HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU PACARAN PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagai persyaratan memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SULISTIOWATI F 100 100 062 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 i HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU PACARAN PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: SULISTIOWATI F 100 100 062 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU PACARAN PADA REMAJA Disusun oleh: SULISTIOWATI F 100 100 062 Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji oleh: Pembimbing utama Dra. Zahrotul Uyun, M.Si Tanggal, 28 Oktober 2015 iii HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU PACARAN PADA REMAJA Yang diajukan oleh SULISTIOWATI F 100 100 062 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal, 3 November 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Penguji utama Dra. Zahrotul Uyun, M.Si __________________________ Penguji I Susatyo Yuwono, S.Psi., M.Si __________________________ Penguji II Achmad Dwityanto O., S.Psi., M.Si __________________________ Surakarta,_______________2015 Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Psikologi Dekan, (Dr. Taufik, M.Si.) iv HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU PACARAN PADA REMAJA Sulistiowati [email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Zahrotul Uyun ABSTRAKSI Masalah pacaran tidak bisa lepas dari dunia remaja, karena salah satu ciri remaja yang menonjol adalah rasa senang kepada lawan jenis disertai keinginan untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai “naksir” lawan jenisnya. Dikalangan remaja, pacaran menjadi identitas yang sangat dibanggakan. Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah memiliki pacar. Sebaliknya remaja yang belum memiliki pacar dianggap kurang gaul. Salah satu yang mempengaruhi perilaku pacaran pada remaja adalah Interaksi teman sebaya. Interaksi yang dilakukan remaja dengan lingkungannya, baik itu dengan kelompok teman sebayanya dalam kehidupan sehari-harinya dapat memberikan dampak negatif. Interaksi negatif yang dibangun remaja dengan kelompok teman sebayanya dapat membawa remaja terlibat dalam kenakalan remaja seperti pacaran. Tujuan dalam penelitian ini, yaitu : untuk mengetahui hubungan antara interaksi teman sebaya dengan perilaku pacaran pada remaja. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara interaksi teman sebaya dengan perilaku pacaran pada remaja. Subyek dalam penelitian ini sebanyak 132 orang remaja, penelitian ini memakai studi cluster random sampling, yaitu semua kelompok dalam populasi diberi peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala interaksi teman sebaya dan perilaku pacaran. Teknik analisis data menggunkan korelasi product moment. Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini yaitu: ada hubungan positif yang sangat signifikan antara interaksi teman sebaya dengan perilaku pacaran pada remaja. Sumbangan efektif antara variabel interaksi teman sebaya terhadap perilaku pacaran sebesar 7,1%. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel interkasi teman sebaya mempunyai rerata empirik (RE) 88,42 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 60 yang berarti interaksi teman sebaya pada subjek tergolong sangat tinggi. Variabel perilaku pacaran diketahui rerata empirik (RE) 93,20 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 69 yang berarti perilaku pacaran pada subjek tergolong tinggi. Kata kunci : Interaksi teman sebaya, Perilaku pacaran v RELATIONSHIP BETWEEN PEERS WITH INTERACTION COURTSHIP ADOLESCENT BEHAVIOR Sulistiowati Dra. Zahrotul Uyun, M.Si Faculty of Psychology, Muhammadiyah University of Surakarta ABSTRACT Courtship problem can not be separated from the world of teenagers, because one of the characteristics of teenagers who stands out is a sense of fun to the opposite sex with a desire to have. At this time, a teenager usually begin a “crush” the opposite sex. Among adolescents, dating become very proud identity. Usually a teenager will be proud and confident if you already have a boyfriend / girlfriend. Instead teens who do not have a boyfriend / girlfriend considered less slang. One that affects the courtship behavior in teenagers is peer interaction. Adolescent interactions made with the environment, be it with a group of peers in their daily lives may be adversely affected. Negative interactions are built teenager with peer groups can bring teens involved in juvenile delinquency such as courtship. The aim in this study, namely: to determine the relationship between peer interaction with courtship behavior in adolescents. The hypothesis is a positive relationship between peer interaction with courtship behavior in adolescents. Subjects in this study were 132 adolescents, this study wore cluster random sampling study, that all groups in the population given the same opportunities to be sampled. Data collection tool in this research using the scale of peer interaction and courtship behavior. Data analysis techniques using the product moment correlation. The analysis results obtained from this study are: there is a very significant positive correlation between peer interaction with courtship behavior in adolescents. Effective contribution of peer interaction between the variables of the courtship behavior of 7.1%. Based on the results of analysis variables peer interactions have the empirical mean (RE) 88.42 and the mean hypothetical (RH) of 60 which means peer interaction on the subject is very high. Variable courtship behavior known empirical mean (RE) 93.20 and the mean hypothetical (RH) of 69 which means courtship behavior on the subject is high. Keywords: Interaction peers, dating behavior in adolescents. vi peralihan dari masa kanak-kanak ke PENDAHULUAN Masalah pacaran tidak bisa masa dewasa yaitu usia 10-19 tahun lepas dari dunia remaja, karena salah (El-Hakim, 2014). satu ciri remaja yang menonjol adalah Permulaan individu menjalani rasa senang kepada lawan jenis disertai hubungan ketika mulai keinginan untuk memiliki. Pada masa dorongan ketertarikan terhadap lawan ini, seorang remaja biasanya mulai jenis. Menurut teori perkembangan “naksir” lawan jenisnya. Dikalangan Hurlock remaja, pacaran menjadi identitas yang lawan jenis merupakan salah satu sangat dibanggakan. Biasanya seorang tugas remaja akan bangga dan percaya diri menunjukkan mulai berkembangnya jika sudah memiliki pacar. Sebaliknya hormon seksualitas (Santrock, 2003). ketertarikan tumbuh (mengenal) perkembangan remaja yang remaja yang belum memiliki pacar Hasil penelitian Seotjiningsih dianggap kurang gaul. Karena itu, (dalam El-Hakim, 2014) menunjukkan mencari pacar dikalangan remaja tidak bahwa faktor saja menjadi kebutuhan biologis tetapi perilaku pacaran adalah hubungan juga menjadi kebutuhan sosiologis. tekanan negatif teman sebaya.Salah Maka tidak heran, mayoritas remaja satu aspek paling kritis dalam masa saat ini sudah memiliki teman spesial remaja adalah menyangkut pergaulan, yang disebut “pacar”. Soal pacaran baik pergaulan dengan sesama jenis tampaknya menjadi gejala umum di maupun pergaulan dengan lawan jenis. kalangan remaja. Remaja adalah masa Jika 1 tidak yang mempengaruhi berhati-hati, pergaulan sangat berpotensi menyeret masa a. Ketertarikan dengan lawan jenis, remaja terjerumus kedalam pergaulan yaitu awal dari hubungan pacaran yang tidak baik. Pada diri remaja, adalah adanya rasa tertarik pada pengaruh orang yang ingin dijadikan sebagai lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup pasangan. kuat. tertarik tersebut, kemudia dilakukan Perilaku pacaran menurut Berdasarkan perasaan usaha pendekatan untuk mengenal sarwono (2002) adalah segala tingkah lebih laku dijadikan pasangan, yaitu dengan yang didorong oleh hasrat jauh orang seksual, baik dengan lawan jenis cara maupun dengan sesama jenis. Bentuk relationship). yang berkencan ingin (dating perilaku ini sangat bermacam-macam b. Berkencan, yaitu berjanji untuk mulai dari perasaan tertarik sampai saling bertemu disuatu tempat pada tingkah laku berkencan, bercumbu, waktu dan bersenggama. Objek seksual bisa bersama berupa berkencan sepasang remaja akan orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sarwono (dalam yang telah kekasih. ditentukan Pada saat melakukan kegiatan berasma atau Muslimah proses pendekatan, 2013) menyebutkan bahwa aspek- menonton aspek bersama, atau melakukan perilaku remaja melakukan perilaku ke bioskop, seperti pacaran diawali oleh beberapa hal seksual sebagai berikut: tangan, berpelukan , berciuman). 2 bersama makan (bergandengan c. Bercumbu, dilakukan yaitu perbuatan dengan ini remaja terhadap masalah seksual persentuhan sangat penting dalam pembentukan antara bagian-bagian tubuh yang hubungan merangsang seksual, tanpa disertai dengan lawan jenis. hubungan seksual. Percumbuan b. Jenis yang Kelamin: lebih matang Fungsi seksual dapat dilakukan dengan berbagai remaja cara, mulai dari yang paling ringan matang dari pada remaja laki-laki, sampai yang cukup mendalam. tetapi Saling mengggunakan kata-kata yg remaja laki-laki lebih aktif secara manis, seksual bercinta-cintaan, bersuka sukaan dan bersenda gurau. d. Bersenggama, yaitu pada besar perempuan. dari remaja percintan. pacaran c. Jenis sekolah: Lembaga pendidikan remaja, yaitu: dan lembaga agama sebagai suatu fisik sistem mempunyai pengaruh dalam yang pembentukan sikap dan perilaku meningkatkan hormon reproduksi dikarenakan keduannya meletakkan menyebabkan perubahan perilaku dasar pengertian dan konsep moral seksual remaja. Rasa ingin tahu dalam diri individu. termasuk : perkembangannya jenis dalam bentuk pacaran atau mengemukakan beberapa faktor yang a. Umur cepat perilaku seksualnya dengan lawan (2014) perilaku dari lebih biasanya sudah megembangakan hubungan intim atau seks. mempengaruhi pada Sebagaian melakukan El-hakim perempuan Perkembangan organ seksual 3 d. Pengetahuan tentang reproduksi: pengetahuan kesehatan Kecenderungannya saat ini adalah Peningkatan remaja sekarang cenderung makin tidak selalu muda melakukan hubungan seks menyebabkan perubahan perilaku, pertama kali. namun hubungan positif antara f. Pengaruh interaksi teman sebaya: kedua variabel telah diperlihatkan Kawan-kawan dalam penelitian. adalah anak-anak tertentu tentang dengan usia misalanya kesehatan sejumlah Pengertian kesehatan reproduksi mungkin sebaya Kawan sebelum suatu tindakan pribadi peran yang terjadi, tetapi tindakan kesehatan kehidupan remaja. yang diharapkan mungkin tidak kecuali remaja tingkat kematangan yang kurang sama. terjadi atau atau penting akan (peers) g. Media apabila sebaya penting pornografi: lebih memiliki dalam Definisi pornografi menurut Kamus Besar seseorang mendapat isyarat yang Bahasa cukup kuat untuk memotivasinya penggambaran tingkah laku secara bertindak atas dasar penegetahuan erotis dengan lukisan atau tulisan yang dimilikinya. untuk membangkitkan nafsu berahi e. Sikap permisif: adalah permisif seperti bahan bacaan yang dengan diartikan sebagai sikap yang lebih sengaja dan semata-mata dirancang bebas menerima untuk membangkitkan nafsu berahi pranikah. dalam seks. yang hubungan Sikap Indonesia dapat seksual 4 h. Peran orang tua: Orang tua dapat hubungan pergaulan kelompok teman bertindak sebagai pemberian sebaya serta hubuangan antar ndividu informasi tentang kesehatan atau reproduksi yang pertimbangan akan menjadi remaja dalam mencakup guru: keterbukaan, Menurut sekolah yang kerjasama, Papalia (2009) guru setidaknya ada 3 (tiga) aspek dalam berperan sebagai orang tua bagi interaksi teman sebaya, adapun aspek- siswa, guru adalah figur yang aspek menepati posisi dan memegang dirumuskan sebagai berikut: peranan penting dalam pendidikan, a. Komunikasi anatar teman sebaya: terutaman Di kelompok dan frekuensi hubungan berperilaku. i. Peran anggota di lingkungan penyampaian j. Kurikulum Pendidikan Kesehatan Remaja: tersebut dapat komuikasi merupakan suatu proses pendidikan formal. Reproduksi interaksi dan penerimaan lambang-lamabang Definisi mengandung arti, informasi, yang baik yang kurikulum adalah satu rancangan berwujud pemikiran, tindakan atau satu dokumen tertulis pengetahuan maupun yang lainnya. yang mengandung strategi untuk b. Penyesuaian diri terhadap teman mencapai tujuan yang ingin dicapai. (adapatasi): Dalam interaksi ada Partowisastro (dalam Asrori kemungkinan individu dapat 2009) menjelaskan bahwa interaksi menyesuaikan diri dan beradaptasi teman dengan yang lain, atau sebaliknya. sebaya adalah kedekatan 5 c. Tuntutan konformitas: Konformitas merupakan tekanan atau untuk mengikuti d. Jenis kelamin, kecenderungan laki- tuntutan laki teman-teman teman sebayanya dan ini dapat bersifat dan lebih e. Besarnya Blair berinteraksi besar dengan dari pada perempuan. positif maupun negatif. Monk’s untuk kelompok, pengaruh (dalam kelompok menjadi semakin besar Widiastuti, 2005) menjelaskan bahwa bila besarnya kelompok bertambah. ada beberapa faktor yang cenderung menimbulkan munculnya f. Keinginan untuk mempunyai status, interaksi adanya suatu dorongan untuk teman sebaya pada remaja yaitu: memiliki setatus, kondisi inilah a. Umur, konformitas semakin besar yang dengan bertambahnya menyebabkan terjadinya usia, interaksi diantara teman sebayanya. terutama terjadi pada usia 15 tahun Individu akan menemukan kekuatan atau lebih. dalam mempertahankan dirinya di b. Keadaan sekeliling, kepekaan dalam perebutan tempat dari dunia pengaruh dari teman sebaya lebih orang dewasa. besar dari pada perempuan. g. Interaksi orang tua, suasana rumah c. Keperibadian ekstrovet, anak-anak yang tergolong ekstrovet yang tidak menyenangkan dan lebih adanya tekanan dari orang tua cenderung mempunyai konformitas menjadi dorongan individu dalam dari pada anak introvet. berinteraksi sebayanya. 6 dengan teman h. Pendidikan, pendidikan yang tinggi analisis data menggunakan korelasi adalah salah satu faktor dalam product moment interaksi HASIL DAN PEMBAHASAN teman sebaya karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai wawasan pengetahuan luas yang Berdasarkan hasil analisis yang dan telah dilakukan dengan menggunakan akan teknik mendukung dalam pergaulannya. koefisien korelasi sangat kartasura yaitu kelas X IPA3, X IPA 4, ,semakin negative interaksi teman sebaya maka semakin rendah perilaku populasi diberi peluang yang sama pengumpulkan pengukuran data skala pacaran. Metode Hal tersebut sesuai dengan teori menggunakan interaksi interaksi maka semakin tinggi perilaku pacaran sampling yaitu semua kelompok dalam sampel. antara semakin positif interaksi teman sebaya teknik pengambilan sampel cluster random dijadikan signifikan teman sebaya dengan perilaku pacaran X IPS3, X IPS4, X BB yang berjumlah untuk ) sebesar 0,266 artinya ada hubungan positif yang adalah siswa SMA N 2 Sukoharjo, Menggunakan moment dengan signifikan 0,001 (p < 0,01) Subyek dalam penelitian ini siswa. product pearson maka diperoleh hasil nilai METODE PENELITIAN 132 korelasi yang dikemukakan oleh. Santrock teman (dalam sebaya dan perilaku pacaran. Teknik Ghozaly, Krisnatuti & Alfiasari, 2012) menyatakan bahwa 7 salah satu proses penting yang harus pada dirinya. Perilaku seksual ini dilalui merupakan potensi yang dimiliki oleh remaja identitas untuk dirinya menemukan adalah melalui wanita dan laki-laki sebagai hasil interaksinya dengan teman sebaya kemampuan bereproduksi. (peer group). Interaksi yang dilakukan Pendapat remaja dengan lingkungannya, baik itu kehidupan Semakin kelompok semakin dekat kemasakan organ-organ seksual baik sehari-harinya. remaja primer maupun sekunder bagi remaja, dengan terjadi teman sebayanya akan besar dampaknya dibangun remaja bagi remaja terlibat Hurlock dan perubahan secara psikis menyebabkan rasa ingin tahu yang dengan makin intens pada masalah-masalah seksual. dalam Remaja informasi kenakalan remaja seperti pacaran. Menurut adanya menimbulkan dorongan seksual yang kelompok teman sebayanya dapat membawa akibat hormonal kehidupan remaja itu sendiri. Interaksi yang (dalam Muslimah 2013) menjelaskan bahwa dengan kelompok teman sebayanya dalam Koentjoro tentang membutuhkan perubahan- perubahan yang terjadi pada dirinya, (2000) akan tetapi remaja seringkali merasa perilaku pacaran berhubungan dengan tidak nyaman atau tabu membicarakan dimulainya remaja masalah seksualitas dan kesehatan dengan lawan jenisnya dan usaha reproduksinya dengan orang tua atau memenuhi dorongan seksual yang ada guru ketertarikan 8 BK. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Hurlock (2002), Sukoharjo, Kartasura informasi mereka coba penuhi dengan interaksi cara membahas dengan teman-teman sangat tinggi. Kategori sangat tinggi sebayanya, atau mengadakan ini dapat diartikan bahwa kuatnya percobaan dengan masturbasi, pengaruh kelompok teman sebaya juga bercumbu, atau berhubungan seksual. mengakibatkan oleh Amrillah tergolong melemahnya ikatan norma-norma konvensional. Selain itu, (dalam banyak Muslimah 2013) yang mengatakan waktu yang diluangkan individu di luar rumah bersama teman- bahwa perilaku pacaran, menurut hasil penelitian Centra Medika sebaya individu dengan orang tua, sekolah, Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian teman mempunyai teman sebayanya dari pada dengan Remaja orang tuanya adalah salah satu alasan (CMR) diperoleh ada lima tahapan pokok pentingnya peran teman sebaya yang sering dilakukan remaja yaitu bagi dating, kissing, necking, petting dan individu. Peranan penting kelompok sebaya terhadap individu coitus. Berdasarkan hasil berkaitan dengan sikap, pembicaraan, analisis minat, penampilan dan perilaku remaja diketahui variabel interaksi teman seringkali meniru bahwa berperilaku sebaya mempunyai rerata empirik yang sama dengan anggota kelompok sebesar 88,42 dan rerta hipotetik yang popular maka kesempatan bagi sebesar 60 yang berarti bahwa pada umumnya remaja siswa SMA dirinya untuk diterima oleh kelompok 2 sebaya menjadi besar. 9 Kemudian rerata empirik Sebaliknya kematangan seksual diikuti pacaran sebesar dengan pengendalian diri yang baik 93,20 dengan rerata hipotetik sebesar akan membawa kebahagian remaja di 69. Jadi rerata empirik > retata masa depannya. variabel perilaku hipotetik yang berarti pada umumnya Sumbangan efektif atau peranan remaja siswa SMA N 2 Sukoharjo, interaksi Kartasura juga mempunyai perilaku perilaku pacaran adalah 7,1% yang pacaran tergolong Kondisi ditunjukan oleh koefisien determinan tinggi di sini dapat diinterpretasikan (R2) sebesar 0,071 ini berarti masih bahwa masa remaja ditandai dengan terdapat 92,9% faktor lain yang yang kematangan mempengaruhi tinggi. biologis. Dengan teman sebaya perilaku terhadap pacaran, kematangan biologis seseorang dapat seperti yang dikemukakan El-hakim melakukan (2014) yaitu umur, jenis kelamin, jenis fungsi reproduksi sebagaimana layaknya orang dewasa. sekolah, Hal ini membawa konsekuensi bahwa kesehatan reproduksi, sikap permitif, seorang mudah media pornografi, peran orang tua, yang peran guru, kurikulum pendidikan terpengaruh merangsang remaja oleh akan stimulus gairah seksualnya. Hasil penelitian menunjukkan dengan pengendalian diri cenderung hubungan negatif, seksual yakni tentang kesehatan reproduksi. Kematangan seksual yang tidak diikuti berakibat pengetahuan ada hubungan positif yang sangat terjadi signifikan pranikah. 10 antara interaksi teman sebaya dengan perilaku pacaran pada remaja.Namun, ada KESIMPULAN DAN SARAN beberapa a) Kesimpulan keterbatasan pada penelitian ini, antara Bersadarkan hasil analisis data lain: a) Generalisasi dari hasil-hasil dan pembahasan yang telah diuraikan penelitian ini terbatas pada subjek sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: tempat penelitian dilakukan sehingga penerapan pada ruang lingkup yang 1. Ada hubungan positif yang sangat lebih luas dengan karakteristik yang signifikan antara interaksi teman berbeda sebaya dengan perilaku pacaran kiranya perlu dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan pada remaja. atau menambah variabel-variabel lain yang belum penelitian ini disertakan dalam ataupun dengan 2. Sumbangan efektif atau peranan interaksi teman sebaya terhadap perilaku pacaran pada remaja menambah dan memperluas ruang adalah 7,1%, ini berarti masih lingkup penelitian. b) Hanya melihat terdapat 92,9% faktor lain yang kondisi interaksi teman sebaya dengan mempengaruhi perilaku pacaran, perilaku pacaran pada remaja tanpa seperti :umur, jenis kelamin, jenis melihat faktor-faktor lain yang juga sekolah, mempengaruhi perilaku pacaran pada kesehatan remaja. permitif, media pornografi, peran 11 pengetahuan reproduksi, tentang sikap orang tua, peran guru, kurikulum DAFTAR PUSTAKA pendidikan kesehatan reproduksi. El-hakim, L. (2014). Fenomena Pacaran Dunia Remaja, Pekan Baru Riau: Zanafa Publishing 3. Subjek penelitian memiliki interaksi teman sebaya yang tergolong sangat Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima (Terjemahan Istiwidayati dan Soedjarwo ). Jakarta: Erlangga. tinggi. 4. Subjek penelitian memiliki perilaku pacaran yang tergolong tinggi. Monk, F.J Knoers, A. M.P. Harditono. 1994. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. b) Saran Disarankan dapat menjadikan Muslimah, S. (2013). Hubungan Antara Ekspresi Cinta Dengan Perilaku Pacaran Remaja Madrasah Tsanawiyah. Tesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. hasil penelitian ini sebagai kajian dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi dan Papalia, D. E., Old s, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika. memberi kontribusi teoritis khususnya mengenai hubungan antara ineraksi teman sebaya dengan perilaku pacaran Partowisastro, Koestoer. 1983. Dinamaika Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. pada remaja. Bagi peneliti selanjutnya untuk meningkatkan kualitas Santrock, W. J. (2003). Adolenscence, Perkembangan Remaja. Alih Bahasa: Shinto B. Adelar & Sherly Saragih. Jakarta: Penerbit Erlangga. penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan interaksi teman sebaya dengan perilaku pacaran pada Sarwono . (2002). Psikologi Remaja edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. remaja. 12