BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sekitar 26,8% atau 63 juta jiwa dari total jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 233 juta jiwa adalah remaja dengan rentang usia 10-24 tahun. Jumlah remaja yang cukup besar ini bisa menjadi tantangan berat bagi pemerintah, terutama berkaitan dengan kesehatan remaja. Sebagai generasi penerus bangsa, remaja diharapkan dapat menggantikan generasi sebelumnya dengan kualitas kinerja yang optimal sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya (BPS, 2010). Remaja, dalam pertumbuhan dan perkembangannya, memiliki karakteristik fisik, psikologis dan sosial. Pada perkembangan psikologis remaja mengalami masa transisi dari anak-anak menjadi remaja yang ditandai dengan tumbuhnya kemampuan untuk mencintai orang lain (Sarwono, 2011). Perubahan fisik pada remaja, terutama organ-organ seksual, mempengaruhi berkembangnya emosi, perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan yang sebelumnya belum pernah dialami, seperti perasaan cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Perasaan dan dorongan tersebut sering kali menjadi masalah besar bagi perkembangan remaja selanjutnya (Nurihsan & Agustin, 2013). Perasaan ingin tahu remaja untuk mencari informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja kadang-kadang tidak didukung oleh orangtua. Anggapan tabu untuk berbicara mengenai seksualitas masih menancap di benak masyarakat, terutama para orangtua. Orangtua memiliki peranan penting dalam memberikan dasar-dasar kepribadian remaja serta berperan dalam membimbing remaja untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab, termasuk hal-hal yang menyangkut permasalahan seksualitasnya. Orangtua yang terlalu sibuk menyebabkan remaja kurang mendapatkan perhatian yang cukup. Sikap dan interaksi antara orangtua dan anak, secara langsung maupun tidak langsung, berpengaruh terhadap sikap dan perilaku remaja. Menurut Pangkahila (2004), segala bentuk interaksi yang 1 2 terjadi antara orangtua dan remaja terwujud dalam bentuk pola asuh orangtua (Santrock, 2007). Selain itu, dalam perkembangan sosial remaja, teman sebaya menjadi begitu berarti, dan sangat berpengaruh dalam kehidupan remaja. Dalam kelompok teman sebaya, remaja menjadi sangat bergantung kepada teman sebagai sumber kesenangannya sehingga keterikatannya dengan teman sebaya begitu kuat. Salah satunya dengan menjalin hubungan-hubungan khusus dengan lawan jenisnya yang diwujudkan dengan kencan dan berpacaran (Marheni, 2004). Menurut Harper et al, (2004), teman sebaya merupakan peran yang sangat penting bagi remaja dalam perilaku pacaran dan perilaku seksual. Keterlibatan teman sebaya dapat menentukan hubungan pacaran remaja, pacar remaja, serta hubungan seksual remaja. Selain itu, teman bagi remaja adalah orang yang dapat dipercaya dan mampu menyimpan rahasia. Gaya berpacaran di zaman sekarang menjadi semacam life style bagi remaja dan merupakan hal yang lumrah, sehingga mengarah pada perilaku yang diluar batas, di sinilah muncul masa pacaran yang di dalamnya terkait perilaku seks untuk mengisi waktu senggang mereka dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan perilaku seks yang tidak semestinya mereka lakukan (Amalia, 2012). Fenomena yang terjadi di Kota Jambi saat ini adalah sebanyak 164 remaja (berstatus pelajar) diketahui hamil di luar nikah. Melihat tren kejadian hamil di luar nikah ini, diyakini sebagai akibat perilaku seks pranikah yang dilakukan di kalangan remaja dan pelajar yang sangat tinggi. Yayasan Sentra Informasi dan Komunikasi Orang Kito (SIKOK) melakukan survei terhadap 1.182 siswa SMU/SMK Kota Jambi, dengan hasil 8% siswa mengaku sudah melakukan hubungan layaknya suami istri dengan pacar. Yayasan Sentra Informasi dan Komunikasi Orang Kito (SIKOK) Jambi memperkirakan, pada tahun 2013 ada sekitar 16 ribu dari total 200 ribu lebih siswa, sudah melakukan hubungan suami istri (Anton, 2012). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Yayasan Prisma terhadap 118 siswa di Kota Jambi pada awal dan akhir tahun 2011, ternyata sebagian besar mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks pada usia 13 hingga 15 tahun. Hal 3 tersebut dilatarbelakangi oleh kebutuhan ekonomi dan ikut-ikutan teman. Siswa yang menjadi subjek mengaku pertama kali melakukan hubungan seks karena suka sama suka dan karena paksaan, dilakukan oleh teman, pacar, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Nursal (2007) di Kota Padang diketahui bahwa (16.6%) murid SMU Negeri Padang brperilaku seksual berisiko, dinataranya (4.3%) telah melakukan hubungan seksual. Kemudian, hasil penelitian yang dilakukan oleh Sejati (2008) menunjukkan bahwa sekitar 79% remaja pernah atau sedang berpacaran . Selanjutnya, penelitian dilakukan oleh Amalia (2012) di salah satu SMA di Lamongan, menemukan bahwa seluruh remaja kelas XI pernah berpacaran (100%) dan hampir seluruhnya, gaya pacaran remaja adalah gaya pacaran tidak sehat (berisiko). Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pergaulan, karena seorang remaja merasa malu bila diberi cap atau label tidak mengikuti style termasuk tidak punya pacar. Selain itu, tingginya perilaku seks bebas di kalangan remaja ini juga diperparah oleh sikap para orangtua yang mulai cenderung longgar melakukan pengawasan, serta adanya anggapan bahwa anak-anak pacaran adalah hal yang biasa saja (jambi-independent.co.id). Selanjutnya, teman sebaya bagi remaja dapat mempengaruhi perilaku pacaran remaja karena dianggap sebagai pemodelan dan berpengaruh bagi perilaku remaja (Friedlander et al., 2007). Keberhasilan remaja dalam kehidupan teman sebaya akan memberikan gambaran diri yang positif, sebaliknya kegagalan–kegagalan akan memberikan gambaran diri yang negatif. Selain itu, remaja dalam kelompok sebayanya juga akan melakukan perbandingan antara dirinya dengan orang lain yang selanjutnya dapat mempengaruhi remaja dalam berperilaku pacaran. Pacaran tentunya memiliki efek dan bias terhadap kehidupan masing-masing, baik secara positif maupun negatif. Pacaran positif adalah pacaran yang memenuhi kriteria “sehat”, baik secara fisik, psikis, sosial maupun seksual. Jika pacaran melewati batas-batas kewajaran dan menjurus ke perilaku seksual, maka sudah tidak dapat dikatakan sebagai pacaran negatif (Amalia, 2012). Selain itu, interaksi yang negatif dari orangtua dapat menjadi faktor risiko remaja untuk berperilaku negatif pula (Piko & Balázs, 2012). Perilaku negatif 4 remaja salah satunya adalah tren perilaku seksual pranikah di kalangan remaja. Interaksi yang kurang baik dengan orangtua dimungkinkan akibat kurangnya komunikasi antara remaja dan orangtua (Askelson et al., 2012). Perubahan gaya pacaran remaja pada saat ini mengarah pada perilaku di luar batas. Penelitian UNPFA (2009) menyatakan bahwa perilaku seksual yang dilakukan remaja dan pasangannya mulai dari ciuman bibir sampai dengan hubungan seksual merupakan perilaku seksual berisiko, yang mengakibatkan peningkatan masalah-masalah seksual, seperti unprotected sexuality, penyakit kelamin seperti IMS, HIV AIDS, kehamilan yang tidak dikehendaki, aborsi dan tingkat mortalitas ibu dan bayinya. Dampak dari perilaku pacaran yang negatif atau berisiko antara lain, kehamilan di luar nikah, aborsi, IMS serta peningkatan infeksi HIV/AIDS yang akan berujung kepada kematian (Martinus, 2013). Hal ini juga diperkuat dengan data SKRRI tahun 2007 yang menyebutkan bahwa di Indonesia 39,5% wanita dan 36,9% pria berusia 15-19 tahun mengaku mulai berpacaran sejak usia 15-17 tahun. Setiap tahun sekitar 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta melakukan aborsi, dan secara global, 40% dari semua kasus infeksi HIV terjadi pada kaum muda yang berusia 15-24 tahun (PATH & UNPFA, 2000). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah, Apakah ada hubungan antara pola asuh ibu dan peran teman sebaya dengan perilaku pacaran remaja di Kota Jambi? C. Tujuan Penelitian 1.Tujuan umum Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh ibu, peran teman sebaya, jenis kelamin remaja, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan remaja dan sikap remaja dengan perilaku pacaran remaja SMA di Kota Jambi. 5 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku pacaran remaja SMA di Kota Jambi. b. Mengetahui hubungan antara teman sebaya dengan perilaku pacaran remaja SMA di Kota Jambi. c. Mengetahui hubungan yang paling dominan antara pola asuh ibu dengan perilaku pacaran remaja SMA di Kota Jambi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi remaja Sebagai media informasi, edukasi serta referensi bagi remaja untuk mencegah terjadinya perilaku pacaran yang berisiko. 2. Bagi orangtua Untuk meningkatkan komunikasi yang efektif antara orangtua dan remaja serta meningkatkan kualitas hubungan antara orangtua dan remaja. 3. Bagi pihak sekolah Sebagai bahan referensi dan pertimbangan bagi pihak sekolah untuk mengawasi remaja selama di sekolah dengan membuat regulasi yang efektif dan efisien. 4. Bagi instansi kesehatan dan instansi yang lain. Sebagai referensi, informasi dan bahan perencanaan serta promosi kesehatan kesehatan, dalam rangka membangun remaja yang sehat yang berkualitas. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai perilaku pacaran remaja di antaranya adalah : 1. Fuad (2014) dengan judul : Perilaku Pacaran Remaja di SMA Negeri “X” Baubau. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah pada jenis dan rancangannya, yaitu menggunakan analisis kualitatif. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk melihat faktor – faktor yang menyebabkan perilaku pacaran remaja siswa SMA di Baubau, yaitu: media massa, teman sebaya dan 6 lingkungan sosial. Selain itu, perbedaan penelitian ini terdapat pada lokasi penelitian. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada topik penelitian. 2. Sullivan. T. N, Masho, S. W, Helm, S.W, Erwin. E. H, Farrell, A. D, & Taylor, K.A. (2012) dengan judul : Individual, Peer, and Family Factors Influencing Urban African American Adolescents’ Responses to Problem Dating Situations. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada tujuan penelitian, yaitu untuk melihat respon remaja terhadap masalah atau situasi dalam pacaran. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dengan siswa SMP dan SMA di Afrika Amerika. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel penelitian, yaitu teman sebaya dan keluarga. 3. Askelson, N. M, Campo, S, & Smith, S. (2012) dengan judul : Mother– Daughter Communication About Sex: The Influence of Authoritative Parenting Style. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk melihat faktor risiko dari pola asuh orangtua otoritatif (demoktaris) dan persepsi ibu tentang komunikasi seksual kepada remaja perempuan. Subjek adalah ibu dari remaja yang berumur 9–15 tahun. Penelitian tersebut melakukan pendekatan kuantitatif dengan mengukur beberapa variabel dengan analisis multivariabel dengan regresi linier. Dalam penelitian tersebut, gaya pengasuhan orangtua perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan umur anak untuk menyampaikan sebuah informasi dan komunikasi kesehatan reproduksi terutama hal-hal sensitif yang berhubungan dengan seksualitas. 4. Huver, R. M. E, Otten. R, Vries, H, & Rutger. C. M. E. (2010) dengan judul : Personality and parenting style in parents of adolescents. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada tujuan, yaitu untuk menguji hubungan antara kepribadian dan gaya pengasuhan orangtua terhadap remaja. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah studi SMILE (Study of Medical Information and Lifestyles in Eidhoven). Subjek adalah orangtua dari remaja yang berumur 12-19 tahun di Eidhoven, Belanda. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada salah satu variabel independen, yaitu pola asuh orangtua. 7 5. Harper, G. W, Gannon, C , Watson, S. E, Catania, J. A & Dolcini, M. (2004) dengan judul : The Role of Close Friends in African American Adolescents' Dating and Sexual Behavior. Tujuan penelitian tersebut adalah menganalisis peran teman dekat dalam kehidupan seksual remaja Afrika Amerika. Subjek remaja yang berumur 14-18 tahun. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian tersebut adalah keterlibatan teman dekat dalam kehidupan seksual mempengaruhi perilaku seksual remaja, baik dalam menentukan hubungan pacaran, pasangan kencan, maupun hubungan seksual remaja. Persamaan dengan penelitian ini pada topik, yaitu tentang perilaku pacaran.