STATUS VITAMIN A BERDASARKAN DURASI PEMBERIAN ASI Vitamin A Status Based on Breastfeeding Duration Binar Panunggal1*, Hamam Hadi2, Wiryatun Lestariana3 Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Jl. dr.Soetomo No.18 Semarang 2 Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata Jl. Ringroad Barat Daya No. 1, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 3 Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Jl. Farmako Sekip Utara, Sleman, Yogyakarta *e-mail: [email protected] 1 Submitted: March 31,2016, revised: June 01, 2016, approved: June 20, 2016 ABSTRACT Background. Breastmilk is the best source of vitamin A for children in their early life. However in Indonesia breast feeding practices is still unsatisfactory. This problem can lead to vitamin A deficiency which leads to delayed growth in children. Objective. To study status of vitamin A based on breastfeeding duration. Method. This was an analytic observational study using cross sectional design. Subject of were 89 (12-36 months) children. History of breastfeeding duration was obtained from the result of structured interview with mothers. Vitamin A status measured by HLPC (high performance liquid chromatography) in the SEAMEO-RECFON UI laboratory. Data were analyzed with t- test. Result. The study found 2 underweight subject and 15 severe stunted children. Average duration of breastfeeding was 16 months. The prevalence of exclusive breastfeeding practices was extremely low (2%). Average vitamin A status was 1.59±044 μmol/L There was significant difference in vitamin A status based on the duration of breastfeeding (p=0.02). Children that got breastfeed more than 6 months had lower vitamin A than those who got breastfeed less than 6 months. Conclusion. There was difference of vitamin A status based on breastfeeding duration. Keywords: breastfeeding duration, children under three years, vitamin A status. ABSTRAK Latar belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber vitamin A yang baik bagi anak diawal kehidupannya. Namun kebiasaan dan pola menyusui di Indonesia belum membaik. Hal ini dapat memicu timbulnya defisiensi vitamin A yang berakibat pada lambatnya pertumbuhan anak. Tujuan. Mengkaji status vitamin A berdasarkan durasi pemberian ASI. Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan crosssectional. Subjek penelitian ini adalah anak usia 12-36 bulan sebanyak 89 anak. Riwayat durasi pemberian ASI diperoleh dari hasil wawancara terstruktur pada ibu subjek. Data status vitamin A dan seng diperoleh dengan menggunakan metode HPLC (high performance liquid chromatography) yang dilakukan di Laboratorium SEAMEO-RECFON UI. Data dianalisis menggunakan uji t-test. Hasil. Terdapat 2 subyek mempunyai status gizi buruk dan 15 subjek mempunyai status gizi sangat pendek. Rata-rata durasi pemberian ASI pada subjek adalah 16 bulan. Dari 89 subjek, hanya 1 yang mendapatkan ASI Ekslusif. Rerata kadar vitamin A subjek 1.59 ± 044 µmol/L. Terdapat perbedaan status vitamin A berdasarkan durasi pemberian ASI (p:0.02). Anak yang disusui lebih dari 6 bulan mempunyai status vitamin A lebih rendah daripada anak yang disusui kurang dari 6 bulan. Kesimpulan. Terdapat perbedaan status vitamin A pada anak batita berdasarkan durasi pemberian ASI. Semakin lama subjek diberi ASI maka status vitamin A semakin rendah. Kata kunci: durasi pemberian ASI, status vitamin A, batita 99 MGMI Vol. 7, No. 2, Juni 2016: 99-106 PENDAHULUAN Pola dan kecenderungan durasi pemberian Air Susu Ibu (ASI) di Indonesia tidak membaik. Hal ini dibuktikan dengan data durasi pemberian ASI dari tahun ke tahun diduga lebih pendek atau umur sapih bayi lebih awal. Data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan rata-rata durasi menyusui di Indonesia mengalami penurunan dari 22 bulan pada tahun 2002-2003 menjadi sekitar 20.7 bulan pada tahun 2007.1 Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber mikronutrien yang baik. Kandungan mikronutrien dalam ASI membantu fungsi fisiologis pada bayi atau balita. Pada kondisi ibu yang sehat, ASI merupakan sumber vitamin A yang baik untuk bayi dan balita.2 Kandungan vitamin A di dalam ASI tiap ibu berbeda-beda. Hal ini tergantung dari status vitamin A ibu dan periode menyusui. Kadar vitamin A pada ibu dengan status gizi baik pada kolostrum adalah sebesar 151 µg/100 ml, ASI transisional 88 µg/100 ml sedangkan pada ASI mature sebesar 75 µg/100 ml vitamin A.3 Selain itu, asupan dan status vitamin A selama kehamilan berpengaruh terhadap kandungan ASI.4 Vitamin A berperan pada pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi reproduksi.5,6 Status vitamin A yang normal mengindikasikan bahwa individu tidak memiliki konsekuensi patologis dan fisiologis akibat dari defisiensi vitamin A serta mempunyai cadangan vitamin A yang cukup untuk mengantisipasi dari perubahan metabolisme akibat infeksi, penurunan absorbsi zat gizi karena diare, dan penurunan nafsu makan.7 Anak dengan status defisiensi vitamin A tingkat subklinis (<0.7 µmol/L) akan meningkatkan risiko kematian akibat infeksi maupun non-infeksi.2 100 Prevalensi defisiensi vitamin A pada batita di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 14.6%.8 Sebagai persoalan kesehatan masyarakat, defisiensi vitamin A, khususnya defisiensi tingkat subklinis seringkali diderita pada populasi masyarakat ekonomi rendah.9 Sebagian besar kasus defisiensi vitamin A terjadi pada bayi dan balita terutama yang memiliki berat badan lahir rendah.10 Bayi dan balita yang mempunyai durasi disusui yang pendek dan penyapihan dini berisiko mengalami defisiensi vitamin A.11 Salah satu manifestasi dari defisiensi vitamin A adalah insiden xeropthalmia kornea yang sering terjadi pada anak-anak usia di bawah dua tahun. Pada anak dibawah usia 12 bulan, penyakit kornea merupakan kejadian yang jarang dijumpai (terutama karena efek proteksi pemberian ASI).9,11 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji perbedaan status vitamin A berdasarkan durasi pemberian ASI pada anak batita. METODE Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional. Penelitian dilakukan di Kelurahan Semanggi, Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Penetapan lokasi penelitian berdasarkan data dari survei Dinas Kesehatan Kota Surakata yang menyebutkan prevalensi gizi kurang sebesar 13.7%. Selain itu, di wilayah tersebut belum pernah diteliti prevalensi defisiensi vitamin A pada anak 12-36 bulan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 – Februari 2010. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah semua anak yang berumur 12-36 bulan yang diperoleh dari data posyandu di wilayah Status Vitamin A Berdasarkan .... (Panunggal B, Hadi H, Lestariana W) kerja Puskesmas Semanggi, Kota Surakarta. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Orang tua dari populasi terjangkau di wilayah tersebut tidak semua bersedia anaknya menjadi subjek penelitian sehingga tidak bisa dilakukan proses randomisasi pada subjek. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu anak berusia 12-36 bulan, pernah atau sedang disusui, tidak menderita penyakit infeksi, serta orang tua bersedia anaknya diambil darah dengan mengisi informed consent. Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu pindah rumah saat penelitian berlangsung, tidak mengikuti proses dari awal sampai akhir, orang tua subjek menolak, serta meninggal dunia. Total kebutuhan subjek penelitian ini sebanyak 90 subjek namun sampai akhir penelitian ada satu subjek mengundurkan diri karena alasan pribadi sehingga jumlah sampai akhir penelitian sebanyak 89 anak. Variabel bebas adalah durasi pemberian ASI dan variabel terikat adalah status vitamin A. Selain data tersebut juga dikumpulkan karakteristik subjek meliputi status gizi, berat badan lahir, usia MPASI, morbiditas, asupan protein, asupan vitamin A, asupan seng, dan umur. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara terstruktur. Durasi Pemberian ASI Definisi operasional dari durasi pemberian ASI adalah lama anak disusui yang dimulai dari usia pada saat awal disusui sampai usia saat akhir disusui. Metode pengambilan data menggunakan wawancara dengan kuesioner terstruktur. Penentuan Status Gizi Proses penentuan status gizi subjek dilakukan menggunakan referensi WHO 2005. Indikator yang diukur meliputi: berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), berat badan menurut panjang badan (BB/ PB), tinggi badan menurut umur (TB/U). Penimbangan berat badan menggunakan timbangan digital dengan kapasitas 200 kg dan ketelitian 0.1 kg. Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise dan infantometer dengan ketelitian 0.1 cm. Tiap penimbangan dan pengukuran dilakukan oleh dua petugas. Sebelum pengambilan data, alat-alat antropometri ditera terlebih dahulu. Penilaian Asupan Zat Gizi Data asupan zat gizi seperti energi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin A, dan seng diperoleh dengan metode 24-h food recall sebanyak lima kali. Untuk meningkatkan keakuratan data, enumerator menggunakan bantuan food model. Sebelum enumerator melakukan recall, terlebih dahulu dilakukan pelatihan untuk menyamakan persepsi dan memperbaiki validitas dan reliabilitas data. Setiap selesai recall, data asupan dikumpulkan ke supervisor untuk dicek kelengkapannya. Pemeriksaan Status Vitamin A Pengambilan darah dilakukan pada pukul 07.00-09.00. Subjek dibawa oleh orang tua atau pengasuh ke Rumah Sakit Islam Kostati. Pengambilan darah dilakukan oleh petugas analis kesehatan sesuai protap. Pemisahan serum dilakukan di Laboratorium Biokimia UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta). Pemisahan serum dilakukan oleh petugas laboratorium terlatih dan kemudian disimpan dalam freezer. Analisis vitamin A menggunakan metode HPLC (high-performance liquid chromatography) yang dilakukan di Laboratorium SEAMEO Universitas Indonesia. Serum retinol diklasifikasikan sebagai 101 MGMI Vol. 7, No. 2, Juni 2016: 99-106 marginal (0.7-1.05 µmol/L), rendah (0.350.7 µmol/L) dan defisiensi (<0.35 µmol/L) sesuai dengan kriteria WHO. Penelitian ini telah mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Manajemen dan Analisis Data Data asupan zat gizi subjek dianalisis menggunakan software Nutrisurvey. Data status gizi dianalisis menggunakan software WHO Antro 2005. Setelah proses pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan pengkodean untuk memudahkan dalam tabulasi data. Setelah itu dilakukan editing dan analisis. Analisis data berupa univariat, bivariat, dan multivariat. Uji statistik yang digunakan adalah t-test. Analisis data menggunakan software STATA 9. HASIL Data mengenai karakteristik subjek dapat dilihat pada Tabel 1. Sampai akhir penelitian, terdapat satu subjek yang mengundurkan diri karena alasan pribadi. Rerata durasi menyusui pada penelitian ini sebesar 16 bulan. Terdapat satu subjek yang disusui sampai usia 24 bulan. Sebanyak 64 anak telah diberi MPASI sebelum usia 6 bulan. Jenis MPASI yang diberikan seperti bubur, susu dan pisang. Penentuan status gizi menggunakan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB. Hasil pengukuran dan penimbangan menunjukkan pada penelitan ini terdapat dua anak yang gizi buruk dan 15 anak sangat pendek. Terdapat dua subjek yang memiliki status gizi sangat pendek sekaligus gizi buruk. Tabel 1. Gambaran Karakteristik Subjek Variabel n % 47 42 52.81 47.19 38 51 42.70 57.30 42 47 47.19 52.81 BB/U Gizi buruk Gizi kurang Gizi normal 2 39 48 2.2 43.8 53.9 TB/U Sangat pendek Pendek Normal 15 36 38 16.9 40.4 42.7 64 25 71.91 28.09 43 46 48.13 51.87 41 48 46.07 53.93 Usia MP-ASI <6 bulan ≥6 bulan Berat bayi lahir <2500 g ≥2500 g BB/TB Kurus Normal Usia MP-ASI <6 bulan ≥6 bulan Morbiditas <10 hari ≥10 hari Umur 12-24 bulan 25-36 bulan 102 Status Vitamin A Berdasarkan .... (Panunggal B, Hadi H, Lestariana W) Data mengenai asupan protein, vitamin A dan seng pada subjek dapat dilihat pada Tabel 2. Subjek yang disusui kurang dari enam bulan mempunyai asupan vitamin A dan seng yang lebih tinggi dibandingkan yang disusui lebih dari sama dengan enam bulan. Tabel 2. Asupan Protein, Vitamin A dan Seng Subjek Berdasarkan Durasi Pemberian ASI Durasi Pemberian ASI Asupan Zat Gizi ≥6 bulan Rerata±SD 28.49±11.53 24.27±10.68 0.16 636.73±371.22 466.41±289.76 0.02 3.73±1.57 2.66±1.48 0.01 Asupan protein (g) Asupan vitamin A (RE) P < 6 bulan Rerata±SD Asupan seng (mg) Data mengenai perbedaan status vitamin A berdasarkan durasi pemberian ASI dapat dilihat pada Tabel 3. Sebanyak 80,90 persen subjek mendapat ASI lebih dari enam bulan. Dari hasil uji t-test terdapat perbedaan antara status vitamin A berdasarkan durasi pemberian ASI. Subjek yang disusui lebih dari enam bulan mempunyai status vitamin A lebih rendah daripada yang disusui kurang dari sama dengan enam bulan. Tabel 3. Status Vitamin A Berdasarkan Durasi Pemberian ASI Vitamin A Variabel Durasi pemberian ASI ≤ 6 bulan > 6 bulan n % Mean±SD (µmol/L) p 17 72 19.10 80.90 1.82 ± 0.10 1.54 ± 0.05 0.02 PEMBAHASAN Hasil penelitian ini mendapatkan prevalensi ASI eksklusif hanya 2%. Sedangkan durasi pemberian ASI hanya 16 bulan. Hal ini ternyata lebih pendek daripada rata-rata durasi menyusui di Indonesia berdasar data SDKI.1 Sedangkan pada hasil penelitian di Turki didapatkan durasi pemberian ASI sebanyak 14.2 bulan.12 Status Vitamin A Berdasarkan Durasi Pemberian ASI Defisiensi vitamin A selalu menjadi salah satu masalah kesehatan bagi negara-negara berkembang khususnya Indonesia. Defisiensi vitamin A dan infeksi saling berinteraksi yaitu ketika yang satu kambuh, kerentanan terhadap yang lain akan meningkat. Tanda-tanda klinis seperti xeropthalmia dan rabun senja sudah jarang ditemui. Namun dampak yang ditimbulkan akibat defsiensi vitamin A terhadap angka kejadian infeksi masih perlu diperhatikan. Penelitian yang dilakukan di Turki menyebutkan 64% dari 11 anak yang mengalami defisiensi vitamin A terpapar infeksi.12 Selain itu, pada penelitian yang dilakuan di Kolumbia anak yang mempunyai serum retinol <10 μg/dL 103 MGMI Vol. 7, No. 2, Juni 2016: 99-106 berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian diare disertai muntah.13 Hasil penelitian ini menyebutkan tidak terdapat perbedaan antara status vitamin A dengan morbiditas. Infeksi dapat menimbulkan defisiensi vitamin A melalui berbagai cara menurut penyebab, durasi dan intensitas infeksi, serta status vitamin A dalam tubuh hospes pada saat onset infeksi. Kadar retinol dalam serum dapat menurun sesudah terjadinya infeksi, dan penurunan ini disebabkan oleh karena berkurangnya asupan atau penyerapan vitamin A dari makanan sebagai akibat diare atau adanya kuman patogen intestinal, gangguan atau percepatan pemakaian simpanan retinol dalam hati, peningkatan pemakaian retinol oleh jaringan target atau peningkatan kehilangan retinol melalui urin yang berkaitan dengan respon fase akut. Selain itu infeksi juga dapat mengurangi bioavailabilitas karotenoid.9 Rerata status vitamin A pada subjek adalah 1.59 µmol/L. Rerata status vitamin A pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan di China ditemukan sejumlah 357 anak dibawah usia 4 tahun memiliki rerata status vitamin A 1.65 µmol/L.14 Selain itu pada penelitian rerata status vitamin A pada 117 anak usia 1-3 tahun di Israel sebesar 1.03 µmol/L.15 Hasil penelitian ini diketahui terdapat perbedaan antara status vitamin A berdasarkan durasi pemberian ASI (p:0,02). Subjek dengan durasi pemberian ASI kurang dari enam bulan mempunyai kadar retinol lebih tinggi dibandingkan subjek dengan durasi pemberian ASI lebih besar sama dengan enam bulan. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan di Kenya bahwa anak yang disusui lebih dari enam bulan memiliki risiko untuk mengalami defisiensi vitamin A. Hal 104 ini disebabkan subjek tidak mengonsumsi makanan tinggi vitamin A tiga kali seminggu.16 Selain itu, pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) yang tidak cukup atau cara pemberian makanan yang salah dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi yang berakibat lanjut pada terjadinya defisiensi vitamin A.17,18 Vitamin A dalam makanan yang berasal dari sumber-sumber nabati dan hewani dengan variasi yang sangat luas cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin A harian manusia. Anak yang memenuhi kecukupan vitamin A per hari mempunyai status vitamin A lebih tinggi daripada anak yang asupan vitamin A dibawah kecukupan vitamin A per hari. Hal ini tidak jauh beda dengan penelitian yang dilakukan di Brazil yang menyebutkan bahwa semakin rendah status vitamin A maka dapat diindikasikan terjadi ketidakcukupan asupan vitamin A.10 Tingginya asupan vitamin A dipengaruhi oleh bahan makanan yang berasal dari susu. Susu dan produk susu lainnya seperti mentega dan keju, merupakan sumber vitamin A dengan konsentrasi sedang (moderat).9 Asupan vitamin A berasal dari non ASI secara positif berhubungan dengan plasma retinol pada usia 12 bulan.14 KESIMPULAN Durasi pemberian ASI pada subjek adalah 16 bulan. Rerata status vitamin A subjek sebesar 1.59 µmol/L termasuk kategori normal. Terdapat perbedaan status vitamin A berdasarkan durasi pemberian ASI. Subjek dengan durasi pemberian ASI kurang dari enam bulan mempunyai kadar retinol lebih tinggi dibandingkan subjek dengan durasi pemberian ASI lebih besar sama dengan enam bulan. Status Vitamin A Berdasarkan .... (Panunggal B, Hadi H, Lestariana W) SARAN Perlu dilakukan penyuluhan cara, durasi, dan manfaat pemberian ASI yang tepat khususnya pada pemberian ASI eksklusif. Semakin bertambahnya umur anak maka perlu dilakukan penyuluhan waktu, jenis, jumlah, dan komposisi makanan pendamping ASI yang tepat. UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahi robbil ‘alamin, penulis dapat menyelesaikan artikel ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada kepala dan petugas Puskesmas Semanggi Kota Surakarta yang telah membantu dalam kegiatan penelitian serta seluruh responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Wilopo SA. Pola, tren dan perbedaan praktik menyusui di Indonesia: analisis deskriptif peran modernisasi dan budaya tradisional dari data Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2009; 6(1):p.42-51. 2.World Health Organization. Global prevalence of vitamin A deficiency, 1995. Geneva, Switzerland: World Health Organization, 1996 (publication no. WHO/NUT/95.3. 3. Lawrence R. Breastfeeding: a guide for the medical profession. 4th ed. St. Louis (MO): Mosby; 1994. 4. Ortega R, Andres P, Martinez R, LopezSobaler A. Vitamin A status during the third trimester of pregnancy in Spanish women: influence on concentrations of vitamin A in breast milk. Am J Clin Nutr. 1997;66, p.564-8. 5.McArdley HJ and Aswowth CJ. Micronutrient in fetal growth and development. British Medical Bulletin. 1999;55(number 3) :p.499-510. 6. Ross AC. Vitamin A status: relationship to immunity and the antibody response. Proc Soc Exp Biol Med. 1992;200,p.303-20. 7. Sommer A. Vitamin A deficiency and it’s consequences : a field guide to detection and control. 3rd edition. World Health Organization,1995. 8. Puslitbang Gizi. Laporan studi masalah gizi mikro. Laporan Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi, 2006. 9. Ahmed F and Darnton-Hill I. Defisiensi Vitamin A. In: M. Gibney, B. Margetts J. Kearney & Arab L, eds. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. 2005: p.233-61. 10. De Cássia Ribeiro-Silva R, Nunes IL, Assis AM. Prevalence and factors associated with vitamin A deficiency in children and adolescents. J Pediatr (Rio J) 2014; 90(5) :p.486-92. 11.Bloem MW, Hye A, Wijnroks M, Ralte A, Sommer A. The role of universal distribution of vitamin A capsules in combatting vitamin A deficiency in Bangladesh. Am J Epidemiol. 1995;142,p.843-855. 12.Tansuğ N, Çeşme S, Polat M, Tanel F, Gözmen S, Tokuşoğlu O, lmaz DY, Dinç G. Vitamin A status of healthy children in Manisa, Turkey. Nutrition Journal. 2010,9:34. 13.Kathryn A. Thornton, Mercedes MoraPlazas, Constanza Marın, Eduardo Villamor. Vitamin A deficiency is associated with gastrointestinal and respiratory morbidity in school-age children. J Nutr. 2014 Apr;144(4):496503 14.Yang R, Li R, Mao S, Sun L, Huang X, Ji, Zhu Z, Wu L, Qin Y, Zhao A. 105 MGMI Vol. 7, No. 2, Juni 2016: 99-106 The survey of serum retinol of the children aged 0-4 years in Zhejiang Province, China. BMC Public Health. 2007;p.264:1-7. 15.Coles RS, Levy A, Gorodischer R, Dagan R, Deckelbaum RJ, Blaner WS, Fraser D. Subclinical vitamin A deficiency in Israeli-Bedouin toddlers. Eur J Clin Nutr. 2002 : p.796-802. 16.Ettyang G, Oloo A, van Marken Lichtenbelt W, Saris W. Consumption 106 of vitamin A by breastfeeding children in rural Kenya. Food Nutr Bull. 2004 Sep;25(3):256-63. 17.Jiang XJ, Lin ML, Lian GL, Greiner T. Vitamin A deficiency and child feeding in Beijing and Goizhou China. World J Pediatr. 2008; 4(1): p.20-25. 18. WHO. Vitamin and mineral requirements in human nutrition. Thailand: WHO Library Cataloguing-In Publicating Data 1998.