Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rub

advertisement
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
1.
Penelitian dengan Judul “Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik
Berita “Puan” dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari
2016”
Untuk membedakan penelitian yang berjudul “Frasa Endosentrik pada Berita
kriminal dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016” dengan penelitian yang
sudah ada sebelumnya. Peneliti meninjau penelitian mahasiswa Universitas Maritim
Raja Ali Haji yang berjudul “Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik
Berita“Puan” dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari 2016”
oleh Ria Nengsih, NIM 120388201119, Tahun 2016. Penelitian tersebut menghasilkan
analisis berupa frasa eksosentrik dan endosentrik pada rubik berita “Puan” di surat
kabar Tribunnews Tanjungpinang. Pada penelitian terdahulu, menunjukan bahwa
penelitian mengenai “Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara
Merdeka Edisi Desember 2016” belum pernah dilakukan. Penelitian tersebut
mendeskripsikan frasa eksosentrik berdasarkan posisi penghubungnya, yang diperoleh
dalam teks rubrik berita “Puan” sebagai berikut: frasa eksosentrik preposisi, frasa
eksosentrik posposisi, frasa eksosentrik preposposisi. Frasa endosentrik yang
diperoleh dalam rubrik berita “Puan” sebagai berikut: frasa endosentrik koordinatif,
dan frasa endosentrik apositif.
Perbedaan penelitian yang berjudul “Frasa Endosentrik pada Berita
Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016” dengan penelitian
sebelumnya terletak pada tujuan penelitian, teknik pengumpulan data, data dan
6
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
7
sumber data, serta hasil pembahasan. Adapun tujuan penelitian sebelumnya adalah
mendeskripsikan frasa eksosentrik dan endosentrik pada pada rubik berita “Puan”.
Teknik pengumpulan data pada penelitian sebelumnya menggunakan teknik
dokumentasi, pada penelitian saat ini menggunakan teknik baca dan teknik catat. Data
yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah Rubrik Berita“Puan” dalam Surat
Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari 2016. Penelitian saat ini data yang
digunakan berupa frasa yang terdapat pada berita kriminalitas harian Suara Merdeka
edisi Desember 2016. Pada bagian pembahasan penelitian sebelumnya menganalisis
frasa eksosentrik dan frasa endosentrik, sedangkan penelitian ini menganalisis frasa
endosentrik saja pada harian Suara Merdeka edisi Desember 2016.
2.
Penelitian dengan judul “Frasa Endosentris Pada Bahasa Jepang”
Untuk membedakan penelitian yang berjudul “Frasa Endosentrik pada Berita
kriminal dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016” dengan penelitian yang
sudah ada sebelumnya. Peneliti meninjau penelitian mahasiswa Universitas
Diponegoro yang berjudul “Frasa Endosentris Pada Bahasa Jepang” oleh Lina
Rosliana, tahun 2015. Penelitian tersebut menghasilkan analisis berupa frasa
endosentrik yang terdapat pada bahasa Jepang. Pada penelitian terdahulu, menunjukan
bahwa penelitian mengenai “Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian
Suara Merdeka Edisi Desember 2016” belum pernah dilakukan. Penelitian tersebut
menguraikan hasil yang mencakup: frasa endosentrik yang terdiri dari ; 1) frasa
endosentrik atributif, 2) frasa endosentrik koordinatif dan 3) frasa endosentrik apositif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang pertama yaitu
terletak pada tujuan penelitian, data dan sumber data, serta hasil pembahasan. Adapun
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
8
tujuan penelitian sebelumnya mendeskripsikan frasa endosentrik pada bahasa Jepang,
sedangkan pada penelitian ini hanya menganalisis frasa endosentrik pada berita
Kriminal. Data yang digunakan penelitian sebelumnya berupa frasa yang terdapat
pada bahasa Jepang, sedangkan pada penelitian ini yaitu berupa berita Kriminal.
Bagian hasil dan pembahasan penelitian sebelumnya menganalisis frasa endosentrik
pada bahasa Jepang, sedangkan penelitian ini menganalisis frasa endosentrik pada
harian Suara Merdeka edisi Desember 2016.
3.
Penelitian dengan judul “Frasa Endosentrik Bahasa Jawa Dalam Novel
Duraka Karya Any Asmara”
Untuk membedakan penelitian yang berjudul “Frasa Endosentrik pada Berita
Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016” dengan penelitian
yang sudah ada sebelumnya. Peneliti meninjau penelitian mahasiswa Universitas
Negeri Yogyakarta yang berjudul “Frasa Endosentrik Bahasa Jawa Dalam Novel
Duraka Karya Any Asmara” oleh Vina Retnawati NIM 08205244109, Tahun 2014.
Penelitian tersebut menghasilkan analisis berupa frasa endosentrik bahasa Jawa dalam
novel Duraka karya Any Asmara. Penelitian terdahulu menunjukan bahwa penelitian
mengenai “Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka
Edisi Desember 2016” belum pernah dilakukan. Hal-hal yang ditemukan dalam
penelitian ini antara lain: Pertama, tipe-tipe konstruksi frasa endosentrik bahasa Jawa
yang meliputi tipe konstruksi frasa endosentrik koordinatif, tipe konstruksi frasa
endosentrik atributif, dan tipe konstruksi frasa endosentrik apositif. Tipe konstruksi
frasa endosentrik koordinatif meliputi dua jenis yaitu tipe konstruksi frasa endosentrik
koordinatif kopulatif dan tipe konstruksi frasa endosentrik koordinatif alternatif.
Kedua, kategori frasa endosentrik yang ditemukan dalam penelitian ini ada enam
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
9
kategori yaitu verba, nomina, adjektiva, adverbia, numeralia, dan pronomina. Kategori
frasa endosentrik yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah frasa
berkategori nomina. Ketiga, hubungan makna yang ditemukan dalam penelitian ini
antara lain penjumlahan, pemilihan, penerang, pembatas, penentu/penunjuk, jumlah,
ragam, negatif, aspek, tingkat, sebutan, dan kesamaan.
Perbedaan penelitian yang berjudul “Frasa Endosentrik pada Berita
Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016” dengan penelitian
sebelumnya terletak pada tujuan penelitian, data dan sumber data, serta hasil
pembahasan. Adapun tujuan penelitian sebelumnya adalah mendeskripsikan tipe,
kategori, dan hubungan makna antar unsur yang membentuk konstruksi frasa
endosentrik bahasa Jawa yang terdapat dalam novel Duraka karya Any Asmara. Data
yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah frasa endosentrik bahasa Jawa
dalam novel Duraka karya Any Asmara. Penelitian saat ini data yang digunakan
berupa frasa yang terdapat pada berita kriminalitas harian Suara Merdeka edisi
Desember 2016. Pada bagian pembahasan penelitian sebelumnya menganalisa frasa
berdasarkan tipe, kategori, dan hubungan makna antar unsur yang membentuk
konstruksi frasa endosentrik, sedangkan penelitian yang saat ini membahas frasa
endosentrik berdasarkan tipe strukturnya.
B. Sintaksis
Sintaksis atau syntax (Ing) adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan
seluk-beluk frasa, klausa, dan kalimat, dengan satuan terkecilnya berupa bentuk bebas,
yaitu kata (Sukini, 2010: 3). Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut
susunan kata-kata di dalam kalimat (Verhaar, 2001: 11). Menurut Supriyadi (2014: 2)
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
10
Sintaksis adalah salah satu subdisiplin linguistik yang berada dalam wilayah
tatabahasa. Sebagai subdisiplin dalam tata bahasa, sintaksis membahas hal-hal yang
meliputi frasa, klausa, dan kalimat. Menurut Khirah dan Ridwan (2014: 10) sintaksis
berusaha menjelaskan hubungan fungsional antara unsur-unsur dalam satuan sintaksis
yang tersusun bersama dalam wujud frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Menurut
Arifin dan Junaiyah dalam Sukini (2010: 3) menyatakan bahwa sintaksis adalah
cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech), dan
unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa, dan
kalimat. Dapat disimpulkan dari pendapat-pendapat di atas bahwa sintaksis adalah
cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang kombinasi kata, susunan kata dalam
kalimat yang tersusun dalam wujud frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
C. Frasa
1.
Pengertian Frasa
Istilah frasa dalam bahasa Indonesia sering disamakan dengan istilah
kelompok kata. Dengan penyamaan tersebut, terimplikasi makna bahwa frasa itu
selalu terdiri atas dua kata atau lebih. Dalam bahasa Indonesia, istilah frasa diserap
dari kata phrase (Ingg). Istilah frasa kadang-kadang disebut pula dengan frase.
Mengacu pada Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Sukini, 2010: 20). Frasa adalah
kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang
(Verhaar, 2001: 291). Frasa adalah gabungan antara dua kata atau lebih yang sifatnya
tidak predikatif, dan tidak melebihi batas fungsi dalam kalimat, sehingga ia tidak
berpotensi untuk menjadi kalimat seperti halnya klausa (Rosliana, 2015: 52).
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
11
Frasa adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih,
baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak. Sebuah frasa sekurangkurangnya mempunyai dua anggota pembentuk. Anggota pembentuk ialah bagian
sebuah frasa yang terdekat atau langsung membentuk frasa itu (Parera 2009: 32).
Frasa tersusun atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa
(Khairah dan Ridwan, 2014: 21). Menurut Chaer (2012: 222) frasa adalah satuan
gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga
disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
Menurut Kridalaksana dalam Sukini (2010: 20) menyatakan bahwa frasa adalah
satuan gramatikal yang berupa gabungan kata dengan kata yang sifatnya tidak
predikatif atau nonpredikatif. Menurut Suhardi (2010:19) bahwa frasa atau frase dapat
didefinisikan sebagai kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih. Kedua kata
tersebut dapat berfungsi sebagai inti atau hanya salah satu saja berupa inti. Namun,
satu hal yang perlu dipahami berkaitan dengan frasa ini adalah masing-masing kata
yang membentuk konstruksi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh. Dapat
disimpulkan dari pendapat-pendapat di atas bahwa frasa adalah satuan gramatikal
yang bersifat nonprediktif, terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas
fungsi atau dapat disebut pula dengan gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi
sintaksis dalam kalimat dan tidak melebihi batas unsur klausa.
2.
Ciri-Ciri Frasa
Menurut Suhardi (2013: 21) mengingat antara frasa dan kata majemuk
memiliki kesamaan yaitu sama-sama dibangun atas beberapa kata maka untuk dapat
membedakan keduanya perlu diketahui ciri-ciri dasar yang terdapat pada frasa itu
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
12
sendiri. Ciri-ciri yang melekat pada frasa sebetulnya telah tersirat pada beberapa
definisi yang telah dikemukakan para ahli. Ada empat ciri-ciri frasa, yaitu (a) frasa
terdiri dari dua kata atau lebih. (b) frasa belum melampaui batas fungsi (SPOK). (c)
frasa belum memenuhi syarat sebagai klausa. (d) frasa lebih kecil daripada klausa.
3.
Jenis-Jenis Frasa
Klasifikasi frasa dibedakan menjadi empat yaitu frasa eksosentrik, frasa
endosentrik, frasa koordinatif, dan frasa apositif (Chaer, 2012: 225). Menurut Tarigan
(2009: 96) klasifikasi frasa berdasarkan tipe strukturnya dibedakan menjadi dua yaitu:
frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Berdasarkan distribusi unsur-unsurnya dalam
kalimat, frasa dibedakan menjadi dua tipe, yaitu frasa endosentrik dan frasa
endosentrik (Sukini, 2010: 21). Secara umum frasa dibedakan menjadi dua macam
frasa. Ada frasa endosentris dan ada frasa eksosentris (Parera, 2009: 55).
a.
Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi
dengan unsurnya. Frasa eksosentrik tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa
eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai unsur pusat (UP) (Supriyadi, 2014:
14). Frasa eksosentrik adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih,
tetapi berdistribusi tidak mengikuti salah satu unsur pembentukanya. Ahli lain
mendefinisikan frasa yang tidak memiliki unsur inti. Biasanya frasa eksosentrik ini
mengisi unsur keterangan dalam kalimat (Suhardi, 2013: 27). Menurut Verhaar dalam
Sukini (2010: 22) Frasa eksosentrik adalah frasa adalah frasa yang berdistribusi
komplementer dengan pusatnya. Contohnya frasa dari Jakarta. Frasa tersebut
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
13
berdistribusi dari komplementer, artinya unsur-unsurnya tidak bisa menggantikan
kedudukan keseluruhan frasa tersebut. Menurut Khairah dan Sakura Ridwan (2014:
22) frasa eksosentris yaitu konstruksi frasa yang tidak berfungsi dan berdistribusi
sama dengan semua unsur pembentuknya. Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak
mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa eksosentrik tidak
mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai
unsur pusat (UP) (Supriyadi, 2014:11). Dari pendapat beberapa ahli bahasa di atas
maka dapat disimpulkan bahwa frasa eksontrik adalah frasa yang tidak bisa
menduduki keseluruhan frasanya dan tidak mempunyai unsur pusat (UP).
b. Frasa Endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang berhulu, yang berpusat, atau headed
phrase yaitu frasa yang mempunyai fungsi yang sama dengan hulunya, Whitehall
dalam Tarigan (2009: 100). Frasa endosentris Dikatakan sebuah frasa apabila satuan
konstruksi frasa itu berdistribusi dan berfungsi sama dengan salah satu anggota
pembentuknya (Parera, 2009: 55). Frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu
unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan
keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan
keseluruhannya (Chaer 2012: 226). Frasa yang mempunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya, disebut frasa
endosentrik (Supriyadi, 2014: 11). Frasa endosentrik adalah frasa yang berdistribusi
pararel dengan salah satu atau semua unsur pembentuknya (Sukini, 2010: 22).
Menurut Khairah dan Ridwan (2014: 22) frasa yang berfungsi dan berdistribusi sama
dengan salah satu anggota pembentuknya disebut frasa endosentrik. Dari pendapat
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
14
beberapa ahli bahasa di atas maka dapat disimpulkan bahwa frasa endosentrik adalah
frasa yang berfungsi dan berdistribusi sama dengan pembentuknya atau salah satu
komponennya dapat menggantikan kedudukan komponen yang lain atau bisa disebut
saling menggantikan.
1) Frasa Endosentrik Koordinatif
Frasa koordinatif adalah frasa yang komponen pembentuknya terdiri dari dua
komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat
dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan, atau, tetapi,
maupun konjungsi terbagi seperti baik... baik, makin... makin, dan baik... maupun...
Frasa koordinatif ini mempunyai kategori sesuai dengan kategori komponen
pembentuknya (Chaer, 2012: 228). Frasa endosentrik koordinatif atau frasa serial
adalah frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang berbeda-beda (Tarigan,
2009: 102). Frasa endosentrik koordinatif terdiri atas unsur-unsur yang memiliki
kedudukan setara. Kesetaraannya itu dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu
dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau (Supriyadi, 2014: 18)
a) Frasa Koordinatif Nominal
Frasa koordinatif nominal adalah gabungan dua atau lebih frasa yang bertipe
nominal. Frasa nominal terdiri dari kelas kata yang bertipe nomina bergabung dengan
kelas kata yang bertipe nomina pula, sehingga terbentuk frasa nominal. Frasa nomina
pada intinya berbentuk kata benda atau nomina. Dalam frasa nominal, yang berfungsi
sebagai inti (unsur pusat) adalah nomina. Frasa ini memiliki distribusi yang sama
dengan nomina. Selain memiliki distribusi yang sama dengan nomina, frasa nomina
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
15
juga paling sering menduduki fungsi subjek dan objek sebagaimana halnya nomina.
Sebagai inti frasa, nomina menduduki bagian utama (pusat), sedangkan pewatasnya
berada di depan atau dibelakangnya. Pewatas yang terletak sebelum inti dinamakan
pewatas depan, sedangkan pewatas yang terletak setelah inti dinamakan pewatas
belakang (Khairah dan Ridwan, 2014: 31). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
nominal adalah kata yang digunakan untuk menamakan bermacam-macam hal yang
dibendakan seperti nama orang, tempat, nama suatu benda atau gagasan.
Berikut beberapa contoh mengenai frasa koordinatif nominal. (1) Johan dan
Amir bekerja di perusahaan yang sama. Terdiri dari nomina yang setara yaitu Johan
dan Amir yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuk frasa
koordinasi nominal. Frasa Johan dan Amir terdiri dari dua nomina yaitu kata Johan
dan kata Amir yang menjadi unsur pusat (UP). (2) Ayah saya mempunyai pabrik kopi
dan keju di Jakarta. Terdiri dari nomina yang setara yaitu kopi dan keju yang
dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuk frasa koordinatif nominal.
Frasa kopi dan keju terdiri dari dua nomina yaitu kata kopi dan kata keju yang menjadi
unsur pusat (UP). Frasa kopi dan keju dikatakan sebagai frasa koordinatif nominal
karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata kopi
dan kata keju.
b) Frasa Koordinatif Verbal
Frasa koordinatif verbal adalah gabungan dua atau lebih frasa atau kata yang
bertipe verba (kata kerja). Frasa koordinatif verbal pada intinya berupa kata kerja, atau
frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata golongan verbal. Frasa verbal
adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang dapat
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
16
menggantikan kategori verba. Verba berfungsi sebagai inti. Frasa verbal bisa tersusun
secara endosentris subordinatif dan endosentris koordinatif (Khairah dan Sakura
Ridwan, 2014: 43). Berikut beberapa contoh mengenai frasa koordinatif verbal. (3)
Alif mempunyai hobi membaca dan menulis setiap hari. Terdiri dari verba yang setara
yaitu membaca dan menulis yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga
terbentuklah frasa endosentrik koordinatif verbal. Konjungsi dan merupakan penanda
hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa membaca
dan menulis terdiri dari dua verba yaitu kata membaca dan kata menulis yang menjadi
unsur pusat (UP). Frasa membaca dan menulis dikatakan sebagai frasa koordinatif
verbal karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu
kata membaca dan kata menulis.
(4) Ketika musim kemarau warga tak dapat mencuci dan memancing di sungai
Cibawor lagi. Terdiri dari verba yang setara yaitu mencuci dan memancing yang
dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuklah frasa endosentrik
koordinatif verbal. Konjungsi dan merupakan penanda hubungan penambahan yang
berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa mencuci dan memancing terdiri dari
dua verba yaitu kata mencuci dan kata memancing yang menjadi unsur pusat (UP).
Frasa mencuci dan memancing dikatakan sebagai frasa koordinatif verbal karena
terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata mencuci
dan kata memancing.
c)
Frasa Koordinatif Adjektival
Frasa koordinatif adjektival adalah gabungan dua kata atau lebih frasa atau
kata yang bertipe adjektiva. Frasa adjektival adalah satuan sintaksis yang terbentuk
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
17
dari dua kata atau lebih yang dapat menggantikan kategori adjektiva. Adjektiva
berfungsi sebagai inti (Khairah dan Ridwan, 2014: 51). Pada frasa adjektiva terdiri
dari gabungan kata yang berupa kata sifat atau disebut juga adjektiva. Pada intinya
frasa adjektival merupakan kata yang menunjukan kata sifat. Berikut beberapa contoh
mengenai frasa koordinatif adjektival. (5) Rambut hitammu tampak indah, harum, dan
lembut. Terdiri dari adjektiva yang setara yaitu tampak indah, harum, dan lembut
yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terentuklah frasa endosentrik
koordinatif adjektival. Konjungsi dan merupakan penanda hubungan penambahan
yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa tampak indah, harum, dan lembut
terdiri dari tiga adjektiva yaitu tampak indah, harum, dan lembut yang menjadi unsur
pusat (UP). Frasa tampak indah, harum, dan lembut dikatakan sebagai frasa
koordinatif adjektival karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda
tersebut yaitu kata tampak indah kata harum dan kata lembut.
(6) Film yang tayang di bioskop itu sangat menyedihkan serta mengharukan.
Terdiri dari adjektiva yang setara yaitu meyedihkan dan mengharukan yang
dihubungkan dengan konjungsi serta sehingga terbentuklah frasa endosentrik
koordinatif adjektival. Konjungsi serta merupakan penanda hubungan penambahan
yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa meyedihkan serta mengharukan
terdiri dari dua adjektiva yaitu meyedihkan dan mengharukan yang menjadi unsur
pusat (UP). Frasa meyedihkan dan mengharukan dikatakan sebagai frasa koordinatif
adjektiva karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu
kata meyedihkan dan kata mengharukan.
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
18
d) Frasa Koordinatif Adverbial
Frasa koordinatif adverbial adalah gabungan dua atau lebih frasa atau kata
yang bertipe adverbia/kata keterangan. Frasa adverbial ialah frasa yang intinya berupa
kata keterangan, atau frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
keterangan, ialah kata yang mempunyai kecenderungan menduduki fungsi K dalam
klausa (Supriyadi, 2014: 16). Frasa adverbial adalah satuan sintaksis yang terbentuk
dari dua kata atau lebih dengan adverbia yang berfungsi sebagai inti dan nomina atau
adverbia (saja, lagi) yang berfungsi sebagai pewatas. Tidak semua adverbia dapat
berfungsi sebagai inti, hanya adverbia yang memiliki fitur semantik “waktu”, seperti
tadi, kemarin, nanti, besok, dan sekarang (Khairah dan Ridwan, 2014: 71). Berikut
beberapa contoh frasa koordinatif adverbial. (7) Senin dan Selasa Agil berangkat les
privat matematika. Terdiri dari adverbial yang setara yaitu Senin dan Selasa yang
dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuklah frasa endosentrik
koordinatif adverbial. Konjungsi dan merupakan penanda hubungan penambahan
yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa Senin dan Selasa terdiri dari dua
adverbia yaitu Senin dan Selasa yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa Senin dan
Selasa dikatakan sebagai frasa koordinatif adverbial karena terdiri dari referen yang
berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata Senin dan kata Selasa.
(8) Sudah atau belum kau sedekah hari ini?. Terdiri dari adverbia yang setara
yaitu sudah dan belum yang dihubungkan dengan konjungsi atau sehingga
terbentuklah frasa endosentrik koordinatif adverbial. Konjungsu atau merupakan
penanda hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa
Sudah atau belum terdiri dari dua adverbia yaitu sudah dan belum yang menjadi unsur
pusat (UP). Frasa Sudah atau belum dikatakan sebagai frasa koordinatif adverbial
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
19
karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata
sudah dan kata belum.
2) Frasa Endosentrik Apositif
Frasa apositif adalah frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang sama.
Frasa apositif umumnya bersifat nominal (Tarigan, 2009: 110). Frasa endosentrik
apositif adalah frasa koordinatif yang kedua komponen-komponennya saling merujuk
sesamanya, dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat dipertukarkan (Chaer,
2012: 228). Frasa itu memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan frasa endosentrik yang
koordinatif dan atributif. Dalam frasa endosentrik yang koordinatif unsur-unsurnya
dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik ada
unsur yang terpenting, yang lebih penting dari unsur lainnya (Supriyadi, 2014: 13).
Dari beberapa pakar yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa frasa endosentrik
apositif adalah frasa yang komponen-komponennya merujuk pada referen yang sama.
Berikut contoh frasa endosentrik apositif. (9) Asti, pemilik toko roti itu, telah
meraih untung besar hari ini. Unsur Asti merupakan unsur pusat (UP). Unsur pemilik
toko roti itu merupakan aposisi (Ap) atau informasi tambahan. (10) Kaesang, putra
presiden Jokowi itu, mempunyai sifat yang lucu. Unsur Kaesang merupakan unsur
pusat (UP). Unsur putra presiden Jokowi itu merupakan aposisi (Ap) atau informasi
tambahan. Berikut merupakan contoh frasa apositif yang dapat dipertukarkan urutan
komponennya seperti pada frasa Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. (11)
Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. (11a) Semeru, gunung tertinggi di
Pulau Jawa, akan meletus. (11b) Gunung tertinggi di Pulau Jawa, Semeru, akan
meletus.
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
20
3) Frasa Endosentrik Atributif
Frasa endosentrik atributif adalah frasa yang terdiri dari unsur pusat (UP) di
mana unsur tersebut merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan
atribut (Atr). Berbeda dengan frasa endosentrik koordinatif, frasa golongan ini terdiri
atas unsur-unsur yang tidak setara. Oleh karena itu, unsurunsurnya tidak mungkin
dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau (Supriyadi, 2014: 18). Frasa
endosentrik atributif adalah frasa yang mengandung hanya satu hulu (Tarigan, 2009:
111). Dapat disimpulkan bahwa frasa endosentrik atributif adalah sebuah frasa yang
mengandung satu hulu saja, artinya hanya mempunyai satu unsur pusat (UP) saja dan
unsur lainnya merupakan atribut untuk melengkapi unsur pusat (UP). Frasa
endosentrik atributif menurut Tarigan dibagi menjadi empat. Berikut uraian mengenai
frasa endosentrik atributif.
a) Frasa Atributif Nominal
Frasa atributif nominal adalah frasa yang hulunya berupa nomina atau kata
benda. Artinya frasa atributif nominal merupakan frasa yang terdapat pada awal atau
akhir kalimat. Frasa ini merupakan frasa yang terdiri dari kata benda yang memiliki
unsur pusat dan diikuti dengan atribut atau pewatas. Pewatas yang terletak sebelum
inti dinamakan pewatas depan, sedangkan pewatas yang terletak setelah inti
dinamakan pewatas belakang (Khairah dan Ridwan, 2014: 31). Berikut contoh frasa
atributif nominal. (12) Andi diberi tugas untuk menggambar gedung sekolah. Unsur
gedung merupakan usnur pusat (UP). Unsur sekolah merupakan atribut (Atr). (13) Tas
merah muda itu akan dibeli Alin sore ini. Unsur tas merah muda sebagai unsur pusat
(UP). Unsur ini sebagai atribut (Atr). (14) Andi menghadiri pesta ulang tahun
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
21
temannya dengan mengenakan baju baru. Unsur baju merupakan unsur pusat (UP).
Unsur baru merupakan unsur atribut (Atr).
b) Frasa Atributif Verbal
Frasa atributif verbal adalah frasa atributif yang hulunya berupa verba atau
kata kerja. Terdapat penanda modalitas sebelum kata inti, penanda modalitas tersebut
terdiri dari (akan, belum, dapat, harus, mau, sedang, sudah). Berikut contoh frasa
atributif verbal. (15) Saya sedang mencuci baju di sungai Klawing. Unsur mencuci
sebagai unsur pusat (UP). Unsur sedang
sebagai unsur atribut (Atr). (16) Ayah
sebentar lagi akan mendarat di bandara Soekarno-Hatta. Unsur mendarat sebagai
unsur pusat (UP). Unsur akan sebagai unsur atribut (Atr). (17) Anita harus pulang
pukul 20.00 nanti malam. Unsur pulang sebagai unsur pusat (UP). Unsur harus
sebagai unsur atribut (Atr).
c)
Frasa Atributif Adjektival
Frasa atributif adjektival adalah frasa atributif yang hulunya berupa adjektif
atau kata sifat. Frasa adjektival adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata
atau lebih yang dapat menggantikan katgori adjektiva. Adjektiva berfungsi sebagai
inti (Khairah dan Ridwan, 2014: 51). Adjektiva merupakan kata yang memberikan
keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam
kalimat. Adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi
atributif (Alwi, 2010: 177). Pada intinya frasa adjektival merupakan kata yang
menunjukan kata sifat. Berikut contoh frasa atributif adjektival. (18) Cantik sekali
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
22
wanita berbaju putih itu. Unsur cantik sebagai unsur pusat (UP). Unsur sekali sebagai
unsur atribut (Atr). (19) Dia terlalu tampan untuk menjadi kekasihku. Unsur tampan
sebagai unsur pusat (UP). Unsur terlalu sebagai unsur atribut (Atr). (20) Paman
sangat sabar menghadapi pelanggan yang semena-mena. Unsur sabar sebagai unsur
pusat (UP). Unsur sangat sebagai unsur atribut (Atr).
d) Frasa Atributif Adverbial
Frasa atributif adverbia adalah frasa atributif yang hulunya berupa kata
keterangan. Frasa adverbial ialah frasa yang intinya berupa kata keterangan, atau frasa
yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan, ialah kata yang
mempunyai kecenderungan menduduki fungsi K dalam klausa (Supriyadi,2014: 16).
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau
preposisi dalam konstruksi sintaksis (Kridalaksana, 1994: 81). Berikut contoh frasa
atributif adverbial. (21) Acara wisuda Alena akan dilaksanakan pada minggu depan.
Unsur minggu sebagai unsur pusat (UP). Unsur depan sebagai unsur atribut (Atr). (22)
Diva akan menonton konser Coldplay besok malam. Unsur besok sebagai unsur pusat
(UP). Unsur malam sebagai unsur atribut (Atr). (23) Lena sudah mengembalikan buku
perpustakaan kamis kemarin. Unsur kamis sebagai unsur pusat (UP). Unsur kemarin
sebagai unsur atribut (Atr)
D. Kriminal
1.
Pengertian
Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan
melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya (Kartono, 2011:
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
23
140). Kriminalitas adalah masalah manusia yang berupa suatu kenyataan sosial, yang
sebab musababnya kerap kurang dipahami, karena tidak melihat masalahnya menurut
proporsi yang sebenarnya secara dimensional. Kriminalitas adalah suatu hasil interaksi
karena adanya interrelasi antara yang ada dan saling mempengaruhi. (Widiyanti dan
Waskita, 1987: 1). Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa
herediter (bawaan sejak lahir, warisan) juga bukan merupakan warisan biologis.
Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria,
dapat berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun lanjut usia. Tindak kejahatan bisa
dilakukan secara sadar yaitu dipikirkan, direncanakan, dan diarahkan pada satu
maksud tertentu secara sadar dan benar. Dapat disimpulkan bahwa Kriminal adalah
sebuah tindakan kejahatan yang melanggar serangkaian norma-norma sehingga
ditentang oleh kalangan masyarakat.
2.
Jenis-jenis Kriminal
Menurut (Widiyanti dan Waskita, 1987: 45) jenis kriminal ada lima macam
yaitu, (1) Kejahatan-kejahatan Ekonomi yang terdiri dari, a) penyelundupan, b)
kejahatan dalam bidang perbankan, dan c) manipulasi dalam perdagangan. (2)
Kejahatan-kejahatan yang mempunyai aspek ekonomi yang terdiri dari, a)
penyelewengan keuangan negara (Korupsi), b) pengrusakan (sabotase pusat-pusat
kegiatan ekonomi). (3) Kejahatan-kejahatan yang mengancam rasa aman penduduk
secara luas yang terdiri dari, a) Banditisme dan b) Hi jacking. (4) perdagangan obat
bius (Narkotika) dan (5) pelanggaran lalu lintas yang membahayakan jiwa orang
banyak dan mengganggu lalu lintas orang.
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
24
3.
Wacana Berita Kriminal dalam Media Cetak
Menurut Mulyana (2005: 47) klasifikasi atau pembagian wacana sangat
tergantung pada aspek dan sudut pandang yang digunakan. Dalam hal ini, wacana
setidaknya dapat dipilah atas dasar beberapa segi, yaitu: (1) bentuk, (2) media, (3)
jumlah penutur, dan (4) sifat. Persoalan hukum dan kriminalitas, sekalipun bisa
dipisahkan, namun keduanya bagaikan dua sisi dari mata uang: berbeda tetapi menjadi
satu kesatuan. Kriminalitas menyangkut hukum, dan hukum mengelilingi kriminalitas.
Berikut adalah beberapa contoh tentang wacana hukum dan kriminalitas (1)
Tersangka DPT bertambah. (2) Tim pembela berharap kasasi dikabulkan MA. (3)
Vonis hakim lebih ringan. Menurut Mulyana (2005: 62) Ciri wacana hukum dan
kriminalitas dapat dikenali dari pemilihan kata (diksi) yang digunakan. Pada contoh
(1), terdapat kata tersangka (orang yang dikenai status sangkaan perbuatan melawan
hukum. Pada contoh (2), muncul bentuk-bentuk tim pembela (beberapa orang dengan
profesi pembela, bergelar sarjana hukum bergabung untuk membela klien); kasasi
(upaya mencari keadilan pada tingkat pengadilan tertinggi di Indonesia); dan MA
(Mahkamah Agung). Pada contoh (3) digunakan diksi vonis (kata putusan akhir
sebuah prosesi pengadilan, eksekusi), dan hakim (profesi penegak hukum, berwenang
memutuskan vonis di pengadilan).
Media cetak merupakan sebuah media penyampaian informasi yang memiliki
manfaat dan terkait dengan kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan secara
tertulis. Media cetak merupakan media yang paling banyak kita gunakan untuk
mengakses informasi-informasi tentang dunia di sekitar kita. Media cetak dapat
menyampaikan sebuah informasi secara detail dan terperinci. Oleh karena itu, media
cetak adalah tempat yang sangat berpotensi untuk memproduksi dan menyebarluaskan
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
25
masalah sosial. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Eriyanto (2011:36) bahwa media
membantu kelompok dominan menyebarkan gagasan, mengontrol kelompok lain, dan
membentuk konsensus antar anggota komunitas.
Koran harian Suara Merdeka didirikan oleh H. Hetami yang sekaligus menjadi
pemimpin redaksi pada 11 Februari 1950. Pertama kali diterbitkan di kota Solo, koran
ini mencetak 5000 eksemplar yang pada masa itu merupakan jumlah yang cukup besar
untuk surat kabar lokal. Kemudian, Suara Merdeka mulai melebarkan daerah
distribusinya ke Kudus dan Semarang. Sebagai koran provinsi, Suara Merdeka
memiliki keunggulan dengan kelengkapan berita-berita dari setiap kota yang ada di
Jawa Tengah. Dari segi kebahasaannya, Suara Merdeka memiliki suatu badan yang
bertugas mengatur tentang kebahasaanya, sehingga bahasa yang digunakan
merupakan bahasa yang memang benar-benar baik. Selain itu peneliti juga mudah
dalam memahami susunan kalimat pada koran Suara Merdeka.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa berita
kriminal yaitu laporan aktual berupa fakta yang disiarkan di media massa, peristiwa
mengenai tindakan kejahatan atau kriminal yang dilakukan seseorang atau kelompok
serta melanggar aturan hukum yang ditetapkan. Adapun tindak kejahatan meliputi:
pencurian, pemerasan, perampokan, pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan,
pencopetan,penodongan, penipuan dan korupsi.
Frasa Endosentrik Pada..., Ferdian Putri Ismaniar, FKIP UMP, 2017
Download