konsep manajemen strategik pendidikan masa depan

advertisement
KONSEP MANAJEMEN STRATEGIK PADA PENDIDIKAN
MASA DEPAN: SEBUAH TELAAH TEORITIS DAN IMPLEMENTASI
I.
PENDAHULUAN
Dalam manajemen strategik pada dunia bisnis dimanfaatkan untuk
memprediksi kecenderungan pasar dan peluang-peluang memperoleh keunggulan
bersaing. Sementara itu, dunia pendidikan menggunakan konsep strategik untuk
lebih mengefektifkan pengalokasian sumber daya yang ada dalam pencapaian
tujuan pendidikan.
Bidang ekonomi khususnya di lingkungan bisnis
mengembangkan
manajemen secara teoritis dan praktis, Manajemen Strategik dalam dunia
pendidikan, kehadiran Manajemen Strategik pada dasarnya merupakan suatu
paradigma baru. Sebagai paradigma baru, jika diimplementasikan pada
lingkungan organisasi pendidikan, tidak mungkin dilakukan sebagai kegiatan
yang dilaksanakan di lingkungan organisasi ekonomi (bisnis), karena kedua
organisasi tersebut berbeda dalam banyak aspek, terutama dari segi filsafat yang
mendasarinya dan tujuan yang hendak dicapai. Pengimplementasian Manajemen
Strategik di lingkungan organisasi bidang ekonomi (bisnis) didasari oleh falsafah
yang berisi nilai – nilai persaingan bebas antar organisasi bisnis, melalui
pendayagunaan semua sumber yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang bersifat
strategik. Tujuan tersebut adalah mempertahankan dan mengembangkan
eksistensi masing – masing untuk jangka waktu panjang, melalui kemampuan
meraih keuntungan secara berkelanjutan. Sedang organisasi pendidikan didasari
oleh filsafat yang berisi nilai – nilai pengabdian dan kemanusiaan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perbedaan lain terletak pada pengorganisasian masing – masing. Setiap
organisasi
memiliki otonomi dalam menjalankan manajemennya, berupa
kebebasan mewujudkan pengembangan organisasinya antara lain dengan memilih
pengimplementasian Manejemen Strategik atau manajemen lainnya yang dinilai
terbaik. Di organisasi bidang pendidikan diatur dengan manajemen umum oleh
pemerintah Pusat maupun Daerah.
II.
PERMASALAHAN
Untuk mempertajam telaah dalam makalah ini, penulis mengambil
permasalahan, yaitu : Bagaimanakah Implementasi Manajemen Strategik pada
Pendidikan Masa Depan?
III.
TUJUAN
Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memaparkan Implementasi Manajemen Strategik pada Pendidikan
Masa Depan.
IV.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Manajemen Strategik
Filosofi manajemen menurut Pearce dan Robinson (1988:76) diyakini
akan menghasilkan citra yang baik di mata publik, dan akan memberikan imbalan
keuangan dan psikologis bagi mereka yang bersedia menginvestasikan tenaga dan
dana untuk membantu keberhasilan institusi. Sedangkan filosofi organisasi
pendidikan adalah menempatkan nilai-nilai, keyakinan organisasi pendidikan, dan
membimbing tingkah laku personal pendidikan melaksanakan tugas dan tanggung
jawab lebih profesional dalam seluruh aspek kegiatan institusi. Karena itu
kebijakan pendidikan menyediakan pedoman yang mendefinisikan program kerja
yaitu tujuan dan target ditetapkan, strategi ditentukan dan diimplementasikan,
serta diawasi.
Manajemen strategik menurut Blocher dan Lin (1999) adalah “the
development of a sustainable competitive posisition in wich the firm’s competitive
provides continued success”. Manajemen strategik menurut Yuwono dan Ikhsan
(2004:11) biasanya dihubungkan dengan pendekatan manajemen yang integratif
yang mengedepankan secara bersama-sama seluruh elemen seperti planning,
implementing, dan controlling dari strategi bisnis.
Dengan kata lain, manajemen strategik meliputi formulasi strategik dan
implementasi strategik. Dalam manajemen strategik pada dunia bisnis
dimanfaatkan untuk memprediksi kecenderungan pasar dan peluang-peluang
memperoleh keunggulan bersaing. Sementara itu, dunia pendidikan menggunakan
konsep strategik untuk lebih mengefektifkan pengalokasian sumber daya yang ada
dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Ansoff berpendapat bahwa, manajemen strategik ialah suatu pendekatan
yang sistematis bagi suatu tanggung jawab manajemen, mengondisikan organisasi
ke posisi yang dipastikan mencapai tujuan dengan cara yang akan meyakinkan
keberhasilan yang berkelanjutan dan membuat perusahaan (sekolah) menjamin
atau mengamankan format yang mengejutkan. Pendekatan sistematis untuk
melakukan perubahan menjadi hal penting dalam manajemen strategis, dan
melalui pendekatan manajemen strategik harus dipastikan bahwa tujuan akan
dicapai.
Lebih lanjut Ansoff (1990) menjelaskan bahwa pendekatan manajemen
strategi ini adalah menganalisis bagian-bagian yang dinamai dengan “formulasi
strategi”, dan proses formulasi itu oleh para manajer adalah merumuskan strategi
bersama-sama yang diberi nama perencanaan strategis.
Pendekatan strategis itu terdiri atas: (1) memposisikan perusahaan melalui
strategi dan perencanaan kemampuan; (2) Real-Time tanggapan isu-isu strategis
yang dikeluarkan manajemen; dan (3) manajemen yang sistematis selama
implementasi strategis. Jika dielaborasi atau diadaptasi dalam manajemen sekolah,
menjadi: (1) sekolah menyusun perencanaan sesuai kemampuan dan potensi yang
dimiliki, yaitu mengoptimalisasikan seluruh sumber daya sekolah yang tersedia
untuk mencapai tujuan sekolah; (2) mampu merespon isu-isu strategis seperti
manajemen berbasis sekolah, kurikulum berbasis kompetensi, pengajaran
kontekstual, dan sebagainya dalam pengelolaan sekolah untuk peningkatan mutu;
dan (3) menekankan obyektifitas, ilmiah, dan sistematis selama implementasi
strategis. Tujuannya tercipta suatu sistem dan strategi manajemen sekolah yang
niscaya dan pasti mampu meningkatkan mutu yang kompetitif dan
menguntungkan.
Dalam hal manajemen strategis dengan perencanaan strategis hanyalah
fokus yaitu penekanan perencanaan strategis adalah pada operasinya, sedangkan
penekanan manajemen strategis pada strategi kebijakan yaitu lebih dari operasi
(But the fokus and emphasis of strategic planning as with strategic management is
on strategy more than operations).
Manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana
dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal vital, dapat menembus
(pervasif), dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara keseluruhan.
Strategi yang digunakan dalam manajemen sekolah diatur sedemikian rupa, yaitu
perencanaan strategis sekolah berkaitan dengan operasi sekolah dalam
menyelenggarakan programnya, sedangkan untuk memperkuat kemampuan
sekolah menghindari masalah dan dapat mencapai tujuan sesuai mutu yang
disyaratkan, maka akan diuji kemampuan Kepala Sekolah menentukan kebijakan.
Manajemen strategik khususnya pada strategi kebijakan dilakukan jika keputusan
merupakan keputusan bersama, bukan keputusan sepihak dan keputusan itu dipilih
dari alternatif terbaik.
Sebab itu menurut Ansoff (1992) manajemen strategik disebut juga
dengan pembuatan keputusan partisipatif, dan ini menurut Pearche dan Robinson
(1991:9) memiliki keuntungan yakni (1) kegiatan formulasi strategi memperkuat
kemampuan perusahaan menghindari masalah; (2) keputusan strategic
berdasarkan kelompok niscaya merupakan keputusan alternatif terbaik; (3)
keterlibatan pegawai dalam memformulasikan keputusan akan meningkatkan
pemahaman mereka dan meningkatkan motivasi dalam bekerja; (4) gap dan
tumpang tindih kegiatan akan terkurangi karena partisipasi dalam
memformulasikan strategi turut mengklarifikasi berbagai perbedaan; dan (5)
resistansi (resistance) terhadap perubahan akan terkurangi.
Dalam implementasinya strategi digerakkan dengan melakukan evaluasi
strategi dan mengontrolnya apakah masih konsisten dengan formulasi strategi.
Manajemen strategis (Strategic management) dalam manajemen sekolah adalah
suatu pendekatan yang sistematik dalam menyelenggarakan programnya untuk
mencapai tujuan sekolah. Unsur-unsur strategi dalam manajemen sekolah bertitik
tolak pada ruang lingkup di mana sekolah itu bergerak, menetapkan mutu layanan
belajar, mutu lulusan yang akan dihasilkan, memenuhi keinginan masyarakat akan
mutu pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Sejalan dengan hal itu,
Melcher, dkk (1988:7-8) mengemukakan unsur-unsur strategi yang meliputi: (1)
scope, yaitu batasan di mana sebuah organisasi bergerak, mencakup menetapkan
produk yang akan dihasilkan, pelanggan yang harus dilayani, lokasi tempat
beroperasi, dan keseluruhan faktor kompetitif bagi organisasi. Top manajemen
menetapkan skop sebagai bagian dari formulasi strategi; (2) specifications, adalah
standar untuk mengukur posisi strategis sebuah organisasi saat ini. Secara ringkas
spesifikasi memberikan jawaban tuntas dari pertanyaan: “Bagaimana kita
menyelesaikan” dan “Bagaimana kita dapat melakukannya di masa yang akan
datang”, dan (3) deployment, adalah penyiapan alokasi dana, fasilitas, peralatan,
dan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi.
Dalam menentukan strategi harus difahami bahwa hal yang pokok dari
formulasi strategi adalah menyusun perencanaan yang berkelanjutan. Menurut
Sharplin (1985:48) langkah-langkah formulasi strategi yakni: (1) tugas utama
yang mula-mula harus diperhatikan menetapkan misi suatu organisasi yang utuh
dengan melibatkan pemilik, pelanggan, dan pegawai sebagai konstituen
organisasi. Berbicara misi juga harus melihat kemampuan dan keadaan internal
organisasi; (2) melakukan assessment lingkungan eksternal organisasi dengan
memperhatikan kondisi yang sedang terjadi dan kemungkinan perubahan yang
akan terjadi, termasuk perkembangan dan kemampuan organisasi serupa; (3)
menetapkan arah dan sasaran organisasi adalah tahapan ketiga dalam fase pertama
ini. Yang penting sebenarnya arah dan sasaran hendaknya bersifat menantang dan
dapat diraih. Karena itu sasaran hendaknya spesifik, dapat dihitung, dan terukur;
dan (4) segera dipilih dan ditentukan strategi apa yang hendak dipakai.
Fase implementasi mencakup langkah penggerakan strategik, melakukan
evaluasi strategik, dan mengontrol atau pengawasan strategik (1) penggerakan
strategik dapat didinamiskan dengan memperhatikan struktur, kebijakan, dan
komitmen sumber daya; (2) evaluasi strategik dengan penuh kedisiplinan sangat
diperlukan untuk memastikan apakah implementasi sesuai dengan perencanaan
yang telah disepakati; (3) melakukan kontrol strategik sebagai langkah sesuai
yang terkait langsung dengan evaluasi dengan maksud memberikan koreksi atau
bimbingan, hasil dari koreksi itu dapat diambil kebijakan selanjutnya. Sesuatu
yang normal terjadi, munculnya kesenjangan atau gap antara konsep dengan
perencanaan maupun implementasi. Perbedaan antara unit organisasi dengan
perencanaan yang fleksibel mengacu pada terminologi performan organisasi (The
term performance gap refers to the difference between the actual performance of
a given organizational unit and the planned performance of that unit).
2. Formulasi Visi dan Misi Sekolah
Perumusan visi dan misi dilakukan lebih dahulu dengan mengasesmen
lingkungan, yaitu apa sebenarnya kebutuhan mendasar lingkungan akan
pendidikan yang dapat disediakan oleh sekolah.
Terdapat lima langkah formulasi strategi, yaitu (1) perumusan misi
(mission determination) yaitu pencitraan bagimana sekolah seharusnya
bereksistensi; (2) asesmen lingkungan eksternal (environmental external
assessment) yaitu mengakomodasi kebutuhan lingkungan akan mutu pendidikan
yang dapat disediakan oleh sekolah; (3) asesmen organisasi (organization
assessment) yaitu merumuskan dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara
optimal; (4) perumusan tujuan khusus (objective setting) yaitu penjabaran dari
pencapaian misi sekolah yang ditampakkan dalam tujuan sekolah dan tujuan tiaptiap mata pelajaran; dan (5) penentuan strategi (strategy setting) yaitu memilih
strategi yang paling tepat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dengan
menyediakan anggaran, sarana dan prasarana, maupun fasilitas yang dibutuhkan.
a. Visi Sekolah
Menurut Gaffar (1994) visi adalah daya pandang yang jauh mendalam dan
meluas yang merupakan daya pikir abstrak, memiliki kekuatan yang dahsyat dan
dapat menerobos segala batas-batas fisik, waktu, dan tempat. Penetapan visi harus
pula melihat kemampuan dan keadaan internal organisasi.
Visi sekolah adalah sebuah agenda tujuan sebagai prestasi yang harus
dicapai dalam aktifitas sekolah. Sejalan dengan hal itu Beach (1993)
mengemukakan proses merumuskan visi dimulai dengan ide-ide kreatif atau
dengan menciptakan ide-ide baru dengan menggali dari tuntutan lingkungannya.
Apabila visi telah dirumuskan, selanjutnya dirumuskan misi dan statemen misi
dijadikan acuan menyusun rencana dan program sekolah.
b. Misi Sekolah
Secara umum misi menurut Sharplin (1985) adalah “alasan keberadaan”,
misi sebagai deskripsi tentang apa yang hendak dicapai dan untuk siapa.
Sementara itu Pearce dan Robinson (1988) menyebutkan bahwa misi organisasi
sebagai tujuan fundamental dan unik yang menunjukkan perbedaan suatu
organisasi dengan organisasi yang lain sejenis dan mengidentifikasi cakupan
(scope) organisasinya. Bertitik tolak dari pandangan tersebut misi adalah alasan
bagi keberadaan sebuah organisasi yaitu alasan keberadaan sekolah, karena itu
sekolah memiliki kebutuhan khusus untuk mengomunikasikan misi dan
mengartikulasikan tujuan, target dan ukuran yang menjadi dasar penilaian
kinerjanya.
Karena itu visi dan misi sekolah harus merupakan konsensus pimpinan
(eksekutif) maupun personal sekolah lainnya dan masyarakat yang terkait dengan
sekolah sehingga semua elemen penyelenggara sekolah mudah memahami ide-ide
dasar visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai.
c. Tujuan dan Target Sekolah
Tujuan organisasi menurut Etzioni (1985:7) mencakup beberapa fungsi di
antaranya memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan masa
akan datang yang senantiasa berusaha dikejar dan diwujudkan oleh organisasi.
Menurut Liang Gie (1983:149) menyatakan tujuan organisasi menentukan
bidang kerja, terutama mengenai macam serta volume pekerjaan yang harus
dilakukan dalam organisasi. Tujuan dalam organisasi sekolah menciptakan
sejumlah pedoman bagi landasan kegiatan sekolah yang menggambarkan keadaan
masa datang.
Tujuan sekolah dilihat dari sudut manajemen strategik adalah memberikan
pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan masa akan datang yang
menghasilkan kesepakatan umum merupakan sumber legitimasi yang
membenarkan setiap kegiatan sekolah mengenai misi dalam menentukan bidang
kerja, macam dan volume pekerjaan yang harus dilakukan dan senantiasa
berusaha dikejar dan diwujudkan oleh sekolah, serta eksistensi sekolah itu sendiri.
3. Penentuan Strategi Organisasi Sekolah
Strategi adalah sebuah rencana yang komprehensif mengintegrasikan
segala recources dan capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk
memenangkan kompetisi. Gaffar (2004:14) berpengertian strategi adalah rencana
yang mengandung cara komprehensif dan integratif yang dapat dijadikan
pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat guna memenangkan kompetisi.
Strategi merupakan instrumen manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari,
tidak hanya untuk survival dan memenangkan persaingan tetapi juga untuk
tumbuh dan berkembang (Gaffar, 2004:14).
Strategi sekolah menjelaskan metode dan pendekatan yang digunakan
untuk mencapai tujuan strategiknya. Penerapan strategi dalam manajemen sekolah
(1) bagaimana misi sekolah konsisten dengan tujuan, sasaran, dan program kerja
sekolah yang tampak dalam program kerja; (2) kunci kehidupan sekolah adalah
fokus pada kualitas manajemen sekolah dan kualitas layanan belajar dengan
menggunakan berbagai pendekatan sistematik yang relevan; (3) menentukan dan
menyediakan fasilitas belajar di kelas, laboratorium, perpustakaan, bengkel
praktik, dan sebagainya dengan bahan yang cukup dan kelengkapan layak pakai;
dan (4) memenuhi dan menggunakan anggaran untuk kegiatan seluruh operasional
sekolah.
4. Implementasi Strategi Organisasi Sekolah
Implementasi strategi dalam manajemen sekolah melibatkan upaya besar
yang bertujuan mentransformasi tujuan strategik ke dalam aksi yaitu
penyelenggaraan program sekolah. Betapapun hebatnya suatu strategi, apabila
tidak diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermakna bagi
pengembangan sekolah.
Proses implementasi strategi manajemen sekolah meliputi keseluruhan
kegiatan manajerial yang mencakup keadaan seperti motivasi, kompensasi,
penghargaan manajemen, dan proses pengawasan.
Asesmen
lingkungan
eksternal
Perumusan
Visi dan Misi
Perumusan
Tujuan Khusus
Asesmen
lingkungan
internal
Penentuan
Strategi dan
Sasaran
Gb. 1. Proses Formulasi Strategi
Dari tiga elemen manajemen strategik, yaitu analisis strategi, formulasi
strategi, dan implementasi startegi, yang paling sulit untuk dilakukan adalah
implementasi strategi. Sebagaimana diungkapkan oleh Miller (1996:329): “It has
been rather easy for us to decide where we wanted to go. The hard part is to get
the organization to ach on the new priorities.” Strategi akan cukup mudah bagi
kita untuk menentukan ke mana kita mencari. Bagian tersulit mendapatkan
organisasi pada tindakan prioritas yang baru.
Menurut Schendel dan Hofer, implementasi dicapai melalui alat
administrasi yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori: (1) struktur yaitu
siapa yang bertanggung jawab terhadap apa, Kepala Sekolah bertanggung jawab
kepada siapa; (2) proses yaitu bagaimana tugas dan tanggung jawab itu dikerjakan
masing-masing personal; dan (3) tingkah laku yaitu perilaku yang
menggambarkan motivasi, semangat kerja, penghargaan, disiplin, etika, dan
seterusnya.
5. Analisis SWOT secara Cermat dan Akurat
Analisis SWOT dalam penyelenggaraan sekolah dapat membantu
pengalokasian sumber daya seperti anggaran, sarana dan prasarana, sumber daya
manusia, fasilitas sekolah, potensi lingkungan, dan sebagainya yang lebih efektif.
Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan membuat matrik
SWOT. Matrik ini terdiri atas sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman dalam penyelenggaraan program sekolah, untuk memperoleh mutu
sekolah dapat dilakukan strategi SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan
peluang), strategi WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari
peluang), strategi ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman), strategi
WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).
Analisis SWOT memungkinkan sekolah mengeksploitasi peluang-peluang
masa depan ketika melawan tantangan dan persoalan-persoalan, dan melakukan
penemuan strategis pada kompetensi dan kekuatan khusus. Keseluruhan proses
manajemen strategik secara konseptual menjadi analisis SWOT, sebab sebuah
SWOT mungkin memberi kesan sebuah perubahan lainnya di dalam misi, tujuan,
kebijakan dan strategi sekolah.
V.
SIMPULAN
Dari uraian di atas penulis dapat menarik simpulan tentang Implementasi
Manajemen Strategik pada Pendidikan Masa Depan, yaitu:
1. Penerapan strategi dalam manajemen sekolah, yaitu bagaimana misi
sekolah konsisten dengan tujuan, sasaran, dan program kerja sekolah yang
tampak dalam program kerja; kunci kehidupan sekolah adalah fokus pada
kualitas manajemen sekolah dan kualitas layanan belajar dengan
menggunakan berbagai pendekatan sistematik yang relevan; menentukan
dan menyediakan fasilitas belajar di kelas, laboratorium, perpustakaan,
bengkel praktik, dan sebagainya dengan bahan yang cukup dan
kelengkapan layak pakai; dan memenuhi dan menggunakan anggaran
untuk kegiatan seluruh operasional sekolah.
2. Proses implementasi strategi manajemen sekolah meliputi keseluruhan
kegiatan manajerial yang mencakup keadaan seperti motivasi, kompensasi,
penghargaan manajemen, dan proses pengawasan.
3. Implementasi strategi dalam manajemen sekolah dapat menggunakan
analisis SWOT dalam penyelenggaraan sekolah yang dapat membantu
pengalokasian sumber daya seperti anggaran, sarana dan prasarana,
sumber daya manusia, fasilitas sekolah, potensi lingkungan, dan
sebagainya yang lebih efektif. Analisis SWOT memungkinkan sekolah
mengeksploitasi peluang-peluang masa depan ketika melawan tantangan
dan persoalan-persoalan, dan melakukan penemuan strategis pada
kompetensi dan kekuatan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. 2001. Total Quality Management (TQM).
Yogyakarta. Penerbit: Andi Offset
Kepmendiknas. (No. 20 Th. 2003). Undang - Undang Sistem Pendidikan
Nasional. Yogyakarta. Penerbit: Pustaka Pelajar
Syaiful Sagala, Prof.,Dr.,M.Pd. 2006. Manajemen Strategik dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan. Bandung. Penerbit: Alfabeta
Download