7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara G. Dukono dilihat dari sekitar Sungai Muya KETERANGAN UMUM Nama Lain : Doekono, Dukoko, Dodoekko, Dukoma, Tala, Tolo Nama Kawah : Tanah Lapang, Dilekene, (a dan B), Malupang Magiwe (C), Telori (D), Heneowara. Lokasi a. Geografi : 1º 42’ LU dan 127º 52' BT b. Administrasi : Kab. Halmahera Utara, Prop. Maluku Utara. Ketinggian : 1087 m dml Kota Terdekat : Galela (Kota kecamatan) Tipe Gunungapi : Strato Pos Pengamatan : - Desa Mamuya, Kecamatan Galela. Kabupaten Halmahera Utara,. Propinsi Maluku Utara. - Posis Geografi : 1º 47’ 40,32" LU dan 127º 53' 42,420" BT, ketinggian 25 m dml PENDAHULUAN Pencapaian Puncak Puncak G. Dukono dapat dicapai dari Kota Ternate dengan menggunakan perahu cepat ke Sopipi dengan waktu 45 menit, kemudian dilanjutkan dengan kendaraan roda empat menuju Desa Mamuya dengan waktu 4 jam. Kendaraan roda empat dapat diteruskan hingga pemberhentian terakhir. Pendakian dilanjutkan dengan jalan kaki ke arah selatan dan memerlukan waktu 7 jam untuk sampai ke puncak G. Dukono. 858 SEJARAH KEGIATAN TAHUN 1550 1861 – 1869 1901 KEJADIAN INTERVAL LETUSAN (TAHUN) terjadi letusan hebat dan gempa bumi yang merusak kota Tolo, ibukota Mora (Verbeek, 1908). Aliran lava menghubungkan G. Mamuya dengan P. Halmahera yang tadinya dipisahkan oleh laut/selat (Newmann van Padang, 1939) terjadi letusan di kawah pusat dan daerah sekitar puncak terbakar 311 terjadi kegiatan sekitar Tanah Lapang, terlihat asap hitam dan suara gemuruh serta terasa gempa bumi, adanya 13 bukit kecil yang mengeluarkan asap dan api. Setelah kegiatan, di sekitar puncak terlihat dua bukit kecil berwarna putih 32 1933 13 Agustus terjadi letusan hebat dan aliran lava melimpah ke utara mengakibatkan banyak daerah yang rusak. Pusat kegiatan pada kawah Malupang-Warirang di lereng G. Karirang dan merupakan kawah paling aktif saat ini. Letusan dengan suara gemuruh, di malam hari terlihat bara api sekitar puncak , kadang-kadang terasa getaran gempa bumi, hujan abu mencapai Tobelo 32 1941 1942 penigkatan kegiatan, kadang-kadang terlihat sinar api di puncak, getaran gempa lemah terasa di Tobelo 8 1945 peningkatan kegiatan, kadang-kadang diikuti letusan kegiatan di kawah Malupang-Warirang abu, pusat 3 1946 19 dan 20 Juli terdengar gemuruh suara letusan dan hujan abu di Morotai lk. 60 km dari puncak, tebal abu 1 cm, di Tobelo ( 15 km dari puncak) tebal abu 1.5 cm dan terlihat lontaran material pijar mencapai ketinggian 300 m. 1 1952 peningkatan kegiatan, letusan asap setinggi lk. 1000 m, hujan abu di sekitar puncak dan suara letusan terdengar sampai Tobelo 6 1969 peningkatan kegiatan, kadang-kadang diikuti letusan asap, suara letusan terdengar sampai Mamuya dan Galela 17 1971 peningkatan kegiatan, kadang-kadang diikuti letusan asap hitam tebal setinggi lk. 300 m, hujan abu di sekitar puncak dan suara gemuruh terdengar hingga radius lk. 5 km dari pusat kegiatan 2 1991 8 Juni terjadi letusan dengan tinggi asap mencapai tinggi 1500 m, hujan abu sampai di Tobelo, malam hari terlihat sinar api dan adanya aliran lahar di sungai sekitar gunungapi. 20 1992 Mei terjadi letusan asap mencapai tinggi lk. 400 m 1 1993 Juni terjadi letusan asap dengan tinggi antara 300 - 600 m 1 1994 Bulan Nopember dan Desember indikasi adanya peningkatan aktifitas 1 1995 Januari dan September terjadi letusan abu, tinggi tidak terdeteksi karena sekitar puncak tertutup kabut 1 2003 2 Maret pukul 11.05 terjadi gempa terasa berkekuatan II – III MMI Pukul 16:30, terjadi letusan abu disertai suara gemuruh. Kegiatan berlangsung hingga pukul 18:50. Tinggi asap maksimum mencapai 200 m di atas puncak. 3 Maret Pukul 17:00 terdengar suara gemuruh yang menerus. Suara gemuruh mulai melemah pada pukul 21:00. Sinar api teramatai pada 859 8 malam hari. 5 Maret pukul 15:55 terjadi letusan abu. Asap kelabu tebal dengan ketinggian 500 m di atas puncak. Material abu mencapai Tobelo yang berjarak 15 km sebelah utara puncak . 6 – 11 Maret, letusan abu masih sering terjadi dengan jumlah yang semakin berkurang. Bulan Juni, kegiatan G. Dukono meningkat kembali dan disertai letusan – letusan abu dengan interval 10 – 15 menit sekali. Letusan abu ini berlangsung hingga akhir tahun 2003 2008 30 April – 2 Mei seismograf di Pos PGA Dukono di Mamuya merekam gempa letusan rata-rata 280 kejadian per hari, sedangkan sebelumnya terekam rata-rata 32 kejadian per hari. 3 – 28 Mei terekam gempa tremor vulkanik terekam menerus dengan amplituda maksimum antara 1 - 18 mm. 29 Mei pukul 07.35 – 11.09 WIT terekam gempa letusan sebanyak 137 kejadian. 5 Visual - Pemantauan visual dari Pos PGA di Mamuya, sejak tanggal 17 - 30 Maret 2008 teramati peningkatan ketinggian asap kawah dari antara 50 – 200 m, menjadi 50 - 500 m dari puncak G. Dukono, hembusan asap berwarna putih tebal – kelabu tebal tipis: - 31 Maret – 24 April teramati sinar api samar-samar di sekitar puncak. - 25 April 2008, teramati lontaran material pijar setinggi 25 meter dari puncak G. Dukono. - 19 – 25 Mei 2008, teramati letusan abu, disertai suara gemuruh dan dentuman terdengar hingga di Pos PGA. Semburan abu berwarna kelabu – kelabu tebal dengan ketinggian antara 100 – 800 m di atas puncak. - 27 - 29 Mei 2008, teramati letusan abu, kadang-kadang disertai suara gemuruh dan dentuman terdengar hingga di Pos PGA. Semburan abu berwarna kelabu – kelabu tebal dengan ketinggian mencapai 1000 m di atas puncak. Aktifitas G. Dukono saat ini berlangsung di Kawah Malupang Warirang yang berbentuk hampir bulat dengan diameter 360 m dan memiliki kedalaman 230 m. Karakter Letusan Karakter letusan pada abad 20 berupa letusan abu yang terjadi dari bebeberapa hari sampai bebeberapa bulan. Letusan abu G. Dukono, 31 Mei 2008, pukul 12:37 WIT 860 Periode Letusan Perioda letusan dan peningkatan kegiatan G. Dukono sejak letusan 1550 hingga letusan 1995 dapat digambarkan sebagai berikut, perioda terpanjang adalah 311 tahun, perioda menengah antara 16 - 32 tahun, sedangkan perioda pendek antara 1-6 tahun. GEOLOGI G. Dukono merupakan gunungapi strato paling utara dari deretan gunungapi aktif yang muncul pada busur vulkanik di bagian barat P. Halmahera. Sekitar puncak terdapat sejumlah kawah dan beberapa diantaranya telah padam. Kawah-kawah tersebut adalah Tanah Lapang, Dilekene A dan B, Malupang Magiwe (C), Telori (D), Heneowara (G ). Kawah Malupang-Warirang di lereng G. Karirang merupakan pusat kegiatan dan kawah paling aktif di Komplek G. Dukono saat ini. Nama Kawah Bibir Kawah luas m 3 Dasar Kawah tinggi m dpl. luas m 3 tinggi m dpl. Tanah Lapang 900 1087 600 925 Dilekene A 130 1000 100 x 80 970 Dilekene B 150 x 130 945 - 998 60 - Malupang Magiwe C 400 x 350 925 - 968 250 885 300 1065 200 925 400 x 300 1009 - - 300 1006 - 1033 250 1006 Telori D Heneowara G Malupang Warirang Struktur geologi yang berkembang di sekitar G. Dukono adalah berupa sesar dan kawah (Sumaryadi, 1998). Struktur sesar yang teridentifikasi sebagai sesar normal, yaitu Sesar Normal Dukono dan Sesar Normal Kua. Sesar Normal Dukono merupakan suatu zona depresi yang berbentuk tapal kuda terbuka ke arah timurlaut, memiliki diameter lk. 7000 m dan didalamnya tumbuh beberapa kerucut gunungapi diantaranya G. Dukono. Sesar Normal Kua terbentuk pada lereng bagian barat G. Kua yang membentuk suatu jalur sesar berarah baratlaut - tenggara. Struktur kawah yang teridentifikasi sedikitnya terdapat 9 struktur kawah, yaitu Kawah G. Gosana, Kawah G. Mamuya, Kawah G. Mede, Kawah Tanah Lapang di G. Gogodom, Kawah G. Telori, Kawah G. Dilekene, Kawah G. Mancile, Kawah G. Kariang dan Kawah Malupang Warirang di G. Kariang (kawah aktif G. Dukono saat ini). 861 GEOFISIKA Kegempaan Secara umum jenis gempa yang terekam di G. Dukono terdiri dari Gempa VulkanikDalam (VA), Vulkanik-Dangkal (VB), Tektonik-Lokal (TL), Tektonik-Jauh (TJ), dan Gempa Hembusan/Letusan. Rekama kegempaan G. Dukono didominasi oleh Gempa Hembusan (Kristianto, 1997). Pada tahun 2007 dilakukan penyelidikan kegempaan dengan memasang 2 unit seismometer dengan perekam Datamark, yang masing-masing dipasang di dekat kawah dan di lereng G. Dukono (Basuki, 2007). Gempa Hembusan/ Letusan yang mendominasi kegempaan di G. Dukono memiliki frekuensi sekitar 1.3 – 1.6 Hz. Frekuensi Gempa Vulkanik berada pada kisaran 5.67 – 10.4 Hz. 0.000003 0.000003 Amplitude Amplitude 0.000002 0.000001 0.000002 0.000001 0.000000 0.000000 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 0 30 10 Gempa Vulkanik B G. Dukono Pukul 7:36:31.110 - 7:36:41.920 0.0003 Amplitude 0.0002 Amplitude 20 30 Frequency (Hz) Frequency (Hz) 0.0001 0.0000 -0.0001 -0.0002 -0.0003 Gempa G.Dukono Pukul 20:53:21.8 - 20:53:48.2 0.00020 0.00015 0.00010 0.00005 0.00000 -0.00005 -0.00010 -0.00015 -0.00020 -0.0004 20 25 30 35 40 45 50 Waktu Waktu Gempa G. Dukono pada April 2007 (a) Gempa Hembusan (b) Gempa Vulkanik DEFORMASI Pengukuran deformasi G. Dukono menggunakan metode EDM (Electronic Distance Measurement). Pengukuran EDM ini dilakukan dari titik DKN1 yang berada di areal perkebunan kelapa penduduk, sekitar 200 m dari Pos PGA Dukono terhadap 2 (dua) titik pada tubuh G. Dukono yaitu DKN2 dan DKN3. Dari hasil pengukuran jarak ke DKN2 dan DKN3 pada November 2005 dan Maret 2007 dapat diketahui terjadinya pengurangan jarak sekitar 2.1 – 10.8 cm. Kondisi ini diinterpretasikan sebagai deflasi pada tubuh G. Dukono yang disebabkan oleh terjadinya pengurangan tekanan magma di bawah permukaan gunungapi (Basuki, 2007). GEOKIMIA Jenis Batuan Beberapa conto batuan G. Dukono yang dianalisa adalah basalt, basaltik andesit, andesit dan dasit. Berdasarkan kandungan SiO2 dan K2O batuannya berkisar dari calc862 alkaline sampai high K calc-alkaline (Hutchison, 1982). Seri calc -alkaline umumnya bersifat gelasan dan banyak mengandung fenokris berzona kuat (An80 - An50), augit, hipersten, kristal-kristal kecil magnetit dan ilmenit. Seri high K calc-alkaline selain fenokris plagioklas, piroksen serta Fe-Ti oksida mengandung pula hornblende dan biotit. Analisa mikropobe (Jezek dan Hutchison, 1978) menunjukkan bahwa kandungan K yang tinggi dibawa oleh biotit dan hornblende, rim terluar plagioklas dan juga masadasar gelas. Batuan Dukono yang dianalisa secara petrografis dibedakan menjadi dua jenis yaitu basalt yang dijumpai di G. Gogodom dan andesit yang tersingkap hampir di setiap tempat baik di dalam komplek G. Dukono maupun G. Mamuya sebagai parasit dari komplek gunungapi tersebut. Tabel dibawah memperlihatkan hasil analisa kimia dari beberapa conto batuan G. Dukono yang dianalisis Djokojoewono dalam Neuman van Padang, 1951. Conto batuan DK-5 DK-7 DK-9 DK-11 SiO2 61.15 59.66 58.80 47.98 Al2O3 16.94 16.91 16.97 19.88 Fe2O3 5.94 6.14 7.17 9.34 MnO 0.15 0.15 0.16 0.18 MgO 2.11 2.54 2.85 5.52 CaO 4.78 5.90 5.92 11.17 Na2O 4.11 4.06 4.06 2.67 K2O 3.38 3.07 3.05 0.85 H2O+ 0.16 0.27 0.05 0.29 HD 0.04 0.18 0.16 0.99 TiO2 0.91 0.76 0.72 0.77 P2O5 0.21 0.28 0.25 0.18 Jumlah 100.09 100.11 99.99 100.15 Keterangan :Dk-5: D. Dukono; DK-10: G. Telori; DK-14: G. Mamuya Sedangkan DK-10 59.88 16.94 6.92 0.15 2.35 5.48 3.93 2.50 0.23 0.42 0.78 0.26 99.84 DK-14 56.46 17.66 7.03 0.15 2.88 7.82 3.71 2.63 0.06 0.26 0.94 0.24 100.01 A. Zaennudin dan MA. Purbawinata , (1992) yang melakukan penyelidikan G. Dukono dengan menganalisis beberapa conto batuan menyatakan bahwa batuan G. Dukono adalah andesit piroksen dan andesit piroksen hornblende. MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Sistem Pemantauan Pemantauan visual dan kegempaan G. Dukono dilakukan menerus dari Pos Pengamatan di Desa Mamuya, Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera Utara,. Propinsi Maluku Utara (posis geografi : 1º 47’ 40,32" LU dan 127º 53' 42,420" BT, ketinggian 25 m dml. 863 Visual G. Dukono merupakan gunungapi yang sangat aktif. Pengamatan visual yang dilakukan dari sekitar Pos PGA G. Dukono, menunjukkan sering munculnya asap putih tebal dari kawah dengan ketinggian 100 – 300 m. Gununapi ini juga sering meletus dan mengeluarkan abu vulkanik.. Pemantauan ke kawah menunjukkan banyaknya tembusan solfatara di dasar kawah. Dasar kawah juga mulai terisi oleh danau kawah walaupun masih dalam skala kecil. Kegempaan Pemantauan kegempaan dilakukan dengan memasang permanen 1 (satu) unit seismometer penerima gempa (Tipe L4C, satu komponen vertikal) di sebelah utara puncak G. Dukono pada posisi geografi 01 o 43’ 02,00” LU dan 127o 52’ 30,02” BT, ketinggian lk. 1017 m dml,.sinyal gempa dipancarkan dengan sistem radio telemetri ke Pos Pengamatan. Sinyal gempa direkam dengan menggunakan perekam jenis PS-2. Deformasi Pemantauan deformasi dilakukan menggunakan metode EDM (Electrooptical Distance Measurement). Pengukuran EDM ini dilakukan dari titik DKN1 yang berada di areal perkebunan kelapa penduduk, sekitar 200 m dari Pos PGA Dukono. Posisi geografis titik ini adalah 01o47'31.3'' LU dan 127o53'30.7'' BT. Titik ini berfungsi sebagai titik referensi dan dianggap diam/tetap karena titik ini jauh dari tubuh gunungapi tersebut. Sedangkan titik pantau dilakukan terhadap 2 (dua) titik pada tubuh G. Dukono yaitu DKN2 (01o45'08.8'' LU dan 127o53'54.4'' BT) dan DKN3 (01o45'11.5'' LU dan 127o53'49.9'' BT). Geokimia Pemantauan geokimia dilakukan dengan menganalisis conto dan mengukur suhu pada air panas di Desa Mamuya dan solfatara G. Dilekene yang merupakan bagian dari komplek G. Dukono yang terletak di sebelah utara kawah Malupang – Warirang. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Berdasarkan pada potensi bencana yang dapat terjadi pada masa mendatang, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Dukono (Bronto, 1999) dibagi ke dalam tiga tingkatan yaitu dari tingkat bahaya tertinggi sampai terendah yaitu Kawasan Rawan Bencana III (KRB –III), Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II) dan Kawasan Rawan Bencana I (KRB-I). 864 Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III) Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III), adalah kawasan sumber erupsi, daerah puncak dan sekitarnya yang sangat berpotensi terlanda oleh berbagai macam hasil erupsi dalam bentuk : a. Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran Kawasan yang sangat berpotensi terlanda aliran piroklastika, aliran lava dan mungkin gas vulkanik beracun. Kawasan ini diperlihatkan pada peta berupa daerah berwarna merah tua. b. Kawasan Rawan Bencana Terhadap Jatuhan Kawasan yang sangat berpotensi terlanda jatuhan piroklastik yang tebal, dan lontaran fragmen batuan (pijar). Kawasan ini diperlihatkan pada peta berupa lingkaran bergaris putus diarsir berwarna merah pada radius sekitar 1,5 km dari pusat erupsi. Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II) Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lahar, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: a. Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran Kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava dan aliran lahar. Kawasan ini diperlihatkan dalam peta berupa daerah berwarna merah muda. b. Kawasan Rawan Bencana Terhadap Jatuhan Kawasan yang berpotensi terlanda bahan lontaran dan jatuhan seperti lontaran fragmen batuan (pijar), dan hujan abu lebat. Kawasan ini diperlihatkan pada peta dalam bentuk lingkaran putus-putus diarsir berwarna merah dengan radius sekitar 5 km dari pusat erupsi. Kawasan Rawan Bencana - I (KRB-I) Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan lahar/awan panas. Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) ini dibedakan menjadi dua bagian, terdiri dari: a. Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran Kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar/banjir, dan kemungkinan perluasan lahar/awan panas, terletak di sepanjang daerah aliran sungai/di dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak. Kawasan ini diperlihatkan dalam peta berupa daerah berwarna kuning. 865 b. Kawasan Rawan Bencana Terhadap Jatuhan Kawasan yang berpotensi terlanda jatuhan piroklastik/lontaran berupa hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan angin (saat terjadi letusan), dan kemungkinan terkena lontaran batu (pijar). Kawasan ini berpotensi terlanda oleh jatuhan abu dan fragmen batuan < 2 cm dalam radius 8 km dari pusat erupsi. Daerah ini diperlihatkan pada peta dalam bentuk lingkaran putus-putus diarsir berwarna kuning. 866 Peta Kawasan Rawan Bencana G. Dukono 867 DAFTAR PUSTAKA Basuki, A., M. Hendrasto., Sucahyo,A., 2007. Laporan Peringatan Dini G. Dukono, Halmahera, Maluku Utara. , Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bronto, S., Martono, A., 1999, Laporan Pemetaan Kawasan Rawan Bencana Lapangan Panasbumi Mamuya, Kecamatan Galela dan Tobelo, Maluku Utara Djoharman, L., 1971, G. Dukono di P. Halmahera dengan Daerah Bahaya Sementaranya Erfan, R. D., dkk., 1995, Laporan Pendataan dan Dokumentasi Kegiatan G. Dukono, Halmahera Utara Kristianto, dkk., 1997, Laporan Pengamatan Seismik dan Visual Kegiatan G. Dukono, P. Halmahera, Maluku Utara Kusumadinata,K., 1979. Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanologi Newman van Padang, 1951, Cataloque of tha Active Volcano Of The World Including Solfatara Fields Rasyid, S.A., 1990, Berita Berkala Vulkanologi Edisi Khusus G. Dukono, Direktorat Vulkanologi Rochendi, D., 1984, Laporan pemeriksaan kawah dan pengukuran suhu G. Dukono, Gamkonora dan G. Tangkoko di Halmahera dan Sulawesi Smithsonian Institution, Dukono : Explosions and glows; ash fall to coast; small lahars, Bull. of the Global Volc. Network vol. 16 no. 8, August 1991 Smithsonian Institution, Dukono : Small eruptionprompt aviation noeices, Bull. of the Global Volc. Network vol. 19 no. 12, December 1994 Smithsonian Institution, Dukono : Aviation report of an ash cloud on 30 January, Bull. of the Global Volc. Network Vol. 20, no. 2, Pebruary 1995 Smithsonian Institution, Dukono : Pilot report of Plume on 25 September, Bull. Of the Global Volc. Network Vol. 20, no. 10, October 1995 Sumaryadi M., Pribadi A., Mulyadi D., Haerani N., 1998, Laporan Pemetaan Geologi Komplek Gunungapi Dukono, Maluku Utara, Direktorat Vulkanologi Wittiri S.R., 1980, Laporan Lapangan Hasil Pemeriksaan G. Dukono, G. Gamkonora dan G. Gamalama di Maluku Utara, Direktorat Vulkanologi 868 Zaennudin A., Purbawinata M.A., 1992, Penelitian Petrokimia G. Dukono, Halmahera Utara, Direktorat Vulkanologi 869