Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 B A B II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Karakteristik Kab. Pinrang 2.1.1.1 Luas dan Batas Administrasi Kabupaten Pinrang mempunyai luas wilayah 1.967 km persegi, memiliki daerah administratif 12 kecamatan, dan terdiri 39 Kelurahan dan 69 Desa yang meliputi 81 Lingkungan dan 168 Dusun. Adapun batas wilayah Kabupaten Pinrang sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Sidrap Sebelah Barat dengan Selat Makassar serta Kabupaten Polewali Mandar Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Parepare. Tabel 2.1 Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan Kabupaten Pinrang Tahun 2013 No KECAMATAN 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Suppa Mattiro Sompe Lanrisang Mattiro Bulu Watang sawitto Paleteang Tiroang Patampanua Cempa Duampanua Batulappa Lembang TOTAL LUAS AREA (km2) 3 KELURAHAN DESA LINGKUNGAN DUSUN 4 5 6 7 2 2 1 2 8 6 5 4 1 5 1 2 39 8 7 6 7 7 6 10 4 14 69 5 4 3 6 17 14 13 13 2 10 4 5 96 22 19 16 19 19 15 27 11 41 181 74.2 96.99 73.01 132.49 58.97 37.29 77.73 136.85 90.3 291.86 158.99 733.09 1.961,77 Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014 2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Pinrang berada ± 180 Km dari Kota Makassar terletak pada koordinat antara 4º10’30” sampai 3º19’13” Lintang Selatan dan 119º26’30” sampai 119º47’20”Bujur Timur. Kabupaten Pinrang berada pada perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat, serta menjadi jalur lintas darat dari dua jalur utama, baik antar provinsi dan antar kabupaten di Selawesi Selatan, yakni dari arah selatan: Makassar, Parepare ke wilayah Provinsi Sulawesi Barat, dan dari arah Timur: kabupaten-kabupaten di bagian timur dan tengah Sulawesi Selatan menuju Provinsi Sulawesi Barat. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 9 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.1.1.3 Topografi Kondisi topografi Kabupaten Pinrang memiliki rentang yang cukup lebar, mulai dari dataran dengan ketinggian 0 m di atas permukaan laut hingga dataran yang memiliki ketinggian di atas 1000 m di atas permukaan laut (dpl). Dataran yang terletak pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut sebagian besar terletak di bagian tengah hingga utara Kabupaten Pinrang terutama pada daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Toraja. Klasifikasi ketinggian/ topografi di Kabupaten Pinrang dapat dikelompokkan sebagai berikut: - Ketinggian 0 – 100 m dpl Wilayah yang termasuk ke dalam daerah ketinggian ini sebagian besar terletak di wilayah pesisir yang meliputi beberapa wilayah kecamatan yakni Kecamatan Mattiro Sompe, Lanrisang, Watang Sawitto, Tiroang, Patampanua dan Kecamatan Cempa. - Ketinggian 100 – 400 m dpl Wilayah yang termasuk ke dalam daerah dengan ketinggian ini meliputi beberapa wilayah kecamatan yakni Kecamatan Suppa, Mattiro Bulu, dan Kecamatan Paleteang. - Ketinggian 400 – 1000 m dpl Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini sebagian kecil wilayah meliputi Kecamatan Duampanua. - Ketinggian di atas 1000 m dpl Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini terdiri dari sebagian Kecamatan Lembang dan Batulappa. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel berikut ini : Tabel 2.2 Ketinggian Wilayah Kabupaten Pinrang No Kecamatan Ketinggian Dari Permukaan Laut (M Dpl) 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2 3 2 – 265 2 – 12 2 – 14 12 – 228 6 – 14 14 – 157 13 – 23 13 – 86 2 – 18 2 – 965 20 – 1007 2 – 1908 Suppa Mattiro Sompe Lanrisang Mattiro Bulu Watang Sawitto Paleteang Tiroang Patampanua Cempa Duampanua Batulappa Lembang Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka , 2010 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 10 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Kondisi topografi Kabupaten Pinrang juga dapat dikelompokkan berdasarkan kemiringan lereng yang terdiri dari: 1. Kemiringan 0-3 % Wilayah ini memiliki lahan yang relatif datar yang sebagian besar terletak di kawasan pesisir meliputi wilayah Kecamatan Mattiro Sompe, Lanrisang, Watang Sawitto, Tiroang, Patampanua dan Kecamatan Cempa. 2. Kemiringan 3 – 8 % Wilayah ini memiliki permukaan datar yang relatif bergelombang. wilayah yang memiliki karakteristik topografi demikian terdiri dari Kecamatan, Suppa, Mattiro Bulu, Batulappa dan Kecamatan Paleteang. 3. Kemiringan 8 – 45 % Wilayah ini memiliki permukaan yang bergelombang sampai agak curam.Wilayah yang memiliki karakteristik topografi seperti ini adalah Wilayah Kecamatan Duampanua. 4. Kemiringan > 45 % Wilayah ini memiliki permukaan curam yang bergunung-gunung. Wilayah yang memiliki karakteristik topografi ini meliputi wilayah-wilayah kaki pegunungan seperti Kecamatan Lembang. Kondisi Topografi Wilayah Kabupaten Pinrang bervariasi dari kondisi datar hingga berbukit.Keadaan wilayah berdasarkan kelerengan disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 2.3 Keadaan Wilayah Berdasarkan Kelerengan di Kabupaten Pinrang No Lereng Kriteria Luas (Ha) Presentase (%) 1 2 3 4 5 1 0 -2 Datar 100.370,2 51,1 2 2 - 15 Landai 15.696,8 8,1 3 15 - 40 Berbukit 50.246 25,6 4 > 40 Berbukit 29.864 15,2 196.177 100,00 Jumlah Sumber : RTRW Kab. Pinrang 2012 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 11 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Secara detail, peta kemiringan lereng dapat dilihat pada gambar berikut: RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 12 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.1.1.4 Geologi Geologi wilayah Kabupaten Pinrang dari hasil pengamatan dan kompilasi Peta Geologi Kabupaten Pinrang, maka susunan lapisan batuan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Endapan alluvium dan sungai, Endapan alluvium dan sungai mempunyai ketebalan antara 100-150 meter, terdiri dari atas lempung, lanau, pasir dan kerikil. Pada umumnya endapan lapisan ini mempunyai kelulusan air yang bervariasi dan kecil hingga tinggi. Potensi air tanah dangkal cukup besar tetapi sebagian wilayah kualitasnya kurang baik. Muka air tanah dangkal 1-1,50 meter. 2. Batuan gunung api tersusun atas breksi dengan komponen bersusun trakhit dan andesit, tufa batu apung, batu pasir terfaan, konglomerat dan breki terfaan, ketebalannya berkisar 500 meter, penyebarannya dibagian utara Kota Pinrang, Sekitar Bulu Lemo, Bulu Pakoro sedangkan dibagian selatan sekitar Bulu Manarang, Bulu Paleteang, Bulu Lasako (berbatasan dengan Parepare). Kearah Bungin terdapat batu gamping terumbu yang umumnya relatif sama dengan batuan gunung api. 3. Batuan aliran lava, Batuan aliran lava bersusun trakhit abu-abu muda hingga putih, bekekar tiang, penyebarannya kearah daerah Kabupaten Pinrang, yaitu sekitar Kecamatan Lembang dan Kecamatan Duampanua. 4. Batuan konglomerat (Formasi Walanae), Batuan ini terletak dibagian Timur Laut Pinrang, sekitar Malimpung sampai kewilayah Kabupaten Sidrap, satuan batuan ini terdiri atas konglomerat, sedikit batu pasir glakonit dan serpih dan membentuk morfologi bergelombang dan tebalnya kira-kira hingga 400meter. 5. Batuan lava bersusun basol hingga andesit, Satuan batuan ini berbentuk lava bantal, breksi andesit piroksin dan andesit trakhit. Tebalnya 50 hingga 100 meter dengan penyebaran sekitar Bulu Tirasa dan Pakoro. 6. Batu pasir, Satuan batuan ini bersusun andesit, batu lanau, konglomerat dan breksi. Struktur sesar diperkirakan terdapat pada batuan aliran lava dan batu pasir bersusun andesit, berupa sesar normal. Peta geologi Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada gambar berikut : RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 13 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.1.1.5 Hidrologi Di Kabupaten Pinrang, terdapat dua sungai besar yaitu sungai Mamasa dan Sungai Saddang, dimana sungai Mamasa sebenarnya masih merupakan anak sungai Saddang. Saat ini sungai Mamasa dimanfaatkan untuk keperluan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru yang berlokasi di Desa Ulu Saddang, RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 14 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Kecamatan Lembang. PLTA yang ada ini selain untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten Pinrang, juga untuk memenuhi kebutuhan listrik di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan Sungai Saddang dimanfaatkan untuk pengairan pertanian dengan cakupan pelayanan selain Kabupaten Pinrang juga melayani Kabupaten Sidrap. 2.1.1.6 Klimatologi Klasifikasi iklim menurut Smith-Ferguson, tipe iklim Wilayah Kabupaten Pinrang termasuk tipe A dan B dengan curah hujan terjadi pada bulan Desember hingga Juni dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai September. Kriteria tipe iklim menurut OldemanSyarifuddin bulan basah di Kabupaten Pinrang tercatat 7 - 9 bulan, bulan lembab 1 - 2 bulan dan bulan kering 2 - 4 bulan. Tipe iklim menurut klasifikasi Oldeman - Syarifuddin adalah iklim B dan C. Curah hujan tahunan berkisar antara 1073 mm sampai 2910 mm, Evaporasi rata-rata tahunan di Kabupaten Pinrang berkisar antara 5,5 mm/hari sampai 8,7 mm/hari. Suhu rata-rata normal antara 27°C dengan kelembaban udara 82% - 85%. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Pinrang, rata-rata curah hujan di Kabupaten Pinrang pada tahun 2012 sebesar 102,58 mm/bulan. Curah hujan terendah terjadi pada bulan September yakni sebesar 32 Mm, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April yakni sebesar 179 Mm. Banyaknya curah hujan tiap bulan di wilayah Kabupaten Pinrang sejak tahun 2007 sampai 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.4 Banyaknya Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Pinrang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan 1 Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Rata-Rata Per Bulan Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2 106 90 91 147 155 148 50 26 109 82 96 129 3 264 242 295 130 94 222 143 199 80 698 571 391 4 75 103 29 63 69 192 52 34 8 29 221 282 5 380 121 88 90 82 34 35 34 42 55 55 79 6 103 47 86 88 121 19 8 2 21 136 155 143 7 93 116 102 179 128 64 52 35 32 121 133 176 8 102,42 277,42 96,42 91,25 77,41 102,58 Sumber : Bps Kab. Pinrang Tahun 2014 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 15 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.1.1.7 Penggunaan Lahan Luas Provinsi Sulawesi Selatan menurut Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2012 adalah 1.967,7 km2. Angka ini merupakan angka yuridis yang digunakan sebagai luas Kabupaten Pinrang. Kondisi penutup lahan di wilayah Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 menunjukkan bahwa empat jenis penutup lahan, yaitu sawah 53.181 hektar (27,11%), kebun campur 46.741 hektar (23,83%), hutan 29.227 hektar (14,90%), dan tegalan/ladang sebanyak 26.840 hektar (13.68%). Areal tambak 15.665 hektar atau (7,99%) sementara lahan mangrove hanya 41 hektar atau (0,02%) dan lahan terbuka 10.124 hektar atau (5,16%) dan kawasan permukiman 5.482 atau (2,79%). Tabel 2.5 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Kabupaten Pinrang Tahun 2010 JENIS NO LUAS AREAL PENUTUP LAHAN Km² Km² % 2 3 4 5 1 1 Permukiman 5.482 54,82 2,79 2 Sawah 53.181 531,81 27,11 3 Kebun Campur 46.741 467,41 23,83 4 Lahan Terbuka 10.124 101,24 5,16 5 Semak Belukar 7.005 70,05 3,57 6 Ladang / Tegalan 26.840 268,40 13,68 7 Hutan 29.227 292,27 14,90 8 Tambak 15.665 156,65 7,99 9 Mangrove 41 0,41 0,02 10 Tubuh air 1.870 18,70 0,95 196,177 1.961,77 100,00 JUMLAH Rincian area tutupan Lahan Kabupaten Pinrang secara detail dapat dilihat pada peta berikut: RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 16 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Dalam kaitannya dengan kawasan hutan, dari keseluruhan luas Kabupaten Pinrang menurut Perda No. 14 tahun 2012 tentang RTRW Pinrang tercatat 71.605 yang termasuk dalam kawasan hutan atau merupakan 36,50% dari luas Kabupaten Pinrang seperti yang terlihat dalam tabel berikut: RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 17 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.6 Luas Kawasan Hutan Menurut Peta Padu Serasi Provinsi Sulawesi Selatan dan RTRW Kabupaten Pinrang NO KECAMATAN LUAS AREA (Ha) Hutan Lindung (Ha) Hutan Produksi Terbatas (Ha) Luas Kawasan Persentase 1 2 3 4 5 6 7 1 Suppa 7.420 - 1.129 1.129 15.22 2 Mattiro Sompe 9.699 - - - - 3 Lanrisang 7.301 - - - - 4 Mattiro Bulu 13.249 - 1.324 1.324 9.99 5 Watang sawitto 5.897 - - - - 6 Paleteang 3.729 - - - - 7 Tiroang 7.773 - - - - 8 Patampanua 13.685 646 - 646 4.72 9 Cempa 9.030 - - - - 10 Duampanua 29.186 1.542 5.574 7.116 24.38 11 Batulappa 15.899 8.627 2.121 10.748 67.60 12 Lembang 73.309 34.353 16.289 50.642 69.08 Pinrang 196.177 45.168 26.437 71.605 36.50 Sumber : SK. Menhut No. 434/ Menhut tgl 23 Juli 2009, Tentang Penunjukan Kawasan Hutan Dan Konservasi Perairan Provinsi Sulsel. Perda No. 09 tahun 2009 tentang RTRWP Sul-Sel Perda Nomor 14 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Pinrang Berdasarkan tabel di atas persentase luas kawasan hutan yang terbesar adalah Kecamatan Lembang dengan luas 50.642 Ha diikuti oleh Kecamatan Batulappa seluas 10.748 Ha. Dari data tersebut di atas terlihat pula bahwa Kawasan Hutan Lindung ini merupakan 23,02 % dari luas wilayah Kabupaten Pinrang, sedangkan Hutan Produksi Terbatas 13,48 % dari luas wilayah Kabupaten Pinrang. 2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah 2.1.2.1 Sistem Perkotaan dan Jaringan Prasarana PP 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) mengamanatkan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional yang diwujudkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang, pola ruang nasional dan kawasan strategis nasional yang mengatur pemanfaatan ruang di wilayah Sulawesi Selatan dan Kabupaten Pinrang. Pengembangan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan diarahkan dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang baik Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi Selatan guna mengembangkan Sulawesi Selatan sebagai simpul transportasi, industri, RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 18 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 perdagangan, pariwisata, dan pertanian yang seiring dengan peningkatan kualitas lingkungan. Rencana struktur ruang Provinsi Sulawesi Selatan sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat diarahkan untuk meningkatkan interkoneksi antara kawasan perkotaan baik antara Pusat Kegiatan Nasional, dengan Pusat Kegiatan Wilayah maupun dengan Pusat Kegiatan Lokal yang didukung oleh peningkatan kualitas jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air secara terpadu. Rencana struktur ruang wilayah nasional dan Provinsi Sulawesi Selatan di Pinrang meliputi sistem perkotaan, sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi dan sistem jaringan sumber daya air. Sedangkan rencana pola ruang di Kabupaten Pinrang mencakup kawasan lindung nasional, dan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional dan provinsi serta kawasan strategis nasional dan provinsi. Tabel 2.7 Sistem Perkotaan Nasional, Provinsi dan Kabupaten Pinrang Sistem Perkotaan Nasional Sistem Perkotaan Provinsi 1 2 KAPET Parepare di Pinrang terdiri atas : Kecamatan Suppa, Kecamatan Lanrisang, Kecamatan Mattiro Bulu, Kecamatan Mattiro Sompe, Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Paleteang, Kecamatan Tiroang, Kecamatan Patampanua, Kecamatan Cempa, Kecamatan Duampanua, Kecamatan Batulappa, dan Kecamatan Lembang Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Kawasan Perkotaan Pinrang Sistem Perkotaan Kabupaten PPK 3 Kawasan Perkotaan Watang Suppa di Kecamatan Suppa Kawasan Perkotaan Alitta di Kecamatan Mattiro Bulu Kawasan Perkotaan Teppo di Kecamatan Patampanua Kawasan Perkotaan Lampa Pekkabata di Kecamatan Duampanua Kawasan Perkotaan Kassa Di Kecamatan Batulappa PPL 4 Pusat permukiman perdesaan Lero di Kecamatan Suppa Pusat Permukiman perdesaan Langnga di Kecamatan Mattiro Sompe Pusat Permukiman perdesaanWaetuoe di Kecamatan Lanrisang Pusat Permukiman perdesaan Tadang Palie di Kecamatan Cempa Pusat Permukiman perdesaan Bungi di Kecamatan Duampanua Pusat Permukiman perdesaanLembang Mesakada di Kecamatan Lembang Pusat permukiman perdesaan Sali-Sali di Kecamatan Lembang Pusat permukiman perdesaan Basseang di Kecamatan Lembang Pusat Permukiman perdesaan Tadang Palie di Kecamatan Cempa Pusat Permukiman perdesaan Bungi di Kecamatan Duampanua Kawasan Perkotaan Tadokkong di Kecamatan Lembang Sumber : RTRWN, RTRWP Sulawesi Selatan dan RTRW Pinrang RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 19 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Kabupaten Pinrang merupakan bagian dari Sistem Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Pare-pare yang merupakan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan arahan peningkatan pertumbuhan ekonomi dari sudut pandang agroindustri dan perikanan. Sedangkan sistem perkotaan provinsi sebagaimana arahan RTRW Provinsi selain mengalokasikan sistem perkotaan nasional sebagaimana arahan RTRWN juga mengalokasikan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang merupakan kawasan perkotaan mengembang fungsi sebagai pusat pengolahan dan distribusi barang dan jasa, simpul transportasi, pusat jasa pemerintahan kabupaten/kota serta pusat pelayanan publik berskala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan yakni kawasan perkotaan Pinrang yang sesuai dengan RTRW Kabupaten Pinrang meliputi sebagian Kecamatan Watang Sawitto, sebagian Kecamatan Paleteang dan sebagian Kecamatan Tiroang. Adapun sistem perkotaan eksisting dan direncanakan meliputi Pusat Pelayanan Kawasan Watang Suppa, Alitta, Teppo, Lampa Pekkabata, Kassa dan Tadokkong. Selain itu, Pusat Permukiman Perdesaan berupa rencana Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) terdiri dari PPL Lero, Langnga, Waetuoe, Tadangpalie, Bungi, Lembang Mesakada, Sali-Sali, dan Basseang. Data Arahan Sistem Jaringan Struktur Ruang Wilayah Nasional dan Provinsi di Kabupaten Pinrang secara lebih detail dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 2.8 Arahan Sistem Jaringan Struktur Ruang Wilayah Nasional dan Provinsi di Kabupaten Pinrang No Sistem Jaringan Transportasi Nasional/Provinsi 1 1 2 Sistem Jaringan Energi Nasional/Provinsi 2 Sistem Jaringan Komunikasi Nasional/Provinsi 3 4 Sistem Jaringan Sumber Daya Air 5 Ruas Batas Provinsi Sulawesi Barat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peningkatan Station Telepon Air permukaan yang bersumber dari WS – Batas Kota Pinrang sepanjang Bakaru di Kecamatan Lembang dengan Otomat (STO) di Kecamatan Saddang sebagai wilayah sungai lintas 43,554 (empat puluh tiga koma lima kapasitas 126 (seratus dua puluh enam) Watang Sawitto provinsi yang meliputi DAS Kariango, lima empat) kilometer megawatt Ruas jalan Sultan Hasanuddin Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Rencana telepon nirkabel berupa Bendung, yaitu Bendung Benteng dan sepanjang 0,891 (nol koma delapan (PLTD) Suppa di Kecamatan Suppa menara Base Transceiver Station Bendung Pasolengan di Kecamatan sembilan satu) kilometer dengan kapasitas 62 (enam puluh dua) (BTS) dikembangkan tidak Duampanua, , Bendung Padang Lolo megawatt mengganggu aktivitas sekitarnya dan Bendung Taccipi di Kecamatan DAS Rappang, dan DAS Karajae Patampanua dan Bendung Kalosi di Kecamatan Lembang 3 Ruas jalan Ahmad Yani sepanjang Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Rencana penggunaan Tower Base Bendungan yaitu Bendungan Bakaru di 2,804 (dua koma delapan kosong (PLTMH) Sawitto di Kecamatan Transceiver Station (BTS) secara Kecamatan Lembang empat) kilometer Patampanua dengan kapasitas 1,5 terpadu (satu koma lima) megawatt 4 Ruas Batas Kota Pinrang – Batas Rencana pembangunan Pembangkit Embung, yaitu Embung Watang pulu di Kota Parepare sepanjang 20,154 Listrik Tenaga Surya Terpusat di Kecamatan Suppa, dan Embung Watang (dua puluh koma satu lima empat) Kecamatan Lembang, Kecamatan Kasa I dan Embung Watang Kasa II di kilometer Batulappa, dan Kecamatan Duampanua Kecamatan Batu Lappa, Embung RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 20 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 (I-IV/B) Binanga Karaeng I dan Embung Binanga Karaeng II di Kecamatan Lembang, dan Embung Malimpung di Kecamatan Patampanua 5 Ruas jalan Jenderal Sudirman Rencana pengembangan Pembangkit sumber air permukaan lainnya berupa sepanjang 2,912 (dua koma Listrik Tenaga Panas Bumi dengan mata air yang meliputi mata air Pakeng, sembilan satu dua) kilometer kapasitas 25 (dua puluh lima) Mwe mata air Taddokkong, dan mata air Tuppu di Kecamatan Lembang, mata air Rajang, dan mata air Massewae di Kecamatan Duampanua, dan mata air Tapporang di Kecamatan Batulappa 6 Ruas Pinrang –Rappang sepanjang Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Cekungan Air Tanah (CAT) yang 19,68 (sembilan belas koma enam kapasitas 150 (seratus lima puluh) KV meliputi: Cekungan Air Tanah (CAT) delapan) kilometer yang menghubungkan GI Bakaru – GI lintas kabupaten, yaitu CAT Sidenreng Tuppu - GI Pinrang, GI Pinrang - GI Rappang yang melintasi Kecamatan Parepare, dan GI Parepare – GI Suppa Watang Sawitto, Kecamatan Paleteang, Kecamatan Tiroang, Kecamatan Mattiro Bulu, Kecamatan Suppa, Kecamatan Lanrisang, Kecamatan Cempa, Kecamatan Patampanua, dan Kecamatan Duampanua No 7 Sistem Jaringan Transportasi Sistem Jaringan Energi Sistem Jaringan Komunikasi Nasional/Provinsi Nasional/Provinsi Nasional/Provinsi Sistem Jaringan Sumber Daya Air Ruas jalan Pincara – Malimpung – Gardu Induk (GI) Bakaru dengan DI Saddang dengan luas pelayanan Malaga Batas Kabupaten Enrekang kapasitas 20 (dua puluh) MVA terdapat 42.931 (empat puluh dua ribu sembilan sepanjang 22,50 (dua puluh dua di Kecamatan Lembang dan GI Pinrang ratus tiga puluh satu) hektar koma lima nol) kilometer dengan kapasitas 20 (dua puluh) MVA di Kecamatan Watang Sawitto 8 Ruas jalan Tuppu – Bakaru DI Taccipi di Kecamatan Patampanua sepanjang 20,00 (dua puluh koma dengan luas pelayanan 1.568 (seribu nol) kilometer lima ratus enam puluh delapan) hektar 9 Daerah Irigasi (DI) yang terdiri dari 87 (delapan puluh tujuh) DI meliputi total luas pelayanan 9.557 (sembilan ribu lima ratus lima puluh tujuh) hektar terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Lembang, Kecamatan Duampanua, Kecamatan Patampanua, Kecamatan Batulappa, dan Kecamatan Mattiro Bulu Sumber : RTRWN, RTRWP Sulawesi Selatan dan RTRW Pinrang Struktur ruang wilayah Kabupaten Pinrang secara umum diarahkan untuk mendukung pemerataan pertumbuhan wilayah Kabupaten Pinrang dan mendorong peningkatan intensitas aktivitas ekonomi wilayah, untuk itu dalam pengembangannya perlu didukung oleh berbagai sistem prasarana wilayah yang terkoneksi secara nasional dan regional. Pengembangan sistem prasarana wilayah dilakukan secara berhirarki sesuai dengan interaksi dan kebutuhan pengembangan serta potensi yang perlu didorong. Sistem prasarana wilayah perlu diupayakan dalam rangka mendorong kegiatan ekonomi serta peningkatan aksesibilitas antar wilayah, khususnya antar pusat RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 21 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 kegiatan dan aktivitas kegiatan ekonomi di masing-masing satuan wilayah pengembangan atau pusat pertumbuhan. Selanjutnya melalui hubungan antara kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan dan wilayah potensial, diharapkan dapat mendorong interaksi simbiosis mutualistis antar pusat pertumbuhan dengan wilayah belakangnya atau antar satuan wilayah pengembangan/ pusat dan sub pusat pelayanan wilayah.Sistem prasarana wilayah yang mendukung pemantapan struktur ruang dalam jangka panjang diarahkan pada pengembangan sistem prasarana wilayah dengan dua pola, yaitu: pertama; peningkatan prasarana wilayah untuk melayani tingkat kebutuhan saat ini, dan kedua; peningkatan prasarana wilayah untuk mendukung pemerataan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Pinrang melalui peningkatan aksesibilitas antar kawasan perkotaan dan perdesaan, dan antar pusat-pusat kegiatan wilayah. Perencanaan sistem transportasi yang merupakan sistem jaringan prasarana utama wilayah di Kabupaten Pinrang diarahkan untuk mencapai tujuan pengembangan wilayah secara lokal, regional dan nasional. Secara lokal, arahan perencanaan sistem transportasi adalah sebagai berikut: 1. Mencapai integrasi antar-kecamatan di Kabupaten Pinrang melalui pembenahan sistem jaringan dan sistem pergerakan untuk menyeimbangkan aksesibilitas antar-kecamatan. 2. Mengatasi persoalan yang terjadi pada interaksi sistem pergerakan dan sistem kegiatan, terutama mengenai kemacetan yang terjadi di titik-titik penggantian antarmoda. 3. Mendukung peningkatan produksi pertanian pada sentra-sentra produksi tanaman pangan di daerah perdesaan melalui ketersediaan jaringan prasarana jalan. 4. Mengantisipasi pertambahan travel demand dimasa yang akan datang melalui pengembangan kuantitas dan kualitas prasarana jaringan jalan. Kemudian keterkaitan dengan sistem transportasi regional diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Mendukung perkembangan ekonomi wilayah yaitu meningkatkan kelancaran arus koleksi dan distribusi barang dan jasa dengan pembenahan struktur dan fungsi jaringan jalan sesuai dengan rencana struktur pusat permukiman dan pelayanan dalam wilayah kabupaten. Hal ini dicapai melalui perencanaan prasarana kereta api, pelabuhan, bandara, dan terminal kargo. 2. Mengantisipasi penambahan travel demand pada perbatasan antar kota/kabupaten. Hal ini dicapai melalui perencanaan rute/trayek moda angkutan umum. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 22 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Kemudian, keterkaitan dengan sistem transportasi nasional diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat pada koridor-koridor jaringan jalan arteri primer memanfaatkan peluang tingginya intensitas pergerakan pada kawasan tersebut. 2. Peningkatan aksesibilitas antar PKL Pinrang dengan pusat perkotaan lainnya yang ada diluar wilayah Kabupaten Pinrang utamanya dengan PKN. 2.1.2.2 Kawasan Budidaya Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pinrang merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Pinrang yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pinrang berfungsi : 1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah Kabupaten Pinrang. 2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang. 3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun, dan 4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah Kabupaten Pinrang. Tabel 2.9 Arahan Pola Ruang Kabupaten Pinrang No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase 3 4 1 1 2 Kawasan Hutan Lindung 45,168 23.00 2 Kawasan Hutan Produksi Terbatas 26,437 13.48 3 Kawasan Hutan Bakau (mangrove) 150 0.08 4 Kawasan tambak 12,155 6.20 5 Kawasan perkebunan 24,417 12.45 6 Kawasan Pertanian Lahan Basah 44,861 22.87 7 Kawasan Pertanian Lahan Kering 30,914 15.76 8 Kawasan Permukiman 5,482 2.79 9 Sempadan Sungai 6,593 3.36 Total 196,177 100 Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 23 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Dalam pengelolaan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Pinrang diterapkan azas harmonisasi yaitu menciptakan keseimbangan antara fungsi ekologis kawasan dengan manfaat fungsi ekonomis kawasan dalam arti melakukan eksplorasi kawasan dalam memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi, dan budaya namun tetap memperhatikan daya dukung lahan sehingga ekosistem alami tetap terjaga. a. Hutan Produksi Terbtas (HPT) Kawasan hutan produksi di wilayah Kabupaten Pinrang tersebar di wilayah Kecamatan Batulappa, Kecamatan Lembang, dan Kecamatan Duampanua Kecamatan Mattiro Bulu dan Kecamatan Suppa dengan luas keseluruhan adalah 26.435,90 Ha. Hutan produksi terbatas di wilayah Kabupaten Pinrang juga merupakan bagian dari upaya pelestarian DAS Saddang.U ntuk meningkatkan kualitas tata air di DAS Saddang ini, maka hutan produksi yang ada harus ditingkatkan kualitasnya melalui pengembangan vegetasi hutan utamanya tanaman tegakan tinggi yang memiliki fungsi kuat sebagai penjaga tata air. Tabel 2.10 Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Pinrang No Hutan Produksi Terbatas (HPT) Luas (Ha) Persentase (%) 1 2 3 4 1 HPT di Kecamatan Suppa 1,129 4.27 2 HPT di Kecamatan Mattiro Bulu 1,324 5.01 3 HPT di Kecamatan Duampanua 5,574 21.08 4 HPT di Kecamatan Batulappa 2,121 8.02 5 HPT di Kecamatan Lembang 16,289 61.61 26,437 100.00 Total Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 24 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 b. Kawasan Pertanian Kabupaten Pinrang merupakan salah satu wilayah sentra produksi beras di Provinsi Sulawesi Selatan yang termasuk Kawasan Bosowasipilu (kawasan sentra produksi beras) dengan luas areal persawahan potensial ± 44.861 Ha (22,87% luas wilayah Kabupaten Pinrang). Jenis komoditi tanaman pangan selain padi yang merupakan komoditi unggulan antara lain: jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, dan kedele. Pada dasarnya persebaran produksi tanaman pangan jenis padi di wilayah Kabupaten Pinrang tersebar secara merata di seluruh wilayah, dimana semua wilayah kecamatan memiliki areal persawahan yang produktif dengan sumber pengairan dari irigasi teknis. Sedangkan kawasan tanaman pangan lahan kering yang merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan kering untuk tanaman palawija, holtikultura atau RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 tanaman pangan tahunan, pengembangan Bab II Hal. 25 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 kegiatannya tersebar merata diseluruh wilayah kecamatan dengan luas areal yang diarahkan untuk pengembangan lahan kering adalah 30.914 ha. Tabel 2.11 Arahan Kawasan Peruntukan Lahan Basah dan Lahan Kering Pertanian Lahan Basah No Kecamatan 1 2 Pertanian Lahan Kering Luas (Ha) Persentase (%) Luas (Ha) Persentase (%) 3 4 5 6 1 Suppa 1,716 3.83 2503 8.10 2 Lanrisang 3,714 8.28 1015 3.28 3 Mattiro Bulu 4,822 10.75 3698 11.96 4 Mattiro Sompe 3,679 8.20 878 2.84 5 Paleteang 3,137 6.99 2251 7.28 6 Tiroang 4,835 10.78 2413 7.81 7 Watang sawitto 4,033 8.99 834 2.70 8 Patampanua 4,464 9.95 4394 14.21 9 Cempa 4,237 9.45 2240 7.25 10 Duampanua 7,671 17.10 7359 23.81 11 Batulappa 458 1.02 1798 5.82 12 Lembang 2,093 4.67 1530 4.95 44,861 100.00 30,914 100.00 Total Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang Sedangkan Pengembangan kegiatan budidaya tanaman tahunan/ perkebunan di wilayah Kabupaten Pinrang diarahkan pada beberapa kawasan potensial pengembangan komoditi tanaman tahunan seperti Kakao, Kopi Robusta, Kopi Arabica, Kelapa Hibrida, Kelapa sawit, Jambu Mete, jarak dan Kemiri. Luas areal yang diarahkan untuk pengembangan tanaman perkebunan adalah seluas 24.417 ha, dengan jenis komoditi unggulan wilayah berupa Kakao yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan, dan Kopi Robusta yang potensial dikembangkan di wilayah Kecamatan Lembang. Komoditi perkebunan lainnya yang banyak dibudidayakan di wilayah Kabupaten Pinrang terdiri atas : Kopi Arabica, Kelapa Hibrida, Kelapa Dalam, Jambu Mete, dan Kemiri. Untuk kegiatan perkebunan yang intensif diarahkan pada kawasan dengan ketinggian RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 26 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 200 – 400 m dpl, sementara untuk kegiatan perkebunan yang non intensif diarahkan pada areal dengan ketingggian > 400 m dpl Tabel 2.12 Arahan Kawasan Peruntukan Perkebunan No Kecamatan Luas (Ha) Persentase (%) 1 1 2 Suppa 3 1,351 4 5.53 2 Lanrisang - 0.00 3 Mattiro Bulu 2,685 11.00 4 Mattiro Sompe - 0.00 5 Paleteang 78 0.32 6 Tiroang 0 0.00 7 Watang sawitto - 0.00 8 Patampanua 2,233 9.15 9 Cempa 864 3.54 10 Duampanua 1,620 6.63 11 Batulappa 1,212 4.96 12 Lembang 14,374 58.87 24,417 100.00 Total Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang c. Kawasan Perikanan Rencana pengembangan kegiatan perikanan di wilayah Kabupaten Pinrang dapat dikluster berdasarkan jenis kegiatannya yaitu : 1) budidaya laut, 2) budidaya payau, dan 3) budidaya air tawar. Arahan pengembangan komoditas perikanan mencakup : a) komoditas perikanan budidaya payau berupa udang windu, bandeng, dan kepiting bakau, b) komoditas perikanan budidaya laut berupa rumput laut, kerapu, dan sejenisnya, dan c) komoditas budidaya air tawar berupa ikan karper, ikan mas, dan ikan nila. Pertimbangan arahan pengembangan kegiatan budidaya tersebut didasarkan atas nilai ekonomis yang tinggi dan telah berkembang di masyarakat, serta pangsa pasarnya cukup prospek. Dengan mempertimbangkan karakteristik kawasan yang sesuai untuk pengembangan budidaya payau di Kabupaten Pinrang, maka sebarannya lebih diarahkan di wilayah Kecamatan Duampanua, Kecamatan Mattiro Sompe, Kecamatan Cempa, Kecamatan Suppa, Kecamatan Lanrisang, dan Kecamatan Lembang dengan total areal seluas ± 13.559 ha. Jenis komoditi perikanan budidaya payau unggulan wilayah Kabupaten Pinrang berupa Udang dan Rumput Laut. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 27 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Sementara untuk kegiatan budidaya laut akan memanfaatkan perairan Selat Makassar yang membentang dari selatan sampai barat kearah laut lepas menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten Pinrang. Untuk kegiatan budidaya air tawar di Kabupaten Pinrang lebih diarahkan pada kawasan yang sesuai dengan karakteristik kegiatan budidaya tersebut, terutama persediaan air tawar yang cukup dengan luas areal kolam keseluruhan 1.364 ha yang tersebar hampir merata di seluruh wilayah kecamatan. Tabel 2.13 Arahan Kawasan Perikanan No KAWASAN LOKASI 1 2 3 1 Kawasan Perikanan Tangkap kawasan pesisir dan laut Kecamatan Suppa, kawasan pesisir dan lau Kecamatan Lanrisang, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Mattiro Sompe,kawasan pesisir dan laut Kecamatan Duampanua, dan kawasan peisisir dan laut Kecamatan Lembang 2 Kawasan buididaya perikanan laut dan rumput laut Kecamatan Suppa, Kecamatan Lanrisang, Kecamatan Mattiro Sompe, Kecamatan Cempa,Kecamatan Duampanua, dan Kecamatan Lembang 3 Kawasan budidaya perikanan air payau komidtas udang dan bandeng Kecamatan Suppa, Kecamatan Lanrisang, Kecamatan Mattiro Sompe, Kecamatan Cempa,Kecamatan Duampanua, dan Kecamatan Lembang 4 Kawasan budidaya perikanan air tawar Kecamatan Paleteang, Kecamatan Cempa, Kecamatan Patampanua, Kecamatan Mattiro Bulu, dan Kecamatan Duampanua. Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 28 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 d. Kawasan Pariwisata Kawasan peruntukan pariwisata memiliki fungsi utama antara lain : 1) memperkenalkan, mendayagunakan, dan melestarikan nilai-nilai sejarah/ budaya lokal dan keindahan alam, 2) mendukung upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah dimana obyek wisata tersebut berada. Jenis obyek wisata yang diusahakan dan dikembangkan di RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 29 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 kawasan peruntukan pariwisata dapat berupa wisata alam ataupun wisata sejarah dan konservasi budaya. Dalam UU/9/1990 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan seni bangsa untuk dijadikan sasaran wisata. Pengembangan pariwisata di suatu daerah harus direncanakan dan dikembangkan secara ramah lingkungan dengan tidak menghabiskan atau merusak sumber daya alam dan sosial, namun dipertahankan untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Di wilayah Kabupaten Pinrang kegiatan kepariwisataan merupakan salah satu sektor yang perlu digenjot pertumbuhannya melalui pengembangan kawasan obyek wisata, mengingat sektor kepariwisataan akan mampu menumbuhkembangkan sektor-sektor terkait yang cukup luas (multiplier effect). Adapun rencana pengembangan sektor kepariwisataan di wilayah Kabupaten Pinrang terdiri atas pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan. Tabel 2.14 Kawasan Pariwisata Kabupaten Pinrang NO KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA LOKASI 1 Makam Tuan Fakki Kecamatan Tiroang 2 Makam Pallipa Putee Kecamatan Mattiro Sompe 3 Masjid Tua Tondo Bunga Kecamatan Lembang 4 Makam Raja – Raja Kaballangan Kecamatan Duampanua 5 Masjid Tua At Taqwa Jampue Kecamatan Lanrisang 6 Saoraja Datu Lanrisang Kecamatan Lanrisang 7 Pengrajin Sarung Sutra Mandar, Masjid Tua Kecamatan Suppa Ujung Lero , Istana Datu Suppa dan Makam Besse Kajuara Makam Lasinrang di Kelurahan Laleng Bata, Kecamatan Paleteang Makam Petta Malae di Kelurahan Temmasarangnge, Arajang Sawitto dan Pusara Benteng Sawitto dan Makam Addatuang Sawitto Matinro Langkara’na Saoraja Desa Liang Garessi, Monumen Kecamatan Watang Sawitto. Lasinrang, Istana Addatuang Sawitto dan Kompleks Makam Raja-raja Sawitto 8 9 10 11 12 Sungai Lue dan Sumber Air Panas Rajang Kecamatan Lembang; Balla , Permandian Air Panas Lemo Susu, Air Terjun Karawa, Kali Jodoh, Permandian Batu Pandan , Permandian Balaloang Permai , Goa Paniki , dan Pantai Kajuanging dan Pantai Kanipang Goa Batu Lappa Kecamatan Batulappa Bukit Tirasa , Air Terjun Lamoro , Permandian Kecamatan Duampanua Pasandorang , dan Pantai Kappe dan Pantai Maroneng RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 30 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 13 Bulu Paleteang Permandian Air Panas Sulili Kecamatan Paleteang 14 15 16 17 Kecamatan Patampanua Kecamatan Mattiro Sompe Kecamatan Cempa Kecamatan Suppa 18 Batu Moppangnge Pantai Ammani , dan Pantai Ujung Tape Pantai Wakka Pantai Wiring Tasi, Pantai Ujung Lero , Pantai Ujung Labuang , Pantai Sinar Bahari Sabbang Paru, Pantai Bonging Ponging Desa Lotang Salo , Pantai Pelabuhan Marabombang, dan Pulau Kamarrang Pantai Wae Tuwoe Desa Wae Tuwoe 19 Danau Buatan PLTA Bakaru Kecamatan Lembang 20 Bendungan Benteng di Kelurahan Benteng Kecamatan Patampanua dan rumah makan terapung 21 Tempat pengasapan ikan, tempat pembuatan Kecamatan Suppa perahu tradisional, perkebunan kelapa dalam dan pelabuhan nelayan Kecamatan Lanrisang Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang 2.1.3 Wilayah Rawan Bencana a. Potensi Banjir Pinrang adalah salah satu daerah rawan banjir di Sulawesi Selatan, Berdasarkan peta rawan banjir, daerah rawan banjir di Pinrang terdapat di Kecamatan Duampanua dan Kecamatan Suppa. Hal tersebut disebabkan oleh posisi geografis pesisir Kabupaten Pinrang yang berada pada hilir DAS Sungai Saddang. Genangan air (banjir) yang terjadi secara alami di wilayah daerah aliran sungai (DAS) pada dasarnya tidak menjadi permasalahan, seandainya wilayah tersebut belum dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi, jika wilayah DAS telah dimanfaatkan oleh manusia, seperti penggunaan lahan untuk pertanian dan pertambakan, lahan permukiman dan kegiatan-kegiatan peruntukan lainnya, maka genangan tersebut dianggap merugikan dan mengancam kehidupan. Bencana alam geologi yang rutin terjadi di Kabupaten Pinrang adalah banjir, dan tanah longsor sepanjang jalan dari Kampung Lome sampai dengan Kampung Batri dengan jarak kurang lebih 250 meter. Daerah ini merupakan daerah yang sangat relatif rendah dan menjadi jalur pembuangan air dari sungai saddang saat ini air meluap khususnya pada musim hujan lebat. b. Longsor Tanah longsor pada umumnya terjadi di daerah pegunungan seperti daerah Lemo Susu, Karawa, dan Bakaru. Tanah longsor di Kabupaten Pinrang terjadi karena adanya kontrol topografi yang sangat curam, pengaruh kemiringan RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 31 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 lereng, adanya jenis batuan yang mudah lapuk (Tufa Breksi Vulkanik), tingkat pelapukan tinggi, jalur struktur geologi, hujan lebat dan struktur manusia. c. Abrasi dan Sedimentasi Pantai Wilayah pesisir Pinrang pada umumnya memiliki karakteristik material lempung berpasir.Jenis material tersebut sangat rentang terbawa oleh aktivitas gelombang dan arus laut. Secara sederhana proses pantai disebabkan oleh angin dan air yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, mengikis tanah dan kemudian mengendapkannya di suatu tempat secara kontinu. Proses pergerakan gelombang datang pada pantai secara esensial berupa osilasi. Angin yang menuju ke pantai secara bersamaan gerak gelombang yang menuju pantai berpasir secara tidak langsung mengakibatkan pergesekan antara gelombang dan dasar laut, sehingga terjadi gelombang pecah dan membentuk turbulensi yang kemudian membawa material disekitar pantai termasuk yang mengakibatkan pengikisan pada daerah pantai (erosi). Tabel 2.15 Lokasi Rawan Abrasi dan Sedimentasi Abrasi dan Sedimentasi Kecamatan Suppa Desa Lero & Desa Tasiwalie Kecamatan Lanrisang Dusun Jampue & Desa WaetuwoE Kecamatan Mattirosompe Kel. Langnga & Kel. Pallameang Keterangan Sekitar Muara Sungai Sumber : Hasil Survey Tahun 2010 d. Tsunami Posisi Indonesia yang terletakpada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik di dunia yaitu: Lempeng Australia di selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian barat dan Lempeng Samudra Pasifik di bagian timur, yang dapat menunjangterjadinya sejumlah bencana. Berdasarkan posisinya tersebut, maka hampir di seluruh Indonesia kecuali daerah Kalimantan yang relatif stabil, namun demikian pada gambar tersebut menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Sulawesi Selatan termasuk Kabupaten Pinrang terletak pada jalur gempa bumi yang relatif stabil. Hal ini dapat dirasakan selama ini riwayat historis Kabupaten Pinrang masih relatif aman dari bahaya bencana gempa dan tsunami, walaupun demikian kewaspadaan tetap perlu untuk di junjung tinggi mengingat posisi geografis Kabupaten Pinrang berhadapan dengan Selat Makassar. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 32 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 33 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.1.4. Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Pinrang 361.293 jiwa pada Tahun 2013 (Data BPS 2014), terdiri dari laki-laki sebanyak 175.115 jiwa (48,47 %) dan perempuan sebanyak 186.178 jiwa (51,53 %). Jumlah ini meningkat 1,00 % dibandingkan Tahun 2012, di mana pada Tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Pinrang mencapai lk 360.019 jiwa, terdiri atas : laki-laki 174.667 jiwa (48,52 %) dan perempuan 185.352 jiwa (51,48 %).Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada Tahun 2013, jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 Tahun) RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 34 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 mencapai 62,82 %,jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 Tahun) mencapai 30,81 % dan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 Tahun ke atas) mencapai 6,37 %. Jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 Tahun) mengalami peningkatan sebesar 1,86%, demikian pula dengan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 Tahun ke atas) mengalami kenaikan 1,02, sedangkan jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 Tahun) menurun 2.88 %. Tabel 2.16 Jumlah Penduduk Kabupaten Pinrang Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2012-2013 2012 No 1 2 3 Kelompok Umur(thn) 2013 Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan 61.989 59.303 121.292 104.490 114.987 8.188 Jumlah % Muda (014) Produktif (15-64) Tua (65+) % Jumlah % 54.545 111.303 30,81 108.766 118.212 226.978 62,81 5,35 9.591 13.421 23.012 6,37 100 175.115 186.178 361.293 100 48,47 51,51 Laki-Laki Perempuan 33,69 56.758 219.477 60,96 11.062 19.250 174.667 185.352 360.019 48,52 51,48 LPP (%) Dependency Ratio (%) 94 94 Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 184 184 Sumber : BPS Kabupaten Pinrang Tahun 2012 – 2013 Dari jumlah penduduk tersebut di atas, terdapat angka beban ketergantungan (dependency ratio) sebesar 69,82 %, ini artinya pada setiap 100 penduduk produktif harus menanggung lk. 69 orang penduduk tidak produktif. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, dependency ratio pada tahun 2012 sama dengan tahun 2013. Angka Ketergantungan (dependency ratio) diharapkan dapat diturunkan pada tahun-tahun mendatang, dengan meningkatkan Daya saing dan Sumber Daya Manusia Masyarakat Kabupaten Pinrang. Secara perbandingan wilayah, Kabupaten Pinrang memiliki potensi wilayah yang luas mencapai 196.177 ha atau 1961,77 km2, sehingga rata-rata kepadatan penduduknya adalah 184 jiwa/km2. Artinya secara rata-rata terdapat 184 orang yang menghuni 1 km2 daerah. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kepadatan penduduk Tahun 2012 tidak mengalami peningkatan, Jika dilihat per wilayah, urutan 3 terbanyak jumlah penduduk paling banyak yang tercatat berada di Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Duampanua, dan RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 35 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Kecamatan Lembang, sedangkan jumlah penduduk terkecil yang tercatat berada di Kecamatan Batulappa. Namun jika dilihat dari kepadatan penduduk suatu wilayah (jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayah daerah masing-masing), maka Kecamatan Paleteang dan Watang Sawitto menjadi kecamatan yang paling padat di Kabupaten Pinrang, sedangkan kecamatan dengan kepadatan paling rendah diduduki oleh Kecamatan Batulappa dan Kecamatan Lembang. Berikut jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan pada tahun 2013 di Kabupaten Pinrang. Tabel 2.17 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Pinrang Pada Tahun 2013 Jumlah Penduduk Luas Kecamatan NO 1 2 Wilayah (Ha) Laki-laki Perempuan Jumlah 3 4 5 6 Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) 7 1 Suppa 15.113 16.101 31.214 74,20 420 2 Mattiro Sompe 13.379 14.330 27.709 96,99 285 3 Lanrisang 8.178 9.080 17.258 73,01 236 4 Mattiro Bulu 13.207 14.215 27.422 132,49 206 5 Watang Sawitto 26.592 27.716 54.307 58,97 895 6 Paleteang 19.233 19.961 39.194 37,29 1.019 7 Tiroang 10.587 11.027 21.614 77,73 274 8 Patampanua 15.588 16.570 32.158 136,85 234 9 Cempa 8.523 9.044 17.567 90,30 195 10 Duampanua 21.394 23.028 44.422 291,86 152 12 Batulappa 4.778 5.027 9.805 158,99 64 13 Lembang 18.583 19.619 38.623 733,09 54 361.293 1.961,77 184 Jumlah 172.047 182.605 Sumber : BPS Kabupaten Pinrang Tahun 2014 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Menurut Permendagri Nomor 54 tahun 2010, Aspek Kesejahteraan masyarakat terdiri atas; Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi, Fokus Kesejahtraan Masyarakat dan Fokus Senibudaya dan Olahraga. 2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi ditunjukkan dengan pertumbuhan PDRB, Laju Inflasi, PDRB Perkapita, Indeks Gini, dan Prosentase penduduk di atas garis kemiskinan. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 36 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pinrang Struktur perekonomian Kabupaten Pinrang berdasarkan indikator distribusi persentase nilai tambah bruto sektoral, meliputi 9 sektor yaitu Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Jasa-jasa. Dari ke-9 sektor tersebut dikelompokkan menjadi Sektor Primer (Pertanian, Pertambangan dan Penggalian), Sektor Sekunder (Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan), Sektor Tersier (Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Jasa-jasa). Dalam kurun waktu periode tahun 2009 –2013, struktur perekonomian Kabupaten Pinrang mengalami sedikit pergeseran/perubahan seperti diagram berikut : Tabel 2.18 Produk Domistik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha atas dasar Harga berlaku Tahun 2009 - 2013 ( Juta Rp). Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 2.538.541,90 2.927.094,46 3.421.853,09 3.917.694,60 4.376.065,25 37.586,13 41.602,24 51.593,44 63.689,98 1.587.981,04 177.359,14 228.382,71 263.343,81 300.424,50 339.737,02 28.298,56 37.731,46 41.280,05 46.717,01 56.217,91 5 Bangunan 179.096,09 196.112,18 241.604,33 287.240,70 336.264,84 6 Perdagangan Restoran, hotel 569.107,20 639.929,71 768.699,02 947.253,84 1.073.736,12 7 Angkutan & komunikasi 172.402,89 224.335,13 280.553,38 330.726,97 386.938,95 8 Bank & lembaga Keuangan 178.039,03 205.737,36 242.468,27 291.527,90 353.587,53 9 Jasa-jasa 612.525,97 789.860,87 905.235,95 1.052.253,23 1.208..271,4 1 Total 4.492.956,91 5.290.786,11 6.216.631,34 7.237.528,74 8.261.015,00 1 Pertanian 2 Penggalian/ Pertambangan 3 Industri Pengolahan 4 Listrik,gas & air Sumber : PDRB Kab Pinrang Tahun 2009-2013 Uraian tabel diatas menunjukkan bahwa kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Pinrang adalah berasal dari sektor pertanian yang tiap tahun mengalami peningkatan untuk tahun 2009 sebesar Rp.2.538.541,90 dan pada tahun 2013 naik menjadi Rp. 4.376.065,25. Sedangkan data mengenai perkembangan PDRB Kabupaten Pinrang selama lima tahun terakhir dalam harga konstan dan harga berlaku dapat dilihat pada tabel 2.19 berikut : RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 37 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.19 Perkembangan Produk Domistik Regional Bruto Kab. Pinrang Dalam Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2009-2013 Harga Berlaku Tahun Harga Konstan Milyar(Rp) Pertumbuhan (%) Milyar(Rp) Pertumbuhan (%) 1 2 3 4 5 2009 4.492.956,91 20,65 2.384.282,50 6,73 2010 5.290.786,11 17,76 2.532.737,44 7,65 2011 6.216.631,34 17,50 2.713.028,15 6,23 2012 7.237.528,74 16,50 2.937.275,51 8,27 2013 8.261.015,00 15,81 3.137.470,00 5,17 17,64 Rata-rata 6.81 Sumber data : BPS Kab. Pinrang 2014 Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang dari tahun ke tahun digunakan indikator perkembangan PDRB untuk periode yang sama. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang disajikan pada Tabel dibawah ini : Pertumbuhan Ekonomi menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009 -2013. Tabel 2.20 Pertumbuhan Ekonomi menurut Lapangan Usaha Kab. Pinrang atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013 (%) Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 1 Pertanian 61,98 60,64 59,42 58,63 58,20 2 Penggalian/ Pertambangan 0,88 0,87 0,95 0,98 0,99 3 Industri Pengolahan 4,54 5,24 5,28 5,29 5,43 4 Listrik,gas & air 0,70 0,76 0,76 0,77 0,79 5 Bangunan 4,12 3,90 4,22 4,29 4,31 6 Perdagangan Restoran, hotel 11,29 11,51 12,14 12,75 12,81 7 Angkutan & 4,10 4,43 4,71 4,98 5,01 8 Bank & lembaga Keuangan 4,24 4,43 4,60 4,80 4,87 9 Jasa-jasa 8,13 8,23 7,91 7,50 7,59 100 100 100 100 100 komunikasi Total Sumber data : BPS Kab. Pinrang 2014 Dari tabel diatas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 berdasarkan harga konstan mengalami pasang surut, setiap tahunnya terjadi perlambatan dan percepatan pertumbuhan penurunan jika dibandingkan pada tahun 2010 dari 58,63 % menjadi 58,20 % sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 59,42 %. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2011 dan 2012 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 38 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 terjadi kenaikan produksi khususnya di sektor pertanian dan jasa yang memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB Tabel 2.21 Perkembangan Laju petumbuhan Ekonomi Kab. Pinrang tahun 2009- 2013 1 1 2 Kab.Pinrang 3 7,65 4 6,23 5 7,12 6 8,27 7 6,81 Rata-Rata Pertumbuhan ekonomi 8 7,21 2 Sul Sel 6,23 8,19 7,61 8,37 7,65 7,61 3 Nasional 4,63 6,20 6,49 6,23 Pertumbuhan PDRB No 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber data : BPS Kab. Pinrang 2014 Meningkatnya perkembangan ekonomi ini ditandai dengan Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pinrang dari Tahun Ketahun. Perkembangan Nilai PDRB Kabupaten Pinrang atas dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2009 selama kurun waktu 2009-2013 mengalami peningkatan. Pada tahun tahun 2009 PDRB (ADHB) sebesar Rp. 12.798.916 dan Pada tahun 2013 sebesar Rp. 21.500.000 2.2.1.3 Inflasi Laju inflasi Kabupaten Pinrang lima tahun terakhir mengalami fluktuasi yang cukup besar, pada tahun 2009 inflasi kabupaten Pinrang mencapai 11,69% dan pada tahun 2010 turun menjadi 10,86 %, atau mengalami penurunan sekitar 0,83% dan pada tahun 2011 turun lagi menjadi 9,69 %, pada tahun 2012 mencapai 5,25 %, sedangkan pada tahun 2013 mencapai 4,32 % atau mengalami penurunan sebesar 0,9 %. Tabel 2.22 Perkembangan Laju Iflasi Kabupaten Pianrang Tahun 2009 - 2013 No Inflasi ( % ) 1 1 2 Kab.Pinrang 2 3 2009 2010 2011 2012 3 11,69 4 10,86 5 9,69 6 5,25 Sul Sel 3,39 6,56 2,88 4,41 Nasional 2,78 6,96 3,79 4,30 2013 7 4,32 Rata2 8 8,36 Tahun 2009 Inflasi di Kabupaten Pinrang Mencapai 11,69%, dan pada tahun 2013 menjadi 4,32 %. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 39 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.2.1.4 Pendapatan dan Pertumbuhan Perkapita Salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah dengan melihat tingkat pendapatan penduduk wilayah tersebut, dan PDRB Perkapita merupakan proyeksi indikator untuk menentukan tingkat pendapatan perkapita di suatu wilayah. Pendapatan dan Pertumbuhan Perkapita Kabupaten Pinrang dari tahun 2009 s/d 2013 setiap tahunnya mengalami kenaikan atas dasar harga berlaku, sedangkan untuk atas dasar harga konstan dari tahun 2009 s/d 2013 juga mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan gambaran pada tabel dibawah ini : Tabel 2.23 PDRB Perkapita Kab. Pinrang Tahun 2009-2013 Tahun ( Rp) N0 1 PDRB Perkapita (ADHB) 2 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1 Kab. Pinrang 12.798.916 15.066.554 17.528.821 20.267.796 22.868.642 2 Sul Sel 12.567.364 14.669.010 16.929.030 19.472.249 22.116.460 3 Nasional Sumber data : BPS Kab. Pinrang 2014 Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Pinrang atas dasar harga berlaku menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun yaitu untuk tahun 2009 PDRB Perkapita sebesar Rp 12.798.916 naik menjadi Rp 15.066.554 pada tahun 2010, pada tahun 2011 dicapai Rp. menjadi Rp. 17.528.821,- tahun 2012 naik 20.267.796, sedangkan pada tahun 2013 dengan capaian Rp. 22.868.642. 2.2.1.5 Paritas daya Beli Paritas daya beli Kabupaten Pinrang priode 2009– 2013 mempunyai kecenderungan yang terus meningkat yaitu dari Rp 637.400 pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 638.500 pada tahun 2010 sedangkan pada tahun 2012 mencapai Rp. 650.000,dan pada tahun 2013 mencapai Rp. 758.300. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 40 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.24 Paritas Daya Beli kabupaten Pinrang 2009-2013 Paritas Daya Beli ( RP ) N0 1 2 1 Kab. Pinrang 2 Sul Sel Tahun ( Rp) 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 637.400 638.500 641.900 650.100 635,5 636,6 640,3 643,59 758.300 Indeks Gini Gini Ratio merupakan angka yang digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan daerah secara menyeluruh. Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 bahwa tentang gini ratio dikelompokkan kedalam ketimpangan rendah apabila gini ratio tinggi lebih kecil dari 0,3, di kategorikan ketimpangan sedang apabila gini rationya lebih besar dari 0,3 dan lebih kecil dari 0,5, selanjutnya di kategorikan ketimpangan tinggi apabila gini rationya lebih besar dari 0,5. Berikut dapat disajikan perkembangan gini ratio Kabupaten Pinrang untuk kurun waktu 2009-2014 pada table berikut : Tabel 2.25 Indeks Gini Ratio Kabupaten Pinrang Tahun 2009 – 2013 Tahun ( Rp) N0 Gini Ratio 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 0,41 1 Kab. Pinrang 0,47 0,46 0,43 0,42 2 Sul Sel 0,39 0,40 0,41 0,41 Bila diperhatikan tabel tersebut diatas dalam kurun waktu 2009 – 2013 Kabupaten Pinrang Gini Rationya terkategorikan ketimpangan rendah. Kondisi tersebut mencerminkan tingkat pendapatan masyarakat di Kabupaten Pinrang cenderung merata atau gap antara rumah tangga kaya dan rumah tangga miskin cenderung kecil.Oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi diharapkan merata di masing-masing sektor (9 sektor). RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 41 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Penduduk Miskin Pertumbuhan PDRB perkapita suatu daerah dapat digunakan sebagai salah satu indikator terhadap pengukuran tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam kurun waktu 2009 – 2013 PDRB perkapita Kabupaten Pinrang mengalami pertumbuhan rata – rata 7,99 % pertahun namun dengan tingkat rata-rata pertumbuhan PDRB perkapita tersebut bukan berarti Kabupaten Pinrang terbebas dari penduduk miskin. Untuk mengetahui proporsi dan jumlah penduduk miskin, tersedia dua sumber, yaitu persen penduduk miskin dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan setiap tiga tahun, dan jumlah rumah tangga miskin yang pendataannya dilaksanakan oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Pinrang secara Nasional dalam rangka penyaluran Bantuan Langsung Ttunai (BLT) oleh Pemerintah Pusat. Tabel 2.26 Penduduk Miskin Kab. Pinrang Tahun ( Jiwa ) N0 Pendudk Miskin 1 2009 2 2010 3 Perdesaan 23.421 23.913 2 Perkotaan 6.899 7.925 30.320 31.664 8,70 9,01 Prosentase % 2012 2013 5 6 7 4 1 Jumlah 2011 Prosentase (%) 8 21.445 19.840 18.113 7.353 6.942 106,732 6.347 35,466 28.798 26.782 24.460 142,198 8,12 7,42 6,72 7,99 Angka Kriminalitas yang tertangani Jumlah kriminalitas di Kabupaten Pinrang mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir (2009 – 2013), jumlah kriminalitas yang tertangani di Kabupaten Pinrang dapat digambarkan dalam table. Tabel 2.27 Angka Kriminalitas Yang Tertangani Tahun Jenis N0 2009 Kriminal 1 2 1 Narkoba 2 2010 2011 2012 2013 Lapor selesai Lapor selesai Lapor selesai Lapor selesai Lapor selesai 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 19 28 15 18 29 29 47 47 56 56 Pembunuhan 3 9 2 4 0 0 5 5 2 2 3 seksual 1 1 7 7 1 3 4 7 8 7 4 Penganiayaan 79 66 58 56 41 44 179 148 155 140 5 Pencurian 55 16 31 28 26 7 82 29 79 31 6 Penipuan 14 10 8 7 2 2 12 21 10 9 7 Pemalsuan 2 2 0 0 0 0 2 2 1 2 uang JUMLAH 173 132 121 120 99 85 331 259 311 247 Sumber Data: BPS Kab. Pinrang 2014 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 42 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial 2.2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pinrang selama priode tahun 2009 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun ketahun dengan rata rata 60,58 pertahun, dan pada tahun 2009 dicapai 72,6 dan tahun 2012 dicapai 74,39 serta tahun 2013 dicapai 74,87. Pencapaian tersebut menujukkan pencapaian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan skala Nasional dan Provinsi . Tabel 2.28 IPM Kabupaten Pinrang 2009 – 2013 N0 IPM 1 2 1 Kabupaten Pinrang 2009 3 72,6 Tahun ( % ) 2010 2011 4 5 73,21 73,56 2012 6 74,39 2 Sul Sel 70,90 71,62 72,14 72,70 3 Nasional 71,80 72,27 72,77 73,29 2013 7 74,87 2.2.2.2. Angka Melek Huruf ( AMH ) Indikator Pendidikan yang mempresentasikan dimensi pengetahuan adalah angka melek huruf. Indikator ini dapat diartikan sebagi suatu ukuran tingkat pengetahuan Sumber Daya Manusia pada suatu wilayah tertentu. Indikator Melek huruf dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama pada daerah-daerah pedesaan, terpencil dimana jumlah penduduk yang tidak dapat mendapatkan akses pendidikan (bersekolah) atau indikator yang menunjukkan kemampuan penduduk suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media, menunjukkan kemampuan berkomunikasi secara lisan dan tertulis, sehingga angka melek huruf dapat mencerminkan potansi perkembangan intelektual sekaligus berkontribusi terhadap pembangunan daerah. Penduduk yang 15 tahun keatas yang melek huruf (penduduk yg bisa baca) pada tabel tahun 2009 – 2013 menunjukkan peningkatan dimana pada tahun 2009 dicapai 89,74%, tahun 2010 dicapai 89,90%, tahun 2011 dicapai 91,48 % dan pada tahun 2012 dicapai 91, 63 % pada pada tahun 2013 dicapai 91,99 % atau rata rata kenaikan sekitar 90,94 % pertahun. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 43 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.29 Angka Melek Huruf Kab. Pinrang N0 Bidang/urusan 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 213.505 220.865 238.416 255.959 20.077 21.188 30.646 40.314 4 Jumlah Penduduk Usia diatas 15 tahun yang bias Membaca dan Menulius Jumlah Penduduk Usia 15 – 59 tahun keatas yang bisa membaca / menulis Jumlah Penduduk Usia 60 keatas (lansia) yg Bisa Membaca dan menulis Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun keatas 213.975 221.315 238.727 256.139 5 Jumlah Penduduk Usia 60 Tahun keatas 21.369 22.250 31.479 40.708 6. AMH Kabupaten Pinrang 15 tahun Keatas AMH Kabupaten Pinrang 60 Tahun keatas AMH SUSL SEL 15 TAHUN KEATAS 99,78 99,79 99,86 99,92 93,95 95,23 97,35 99,03 87,00 87,75 88,07 88,73 AMH SUL SEL 50 TAHUN KEATAS 10,49 10,58 10,62 10,66 AMH NASIONAL 15 TAHUN KETASA 92,60 92,91 93,22 93,53 1 2. 3 Sumber Data: BPS Kab. Pinrang 2014 2.2.2.3. Angka Rata Rata Lama Sekolah Angka rata rata lama sekolah di kabupaten Pinrang Priode 2009 – 2013 mengalami peningkatan dimana pada tahun 2009 dicapai 7,22, tahun 2012 dicapai 7,89 dan pada tahun 2013 dicapai 7,96. Angka ini menunjukkan bahwa perkembangan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 baru mampu mencapai/setara dengan SMP kelas 2 dan berada pada posisi sedang di tingkat regional (Sulawesi Selatan) dan Nasional. Tabel 2.30 Rata Rata Lama Sekolah N0 Indikator Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1 2 1 Angka Rata-rata lama sekolah Kab.Pinrang 7,22 7,61 7,62 7,89 7,96 2. Angka Rata-rata lama sekolah Sul Sel 7,41 7,84 7,92 7,95 7,95 3 Angka Rata-rata lama sekolah Nasional 7,72 7,92 7,94 7,97 7,97 2.2.2.4. Angka Partisipasi Kasar ( APK ) Angka Partisipasi kasar merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan dan menggambarkan keikutsertaan penduduk pada setiap jenjang pendidikan. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 44 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Berdasarkan data statistik menunjukkan perkembangan APK untuk SD/MI periode 2009 – 2013 menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ketahun, pada tahun 2009 APK SD/Mi dicapai 103,98% dan pada tahun 2013 dicapai 105.97% atau berkembang sekitar 2% pertahun atau masih berada dibawah ratarata provinsi dan nasional. APK untuk SMP/sederajat pada tahun 2009 dicapai 79.18% dan tahun 2013 dicapai 94.24. Atau mengalami perkembangan kurun waktu 2009-2013 sekitar 15%. Dan berada pada posisi sedang untuk APK Provinsi Sulawesi Selatan dan Nasional. Untuk APK SMA / sederajat pada tahun 2009 dicapai 56.75 pada tahun 2013 dicapai 67.31% capaian ini menunjukkan pada posisi sedang untuk rata rata tingkat Provinsi Sulawesi Selatan dan Nasional. Tabel 2.31 Angka Partisipasi Kasar N0 Indikator 1 2 Tahun ( % ) 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 106,67 1 APK SD/MI/Paket A Pinrang 103,98 104,72 105,34 105,97 1.1 APK Sul Sel 107,49 108,57 102,09 103,05 1.2 APK Nasional 113,77 116,48 119,26 122,11 2 APK SMP/MTs/Paket B 79,18 82,36 85,91 89,97 2.1 APK Sul Sel 76,54 75,05 87,15 98,95 2.2 APK Nasional 90,58 91,88 95,82 99,92 3 APK SMA/SMK/MA/Paket C 56,75 58,17 62,77 65,01 3.1 APK Sul Sel 62,78 67,71 66,17 69,75 3.2 APK Nasional 62,55 62,85 64,66 92,24 66,59 Data Statistik dan Dikpora 2014 2.2.2.5. Angka Partisipasi Murni( APM ) Angka Partisispasi Murni ( APM ) adalah partisipasi Sekolah penduduk usia sekolah di tingkat Pendidikan tertentu. Seperti APK , APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Jika dibandikan APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat Partisipasi pendududk kelompok usia standar di jenjang Pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut. APM Kabupaten Pinrang untuk SD/ MI pada tahun 2009 dicapai 96,70 %, dan pada tahun 2012 dicapai 98,55 % serta pada tahun 2013 dicapai 99,13 %, jika dibandingkan dengan rata-rata capaian Provinsi Sulawesi Selatan maka Kabupaten Pinrang capaiannya lebih tinggi sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, demikian pula rata rata nasional juga lebih tinggi. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 45 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.32 Angka Partisipasi Murni (APM ) N0 Indikator 1 2 1 2 3 Tahun ( % ) 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 APM SD/MI/Paket A Pinrang 96,70 97,39 97,97 98,55 APK Sul Sel 92,27 92,86 97,54 97,90 APK Nasional 94,37 94,76 91,03 APM SMP/MTs/Paket B Pinrang 76,22 78,22 81,61 85,47 APK Sul Sel 61,74 62,32 65,29 68,27 APK Nasional 67,43 67,73 68,12 APM SMA/SMK/MA/Paket C Pinrang 54,48 55,85 60,25 62,40 APK Sul Sel 42,03 42,75 47,89 47,92 APK Nasional 45,11 45,59 47,97 98,65 87,91 63,92 Data Statistik dan Dikpora 2014 2.2.2.6. Angka Pendidikan yang ditamatkan ( APT) Perkembangan angka pendidikan yang ditamatkan (APT) menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Pinrang kurun waktu 2009-2013 dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 2.33 Angka Pendidikan yang ditamatkan ( APT) N0 Ditamatkan 2009 2010 2011 2012 2013 2 3 4 5 6 7 1 1 2 3 3 Tahun Angka Pendidikan yg SD ( SEKOLAH DASAR ) 8.026 7.469 7.783 8.050 8.000 Laki Laki 3.893 3.609 3.889 4.031 4.088 Perempuan 4.133 3,860 3.894 4.019 3.912 APT ( % ) 94.20 93.50 99,87 100,30 104,49 SMP 4.523 4.523 5.627 7.231 6.031 Laki Laki 2,169 2,169 2,693 3.024 2.869 Perempuan 2,354 2,354 2,934 3.207 3.162 APT ( % ) 92.14 92.14 91.79 94,29 90,73 SMA 3.741 3.741 3.718 4.135 4.275 Laki Laki 1,714 1,714 1.788 1.922 1.866 Perempuan 2.027 2,027 1.930 2.213 2.409 APT ( % ) 84.56 84.56 92,64 86,85 77,46 PERGURUANG TINGGI 869 886 911 1,378 Laki Laki 407 398 415 523 Perempuan 462 488 496 855 88.10 81.56 83.67 61.17 APT ( % ) Data Statistik dan Dikpora 2014 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 46 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Dari data tersebut diatas menggambarkan Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT) pada tahun 2009 untuk jenjang pendidikan SD 94.20%, APT SMP 92.14%, ATPT SMA 84.56% dan ATP Perguruan Tinggi sekitar 88.10 %, sedangkan pada tahun 2013 dicapai untuk SD 104.49%, SMP tercapai sekitar 90.73, SMA pada kisaran 77,46 dan untuk Perguruan tinggi mencapai 61.17% di tahun 2012. 2.2.2.7. Angka Kelangsungan Hidup Bayi Perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Pinrang per seribu kelahiran hidup dimana pada tahun 2009 angka kematian bayi mencapai 8,3 % dan pada tahun 2013 turun menjadi 5,9 % perkembangan ini bervariatif kurun waktu 2009-2013, dan untuk bayi yang meninggal per kelahiran hidup pada tahun 2009 sebanyak 59 / 7144, tahun 2010 jumlah bayi yang mati 29/7267, tahun 2011 bayi mati 31 / 7343, tahun 2012 sebanyak 41/6912 dan pada tahun 2013 sebanyka 42 / 7067 kelahiran hidup. Tabel 2.34 Angka Kelangsungan Hidup Bayi Tahun N0 Indikator 1 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 8,3 3,99 4,22 5,9 5,9 59/7144 29/7267 31/7343 41/6912 42/7067 Kabupaten Pinrang mengalami 2 1 Angka kematian bayi/1000 KH (%) 2 Jumlah bayi mati / KH Data Dinas Kesehatan 2.2.2.8. Angka Harapan Hidup Angka perkembangan harapan hidup masyarakat sejalan dengan kemajuan teknologi dan kesadaran masyarakat dalam melakukan perawatan bayi yang dilahirkan semakin membaik sehingga dapat mencapai harapan hidup yang lebih baik pula, perkembangan ditunjukkan oleh data statistik bahwa bayi yang lahir pada tahun 90 an harapan hidupnya bisa mencapai 60 tahun, dan bayi yang dilahirkan tahun 2000 an harapan hidupnya bisa mencapai 63 tahun ketas sedangkan yang lahir sekitar tahun 2010 keatas angka harapan hidupnya bisa mencapai 70 tahun keatas, dari tabel tergambar bahwa pata tahun 2009 angka harapan hidup mencapai 71, 7 tahun dan pada tahun 2013 naik menjadi 72,00 tahun. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 47 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.35 Angka Usia Harapan Hidup Kab. Pinrang 2009 – 2013 Tahun Indikator N0 2 1 Angka Usia Harapan Hidup (Thn) 1 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 71,7 72,06 71,72 71,9 72,00 Data : Dinas Kesehatan 2.2.2.9. Prosentase Balita Gizi Buruk Penyebab terjadinya gizi buruk pada balita antara lain karena kurangnya asupan gizi dan serangan penyakit infeksi. Faktor penyebab tidak langsung adalah rendahnya daya beli dan ketidaktersediaan pangan yang bergizi, keterbatasan pengetahuan tentang pangan yang bergizi terutama untuk ibu dan anak balita. Persentase Balita Gizi Buruk di Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 sekitar 0,36 % dan turun menjadi 0,12 % pada tahun 2010 dan pada tahun 2013 turun menjadi 0,018 % penurunan ini ditunjang oleh tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat serta adanya peran pemerintah dalam melakukan program / kegiatan di bidang kesehatan sedangkan untuk kasus gizi buruk pada balita untuk tahun 2009 sebanyak 86 jiwa dan pada tahun 2013 turun menjadi 7 kasus balita gizi buruk. Tabel 2.36 Persentase Balita Gizi Buruk Kab Pinrang 2009 – 2013 N0 Indikator 1 1 2 Persentase Balita gizi Buruk (jiwa) 2 Jumlah kasus gizi buruk (balita) (jiwa) 2009 3 0,36 2010 4 0,12 86 36 Tahun 2011 2012 5 6 0,097 0,075 24 23 2013 7 0,018 7 Data : Dinas Kesehatan 2.2.2.9. Prosentase Penduduk yang memiliki lahan bersertifikat Luas Lahan di Kabupaten Pinrang tahun 2012 seluas 196.177 Ha. Dari Luas lahan tersebut terdapat 5.344 Ha lahan milik masyarakat/penduduk sertifikat. Sedangkan rasio penduduk yang berstatus yang memiliki lahan brsertifikat sekitar 0,015% RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 48 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.37 Persentase Penduduk yang memiliki lahan bersertifikat NO Indikator 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1 Luas Lahan / Tanah ( Ha ) 196.177 196.177 196.177 196.177 196.177 2 Jumlah Penduduk ( Jiwa ) 342.118 353.367 354.652 360.019 363.691 3 Jumlah lahan yg bersertifikat 12.170,2 12.262,7 12.360.8 12.486,3 12.656,4 3,56 3,47 3,48 3,47 3,48 (Ha) 4 Persentase Penduduk yang memiliki lahan bersertifikat 2.2.2.10 Rasio penduduk yang Bekerja Perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja diperoleh rasio penduduk yang bekerja. Rasio penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja tersebut selama tahun 2009 – 2013 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Rasio Penduduk yang bekerja pada tahun 2009 adalah 60,17 % dan terus meningkat hingga pada tahun 2011 mencapai 64,50% sedangkan pada tahun 2012 menurun menjadi 54,96 % dan pada tahun 2013 dicapai 55,65 %. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang cukup mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup aspek ekonomi dan sosial. Setiap upaya pembangunan selalu diarahkan tidak hanya pada perluasan lapangan kerja akan tetapi kemudahan dalam berusaha di semua sektor ekonomi sehingga penduduk tidak hanya terlibat tetapi juga dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan sendiri. Perkembangan sektor ketenagakerjaan secara tidak langsung dapat dilihat dari besarnya keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi, atau dengan kata lain keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi dapat diukur dari besarnya penduduk yang memasuki pasar kerja. Tabel 2.38 Rasio Penduduk Yang Bekerja Kab. Pinrang 2009 – 2013 No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 Ket 1 2 3 4 5 6 7 8 149.148 140.074 156.732 133.883 124.453 98.727 97.899 86.271 109.737 110.494 247.875 237.973 243.003 243.620 245.315 60,17 58,86 64,50 54,96 52,07 9,34 7,79 6,55 5,35 1,96 1 2 3 4 5 Angkatan kerja (jiwa) Bukan Angkatan Kerja (Jiwa) Jumlah (jiwa) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Tingkat Pengangguran terbuka ( % ) Data : BPS dan Disnakertrans RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 49 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.39 Rasio penduduk yang Berkerja dengan Angkatan Kerja Kabupaten Pinrang Tahun 2012 Angkatan Kerja Mencari Bekerja Pekerjaan 2 3 6.077 1.337 10.890 1.497 17.363 1.945 19.310 497 15.894 0 17.955 921 14.102 144 9.231 459 7.381 118 2.798 241 5.723 0 126.724 7.159 Golongan Umur 1 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 -54 55 – 59 60 – 64 65 + Total Jumlah 4 7.414 12.387 19.308 19.807 15.894 18.876 14.246 9.690 7.499 3.039 5.723 133.883 Sumber :Data BPS dan Disnakertrans 2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga 2.2.3.1 Jumlah Grup Kesenian & Prasarana Penyelenggaraan Seni & Budaya dan Jumlah Klub Olahraga Perkembangan bidang seni , budaya dan Olah Raga sangat erat kaitannya dengan kualitas hidup Manusia dan masyarakat. Pencapaian Pembangunan Bidang olahraga di Kabupaten Pinrang tergambar dari ketersediaan sarana dan parasanaya sebagai mana gambaran dibawah ini Table 2.40 Capaian Kinerja Seni Budaya dan Olah Raga Kabupaten Pinrang Tahun 2009 - 2013 Tahun N0 Indikator 2009 2010 1 2 2011 2012 2013 Ket 8 3 4 5 6 7 1 Jumlah Group Kesenian 33 33 34 34 35 2 Gedung Kesenian. 1 1 2 2 3 3 Jumlah Klub Olah raga 20 30 30 50 50 4 Jumlah Gedung Olah Raga 1 2 2 3 3 5 Jumlah Lap.Olah raga ( Stadion) 1 1 1 1 1 Sumber : Data BPS RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 50 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM 2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah, yaitu bidang urusan pendidikan, kesehatan, perencanaan pekerjaan pembangunan, umum, perhubungan, perumahan, lingkungan penataan hidup, ruang, pertanahan, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, ketenagakerjaan, koperasi dan usaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan, kepemudaan dan olahraga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik, kearsipan, komunikasi dan informatika dan perpustakaan. 2.3.1.1. Urusan Pendidikan a. Pendidikan Dasar a.a. Angka Partisipasi Sekolah Capaian kinerja urusan pendidikan diukur dengan indikator: Angka Partisipasi Sekolah SD/MI, Rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah SD/MI, Rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah SMP/MTs, Rasio guru: murid SD/MI, Rasio guru: murid per kelas rata-rata SD/MI, Rasio guru: per kelas rata-rata murid SD /SMP/MTs, Angka Partisipasi Sekolah (APS) jenjang pendidikan dasar SD dan SMP/ sederajat mengalami peningkatan setiap tahunnya kurun waktu 2009–2013 Tabel 2.41 Angka Partisipasi Sekolah Kab. Pinrang Tahun 2009 – 2013 Tahun N0 Jenjang Pendidikan 1 2 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Murid Usia 7- 12 tahun Jumlah Penduduk Kelompok Usia 7-12 Tahun APS / SD / MI SMP / MTs Jumlah Murid Usia 13 - 15 tahun Jumlah Penduduk Kelompok Usia 13 - 15 Tahun APS / SMP / MTs 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 52.332 50.340 51.292 51.710 48.309 46.908 111.56 47.478 106.03 48.080 106.69 48.705 106.17 48.977 101,38 15.685 19.652 19.674 19.847 19.355 21.082 74.40 21.339 92.10 21,592 91.12 21,851 90.83 22.113 88,52 Sumber : Data BPS RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 51 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 a.b. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah adalah indikator untuk mengukur kemampuan jumlah sekolah dalam menampung penduduk usia pendidikan. Rasio ini bisa diartikan jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan dengan jumlah penduduk usia pendidikan. Selama kurun waktu 2009-2013 rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SD/MI mengalami kenaikan, setelah periode sebelumnya mengalami kenaikan yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk tidak disertai dengan peningkatan jumlah sekolah SD/MI. Pembangunan jumlah sekolah baru tidak sebanding dengan peningkatan jumlah warga sekolah. Pada tahun 2013, ketersediaan sekolah SD/MI di Kabupaten Pinrang Pada Tahun 2009 sekitar 351, dan pada tahun 2013 berjumlah 348 dengan rasio 141. Tabel 2.42 Rasio Ketersediaan Sekolah/ Penduduk Usia Sekolah Tahun 2009 -2013 N0 Jenjang Pendidikan 1 2 Tahun 1 SD / MI 2 Jumlah Gedung sekolah 3 Jumlah Penduduk Klpk Usia 7-12 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 351 351 350 350 348 46.908 47.478 48.080 48.705 49.338 Tahun 4 Rasio 5 SMP / MTs 6 Jumlah Gedung sekolah 7 Jumlah Penduduk Klpk Usia 13-15 134 135 137 139 141 63 63 71 73 73 21.082 21.339 21.592 21.851 22.119 304 299 303 Tahun 8 Rasio 335 339 Sumber : Data BPS a.c. Rasio Rasio Guru Terhadap Murid guru terhadap murid adalah jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan.Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar juga mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Selama kurun waktu tahun 2009-2013 rasio ketersediaan guru di Kabupaten Pinrang mengalami pasang surut untuk tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami peningkatan untuk jenjang pendidikan SD/MI, dan pada tahun 2013 rasio murid dengan guru pada tahun 2013 untuk SD/Mi sekitar 28 siswa, artinya 1 guru melayani sekitar 28 murid. Untuk Rasio Guru per kelas rata rata jenjang SMP/MTs pada tahun 2009 sebanyak 32 dan RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 52 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 pada tahun 2013 naik menjadi 35, artinya bahwa 1 guru SMP/MTs melayani (mengajar) sekitar 35 orang / siswa. Tabel 2.43 Rasio Guru Terhadap Murid 2009 - 2013 Tahun N0 Jenjang Pendidikan 1 2 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Jumlah Murid SD/MI 52.365 52.330 50.062 51.710 51.954 1.1 Jumlah Guru SD / MI 3.978 3.978 3.536 3.947 3.414 1.2 Rasio Murid Guru 13,16 13,15 14,15 13,10 15,21 Sumber: Data Dikpora a.d. Rasio Murid Perkelas Rata Rata Pada tahun 2009, rasio guru/kelas SD/MI terhadap jumlah murid yang berusia 6 -12 tahun di Kabupaten Pinrang adalah 1 : 26 pada tahun 2009, dan pada tahun 2013 menjadi 1 : 28 Interpretasi dari angka ditersebut adalah bahwa 1 kelas SD yang dihuni oleh murid sekitar 26 – 28 siswa yang dilayani oleh seorang guru untuk jenjang pendidikan SD/MI sedangkan untuk jenjang Pendidikan SMP/MTs rata rata siswa perkelas pada tahun 2013 mencapai 35 siswa. Tabel 2.44 Rasio Murid Perkelas Rata rata Tahun N0 Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013 1 1.1 2 Rasio guru: murid.per kelas ratarata SD/MI 3 26 4 27 5 27 6 28 7 28 1.2 Rasio guru: per kelas rata-rata murid.SMP/MTs 32 31 33 34 35 Sumber : Dikpora b. Pendidikan Menengah b.a. Angka Partisipasi Sekolah Angka Partisipasi Sekolah untuk jenjang pendidikan SMA / SMK/MA pada tahun 2009 adalah 39.73% dan pada tahun 2013 mencapai 72.70% atau mengalami kenaikan sekitar 33 %. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 53 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.45 Angka Partisipasi Sekolah SMA / Sederajat 2009 – 2013 N0 Jenjang Pendidikan 2009 3 11.019 2010 4 11,357 Tahun 2011 5 14,613 2012 6 14,863 2013 7 22.703 1 1.1 2 Jumlah Murid Usia 16 - 19 tahun 1.2 Jumlah Penduduk Kelompok Usia 16 – 19 Tahun 27,734 27,734 28,577 25,333 31.228 1.3 APS SMA Sederajat 39.73 40.95 51.14 58.67 72,70 Sumber : Dikpora b.b. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Selama kurun waktu 2009-2013 rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SMA / Sederajat mengalami kenaikan, setelah periode sebelumnya mengalami kenaikan yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk tidak disertai dengan peningkatan jumlah sekolah.Pembangunan jumlah sekolah baru tidak sebanding dengan peningkatan jumlah warga sekolah. Pada tahun 2013, perbandingan ketersediaan sekolah SMA / Sederajat di Kabupaten Pinrang adalah 1 : 656. Angka ini menunjukkan bahwa 1 sekolah SMA / Sederajat menampung656 siswa. Tabel 2.46 Rasio Ketersediaan Sekolah/ Penduduk Usia Sekolah 2009 -2013 N0 Jenjang Pendidikan 2 2009 3 2010 4 25 28 1 1. SMA / SMK / MA 1.1 Jumlah Gedung sekolah 1.2 Jumlah Penduduk Klpk Usia 16 -19 th 27.734 27.734 1.3 Rasio 1.109 991 Tahun 2011 5 2012 6 2013 7 33 40 40 28.577 25.333 26.233 866 633 656 Sumber : Dikpora b.c. Rasio Guru Terhadap Murid Selama kurun waktu tahun 2009-2013 rasio ketersediaan guru di Kabupaten Pinrang mengalami pasang surut pada jenjang pendidikan SMA /SMK/ MA untuk tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami peningkatan, dan untuk tahun 2013 rasio murid dengan guru pada tahun 2013 sekitar 22 siswa ,artinya 1 guru melayani sekitar 22 murid. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 54 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.47 Rasio Guru Terhadap Murid 2009 - 2013 N0 Jenjang Pendidikan 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Jumlah Murid SMA/SMK/MA 10.052 10.052 11.257 13.808 16.643 1.1 Jumlah Guru SMA/SMK/MA 458 458 622 555 755 1.2 Rasio Guru terhadap Murid 22 22 18 25 22 Sumber: Data Dikpora b.d. Rasio Guru Terhadap Murid Perkelas Rata Rata Pada tahun 2009, rasio guru/kelas untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/MA terhadap jumlah siswa yang berusia 16 – 19 tahun di Kabupaten Pinrang adalah 1 : 51 pada tahun 2009, dan pada tahun 2013 menjadi 1 : 36 Interpretasi dari angka tersebut adalah bahwa 1 kelas SMA /SMK/ MA yang dihuni oleh murid sekitar 26– 28 siswa yang dilayani oleh seorang guru. Tabel 2.48 Rasio Murid Perkelas Rata rata N0 Jenjang Pendidikan 1 1.1 Jumlah Guru 1.2 Jumlah Kelas 217 221 229 196 442 1.3 Rasio Guru / Kelas 2.11 2.07 2.72 2.83 1,72 1.4 Jumlah siswa 11.019 11.257 14.613 14.863 16.643 1.5 Rasio Jumlah Murid thdp jmlah 64 76 38 2 51 2010 4 458 Tahun 2011 5 622 2009 3 458 51 2012 6 555 2013 7 755 kelas Sumber : Dikpora c. Fasilitas Pendidikan Sarana dan prasarana sangat penting dalam dunia pendidikan karena sebagai alat penggerak suatu pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Prasarana dan sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolok ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Dari tabel dibawah ini menunjukkan bahwa ruang kelas untuk SD pada tahun 2009 dalam RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 55 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 kondisi baik mencapai 1.807 dari 1.890 total keseluruhan ruang kelas dan pada tahun 2013 mencapai 1.306 dari 1.662 dari total keseluruhan ruang kelas yang ada. Tabel 2.49 Fasilitas Pendidikan SD N0 Bidang / JUrusan 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1.1 Jumlah Ruang Kelas SD Kondis baik 1.807 1.807 1.429 1.174 1.306 1.2 Jumlah Ruang Kelas Seluruh SD 1.890 1.890 1.863 1.662 1.662 1.3 Sekolah SD kondisi baik ( % ) 95.60 95.60 76,70 70,64 78,58 Sumber : Dikpora Untuk fasilitas pendidikan, ruang kelas untuk SMP pada tahun 2009 dalam kondisi baik mencapai 305 dari 396 total ruang kelas atau persentasenya sekitar 70.02 % dan pada tahun 2013 ruang kelas dalam keadaan baik mencapai 443 dari total 511 ruang kelas atau pada kisaran 86.69%, atau mengalami kenaikan sekitar 15 %. Tabel 2.50 Fasilitas Pendidikan SMP N0 Bidang / JUrusan 1 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2 3 4 5 6 7 1.1 Jumlah Ruang Kelas SMP Kondisi baik 305 305 442 443 443 1.2 Jumlah Ruang Kelas Seluruh SMP 396 396 530 511 511 1.3 Sekolah SMP kondisi baik ( % ) 70,02 70,02 83,40 86,69 86,69 Sumber : Dikpora Pada tabel dibawah ini menunjukkan bahwa ruang kelas untuk SMA pada tahun 2009 dalam kondisi baik mencapai 166 dari total 199 ruang kelas keseluruhan atau mencapai 83.42 % dan pada tahun 2013 mencapai 165 dari 181 keseluruhan ruang kelas atau sekitar 91.16% yang artinya mengalami peningkatan sekitar 8%. Tabel 2.51 Fasilitas Pendidikan SMA N0 Bidang / JUrusan 1 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2 3 4 5 6 7 1.1 Jumlah Ruang Kelas SMA / SMK Kondis baik 166 166 175 140 165 1.2 Jumlah Ruang Kelas Seluruh SMA/SMA 199 199 194 161 181 1.3 Sekolah SMA / SMK kondisi baik (% ) 83,42 83,42 90,20 86,96 91,16 Sumber : Dikpora RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 56 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 d. Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak- anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pembinaan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal , non formal dan informal. Perkembangan pendidikan Anak Usia Dini di Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 – 2013 khusus untuk APK, pada tahun 2009 mencapai sebesar 8,98 % dan pada tahun 2013 sebesar 14,3 % atau mengalami kenaikan 5,42 % sebagaimana digambarkan pada tabel berikut : Tabel 2.52 Pendidikan Anak Usia Dini tahun 2009-2013 N0 Tahun Bidang / JUrusan 2009 2010 2011 2012 2013 2 3 4 5 6 7 1 1 Jumlah murid pada jenjang TK 5.693 11.561 5.748 8.158 8.555 2 Jumlah Anak Usia 4 – 6 tahun 63.390 64.198 55.595 58.868 60.504 3 PAUD (%) 8.98 18.00 10.33 13,85 14,13 Sumber : BPS, Dikpora e. Angka Putus Sekolah Angka Putus Sekolah pada Usia Sekolah 7-12 tahun ( SD / MI ), untuk usia 13 -15 tahun ( SMP / MTs ), dan Usia 16 – 19 Tahun adalah untuk ( SMA / SMK / MA ). Di Kabupaten Pinrang untuk priode tahun 2009 – 2014 mengalami kenaikan.Angka putus Sekolah usia 7 – 12 (SD/MI) pada tahun 2009 sebesar 133 dan pada tahun 2012 menjadi 42% atau mengalami penurunan. Demikian halnya angka putus sekolah pada jenjang usia 13 – 15 tahun ( SMP/MTs) mengalami penurunandari 183 pada tahun 2009 menjadi 105 pada tahun 2013, sedangkan untuk jenjang pendidikan usia 16 – 19 tahun ( SMA/ SMK ./ MA ) mengalami penurunan dimana pada tahun 2009 sebesar 93 dan pada tahun 2013 menjadi 60. Tabel 2.53 Angka Putus Sekolah 2009 -2013 N0 1 Tahun Bidang / JUrusan 2009 2010 2011 2012 2013 2 3 4 5 6 7 1 Angka Putus Sekolah SD / MI 133 133 88 42 37 2 Angka Putus Sekolah SMP/MTs 183 196 120 105 96 3 Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA 93 91 84 75 60 Sumber : Data BPS, Dikpora RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 57 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 f. Angka Kelulusan Angka kelulusan menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Pinrang selama kurun waktu 2009 – 2013 yaitu angka kelulusan SD pada tahun 2009 sebesar 7.727 dan selama tiga tahun berturut-turut angka kelulusan untuk SD menghampiri 100%. sedangkan angka kelulusan untuk SMP sebesar 4.523 pada tahun 2009 dan pada tahun 2012 adalah 6.231 dengan rata rata 99,9 %. Sementara anagka kelulusan untuk SMA dan SMK pada tahun 2011 sebesar 1.885 dan pada tahun 2012 menjadi 2.151 dengan akumulasi rata rata 99, 90 % Tabel 2.54 Angka Kelulusan Sekolah 2009 -2013 N0 Bidang / JUrusan 1 2 1 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 Angka Kelulusan SD 7.727 7.727 7.469 8.050 8.000 2 Angka Kelulusan SMP 4.523 4.523 5.627 6.231 6.031 3 Angka Kelulusan SMA - - 1.885 2.151 2.237 4 Angka kelulusan SMK - - 1.524 1.680 1.747 Sumber : Data BPS, Dikpora f.a. Angka Melanjutkan ( AM ) dari SD/MI ke SMP/MTS dan dari SMP /MTS ke SMA/SMK Berdasarkan data menunjukkan bahwa angka melanjutkan pendidikan dari jenjang SD/MI ke jenjang SMP/MTs untuk kurun waktu 2009 – 2013 mengalami peningkatan setiap tahun, pada tahun 2009 angka melanjutkan dari SD /MI ke SMP/MTs dicapai 99,00% dan pada tahun 2013 menjadi 99,99 %. Untuk jenjang melanjutkan dari SMP/MTs ke jenjang SMA/SMK pada tahun 2009 dicapai 99,75% dan pada tahun 2014 dicapai 99,90% atau mengalami kenaikan setiap tahunnya hal ini menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat/siswa untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi sangat menonjol sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah. Tabel 2.55 Angka Melanjutkan Sekolah Sekolah 2009 -2013 N0 Bidang / JUrusan 1 2 Angka Melanjutkan (AM ) dari SD/MI ke SMP/ MTs ( % ) 1 2 Angka Melanjutkan (AM ) dari SMP/MTs ke SMA / SMK ( % ) 2009 3 2010 4 99 99 99,75 99,75 Tahun 2011 5 2012 6 2013 7 99 99,99 99,99 99,80 99,80 99,90 Sumber : Data BPS, Dikpora RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 58 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 f.b. Guru yang Memenuhi kualifikasi S1 / D IV Kualifikasi guru adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan guru dengan melalui pendidikan khusus keahlian, guru yang qualified adalah guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Artinya guru pada tiap satuan pendidikan harus memenuhi kualifikasi akademik dengan bidang keilmuan yang relevan dengan bidang studi atau mata pelajaran yang mereka ajarkan di sekolah sehingga mereka disebut kompoten untuk bidang pekerjaannya. Guru yang memenuhi kualifikasi S1 / D IV. Pada tahun 2009 jumlah guru yang memenuhi sebanyak 5.870 guru dan pada tahun 2014 menjadi 5.920 guru. Tabel 2.56 Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1 – D IV tahun 2009 -2013 N0 Bidang / Urusan 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1 Jumlah Guru Ijaza S1 - D IV 5.870 5.883 5.894 5.900 5.920 2 Jumlah Guru SD - SMA 5.888 5.893 5.902 5.915 5.937 3 Guru Memenuhi Kulaifikasi S1- D IV 99,69 99,83 99,86 99,75 99,71 Sumber : Dikpora 2.3.1.2 Kesehatan a. Rasio Posyandu Persatuan Balita Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya mengsinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan sosial. Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi, Gizi, dan penanggulangan diare. Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat utamanya adalah bayi, anak balita, Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS). RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 59 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Berdasarkan data tersebut dibawah ini menunjukkan jumlah posyandu dan jumlah balita yang ada di Kabupaten Pinrang kurun waktu 2009 – 2013 mengalami peningkatan, pada tahun 2009 jumlah posyandu sebanyak 350 dan pada tahun 2013 manjadi 354, dan untuk jumlah balita pada tahun 2009 sebanyak 24.477anak dan pada tahun 2013 menjadi 24.175 Balita atau menagalami penurunan sekitar 302 Balita. Tabel 2.57 Rasio Posyandu persatuan balita Tahun 2009 -2013 N0 Bidang / Urusan 1 2 1 Jumlah Posyandu 2 Jumlah Balita 3 Rasio Posyandu Persatuan Balita Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 350 353 353 353 354 24.477 23.738 23.267 23.343 24.175 14.43 14,90 15,10 15,10 14,60 Sumber : Dinkes b. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Persatuan Penduduk Rasio Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di Kabupaten Pinrang apada tahun 2009 sebesar 0,20 dan pada tahun 2013 menjadi 0,17 % atau mengalami penurunan sekitar 0,03% Tabel 2.58 Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Persatuan Penduduk Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013 N0 Bidang / Urusan 1 2 1 2 3 Jumlah Puskesmas dan Jumlah Pustu Jumlah Penduduk Rasio Puskesmas, pustu persatuan Penduduk Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 67 61 61 62 62 354.652 360.019 0.18 0.17 342.119 350.925 353.367 0.2 0.17 0.17 Sumber : Dinkes c. Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk Penyediaan sarana dan prasarana Rumah Sakit Oleh Pemerintah adalah untuk melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan kesehatan masyarakat serta melaksanakan rujukan. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 60 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Pada tahun 2009 jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Pinrang sebanyak 3 unit , dan pada tahun 2013 menjadi 3 unit, dalam jangka waktu lima tahun tidak terjadi penambahan rumah sakit akan tetapi fasilitas dan kelengkapan lainnya tetap menjadi kebutuhan utama . Tabel 2.59 Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013 N0 Bidang / Urusan 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1 Jumlah Rumah Sakit Negeri 1 1 1 1 1 2 Jumlah Rumah Sakit Swasta 2 2 2 2 2 3 Total R.Sakit Negeri dan 3 3 3 3 3 Swasta 4 Jumlah Penduduk 5 Rasio Rumah Sakit dan 342.119 350.925 0.0088 0.0086 353.367 354.652 0.0085 0.0085 360.019 0.0083 Penduduk Sumber : BPS, Dinkes d. Rasio Dokter Persatuan Penduduk Jumlah Dokter di Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 sebanyak 48 dokter, pada tahun 2014 bertambah menjadi 60 dokter dengan rasio pada tahun 2009 sekitar 0,14 dan tahun 2013 sekitar 0,17 hal ini menunjukkan kenaikan yang tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah penduduk yang akan dilayani. Tabel 2.60 Rasio Dokter Persatuan Penduduk Kab. Pinrang Tahun 2009 - 2013 N0 Bidang / Urusan 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1 Jumlah Dokter Umum 34 34 39 46 36 2 Jml Dokter Spesialis &Gigi 14 17 19 24 24 3 Total Dokter 48 56 58 70 60 4 Jumlah Pendudk 342.119 350.925 354.652 360.019 361.293 5 Rasio Dokter Persatuan Penduduk 0.14 0.16 0.16 0.19 0.17 Sumber : Dinkes e. Rasio Tenaga Medis Persatuan Penduduk. Jumlah Tenaga Medis di Kabupaten Pinrang kurun waktu 2009 – 2013 mengalami penambahan jumlah dimana pada tahun 2009 jumlah tenaga medis sekitar 48 orang dan pada tahun 2014 naik menjadi 60 orang dengan rasio tenaga medis dengan jumlah penduduk sekitar 0,17 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 61 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.61 Rasio Tenaga Medis Persatuan Penduduk Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013 N0 Bidang / Urusan 1 2 1 Jumlah tenaga Medis 2 Jumlah Penduduk 3 Rasio Tenaga Medis Persatuan Penduduk Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 48 56 58 70 60 342.119 350.925 353.367 354.652 360.019 0.14 0.16 0.16 0.20 0.17 Sumber : Dinkes f. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Ibu Hamil dengan Komplikasi yang ditangani adalah Ibu hamil dengan komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas, Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK (pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal emergensi Komprehensif) dimana pada tahun 2009 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan pada tahun 2009 sebanyak 98,84 %. dan pada tahun 2013 sebanyak 96,08 % perkembangan ini menunjukkan bahwa resiko kematian ibu melahirkan dapat ditekan sekecil mungkin. Tabel 2.62 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013 N0 Bidang / Urusan 1 2 1 Jumlah Ibu Hamil 2 Jumlah Bidan 3 Cakupan pertolongan persalianan olehtenaga kesehatan yang memiliki kopetensi kebinanan ( % ) Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 8.705 8.400 8.420 7.332 7.415 145 146 170 169 160 98.84 95,00 97,00 104,00 96,08 Sumber : Dinkes g. Cakupan Desa / Kelurahan Universal Child Immunization (UCI ) Salah Satu target keberhasilan program imunisasi adalah tercapainya UCI yang merupakan cakupan imunisasi dasar lengkap bayi secara merata pada bayi di seluruh desa/kelurahan sesuai dengan Keputusan Menkes Ri dan Riskesdas (2010) RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 62 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 menyatakan UCI adalah suatu keadaaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi (anak dibawah umur 1 tahun). Pertumbuhan pencapaian Desa/Kelurahan UCI selama ini belum secara merata mencapai 100% bahkan masih banyak yang belum mencapai target. Dari data di bawah ini menunjukkan bahwa dari 108 Desa Kelurahan yang baru terjangkau UCI pada tahun 2009 sebanyak 94 Desa dan pada tahun 2013 sudah mencapai 101 Desa/Kel atau sekitar 93,52 %. Tabel 2.63 Cakupan Desa / Kelurahan Universal Child Immunization (UCI ) Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013 N0 Bidang / Urusan 2010 4 64 Tahun 2011 5 102 1 1 2 Jumlah Desa/ Kelurahan UCI 2009 3 94 2 Jumlah Seluruh Desa/Kelurahan 104 104 104 108 108 3 Cakupan desa/ Kelurahan Universal 90.4 61,54 98,08 98,08 93.52 Child Immunization (UCI ) 2012 6 102 2013 7 101 Sumber : Dinkes h. Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Cakupan Balita gizi buruk di Kabupaten Pinrang yang mendapat perawatan sudah mencapai 100% pada tahun 2014. Sejak tahun 2009 perawatan gizi buruk pada anak sudah ditangani melalui penyediaan sarana dan prasarana kesehatan dimana pada tahun 2009 yang mendapat perawatan sebanyak 86 bayi dan pada tahun 2013 menjadi 7 bayi. Tabel 2.64 Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013 Tahun N0 Bidang / Urusan 1 2 1 2 3 Jumlah Balita gizi buruk yg mendapat Perawatan di sarana Kesehatan Jumlah seluruh Balita Gizi Buruk yg ditemukan Cakupan Balita Gizi Buruk yg mendapat Perawatan 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 86 36 24 23 7 86 36 24 23 7 100 100 100 100 100 Sumber : Dinkes RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 63 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 I. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC / BTA Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC /BTA selama kurun waktu tahun 2009-2013 pada dasarnya menunjukkan trend penurunan. Kenaikan penderita baru hanya terjadi pada kurun waktu 2009-2010. Selanjutnya kuantitas penderita terus mengalami penurunan sampai tahun 2013. Angka sebagaimana ditunjukkan tabel 52 di bawah sesungguhnya menunjukkan fluktuasi penurunan yang masih rendah. Hasil survey menunjukkan bahwa hal tersebut disebabkan oleh sikap sebagian masyarakat yang dropout dalam berobat. Secara lebih detail, perkembangan cakupan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.65 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC / BTA Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013 N0 Bidang / Urusan 1 2 1 Jumlah penderita baru TBC / BTA yang ditemukan dan diobati disuatu wilayah Jumlah Perkiraan Penderita baru TBC / BTA Cakupan Penemuan dan penanganan Penderita Penyakit TBC / BTA 2 3 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 277 452 381 369 358 1.634 100 2.170 88,42 993 100 567 100 2.845 100 Sumber : Dinkes Kab. Pinrang j. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita penyakit DBD Penyakit-penyakit yang ditularkan vektor dan menjadi masalah kesehatan di Indonesia adalah malaria, filariasis dan demam berdarah. Penularannya dari orang ke orang dengan perantaraan nyamuk, demam berdarah sendiri ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedesalbopictus. Penyakit DBD dapat dijumpai di daerah subtropik dan tropik dari data tersebut dibawah ini menunjukkan bahwa jumlah penderita DBD yang ditangani pada tahun 2009 sebanyak 731 penderita, dan pada tahun 2013 sebanyak 394 penderita dan cakupan penanganannya rata-rata 100 %. Tabel 2.66 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013 N0 1 1 2 3 Bidang / Urusan 2 Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai SOP Jumlah Penderita DBD yang ditemukan Cakupan Penemuan dan Penanganan Penyekit DBD 2009 3 731 2010 4 550 731 622 100 88,42 Tahun 2011 5 51 2012 6 48 2013 7 394 51 48 394 100 100 100 Sumber : Dinkes RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 64 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 k. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin adalah jumlah rujukan pasien masyarakat miskin dibagi dengan jumlah pasien masyarakat miskin kali 100 di wilayah dalam kurun waktu yang sama. Cakupan ini tergantung pada kondisi kesehatan masyarakat miskin sehingga cakupannya tidak 100%. Namun pasien masyarakat miskin yang datang ke sarana kesehatan semuanya tertangani. Pada tahun 2009 kunjungan pasien miskin sebanyak 50.267 pasien dan pada tahun 2012 kunjungan mencapai 107.396 pasien dan pada tahun 2013 turun menjadi 89.735 pasien . Tabel 2.67 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013 N0 Bidang / Urusan 1 1 2 Jumlah kunjungan pasien miskin Jumlah seluruh masyarakat miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 2 3 2009 3 50.267 2010 4 52.943 Tahun 2011 5 96.042 78.500 78.500 100 100 2012 6 107.396 2013 7 89.735 78.500 78.500 124.156 81 100 100 Sumber : DinkesKab. Pinrang l. Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan bayi adalah jumlah kunjungan bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu tertentu dibagi dengan jumlah seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama. Cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4(empat) kali, pada kurun waktu 2009-2013 cenderung fluktuatif, pada tahun 2009 jumlah kunjungan bayi yg memperoleh pelayanan kesehatan sebanyak 7.203 bayi dan pada tahun 2013 turun menjadi 6.978 bayi. Tabel 2.68 Cakupan Kunjungan Bayi Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013 N0 Bidang / Urusan 1 2 1 2 Jumlah kunjungan bayi yg memperoleh pelayanan kesehatan Jumlah seluruh bayi hidup pada waktu yg sama Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 7.203 7.084 7.315 6.323 6.978 7.203 7.741 7.434 6.424 7.290 Sumber : Dinkes Kab. Pinrang RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 65 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.3.1.3. Pekerjaan Umum a. Proporsi Panjang Jaringan Jalan Salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat krusial adalah tersedianya jalur transportasi berupa jaringan jalan yang baik. Kebutuhan jalan memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun terhadap kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat. Infrastruktur jalan yang baik adalah modal sosial masyarakat dalam menjalani roda perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur jalan yang baik dan memadai. Tabel 2.69 Proporsi Panjang Jalan Kab. Pinrang 2009 -2013 N0 Bidang / Urusan 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1 Kondisi Baik ( Km ) 117,4 115,6 120,4 131,5 161,38 2 Kondisi Sedang ( Km ) 225,6 240,3 230,5 239,20 150,99 3 Kondisi Rusak Ringan ( Km ) 270,8 263,6 282,3 300,68 308,54 4 Kondisi Rusak Berat ( Km ) 110,8 105,1 91,4 53,22 103,69 5. Total Panjangan jalan 724,60 724,60 724,60 724,60 724,60 Keseluruhan Sumber Data : Dinas PUD Tabel 2.70 Proporsi Panjang Jaringan Jalan Kab. Pinrang tahun 2011 Kondisi Baik N0 1 Pinrang Nasional Provinsi Pinrang (Km) 70,315 22,29 Kondisi Sedang Kab 135,38 Nasional 0 Provinsi 25,96 Kondisi Rusak Ringan Kab 243,06 Nasional 0 Provinsi 5,43 Kab 304,54 Sumber data : RPJMD Provinsi Sul Sel b. Rasio Jaringan Irigasi Dalam Upaya Memenuhi kebutuhan irigasi untuk mendukung pancapaian target Overstock Pangan dan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dilakukan upaya peningkatan dan perbaikan jaringan irigasi dan peningkatan luas layanan jaringan irigasi pada luas areal budidaya 47,108 Km dengan rasio 17, 71 pada tahun 2012, sedangkan pada tahun 2013 lahan budidaya sekitar 47.763 hal dengan rasio 17,47 hal ini mencerminkan peningkatan pengelolaan jaringan irigasi dari tahun sebelumnya. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 66 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.71 Rasio Jaringan Irigasi Tahun N0 Jaringan Irigasi 2009 2010 2011 2012 2013 2 3 4 5 6 7 45,826 45,826 45,826 45,826 45,826 1 1. Jaringan Primer 2. Jaringan Sekunder 402,332 402,332 402,332 402,332 402,332 3. Jaringan Tersier 386,210 386,210 386,210 386,210 386,210 4. Luas lahan Budi Daya 46,951 47,001 47,008 47,108 47,763 5 Rasio 17,77 17,75 17,75 17,71 17,47 Sumber Data : Data diolah dari Dinas PSDA N0 Uraian 1. Pinrang Luas Ranca ngan (Ha) Luas Lahan Terairi (Ha) Kebutuhan iair tanaman (Ha) Pasokan Air irigasi (La /dtk) Pasokan Air Irigasi Total (Ha) Total Pasok air (la/dti) PIA (Lt/Dtk) / Ha PIR (Lt/Dtk) / Ha PAR (Lt/Dtk) / Ha 54,27 7 47,108 1,25 4 1,4 5 0,0001 1,12 4 IA (%) 0,8 7 Sumber data : RPJMD Provinsi Sul Sel 2012 c. Rasio tempat Ibadah Ketersediaan tempat ibadah merupakan salah satu dari pelayanan sarana dan prasarana umum yang disediakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Tempat ibadah yang tersedia dibandingkan dengan jumlah penduduk Kab. Pinrang pada tahun 2009 tempat ibadah sebanyak 480 dan pada tahun 2013 bertambah menjadi 503 dengan rasio 1,39. Tabel 2.72 Rasio Tempat Ibadah N0 Jaringan Irigasi 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Mesjid 397 480 429 435 435 2. Langgar 62 5 5 5 5 3. Mushallah 51 45 46 46 4 Gereja 21 21 9 8 8 Jumlah tempat Ibadah 480 557 488 503 503 342.118 353.367 354.652 360.019 361.293 1.40 1.58 1.38 1,40 1,39 5. Jumlah Penduduk Rasio Tempat Ibadah Persatuan Penduduk Sumber Data : Data diolah Kabupaten Pinrang dalam Angka d. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPs) Persatuan Penduduk Ketersediaan sarana dan prasarana dasar permukiman berupa air minum dan sanitasi secara merata dan berkelanjutan turut menentukan kesejahteraan RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 67 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 masyarakat. Pengelolaan persampahan di Kabupaten Pinrang sudah menunjukkan kinerja yang baik dengan indikator Rasio daya Tampung TPS terhadap jumlah penduduk pada tahun 2009 sekitar 0,015 dan pada tahun 2013 sebanyak 0,05. Tabel 2.73 Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPs) Persatuan Penduduk Tahun N0 Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 1. Jumlah TPS ( unit ) 13 17 17 21 30 2. Jumlah daya Tampung TPS ( M ³) 52 68 68 84 212 3. Jumlah Penduduk ( Jiwa ) 342.118 353.367 354.652 360.019 364.700 4. Rasio Daya Tampung TPs terhadap jumlah Penduduk 0,015 0,019 0,019 0,020 0,05 Sumber Data : Dinas KPK Kab. Pinrang e. Rasio Rumah Layak Huni Rumah Layak huni merupakan harapan dan idaman setiap insan. Pemerintah telah berupaya dalam meningkatkan hunian masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah dan kurang mampu dengan tujuan mendorong masyarakat lain untuk berpartisipasi dan peduli terhadap sesama warga, sampai pada tahun 2009 rumah yang layak huni mencapai 58.409 unit dan pada tahun 2013 naik menjadi 62.430 unit dengan rasio 0,171. Tabel 2.74 Rasio Rumah Layak Huni N0 Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Jumlah Rumah yg Layak Huni 58.409 60.402 60.859 62.433 62.430 2. Jumlah Penduduk 342.118 353.367 354.652 360.019 364.700 3. Rasio Rumah Layak Huni 0,171 0,171 0,172 0,173 0,171 Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pinrang f. Rasio Permukiman Layak Huni Rasio permukiman layak huni dari tahun ke tahun semakin meningkat, seperti yang terlihat pada tabel, luas permukiman layak huni pada tahun 2009 sebesar 5.135 Ha dan pada Tahun 2013 meningkat menjadi 5.350 ha, hal menunjukkan bahwa peningkatan luas areal permukiman dibarengi juga dengan peningkatan kualitas rumah layak huni. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 68 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.75 Rasio Permukiman Layak Huni Tahun N0 Bidang / Urusan 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 1. Luas area permukiman layak huni (Ha ) 3.944 4.042 4.144 4.219 4.312 2. Luas areal permukiman keseluruhan (Ha) 5.462 5.482 5.499 5.516 5.531 3. Rasio Permukiman Layak Huni (Ha) 0,72 0,74 0,75 0,76 0,78 g. Tabel lingkungan Permukiman Kumuh Kawasan permukiman perkotaan di kota-kota besar di Indonesia identik dengan adanya kawasan permukiman kumuh. Lingkungan permukiman kumuh umumnya didiami oleh golongan menengah kebawah , untuk Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 sebanyak 22 Ha Dan pada tahun 2013 sebanyak 19,5 ha dengan persentase lingkungan permukiman kumuh pada tahun 2009 sampai tahun 2014 sekitar 0,017 % Tabel 2.76 Lingkungan Permukiman Kumuh Tahun N0 Bidang / Urusan 2009 2010 2011 2012 2013 2 3 4 5 6 7 22 21 20,6 20 19,5 1 1. Luas Kawasan Kumuh ( Ha ) 2. Luas Wilayah Kota ( Ha ) 1.082 1.093 1.099 1.110 1.121 3. Persentase Lingkungan Permukiman 0,020 0,019 0,019 0,018 0,017 Kumuh Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pinrang 2.3.1.4 Perumahan a. Rumah Tangga Bersanitasi Rumah tangga bersanitasi sekurang kurangnya mempunyai akses untuk memperoleh layanan sanitasi yaitu fasilitas air besih, pembuangan air besar ( tinja ), pembunagan air limba (air bekas) dan tempat pembuangan sampah dan mempunyai pengaruh besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Persentase rumah tangga yang bersanitasi dapat dilihat dari data pada tahun 2009 sebanyak 79,92 % dan pada tahun 2013 menjadi 83,43 %, hal ini menunjukkan tingkat perkembangan atas kebutuhan sanitasi masih belum optimal sehingga dibutuhkan kerja keras untuk mencapai angka di atas nilai kewajaran atau target universal akses yakni akses sanitasi yang layak 100 %. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 69 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.77 Rumah Tangga Bersanitasi 1 1. Bidang / Urusan 2 Jumlah Rumah tangga Bersanitasi 2009 3 64.650 2010 4 65.742 Tahun 2011 5 68.668 2012 2013 6 7 69.396 70.400 2. Jumlah Rumah Tangga 80.894 81.914 82.761 83.610 84.384 3. Persentase 79,92 80,26 82,97 N0 83 83,43 Sumber Data : POKJA AMPL Kab. Pinrang b. Lingkungan Permukiman Kumuh Lingkungan pemukiman kumuh di Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 sebesar 163 dan pada tahun 2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga mencapai 153 penurunan persentase pemukiman kumuh ini dibarengi dengan meningkatnya kualitas pemukiman lingkungan. Secara detail dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.78 Lingkungan Kumuh Kabupaten Pinrang N0 1 1. 2. 3. Uraian 2 Luas Area Lingkungan Kumuh Luas Area permukiman keseluruhan Persentase lingkungan kumuh 2009 3 163 5.462 2010 4 161 5.482 Tahun 2011 2012 5 6 158 155 5.499 5.516 2,98 2,94 2,87 2,81 2013 7 153 5.531 2,27 Sumber Data :Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pinrang 2.3.1.5. Penataan Ruang a. Rasio Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Luas Wilayah Ber HPL / HGB Rasio ruang terbuka hijau per satuan HPL/HGB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2012 sebesar 50,19 .peningkatan rasio ini tentunya tidak lepas dari peran pemerintah yang meningkatkan ruang terbuka hijau. Tabel 2.79 Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber PHL/HGB N0 Bidang / Urusan 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Luas Ruang Terbuka Hijau 429,38 429,38 438,14 451,69 451,69 2. Luas Wilayah ber HPL/HGB 8,60 8,60 8,85 9,00 9,00 1.961,77 1.961,77 1.961,77 1.961,77 1.961,77 49,93 49,93 49,50 50.19 50,19 (Km²) 3. Luas Wilayah 4. Rasio Ruang Terbuka Hijau 1/2) Sumber data : RPJMD Sulsel RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 70 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.3.1.6. Perencanaan Pembangunan Ketersediaan dokumen perencanaan yang telah diperdakan sangat diperlukan dalam tahap proses pelaksanaan pembangunan yang berupa dokumen RPJPD, RPJMD dan RKPD, Renstra SKPD Tabel 2.80 Ketersediaan dokumen Rencana Pembangunan Daerah dan Rencana SKPD (yang telah ditetapkan dengan Perda) N0 Bidang / Urusan Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang N0. 1 1Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang daerah Kab. Pinrang tahun 2009 – 2029 1 1. 2 Tersedianya Dokumen RPJPD 2. Tersedianya Dokumen RPJMD Peraturan Bupati Pinrang N0. 15 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kab. Pinrang Tahun 2009 – 2014 3. Tersedianya Dokumen RKPD Peraturan Bupati Pinrang N0. 18 Tahun 2009 tentang Rencana Kerja pemerintah Daerah Tahun 2010 Peraturan Bupati Pinrang N0. 10 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja pemerintah Daerah Tahun 2011 Peraturan Bupati Pinrang N0. 15 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja pemerintah Daerah Tahun 2012 Peraturan Bupati Pinrang N0. 37 tahun 2012 tentang Rencana Kerja pemerintah Daerah Tahun 2013 Peraturan Bupati Pinrang N0. 23 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja pemerintah Daerah Tahun 2014 4 Tersedianya Dokumen Renstra SKPD 43 43 43 43 43 Sumber data : Bappeda Kab. Pinrang 2.3.1.7. Perhubungan a. Jumlah Arus Penunpang Angkutan Umum Jumlah arus penumpang angkutan penumpang umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, ini tentunya harus menjadi perhatian yang serius yang mesti dibarengi dengan peningkatan kualitas pelayanan dan infrastruktur. Tabel 2.81 Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum N0 1 1. Tahun Bidang / Urusan 2009 2010 2011 2012 2013 2 3 4 5 6 7 1.076.703 827.589 827.739 997.739 997.812 1.076.703 827.589 827.739 997.739 997.812 Jumlah penumpang bis/angkutan umum 2. Total jumlah penumpang Sumber data : Dishub & Infokom RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 71 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 b. Jumlah Uji KIR Angkutan Umum Uji KIR adalah serangkaian kegiatan menguji dan/atau memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan. Tabel 2.82 Jumlah Uji KIR Angkutan Umum Tahun N0 Bidang / Urusan 2009 2010 2011 2012 2013 2 3 4 5 6 7 1 1. Mobil Penumpang Umum 348 352 360 2. Mobil Bus 56 59 51 3. Mobil Barang 1.190 1.970 2.770 1.594 2.381 3.181 Jumlah KIR 0 0 Sumber data : Dishub & Infokom c. Jumlah Pelabuhan Laut / Udara / Terminal Bus Jumlah pelabuhan laut, udara dan terminal bis di Kabupaten Pinrang tidak mengalami perubahan yang signifikan kecuali pada tahun 2013 pembangunan Pelabuhan Marabombang dan sampai sekarang masih dalam tahap penyempurnaan. Tabel 2.83 Jumlah Laut, udara dan terminal bis N0 Bidang / Urusan 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Jumlah pelabuhan laut 2 2 2 2 2 2. Jumlah pelabuhan udara 0 0 0 0 0 3. Jumlah terminal bis 2 2 2 2 2 4. Jumlah 4 4 4 4 4 Sumber data :Dishub dan Infokom 2.3.1.8. Lingkungan Hidup a. Persentase Penanganan Sampah Jumlah produksi sampah dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2009 produksi sampah 57.143 M3/ tahun dan pada tahun 2013 menjadi 70.146 M3/ tahun, namun tidak dibarengi dengan jumlah sampah yang ditangani. sampah yang RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 72 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 ditangani dari tahun 2009 sebesar 44.828 M3 dan pada tahun 2013 menjadi 63.131 m3 dengan persentase sekitar 90 % pada tahun 2013. Tabel 2.84 Persentase Penanganan Sampah Perkotaan No. Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 Jumlah sampah yang ditangani 1. (M3/Thn) 2. Jumlah produksi sampah (M3/Thn) 3. Persentase 44.828 49.196 55.184 61.916 63.131 57.143 56.775 65.776 69.568 70.146 78,4 86,7 83,90 89,00 90,00 Sumber data : Dinas KPK Kab. Pinrang b. Persentase Penduduk Berakses Air Minum Peningkatan kualitas kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas air minum. Pada tahun 2009 persentase rumah tangga terhadap akses air bersih sebesar 81,5 % dan pada tahun 2013 menjadi 84,67 % yang artinya terjadi peningkatan sebesar 3.490 penduduk atau sekitar 3,17 %. Tabel 2.85 Persentase Penduduk Berakses Air Minum Tahun No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 1 1. 2 Jumlah Rumah Tangga yang mendapat akses air minum 3 65.929 4 67.548 5 69.354 6 70.274 7 71.448 2. Jumlah Rumah Tangga 80.894 81.914 82.761 83.610 84.384 3. Persentase Rumah Tangag berakses air bersih 81,5 82,46 83,8 84,05 84,67 Sumber data : POKJA AMPL Kab. Pinrang c. Persentase Luas Pemukiman Yang Tertata Persentase luas pemukiman yang tertata pada tahun 2013 sebesar 5.350 dan persentase luas areal permukiman tertata sekitar 97 %. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 73 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.86 Persentase Luas Pemukiman Yang Tertata Tahun No. Uraian 1 2 1. Luas area permukiman tertata (Ha) 2. Luas area permukiman keseluruhan (Ha) 3. 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 3.944 4.042 4.144 5.499 4.219 5.516 4.312 5.531 5.462 5.482 72 74 75 76 78 Persentase Luas area permukiman tertata (Ha) Sumber data : RPJMD Sulsel untuk Tahun 2012 d. Sumber Air Yang Dipantau Status Mutu Airnya Pemantauan sumber air dilakukan pada sungai-sungai yang ada di Kabupaten Pinrang. Dilakukan secara berkala dengan jumlah sungai yang dipantau mutu airnya sebanyak 6 sungai pada Tahun 2013 atau sekitar 16,7 % sumber air yang dipantau mutu airnya. Tabel 2.87 Persentase Jumlah Sumber Air Yang Dipantau Status Mutu Airnya Tahun No. Uraian 1 1. 2 Jumlah sungai yang dipantau mutu 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 5 5 5 5 6 36 36 36 36 36 0,14 0,14 0,14 0,14 0,17 airnya 2. Jumlah sumber air yang dipantau 3. Persentase jumlah sumber air yang dipantau mutu airnya Sumber data : Badan Lingkungan Hidup Kab. Pinrang e. Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal Pengawasan terhadap pelaksanaan Amdal meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah wajib Amdal yang diawasi. Persentase pengawasan pada tahun 2009 sebesar sekitar 2 % meningkat pada tahun 2013 menjadi sebesar 36 % RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 74 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.88 Persentase Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal No. Uraian 1 2 1. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 5 5 5 6 9 10 10 20 21 25 2 2 - - 36 Jumlah perusahaan wajib Amdal yang telah diawasi 2. Jumlah seluruh perusahaan wajib Amdal 3. Persentase jumlah pengaduan yang ditindaklanjuti Sumber data :Badan Lingkungan Hidup Kab. Pinrang f. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk Rasio daya tampung TPS terhadap jumlah penduduk perlu ditingkatkan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Pada tahun 2009 rasio daya tampung TPS sebesar 0,055.menjadi 0,118 pada tahun 2013. Tabel 2.89 Rasio TPS terhadap jumlah penduduk Tahun No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 1. Jumlah daya tampung TPS (M3) 18.720 24.480 24.480 30.240 43.200 2. Jumlah Penduduk 342.11 353.36 354.65 360.01 364.700 8 7 2 9 0,055 0,069 0,069 0,084 3. Rasio daya tampung TPS 0,118 terhadap jumlah penduduk Sumber data : Dinas KPK Kab. Pinrang g. Penegakan Hukum Lingkungan Kasus Lingkungan yang ditindaki secara menyeluruh, pada tahun 2009 terjadi kasus lingkungan yang diselesaikan pemerintah sebanyak 4 dari jumlah 10 kasus lingkungan dan pada tahun 2013 sebanyak 10 kasus yang ditangani dari jumlah kasus sekitar 30 kasus. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 75 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.90 Persentase Penegakan Lingkungan Hidup No. Uraian 1 2 1. 2. 3. Jumlah kasus lingkungan yang diselesaikan pemda Jumlah kasus lingkungan yang ada Rasio jumlah pengaduan yang ditindak lanjuti Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 4 6 6 8 10 10 13 15 18 30 1 3 - - 5 Sumber data : Badan Lingkungan Hidup RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 76 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.3.1.9. Pertanahan a. Persentase luas lahan bersertifikat Lahan bersertifikat terdiri atas lahan Hak Milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB) dan Hak Pengelolaan Tabel 2.91 Luas Lahan Bersertifikat 2009 2010 2011 2012 2013 No. HM 1 HGU HGB 3.320.953 HPL 14.212 HM HGU HGB 2.130.070 2.048 HPL 360 HM HGU HGB 1.265.240 HPL 1.512 HM HGU HGB 919.411 HPL HM HGU HGB HPL 9.052 Rasio luas lahan bersertifikat 2009 2010 2011 2012 2013 No. HM 1 9,460 HGU HGB HPL 14,212 HM 6,067 HGU HGB 6 HPL 360 HM 3,568 HGU HGB 4 Sumber data : RPJMD Sulsel untuk Tahun 2012 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 77 HPL HM 2,575 HGU HGB 25 HPL HM HGU HGB HPL Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 e. Penyelesaian kasus tanah Negara Jumlah penyelesaian kasus tanah negara pada tahun 2009 sebanyak 4 kasus, dan pada tahun 2013 sebanyak 2 kasus. Hal ini menunjukkan rasio penyelesaian kasus tanah negara rata-rata sebesar 16,67 % pada tahun 2013. Tabel 2.92 Penyelesaian Kasus Tanah Negara No. Tahun Uraian 1 2 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Jumlah kasus yang diselesaikan 4 4 3 4 2 2. Jumlah kasus yang terdaftar 14 17 8 12 12 3. Rasio penyelesaian kasus tanah 28,57 23,53 37,5 33,33 16,67 negara Sumber data : BPN 2.3.1.10. Kependudukan dan Catatan Sipil a. Rasio penduduk ber-KTP per pertsatuan penduduk Rasio penduduk ber-KTP pada tahun 2009 sebesar 303 dan menjadi 484 pada tahun 2013. Dari data tersebut menunjukkan masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memiliki KTP. Tabel 2.93 Rasio Penduduk ber-KTP per Persatuan Penduduk No. 1 1. Uraian 2 Jumlah penduduk usia > 17 2009 3 79.561 2010 4 82.594 Tahun 2011 5 85.426 2012 6 87.729 2013 7 93.015 186.719 188.016 188.911 189.402 192.088 303 250 235 222 484 yang ber-KTP 2. Jumlah penduduk usia > 17 telah menikah 3. Rasio penduduk ber-KTP per persatuan penduduk Sumber data : Capil dan kependudukan b. Rasio Bayi Berakte Kelahiran Rasio bayi berakte kelahiran dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami penurunan dari 748 pada tahun 2009 menjadi 837 pada tahun 2013. Ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat terkait administrasi akte kelahiran masih kurang. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 78 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.94 Rasio Bayi Berakte Kelahiran 1 1. 2 Jumlah penduduk ber KK 2009 3 55.229 2010 4 66.622 Tahun 2011 5 71.828 2. Jumlah penduduk telah 202.523 204.195 205.387 206.144 206.731 748 802 812 816 837 No. Uraian 2012 6 76.366 2013 7 92.231 menikah 3. Rasio bayi berakte kelahiran Sumber data : Capil dan Kependudukan c. Rasio pasangan berakte nikah Rasio pasangan berakte nikah untuk tahun 2009 sebesar 1.80 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 3.32 atau mengalami peningkatan sebesar 1.52 ini menunjukkan semakin tingginya tingkat kesadaran pasangan nikah untuk memiliki akte nikah. Tabel 2.95 Rasio Pasangan Berakte Nikah No. Uraian 1 2 1. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 97 185 203 233 243 53.878 64.988 69.035 72.510 73.283 1.80 2.85 2.94 3.21 3.32 Jumlah pasangan nikah ber akte nikah 2. Jumlah keseluruhan pasangan nikah 3. Rasio pasangan berakte nikah Sumber data : Capil dan Kependudukan d. Kepemilikan KTP Pada tahun 2009 jumlah penduduk yang memiliki KTP sebesar 1.030, sedangkan di tahun 2013 sebesar 93.015 atau mengalami peningkatan sebesar 91.985 orang. Tabel 2.96 Kepemilikan KTP No. Uraian 1 2 1. Jumlah penduduk memilik KTP 2. Jumlah penduduk wajib KTP 3. Rasio kepemilikan KTP Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 27.285 55.251 84.981 93.015 1.030 232.880 237.840 243.277 249.692 260.325 4 115 227 340 357 Sumber data : Capil dan Kependudukan RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 79 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Jumlah Penduduk Menurut Kepemilikan KTP, KK, Akte Lahir dan Akte Nikah KTP KK AKTE LAHIR AKTE NIKAH N0 uraian Sudah belum Sudah belum Sudah belum Sudah belum 1 Pinrang 90.971 150.152 0 0 99.116 - 154 66 Sumber data : Capil dan Kependudukan e. Kepemilikan akte kelahiran per 1000 penduduk Kepemilikan akte kelahiran pada tahun 2009 sebesar 55.758 sedangkan pada tahun 2013 sebesar 106.822 yang artinya mengalami peningkatan sebesar 51.064 akte kelahiran, namun masih jauh dari yang diharapkan. Tabel 2.97 Kepemilikan Kelahiran No. Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 Jumlah penduduk memiliki 1. 55.758 76.074 90.937 100.006 106.822 262.456 330.894 363.498 395.086 408.459 212 230 250 253 262 akte kelahiran 2. Jumlah penduduk Rasio kepemilikan akte 3. kelahiran Sumber data : Capil dan Kependudukan 2.3.1.11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak a. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintahan Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah Kabupaten Pinrang adalah proporsi perempuan yang berkerja pada lembaga pemerintahan terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan. Pekerja perempuan di Lembaga Pemerintahan dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah dan persentase perempuan yang menempati posisi golongan 1 – IV RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 80 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.98 Persentase Partisipasi Perempuan Di Lembaga Pemerintahan (Di Luar Guru) 1 Tahun 2013 PNS Pria PNS Wanita Jumlah Persentase Jumlah Persentase 3 4 5 6 14 0,20 4 0,06 4 0,06 0 0 25 0,35 13 0,18 10 0,14 0 0 233 3,25 162 2,26 368 5,14 282 3,94 136 1,90 381 5,32 87 1,22 208 2,91 325 4,54 575 8,03 317 4,43 467 6,52 324 4,53 326 4,55 320 4,47 387 5,41 879 12,28 1055 14,74 127 1,77 95 1,33 24 0,34 5 0,07 2 0,03 4 0,06 0 0 0 0 3.195 44.63 3.964 55.37 Golongan Ruang No. 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 I/a I/b I/c I/d II/a II/b II/c II/d III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d IV/e Total Sumber data : BKBD dan PP b. Partisipasi perempuan di lembaga swasta Partisipasi perempuan di lembaga swasta yang ditinjau dari jumlah tenaga kerja perempuan di perusahaan/lembaga swasta terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan . Tabel 2.99 Persentase Perempuan Di Lembaga Swasta No. Jenis Data 1 2 1 2 Jenis Perusahaan Jumlah Jumlah 3. Tahun 2009 % 2010 % 2011 % 2012 % 2013 % 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 10 1.97 2.160 L 8 1.33 2.916 9 1.34 3.053 9 1.35 3.314 9 1.08 3.508 2.113 80.16 2.322 79.62 2.449 80.21 2.647 79.87 2.680 76.39 507 19.42 598 20.50 604 19.78 664 20.03 828 23.60 Tenaga Kerja Formal W Sumber data : BKBD dan PP c. Jumlah laporan penanganan KDRT Penanganan kasus KDRT Merupakan Mandat SPM urusan wajib pemberdayaan perempuan dan Perlindungan anak sebagai mana tertuang dalam SPM Bidang layanan terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. Pelayanan terpadu ini menuntut jejaring kerja antar lembaga Pemerintah yang meluputi Dinas Sosial, RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 81 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Dinas Kesehatan, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, BKBD dan PP, Kementerian Agama serta lembaga non pemerintah dalam penyediaan layanan bantuan hukum dan konseling psikologi. Berdasarkan laporan dari berbagi pihak di Kabupaten Pinrang nampaknya dari aspek jumlah tidak terlalu banyak sehingga diharapkan peranan seluruh komponen masyarakat untuk senantiasa menjaga dan melindungi serta pembinaan yang terpadu secara berkesinambungan. Tabel 2.100 Jumlah laporan penanganan KDRT No. Uraian 1 2 1. 2009 3 Laporan Penanganan Kasus KDRT 77 Tahun 2010 2011 4 5 102 61 2012 6 2013 7 30 32 Sumber data : BKBD dan PP d. Angkatan kerja dibawah umur Angkatan kerja dibawah umur di Kabupaten Pinrang sampai saat ini menunjukkan masih adanya anak-anak dibawah umur yang bekerja walaupun jumlah sangat kecil, gambaran ini mengidikasikan bahwa anak bekerja karena faktor ekonomi keluarga atau pengetahuan orang tua yang relatif rendah tentang hak tumbuh kembang anak, sehingga penguatan ketahanan rumah tangga sangat penting. Dari data mencerminkan pada tahun 2009 anak dibawah umur yang bekerja sekitar 15.177 Orang, dan pada tahun 2013 sekitar 8.793 orang. Tabel 2.101 Angkatan Kerja dibawah Umur No. 1. Uraian Angkatan Kerja Usia 15 – 19 tahun 2009 2010 15.177 10.154 Tahun 2011 11.405 2012 2013 7.414 8.793 Sumber data : BKBD dan PP e. Indeks Pembangunan Gender Indeks Pembangunan Gender ( IPG ) terdiri dari empat ( 4 ) indikator komposit yaitu : a. Angka Harapan Hidup ( AHH ) b. Angka Melek Huruf ( AMH ) c. Rata Rata Lama Sekolah ( RLS ) d. Sumbangan Pendapatan. Sedangkan Indeks Pemberdayaan Gender ( IDG ) terdiri dari tiga (tiga) indikator komposit yaitu a. Keterlibatan perempuan di Parlemen, b. Perempuan sebagai RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 82 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 tenaga Manager, c. Professional, tehnisi dan d. Sumbangan Perempuan dalam Pendapatan. Tabel 2.102 Indeks Pembangunan Gender ( IPG ) Tahun Indeks No. 1 1. Pembangunan 2009 2010 2011 2012 2013 Gender Indeks % Indeks % Indeks % Indeks % Indeks % 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kabupaten 72.61 2.51 73.21 2.19 73.21 2.18 74.39 2.29 70.79 2.39 71.62 2.34 71.14 1.85 72.70 2.01 75.57 2,40 Pinrang 2 Sulawesi selatan Sumber data : BKBD dan PP 2.3.1.12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera a. Rata - Rata Jumlah Anak Per Keluarga Rata rata jumlah anak per Keluarga mengindikasikan aterhadap angka fertilitas Pasangan Usia Subur TFR ( Total Fertility Rate ) . Berdasarka data pada tahun 2009 – 2013 menunjukkan adanya jumlah anak per keluarga. Hal ini menjadi perhatian pemerintah daerah karena akan berkolerasi terhadap peningkatan jumlah penduduk yang pada umumnya akan berdampak pada meningkatnya masalah masalah sosial masyarakat, untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya upaya yang terintegrasi dari seluruh sektor dalam upaya pengendalian pertumbuhan penduduk. Pendewasaan usia perkawinan dan perencanaan jumlah anak dalam keluarga juga harus menjadi pertimbangan yang mendasar. Melihat data yang ada pada tahun 2009 jumlah rata-rata anak per keluarga 3.8 % dan pada tahun 2013 menjadi 3.6 %. Gambaran rata-rata jumlah anak per keluarga sebagai berikut : Tabel 2.103 Rata Rata Jumlah Anak Perkeluarga No. Uraian 2010 4 334.095 Tahun 2011 5 337.939 2012 6 347.038 2013 7 340.567 1 1. 2 Jumlah Anak ( Jiwa ) 2009 3 327.491 2. Jumlah Keluarga ( jiwa ) 84.163 85.869 87.729 90.395 92.226 3. Rata Rata Jumlah Anak Per 3.8 3.8 3.8 3.8 3.6 Keluarga Sumber data : BKBD dan PP RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 83 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 b. Rasio Akseptor KB Rasio akseptor KB menunjukkan perbandingan jumlah akseptor dengan jumlah pasangan usia subur, berdasarkan data pada tahun 2009 – 2014 menunjukkan peningkatan rasio akseptor KB, namun masih perlu ditingkatkan mengingat pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun selalu meningkat. Salah satu bentuk uapaya sejak dini untuk mendorong peningkatan jumlah akseptor adalah melalui pendidikan kesehatan reproduksi remaja dan genre (Generasi Berencana), yang diharapkan mampu memperoleh pandangan generasi tentang pentingnya KB. Berdasarkan data maka tahun 2009 jumlah akseptor KB sekitar 36.090 dengan rasio 67.81 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 38.246 namun rasio mengalami penurunan menjadi 65.64, ini disebabkan bertambahnya pasangan usia subur. Tabel 2.104 Rasio Akseptor No. Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Jumlah Akseptor KB 36.090 39.061 38.214 37.778 38.246 2. Jumlah Pasangan Usia Subur 53.222 53.396 54.691 55.605 58.264 3. Rasio Akseptor KB 67.81 73.15 69.87 67.94 65.64 Sumber data : BKBD dan PP c. Cakupan Peserta KB Aktif Cakupan KB aktif di kabupaten Pinrang menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan karena sebagaimana tabel di bawah pada tahun 2009 rasio akseptor mencapai 36.1% dan pada tahun 2013 menjadi 38.2 % , perkembangan harus diimbangi dengan ketersediaan tenaga penyuluh lapangan yang dapat mendorong motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta KB aktif. Selain itu kepesertaan KB pria yang rendah menjadi persoalan yang mempengaruhi angka cakupan. Tabel 2.105 Cakupan Peserta KB Aktif No. Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Jumlah Peserta Program KB Aktif 39.114 34.799 34.806 37.040 35.593 2. Jumlah Pasangan Usia Subur 53.222 53.396 54.691 55.605 58.264 3. Cakupan Peserta KB Aktif 36.1 39.1 38.2 37.8 38.2 Sumber data : BKBD dan PP RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 84 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 d. Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I masih menjadi salah satu tolok ukur kemiskinan dimasyarakat. Tingginya jumlah keluarga prasejahtera dan sejahtera I mencerminkan masih ada persoalan yang harus diselesaikan secara menyeluruh. Penurunan angka pra Sejahtera dan Sejahtera I di kabupaten Pinrang pada tahun 2009 mencapai 32% dan pada tahun 2014 menurun menjadi 23.9 % Tabel 2.106 Keluarga Pra sejahtera dan sejahtera I No. 1 1. Uraian 2 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera 2009 3 27.010 2010 4 27.559 Tahun 2011 5 26.120 2012 6 21.801 2013 7 22.116 84.163 85.869 87.729 90.395 92.226 32.00 32.00 29.70 24.10 23.90 dan Sejahtera I 2. Jumlah Keluarga 3. % Keluarga Prasejahtera dan Sejahtera I Sumber data : BKBD dan PP 2.3.1.13. Sosial a. Sarana Panti Asuhan, Panti Jompo dan Panti Rehabilitasi Sarana Panti Asuhan, Panti Jompo dan Panti Rehabilitasi perkembangannya tidak terlalu signifikan, pada tahun 2009 sarananya berjumlah 8 Unit dan pada tahun 2013 menjadi 4 unit. Tabel 2.107 Sarana Panti asuhan, Panti Jompo dan Panti Rehabilitasi No. Uraian 1 2 1. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 8 7 6 5 4 Sarana Sosial Panti asuhan, Panti Jompo, dan Panti Rehabilitasi Sumber data : RPJMD Prov Sul Sel b. PMKS yang memperoleh Bantuan Sosial Penyandang masalah kesejahteraan sosial yang mendapat bantuan di kabupaten Pinrang pada tahun 2009 sebanyak 275 orang/jiwa, dan pada tahun 2013 sebanyak 341 orang. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 85 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.108 PMKS Yang Memperoleh Bantuan No. Uraian 1 2 1. Jumlah PMKS yang diberi Bantuan 2. Jumlahh PMKS yg belum Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 275 350 259 207 341 18.257 17.350 16.172 16.053 15.351 18.532 17.600 16.431 16.260 15.692 1,48 1,98 1,57 1,27 2,1 Mendapatkan Bantuan 3. Jumlah PMKS yang ada % PMKS Memperoleh Bantuan Sosial Sumber data : Dinas Sosial c. Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Dari tahun 2009 sampai pada tahun 2013 persentase penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial dalam kurun waktu lima tahun menunjukkan perkembangan yang semakin membaik dengan rata rata capaian sekitar 2,1 %. Tabel 2.109 Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial No. Uraian 1 2 1. Jumlah PMKS yg tertangani 2. Jumlah PMKS yg ada 3. Penanganan Penyandang Masalah Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 275 350 259 207 341 18.532 17.600 16.431 16.260 15.692 1.48 1.98 1.57 1.27 2.17 Kesejahteraan Sosial ( % ) Sumber data : Dinas Sosial 2.3.1.14. Tenaga Kerja a. Penduduk Usia 15 Tahun keatas Dirinci Menurut Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja serta Jenis Kelamin Penduduk usia 15 tahun ke atas berdasarkan pada tingkat partisipasi angkatan kerja masih didominasi oleh angkatan kerja laki-laki sekitar 65.7% sedangkan angkatan kerja perempuan hanya 34.3%. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 86 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.110 Penduduk Usia 15 Tahun keatas Dirinci Menurut Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja serta Jenis Kelamin tahun 2013 N0 1 1 2 3 4 Uraian 2 ANGKATAN KERJA Bekerja Pengangguran Jumlah Penduduk Angkatan Kerja Laki Laki Perempuan Jumlah 3 4 5 83.240 3.341 86.581 43.484 3.818 47.302 126.724 7.159 133.883 BUKAN ANGKATAN KERJA Sekolah Mengurus RT Lainnya Jumlah Penduduk bukan angkatan kerja Jumlah Penduduk Usia Kerja (1) + (2) TPAK ( Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPT ( Tingkat Pengangguran terbuka) 4.140 73.339 32.258 109.737 243.620 54,96 5.35 Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan T. Kerja b. Penduduk Angkatan Kerja Penduduk angkatan kerja Kab. Pinrang tahun 2012 menunjukkan bahwa penduduk pada usia 15 – 29 tahun merupakan jumlah pencari pekerjaan terbesar, pada usia 15 – 19 tahun yang mencari pekerjaan sekitar 1.337 Orang atau 18,03% dari total pencari kerja, gambaran ini memperlihatkan bahwa masih banyaknya pencari pekerjaan yang berasal dari tamatan SMA/sederajat. Tabel 2.111 Penduduk Angkatan Kerja Angkatan Kerja Golongan Umum Bekerja Mencari Kerja 1 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 - 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 + 2 6.077 10.890 17.363 19.310 15.894 17.955 14.102 9.231 7.381 2.798 5.723 3 1.337 1.497 1.945 497 0 921 144 459 118 241 0 Jumlah 4 7.414 12.387 19.308 19.807 15.894 18.876 14.246 9.690 7.499 3.039 5.723 Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan T. Kerja RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 87 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 c. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usha Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha menunjukkan bahwa sekitar 55 60% penduduk yang bekerja di sektor pertanian, hal ini menunjukkan bahwa penyediaan lapangan kerja di bidang pertanian lebih besar dibandingkan dengan penyediaan lapangan kerja lainnya. Tabel 2.112 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usha Lapangan Usaha No Kabupa Pertain Industry bangun Perdagangan Angkut Keuangan Lainnya Jum ten an pengolah an Restoran & an Asuransi (pertam lah hotel Komuni Usaha bagan, kasi Persewa Listrik, an Dan air an jasa ) 126. 1 Pinrang 66.439 6.604 5.157 23.540 2.970 3.099 18.180 933 724 Sumber data : RPJMD Sulsel untuk Tahun 2012 d. Angka Partisipasi Angkatan Kerja Angka Partisipasi angkatan kerja dalam kurun waktu 2009- 2013 relatif stagnan, tidak ada peningkatan yang cukup signifikan, hal ini tentunya perlu menjadi perhatian di masa yg akan datang, angkatan kerja pada tahun 2009 sekitar 149.148 jiwa dan naik menjadi 152.718 pada tahun 2013 atau sekitar 56,99 % dari jumlah penduduk sebagai partisipasi angkatan kerja Kab. Pinrang. Tabel 2.113 Angka Partisipasi Angkatan Kerja No. 1 1. 2. Uraian 2 Angkatan Kerja 15 tahun Keatas Jumlah Penduduk Usia 15 tahun Keatas Angka Partisipasi Angkatan Kerja 2009 3 149.148 2010 4 140.074 Tahun 2011 5 156.732 2012 6 133.883 2013 7 152.718 241.875 297.973 243.003 243.620 267.982 60,17 58,86 64,50 54,96 56,99 Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan T. Kerja e. Angka Sengketa Pengusaha – Pekerja Pertahun Angka sengketa antara pengusaha dengan pekerja selama kurun waktu lima tahun tidak terjadi persengketaan di Kabupaten Pinrang karena tidak ada perusahaan besar yang beroperasi di Pinrang dengan pelibatan tenaga kerja yang besar, RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 88 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 namun demikian hal ini tentunya akan menjadi perhatian khusus di Pemerintahan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perselisihan. Tabel 2.114 Angka Sengketa Pengusaha – Pekerja Pertahun No. Uraian 1 1. 2. 2 Jumlah Sengketa Pengusaha – Pekerja Jumlah Perusahaan Angka Sengketa Pengusaha – Pekerja Pertahun 2009 3 0 348 0 Tahun 2011 5 0 343 0 2010 4 0 337 0 2012 6 0 385 0 2013 7 2 342 0 Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan Tenaga Kerja f. Pencari kerja yang Ditempatkan Pencari kerja yang ditempatkan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan hal ini ditunjukkan oleh banyaknya masyarakat yang mengambil rekomendasi untuk mencari pekerjaan di luar Kab. Pinrang, pada tahun 2010 pencari kerja yg mengambil rekomendasi sebanyak 43. Tabel 2.115 Pencari Kerja Yang Ditempatkan No. 1 1. Uraian 2009 3 - 2 Jumlah Pencari kerja yg Mendaftar Pencari kerja yang ditempatkan 2010 4 907 43.80 Tahun 2011 5 1.012 31.96 2012 6 1.130 42.87 2013 7 1.200 10.78 Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan Tenaga Kerja g. Pengangguran Terbuka Pengangguran terbuka di Kabupaten Pinrang menunjukkan peningkatan yang cukup besar yang disebabkan banyaknya tamatan SMA/Sederajat yang tidak melanjutkan lagi pendidikannnya ke jenjang yang lebih tinggi sehingga terjadi pengangguran pada usia produktif, pada tahun 2009 jumlah pengangguran terbuka sebanyak 13.930 jiwa dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 6.930 jiwa atau sekitar 4,53 % dari jumlah penduduk angkatan kerja Tabel 2.116 Pengangguran Terbuka No. Uraian 1 1. 2 Jumlah Pengangguran terbuka usia angkatan kerja Jumlah Penduduk angkatan kerja Tingkat Pengangguran terbuka 2. 2009 3 2010 4 Tahun 2011 5 13.930 149.148 10.918 140.074 10.269 156.732 7.159 133.883 6.930 152.718 9,33 7,79 6,55 5,17 4,53 2012 6 2013 7 Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan Tenaga Kerja RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 89 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 h. Keselamatan dan Perlindungan Jumlah Perusahaan yang menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja selama kurun waktu lima tahun mengalami peningkatan kesadaran para pengusaha tentang keselamatan dan kesehatan kerja, walaupun usahanya hanya besifat/ skala kecil akan tetapi tetap memperhatikan tingkat keselamatan dan kesehatan kerja. Tabel 2.117 Keselamatan dan Perlindungan Tahun No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 1. Jumlah Perusahaan yang Menerapkan K3 4 4 4 4 4 2. Jumlah Perusahaan di Kab.Pinrang 348 337 343 385 342 Keselamatan dan Perlindungan ( %) 100 100 100 100 100 Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan T. Kerja i. Perselisihan Buruh dan Pengusaha terhadap Kebijakan Pemerintah Daerah Penyelesaian perselisihan antara buruh dan pengusaha terhadap pemerintah Kabupaten Pinrang menunjukkan kondisi yang stabil, atau relatif tidak terjadi sengketa karena tidak ada perusahaan besar yang beroperasi di Kab. Pinrang Tabel 2.118 Perselisihan Buruh dan Pengusaha terhadap Kebijakan Pemerintah Daerah Tahun No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 5 6 7 1 2 3 4 1. Jumlah Penyelesaian perselisihan buruh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 dan Pengusaha dengan Kebijakan Pemkab 2. Jumlah Kejadian Perselisihan Buruh dan Pengusaha dengan Kebijakan Pemkab Persentase Penyelesaian Perselisihan Buruh dan Pengusaha terhadap Kebijakan Pemerintah daerah Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan Tenaga Kerja RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 90 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.3.1.15 Koperasi Usaha Kecil dan Menengah a. Persentase Koperasi Aktif Kabupaten Persentase Koperasi aktif di Kabupaten Pinrang relatif stagnan untuk kurun waktu lima tahun sejak 2009 – 2013, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perkoperasian belum sepenuhnya bias berkembang sebagaimana yang diharapkan. Tabel 2.119 Persentase Koperasi Aktif Kabupaten Tahun No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 1. Jumlah Koperasi Aktif 17 17 11 24 24 2. Jumlah Koperasi 97 102 105 103 103 Persentase Koperasi Aktif 62 60 62 64 66 Sumber data : BPS, Dinas Koperasi & UKM b. Jumlah UKM / Non BPR / LKM Jumlah UMKM dan Non BPR / LKM di Kabupaten Pinrang peningkatannya tidak terlalu menggembirakan karena usaha yang dibangunan hanya skala kecil atau usaha rumah tangga, pada tahun 2009 untuk usaha mikro dan kecil berjumlah 1.598 dan pada tahun 2013 menjadi 952 unit, hal ini menunjukkan terjadinya penurunan usaha karena adanya perpindahan ke daerah lain. Tabel 2.120 Jumlah UKM / Non BPR / LKM No. Uraian 1 2 1. Jumlah Seluruh UMKM 2. Jumlah BPR / LKM Jumlah UMKM Non BPR / LKM Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 27.871 29.946 31.248 31.899 32.367 - - - - - 27.871 29.946 31.248 31.899 32.367 Sumber data : RPJMD Prov Sul Sel c. Jumlah Usaha Mikro Kecil Persentase Jumlah usaha mikro dan kecil dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi, pada tahun 2009 sebesar 87,02 %, dan pada tahun 2013 menjadi 86,45 % atau bergeser sekitar 0,57 point. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 91 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.121 Jumlah Usaha Mikro Kecil Tahun No. Uraian 1 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 2 1. Jumlah Usaha Mikro/ kecil 24.906 26.035 27.163 27.633 27.991 2. Jumlah seluruh UMKM 28.619 29.946 31.274 31.899 32.378 3. Persentase 87,02 86,93 86,85 85,15 86,45 Sumber data : RPJMD Prov Sul Sel 2.3.1.16 Penanaman Modal a. Jumlah Investor Berskala Nasional ( PMDN / PMA ) Jumlah Investor nasional yang berinvestasi di Kabupaten Pinrang tidak terlalu menggembirakan perkembangannya hal ini dkarenakan kurangnya investor asing yang memanamkan investasinya, demikian pula dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Penanaman Modal Asing tahun 2010 sampai tahun 2013 hanya satu badan usaha, sedangkan untuk kegitan penanaman modal dalam negeri pada tahun 2010 sebanyak 507 unit dan naik menjadi 594 unit pada tahun 2013. Tabel 2.122 Jumlah Investor Berskala Nasional ( PMDN / PMA ) No. Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. PMA - 1 1 1 1 2. PMDN - 507 754 610 594 3 TOTAL - 508 755 611 595 Sumber data : BP2T b. Jumlah Nilai Investasi (PMDN/PMA) Seiring dengan menggunakan pelaksanaan Pembangunan di Kabupaten Pinrang yang pembiayaan yang cukup besar khususnya dalam penanaman investasi Daerah dapat digambarkan sebagai berikut: pada tahun 2010 jumlah proyek yang dikelola sekitar 508 jenis kagiatan dengan nilai investasi sekitar Rp. 121.340.325.234.000,- dan pada tahun 2013 jumlah kegiatan sekitar 594, dengan nilai investasi sekitar 220.552.700.000.000,- RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 92 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.123 Jumlah Nilai Investasi ( PMDN / PMA ) Tahun No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 1 1. 2 Jumlah Proyek 3 - 4 508 5 755 6 611 7 594 2. Nilai Investasi - 121.340.325.234 203.071.272.552 163.536.450.000 220.552.700.000 Sumber data : BP2T c. Rasio Daya Serap Tenaga Kerja ( PMDN / PMA ) Tenaga Kerja yang terserap pada lapangan kerja pada kegiatan yang menggunakan modal asing hampir tidak ada di Kabupaten Pinrang, namun untuk kegiatan dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri khususnya yang terkait dengan pelaksanaan proyek-proyek yang ditangani oleh Pemerintah kabupaten cukup menunjukkan perkembangan. Pada tahunh 2010 jumlah tenaga kerja yang terserap (PMA/PMDN) sekitar 2.067 dan mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja menjadi 2.101 pada tahun 2013 dengan gambaran sebagai berikut : Tabel 2.124 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja ( PMDN / PMA ) No. Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Jumlah tenaga Kerja PMA / PMDN - 2.067 2.807 2,091 2,101 2. Jumlah Seluruh PMA / PMDN - 2.067 2.807 2,091 2,101 100 100 100 100 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Sumber data : BP2T d. Kenaikan / Penurunan Nilai Realisasi PMDN ( Milyar) Kenaikan dan Penurunan nilai realisasi PMDN investasinya dapat digambarkan melalui data statistik dan laporan kegiatan penanaman modal secara menyeluruh. 2.3.1.17 Kebudayaan a. Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya, Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya, Situs dan Cagar Budaya yang Dilestarikan Berdasarkan data untuk penyelenggaraan festival seni dan budaya, sarana penyelenggaraan dan benda budaya, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan dapat digambarkan sebagai berikut: RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 93 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.125 Kebudayaan Budaya No Jumlah penyelenggaraan festival seni dan budaya 1 1 Jumlah sarana penyelenggaraan seni dan budaya Jumlah benda situs dan kawasan cagar budaya di daerah Jumlah benda situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan % benda situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan 20 30 13 43.33% Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 2.3.1.18 Kepemudaan dan Olah raga a. Jumlah Organisasi Kepemudaan Jumlah organisasi kepemudaan yang ada di Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 sebanyak 4 organisasi dan bertambah menjadi 25 di tahun 2013. Jumlah organisasi kepemudaan dapat dilihat melalui data dibawah ini. Tabel 2.126 Jumlah Organisasi Pemuda No. Uraian 1 2 1. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 Kab. Pinrang 4 20 20 20 25 Jumlah 4 20 20 20 25 Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 b. Jumlah Klub Olahraga Dari data yang ada jumlah klub olahraga mengalami stagnan. Pada tahun 2009 klub olahraga yang berdiri berjumlah 50 dan untuk tahun 2012 dengan jumlah yang sama yaitu 50. Jumlah klub olahraga berdasarkan data di bawah ini. Tabel 2.127 Jumlah Klub Olahraga Tahun No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 Kab. Pinrang 50 50 50 50 52 Jumlah 50 50 50 50 52 1 1. 2 Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 94 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 c. Jumlah Kegiatan Kepemudaan Berdasarkan data dapat dilihat bahwa jumlah kegiatan kepemudaan yang ada di Kabupaten Pinrang dari kurun waktu 2009 hingga 2012 tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan atau mengalami stagnan dengan jumlah kegiatan kepemudaan setiap tahunnya berjumlah 5 kegiatan. Jumlah kegiatan kepemudaan dapat dilihat dari data dibawah ini : Tabel 2.128 Jumlah Kegiatan Kepemudaan No. 1 1. Uraian 2 Kab. Pinrang 2009 3 5 2010 4 15 Tahun 2011 5 23 5 15 23 Jumlah 2012 6 37 2013 7 45 37 45 Sumber data :Pemuda dan Olah raga d. Jumlah Kegiatan Olahraga Di tahun 2009 jumlah kegiatan olahraga di Kabupaten Pinrang berjumlah 5 dan mengalami kenaikan di tahun 2013 dengan 15 Jumlah kegiatan olahraga berdasarkan data di bawah ini : Tabel 2.129 Jumlah Kegiatan Olahraga No. Uraian 1 2 1. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 Kab. Pinrang 5 5 11 11 15 Jumlah 5 5 11 11 15 Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 e. Lapangan Olahraga Jumlah lapangan olahraga berdasarkan pada data yang ada mengalami stagnan (tetap) di mana dalam kurun waktu tahun 2009-2013 jumlah lapangan olahraga yang ada hanya 5 lapangan olahraga. Jumlah lapangan olahraga dapat dilihat berdasarkan data dibawah ini. Tabel 2.130 Jumlah Gedung / Lapangan Olahraga . Uraian 1 2 1. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 Kab. Pinrang 5 5 5 5 10 Jumlah 5 5 5 5 10 Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 95 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.3.1.19. Kesatuan Bangsa Politik Dalam Negeri Kegiatan Pembinaan Politik daerah Pembinaan terhadap LSM, OKP dan Ormas yang ada di Kabupaten Pinrang selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2009-2014) mengalami pasang surut. Di tahun 2009 jumlah pembinaan sebanyak 4 dan ditahun 2013 jumlah binaan tetap 4.Untuk pembinaan politik di daerah mengalami peningkatan mulai tahun 2009 ada 5 dan ditahun 2013 menjadi 11.Pembinaan terhadap LSM, ormas, OKP dan politik didaerah berdasarkan data di bawah ini. Tabel 2.131 Kegiatan Pembinaan LSM, Ormas, OKP dan Politik Daerah No. Uraian 1 2 1. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 4 2 2 4 4 Pembinaan Politik Daerah 5 12 12 12 12 Jumlah 9 16 16 16 16 Pembinaan terhadap LSM, OKP dan OKP 2. Sumber data : Kesbang Pol dan Litmas 2.3.1.20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan daerah, Perangkat daerah, Kepegawaian dan Persandian a. Otonomi Pemerintah Kabupaten Pinrang 1. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Sejalan dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, maka seseuai dengan kebutuhan daerah dan perkembangan yang terjadi telah ditetapkan sebanyak 811 jabatan struktural dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Pinrang. Tabel 2.132 Jumlah Jabatan Struktural Pemerintah Kabupaten Pinrang No. Uraian Jumlah 1 2 3 1 Eselon II.a 1 2 Eselon II.b 32 3 Eselon III.a 60 4 Eselon III.b 94 5 Eselon IV.a 466 6 Eselon IV.b 258 Jumlah 811 Sumber data : Badan Kepegawaian RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 96 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2. Satuan Kerja Pemerintah Kabupaten Jumlah Satuan Kerja Pemerintah Kabupaten Pinrang dapat dilihat berdasarkan tabel berikut.: Tabel 2.133 Satuan Kerja Pemerintah Kabupaten 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. Sekretariat Daerah Sekretariat Dewan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Dinas Kesehatan Dinas Pekerjaan Umum Daerah Dinas PSDA Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Sosial, Pariwisata dan Kebudayaan Dinas Kebersihan Pertamanan Kebakaran Dinas Pertanian dan Peternakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dinas Koperasi dan UKM Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Badan Lingkungan Hidup Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Badan Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu & Penanaman Modal Badan Penanggulangan Bencana Daerah Inspektorat Kabupaten Rumah Sakit Umum Lasinrang Kantor Ketahanan Pangan Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kantor Polisi Pamong Praja Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kantor Kecamatan Lembang Kantor Kecamatan Duampanua Kantor Kecamatan Batulappa Kantor Kecamatan Cempa Kantor Kecamatan Patampanua Kantor Kecamatan Tiroang Kantor Kecamatan Mattiro Sompe Kantor Kecamatan Paleteang Kantor Kecamatan Watang Sawitto Kantor Kecamatan Mattiro Bulu Kantor Kecamatan Lanrisang Kantor Kecamatan Suppa Sumber data : badan Kepegawaian b. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 Penduduk Secara umum rasio Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk di Kabupaten Pinrang masih sangat rendah. Peningkatannya pun tergolong rendah, pada RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 97 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 tahun 2009 rasio hanya pada kisaran 0,43 % dan pada akhir tahun 2013 hanya naik sekitar 4,39 %. Tabel 2.134 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Per 10.000 Penduduk No. Uraian 1 2 1. Jumlah polisi pamong praja 2. Jumlah penduduk Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 15 15 38 157 160 342.118 354.652 354.652 360.019 361.293 Rasio jumlah polisi pamong praja per 10.000 penduduk 0.43 0.43 1.07 4.37 4,39 Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018/ Satpol PP c. Jumlah Linmas Per Jumlah 10.000 Penduduk Rasio jumlah Linmas di Kabupaten Pinrang masih sedikit lebih baik dari rasio Polisi Pamong Praja. Pada tahun 2009 rasio Linmas sebesar 29,63 % dan pada tahun 2013 justru mengalami penurunan yakni 28,59% atau mengalami penurunan sebesar 1,04 %. Tabel Rasio tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.135 Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk No. Uraian 1 1. 2 Jumlah Linmas 2. Jumlah penduduk 2009 3 1.040 2010 4 1.040 Tahun 2011 5 1.040 2012 6 1.040 2013 7 1.040 351.042 351.118 354.652 359.040 363.691 Rasio jumlah linmas per 10.000 29.63 29.62 29.32 28.97 28,59 penduduk Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 d. Rasio Pos Siskamling Per Jumlah Desa / Kelurahan Rasio jumlah Pos Siskamling per desa/kelurahan tidak mengalami peningkatan atau mengalami stagnan tiap tahunnya. Hal tersebut secara detail dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.136 Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk No. Uraian 2010 4 312 Tahun 2011 5 312 2012 6 312 2013 7 312 1 1. 2 Jumlah pos siskamling 2009 3 312 2. Jumlah desa/kelurahan 104 104 104 104 108 Rasio 3.00 3.00 3.00 3.00 2,9 Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 98 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 e. Penegakan PERDA Rasio penegakan Perda pada tahun 2009 adalah sebesar 4 Penegakan dan pada tahun 2013 sebesar 3 tindakan. Peningkatan dapat dilihat pada kurun waktu 2009 ke 2010 yakni 14 tindakan penegakan.Secara lebih detail, data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.137 Rasio Penegakan Perda No. Uraian 1 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2 3 4 5 6 7 1. Jumlah Penyelesaian Penegakan Perda 4 14 6 6 3 2. Jumlah Pelanggaran Perda 4 14 6 6 3 100 100 100 100 100 Rasio Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 f. Cakupan Patroli Petugas Satpol PP Cakupan patroli petugas Satpol PP cenderung berada pada angka yang stagnan. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2009 angka yakni 4 cakupan dan pada tahun 2013 juga pada angka 4 cakupan. Peningkatan signifikan hanya terjadi pada kurun waktu 2010 ke 2011 yakni dari 6 ke 14 angka cakupan. Secara lebih detail, data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.138 Jumlah Ckupan Patrol Petugas PP No. Uraian 1 2 1. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 4 6 14 3 4 Jumlah Patroli petugas satpol PP pemantauan dan penyelesaian pelanggaran K3 dalam 24 jam Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 g. Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3 ( Ketertiban, Ketentraman, keindahan) Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman dan keindahan) untuk tahun 2009 sebesar 4 pelanggaran dan pada tahun 2013 sebesar sebesar 5 pelanggaran. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 99 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.139 Rasio Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3 No. Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Jumlah Penyelesaian pelanggaran K3 4 14 14 3 5 2. Jumlah pelanggaran K3 4 14 14 3 5 100 100 100 100 100 Rasio Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 h. Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten Pinrang Jumlah Petugas perlindungan masyarakat di Kabupaten Pinrang tiap tahunnya menunjukkan jumlah yang sama. Hal tersebut disebabkan oleh perekrutan terus dilakukan jika ada petugas yang berhalangan tetap (meninggal dunia atau mengundurkan diri). Tabel 2.140 Petugas Perlindungan Masyarakat Tahun No. Uraian 1 2 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1.040 1.040 1.040 1.040 1.040 Jumlah petugas perlindungan 1. masyarakat Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 2.3.1.21. Ketahanan Pangan a. Regulasi Ketahanan Pangan Regulasi ketahanan pangan daerah untuk Kabupaten Pinrang adalah 1 peraturan dan setelahnya belum ada penambahan sehingga pada tahun 2013 tetap 1 peraturan. Tabel 2.141 Regulasi Ketahanan Pangan Tahun No. 1 1. Uraian 2 Regulasi Ketahanan Pangan Satuan 3 Dokumen 2009 2010 2011 2012 2013 4 5 6 7 8 - - 1 1 1 Sumber data : Kantor Ketahanan Pangan RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 100 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 b. Ketersediaan Pangan Utama Dari data dibawah ini memperlihatkan bahwa ketersediaan pangan utama (beras) di Kabupaten Pinrang mengalami surplus dari kebutuhan komsumsi penduduk Kabupaten Pinrang. Tabel 2.142 Ketersediaan Pangan Utama Tahun No. Uraian 1 Satuan 2 3 2009 2010 2011 2012 2013 4 5 6 7 8 1. Rata-rata komsumsi beras Kg/Kap/Tahun 111,9 109,7 106,4 104,8 102,5 2. Komsumsi beras penduduk Kg/Tahun 125 123 121 118 115 3. Ketersediaan pangan utama % 79,6 80,1 82,8 86,6 88,0 Sumber Data : Kantor Ketahanan Pangan 2.3.1.22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa a. Rata Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM ) Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat pada tahun 2009 sampai 2013 dapat dilihat berdasarkan data sebagai berikut : Tabel 2.143 Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan LPM Tahun No. Uraian 1 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 2 1. Jumlah LPM 104 104 106 106 106 2. Jumlah KLP binaan LPM 208 312 318 318 318 3. Rata-rata jumlah LPM 2.00 3.00 3.00 3.00 3.00 Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 b. Rata Rata Jumlah Kelompok Binaan PKK Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK selama kurun waktu lima tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2009 sebesar 2.297 dan pada tahun 2013 sebesar 2.344 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 101 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.144 Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan PKK No. Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Jumlah PKK 2.297 2.152 2.344 2.344 2.344 2. Jumlah Kelompok Binaan 8.874 9.362 8.098 4.160 4.160 3. Rata-rata jumlah Kelompok 3.86 4.33 3.45 1.77 1.77 Binaan Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 c. Jumlah LPM Berprestasi Persentase jumlah LPM yang berprestasi setiap tahunnya tidak mengalami perubahan atau mengalami stagnan. Di tahun 2009-2013 LPM yang berhasil tiap tahunnya hanya 12 LPM. Tabel 2.145 Jumlah LPM Berprestasi No. Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Jumlah LPM 104 104 104 104 108 2. Jumlah LPM berprestasi 12 12 12 12 13 3. LPM berprestasi (%) 11.54 11.54 11.54 11.11 12,03 Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 d. PKK Aktif Persentase jumlah PKK aktif dari tahun 2009 sebesar 80 % dan pada tahun 2013 sebesar 81 %, artinya kenaikannya hanya sekitar 1 %. Tabel 2.146 Persentase PKK Aktif Kabupaten Pinrang Tahun No. Uraian 1 2 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Jumlah PKK 2.297 2.152 2.344 2.344 2.344 2. Jumlah PKK aktif 1.838 1.722 1.899 1.899 1.899 3. PKK aktif (%) 80 80 81 81 81 Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 102 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 e. Posyandu Aktif Persentase jumlah posyandu aktif didukung dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang arti kesehatan. Berdasarkan data yang dapat dilihat bahwa di tahun 2009 posyandu yang aktif sekitar 90.37 % dan di tahun 2013 meningkat menjadi 96,88 %. Berikut tabel dibawah ini : Tabel 2.147 Persentase Posyandu Aktif No. Uraian 1 1. 2 Total posyandu 2. Jumlah posyandu aktif 3. Posyandu aktif (%) 2009 3 353 2010 4 354 Tahun 2011 5 363 2012 6 353 2013 7 353 319 349 342 342 342 90.37 98.59 94.21 96.88 96.88 Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 f. Swadaya Masyarakat Terhadap program Pemberdayaan Masyarakat Swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat cenderung mengalami penurunan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.148 Persentase Swadaya Masyarakat Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Tahun No. Uraian 1 1. 2 Nilai swadaya masyarakat (%) 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 17.60 4.08 2.502.02 2,87 3,04 Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 g. Pemeliharaan Pasca Program Pemberdayaan Masyarakat Tabel 2.149 Persentase Pemeliharaan Pasca Program Pemberdayaan Masyarakat Tahun No. 1 1. Uraian 2 Nilai swadaya masyarakat (%) 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 2.48 1.99 2,02 17.32 4.06 Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 103 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.3.1.23. Kearsipan a. Peningkatan Sumber daya Manusia Pengelola Kearsipan Angka pengelolaan kearsipan menunjukkan angka yang relatif rendah. Pada tahun 2010 terdapat 40 orang staf pengelola atau sebesar 3 % dan meningkat pada tahun 2013 sebesar 45 orang atau sekitar 8 %. Secara lebih detail dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.150 Peningkatan Sumber Daya Manusia Pengelola Kearsipan No. Bidang / urusan Satuan 1 2 3 1. Pengelolaan arsip secara baku 2. Peningkatan SDM pengelolaan kearsipan Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 4 5 6 7 8 % - 3 4 10 7 orang - 40 - 41 45 Sumber data :Kantor Perpustakaan & Arsip Komunikasi dan Informatika a. Jumlah Penyiaran Radio / TV Lokal Dari data dibawah ini terlihat bahwa selama kurun waktu lima tahun (20092013) jumlah lembaga penyiaran di Kabupaten Pinrang tidak mengalami pertumbuhan dengan jumlah penyiaran yang ada sebanyak 10. Tabel 2.151 Jumlah Lembaga Penyiaran No. Bidang / urusan 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Televisi 9 9 9 9 9 2. Radio swasta 1 1 1 1 1 3. Radio publik 0 0 0 0 0 4. Radio komunitas 0 0 0 0 0 Jumlah 10 10 10 10 10 2.3.1.24. Perpustakaan Setiap tahunnya mulai 2009 hingga 2013 jumlah perpustakaan, pengunjung perpustakaan dan jumlah koleksi buku diperpustakaan mengalami peningkatan. Berikut jumlah Perpustakaan, Pengunjung dan Koleksi Buku Perpustakaan untuk kurun waktu 2009-2013 dalam bentuk tabel di bawah ini: RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 104 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.152 Jumlah Perpustakaan, Pengunjung dan Koleksi Buku Perpustakaan No. Bidang / urusan 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 43 60 69 77 81 1. Jumlah Perpustakaan 2. Jumlah Pengunjung 4.395 5.743 16.477 20.248 17.313 3. Jumlah Koleksi Buku 16.295 18.028 20.041 21.610 23.349 Sumber data :Kantor Perpustakaan & Arsip 2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan Fokus layanan Urusan Pilihan diarahkan pada urusan pertanian, kehutanan, energi sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, industri dan ketransmigrasian. 2.3.2.1. Pertanian a. Produktivitas Padi atau bahan Pangan Utama Lokal lainnya Produktivitas bahan pangan utama lainnya di Kabupaten Pinrang menunjukkan perkembangan yang bervariasi dari tahun ke tahun karena dipengaruhi oleh kondisi/iklim yang terjadi dan juga oleh hama. Tabel 2.153 Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya (ton/pertahun) No. Bidang / urusan 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Padi 506.970 512.313 519.670 578.488 605.785 2. Jagung 81.581 93.582 75.005 87.832 94.940 3. Ubi 6.528 8.143 8.927 8.347 7.242 4 Kedelai 1.162 1.076 862 1.799 220 Sumber data :BPS, Pertanian & Peternakan b. Kontribusi Sektor Pertanian dan Perkebunan Terhadap PDRB Kontribusi sektor pertanian dan perkebunan terhadap PDRB menunjukkan angka yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Dari sektor pertanian kontribusinya sebesar 56,50% dan pada tahun 2013 menurun menjadi 53,56 %. Sementara di sektor perkebunan kontribusinya sebesar 201,39% dan pada tahun 2013 meningkat secara signifikan yakni sebesar 274,07 %. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 105 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.154 Kontribusi Sektor Pertanian dan Perkebunan Terhadap PDRB No. Bidang / urusan 1 2 Tahun 1. Sektor Pertanian ( % ) 2. Sektor Perkebunan ( % ) 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 56.50 55.32 55.04 54.13 53.86 201,39 242,95 263,15 268,61 274,07 Sumber data :BPS, Pertanian, perkebunan c. Produksi Daging ( Kg) dari berbagai komoditas ternak di Kab. Pinrang Kebutuhan akan produksi daging, khususnya daging sapi di Kab. Pinrang semakin meningkat sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan rumah tangga maupun pedagang/pengusaha/warung makanan, demikian pula dengan kebutuhan daging ayam potong, buras dan ayam petelur juga meningkat tajam. Tabel 2.155 Produksi Daging ( Kg) Dari Berbagai Komoditas Ternak di Kab. Pinrang 2009 3 2010 4 Tahun 2011 5 219.000 297.000 242.000 135.000 176.000 14.000 14.000 5.000 22.000 5.000 4.000 36.000 36.000 75.000 44.000 20.000 37.000 7.000 17.000 5.000 Ayam Ras Pedaging 7.000 22.000 22.000 15.000 20.000 Itik 9.000 15.000 10.000 11.000 9.000 No. Bidang / urusan 1 1. 2 Sapi 2. Kerbau 3. Kambing 4 Ayam Buras 6 7 2012 6 2013 7 Sumber data :BPS, Pertanian dan Peternakan 2.3.2.2. Kehutanan a. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Kondisi kerusakan hutan dan lahan di Kabupaten Pinrang sedikit mengalami peningkatan kualitas melalui penanganan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis, dimana pada tahun 2012 program penanganan lahan kritis seluas 13.851 dan 2013 dialokasikan seluas13.851Ha dan pada kegiatan ini dilakukan dengan kerjasama lintas sektor antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten. Berdasarkan Data Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa pada tahun 2008 rehabilitasi hutan sebesar 540 Ha dan pada tahun 2012 mencapai 4,058 Ha. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 106 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.156 Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis No. Bidang / urusan 1 2 1. Luas Hutan dan Lahan Kritis yg direhabilitasi ( Ha ) 2. Luas Total hutan dan Lahan Kritis ( Ha ) 3. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis ( % ) Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 3,300 3,140 3,687 4,058 4.429 13.851 13.851 13.851 13.851 13.851 23,82 22,67 26,62 29,30 31,98 Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 b. Kerusakan Kawasan Hutan Luas kerusakan hutan di Kabupaten Pinrang kurun waktu 2008 – 2012 cenderung mengalami penurunan, berdasarkan data Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi menunjukkan bahwa pada tahun 2008 kerusakan hutan yang terjadi di Kabupaten Pinrang seluas 26,577 Ha dan pada tahun 2012 sisa sekitar 15,750 Ha dari Total / Luas Kawasan Hutan Kabupaten Pinrang sekitar 71,605 Ha Tabel 2.157 Kerusakan Kawasan Hutan No. Bidang / urusan 1 2 1. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 26,037 22,737 19,437 15,750 12,837 71,605 71,605 71,605 71,605 71,605 36,36 31,75 27,14 22,00 17,93 Luas Kerusakan kawasan Hutan 2. Luas Kawasan Hutan ( Ha) 3. Kerusakan Kawasan Hutan (Ha) Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018 c. Kontribusi sektor Kehutanan terhadap PDRB Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB Kabupaten Pinrang cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 kontribusinya sebesar 70,27 % atau sebesar 179,55 M dan pada tahun 2013 menjadi 54,28 % atau sebesar 268,61 M. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 107 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.158 Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDRB No. Bidang / urusan 1 2 1. 2. 3. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 179, 55 201,39 242,95 263,15 268,61 255,49 307,17 361,72 425,02 494,81 70,27 65,56 67,16 61,91 54,28 Jumlah kontribusi PDRB dari Sektor Kehutanan (milyar) Jumlah PDRB ( milyar) Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDRB ( % ) Sumber data :BPS, 2.3.2.3. Energi dan Sumber Daya Mineral a. Pertambangan Tanpa Izin Sampai saat ini izin pertambangan di Kabupaten Pinrang semakin diperketat yang bertujuan untuk menghindari tyerjadinya penambangan–penambangan liar, dan sampai saat Pemerintah Kabupaten Pinrang santiasa melakukan pembinaan, penertiban dan pencegahan terjadinya penambangan liar . Tabel 2.159 Pertambangan Tanpa Izin Tahun No. Bidang / urusan 1 2 1. Luas Penambangan Liar yang ditertibkan ( Ha ) 2. Luas Areal; Penambagan liar ( Ha ) 3. Pertambangan Tanpa Ijin (%) 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 - 18.5 10.8 5.9 8.00 - 56.4 45.6 39.7 31.7 - 42.3 34.2 29.8 23.8 Sumber data :BPS, b. Kontribusi Sektor Pertambangan Terhadap PDRB Kontribusi sektor Pertambangan terhadap Produk Domistik Regional Bruto (PDRB ) di Kabupaten Pinrang mengalami penurunan setiap tahunnya dari 0,88 % pada tahun 2009 menjadi 98 % pada tahun 2013. Walaupun sektor pertambangan bukan menjadi sektor unggulan namun kotribusinya terhadap PDRB diharapkan bisa lebih meningkat. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 108 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.160 Kontribusi Sektor Pertambangan Terhadap PDRB Tahun No. Bidang / urusan 1 2 1. Kontribusi Sektor Pertambangan terhadap PDRB (% ) 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 0.88 0.87 0.95 0.98 0.98 Sumber data :BPS, 2.3.2.4. Pariwisata e. Kunjungan Pariwisata Perkembangan Kepariwisataan di Kabupaten Pinrang belum sepenuhnya dapat memberikan kontribusi terhadap PDRB karena objek kepariwisataan baru bisa dikunjungi oleh wisatawan domestik , sedangkan untuk kunjungan wisatawan asing masih sangat rendah. Tabel 2.161 Kunjungan Pariwisata Tahun No. Bidang / urusan 1 1. 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 - 20.630 19.273 19.272 - 2 Kunjungan Wisata (orang) Sumber data :BPS, b Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB Tabel 2.162 Kontribusi Sektor PariwisataTterhadap PDRB No. Tahun Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 2 3 4 5 6 7 1 1. Hotel 272,94 284,99 313,77 410,39 507,01 2. Restoran 349,59 392,18 462,46 570,19 677,92 3. Hiburan dan 272,75 312,78 356,02 457,22 537,04 Rekreasi Total ( Juta Rp ) Rata-rata % 56.850.000 58.650.000 58.650.000 74.340.000 85.000.000 298,42 329,96 377,42 457,22 537,04 Sumber data :BPS, RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 109 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.3.2.5. Perikanan dan Kelautan a. Produksi Perikanan Produksi Sektor Perikanan Kabupaten Pinrang untuk kurun waktu 2009 – 2014 mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2009 produksi ikan mencapai 31,002.92 ton dan pada tahun 2014 mencapai 42,710.20 ton yang meliputi perikanan tangkap, perikanan darat, dan perikanan laut. Tabel 2.163 Produksi Perikanan No. Lapangan Usaha 1 2 1. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 Jumlah Produksi perikanan tangkap 11,609.80 11,646.73 11,768.13 11.907.22 12,082.90 (ton) 2. Jumlah produksi perikanan 19,393.12 24,126.40 29,010.11 28,849.30 30,627.30 budidaya ( ton ) Sumber data :BPS, Perikanan dan Kelautan c. Komoditi Unggulan Komoditi unggulan Kabupaten Pinrang antara lain udang, ikan banden, rumput laut yang merupakan komoditi primadona dan punya prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan dengan penerapan teknologi. Pada tahun 2009 produksi udang mencapai 2,561.12 Ton dan pada tahun 2013 sebanyak 3,796.60 ton, Ikan bandeng pada tahun 2009 produksinya sekitar 15,812.34 ton, dan pada tahun 2013 sekitar 17,453.70 ton dan untuk rumput laut produksinya pada tahun 2009 sekitar 440 ton, dan pada tahun 2013 mencapai3,659.90 ton. Tabel 2.164 Komoditi Unggulan No. Tahun Bidang / Urusan 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 1. 2. Udang ( ton ) Ikan Bandeng ( Ton ) Rumput Laut ( ton ) 3. 2,561.12 3,314.10 3,487.40 3,685.20 3,796.60 15,812.34 17,762.20 17,265.13 17,346 17,453.70 440 2,458.50 3,856.80 3,890.20 3,659.90 Sumber data :BPS, Perikanan dan Kelautan RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 110 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 d. Konsumsi Ikan Konsumsi ikan di Kabupaten Pinrang cenderung meningkat setiap tahunnya. Konsumsi ikan pada tahun 2009 mencapai 39.70 Kg dan pada tahun 2013 mencapai 41.87 Kg, artinya mengalami peningkatan sekitar 2.17 Kg. Peningkatan komsumsi ini karena upaya pemerintah dalam mencanangkan program gemar makan ikan sebagai upaya meningkatkan komsumsi protein yang berasal dari ikan. Tabel 2.165 Konsumsi Ikan No. Bidang / Urusan 2009 3 39.70 Tahun 2010 2011 4 5 40.90 41.00 1 1. 2 Jumlah Konsumsi Ikan (Kg) 2. Target Daerah ( Kg ) 40.64 40.77 3. Konsumsi ikan (% ) 97.69 100.32 2012 6 41.52 2013 7 41.87 40.90 41.13 41.26 100.24 100.95 101.48 Sumber data :BPS, Perikanan dan Kelautan e. Cakupan Bina Kelompok Nelayan Cakupan bina kelompok nelayan yang mendapatkan pembinaan mengalami peningkatan yakni pada tahun 2009 sebanyak 12 kelompok dan pada tahun 2013 sebanyak 128 kelompok binaan, persentase kelompok yang dibina pada tahun 2009 sebesar 6,22 % dan pada tahun 2013 mencapai 46,55 dengan rata rata kenaikan sekitar 25,42 % Tabel 2.166 Cakupan Bina Kelompok Nelayan No. Bidang / Urusan 1 2 1. Jumlah Kelompok Nelayan yang dibina Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 12 31 61 94 128 2. Jumlah kelompok di daerah 193 214 250 265 275 3. % Kelompok yang dibina 6.22 14.49 24.40 35.47 46.55 Sumber data :BPS, Perikanan dan Kelautan f. Produksi Perikanan Kelompok Nelayan Jumlah produksi ikan untuk nelayan pembudidaya sekitar 72,91 ton dari total produksi sekitar 11.292,00 atau sekitar 0,65 % produksi kelompok nelayan pada tahun 2009 sedangkan pada tahun 2014 jumlah produksi ikan untuk kelompok nelayan (pembudidaya sekitar 7.141,25 ton sedangkan total produksi ikan sekitar 11.808,06 ton pada tahun 2014 atau sekitar 60,48 % RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 111 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.167 Produksi Perikanan Kelompok Nelayan Tahun No. Bidang / Urusan 1 2 1. Jumlah Produksi ikan kelompok nelayan (Pembudidaya ) (Ton) Jumlah Produksi Ikan di daerah (Ton ) Produksi Perikanan Kelompok Nelayan (%) 2. 3. 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 2,817.84 4,398.35 7,141.25 72.91 188.34 11,292.00 11,425.25 11,547.31 11,674.08 11,808.06 0.65 1.65 24.40 37.68 60.48 Sumber data :BPS, Perikanan dan Kelautan 2.3.2.6. Perdagangan a. Kontribusi Sektor Perdagangan terhadap PDRB Tabel 2.168 Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap PDRB No. 1 1. Uraian 3. 2 Perdagangan, Hotel dan Restoran ( milyar ) Industri Pengolahan (milyar) Pertambangan 4 Konsumsi rumah tangga 2. Tahun 2011 2012 2013 5 6 7 329.308 374.507 374.507 (12.14%) (12.75%) (12.75%) 143.286 155.480 155.480 (5.28% (5.29%) (5.29%) 25.703 28.894 28.894 (0.95%) (0.98%) (0.98%) - 2009 2010 3 4 269.286 291.401 (11.29%) (11.51%) 108.197 132.704 (4.54%) (5.24%) 21.057 22.136 (0.88%) (0.87%) - Sumber data :BPS, b. Ekport Bersih Perdagangan Sampai saat ini Kabupaten Pinrang belum memiliki komoditi berdasarkan ekspor bersih perdagangan. Tabel 2.169 Tabel Ekport Bersih Perdagangan No. Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Ekport ( Juta Rp ) 0 0 0 0 0 2. Import ( juta Rp ) 0 0 0 0 0 3. SURPLUS ( JUTA Rp ) 0 0 0 0 0 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 112 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.4. Aspek daya Saing Daerah Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dangan potensi, kekhasan dan unggulan daerah. Suatu daya saing merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. 2.4.1. Kemampuan Ekonomi Daerah Meskipun secara data kependudukan Kabupaten Pinrang mata pencaharian Masyarakat Kabupaten Pinrang di Sektor pertanian masih menjadi lapangan kerja terbesar (56,50%) tahun 2009, dibandingkan sektor Industri (3,95%) dan Perdagangan (12,67 %). Namun Potensi sektor pertanian masih menjadi yang paling besar dibanding dengan sektor-sektor lain sebagai sektor penyedia lapangan kerja Kabupaten Pinrang kesempatan kerja berasal dari sektor pertanian, diikuti perdagangan, industri, dan jasa-jasa. Sektor pertanian merupakan penyedia utama kebutuhan pangan masyarakat yang merupakan kebutuhan dasar dan hak asasi manusia. Sektor pertanian juga menyediakan pasar yang sangat besar untuk produk manufaktur karena jumlah penduduk perdesaan yang besar dan terus mengalami peningkatan. Dengan demikian, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling efektif untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah perdesaan melalui peningkatan pendapatan mereka yang bekerja di sektor pertanian. Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah berada dan akan masuk ke suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah. Kondisi perekonomian Kabupaten Pinrang kurung waktu 2009–2013 tumbuh cukup baik dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sekitar 7,55% pertahun dengan capaian pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi mencapai 7,65%, pada tahun 2010 mencapai 6,23%, tahun 2011 mencapai 7,12%, tahun 2012 mencapai 8,12 % dan pada tahun 2013 dicapai 8,72%. Untuk PDRB Kabupaten Pinrang berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) di tahun 2009 mencapai Rp. 12.798.916 dan pada tahun 2013 dengan capaian Rp. 21.500.000. 2.4.1.1. Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat daerah, Kepegawaian dan Persandian a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per kapita Sebagian besar pendapatan masyarakat di Kabupaten Pinrang dipergunakan untuk keperluan komsumsi makanan, dimana rata-rata pengeluaran konsumsi RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 113 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 rumah tangga perkapita sebulan untuk komsumsi makanan, sedangkan yang mengarah ke komsumsi non makanan masih dibawah komsumsi makanan namun telah mengalami pergeseran sedikit demi sedikit yang menandakan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tabel 2.170 Persentase Pengeluaran Komsumsi Rumah Tangga Per Kapita No. Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Total pengeluaran RT pangan 41.443 44.063 40.465 42.178 43.837 2. Jumlah RT 77.988 79.580 81.914 86.840 91.766 Persentase 53,14 55,37 49,40 48,57 47,77 Sumber data :BPS, b. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita menunjukkan persentase peningkatan meskipun pada angka yang relatif rendah. Pada tahun 2009 menunjukkan angka 46,86 % dan pada tahun 2013 di angka 52,26 %. Secara lebih detail dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.171 Persentase Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita No. Uraian 1 2 1. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 35.516 41.448 44.662 47.957 Total pengeluaran RT Non 36.545 pangan 2. Jumlah RT Persentase (%) 77.988 79.580 81.914 86.840 91.766 46,86 44,63 50,60 51,43 52,26 Sumber data :BPS, c. Produktivitas Total Daerah Untuk mengukur kemampuan ekonomi dapat dilihat dari produktivitas total daerah masing-masing sektor lapangan usaha PDRB. Ini dapat menggambarkan seberapa besar tingkat produktivitas dalam meningkatkan atau mendorong perekonomian di Kabupaten Pinrang. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 114 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.172 Produktivitas Per Sektor N o. Uraian 1 2 1. 2009 Rp Milyar % 2010 Rp Milyar % 2011 Rp Milyar 2012 % Rp Milyar % 2013 Rp Milyar 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2.539.541,90 56.50 2,927,094.46 55.32 3,421,853,09 55.04 3,917,694.60 54.13 4.376.000,73 37,586.13 0.84 41,602.24 0.79 51,593.44 0.83 63,689.98 0.88 1.587.200,00 177,386.13 3.95 228,382.71 4.32 263,343.81 4.24 300,424.50 4.15 339.290,00 28,298.56 0.63 37,731.46 0.71 41,280.05 0.66 46,717.01 0.64 56,480,00 179,096.09 3.99 196,112.18 3.71 241,604.07 3.89 287,240.70 3.97 0.730,00 569,107.20 12.67 639,929.97 12.10 947,253.84 12.36 947,253.84 13.09 336.370,00 172,402.89 3.84 224,335.13 4.24 330,726.97 4.57 330,726.97 4.57 386.760,00 178,039.03 3.96 242,468.27 3.89 291,527.90 3.90 291,527.90 4.29 353.560,00 612,252.97 13.63 789,860.87 14.93 905,235.95 14.56 1,052.253.23 14.54 1.208.920.00 PDRB (atas dasar harga berlaku) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air bersih Konstruksi Perdaganagan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa 2 Jumlah 7.344 Angkatan Kerja 15.716 13.884 13.238 52,07 Sumber data :BPS, d. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) dapat diukur dari besarnya indeks yang diterima petani dengan jumlah indeks yang diterima petani. Pada indikator NTP di Kabupaten Pinrang dengan melihat tabel dibawah ini menunjukkan peningkatan yang disebabkan oleh tingginya produksi komoditas pertanian khususnya padi sawah, sementara, harga sarana pertanian terutama pupuk dan harga barang jasa yang relatif stabil. Ini menjadikan kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi jika dibandingkan harga barang dan jasa yang dibutuhkan oleh petani, sehingga petani mengalami keuntungan dari usaha tani tersebut dan tercapainya perbaikan daya beli. Tabel 2.173 Nilai Tukar Petani No. Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Indeks yang diterima petani (It) - - - - - 2. Indeks yang dibayar petani (Ib) - - - - - Nilai tukar petani - - - - - RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 115 % 1 2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah / Infrastruktur 2.4.2.1. Perhubungan a. Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan Tabel 2.174 Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan No. Uraian 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Panjang jalan 724,60 724,60 863,9 863,9 863,9 2. Jumlah kendaraan (mobil) 199.129 120.213 121.715 122.978 124.167 Rasio 0,004 0,006 0,007 0,007 0,0069 Sumber data : RPJMD Prov Sul Sel 2.4.2.2. Penataan Ruang a. Ketaatan Terhadap RTRW Persentase realisasi RTRW terhadap rencana peruntukan RTRW dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 2.175. Ketaatan Terhadap RTRW No. Uraian 1 2 1. Realisasi RTRW 2. Rencana peruntukan Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 588,53 686,62 784,70 882,80 980,89 1.961,77 1.961,77 1.961,77 1.961,77 1.961,77 RTRW Rasio (1/2) 0,30 0,35 0,40 0,45 0,50 Sumber data : RTRW Kab. Pinrang b. Wilayah Produktif Persentase luas wilayah produktif terhadap luas seluruh wilayah budidaya sebesar 0,83 % pada tahun 2009 dan pada tahun 2013 menjadi 0,84. Tabel 2.176 Wilayah Produktif No. 1 1. 2. Uraian 2 Luas wilayah produktif (Km2) Luas seluruh wilayah budidaya (Km2) Rasio (%) 2009 3 930,96 2010 4 931,44 Tahun 2011 5 931,63 2012 6 932,63 2013 7 939,18 1.123,47 1.123,47 1.123,47 1.123,47 1.123,47 0,83 0,83 0,83 0,83 0,84 Sumber data : RTRW kab. Pinrang RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 116 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 c. Luas Wilayah Industri Luas wilayah industri di Kabupaten Pinrang merupakan realisasi luas wilayah industri terhadap luas rencana budidaya sesuai dengan RTRW. Persentase luas wilayah industri di Kabupaten Pinrang dapat diurai menurut tabel berikut ; Tabel 2.177 Persentase Wilyah Industri No. 1 1. 2. Uraian 2 Luas wilayah industri (Km2) Luas seluruh wilayah budidaya (Km2) Rasio (1/2) 2009 3 2010 4 Tahun 2011 5 2012 6 2013 7 9,545 9,61 9,62 9,63 9,64 1.123,47 1.123,47 1.123,47 1.123,47 1.123,47 0,0085 0,0086 0,0086 0,0086 0,0086 2012 6 8.367 2013 7 8.287 Sumber data : RPJMD Prov Sul Sel d. Luas Wilayah Banjir Persentase luas wilayah banjir Tabel 2.178 Persentase Luas Wilayah Banjir No. Uraian 1 1. 2 Luas wilayah kebanjiran 2. Luas seluruh wilayah budidaya Rasio (1/2) 2009 3 8.450 2010 4 8.500 Tahun 2011 5 8.412 112.347 112.347 112.347 112.347 112.347 0.075 0,076 0.075 0.074 0.074 Sumber data : Data Diolah RTRW Kab. Pinrang e. Luas Wilayah Perkotaan Persentase luas wiyah perkotaan dari seluruh wilayah budidaya Tabel 2.179 Persentase Luas Wilayah Perkotaan No. Uraian 1 2 1. Luas wilayah perkotaan 2. Luas seluruh wilayah Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1.082 1.093 1.099 1.110 1.121 112.347 112.347 112.347 112.347 112.347 0,01 0,01 budidaya Rasio (1/2) 0,01 0,01 0,01 Sumber data : Data Diolah RTRW Kab. Pinrang RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 117 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.4.2.3. Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat daerah, Kepegawaian dan Persandian a. Tabel Jenis dan Jumlah Bank dan Cabang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Dari jenisnya dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang masing-masing terdiri dari Bank Konvensional dan Bank Syariah. Berikut adalah tabel jenis dan jumlah bank di Kabupaten Pinrang. Tabel 2.180 Jenis dan Jumlah Bank No. Uraian 1 2 1. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 Konvensional 7 7 8 8 8 Syariah 0 0 0 0 2 Konvensional 0 0 0 0 0 Syariah 0 0 0 0 0 Bank Umum 2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sumber data : BPS b. Tabel Jenis Kelas dan Jumlah Penginapan / Hotel Jumlah hotel, kamar dan tempat tidur di Kabupaten Pinrang secara detail dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.181 Jumlah Hotel, Kamar dan Tempat Tidur No. Uraian 1 2 1. 2. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 Jumlah Hotel (unit) 10 10 10 9 10 Jumlah Kamar (unit) 156 171 175 169 204 Jumlah Tempat Tidur (buah) 286 277 290 246 306 3. Sumber data : BPS RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 118 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.4.2.4. Lingkungan Hidup a. Persentase Rumah Tangga ( RT ) yang Menggunakan Air Bersih Air bersih sangat krusial dan esensial dalam peningkatan derajat kesehatan penduduk agar dapat hidup lebih sehat dan terkait pula dengan pola hidup yang bersih, baik itu lingkungan maupun sumber air. Tabel 2.182 Persentase Rumah Tangga (RT) Yang Menggunakan Air Bersih No. Sumber Air Bersih 1 2 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 1. Leding (perpipaan) 3.484 3.639 4.177 4.678 4.915 2. Sumur terlindungi 30.239 3.259 32.306 32.955 33.829 3. Sumur tidak terlindungi 4.511 4.073 3.719 3.692 3.548 4. Mata air terlindungi 3.799 3.816 3.795 3.723 3.723 5. Mata air tidak terlindungi 1.390 1.360 1.168 1.141 1.089 6. Sungai/danau/waduk 1.694 1.634 1.520 1.520 1.401 7. Pompa air 28.190 28.220 28.870 28.712 28.791 8. Air hujan 217 212 206 200 190 9. Air kemasan 7.230 7.170 6.890 6.880 6.811 10. Lainnya 140 129 110 109 87 11. Total jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih Jumlah rumah tangga 65.929 67.146 69.354 70.274 71.448 80.894 81.914 82.761 83.610 84.384 Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih 81,5 81,97 83,8 84,05 84,67 12. 13. 2.4.2.5. Komunikasi dan Informatika a. Rasio Ketersediaan daya Listrik Tabel 2.183 Rasio Ketersediaan Daya Listrik No. Uraian 1 2 1. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 Kebutuhan - Rumah tangga - Komersial - Publik - Industri 2. Susut dan Losses (T&D) 3. Susut pemakaian sendiri RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 119 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 4. Total susut dan losses 5. Faktor beban 6. Produksi 7. Beban puncak 8. Kapasitas terpasang (existing) 9. Kapasitas dibutuhkan 10. Total kapasitas system 11. Daya tambahan b. Persentase Rumah Tangga ( RT ) yang Menggunakan Listrik Penggunaan listrik rumah tangga di Kabupaten Pinrang belum sepenuhnya terpenuhi sesuai jumlah rumah tangga yang ada. Tabel 2.184 Rasio Rumah Tangga Pengguna Listrik No. Uraian Satuan 1 2 1. Jumlah rumah tangga pengguna listrik 2. Jumlah seluruh rumah tangga Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 4 5 6 7 8 Jumlah 67.953 69.873 71.934 74.942 77.950 80.894 81.914 82.761 83.610 84.384 84 85 87 90 92 Jumlah % Rumah tangga pengguna listrik % Sumber data : BPS 2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi 2.4.3.1. Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat daerah, Kepegawaian dan Persandian a. Tabel Angka Kriminalitas Upaya untuk menciptakan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas merupakan salah satu prioritas untuk mewujudkan stabilitas penyelenggaraan pemerintahan terutama menjaga iklim investasi di daerah. Terselenggaranya pemerintahan yang baik jika pemerintah dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat, menjaga ketertiban dalam pergaulan masyarakat serta menanggulangi kriminalitas sehingga secara kuantitas dan kualitas tindak kriminal dapat diminimalisir. RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 120 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel 2.185 Angka kriminalitas Tahun 2011-2013 Tahun No. Jenis Kriminal 2011 Lapor 2012 Selesai 2013 Lapor Selesai Lapor Selesai 1 1. 2 Jumah kasus narkoba 7 8 9 10 11 12 29 29 47 47 56 56 2. Jumlah kasus pembunuhan 0 0 5 5 2 2 3. Jumlah kasus seksual 1 3 4 7 8 7 4. Jumlah kasus penganiyaan 41 44 179 148 155 140 5. Jumlah kasus pencurian 26 7 82 29 79 31 6. Jumlah kasus penipuan 2 2 12 21 10 9 7. Jumlah kasus pemalsuan uang 0 0 2 2 1 2 8. Total jumlah tindak criminal selama 99 85 331 259 311 247 1 (satu) tahun 9. Jumlah penduduk 10. Angka kriminalitas (8)/(9) 354.652 360.019 363.691 0,03 0,09 0,08 Sumber data : Polres Pinrang b. Jumlah Demonstrasi Jumlah demonstrasi di Kabupaten Pinrang cenderung didominasi oleh bidang politik. Hal ini disebabkan oleh dinamika perpolitikan sebagai imbas kondisi nasional. Secara lebih detail dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.186 Jumlah Demonstrasi No. Jenis kriminal 1 1. 2 Bidang politik 2. Bidang ekonomi 3. 4. 2009 3 2010 4 1 4 0 Kasus pemogokan tenaga kerja Jumlah demonstran/ unjuk rasa Tahun 2011 5 2012 6 2013 7 22 18 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 22 18 14 Sumber data : Kesbang Pol dan Linmas RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 121 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 2.4.4. Fokus Sumber daya Manusia 2.4.4.1. Ketenaga Kerjaan a. Tabel Rasio Ketergantungan Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara maju atau Negara yang berkembang. Semakin tinggi persentase defendency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Jika makin rendah menunjukkan rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Ada 2 kelompok usia ketergantungan di Kabupaten Pinrang yaitu kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) dan kelompok usia tidak produktif (usia<15 dan 64> tahun) yang dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 2.187 Rasio Ketergantungan No. Penduduk 1 2 Jumlah penduduk usia < 15 tahun Jumlah penduduk usia >64 tahun Jumlah penduduk usia tidak produktif (1) dan (2) Jumlah penduduk usia 15-64 tahun Rasio ketergantungan (3)/(4) 1. 2. 3. 4. 5. 2.5. 2009 3 128.143 9.596 2010 4 Tahun 2011 5 2012 6 2013 7 132.052 114.811 121.292 111.302 10.280 21.845 19.250 23.010 137.739 142.332 136.656 140.542 134.312 204.379 211.035 217.996 219.477 226.981 67 67 63 64 59 Keterkaitan Dokumen Perencanaan 2.5.1. Keterkaitan dengan RPJPN, RPJMN , RPJMD Prov, RPJMD Kab. Keterkaitan tersebut dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 2.188 Keterkaitan, RPJPN, RPJMN, RPJMD Prov.dan RPMD Kab. RPJPN 2005 -2025 VISI INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR RPJMN 2009 - 2014 VISI TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS DAN BERKEADILAN RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 RPJMD SUL - SEL 2013-2018 VISI RPJMD KAB. PINRANG 2014-2019 VISI SULAWESI SELATAN SEBAGAI PILAR UTAMA PEMBANGUNAN NASIONAL DAN SIMPUL JEJARING AKSELERASI KESEJAHTERAAN PADA BTAHUN 2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT SEJAHTERA SECARA DINAMIS MELALUI HARMONISASI KEHIDUPAN, AKSELERASI PRODUKTIVITAS KAWASAN, DAN REVITALISASI PERAN POROS UTAMA PEMENUHAN PANGAN NASIONAL Bab II Hal. 122 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 1. Mewujudkan masyarakat berahlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradap berdasarkan falsafah pancasila 2. Mewujudkan bangsa yang berbudaya saing 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berdasarkan hukum 4. Mewujudkan Indonesia Aman, damai dan bersatu 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari 7. Mewujudkan Indonesia menjadi Negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan Nasional 8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. PRIORITAS Peningkatan Kemampuan SDM dan Teknologi Kondisi aman dan damai yang makin mantap Kesejahteraan rakyat terus membaik Pelaksanaan Pembangunan yang berkelanjutan Daya saing semakin kuat dan kompetitif Ketersediaan infrastruktur jalan, jembatan, irigasi dan energy Terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh Misi 1. 1. Mendorong semakin Melanjutkan berkembangnya Pembangunan menuju masyarakat yang Indonesia yang religious dan sejahtera kerukunan intra dan antar ummat Misi 2. beragama Memperkuat Pilar Pilar 2. Meningkatkan kualitas Demokrasi kemakmuran ekonomi, Misi 3. kesejahteraan social Memperkuat Dimensi dan kelestarian keadilan di semua lingkungan bidang 3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur wilayah 4. Meningkatkan daya saing daerah dan sinergitas regional, nasional dan global 5. Meningkatkan kualitas demokrasi dan kepastian hukum 6. Meningkatkan kualitas ketertiban, keamanan dan kesatuan bangsa. 7. Meningkatkan perwujudan kepemerintahan yang baik. PRIORITAS/ AGENDA Agenda I Pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan Rakyat Agenda II Perbaikan tata kelola Pemerintahan Agenda III Penegakan Demokrasi Pilar Agenda IV Penegakan hukum dan Pemberantasan korupsi RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 TUJUAN 1. Meningkatkan kualitas kehidupan religious masyarakat dan kerukunan intra dan antar ummat beragama 2. Meningkatkan kualitas kemakmuran ekonomi, meningkatkan kualitas kesejahteraan social, meningkatkan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam 3. Meningkatkan akses dan kualitas layanan pendidikan, meningkatkan akses dan layanan kesehatan , meningkatkan akses dan kualitas layanan infrastruktur 1. Meningkatkan apresiasi dan pengamalan nilainilai keagamaan dan kearifan lokal sebagai nilai utama kemasyarakatan dan pengembangan karakter masyarakat yang tangguh 2. Memperkokoh toleransi, soliditas dan kohesivitas sosial serta pengembangan nilainilai demokrasi 3. Meningkatkan derajat kesehatan, kualitas pendidikan dan daya saing sumberdaya manusia 4. Meningkatkan kemakmuran ekonomi dan kesejahteraan sosial 5. Memantapkan tata kelola pemerintahan dan reformasi birokrasi 6. Mengembangkan kawasan andalan dan integrasi pembangunan 7. Mengoptimalkan fungsi infrastruktur dan lingkungan hidup TUJUAN 1. Meningkatkan kualitas ibadah dan pengamalan agama dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat 2. Meningkatkan ketahanan budaya dalam menghadapi dinamika perubahan 3. Mewujudkan karakter pemuda dan remaja serta masyarakat secara umum berbasis kearifan local 4. Mewujudkan ketertiban, ketenteraman, keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan masyarakat 5. Menguatkan Bab II Hal. 123 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 4. Meningkatkan daya saing daerah, meningkatkan kerja sama antar kabupaten/kota serta sinergitas nasional dan global 5. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan demokrasi dan penegakan hukum, meningkatkan kesetaraan gender dan perlindungan anak. 6. Memelihara ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat, memelihara harmoni social dan kesatuan bangsa. 7. Mewujudkan Pemerintahan yang baik. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. toleransi dan kohesivitas sosial serta kesatuan bangsa Meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi dan politik Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan partisipasinya dalam pembangunan Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan Meningkatkan daya saing sumberdaya manusia Meningkatkan kordinasi penanggulangan kemiskinan Mengembangkan daya tarik investasi Pengembangan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) 14. Meningkatkan produksi dan nilai tambah komoditas unggulan 15. Meningkatkan penanganan penyandang masalah kesejahteraan social 16. Memantapkan kualitas sistem dan tata kelola pelayanan public 17. Mewujudkan percepatan reformasi birokras 18. Mengembangkan kawasan terpadu dan cepat tumbuh 19. Mengembangkan sistem agribisnis dan agroindustri 20. Mengoptimalkan fungsi infrastruktur wilayah 21. Memelihara daya dukung lingkungan hidup RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 124 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 Tabel . 2.189 Target Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019 URAIAN N0 1 1 2 Angka Melek Huruf (%) 2 Ketimpangan Pendapatan (Gini Ratio) Tingkat Pengangguran terbuka ( % ) Penduduk Miskin (% ) PDRB Perkapita (Juta ) 3 4 5 6 7 8 9 10 Pertumbuhan Ekonomi (%) Angka Harapan Hidup (Thn) Rata rata Lama sekolah ( Thn) Daya Beli ( Rp ) IPM TARGET RPJMD PROV.SU LSEL 2013 2018 3 TARGET MAKRO RPJMD KAB.PINRANG TAHUN 2014-2019 2014 (Tahun transisi ) 95,00 91,99 0,39 2015 2016 2017 2018 2019 KET 5 6 7 8 9 10 92,71 93,07 93.43 93,79 94,15 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39 5,30 7,6 7,4 7,2 7,0 6,5 5,0 5,0 - 6,5 13,32 13,00 12,25 12.00 11,OO 10,00 30,20 23,085 25.124 27.163 29.202 31.241 33.280 8.0-8.4 7.00 7,5 7,6 7,9 8,0 8,5 73,10 72,81 73,12 73,43 73,74 74,05 74,36 8,12 7,22 7,62 7,89 8,16 8,43 8,70 662 ,78 645,86 648,71 651,56 654,41 657,26 660,11 76,50 – 77,50 74,87 75,83 76,31 76,79 77,27 77,75 4 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 125