - 66,7 3 - - 83,3 17 17 53,125% 100 11 11 34,375% Jumlah 32 28 87,5% Ratarata 86,4 Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681 keseluruhan mencapai 83,3%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar yang terjadi telah mencapai ketuntasan klasikal secara sempurna dengan seluruh siswa telah tuntas hasil belajarnya. Data hasil Potes II ini dapat disajikan dalam grafik histogram seperti Gambar 2. Grafik Postes II 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Frekuensi 50 75 100 2 16 12 Gambar 2 Grafik Data Hasil Postes II Data hasil Postes I dan Postes II ini dapat disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 3. Rekapitulasi Siklus I dan Siklus II No Hasil Tes Siklus I Siklus II 1. Nilai Tertinggi 100 100 2. Nilai terendah 25 50 3. Rata-rata nilai tes 4. Ketuntasan klasikal 59,3 83,3 36,6% 93% Data pada tabel 3 dapat dituliskan kembali dalam histogram seperti gambar 3 berikut: 35 Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681 Grafik Hasil Belajar 120 100 80 60 40 20 0 Nilai Tertinggi Nilai terendah Rata-rata nilai tes Ketuntasan klasikal (%) Gambar 3 Grafik Hasil Belajar Kognitif Respon siswa Selain hasil belajar, peneliti juga memberikan angket sikap siswa terhadap model pembelajaran tersebut. Sikap konstruktif siswa terhadap mata pelajaran diidentifikasi melalui kuisioner yang diberikan kepada siswa diakhir Siklus II. Kuisioner yang diberikan terdiri dari dua puluh item yang terbagi dalam tiga indikator. Penilaian dilakukan melalui skala penilaian yang terdiri dari empat skala mulai dari 1 sampai 4. Hasil kuisioner disajikan dalam Tabel 4.5 berikut: Tabel 4. Data hasil kuisioner sikap konstruktif siswa No 1. 2. 3. Indikator Sikap Konstruktif Sikap senang terhadap pelajaran Matematika Sikap ingin tahu siswa terhadap pelajaran Matematika Sikap ingin membantu yang kesulitan belajar Matematika RataRata 84 86,8 90,8 Data pada Tabel 4.5 dapat disajikan kembali dalam histogram seperti gambar 4.5 berikut: 36 Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681 Grafik Sikap Siswa 92 90 88 86 84 82 80 Nilai Rata-rata Sikap senang terhadap pelajaran matematika Sikap ingin tahu siswa terhadap pelajaran matematika Sikap ingin membantu yang kesulitan belajar matematika 84 86.8 90.8 Gambar 4.5 Grafik Sikap Siswa 3.2. Pembahasan Pada awal pembelajaran dilakukan pretest untuk menguji tentang pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa, namun pada pretest terlihat nilai yang sangat jauh dengan KKM kelas, yaitu hanya 39,6, sehingga dalam diskusi antara peneliti dengan pembimbing dan pendamping penelitian maka dirumuskan penggunaan model pembelajaran tuntas (Matery Learning) beserta penyusunan perangkat dan instrument penelitian sebagai perencanaan Siklus I. Perencanaan selanjutnya untuk melaksanakan tindakan pada Siklus I adalah dengan membagi kelompok-kelompok diskusi. Dari jumlah keseluruhan siswa dalam kelas I yaitu 30 siswa akan dibagi menjadi 5 kelompok belajar dan masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang heterogen. Pembagian kelompok didasarkan pada nilai Pretes sehingga pembentukan kelompok memenuhi kriteria heterogen dalam kemampuan awal. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu menyediakan instrument yang nantinya akan dipakai, seperti RPP, Soal-soal, LKS, lembar sikap siswa, dan lain sebagainya. Siklus I dilaksanakan dalaam dua kali pertemuan. Proses pembelajaran dilakukan sesuai RPP yang telah disusun untuk siklus I. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I ini guru sebagai peneliti dibantu dua guru sejawat yang bertindak sebagai observer yang membantu peneliti mengamati aktivitas belajar siswa. Setelah berakhirnya pelaksanaan siklus I diadakan tes hasil belajar kognitif yang selanjutnya disebut sebagai Postes I. Merujuk pada Postes I, nilai terendah postes I adalah 25 dan tertinggi adalah 100. Merujuk pada KKM sebesar 62 maka 19 orang siswa mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal tercapai sebesar 86%. Nilai ini berada di atas kriteria ketuntasan klasikal sebesar 85% sehingga dapat dikatakan KBM siklus I berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Dengan demikian maka peneliti berusaha melakukan tindakan perbaikan dalam melaksanakan pembelajaran Siklus II yang dirasa perlu. Berdasarkan hasil belajar kognitif dan pengamatan Siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa permasalahan/kekurangan dalam pelaksanaan tindakan yang perlu diperbaiki secara lanjut. Merujuk pada tabel 3 tentang Postes II, nilai terendah untuk postes II adalah 50 dan tertinggi adalah 100 dengan tidak seorangpun mendapat nilai dibawah KKM atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 100%. Nilai ini adalah nilai sempurna sehingga dapat dikatakan KBM Siklus II telah berhasil memberi ketuntasan 37 Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681 belajar pada siswa dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 83,3 telah memenuhi KKM. IV. Simpulan Dan Saran 4.1. Simpulan Dengan menggunakan metode pembelajaran Demonstrasi hasil belajar siswa dari Siklus ke Siklus berikutnya mengalami peningkatan. (1) Hasil belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Tuntas mengalami peningkatan, pada Postes I dan Postes II menunjukkan 59,3 dan 83,3, Melihat data tersebut ada 11 orang tuntas secara individu atau 36,6% secara kelas tidak tuntas, sedangkan pada Siklus II ada 28 orang siswa tuntas secara individu atau 93% tuntas kelas; (2) Sikap konstruktif siswa setelah menerapkan model pembelajaran Tuntas : Sikap senang terhadap pelajaran (84); Sikap ingin tahu siswa terhadap pelajaran (86,6); Sikap ingin membantu yang kesulitan belajar (90,8). 4.2. Saran Setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama empat kali atau disebut dua Siklus maka perlu saran agar pengguna atau yang memanfaatkan model pembelajaran tuntas di sekolah benar-benar bermanfaat sesuai dengan tujuan penelitian. (1) Pada kegiatan belajar mengajar perlu menjelaskan tujuan pembelajaran serta aplikasinya pada kehidupan masyarakat sesuai dengan konsep materi pembelajaran; (2) Model Pembelajaran Tuntas, dapat diterapkan dengan sempurna pada kelompok kecil (< 30 orang perkelas); (3) Selama kerja kelompok perlu aturan-aturan di informasikan kepada siswa sesuai dengan tujuan berkelompok, agar tujuan berkelompok dapat tercapai dan dapat dilihat pada tes hasil belajar secara indivdu; (4) Perlu motivasi diberikan pada awal pertemuan agar selama bekerja dalam kelompok aktivitas siswa sangat baik; (5) Sikap siswa perlu diperhatikan dan direkap selama KBM dan direfleksikan baik hasil kelompok belajar, aktivitas siswa selama bekerja dan sikapnya selama bekerja. 38 Daftar Pustaka Aqib, Zainal. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Model Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.