99 STATUS VITAMIN A BERDASARKAN DURASI

advertisement
STATUS VITAMIN A BERDASARKAN DURASI PEMBERIAN ASI
Vitamin A Status Based on Breastfeeding Duration
Binar Panunggal1*, Hamam Hadi2, Wiryatun Lestariana3
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Jl. dr.Soetomo No.18 Semarang
2
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata
Jl. Ringroad Barat Daya No. 1, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
3
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Jl. Farmako Sekip Utara, Sleman, Yogyakarta
*e-mail: [email protected]
1
Submitted: March 31,2016, revised: June 01, 2016, approved: June 20, 2016
ABSTRACT
Background. Breastmilk is the best source of vitamin A for children in their early life.
However in Indonesia breast feeding practices is still unsatisfactory. This problem
can lead to vitamin A deficiency which leads to delayed growth in children. Objective.
To study status of vitamin A based on breastfeeding duration. Method. This was
an analytic observational study using cross sectional design. Subject of were 89
(12-36 months) children. History of breastfeeding duration was obtained from the
result of structured interview with mothers. Vitamin A status measured by HLPC
(high performance liquid chromatography) in the SEAMEO-RECFON UI laboratory.
Data were analyzed with t- test. Result. The study found 2 underweight subject
and 15 severe stunted children. Average duration of breastfeeding was 16 months.
The prevalence of exclusive breastfeeding practices was extremely low (2%).
Average vitamin A status was 1.59±044 μmol/L There was significant difference in
vitamin A status based on the duration of breastfeeding (p=0.02). Children that got
breastfeed more than 6 months had lower vitamin A than those who got breastfeed
less than 6 months. Conclusion. There was difference of vitamin A status based on
breastfeeding duration.
Keywords: breastfeeding duration, children under three years, vitamin A status.
ABSTRAK
Latar belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber vitamin A yang baik bagi
anak diawal kehidupannya. Namun kebiasaan dan pola menyusui di Indonesia
belum membaik. Hal ini dapat memicu timbulnya defisiensi vitamin A yang berakibat
pada lambatnya pertumbuhan anak. Tujuan. Mengkaji status vitamin A berdasarkan
durasi pemberian ASI. Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan crosssectional. Subjek penelitian ini adalah anak usia 12-36 bulan sebanyak 89 anak.
Riwayat durasi pemberian ASI diperoleh dari hasil wawancara terstruktur pada ibu
subjek. Data status vitamin A dan seng diperoleh dengan menggunakan metode
HPLC (high performance liquid chromatography) yang dilakukan di Laboratorium
SEAMEO-RECFON UI. Data dianalisis menggunakan uji t-test. Hasil. Terdapat 2
subyek mempunyai status gizi buruk dan 15 subjek mempunyai status gizi sangat
pendek. Rata-rata durasi pemberian ASI pada subjek adalah 16 bulan. Dari 89
subjek, hanya 1 yang mendapatkan ASI Ekslusif. Rerata kadar vitamin A subjek 1.59
± 044 µmol/L. Terdapat perbedaan status vitamin A berdasarkan durasi pemberian
ASI (p:0.02). Anak yang disusui lebih dari 6 bulan mempunyai status vitamin A lebih
rendah daripada anak yang disusui kurang dari 6 bulan. Kesimpulan. Terdapat
perbedaan status vitamin A pada anak batita berdasarkan durasi pemberian ASI.
Semakin lama subjek diberi ASI maka status vitamin A semakin rendah.
Kata kunci: durasi pemberian ASI, status vitamin A, batita
99
MGMI Vol. 7, No. 2, Juni 2016: 99-106
PENDAHULUAN
Pola dan kecenderungan durasi
pemberian Air Susu Ibu (ASI) di Indonesia
tidak membaik. Hal ini dibuktikan dengan
data durasi pemberian ASI dari tahun ke
tahun diduga lebih pendek atau umur sapih
bayi lebih awal. Data dari Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
menyebutkan rata-rata durasi menyusui
di Indonesia mengalami penurunan dari
22 bulan pada tahun 2002-2003 menjadi
sekitar 20.7 bulan pada tahun 2007.1
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber mikronutrien yang baik. Kandungan
mikronutrien dalam ASI membantu fungsi fisiologis pada bayi atau balita. Pada
kondisi ibu yang sehat, ASI merupakan
sumber vitamin A yang baik untuk bayi
dan balita.2 Kandungan vitamin A di dalam
ASI tiap ibu berbeda-beda. Hal ini tergantung dari status vitamin A ibu dan periode menyusui. Kadar vitamin A pada ibu
dengan status gizi baik pada kolostrum
adalah sebesar 151 µg/100 ml, ASI transisional 88 µg/100 ml sedangkan pada ASI
mature sebesar 75 µg/100 ml vitamin A.3
Selain itu, asupan dan status vitamin A
selama kehamilan berpengaruh terhadap
kandungan ASI.4
Vitamin A berperan pada pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi reproduksi.5,6 Status vitamin A yang normal
mengindikasikan bahwa individu tidak memiliki konsekuensi patologis dan fisiologis
akibat dari defisiensi vitamin A serta mempunyai cadangan vitamin A yang cukup
untuk mengantisipasi dari perubahan
metabolisme akibat infeksi, penurunan
absorbsi zat gizi karena diare, dan penurunan nafsu makan.7 Anak dengan status
defisiensi vitamin A tingkat subklinis (<0.7
µmol/L) akan meningkatkan risiko kematian akibat infeksi maupun non-infeksi.2
100
Prevalensi defisiensi vitamin A
pada batita di Indonesia pada tahun 2006
mencapai 14.6%.8 Sebagai persoalan
kesehatan masyarakat, defisiensi vitamin
A, khususnya defisiensi tingkat subklinis
seringkali diderita pada populasi masyarakat ekonomi rendah.9 Sebagian besar
kasus defisiensi vitamin A terjadi pada
bayi dan balita terutama yang memiliki
berat badan lahir rendah.10 Bayi dan balita
yang mempunyai durasi disusui yang
pendek dan penyapihan dini berisiko
mengalami defisiensi vitamin A.11 Salah
satu manifestasi dari defisiensi vitamin
A adalah insiden xeropthalmia kornea
yang sering terjadi pada anak-anak usia
di bawah dua tahun. Pada anak dibawah
usia 12 bulan, penyakit kornea merupakan
kejadian yang jarang dijumpai (terutama
karena efek proteksi pemberian ASI).9,11
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengkaji perbedaan status vitamin
A berdasarkan durasi pemberian ASI pada
anak batita.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional. Penelitian dilakukan
di Kelurahan Semanggi, Kota Surakarta
Provinsi Jawa Tengah. Penetapan lokasi
penelitian berdasarkan data dari survei
Dinas Kesehatan Kota Surakata yang
menyebutkan prevalensi gizi kurang
sebesar 13.7%. Selain itu, di wilayah
tersebut belum pernah diteliti prevalensi defisiensi vitamin A pada anak 12-36
bulan. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Agustus 2009 – Februari 2010.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah semua
anak yang berumur 12-36 bulan yang
diperoleh dari data posyandu di wilayah
Status Vitamin A Berdasarkan .... (Panunggal B, Hadi H, Lestariana W)
kerja Puskesmas Semanggi, Kota Surakarta. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Orang tua
dari populasi terjangkau di wilayah tersebut tidak semua bersedia anaknya
menjadi subjek penelitian sehingga tidak
bisa dilakukan proses randomisasi pada
subjek. Kriteria inklusi pada penelitian ini
yaitu anak berusia 12-36 bulan, pernah
atau sedang disusui, tidak menderita
penyakit infeksi, serta orang tua bersedia
anaknya diambil darah dengan mengisi
informed consent. Kriteria eksklusi pada
penelitian ini yaitu pindah rumah saat
penelitian berlangsung, tidak mengikuti
proses dari awal sampai akhir, orang tua
subjek menolak, serta meninggal dunia.
Total kebutuhan subjek penelitian ini
sebanyak 90 subjek namun sampai akhir
penelitian ada satu subjek mengundurkan
diri karena alasan pribadi sehingga
jumlah sampai akhir penelitian sebanyak
89 anak. Variabel bebas adalah durasi
pemberian ASI dan variabel terikat adalah
status vitamin A. Selain data tersebut juga
dikumpulkan karakteristik subjek meliputi
status gizi, berat badan lahir, usia MPASI,
morbiditas, asupan protein, asupan vitamin
A, asupan seng, dan umur. Pengumpulan
data menggunakan teknik wawancara
terstruktur.
Durasi Pemberian ASI
Definisi operasional dari durasi
pemberian ASI adalah lama anak disusui
yang dimulai dari usia pada saat awal
disusui sampai usia saat akhir disusui.
Metode pengambilan data menggunakan
wawancara dengan kuesioner terstruktur.
Penentuan Status Gizi
Proses penentuan status gizi
subjek dilakukan menggunakan referensi
WHO 2005. Indikator yang diukur meliputi:
berat badan menurut umur (BB/U), berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB),
berat badan menurut panjang badan (BB/
PB), tinggi badan menurut umur (TB/U).
Penimbangan berat badan menggunakan
timbangan digital dengan kapasitas 200
kg dan ketelitian 0.1 kg. Pengukuran
tinggi badan menggunakan microtoise
dan infantometer dengan ketelitian 0.1
cm. Tiap penimbangan dan pengukuran
dilakukan oleh dua petugas. Sebelum
pengambilan data, alat-alat antropometri
ditera terlebih dahulu.
Penilaian Asupan Zat Gizi
Data asupan zat gizi seperti energi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin
A, dan seng diperoleh dengan metode
24-h food recall sebanyak lima kali. Untuk
meningkatkan keakuratan data, enumerator menggunakan bantuan food model.
Sebelum enumerator melakukan recall,
terlebih dahulu dilakukan pelatihan untuk
menyamakan persepsi dan memperbaiki
validitas dan reliabilitas data. Setiap selesai recall, data asupan dikumpulkan ke
supervisor untuk dicek kelengkapannya.
Pemeriksaan Status Vitamin A
Pengambilan darah dilakukan pada
pukul 07.00-09.00. Subjek dibawa oleh
orang tua atau pengasuh ke Rumah Sakit
Islam Kostati. Pengambilan darah dilakukan oleh petugas analis kesehatan sesuai
protap. Pemisahan serum dilakukan di
Laboratorium Biokimia UMS (Universitas
Muhammadiyah Surakarta). Pemisahan
serum dilakukan oleh petugas laboratorium terlatih dan kemudian disimpan dalam
freezer. Analisis vitamin A menggunakan
metode HPLC (high-performance liquid
chromatography) yang dilakukan di Laboratorium SEAMEO Universitas Indonesia.
Serum retinol diklasifikasikan sebagai
101
MGMI Vol. 7, No. 2, Juni 2016: 99-106
marginal (0.7-1.05 µmol/L), rendah (0.350.7 µmol/L) dan defisiensi (<0.35 µmol/L)
sesuai dengan kriteria WHO. Penelitian ini
telah mendapatkan ethical clearance dari
Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Manajemen dan Analisis Data
Data asupan zat gizi subjek
dianalisis menggunakan software Nutrisurvey. Data status gizi dianalisis
menggunakan software WHO Antro 2005.
Setelah proses pengumpulan data selesai,
kemudian dilakukan pengkodean untuk
memudahkan dalam tabulasi data. Setelah itu dilakukan editing dan analisis.
Analisis data berupa univariat, bivariat, dan
multivariat. Uji statistik yang digunakan
adalah t-test. Analisis data menggunakan
software STATA 9.
HASIL
Data mengenai karakteristik subjek dapat dilihat pada Tabel 1. Sampai
akhir penelitian, terdapat satu subjek yang
mengundurkan diri karena alasan pribadi.
Rerata durasi menyusui pada penelitian
ini sebesar 16 bulan. Terdapat satu
subjek yang disusui sampai usia 24 bulan.
Sebanyak 64 anak telah diberi MPASI
sebelum usia 6 bulan. Jenis MPASI yang
diberikan seperti bubur, susu dan pisang.
Penentuan status gizi menggunakan
indikator BB/U, TB/U dan BB/TB. Hasil
pengukuran dan penimbangan menunjukkan pada penelitan ini terdapat dua
anak yang gizi buruk dan 15 anak sangat
pendek. Terdapat dua subjek yang memiliki
status gizi sangat pendek sekaligus gizi
buruk.
Tabel 1. Gambaran Karakteristik Subjek
Variabel
n
%
47
42
52.81
47.19
38
51
42.70
57.30
42
47
47.19
52.81
BB/U
Gizi buruk
Gizi kurang
Gizi normal
2
39
48
2.2
43.8
53.9
TB/U
Sangat pendek
Pendek
Normal
15
36
38
16.9
40.4
42.7
64
25
71.91
28.09
43
46
48.13
51.87
41
48
46.07
53.93
Usia MP-ASI
<6 bulan
≥6 bulan
Berat bayi lahir
<2500 g
≥2500 g
BB/TB
Kurus
Normal
Usia MP-ASI
<6 bulan
≥6 bulan
Morbiditas
<10 hari
≥10 hari
Umur
12-24 bulan
25-36 bulan
102
Status Vitamin A Berdasarkan .... (Panunggal B, Hadi H, Lestariana W)
Data mengenai asupan protein,
vitamin A dan seng pada subjek dapat
dilihat pada Tabel 2. Subjek yang disusui
kurang dari enam bulan mempunyai
asupan vitamin A dan seng yang lebih
tinggi dibandingkan yang disusui lebih dari
sama dengan enam bulan.
Tabel 2. Asupan Protein, Vitamin A dan Seng Subjek Berdasarkan Durasi Pemberian ASI
Durasi Pemberian ASI
Asupan Zat Gizi
≥6 bulan
Rerata±SD
28.49±11.53
24.27±10.68
0.16
636.73±371.22
466.41±289.76
0.02
3.73±1.57
2.66±1.48
0.01
Asupan protein (g)
Asupan vitamin A (RE)
P
< 6 bulan
Rerata±SD
Asupan seng (mg)
Data mengenai perbedaan status
vitamin A berdasarkan durasi pemberian
ASI dapat dilihat pada Tabel 3. Sebanyak
80,90 persen subjek mendapat ASI lebih
dari enam bulan. Dari hasil uji t-test
terdapat perbedaan antara status vitamin
A berdasarkan durasi pemberian ASI.
Subjek yang disusui lebih dari enam bulan
mempunyai status vitamin A lebih rendah
daripada yang disusui kurang dari sama
dengan enam bulan.
Tabel 3. Status Vitamin A Berdasarkan Durasi Pemberian ASI
Vitamin A
Variabel
Durasi pemberian ASI
≤ 6 bulan
> 6 bulan
n
%
Mean±SD
(µmol/L)
p
17
72
19.10
80.90
1.82 ± 0.10
1.54 ± 0.05
0.02
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini mendapatkan
prevalensi ASI eksklusif hanya 2%. Sedangkan durasi pemberian ASI hanya 16
bulan. Hal ini ternyata lebih pendek daripada rata-rata durasi menyusui di Indonesia berdasar data SDKI.1 Sedangkan pada
hasil penelitian di Turki didapatkan durasi
pemberian ASI sebanyak 14.2 bulan.12
Status Vitamin A Berdasarkan Durasi
Pemberian ASI
Defisiensi vitamin A selalu menjadi salah satu masalah kesehatan bagi
negara-negara berkembang khususnya
Indonesia. Defisiensi vitamin A dan infeksi saling berinteraksi yaitu ketika yang
satu kambuh, kerentanan terhadap yang
lain akan meningkat. Tanda-tanda klinis
seperti xeropthalmia dan rabun senja
sudah jarang ditemui. Namun dampak
yang ditimbulkan akibat defsiensi vitamin
A terhadap angka kejadian infeksi masih
perlu diperhatikan. Penelitian yang dilakukan di Turki menyebutkan 64% dari 11
anak yang mengalami defisiensi vitamin
A terpapar infeksi.12 Selain itu, pada penelitian yang dilakuan di Kolumbia anak
yang mempunyai serum retinol <10 μg/dL
103
MGMI Vol. 7, No. 2, Juni 2016: 99-106
berhubungan dengan peningkatan risiko
kejadian diare disertai muntah.13 Hasil
penelitian ini menyebutkan tidak terdapat
perbedaan antara status vitamin A dengan
morbiditas. Infeksi dapat menimbulkan
defisiensi vitamin A melalui berbagai cara
menurut penyebab, durasi dan intensitas
infeksi, serta status vitamin A dalam tubuh
hospes pada saat onset infeksi. Kadar
retinol dalam serum dapat menurun sesudah terjadinya infeksi, dan penurunan ini
disebabkan oleh karena berkurangnya
asupan atau penyerapan vitamin A dari
makanan sebagai akibat diare atau adanya kuman patogen intestinal, gangguan
atau percepatan pemakaian simpanan
retinol dalam hati, peningkatan pemakaian retinol oleh jaringan target atau peningkatan kehilangan retinol melalui urin
yang berkaitan dengan respon fase akut.
Selain itu infeksi juga dapat mengurangi
bioavailabilitas karotenoid.9
Rerata status vitamin A pada subjek
adalah 1.59 µmol/L. Rerata status vitamin
A pada penelitian ini tidak jauh berbeda
dengan penelitian yang dilakukan di China
ditemukan sejumlah 357 anak dibawah
usia 4 tahun memiliki rerata status vitamin
A 1.65 µmol/L.14 Selain itu pada penelitian
rerata status vitamin A pada 117 anak usia
1-3 tahun di Israel sebesar 1.03 µmol/L.15
Hasil penelitian ini diketahui
terdapat perbedaan antara status vitamin
A berdasarkan durasi pemberian ASI
(p:0,02). Subjek dengan durasi pemberian
ASI kurang dari enam bulan mempunyai
kadar retinol lebih tinggi dibandingkan
subjek dengan durasi pemberian ASI lebih
besar sama dengan enam bulan. Hal ini
serupa dengan penelitian yang dilakukan
di Kenya bahwa anak yang disusui lebih
dari enam bulan memiliki risiko untuk
mengalami defisiensi vitamin A. Hal
104
ini disebabkan subjek tidak mengonsumsi makanan tinggi vitamin A tiga kali
seminggu.16 Selain itu, pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) yang
tidak cukup atau cara pemberian makanan
yang salah dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi yang berakibat lanjut pada
terjadinya defisiensi vitamin A.17,18
Vitamin A dalam makanan yang
berasal dari sumber-sumber nabati dan
hewani dengan variasi yang sangat luas
cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin
A harian manusia. Anak yang memenuhi
kecukupan vitamin A per hari mempunyai
status vitamin A lebih tinggi daripada anak
yang asupan vitamin A dibawah kecukupan
vitamin A per hari. Hal ini tidak jauh beda
dengan penelitian yang dilakukan di Brazil
yang menyebutkan bahwa semakin rendah
status vitamin A maka dapat diindikasikan
terjadi ketidakcukupan asupan vitamin A.10
Tingginya asupan vitamin A dipengaruhi
oleh bahan makanan yang berasal dari
susu. Susu dan produk susu lainnya seperti mentega dan keju, merupakan sumber vitamin A dengan konsentrasi sedang
(moderat).9 Asupan vitamin A berasal
dari non ASI secara positif berhubungan
dengan plasma retinol pada usia 12 bulan.14
KESIMPULAN
Durasi pemberian ASI pada subjek
adalah 16 bulan. Rerata status vitamin A
subjek sebesar 1.59 µmol/L termasuk kategori normal. Terdapat perbedaan status
vitamin A berdasarkan durasi pemberian
ASI. Subjek dengan durasi pemberian ASI
kurang dari enam bulan mempunyai kadar
retinol lebih tinggi dibandingkan subjek
dengan durasi pemberian ASI lebih besar
sama dengan enam bulan.
Status Vitamin A Berdasarkan .... (Panunggal B, Hadi H, Lestariana W)
SARAN
Perlu dilakukan penyuluhan cara,
durasi, dan manfaat pemberian ASI yang
tepat khususnya pada pemberian ASI
eksklusif. Semakin bertambahnya umur
anak maka perlu dilakukan penyuluhan
waktu, jenis, jumlah, dan komposisi
makanan pendamping ASI yang tepat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, penulis dapat menyelesaikan artikel ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada kepala
dan petugas Puskesmas Semanggi
Kota Surakarta yang telah membantu
dalam kegiatan penelitian serta seluruh
responden yang telah berpartisipasi dalam
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wilopo SA. Pola, tren dan perbedaan
praktik menyusui di Indonesia: analisis
deskriptif peran modernisasi dan
budaya tradisional dari data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia 2007.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2009;
6(1):p.42-51.
2.World Health Organization. Global
prevalence of vitamin A deficiency,
1995. Geneva, Switzerland: World
Health Organization, 1996 (publication
no. WHO/NUT/95.3.
3. Lawrence R. Breastfeeding: a guide
for the medical profession. 4th ed. St.
Louis (MO): Mosby; 1994.
4. Ortega R, Andres P, Martinez R, LopezSobaler A. Vitamin A status during the
third trimester of pregnancy in Spanish
women: influence on concentrations
of vitamin A in breast milk. Am J Clin
Nutr. 1997;66, p.564-8.
5.McArdley HJ and Aswowth CJ.
Micronutrient in fetal growth and
development. British Medical Bulletin.
1999;55(number 3) :p.499-510.
6. Ross AC. Vitamin A status: relationship
to immunity and the antibody
response. Proc Soc Exp Biol Med.
1992;200,p.303-20.
7. Sommer A. Vitamin A deficiency and
it’s consequences : a field guide to
detection and control. 3rd edition.
World Health Organization,1995.
8. Puslitbang Gizi. Laporan studi masalah
gizi mikro. Laporan Penelitian. Bogor:
Puslitbang Gizi, 2006.
9. Ahmed F and Darnton-Hill I. Defisiensi
Vitamin A. In: M. Gibney, B. Margetts J.
Kearney & Arab L, eds. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC. 2005:
p.233-61.
10.
De Cássia Ribeiro-Silva R, Nunes
IL, Assis AM. Prevalence and factors
associated with vitamin A deficiency
in children and adolescents. J Pediatr
(Rio J) 2014; 90(5) :p.486-92.
11.Bloem MW, Hye A, Wijnroks M, Ralte
A, Sommer A. The role of universal
distribution of vitamin A capsules
in combatting vitamin A deficiency
in Bangladesh. Am J Epidemiol.
1995;142,p.843-855.
12.Tansuğ N, Çeşme S, Polat M, Tanel
F, Gözmen S, Tokuşoğlu O, lmaz DY,
Dinç G. Vitamin A status of healthy
children in Manisa, Turkey. Nutrition
Journal. 2010,9:34.
13.Kathryn A. Thornton, Mercedes MoraPlazas, Constanza Marın, Eduardo
Villamor. Vitamin A deficiency is
associated with gastrointestinal and
respiratory morbidity in school-age
children. J Nutr. 2014 Apr;144(4):496503
14.Yang R, Li R, Mao S, Sun L, Huang
X, Ji, Zhu Z, Wu L, Qin Y, Zhao A.
105
MGMI Vol. 7, No. 2, Juni 2016: 99-106
The survey of serum retinol of the
children aged 0-4 years in Zhejiang
Province, China. BMC Public Health.
2007;p.264:1-7.
15.Coles RS, Levy A, Gorodischer R,
Dagan R, Deckelbaum RJ, Blaner
WS, Fraser D. Subclinical vitamin A
deficiency in Israeli-Bedouin toddlers.
Eur J Clin Nutr. 2002 : p.796-802.
16.Ettyang G, Oloo A, van Marken
Lichtenbelt W, Saris W. Consumption
106
of vitamin A by breastfeeding children
in rural Kenya. Food Nutr Bull. 2004
Sep;25(3):256-63.
17.Jiang XJ, Lin ML, Lian GL, Greiner T.
Vitamin A deficiency and child feeding
in Beijing and Goizhou China. World J
Pediatr. 2008; 4(1): p.20-25.
18.
WHO.
Vitamin
and
mineral
requirements in human nutrition.
Thailand: WHO Library Cataloguing-In
Publicating Data 1998.
Download