Ekonomi Pembangunan dan Pembangunan Pertanian Indonesia Dr. Erna Maria Lokollo Ekonomi Pembangunan Ekonomi Pembangunan mencakup dimensi lintas waktu dan lintas disiplin ilmu. Agak sulit menemukan definisi yang benar-benar tepat untuk menggambarkannya. Definisi yang diperoleh dari beberapa sumber adalah sebagai berikut : Ekonomi Pembangunan adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara (Kasliwal,P. 1995; Pleskoviv,B and Stern, N, 2002, Wikipedia, 2010) . Dalam perkembangannya, pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan Gross Domestic Product (GDP) atau lebih tepatnya Gross National Product (GNP) riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Tantangan dalam pembangunan ekonomi pertanian adalah memahami fenomena yang terjadi saat ini dan kekuatan apa saja yang bekerja dalam transformasi dari masyarakat pertanian yang diusahakan secara tradisional menjadi masyarakat pertanian modern dan berstandar tinggi. Cakupan dari materi kuliah pembangunan ekonomi pertanian adalah peningkatan kesejahteraan semua insan masyarakat. Dalam kerangka makro maka diarahkan untuk mempelajari “nature and causes of the wealth of nations”. Oleh karenanya diperlukan pengetahuan yang lintas-disiplin karena menyangkut berbagai disiplin ilmu-ilmu antara lain: sosiologi, kesehatan masyarakat, kebumian, sejarah, politik, antropologi, dan lain-lainnya. Yang R1_Refleksi AGB.indd 193 07/04/2010 19:04:43 194 Refleksi Agribisnis: 65 Tahun Profesor Bungaran Saragih sering disalah artikan atau rancu dalam pengertian banyak orang adalah antara konsep “pembangunan” dan “pertumbuhan” (development vs. growth). Bila “pertumbuhan” ekonomi membahas peningkatan dalam angka statistik pada beberapa hal, seperti lapangan pekerjaan atau usaha, produksi, pendapatan; maka “pembangunan” ekonomi membahas lapangan pekerjaan atau usaha yang lebih baik, diferensiasi atau peningkatan produk baru atau produk turunan, pendapatan dari sumber lainnya. Jadi konsep pembangunan adalah jauh lebih luas daripada konsep pertumbuhan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya modal, dan keahlian atau kewirausahaan. Sumberdaya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi). Sumberdaya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada. Sementara itu, sumberdaya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumberdaya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. Adapun faktor non-ekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, dan sistem yang berkembang dan berlaku. Beberapa issue utama yang sering dibahas dalam pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan vs. equity, pertumbuhan vs efisiensi, absolute vs relative poverty, vicious vs virtuous cycle, monetary vs fiscal policy. Setelah memahami konsep pertumbuhan vs pembangunan ekonomi di atas (growth vs development), dapatkah sekarang disimpulkan bahwa inti dari perbedaannya adalah pada jangka waktu pengamatannya, yaitu jangka pendek R1_Refleksi AGB.indd 194 07/04/2010 19:04:44 Dr. Erna Maria Lokollo 195 vs. jangka panjang. Apakah tidak bisa dikatakan bahwa periode jangka panjang sebenarnya adalah kumpulan dari kejadian yang terjadi jangka pendek yang terjadi berulang kali? Apabila jawabannya adalah ya, maka keduanya saling berhubungan. Pemikir ekonomi seperti Joseph Schumpeter (1883-1950) adalah salah seorang ekonom yang menyetujui dan meng-iya-kan pertanyaan di atas. Menurutnya pembangunan ekonomi adalah kumpulan dari beberapa pertumbuhan ekonomi yang terjadi ber-ulang2 karena adanya penemuan dan penerapan teknologi baru. Contohnya pada abad ke 18 pada saat penemuan dan penerapan teknologi mesin uap James Watt dimana dikenal sebagai periode revolusi industri. Diikuti oleh penemuan dan penerapan jaringan kereta api oleh Cornelius Vanderbilt, dan penemuan mesin mobil oleh Henry Ford diikuti oleh mekanisasi menggunakan mesin-mesin dari baja. Intinya adalah bahwa pada jangka panjang, kesemua penerapan teknologi di atas dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (raise the future standard of living). Yang menjadi pertanyaan besar untuk direnungkan adalah apakah pertumbuhan atau pembangunan ekonomi suatu negara akan terjadi begitu saja ataukah memerlukan campur tangan atau keterlibatan dari masyarakat, termasuk didalamnya pemerintah, swasta atau pengambil kebijakan? Pihak manakah yang paling berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan suatu negara? Beberapa pemikir ekonomi yang telah menjadi Nobel Laureates dalam menggeluti teori ekonomi pembangunan adalah Robert Solow, Theodore Schultz, Arthur Lewis, Robert Fogel dan Gunnar Myrdal. Dari teoriteori mereka lah saat ini kita dapat menentukan atau menghitung potensi perekonomian suatu negara untuk bertumbuh atau berkembang. Menurut mereka tidak ada resep suatu angka laju pertumbuhan yang dapat berlaku di semua negara; tiap negara memiliki ke-khas-an masing-masing dalam menentukan garis besar haluan tujuan pembangunan ekonominya. Ada negara yang sangat mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang cepat, ada pula negara yang memilih angka pertumbuhan yang sedang-sedang saja tetapi secara bersamaan mengutamakan kesetaraan-pemerataan atau stabilitas. Oleh karenanya, yang menjadi inti adalah bahwa dasar penentuan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara adalah keyakinan dari negara tersebut bahwa kesejahteraan masyarakatnya ditentukan oleh pemikiran para pengambil kebijakan dan masyarakatnya sendiri. Model atau teori ekonomi pembangunan Solow sebenarnya sangatlah sederhana untuk dipahami. Menurutnya ada 3 faktor penentu dari pembangunan ekonomi suatu negara, yaitu: R1_Refleksi AGB.indd 195 07/04/2010 19:04:44 196 Refleksi Agribisnis: 65 Tahun Profesor Bungaran Saragih duapertiga laju pertumbuhan tenaga kerja (1) sepertiga laju pertumbuhan stok kapital (2) laju pertumbuhan teknologi (3) (1)+ (2) + (3) = total laju pertumbuhan suatu negara (4) Dari rumus tersebut di atas terlihat betapa pentingnya peranan tenaga kerja dalam pembangunan suatu negara, demikian pula teknologi dan capital. Setiap peningkatan 1% saja pada tenaga kerja, yang lain tetap, hanya akan menghasilkan ²/³ persen pada total laju pertumbuhan (4). Apabila angka total laju pertumbuhan pada (4) lebih kecil dari pertumbuhan tenaga kerja (1), maka tingkat pendapatan atau income per tenaga kerja akan turun. Oleh karenanya diperlukan juga pertumbuhan stok kapital. Bila terdapat laju atau rate pertumbuhan yang sama antara tenaga kerja dan capital, misalnya masing-masing 1 %, maka hanya akan menghasilkan laju pertumbuhan total negara 1% saja. Yang berarti tenaga kerja hanya akan mendapatkan tingkat kesejahteraan yang sama. Untuk meningkatkan kesejahteraan (living standard) diperlukan komponen lainnya yaitu, teknologi; yang dicirikan secara kualitatif dari interaksi antara tenaga kerja dan kapital dalam system produksi yang ada, yang disebut sebagai total factor productivity (TFP). Hanya apabila TFP meningkat (pada persamaan 3), maka persamaan (4) dapat meningkat melebihi peningkatan di persamaan (1) dan (2). Pembangunan Pertanian Indonesia Bagaimanakah mendapatkan benang merah antara teori pembangunan ekonomi yang telah dijababarkan di atas dengan keadaan di Indonesia (konteks ekonomi pembangunan pertanian) ? Pada kurun waktu 1993-1997, rata-rata laju pertumbuhan tahunan PDB sektor pertanian sebesar 1.57 %, kurun waktu 1998-1999 (krisis ekonomi) hanya mencapai 0.88 %, sedangkan pada kurun waktu 2000-2003 mencapai 1.83 %. Pada tahun 2004-2006, laju pertumbuhan PDB sektor pertanian tumbuh sebesar 2.45 %. Pada akhir tahun 2007, pertumbuhan PDB sektor pertanian (termasuk perikanan dan kehutanan) adalah sebesar 3.1 %. Sampai kurun waktu saat ini, sektor pertanian masih menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja. Kemampuan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian mencapai sekitar separuh dari angkatan kerja nasional. Pada tahun 2004 tenaga kerja yang terserap pada sector pertanian mencapai 40.61 juta R1_Refleksi AGB.indd 196 07/04/2010 19:04:44 Dr. Erna Maria Lokollo 197 orang atau 43.33 % dari tenaga kerja nasional. Pada tahun 2005 jumlh orang yang bekerja di sector pertanian meningkat menjadi 41.81 juta orang atau meningkat sebesar 2.97 % dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 42.32 juta orang (BPS, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih tetap menjadi andalan penyerap tambahan kesempatan kerja dalam jumlah yang jauh lebih besar disbanding sektor nonpertanian. Bungaran Saragih adalah seorang individu yang sangat yakin bahwa dalam masa sekarang atau masa yang akan datang, sektor pertanian bisa menjadi penggerak perekonomian Indonesia. Pada saat mengajar di IPB dan menjabat sebagai Menteri Pertanian RI (2000-2004), beliau sangat yakin bahwa sektor pertanian dapat menjadi lokomotif kesejahteraan rakyat, khususnya petani. Menurutnya sektor pertanian di Indonesia harus di-modernisir . Konsep yang ditawarkan dan diterapkan beliau dalam pembangunan pertanian Indonesia adalah “agribisnis”. Ini adalah cara pandang baru pembangunan ekonomi berbasis pertanian. Namun seringkali konsep agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian saja. Padahal konsep agribisnis adalah utuh, mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Menurut Bungaran Saragih, selama ini sektor pertanian terutama agribisnis kurang maju sebab tidak mendapat dukungan dari perbankan. Padahal, sektor pertanian terbukti mampu bertahan ketika Indonesia dalam kondisi krisis ekonomi. Ia mengatakan perlu ada kredit usaha kecil menengah (UKM) khusus untuk pertanian dengan bunga yang rendah. Ia yakin pertanian bisa menjadi bidang yang strategis karena akan menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan menggerakan pembangunan Indonesia secara keseluruhan. Hal ini didukung atau didasarkan pada data empiris dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2002) yang menunjukkan bahwa pada tahun 2002 pertumbuhan perekonomian Indonesia sebesar 3.5 %. Pertanian tumbuh 3,8 persen, industri pengolahan hasil pertanian tumbuh 3,6 persen. Ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan agribisnis nasional lebih besar daripada laju pertumbuhan nasional. Menurut beliau Pemerintah selama ini kurang mendukung pengembangan sektor pertanian. Buktinya, alokasi dana untuk sektor pertanian dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2002 hanya sebesar Rp 2,2 trilyun. Dunia perbankan juga tidak mendukung karena dengan bunga perbankan 18 persen sangat memberatkan petani. Apabila dibandingkan dengan sesama negara di ASEAN seperti Thailand maka akan terlihat perbedaan. Pertanian di R1_Refleksi AGB.indd 197 07/04/2010 19:04:44 198 Refleksi Agribisnis: 65 Tahun Profesor Bungaran Saragih Thailand bisa maju karena perbankan sangat mendukung. Bunga perbankan untuk petani hanya 1 persen. Begitu pula di Cina 2 persen, di Australia 3 persen sampai 4 persen. Bila dilihat 15 tahun lalu, pertanian di Thailand tidak terkenal, sekarang mereka mampu menjadi produsen kopi robusta terbesar di dunia. Itu karena dukungan perbankan. Sementara di Indonesia bunganya 18 persen. Sektor pertanian di Indonesia masih bersifat “self-financing”. Untuk menggerakkan pertumbuhan di sektor pertanian, diperlukan bantuan perbankan dalam hal ini melalui mekanisme kredit UKM. Kredit itu bukan hanya untuk kepentingan bercocok tanam, tetapi juga usaha pertanian lainnya, seperti budidaya bunga, panen dan pengolahan hasil, demikian pula pada pengangkutan hasil atau transportasi produk pertanian. Pemikiran dan kebijakan yang telah diambil Bungaran Saragih dalam pembangunan pertanian Indonesia masih lah sangat relevan dan tepat untuk diteruskan, karena fakta atau data empiris sampai saat ini masih menunjukkan bahwa sektor pertanian masih memegang peranan penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional Indonesia. Pertanian masih memiliki arti penting dalam konteks pembangunan perekonomian nasional yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan seluruh insan masyarakat Indonesia. Epilog Penulis merasa berbahagia dan beruntung sekali diberi kesempatan oleh Bungaran Saragih, Bonar Sinaga (ketua jurusan EPN, SPS) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengisi mata kuliah Ekonomi Pembangunan Lanjutan (SEP 774), SPS IPB tahun 2000-2004) menggantikan posisi Bungaran Saragih mengajar karena beliau memiliki jadwal sangat padat pada saat menjadi Menteri Pertanian RI (2000-2004). Mata kuliah tersebut diasuh bersama Parulian Hutagaol, Hermanto Siregar dan Bayu Krisnamurthi. Tulisan di atas adalah intisari dari beberapa kuliah pendahuluan Ekonomi Pembangunan Lanjutan (SEP 774) yang diberikan penulis atas arahan dan kebebasan yang diberikan Bungaran Saragih. R1_Refleksi AGB.indd 198 07/04/2010 19:04:45