Pemerintah Kabupaten Pinrang

advertisement
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
B A B II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1 Karakteristik Kab. Pinrang
2.1.1.1
Luas dan Batas Administrasi
Kabupaten Pinrang mempunyai luas wilayah 1.967 km persegi, memiliki daerah
administratif 12 kecamatan, dan terdiri 39 Kelurahan dan 69 Desa yang meliputi
81 Lingkungan dan 168 Dusun.
Adapun batas wilayah Kabupaten Pinrang sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Sidrap

Sebelah Barat dengan Selat Makassar serta Kabupaten Polewali Mandar

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Parepare.
Tabel 2.1
Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan
Kabupaten Pinrang Tahun 2013
No
KECAMATAN
1
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Suppa
Mattiro Sompe
Lanrisang
Mattiro Bulu
Watang sawitto
Paleteang
Tiroang
Patampanua
Cempa
Duampanua
Batulappa
Lembang
TOTAL
LUAS AREA
(km2)
3
KELURAHAN
DESA
LINGKUNGAN
DUSUN
4
5
6
7
2
2
1
2
8
6
5
4
1
5
1
2
39
8
7
6
7
7
6
10
4
14
69
5
4
3
6
17
14
13
13
2
10
4
5
96
22
19
16
19
19
15
27
11
41
181
74.2
96.99
73.01
132.49
58.97
37.29
77.73
136.85
90.3
291.86
158.99
733.09
1.961,77
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014
2.1.1.2
Letak dan Kondisi Geografis
Kabupaten Pinrang berada ± 180 Km dari Kota Makassar terletak pada
koordinat antara 4º10’30” sampai 3º19’13” Lintang Selatan dan 119º26’30” sampai
119º47’20”Bujur Timur. Kabupaten Pinrang berada pada perbatasan dengan
Provinsi Sulawesi Barat, serta menjadi jalur lintas darat dari dua jalur utama, baik
antar provinsi dan antar kabupaten di Selawesi Selatan, yakni dari arah selatan:
Makassar, Parepare ke wilayah Provinsi Sulawesi Barat, dan dari arah Timur:
kabupaten-kabupaten di bagian timur dan tengah Sulawesi Selatan menuju Provinsi
Sulawesi Barat.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 9
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.1.1.3
Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Pinrang memiliki rentang yang cukup lebar,
mulai dari dataran dengan ketinggian 0 m di atas permukaan laut hingga dataran
yang memiliki ketinggian di atas 1000 m di atas permukaan laut (dpl). Dataran yang
terletak pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut sebagian besar terletak di
bagian tengah hingga utara Kabupaten Pinrang terutama pada daerah yang
berbatasan dengan Kabupaten Toraja. Klasifikasi ketinggian/ topografi di Kabupaten
Pinrang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- Ketinggian 0 – 100 m dpl
Wilayah yang termasuk ke dalam daerah ketinggian ini sebagian besar terletak di
wilayah pesisir yang meliputi beberapa wilayah kecamatan yakni Kecamatan
Mattiro
Sompe,
Lanrisang,
Watang
Sawitto,
Tiroang,
Patampanua
dan
Kecamatan Cempa.
- Ketinggian 100 – 400 m dpl
Wilayah yang termasuk ke dalam daerah dengan ketinggian ini meliputi beberapa
wilayah kecamatan yakni Kecamatan Suppa, Mattiro Bulu, dan Kecamatan
Paleteang.
- Ketinggian 400 – 1000 m dpl
Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini sebagian kecil wilayah
meliputi Kecamatan Duampanua.
- Ketinggian di atas 1000 m dpl
Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini terdiri dari sebagian
Kecamatan Lembang dan Batulappa. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada
tabel berikut ini :
Tabel 2.2
Ketinggian Wilayah Kabupaten Pinrang
No
Kecamatan
Ketinggian Dari Permukaan Laut (M Dpl)
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2
3
2 – 265
2 – 12
2 – 14
12 – 228
6 – 14
14 – 157
13 – 23
13 – 86
2 – 18
2 – 965
20 – 1007
2 – 1908
Suppa
Mattiro Sompe
Lanrisang
Mattiro Bulu
Watang Sawitto
Paleteang
Tiroang
Patampanua
Cempa
Duampanua
Batulappa
Lembang
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka , 2010
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 10
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Kondisi topografi Kabupaten Pinrang juga dapat dikelompokkan berdasarkan
kemiringan lereng yang terdiri dari:
1. Kemiringan 0-3 %
Wilayah ini memiliki lahan yang relatif datar yang sebagian besar terletak di
kawasan pesisir meliputi wilayah Kecamatan Mattiro Sompe, Lanrisang, Watang
Sawitto, Tiroang, Patampanua dan Kecamatan Cempa.
2. Kemiringan 3 – 8 %
Wilayah ini memiliki permukaan datar yang relatif bergelombang. wilayah yang
memiliki karakteristik topografi demikian terdiri dari Kecamatan, Suppa, Mattiro
Bulu, Batulappa dan Kecamatan Paleteang.
3. Kemiringan 8 – 45 %
Wilayah ini memiliki permukaan yang bergelombang sampai agak curam.Wilayah
yang memiliki karakteristik topografi seperti ini adalah Wilayah Kecamatan
Duampanua.
4. Kemiringan > 45 %
Wilayah ini memiliki permukaan curam yang bergunung-gunung. Wilayah yang
memiliki karakteristik topografi ini meliputi wilayah-wilayah kaki pegunungan
seperti Kecamatan Lembang.
Kondisi Topografi Wilayah Kabupaten Pinrang bervariasi dari kondisi datar hingga
berbukit.Keadaan wilayah berdasarkan kelerengan disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 2.3
Keadaan Wilayah Berdasarkan Kelerengan di Kabupaten Pinrang
No
Lereng
Kriteria
Luas (Ha)
Presentase (%)
1
2
3
4
5
1
0 -2
Datar
100.370,2
51,1
2
2 - 15
Landai
15.696,8
8,1
3
15 - 40
Berbukit
50.246
25,6
4
> 40
Berbukit
29.864
15,2
196.177
100,00
Jumlah
Sumber : RTRW Kab. Pinrang 2012
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 11
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Secara detail, peta kemiringan lereng dapat dilihat pada gambar berikut:
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 12
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.1.1.4 Geologi
Geologi wilayah Kabupaten Pinrang dari hasil pengamatan dan kompilasi Peta
Geologi Kabupaten Pinrang, maka susunan lapisan batuan dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Endapan alluvium dan sungai, Endapan alluvium dan sungai mempunyai
ketebalan antara 100-150 meter, terdiri dari atas lempung, lanau, pasir dan
kerikil. Pada umumnya endapan lapisan ini mempunyai kelulusan air yang
bervariasi dan kecil hingga tinggi. Potensi air tanah dangkal cukup besar tetapi
sebagian wilayah kualitasnya kurang baik. Muka air tanah dangkal 1-1,50 meter.
2. Batuan gunung api tersusun atas breksi dengan komponen bersusun trakhit dan
andesit, tufa batu apung, batu pasir terfaan, konglomerat dan breki terfaan,
ketebalannya berkisar 500 meter, penyebarannya dibagian utara Kota Pinrang,
Sekitar Bulu Lemo, Bulu Pakoro sedangkan dibagian selatan sekitar Bulu
Manarang, Bulu Paleteang, Bulu Lasako (berbatasan dengan Parepare). Kearah
Bungin terdapat batu gamping terumbu yang umumnya relatif sama dengan
batuan gunung api.
3. Batuan aliran lava, Batuan aliran lava bersusun trakhit abu-abu muda hingga
putih, bekekar tiang, penyebarannya kearah daerah Kabupaten Pinrang, yaitu
sekitar Kecamatan Lembang dan Kecamatan Duampanua.
4. Batuan konglomerat (Formasi Walanae), Batuan ini terletak dibagian Timur Laut
Pinrang, sekitar Malimpung sampai kewilayah Kabupaten Sidrap, satuan batuan
ini terdiri atas konglomerat, sedikit batu pasir glakonit dan serpih dan membentuk
morfologi bergelombang dan tebalnya kira-kira hingga 400meter.
5. Batuan lava bersusun basol hingga andesit, Satuan batuan ini berbentuk lava
bantal, breksi andesit piroksin dan andesit trakhit. Tebalnya 50 hingga 100 meter
dengan penyebaran sekitar Bulu Tirasa dan Pakoro.
6. Batu pasir, Satuan batuan ini bersusun andesit, batu lanau, konglomerat dan
breksi. Struktur sesar diperkirakan terdapat pada batuan aliran lava dan batu
pasir bersusun andesit, berupa sesar normal.
Peta geologi Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada gambar berikut :
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 13
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.1.1.5 Hidrologi
Di Kabupaten Pinrang, terdapat dua sungai besar yaitu sungai Mamasa dan
Sungai Saddang, dimana sungai Mamasa sebenarnya masih merupakan anak
sungai Saddang. Saat ini sungai Mamasa dimanfaatkan untuk keperluan
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru yang berlokasi di Desa Ulu Saddang,
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 14
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Kecamatan Lembang. PLTA yang ada ini selain untuk memenuhi kebutuhan listrik di
Kabupaten Pinrang, juga untuk memenuhi kebutuhan listrik di Provinsi Sulawesi
Selatan. Sedangkan Sungai Saddang dimanfaatkan untuk pengairan pertanian
dengan cakupan pelayanan selain Kabupaten Pinrang juga melayani Kabupaten
Sidrap.
2.1.1.6 Klimatologi
Klasifikasi iklim menurut Smith-Ferguson, tipe iklim Wilayah Kabupaten
Pinrang termasuk tipe A dan B dengan curah hujan terjadi pada bulan Desember
hingga Juni dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret. Musim kemarau
terjadi pada bulan Juni sampai September. Kriteria tipe iklim menurut OldemanSyarifuddin bulan basah di Kabupaten Pinrang tercatat 7 - 9 bulan, bulan lembab 1
- 2 bulan dan bulan kering 2 - 4 bulan. Tipe iklim menurut klasifikasi
Oldeman -
Syarifuddin adalah iklim B dan C. Curah hujan tahunan berkisar antara 1073 mm
sampai 2910 mm, Evaporasi rata-rata tahunan di Kabupaten Pinrang berkisar antara
5,5 mm/hari sampai
8,7 mm/hari. Suhu rata-rata normal antara 27°C dengan
kelembaban udara 82% - 85%.
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Pinrang, rata-rata curah hujan di
Kabupaten Pinrang pada tahun 2012 sebesar 102,58
mm/bulan. Curah hujan
terendah terjadi pada bulan September yakni sebesar 32 Mm, sedangkan curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan April yakni sebesar 179 Mm.
Banyaknya curah hujan tiap bulan di wilayah Kabupaten Pinrang sejak tahun
2007 sampai 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.4
Banyaknya Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Pinrang
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan
1
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Rata-Rata Per
Bulan
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2
106
90
91
147
155
148
50
26
109
82
96
129
3
264
242
295
130
94
222
143
199
80
698
571
391
4
75
103
29
63
69
192
52
34
8
29
221
282
5
380
121
88
90
82
34
35
34
42
55
55
79
6
103
47
86
88
121
19
8
2
21
136
155
143
7
93
116
102
179
128
64
52
35
32
121
133
176
8
102,42
277,42
96,42
91,25
77,41
102,58
Sumber : Bps Kab. Pinrang Tahun 2014
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 15
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.1.1.7 Penggunaan Lahan
Luas Provinsi Sulawesi Selatan menurut
Sulawesi Selatan Dalam Angka
Tahun 2012 adalah 1.967,7 km2. Angka ini merupakan angka yuridis yang
digunakan sebagai luas Kabupaten Pinrang. Kondisi penutup lahan di wilayah
Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 menunjukkan bahwa empat jenis penutup
lahan, yaitu sawah 53.181 hektar (27,11%), kebun campur 46.741 hektar (23,83%),
hutan 29.227 hektar (14,90%), dan tegalan/ladang sebanyak 26.840 hektar
(13.68%). Areal tambak 15.665 hektar atau (7,99%) sementara lahan mangrove
hanya 41 hektar atau (0,02%) dan lahan terbuka 10.124 hektar atau (5,16%) dan
kawasan permukiman 5.482 atau (2,79%).
Tabel 2.5
Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama
Kabupaten Pinrang Tahun 2010
JENIS
NO
LUAS AREAL
PENUTUP LAHAN
Km²
Km²
%
2
3
4
5
1
1
Permukiman
5.482
54,82
2,79
2
Sawah
53.181
531,81
27,11
3
Kebun Campur
46.741
467,41
23,83
4
Lahan Terbuka
10.124
101,24
5,16
5
Semak Belukar
7.005
70,05
3,57
6
Ladang / Tegalan
26.840
268,40
13,68
7
Hutan
29.227
292,27
14,90
8
Tambak
15.665
156,65
7,99
9
Mangrove
41
0,41
0,02
10
Tubuh air
1.870
18,70
0,95
196,177
1.961,77
100,00
JUMLAH
Rincian area tutupan Lahan Kabupaten Pinrang secara detail dapat dilihat pada peta
berikut:
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 16
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Dalam kaitannya dengan kawasan hutan, dari keseluruhan luas Kabupaten Pinrang
menurut Perda No. 14 tahun 2012 tentang RTRW Pinrang tercatat 71.605 yang
termasuk dalam kawasan hutan atau merupakan 36,50% dari luas Kabupaten
Pinrang seperti yang terlihat dalam tabel berikut:
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 17
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.6
Luas Kawasan Hutan Menurut Peta Padu Serasi Provinsi Sulawesi Selatan
dan RTRW Kabupaten Pinrang
NO
KECAMATAN
LUAS AREA
(Ha)
Hutan
Lindung (Ha)
Hutan
Produksi
Terbatas (Ha)
Luas
Kawasan
Persentase
1
2
3
4
5
6
7
1
Suppa
7.420
-
1.129
1.129
15.22
2
Mattiro Sompe
9.699
-
-
-
-
3
Lanrisang
7.301
-
-
-
-
4
Mattiro Bulu
13.249
-
1.324
1.324
9.99
5
Watang sawitto
5.897
-
-
-
-
6
Paleteang
3.729
-
-
-
-
7
Tiroang
7.773
-
-
-
-
8
Patampanua
13.685
646
-
646
4.72
9
Cempa
9.030
-
-
-
-
10
Duampanua
29.186
1.542
5.574
7.116
24.38
11
Batulappa
15.899
8.627
2.121
10.748
67.60
12
Lembang
73.309
34.353
16.289
50.642
69.08
Pinrang
196.177
45.168
26.437
71.605
36.50
Sumber :
SK. Menhut No. 434/ Menhut tgl 23 Juli 2009, Tentang Penunjukan Kawasan Hutan Dan
Konservasi Perairan Provinsi Sulsel.
Perda No. 09 tahun 2009 tentang RTRWP Sul-Sel
Perda Nomor 14 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Pinrang
Berdasarkan tabel di atas persentase luas kawasan hutan yang terbesar adalah
Kecamatan Lembang dengan luas 50.642 Ha diikuti oleh Kecamatan Batulappa
seluas 10.748 Ha. Dari data tersebut di atas terlihat pula bahwa Kawasan Hutan
Lindung ini merupakan 23,02 % dari luas wilayah Kabupaten Pinrang, sedangkan
Hutan Produksi Terbatas 13,48 % dari luas wilayah Kabupaten Pinrang.
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah
2.1.2.1 Sistem Perkotaan dan Jaringan Prasarana
PP 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
mengamanatkan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional yang
diwujudkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang, pola ruang
nasional dan kawasan strategis nasional yang mengatur pemanfaatan ruang di
wilayah Sulawesi Selatan dan Kabupaten Pinrang.
Pengembangan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan diarahkan dengan
mengacu pada Rencana Tata Ruang baik Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi Selatan
guna mengembangkan Sulawesi Selatan sebagai simpul transportasi, industri,
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 18
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
perdagangan, pariwisata, dan pertanian yang seiring dengan peningkatan kualitas
lingkungan.
Rencana struktur ruang Provinsi Sulawesi Selatan sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat diarahkan untuk meningkatkan interkoneksi
antara kawasan perkotaan baik antara Pusat Kegiatan Nasional, dengan Pusat
Kegiatan Wilayah maupun dengan Pusat Kegiatan Lokal yang didukung oleh
peningkatan kualitas jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya
air secara terpadu. Rencana struktur ruang wilayah nasional dan Provinsi Sulawesi
Selatan di Pinrang meliputi sistem perkotaan, sistem jaringan transportasi, sistem
jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi dan sistem jaringan sumber daya air.
Sedangkan rencana pola ruang di Kabupaten Pinrang mencakup kawasan lindung
nasional, dan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional dan provinsi
serta kawasan strategis nasional dan provinsi.
Tabel 2.7
Sistem Perkotaan Nasional, Provinsi dan Kabupaten Pinrang
Sistem Perkotaan
Nasional
Sistem
Perkotaan
Provinsi
1
2
KAPET Parepare di Pinrang
terdiri atas : Kecamatan
Suppa, Kecamatan
Lanrisang, Kecamatan Mattiro
Bulu, Kecamatan Mattiro
Sompe, Kecamatan Watang
Sawitto, Kecamatan
Paleteang, Kecamatan
Tiroang, Kecamatan
Patampanua, Kecamatan
Cempa, Kecamatan
Duampanua, Kecamatan
Batulappa, dan Kecamatan
Lembang
Pusat Kegiatan
Lokal (PKL)
Kawasan Perkotaan
Pinrang
Sistem Perkotaan Kabupaten
PPK
3
Kawasan
Perkotaan
Watang Suppa di
Kecamatan
Suppa
Kawasan
Perkotaan Alitta
di Kecamatan
Mattiro Bulu
Kawasan
Perkotaan Teppo
di Kecamatan
Patampanua
Kawasan
Perkotaan Lampa
Pekkabata di
Kecamatan
Duampanua
Kawasan
Perkotaan Kassa
Di Kecamatan
Batulappa
PPL
4
Pusat permukiman perdesaan Lero di
Kecamatan Suppa
Pusat Permukiman perdesaan Langnga di
Kecamatan Mattiro Sompe
Pusat Permukiman perdesaanWaetuoe di
Kecamatan Lanrisang
Pusat Permukiman perdesaan Tadang
Palie di Kecamatan Cempa
Pusat Permukiman perdesaan Bungi di
Kecamatan Duampanua
Pusat Permukiman perdesaanLembang
Mesakada di Kecamatan Lembang
Pusat permukiman perdesaan Sali-Sali di
Kecamatan Lembang
Pusat permukiman perdesaan Basseang
di Kecamatan Lembang
Pusat Permukiman perdesaan Tadang
Palie di Kecamatan Cempa
Pusat Permukiman perdesaan Bungi di
Kecamatan Duampanua
Kawasan
Perkotaan
Tadokkong di
Kecamatan
Lembang
Sumber : RTRWN, RTRWP Sulawesi Selatan dan RTRW Pinrang
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 19
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Kabupaten Pinrang merupakan bagian dari Sistem Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) Pare-pare yang merupakan Kawasan Strategis Nasional
(KSN) dengan arahan peningkatan pertumbuhan ekonomi dari sudut pandang
agroindustri dan perikanan. Sedangkan sistem perkotaan provinsi sebagaimana
arahan RTRW Provinsi
selain mengalokasikan sistem perkotaan nasional
sebagaimana arahan RTRWN juga mengalokasikan Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
yang
merupakan
kawasan
perkotaan
mengembang
fungsi
sebagai
pusat
pengolahan dan distribusi barang dan jasa, simpul transportasi, pusat jasa
pemerintahan kabupaten/kota serta pusat pelayanan publik berskala kabupaten/kota
atau beberapa kecamatan yakni kawasan perkotaan Pinrang yang sesuai dengan
RTRW Kabupaten Pinrang meliputi sebagian Kecamatan Watang Sawitto, sebagian
Kecamatan Paleteang dan sebagian Kecamatan Tiroang.
Adapun sistem perkotaan eksisting dan direncanakan meliputi Pusat
Pelayanan Kawasan Watang Suppa, Alitta, Teppo, Lampa Pekkabata, Kassa dan
Tadokkong. Selain itu, Pusat Permukiman Perdesaan berupa rencana Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL) terdiri dari PPL Lero, Langnga, Waetuoe, Tadangpalie,
Bungi, Lembang Mesakada, Sali-Sali, dan Basseang.
Data Arahan Sistem Jaringan Struktur Ruang Wilayah Nasional dan Provinsi
di Kabupaten Pinrang secara lebih detail dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.8
Arahan Sistem Jaringan Struktur Ruang Wilayah Nasional
dan Provinsi di Kabupaten Pinrang
No
Sistem Jaringan
Transportasi
Nasional/Provinsi
1
1
2
Sistem Jaringan
Energi
Nasional/Provinsi
2
Sistem Jaringan
Komunikasi
Nasional/Provinsi
3
4
Sistem Jaringan
Sumber Daya Air
5
Ruas Batas Provinsi Sulawesi Barat
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Peningkatan Station Telepon
Air permukaan yang bersumber dari WS
– Batas Kota Pinrang sepanjang
Bakaru di Kecamatan Lembang dengan
Otomat (STO) di Kecamatan
Saddang sebagai wilayah sungai lintas
43,554 (empat puluh tiga koma lima
kapasitas 126 (seratus dua puluh enam)
Watang Sawitto
provinsi yang meliputi DAS Kariango,
lima empat) kilometer
megawatt
Ruas jalan Sultan Hasanuddin
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
Rencana telepon nirkabel berupa
Bendung, yaitu Bendung Benteng dan
sepanjang 0,891 (nol koma delapan
(PLTD) Suppa di Kecamatan Suppa
menara Base Transceiver Station
Bendung Pasolengan di Kecamatan
sembilan satu) kilometer
dengan kapasitas 62 (enam puluh dua)
(BTS) dikembangkan tidak
Duampanua, , Bendung Padang Lolo
megawatt
mengganggu aktivitas sekitarnya
dan Bendung Taccipi di Kecamatan
DAS Rappang, dan DAS Karajae
Patampanua dan Bendung Kalosi di
Kecamatan Lembang
3
Ruas jalan Ahmad Yani sepanjang
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
Rencana penggunaan Tower Base
Bendungan yaitu Bendungan Bakaru di
2,804 (dua koma delapan kosong
(PLTMH) Sawitto di Kecamatan
Transceiver Station (BTS) secara
Kecamatan Lembang
empat) kilometer
Patampanua dengan kapasitas 1,5
terpadu
(satu koma lima) megawatt
4
Ruas Batas Kota Pinrang – Batas
Rencana pembangunan Pembangkit
Embung, yaitu Embung Watang pulu di
Kota Parepare sepanjang 20,154
Listrik Tenaga Surya Terpusat di
Kecamatan Suppa, dan Embung Watang
(dua puluh koma satu lima empat)
Kecamatan Lembang, Kecamatan
Kasa I dan Embung Watang Kasa II di
kilometer
Batulappa, dan Kecamatan Duampanua
Kecamatan Batu Lappa, Embung
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 20
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
(I-IV/B)
Binanga Karaeng I dan Embung Binanga
Karaeng II di Kecamatan Lembang, dan
Embung Malimpung di Kecamatan
Patampanua
5
Ruas jalan Jenderal Sudirman
Rencana pengembangan Pembangkit
sumber air permukaan lainnya berupa
sepanjang 2,912 (dua koma
Listrik Tenaga Panas Bumi dengan
mata air yang meliputi mata air Pakeng,
sembilan satu dua) kilometer
kapasitas 25 (dua puluh lima) Mwe
mata air Taddokkong, dan mata air
Tuppu di Kecamatan Lembang, mata air
Rajang, dan mata air Massewae di
Kecamatan Duampanua, dan mata air
Tapporang di Kecamatan Batulappa
6
Ruas Pinrang –Rappang sepanjang
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
Cekungan Air Tanah (CAT) yang
19,68 (sembilan belas koma enam
kapasitas 150 (seratus lima puluh) KV
meliputi: Cekungan Air Tanah (CAT)
delapan) kilometer
yang menghubungkan GI Bakaru – GI
lintas kabupaten, yaitu CAT Sidenreng
Tuppu - GI Pinrang, GI Pinrang - GI
Rappang yang melintasi Kecamatan
Parepare, dan GI Parepare – GI Suppa
Watang Sawitto, Kecamatan Paleteang,
Kecamatan Tiroang, Kecamatan Mattiro
Bulu, Kecamatan Suppa, Kecamatan
Lanrisang, Kecamatan Cempa,
Kecamatan Patampanua, dan
Kecamatan Duampanua
No
7
Sistem Jaringan Transportasi
Sistem Jaringan Energi
Sistem Jaringan Komunikasi
Nasional/Provinsi
Nasional/Provinsi
Nasional/Provinsi
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Ruas jalan Pincara – Malimpung –
Gardu Induk (GI) Bakaru dengan
DI Saddang dengan luas pelayanan
Malaga Batas Kabupaten Enrekang
kapasitas 20 (dua puluh) MVA terdapat
42.931 (empat puluh dua ribu sembilan
sepanjang 22,50 (dua puluh dua
di Kecamatan Lembang dan GI Pinrang
ratus tiga puluh satu) hektar
koma lima nol) kilometer
dengan kapasitas 20 (dua puluh) MVA
di Kecamatan Watang Sawitto
8
Ruas jalan Tuppu – Bakaru
DI Taccipi di Kecamatan Patampanua
sepanjang 20,00 (dua puluh koma
dengan luas pelayanan 1.568 (seribu
nol) kilometer
lima ratus enam puluh delapan) hektar
9
Daerah Irigasi (DI) yang terdiri dari 87
(delapan puluh tujuh) DI meliputi total
luas pelayanan 9.557 (sembilan ribu lima
ratus lima puluh tujuh) hektar terdapat di
sebagian wilayah Kecamatan Lembang,
Kecamatan Duampanua, Kecamatan
Patampanua, Kecamatan Batulappa, dan
Kecamatan Mattiro Bulu
Sumber : RTRWN, RTRWP Sulawesi Selatan dan RTRW Pinrang
Struktur ruang wilayah Kabupaten Pinrang secara umum diarahkan untuk
mendukung pemerataan pertumbuhan wilayah Kabupaten Pinrang dan mendorong
peningkatan
intensitas
aktivitas
ekonomi
wilayah,
untuk
itu
dalam
pengembangannya perlu didukung oleh berbagai sistem prasarana wilayah yang
terkoneksi secara nasional dan regional.
Pengembangan sistem prasarana wilayah dilakukan secara berhirarki sesuai
dengan interaksi dan kebutuhan pengembangan serta potensi yang perlu didorong.
Sistem
prasarana wilayah perlu diupayakan dalam rangka mendorong kegiatan
ekonomi serta peningkatan aksesibilitas antar wilayah, khususnya antar pusat
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 21
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
kegiatan dan aktivitas kegiatan ekonomi di masing-masing satuan wilayah
pengembangan atau pusat pertumbuhan.
Selanjutnya melalui hubungan antara
kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan dan wilayah potensial, diharapkan
dapat mendorong interaksi simbiosis mutualistis antar pusat pertumbuhan dengan
wilayah belakangnya atau antar satuan wilayah pengembangan/ pusat dan sub
pusat pelayanan wilayah.Sistem prasarana wilayah yang mendukung pemantapan
struktur ruang dalam jangka panjang diarahkan pada pengembangan sistem
prasarana wilayah dengan dua pola, yaitu: pertama; peningkatan prasarana wilayah
untuk melayani tingkat kebutuhan saat ini, dan kedua; peningkatan
prasarana
wilayah untuk mendukung pemerataan pembangunan antar wilayah di Kabupaten
Pinrang melalui peningkatan aksesibilitas antar kawasan perkotaan dan perdesaan,
dan antar pusat-pusat kegiatan wilayah.
Perencanaan sistem transportasi yang merupakan sistem jaringan prasarana
utama
wilayah
di
Kabupaten
Pinrang
diarahkan
untuk
mencapai
tujuan
pengembangan wilayah secara lokal, regional dan nasional. Secara lokal, arahan
perencanaan sistem transportasi adalah sebagai berikut:
1. Mencapai integrasi antar-kecamatan di Kabupaten Pinrang melalui pembenahan
sistem jaringan dan sistem pergerakan untuk menyeimbangkan aksesibilitas
antar-kecamatan.
2. Mengatasi persoalan yang terjadi pada interaksi sistem pergerakan dan sistem
kegiatan, terutama mengenai kemacetan yang terjadi di titik-titik penggantian
antarmoda.
3. Mendukung
peningkatan produksi pertanian pada sentra-sentra produksi
tanaman pangan di daerah perdesaan melalui ketersediaan jaringan prasarana
jalan.
4. Mengantisipasi pertambahan travel demand dimasa yang akan datang melalui
pengembangan kuantitas dan kualitas prasarana jaringan jalan.
Kemudian keterkaitan dengan sistem transportasi regional diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Mendukung perkembangan ekonomi wilayah yaitu meningkatkan kelancaran
arus koleksi dan distribusi barang dan jasa dengan pembenahan struktur dan
fungsi jaringan jalan sesuai dengan rencana struktur pusat permukiman dan
pelayanan dalam wilayah kabupaten.
Hal ini dicapai melalui perencanaan
prasarana kereta api, pelabuhan, bandara, dan terminal kargo.
2. Mengantisipasi
penambahan
travel
demand
pada
perbatasan
antar
kota/kabupaten. Hal ini dicapai melalui perencanaan rute/trayek moda angkutan
umum.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 22
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Kemudian, keterkaitan dengan sistem transportasi nasional diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat pada koridor-koridor jaringan jalan
arteri primer memanfaatkan peluang tingginya intensitas pergerakan pada
kawasan tersebut.
2. Peningkatan aksesibilitas antar PKL Pinrang dengan pusat perkotaan lainnya
yang ada diluar wilayah Kabupaten Pinrang utamanya dengan PKN.
2.1.2.2 Kawasan Budidaya
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pinrang merupakan rencana distribusi
peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Pinrang yang meliputi rencana
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya.
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pinrang berfungsi :
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah Kabupaten Pinrang.
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang.
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk dua puluh tahun, dan
4.
Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah
Kabupaten Pinrang.
Tabel 2.9
Arahan Pola Ruang Kabupaten Pinrang
No
Jenis Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Persentase
3
4
1
1
2
Kawasan Hutan Lindung
45,168
23.00
2
Kawasan Hutan Produksi Terbatas
26,437
13.48
3
Kawasan Hutan Bakau (mangrove)
150
0.08
4
Kawasan tambak
12,155
6.20
5
Kawasan perkebunan
24,417
12.45
6
Kawasan Pertanian Lahan Basah
44,861
22.87
7
Kawasan Pertanian Lahan Kering
30,914
15.76
8
Kawasan Permukiman
5,482
2.79
9
Sempadan Sungai
6,593
3.36
Total
196,177
100
Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 23
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Dalam pengelolaan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Pinrang diterapkan
azas harmonisasi yaitu menciptakan keseimbangan antara fungsi ekologis kawasan
dengan manfaat fungsi ekonomis kawasan dalam arti melakukan eksplorasi
kawasan dalam memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi, dan budaya namun tetap
memperhatikan daya dukung lahan sehingga ekosistem alami tetap terjaga.
a. Hutan Produksi Terbtas (HPT)
Kawasan hutan produksi di wilayah Kabupaten Pinrang tersebar di wilayah
Kecamatan Batulappa, Kecamatan Lembang, dan Kecamatan Duampanua
Kecamatan Mattiro Bulu dan Kecamatan Suppa
dengan luas keseluruhan
adalah 26.435,90 Ha. Hutan produksi terbatas di wilayah Kabupaten Pinrang
juga merupakan bagian dari upaya pelestarian DAS Saddang.U ntuk
meningkatkan kualitas tata air di DAS Saddang ini, maka hutan produksi yang
ada harus ditingkatkan kualitasnya melalui pengembangan vegetasi hutan
utamanya tanaman tegakan tinggi yang memiliki fungsi kuat sebagai penjaga
tata air.
Tabel 2.10
Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Pinrang
No
Hutan Produksi Terbatas (HPT)
Luas (Ha)
Persentase (%)
1
2
3
4
1
HPT di Kecamatan Suppa
1,129
4.27
2
HPT di Kecamatan Mattiro Bulu
1,324
5.01
3
HPT di Kecamatan Duampanua
5,574
21.08
4
HPT di Kecamatan Batulappa
2,121
8.02
5
HPT di Kecamatan Lembang
16,289
61.61
26,437
100.00
Total
Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 24
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
b.
Kawasan Pertanian
Kabupaten Pinrang merupakan salah satu wilayah sentra produksi beras di
Provinsi Sulawesi Selatan yang termasuk Kawasan Bosowasipilu (kawasan
sentra produksi beras) dengan luas areal persawahan potensial ± 44.861 Ha
(22,87% luas wilayah Kabupaten Pinrang).
Jenis komoditi tanaman pangan
selain padi yang merupakan komoditi unggulan antara lain: jagung, ubi kayu,
kacang tanah, kacang hijau, dan kedele. Pada dasarnya persebaran produksi
tanaman pangan jenis padi di wilayah Kabupaten Pinrang tersebar secara
merata di seluruh wilayah, dimana semua wilayah kecamatan memiliki areal
persawahan yang produktif dengan sumber pengairan dari irigasi teknis.
Sedangkan kawasan tanaman pangan lahan kering yang merupakan kawasan
yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan kering untuk tanaman
palawija,
holtikultura
atau
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
tanaman
pangan
tahunan,
pengembangan
Bab II Hal. 25
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
kegiatannya tersebar merata diseluruh wilayah kecamatan dengan luas areal
yang diarahkan untuk pengembangan lahan kering adalah 30.914 ha.
Tabel 2.11
Arahan Kawasan Peruntukan Lahan Basah dan Lahan Kering
Pertanian Lahan Basah
No
Kecamatan
1
2
Pertanian Lahan Kering
Luas (Ha)
Persentase
(%)
Luas (Ha)
Persentase
(%)
3
4
5
6
1
Suppa
1,716
3.83
2503
8.10
2
Lanrisang
3,714
8.28
1015
3.28
3
Mattiro Bulu
4,822
10.75
3698
11.96
4
Mattiro Sompe
3,679
8.20
878
2.84
5
Paleteang
3,137
6.99
2251
7.28
6
Tiroang
4,835
10.78
2413
7.81
7
Watang sawitto
4,033
8.99
834
2.70
8
Patampanua
4,464
9.95
4394
14.21
9
Cempa
4,237
9.45
2240
7.25
10
Duampanua
7,671
17.10
7359
23.81
11
Batulappa
458
1.02
1798
5.82
12
Lembang
2,093
4.67
1530
4.95
44,861
100.00
30,914
100.00
Total
Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang
Sedangkan Pengembangan kegiatan budidaya tanaman tahunan/ perkebunan
di wilayah Kabupaten Pinrang diarahkan pada beberapa kawasan potensial
pengembangan komoditi tanaman tahunan seperti Kakao, Kopi Robusta, Kopi
Arabica, Kelapa Hibrida, Kelapa sawit, Jambu Mete, jarak dan Kemiri. Luas
areal yang diarahkan untuk pengembangan tanaman perkebunan adalah
seluas 24.417 ha, dengan jenis komoditi unggulan wilayah berupa Kakao yang
tersebar di seluruh wilayah kecamatan, dan Kopi Robusta yang potensial
dikembangkan di wilayah Kecamatan Lembang. Komoditi perkebunan lainnya
yang banyak dibudidayakan di wilayah Kabupaten Pinrang terdiri atas : Kopi
Arabica, Kelapa Hibrida, Kelapa Dalam, Jambu Mete, dan Kemiri.
Untuk
kegiatan perkebunan yang intensif diarahkan pada kawasan dengan ketinggian
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 26
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
200 – 400 m dpl, sementara untuk kegiatan perkebunan yang non intensif
diarahkan pada areal dengan ketingggian > 400 m dpl
Tabel 2.12
Arahan Kawasan Peruntukan Perkebunan
No
Kecamatan
Luas (Ha)
Persentase (%)
1
1
2
Suppa
3
1,351
4
5.53
2
Lanrisang
-
0.00
3
Mattiro Bulu
2,685
11.00
4
Mattiro Sompe
-
0.00
5
Paleteang
78
0.32
6
Tiroang
0
0.00
7
Watang sawitto
-
0.00
8
Patampanua
2,233
9.15
9
Cempa
864
3.54
10
Duampanua
1,620
6.63
11
Batulappa
1,212
4.96
12
Lembang
14,374
58.87
24,417
100.00
Total
Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang
c. Kawasan Perikanan
Rencana pengembangan kegiatan perikanan di wilayah Kabupaten Pinrang
dapat dikluster berdasarkan jenis kegiatannya yaitu : 1) budidaya laut,
2)
budidaya payau, dan 3) budidaya air tawar. Arahan pengembangan komoditas
perikanan mencakup : a) komoditas perikanan budidaya payau berupa udang
windu, bandeng, dan kepiting bakau,
b) komoditas perikanan budidaya laut
berupa rumput laut, kerapu, dan sejenisnya, dan c) komoditas budidaya air tawar
berupa ikan karper, ikan mas, dan ikan nila.
Pertimbangan arahan
pengembangan kegiatan budidaya tersebut didasarkan atas nilai ekonomis yang
tinggi dan telah berkembang di masyarakat, serta pangsa pasarnya cukup
prospek.
Dengan mempertimbangkan karakteristik kawasan yang sesuai untuk
pengembangan budidaya payau di Kabupaten Pinrang, maka sebarannya lebih
diarahkan di wilayah Kecamatan Duampanua, Kecamatan Mattiro Sompe,
Kecamatan Cempa, Kecamatan Suppa, Kecamatan Lanrisang, dan Kecamatan
Lembang dengan total areal seluas ± 13.559 ha.
Jenis komoditi perikanan
budidaya payau unggulan wilayah Kabupaten Pinrang berupa Udang dan
Rumput Laut.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 27
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Sementara untuk kegiatan budidaya laut akan memanfaatkan perairan Selat
Makassar yang membentang dari selatan sampai barat kearah laut lepas
menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten Pinrang.
Untuk kegiatan budidaya air tawar di Kabupaten Pinrang lebih diarahkan pada
kawasan yang sesuai dengan karakteristik kegiatan budidaya tersebut, terutama
persediaan air tawar yang cukup dengan luas areal kolam keseluruhan 1.364 ha
yang tersebar hampir merata di seluruh wilayah kecamatan.
Tabel 2.13
Arahan Kawasan Perikanan
No
KAWASAN
LOKASI
1
2
3
1
Kawasan Perikanan Tangkap
kawasan pesisir dan laut Kecamatan Suppa,
kawasan pesisir dan lau Kecamatan
Lanrisang, kawasan pesisir dan laut
Kecamatan Mattiro Sompe,kawasan pesisir
dan laut Kecamatan Duampanua, dan
kawasan peisisir dan laut Kecamatan
Lembang
2
Kawasan buididaya perikanan laut
dan rumput laut
Kecamatan Suppa, Kecamatan Lanrisang,
Kecamatan Mattiro Sompe, Kecamatan
Cempa,Kecamatan Duampanua, dan
Kecamatan Lembang
3
Kawasan budidaya perikanan air
payau komidtas udang dan
bandeng
Kecamatan Suppa, Kecamatan Lanrisang,
Kecamatan Mattiro Sompe, Kecamatan
Cempa,Kecamatan Duampanua, dan
Kecamatan Lembang
4
Kawasan budidaya perikanan air
tawar
Kecamatan Paleteang, Kecamatan Cempa,
Kecamatan Patampanua, Kecamatan Mattiro
Bulu, dan Kecamatan Duampanua.
Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 28
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
d. Kawasan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata memiliki fungsi utama antara lain :
1) memperkenalkan, mendayagunakan, dan melestarikan nilai-nilai sejarah/
budaya lokal dan keindahan alam,
2) mendukung upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah dimana obyek wisata
tersebut berada. Jenis obyek wisata yang diusahakan dan dikembangkan di
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 29
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
kawasan peruntukan pariwisata dapat berupa wisata alam ataupun wisata
sejarah dan konservasi budaya.
Dalam UU/9/1990 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa pengusahaan
obyek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan seni bangsa
untuk dijadikan sasaran wisata.
Pengembangan pariwisata di suatu daerah
harus direncanakan dan dikembangkan secara ramah lingkungan dengan tidak
menghabiskan
atau
merusak
sumber
daya
alam
dan
sosial,
namun
dipertahankan untuk pemanfaatan yang berkelanjutan.
Di wilayah Kabupaten Pinrang kegiatan kepariwisataan merupakan salah
satu sektor yang perlu digenjot pertumbuhannya melalui
pengembangan
kawasan obyek wisata, mengingat sektor kepariwisataan akan mampu
menumbuhkembangkan sektor-sektor terkait yang cukup luas (multiplier effect).
Adapun rencana pengembangan sektor kepariwisataan di wilayah Kabupaten
Pinrang terdiri atas pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan.
Tabel 2.14
Kawasan Pariwisata Kabupaten Pinrang
NO
KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA
LOKASI
1
Makam Tuan Fakki
Kecamatan Tiroang
2
Makam Pallipa Putee
Kecamatan Mattiro Sompe
3
Masjid Tua Tondo Bunga
Kecamatan Lembang
4
Makam Raja – Raja Kaballangan
Kecamatan Duampanua
5
Masjid Tua At Taqwa Jampue
Kecamatan Lanrisang
6
Saoraja Datu Lanrisang
Kecamatan Lanrisang
7
Pengrajin Sarung Sutra Mandar, Masjid Tua Kecamatan Suppa
Ujung Lero , Istana Datu Suppa dan Makam
Besse Kajuara
Makam Lasinrang di Kelurahan Laleng Bata, Kecamatan Paleteang
Makam
Petta
Malae
di
Kelurahan
Temmasarangnge, Arajang Sawitto dan
Pusara Benteng Sawitto dan Makam
Addatuang Sawitto Matinro Langkara’na
Saoraja Desa Liang Garessi, Monumen Kecamatan Watang Sawitto.
Lasinrang, Istana Addatuang Sawitto dan
Kompleks Makam Raja-raja Sawitto
8
9
10
11
12
Sungai Lue dan Sumber Air Panas Rajang Kecamatan Lembang;
Balla , Permandian Air Panas Lemo Susu, Air
Terjun Karawa, Kali Jodoh, Permandian Batu
Pandan , Permandian Balaloang Permai ,
Goa Paniki , dan Pantai Kajuanging dan
Pantai Kanipang
Goa Batu Lappa
Kecamatan Batulappa
Bukit Tirasa , Air Terjun Lamoro , Permandian Kecamatan Duampanua
Pasandorang , dan Pantai Kappe dan Pantai
Maroneng
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 30
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
13
Bulu Paleteang Permandian Air Panas Sulili
Kecamatan Paleteang
14
15
16
17
Kecamatan Patampanua
Kecamatan Mattiro Sompe
Kecamatan Cempa
Kecamatan Suppa
18
Batu Moppangnge
Pantai Ammani , dan Pantai Ujung Tape
Pantai Wakka
Pantai Wiring Tasi, Pantai Ujung Lero , Pantai
Ujung Labuang , Pantai Sinar Bahari
Sabbang Paru,
Pantai Bonging Ponging
Desa Lotang Salo , Pantai Pelabuhan
Marabombang, dan Pulau Kamarrang
Pantai Wae Tuwoe Desa Wae Tuwoe
19
Danau Buatan PLTA Bakaru
Kecamatan Lembang
20
Bendungan Benteng di Kelurahan Benteng Kecamatan Patampanua
dan rumah makan terapung
21
Tempat pengasapan ikan, tempat pembuatan Kecamatan Suppa
perahu tradisional, perkebunan kelapa dalam
dan pelabuhan nelayan
Kecamatan Lanrisang
Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang
2.1.3 Wilayah Rawan Bencana
a. Potensi Banjir
Pinrang adalah salah satu daerah rawan banjir di Sulawesi Selatan,
Berdasarkan peta rawan banjir, daerah rawan banjir di Pinrang terdapat di
Kecamatan Duampanua dan Kecamatan Suppa. Hal tersebut disebabkan oleh
posisi geografis pesisir Kabupaten Pinrang yang berada pada hilir DAS Sungai
Saddang.
Genangan air (banjir) yang terjadi secara alami di wilayah daerah aliran
sungai (DAS) pada dasarnya tidak menjadi permasalahan, seandainya wilayah
tersebut belum dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi,
jika wilayah DAS telah dimanfaatkan oleh manusia, seperti penggunaan lahan
untuk pertanian dan pertambakan, lahan permukiman dan kegiatan-kegiatan
peruntukan lainnya, maka genangan tersebut dianggap merugikan dan
mengancam kehidupan.
Bencana alam geologi yang rutin terjadi di Kabupaten Pinrang
adalah
banjir, dan tanah longsor sepanjang jalan dari Kampung Lome sampai dengan
Kampung Batri dengan jarak kurang lebih 250 meter. Daerah ini merupakan
daerah yang sangat relatif rendah
dan menjadi
jalur pembuangan air dari
sungai saddang saat ini air meluap khususnya pada musim hujan lebat.
b. Longsor
Tanah longsor pada umumnya terjadi di daerah pegunungan seperti daerah
Lemo Susu, Karawa, dan Bakaru. Tanah longsor di Kabupaten Pinrang terjadi
karena adanya kontrol topografi yang sangat curam, pengaruh kemiringan
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 31
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
lereng, adanya jenis batuan yang mudah lapuk (Tufa Breksi Vulkanik), tingkat
pelapukan tinggi, jalur struktur geologi, hujan lebat dan struktur manusia.
c. Abrasi dan Sedimentasi Pantai
Wilayah pesisir Pinrang pada umumnya memiliki karakteristik material
lempung berpasir.Jenis material tersebut sangat rentang terbawa oleh aktivitas
gelombang dan arus laut. Secara sederhana proses pantai disebabkan oleh
angin dan air yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, mengikis tanah
dan kemudian mengendapkannya di suatu tempat secara kontinu. Proses
pergerakan gelombang datang pada pantai secara esensial berupa osilasi. Angin
yang menuju ke pantai secara bersamaan gerak gelombang yang menuju pantai
berpasir secara tidak langsung mengakibatkan pergesekan antara gelombang
dan dasar laut, sehingga terjadi gelombang pecah dan membentuk turbulensi
yang
kemudian
membawa
material
disekitar
pantai
termasuk
yang
mengakibatkan pengikisan pada daerah pantai (erosi).
Tabel 2.15
Lokasi Rawan Abrasi dan Sedimentasi
Abrasi dan Sedimentasi
Kecamatan Suppa
Desa Lero & Desa
Tasiwalie
Kecamatan Lanrisang
Dusun Jampue &
Desa WaetuwoE
Kecamatan Mattirosompe
Kel. Langnga & Kel.
Pallameang
Keterangan
Sekitar Muara
Sungai
Sumber : Hasil Survey Tahun 2010
d. Tsunami
Posisi Indonesia yang terletakpada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik di
dunia yaitu: Lempeng Australia di selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian barat
dan Lempeng Samudra Pasifik di bagian timur, yang dapat menunjangterjadinya
sejumlah bencana.
Berdasarkan posisinya tersebut, maka hampir di seluruh Indonesia kecuali
daerah Kalimantan yang relatif stabil, namun demikian pada gambar tersebut
menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Sulawesi Selatan termasuk Kabupaten
Pinrang terletak pada jalur gempa bumi yang relatif stabil. Hal ini dapat dirasakan
selama ini riwayat historis Kabupaten Pinrang masih relatif aman dari bahaya
bencana gempa dan tsunami, walaupun demikian kewaspadaan tetap perlu
untuk di junjung tinggi mengingat posisi geografis Kabupaten Pinrang
berhadapan dengan Selat Makassar.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 32
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 33
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.1.4. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Pinrang 361.293 jiwa pada Tahun 2013 (Data
BPS 2014), terdiri dari laki-laki sebanyak 175.115 jiwa (48,47 %) dan perempuan
sebanyak 186.178 jiwa (51,53 %). Jumlah ini meningkat 1,00 % dibandingkan Tahun
2012, di mana pada Tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Pinrang mencapai lk
360.019 jiwa, terdiri atas : laki-laki 174.667 jiwa (48,52 %) dan perempuan 185.352
jiwa (51,48 %).Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur
pada Tahun 2013, jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 Tahun)
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 34
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
mencapai 62,82 %,jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 Tahun) mencapai
30,81 % dan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 Tahun ke atas) mencapai
6,37 %. Jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 Tahun) mengalami
peningkatan sebesar 1,86%, demikian pula dengan jumlah penduduk kelompok
umur tua (65 Tahun ke atas) mengalami kenaikan 1,02, sedangkan jumlah
penduduk kelompok umur muda (0-14 Tahun) menurun 2.88 %.
Tabel 2.16
Jumlah Penduduk Kabupaten Pinrang
Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2012-2013
2012
No
1
2
3
Kelompok
Umur(thn)
2013
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
61.989
59.303
121.292
104.490
114.987
8.188
Jumlah
%
Muda (014)
Produktif
(15-64)
Tua (65+)
%
Jumlah
%
54.545
111.303
30,81
108.766
118.212
226.978
62,81
5,35
9.591
13.421
23.012
6,37
100
175.115
186.178
361.293
100
48,47
51,51
Laki-Laki
Perempuan
33,69
56.758
219.477
60,96
11.062
19.250
174.667
185.352
360.019
48,52
51,48
LPP (%)
Dependency Ratio (%)
94
94
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
184
184
Sumber : BPS Kabupaten Pinrang Tahun 2012 – 2013
Dari jumlah penduduk tersebut di atas, terdapat angka beban ketergantungan
(dependency ratio) sebesar 69,82 %, ini artinya pada setiap 100 penduduk
produktif harus menanggung lk. 69 orang penduduk tidak produktif. Jika
dibandingkan dengan tahun 2012, dependency ratio pada tahun 2012 sama
dengan tahun 2013. Angka Ketergantungan (dependency ratio) diharapkan
dapat diturunkan pada tahun-tahun mendatang, dengan meningkatkan Daya
saing dan Sumber Daya Manusia Masyarakat Kabupaten Pinrang.
Secara perbandingan wilayah, Kabupaten Pinrang memiliki potensi
wilayah yang luas mencapai 196.177 ha atau 1961,77 km2, sehingga rata-rata
kepadatan penduduknya adalah 184 jiwa/km2. Artinya secara rata-rata terdapat
184 orang yang menghuni 1 km2 daerah. Bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, kepadatan penduduk Tahun 2012 tidak mengalami peningkatan,
Jika dilihat per wilayah, urutan 3 terbanyak jumlah penduduk paling banyak yang
tercatat berada di Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Duampanua, dan
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 35
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Kecamatan Lembang, sedangkan jumlah penduduk terkecil yang tercatat berada
di Kecamatan Batulappa. Namun jika dilihat dari kepadatan penduduk suatu
wilayah (jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayah daerah masing-masing),
maka Kecamatan Paleteang dan Watang Sawitto menjadi kecamatan yang
paling padat di Kabupaten Pinrang, sedangkan kecamatan dengan kepadatan
paling rendah diduduki oleh Kecamatan Batulappa dan Kecamatan Lembang.
Berikut jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan pada tahun 2013 di
Kabupaten Pinrang.
Tabel 2.17
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan
di Kabupaten Pinrang Pada Tahun 2013
Jumlah Penduduk
Luas
Kecamatan
NO
1
2
Wilayah (Ha)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
3
4
5
6
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Ha)
7
1
Suppa
15.113
16.101
31.214
74,20
420
2
Mattiro Sompe
13.379
14.330
27.709
96,99
285
3
Lanrisang
8.178
9.080
17.258
73,01
236
4
Mattiro Bulu
13.207
14.215
27.422
132,49
206
5
Watang Sawitto
26.592
27.716
54.307
58,97
895
6
Paleteang
19.233
19.961
39.194
37,29
1.019
7
Tiroang
10.587
11.027
21.614
77,73
274
8
Patampanua
15.588
16.570
32.158
136,85
234
9
Cempa
8.523
9.044
17.567
90,30
195
10
Duampanua
21.394
23.028
44.422
291,86
152
12
Batulappa
4.778
5.027
9.805
158,99
64
13
Lembang
18.583
19.619
38.623
733,09
54
361.293
1.961,77
184
Jumlah
172.047
182.605
Sumber : BPS Kabupaten Pinrang Tahun 2014
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Menurut Permendagri Nomor 54 tahun 2010, Aspek Kesejahteraan masyarakat
terdiri atas; Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi, Fokus Kesejahtraan
Masyarakat dan Fokus Senibudaya dan Olahraga.
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi ditunjukkan dengan pertumbuhan
PDRB, Laju Inflasi, PDRB Perkapita, Indeks Gini, dan Prosentase penduduk di atas
garis kemiskinan.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 36
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pinrang
Struktur
perekonomian
Kabupaten
Pinrang
berdasarkan
indikator
distribusi
persentase nilai tambah bruto sektoral, meliputi 9 sektor yaitu Pertanian,
Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih,
Bangunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi,
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Jasa-jasa.
Dari ke-9 sektor tersebut dikelompokkan menjadi Sektor Primer (Pertanian,
Pertambangan dan Penggalian), Sektor Sekunder (Industri Pengolahan, Listrik, Gas
dan Air Bersih, Bangunan), Sektor Tersier (Perdagangan, Hotel dan Restoran,
Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta
Jasa-jasa). Dalam kurun waktu periode tahun 2009 –2013, struktur perekonomian
Kabupaten Pinrang mengalami sedikit pergeseran/perubahan seperti diagram
berikut :
Tabel 2.18
Produk Domistik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha atas dasar
Harga berlaku Tahun 2009 - 2013 ( Juta Rp).
Lapangan Usaha
2009
2010
2011
2012
2013
1
2
3
4
5
6
2.538.541,90
2.927.094,46
3.421.853,09
3.917.694,60
4.376.065,25
37.586,13
41.602,24
51.593,44
63.689,98
1.587.981,04
177.359,14
228.382,71
263.343,81
300.424,50
339.737,02
28.298,56
37.731,46
41.280,05
46.717,01
56.217,91
5 Bangunan
179.096,09
196.112,18
241.604,33
287.240,70
336.264,84
6 Perdagangan
Restoran, hotel
569.107,20
639.929,71
768.699,02
947.253,84
1.073.736,12
7 Angkutan &
komunikasi
172.402,89
224.335,13
280.553,38
330.726,97
386.938,95
8
Bank & lembaga
Keuangan
178.039,03
205.737,36
242.468,27
291.527,90
353.587,53
9
Jasa-jasa
612.525,97
789.860,87
905.235,95
1.052.253,23
1.208..271,4
1
Total
4.492.956,91
5.290.786,11
6.216.631,34
7.237.528,74
8.261.015,00
1 Pertanian
2 Penggalian/
Pertambangan
3 Industri
Pengolahan
4 Listrik,gas & air
Sumber : PDRB Kab Pinrang Tahun 2009-2013
Uraian tabel diatas
menunjukkan bahwa
kontribusi
terbesar terhadap PDRB
Kabupaten Pinrang adalah berasal dari sektor pertanian yang tiap tahun mengalami
peningkatan untuk tahun 2009 sebesar Rp.2.538.541,90 dan pada tahun 2013
naik menjadi Rp. 4.376.065,25. Sedangkan data mengenai perkembangan PDRB
Kabupaten Pinrang selama lima tahun terakhir dalam harga konstan dan harga
berlaku dapat dilihat pada tabel 2.19 berikut :
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 37
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.19
Perkembangan Produk Domistik Regional Bruto Kab. Pinrang Dalam Harga Berlaku
dan Konstan Tahun 2009-2013
Harga Berlaku
Tahun
Harga Konstan
Milyar(Rp)
Pertumbuhan (%)
Milyar(Rp)
Pertumbuhan (%)
1
2
3
4
5
2009
4.492.956,91
20,65
2.384.282,50
6,73
2010
5.290.786,11
17,76
2.532.737,44
7,65
2011
6.216.631,34
17,50
2.713.028,15
6,23
2012
7.237.528,74
16,50
2.937.275,51
8,27
2013
8.261.015,00
15,81
3.137.470,00
5,17
17,64
Rata-rata
6.81
Sumber data : BPS Kab. Pinrang 2014
Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang dari tahun ke
tahun digunakan indikator perkembangan PDRB untuk periode yang sama. Laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang disajikan pada Tabel dibawah ini :
Pertumbuhan Ekonomi menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2009 -2013.
Tabel 2.20
Pertumbuhan Ekonomi menurut Lapangan Usaha Kab. Pinrang atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2009-2013 (%)
Lapangan Usaha
2009
2010
2011
2012
2013
1
2
3
4
5
6
1
Pertanian
61,98
60,64
59,42
58,63
58,20
2
Penggalian/ Pertambangan
0,88
0,87
0,95
0,98
0,99
3
Industri Pengolahan
4,54
5,24
5,28
5,29
5,43
4
Listrik,gas & air
0,70
0,76
0,76
0,77
0,79
5
Bangunan
4,12
3,90
4,22
4,29
4,31
6
Perdagangan Restoran, hotel
11,29
11,51
12,14
12,75
12,81
7
Angkutan &
4,10
4,43
4,71
4,98
5,01
8
Bank & lembaga Keuangan
4,24
4,43
4,60
4,80
4,87
9
Jasa-jasa
8,13
8,23
7,91
7,50
7,59
100
100
100
100
100
komunikasi
Total
Sumber data : BPS Kab. Pinrang 2014
Dari tabel diatas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang pada
tahun 2009 berdasarkan harga konstan mengalami pasang surut, setiap tahunnya
terjadi perlambatan dan percepatan pertumbuhan penurunan jika dibandingkan pada
tahun 2010 dari 58,63 % menjadi 58,20 % sedangkan pada tahun 2011 mengalami
penurunan menjadi 59,42 %. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2011 dan 2012
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 38
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
terjadi kenaikan produksi khususnya di sektor pertanian dan jasa yang memberikan
sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB
Tabel 2.21
Perkembangan Laju petumbuhan Ekonomi Kab. Pinrang tahun 2009- 2013
1
1
2
Kab.Pinrang
3
7,65
4
6,23
5
7,12
6
8,27
7
6,81
Rata-Rata
Pertumbuhan
ekonomi
8
7,21
2
Sul Sel
6,23
8,19
7,61
8,37
7,65
7,61
3
Nasional
4,63
6,20
6,49
6,23
Pertumbuhan
PDRB
No
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber data : BPS Kab. Pinrang 2014
Meningkatnya perkembangan ekonomi ini ditandai dengan Peningkatan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pinrang dari Tahun Ketahun.
Perkembangan Nilai PDRB Kabupaten Pinrang atas dasar Harga Konstan (ADHK)
tahun 2009 selama kurun waktu 2009-2013 mengalami peningkatan. Pada tahun
tahun 2009 PDRB (ADHB) sebesar Rp. 12.798.916 dan Pada tahun 2013 sebesar
Rp. 21.500.000
2.2.1.3 Inflasi
Laju inflasi Kabupaten Pinrang lima tahun terakhir mengalami fluktuasi yang cukup
besar, pada tahun 2009 inflasi kabupaten Pinrang mencapai 11,69% dan pada
tahun 2010 turun menjadi 10,86 %, atau mengalami penurunan sekitar 0,83% dan
pada tahun 2011 turun lagi menjadi 9,69 %, pada tahun 2012 mencapai 5,25
%,
sedangkan pada tahun 2013 mencapai 4,32 % atau mengalami penurunan sebesar
0,9 %.
Tabel 2.22
Perkembangan Laju Iflasi Kabupaten Pianrang Tahun 2009 - 2013
No
Inflasi ( % )
1
1
2
Kab.Pinrang
2
3
2009
2010
2011
2012
3
11,69
4
10,86
5
9,69
6
5,25
Sul Sel
3,39
6,56
2,88
4,41
Nasional
2,78
6,96
3,79
4,30
2013
7
4,32
Rata2
8
8,36
Tahun 2009 Inflasi di Kabupaten Pinrang Mencapai 11,69%, dan pada tahun 2013
menjadi 4,32 %.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 39
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.2.1.4 Pendapatan dan Pertumbuhan Perkapita
Salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat
pada suatu wilayah adalah dengan melihat tingkat pendapatan penduduk wilayah
tersebut, dan PDRB Perkapita merupakan proyeksi indikator untuk menentukan
tingkat pendapatan perkapita di suatu wilayah.
Pendapatan dan Pertumbuhan Perkapita Kabupaten Pinrang dari tahun 2009 s/d
2013 setiap tahunnya mengalami kenaikan atas dasar harga berlaku, sedangkan
untuk atas dasar harga konstan dari tahun 2009 s/d 2013 juga mengalami kenaikan
setiap tahunnya dengan gambaran pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.23
PDRB Perkapita Kab. Pinrang Tahun 2009-2013
Tahun ( Rp)
N0
1
PDRB Perkapita
(ADHB)
2
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1
Kab. Pinrang
12.798.916 15.066.554 17.528.821 20.267.796 22.868.642
2
Sul Sel
12.567.364 14.669.010 16.929.030 19.472.249 22.116.460
3
Nasional
Sumber data : BPS Kab. Pinrang 2014
Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Pinrang atas dasar harga berlaku
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun yaitu untuk
tahun 2009 PDRB Perkapita sebesar Rp 12.798.916 naik menjadi Rp 15.066.554
pada tahun 2010, pada tahun 2011 dicapai Rp.
menjadi
Rp.
17.528.821,- tahun 2012 naik
20.267.796, sedangkan pada tahun 2013 dengan capaian Rp.
22.868.642.
2.2.1.5
Paritas daya Beli
Paritas daya beli Kabupaten Pinrang priode 2009– 2013 mempunyai kecenderungan
yang terus meningkat yaitu dari Rp 637.400 pada tahun 2009 meningkat menjadi
Rp. 638.500 pada tahun 2010 sedangkan pada tahun 2012 mencapai Rp. 650.000,dan pada tahun 2013 mencapai Rp. 758.300.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 40
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.24
Paritas Daya Beli kabupaten Pinrang 2009-2013
Paritas Daya Beli
( RP )
N0
1
2
1
Kab. Pinrang
2
Sul Sel
Tahun ( Rp)
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
637.400
638.500
641.900
650.100
635,5
636,6
640,3
643,59
758.300
Indeks Gini
Gini Ratio merupakan angka yang digunakan untuk mengukur ketimpangan
pendapatan daerah secara menyeluruh. Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 bahwa tentang gini ratio dikelompokkan
kedalam ketimpangan rendah apabila gini ratio tinggi lebih kecil dari 0,3, di
kategorikan ketimpangan sedang apabila gini rationya lebih besar dari 0,3 dan lebih
kecil dari 0,5, selanjutnya di kategorikan ketimpangan tinggi apabila gini rationya
lebih besar dari 0,5.
Berikut dapat disajikan perkembangan gini ratio Kabupaten Pinrang untuk kurun
waktu 2009-2014 pada table berikut :
Tabel 2.25
Indeks Gini Ratio Kabupaten Pinrang Tahun 2009 – 2013
Tahun ( Rp)
N0
Gini Ratio
2009
2010
2011
2012
2013
1
2
3
4
5
6
7
0,41
1
Kab. Pinrang
0,47
0,46
0,43
0,42
2
Sul Sel
0,39
0,40
0,41
0,41
Bila diperhatikan tabel tersebut diatas dalam kurun waktu 2009 – 2013 Kabupaten
Pinrang Gini Rationya terkategorikan ketimpangan rendah.
Kondisi tersebut mencerminkan tingkat pendapatan masyarakat di Kabupaten
Pinrang cenderung merata atau gap antara rumah tangga kaya dan rumah tangga
miskin cenderung kecil.Oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi diharapkan merata di
masing-masing sektor (9 sektor).
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 41
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Penduduk Miskin
Pertumbuhan PDRB perkapita suatu daerah dapat digunakan sebagai salah satu
indikator terhadap pengukuran tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam kurun
waktu 2009 – 2013 PDRB perkapita Kabupaten Pinrang mengalami pertumbuhan
rata – rata 7,99 % pertahun namun dengan tingkat rata-rata pertumbuhan PDRB
perkapita tersebut bukan berarti Kabupaten Pinrang terbebas dari penduduk miskin.
Untuk mengetahui proporsi dan jumlah penduduk miskin, tersedia dua sumber, yaitu
persen penduduk miskin dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang
dilaksanakan setiap tiga tahun, dan jumlah rumah tangga miskin yang pendataannya
dilaksanakan oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten
Pinrang secara Nasional dalam rangka penyaluran Bantuan Langsung Ttunai (BLT)
oleh Pemerintah Pusat.
Tabel 2.26
Penduduk Miskin Kab. Pinrang
Tahun ( Jiwa )
N0
Pendudk Miskin
1
2009
2
2010
3
Perdesaan
23.421
23.913
2
Perkotaan
6.899
7.925
30.320
31.664
8,70
9,01
Prosentase %
2012
2013
5
6
7
4
1
Jumlah
2011
Prosentase
(%)
8
21.445 19.840 18.113
7.353
6.942
106,732
6.347
35,466
28.798 26.782 24.460
142,198
8,12
7,42
6,72
7,99
Angka Kriminalitas yang tertangani
Jumlah kriminalitas di Kabupaten Pinrang mengalami peningkatan selama lima
tahun terakhir (2009 – 2013), jumlah kriminalitas yang tertangani di Kabupaten
Pinrang dapat digambarkan dalam table.
Tabel 2.27
Angka Kriminalitas Yang Tertangani
Tahun
Jenis
N0
2009
Kriminal
1
2
1
Narkoba
2
2010
2011
2012
2013
Lapor
selesai
Lapor
selesai
Lapor
selesai
Lapor
selesai
Lapor
selesai
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
19
28
15
18
29
29
47
47
56
56
Pembunuhan
3
9
2
4
0
0
5
5
2
2
3
seksual
1
1
7
7
1
3
4
7
8
7
4
Penganiayaan
79
66
58
56
41
44
179
148
155
140
5
Pencurian
55
16
31
28
26
7
82
29
79
31
6
Penipuan
14
10
8
7
2
2
12
21
10
9
7
Pemalsuan
2
2
0
0
0
0
2
2
1
2
uang
JUMLAH
173
132
121
120
99
85
331
259
311
247
Sumber Data: BPS Kab. Pinrang 2014
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 42
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
2.2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia ( IPM )
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pinrang selama priode tahun 2009
sampai tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun ketahun dengan rata rata
60,58 pertahun, dan pada tahun 2009 dicapai 72,6 dan tahun 2012 dicapai 74,39
serta tahun 2013 dicapai 74,87. Pencapaian tersebut menujukkan pencapaian yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan skala Nasional dan Provinsi .
Tabel 2.28
IPM Kabupaten Pinrang 2009 – 2013
N0
IPM
1
2
1 Kabupaten Pinrang
2009
3
72,6
Tahun ( % )
2010
2011
4
5
73,21
73,56
2012
6
74,39
2
Sul Sel
70,90
71,62
72,14
72,70
3
Nasional
71,80
72,27
72,77
73,29
2013
7
74,87
2.2.2.2. Angka Melek Huruf ( AMH )
Indikator Pendidikan yang mempresentasikan dimensi pengetahuan adalah angka
melek huruf. Indikator ini dapat diartikan sebagi suatu ukuran tingkat pengetahuan
Sumber Daya Manusia pada suatu wilayah tertentu. Indikator Melek huruf dapat
digunakan untuk mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta
huruf, terutama pada daerah-daerah pedesaan, terpencil dimana jumlah penduduk
yang tidak dapat mendapatkan akses pendidikan (bersekolah) atau indikator yang
menunjukkan kemampuan penduduk suatu wilayah dalam menyerap informasi dari
berbagai media, menunjukkan kemampuan berkomunikasi secara lisan dan tertulis,
sehingga angka melek huruf dapat mencerminkan potansi perkembangan intelektual
sekaligus berkontribusi terhadap pembangunan daerah. Penduduk yang 15 tahun
keatas yang melek huruf (penduduk yg bisa baca) pada tabel tahun 2009 – 2013
menunjukkan peningkatan dimana pada tahun 2009 dicapai 89,74%, tahun 2010
dicapai 89,90%, tahun 2011 dicapai 91,48 % dan pada tahun 2012 dicapai 91, 63 %
pada pada tahun 2013 dicapai 91,99 % atau rata rata kenaikan sekitar 90,94 %
pertahun.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 43
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.29
Angka Melek Huruf Kab. Pinrang
N0
Bidang/urusan
2009
2010
2011
2012
2013
1
2
3
4
5
6
7
213.505
220.865
238.416
255.959
20.077
21.188
30.646
40.314
4
Jumlah Penduduk Usia diatas 15 tahun
yang bias Membaca dan Menulius
Jumlah Penduduk Usia 15 – 59 tahun
keatas yang bisa membaca / menulis
Jumlah Penduduk Usia 60 keatas
(lansia) yg Bisa Membaca dan menulis
Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun keatas
213.975
221.315
238.727
256.139
5
Jumlah Penduduk Usia 60 Tahun keatas
21.369
22.250
31.479
40.708
6.
AMH Kabupaten Pinrang 15 tahun
Keatas
AMH Kabupaten Pinrang 60 Tahun
keatas
AMH SUSL SEL 15 TAHUN KEATAS
99,78
99,79
99,86
99,92
93,95
95,23
97,35
99,03
87,00
87,75
88,07
88,73
AMH SUL SEL 50 TAHUN KEATAS
10,49
10,58
10,62
10,66
AMH NASIONAL 15 TAHUN KETASA
92,60
92,91
93,22
93,53
1
2.
3
Sumber Data: BPS Kab. Pinrang 2014
2.2.2.3. Angka Rata Rata Lama Sekolah
Angka rata rata lama sekolah di kabupaten Pinrang Priode 2009 – 2013
mengalami peningkatan dimana pada tahun 2009 dicapai 7,22, tahun 2012 dicapai
7,89 dan
pada tahun 2013 dicapai 7,96. Angka
ini menunjukkan bahwa
perkembangan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 baru
mampu mencapai/setara dengan SMP kelas 2 dan berada pada posisi sedang di
tingkat regional (Sulawesi Selatan) dan Nasional.
Tabel 2.30
Rata Rata Lama Sekolah
N0
Indikator
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1
2
1
Angka Rata-rata lama sekolah Kab.Pinrang
7,22
7,61
7,62
7,89
7,96
2.
Angka Rata-rata lama sekolah Sul Sel
7,41
7,84
7,92
7,95
7,95
3
Angka Rata-rata lama sekolah Nasional
7,72
7,92
7,94
7,97
7,97
2.2.2.4. Angka Partisipasi Kasar ( APK )
Angka Partisipasi kasar merupakan indikator yang paling sederhana untuk
mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan
dan menggambarkan keikutsertaan penduduk pada setiap jenjang pendidikan.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 44
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Berdasarkan data statistik menunjukkan perkembangan APK untuk SD/MI periode
2009 – 2013 menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ketahun,
pada tahun 2009 APK SD/Mi dicapai 103,98% dan pada tahun 2013 dicapai
105.97% atau berkembang sekitar 2% pertahun atau masih berada dibawah ratarata provinsi dan nasional.
APK untuk SMP/sederajat pada tahun 2009 dicapai 79.18% dan tahun 2013 dicapai
94.24. Atau mengalami perkembangan kurun waktu 2009-2013 sekitar 15%. Dan
berada pada posisi sedang untuk APK Provinsi Sulawesi Selatan dan Nasional.
Untuk APK SMA / sederajat pada tahun 2009 dicapai 56.75 pada tahun 2013 dicapai
67.31% capaian ini menunjukkan pada posisi sedang untuk rata rata tingkat Provinsi
Sulawesi Selatan dan Nasional.
Tabel 2.31
Angka Partisipasi Kasar
N0
Indikator
1
2
Tahun ( % )
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
106,67
1
APK SD/MI/Paket A Pinrang
103,98
104,72
105,34
105,97
1.1
APK Sul Sel
107,49
108,57
102,09
103,05
1.2
APK Nasional
113,77
116,48
119,26
122,11
2
APK SMP/MTs/Paket B
79,18
82,36
85,91
89,97
2.1
APK Sul Sel
76,54
75,05
87,15
98,95
2.2
APK Nasional
90,58
91,88
95,82
99,92
3
APK SMA/SMK/MA/Paket C
56,75
58,17
62,77
65,01
3.1
APK Sul Sel
62,78
67,71
66,17
69,75
3.2
APK Nasional
62,55
62,85
64,66
92,24
66,59
Data Statistik dan Dikpora 2014
2.2.2.5. Angka Partisipasi Murni( APM )
Angka Partisispasi Murni ( APM ) adalah partisipasi Sekolah penduduk usia
sekolah di tingkat Pendidikan tertentu. Seperti APK , APM juga merupakan indikator
daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Jika dibandikan
APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat
Partisipasi pendududk kelompok usia standar di jenjang Pendidikan yang sesuai
dengan standar tersebut. APM Kabupaten Pinrang untuk SD/ MI pada tahun 2009
dicapai 96,70 %, dan pada tahun 2012 dicapai 98,55 % serta pada tahun 2013
dicapai 99,13 %, jika dibandingkan dengan rata-rata capaian Provinsi Sulawesi
Selatan maka Kabupaten Pinrang capaiannya lebih tinggi sejak tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013, demikian pula rata rata nasional juga lebih tinggi.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 45
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.32
Angka Partisipasi Murni (APM )
N0
Indikator
1
2
1
2
3
Tahun ( % )
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
APM SD/MI/Paket A Pinrang
96,70
97,39
97,97
98,55
APK Sul Sel
92,27
92,86
97,54
97,90
APK Nasional
94,37
94,76
91,03
APM SMP/MTs/Paket B Pinrang
76,22
78,22
81,61
85,47
APK Sul Sel
61,74
62,32
65,29
68,27
APK Nasional
67,43
67,73
68,12
APM SMA/SMK/MA/Paket C Pinrang
54,48
55,85
60,25
62,40
APK Sul Sel
42,03
42,75
47,89
47,92
APK Nasional
45,11
45,59
47,97
98,65
87,91
63,92
Data Statistik dan Dikpora 2014
2.2.2.6. Angka Pendidikan yang ditamatkan ( APT)
Perkembangan angka pendidikan yang ditamatkan (APT)
menurut jenjang
pendidikan di Kabupaten Pinrang kurun waktu 2009-2013 dapat digambarkan
sebagai berikut :
Tabel 2.33
Angka Pendidikan yang ditamatkan ( APT)
N0
Ditamatkan
2009
2010
2011
2012
2013
2
3
4
5
6
7
1
1
2
3
3
Tahun
Angka Pendidikan yg
SD ( SEKOLAH DASAR )
8.026
7.469
7.783
8.050
8.000
Laki Laki
3.893
3.609
3.889
4.031
4.088
Perempuan
4.133
3,860
3.894
4.019
3.912
APT ( % )
94.20
93.50
99,87
100,30
104,49
SMP
4.523
4.523
5.627
7.231
6.031
Laki Laki
2,169
2,169
2,693
3.024
2.869
Perempuan
2,354
2,354
2,934
3.207
3.162
APT ( % )
92.14
92.14
91.79
94,29
90,73
SMA
3.741
3.741
3.718
4.135
4.275
Laki Laki
1,714
1,714
1.788
1.922
1.866
Perempuan
2.027
2,027
1.930
2.213
2.409
APT ( % )
84.56
84.56
92,64
86,85
77,46
PERGURUANG TINGGI
869
886
911
1,378
Laki Laki
407
398
415
523
Perempuan
462
488
496
855
88.10
81.56
83.67
61.17
APT ( % )
Data Statistik dan Dikpora 2014
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 46
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Dari data tersebut diatas
menggambarkan Angka Pendidikan yang ditamatkan
(APT) pada tahun 2009 untuk jenjang pendidikan SD 94.20%, APT SMP 92.14%,
ATPT SMA 84.56% dan ATP Perguruan Tinggi sekitar 88.10 %, sedangkan pada
tahun 2013 dicapai untuk SD 104.49%, SMP tercapai sekitar 90.73, SMA pada
kisaran 77,46 dan untuk Perguruan tinggi mencapai 61.17% di tahun 2012.
2.2.2.7. Angka Kelangsungan Hidup Bayi
Perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Pinrang per seribu
kelahiran hidup dimana pada tahun 2009 angka kematian bayi mencapai 8,3 % dan
pada tahun 2013 turun menjadi 5,9 % perkembangan ini bervariatif kurun waktu
2009-2013, dan untuk bayi yang meninggal per kelahiran hidup pada tahun 2009
sebanyak 59 / 7144, tahun 2010 jumlah bayi yang mati 29/7267, tahun 2011 bayi
mati 31 / 7343, tahun 2012 sebanyak 41/6912 dan pada tahun 2013 sebanyka 42 /
7067 kelahiran hidup.
Tabel 2.34
Angka Kelangsungan Hidup Bayi
Tahun
N0
Indikator
1
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
8,3
3,99
4,22
5,9
5,9
59/7144
29/7267
31/7343
41/6912
42/7067
Kabupaten
Pinrang
mengalami
2
1
Angka kematian
bayi/1000 KH (%)
2
Jumlah bayi mati / KH
Data Dinas Kesehatan
2.2.2.8. Angka Harapan Hidup
Angka
perkembangan
harapan
hidup
masyarakat
sejalan dengan kemajuan teknologi dan kesadaran masyarakat
dalam melakukan perawatan bayi yang dilahirkan semakin membaik sehingga dapat
mencapai harapan hidup yang lebih baik pula, perkembangan ditunjukkan oleh data
statistik bahwa bayi yang lahir pada tahun 90 an harapan hidupnya bisa mencapai
60 tahun, dan bayi yang dilahirkan tahun 2000 an harapan hidupnya bisa mencapai
63 tahun ketas sedangkan yang lahir sekitar tahun 2010 keatas angka harapan
hidupnya bisa mencapai 70 tahun keatas, dari tabel tergambar bahwa pata tahun
2009 angka harapan hidup mencapai 71, 7 tahun dan pada tahun 2013 naik menjadi
72,00 tahun.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 47
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.35
Angka Usia Harapan Hidup Kab. Pinrang 2009 – 2013
Tahun
Indikator
N0
2
1
Angka Usia Harapan Hidup
(Thn)
1
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
71,7
72,06
71,72
71,9
72,00
Data : Dinas Kesehatan
2.2.2.9. Prosentase Balita Gizi Buruk
Penyebab terjadinya gizi buruk pada balita antara lain karena kurangnya asupan
gizi dan serangan penyakit infeksi. Faktor penyebab tidak langsung adalah
rendahnya daya beli dan ketidaktersediaan pangan yang bergizi, keterbatasan pengetahuan
tentang pangan yang bergizi terutama untuk ibu dan anak balita. Persentase Balita Gizi
Buruk di Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 sekitar 0,36 % dan turun menjadi 0,12
% pada tahun 2010 dan pada tahun 2013 turun menjadi 0,018 % penurunan ini
ditunjang oleh tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat serta adanya peran
pemerintah dalam melakukan program / kegiatan di bidang kesehatan sedangkan
untuk kasus gizi buruk pada balita untuk tahun 2009 sebanyak 86 jiwa dan pada
tahun 2013 turun menjadi 7 kasus balita gizi buruk.
Tabel 2.36
Persentase Balita Gizi Buruk Kab Pinrang 2009 – 2013
N0
Indikator
1
1
2
Persentase Balita gizi Buruk
(jiwa)
2
Jumlah kasus gizi buruk (balita)
(jiwa)
2009
3
0,36
2010
4
0,12
86
36
Tahun
2011
2012
5
6
0,097 0,075
24
23
2013
7
0,018
7
Data : Dinas Kesehatan
2.2.2.9. Prosentase Penduduk yang memiliki lahan bersertifikat
Luas Lahan di Kabupaten Pinrang tahun 2012 seluas 196.177 Ha. Dari Luas lahan
tersebut
terdapat 5.344 Ha lahan milik masyarakat/penduduk
sertifikat. Sedangkan rasio penduduk
yang berstatus
yang memiliki lahan brsertifikat sekitar
0,015%
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 48
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.37
Persentase Penduduk yang memiliki lahan bersertifikat
NO
Indikator
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1
Luas Lahan / Tanah ( Ha )
196.177
196.177
196.177
196.177
196.177
2
Jumlah Penduduk ( Jiwa )
342.118
353.367
354.652
360.019
363.691
3
Jumlah lahan yg bersertifikat
12.170,2
12.262,7
12.360.8
12.486,3
12.656,4
3,56
3,47
3,48
3,47
3,48
(Ha)
4
Persentase Penduduk yang
memiliki lahan bersertifikat
2.2.2.10 Rasio penduduk yang Bekerja
Perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja
diperoleh rasio penduduk yang bekerja. Rasio penduduk yang bekerja terhadap
jumlah angkatan kerja tersebut selama tahun 2009 – 2013 mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Rasio Penduduk yang bekerja pada tahun 2009 adalah 60,17 %
dan terus meningkat hingga pada tahun 2011 mencapai 64,50% sedangkan pada
tahun 2012 menurun menjadi 54,96 % dan pada tahun 2013 dicapai 55,65 %.
Ketenagakerjaan merupakan masalah yang cukup mendasar dalam kehidupan
manusia karena mencakup aspek ekonomi dan sosial. Setiap upaya pembangunan
selalu diarahkan tidak hanya pada perluasan lapangan kerja akan tetapi kemudahan
dalam berusaha di semua sektor ekonomi sehingga penduduk tidak hanya terlibat
tetapi juga dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan sendiri.
Perkembangan sektor ketenagakerjaan secara tidak langsung dapat dilihat dari
besarnya keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi, atau dengan kata lain
keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi dapat diukur dari besarnya
penduduk yang memasuki pasar kerja.
Tabel 2.38
Rasio Penduduk Yang Bekerja Kab. Pinrang 2009 – 2013
No
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
Ket
1
2
3
4
5
6
7
8
149.148
140.074
156.732
133.883
124.453
98.727
97.899
86.271
109.737
110.494
247.875
237.973
243.003
243.620
245.315
60,17
58,86
64,50
54,96
52,07
9,34
7,79
6,55
5,35
1,96
1
2
3
4
5
Angkatan kerja (jiwa)
Bukan Angkatan Kerja
(Jiwa)
Jumlah (jiwa)
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (%)
Tingkat Pengangguran
terbuka ( % )
Data : BPS dan Disnakertrans
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 49
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.39
Rasio penduduk yang Berkerja dengan Angkatan Kerja
Kabupaten Pinrang Tahun 2012
Angkatan Kerja
Mencari
Bekerja
Pekerjaan
2
3
6.077
1.337
10.890
1.497
17.363
1.945
19.310
497
15.894
0
17.955
921
14.102
144
9.231
459
7.381
118
2.798
241
5.723
0
126.724
7.159
Golongan Umur
1
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 -54
55 – 59
60 – 64
65 +
Total
Jumlah
4
7.414
12.387
19.308
19.807
15.894
18.876
14.246
9.690
7.499
3.039
5.723
133.883
Sumber :Data BPS dan Disnakertrans
2.2.3.
Fokus Seni Budaya dan Olahraga
2.2.3.1
Jumlah Grup Kesenian & Prasarana Penyelenggaraan Seni & Budaya
dan Jumlah Klub Olahraga
Perkembangan bidang seni , budaya dan Olah Raga sangat erat kaitannya
dengan
kualitas
hidup
Manusia
dan
masyarakat.
Pencapaian
Pembangunan Bidang olahraga di Kabupaten Pinrang tergambar dari
ketersediaan sarana dan parasanaya sebagai mana gambaran dibawah ini
Table 2.40
Capaian Kinerja Seni Budaya dan Olah Raga Kabupaten Pinrang
Tahun 2009 - 2013
Tahun
N0
Indikator
2009 2010
1
2
2011
2012
2013
Ket
8
3
4
5
6
7
1
Jumlah Group Kesenian
33
33
34
34
35
2
Gedung Kesenian.
1
1
2
2
3
3
Jumlah Klub Olah raga
20
30
30
50
50
4
Jumlah Gedung Olah Raga
1
2
2
3
3
5
Jumlah Lap.Olah raga ( Stadion)
1
1
1
1
1
Sumber : Data BPS
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 50
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.3
ASPEK PELAYANAN UMUM
2.3.1
Fokus Layanan Urusan Wajib
Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikator kinerja
penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah, yaitu bidang urusan
pendidikan,
kesehatan,
perencanaan
pekerjaan
pembangunan,
umum,
perhubungan,
perumahan,
lingkungan
penataan
hidup,
ruang,
pertanahan,
kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak,
keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, ketenagakerjaan, koperasi dan
usaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan, kepemudaan dan
olahraga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan
umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan
persandian, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik,
kearsipan, komunikasi dan informatika dan perpustakaan.
2.3.1.1. Urusan Pendidikan
a.
Pendidikan Dasar
a.a.
Angka Partisipasi Sekolah
Capaian kinerja urusan pendidikan diukur dengan indikator: Angka Partisipasi
Sekolah SD/MI, Rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah SD/MI,
Rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah SMP/MTs, Rasio guru:
murid SD/MI, Rasio guru: murid per kelas rata-rata SD/MI, Rasio guru: per kelas
rata-rata murid SD /SMP/MTs, Angka Partisipasi Sekolah (APS) jenjang pendidikan
dasar SD dan SMP/ sederajat mengalami peningkatan setiap tahunnya kurun waktu
2009–2013
Tabel 2.41
Angka Partisipasi Sekolah Kab. Pinrang Tahun 2009 – 2013
Tahun
N0
Jenjang Pendidikan
1
2
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah Murid Usia 7- 12 tahun
Jumlah Penduduk Kelompok Usia
7-12 Tahun
APS / SD / MI
SMP / MTs
Jumlah Murid Usia 13 - 15 tahun
Jumlah Penduduk Kelompok Usia
13 - 15 Tahun
APS / SMP / MTs
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
52.332
50.340
51.292
51.710
48.309
46.908
111.56
47.478
106.03
48.080
106.69
48.705
106.17
48.977
101,38
15.685
19.652
19.674
19.847
19.355
21.082
74.40
21.339
92.10
21,592
91.12
21,851
90.83
22.113
88,52
Sumber : Data BPS
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 51
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
a.b. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah
Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah adalah indikator untuk
mengukur kemampuan jumlah sekolah dalam menampung penduduk usia
pendidikan. Rasio ini bisa diartikan jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan
dengan jumlah penduduk usia pendidikan.
Selama kurun waktu 2009-2013 rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang
pendidikan SD/MI mengalami kenaikan, setelah periode sebelumnya mengalami
kenaikan yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk tidak disertai dengan
peningkatan jumlah sekolah SD/MI. Pembangunan jumlah sekolah baru tidak
sebanding dengan peningkatan jumlah warga sekolah. Pada tahun 2013,
ketersediaan sekolah SD/MI di Kabupaten Pinrang Pada Tahun 2009 sekitar 351,
dan pada tahun 2013 berjumlah 348 dengan rasio 141.
Tabel 2.42
Rasio Ketersediaan Sekolah/ Penduduk Usia Sekolah
Tahun 2009 -2013
N0
Jenjang Pendidikan
1
2
Tahun
1
SD / MI
2
Jumlah Gedung sekolah
3
Jumlah Penduduk Klpk Usia 7-12
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
351
351
350
350
348
46.908 47.478
48.080
48.705
49.338
Tahun
4
Rasio
5
SMP / MTs
6
Jumlah Gedung sekolah
7
Jumlah Penduduk Klpk Usia 13-15
134
135
137
139
141
63
63
71
73
73
21.082 21.339
21.592
21.851
22.119
304
299
303
Tahun
8
Rasio
335
339
Sumber : Data BPS
a.c.
Rasio
Rasio Guru Terhadap Murid
guru
terhadap
murid
adalah
jumlah
guru
berdasarkan
tingkat
pendidikan.Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar juga mengukur
jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Selama kurun
waktu tahun 2009-2013 rasio ketersediaan guru di Kabupaten Pinrang mengalami
pasang surut untuk tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami peningkatan untuk jenjang
pendidikan SD/MI, dan pada tahun 2013 rasio murid dengan guru pada tahun 2013
untuk SD/Mi sekitar 28 siswa, artinya 1 guru melayani sekitar 28 murid. Untuk
Rasio Guru per kelas rata rata jenjang SMP/MTs pada tahun 2009 sebanyak 32 dan
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 52
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
pada tahun 2013 naik menjadi 35, artinya bahwa 1 guru SMP/MTs melayani
(mengajar) sekitar 35 orang / siswa.
Tabel 2.43
Rasio Guru Terhadap Murid 2009 - 2013
Tahun
N0
Jenjang Pendidikan
1
2
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Jumlah Murid SD/MI
52.365 52.330
50.062 51.710 51.954
1.1
Jumlah Guru SD / MI
3.978
3.978
3.536
3.947
3.414
1.2
Rasio Murid Guru
13,16
13,15
14,15
13,10
15,21
Sumber: Data Dikpora
a.d. Rasio Murid Perkelas Rata Rata
Pada tahun 2009, rasio guru/kelas SD/MI terhadap jumlah murid yang berusia 6 -12
tahun di Kabupaten Pinrang adalah 1 : 26 pada tahun 2009, dan pada tahun 2013
menjadi 1 : 28 Interpretasi dari angka ditersebut adalah bahwa 1 kelas SD yang
dihuni oleh murid sekitar 26 – 28 siswa yang dilayani oleh seorang guru untuk
jenjang pendidikan SD/MI sedangkan untuk jenjang Pendidikan SMP/MTs rata rata
siswa perkelas pada tahun 2013 mencapai 35 siswa.
Tabel 2.44
Rasio Murid Perkelas Rata rata
Tahun
N0
Jenjang Pendidikan
2009
2010
2011
2012
2013
1
1.1
2
Rasio guru: murid.per kelas ratarata SD/MI
3
26
4
27
5
27
6
28
7
28
1.2
Rasio guru: per kelas rata-rata
murid.SMP/MTs
32
31
33
34
35
Sumber : Dikpora
b.
Pendidikan Menengah
b.a. Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah untuk jenjang pendidikan SMA / SMK/MA pada tahun
2009 adalah 39.73% dan pada tahun 2013 mencapai 72.70% atau mengalami
kenaikan sekitar 33 %.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 53
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.45
Angka Partisipasi Sekolah SMA / Sederajat 2009 – 2013
N0
Jenjang Pendidikan
2009
3
11.019
2010
4
11,357
Tahun
2011
5
14,613
2012
6
14,863
2013
7
22.703
1
1.1
2
Jumlah Murid Usia 16 - 19
tahun
1.2
Jumlah Penduduk Kelompok
Usia 16 – 19 Tahun
27,734
27,734
28,577
25,333
31.228
1.3
APS SMA Sederajat
39.73
40.95
51.14
58.67
72,70
Sumber : Dikpora
b.b.
Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah
Selama kurun waktu 2009-2013 rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang
pendidikan SMA / Sederajat mengalami kenaikan, setelah periode sebelumnya
mengalami kenaikan yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk tidak disertai
dengan peningkatan jumlah sekolah.Pembangunan jumlah sekolah baru tidak
sebanding dengan peningkatan jumlah warga sekolah. Pada tahun 2013,
perbandingan ketersediaan sekolah SMA / Sederajat di Kabupaten Pinrang adalah
1 : 656. Angka ini menunjukkan bahwa 1 sekolah SMA / Sederajat menampung656
siswa.
Tabel 2.46
Rasio Ketersediaan Sekolah/ Penduduk Usia Sekolah 2009 -2013
N0
Jenjang Pendidikan
2
2009
3
2010
4
25
28
1
1.
SMA / SMK / MA
1.1
Jumlah Gedung sekolah
1.2
Jumlah Penduduk Klpk Usia 16 -19
th
27.734 27.734
1.3
Rasio
1.109
991
Tahun
2011
5
2012
6
2013
7
33
40
40
28.577
25.333
26.233
866
633
656
Sumber : Dikpora
b.c. Rasio Guru Terhadap Murid
Selama kurun waktu tahun 2009-2013 rasio ketersediaan guru di Kabupaten Pinrang
mengalami pasang surut pada jenjang pendidikan SMA /SMK/ MA untuk tahun
2009 ke tahun 2010 mengalami peningkatan, dan untuk tahun 2013 rasio murid
dengan guru pada tahun 2013 sekitar 22 siswa ,artinya 1 guru melayani sekitar 22
murid.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 54
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.47
Rasio Guru Terhadap Murid 2009 - 2013
N0
Jenjang Pendidikan
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Jumlah Murid SMA/SMK/MA
10.052
10.052
11.257
13.808
16.643
1.1
Jumlah Guru SMA/SMK/MA
458
458
622
555
755
1.2
Rasio Guru terhadap Murid
22
22
18
25
22
Sumber: Data Dikpora
b.d.
Rasio Guru Terhadap Murid Perkelas Rata Rata
Pada tahun 2009, rasio guru/kelas
untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/MA
terhadap jumlah siswa yang berusia 16 – 19 tahun di Kabupaten Pinrang adalah 1 :
51 pada tahun 2009, dan pada tahun 2013 menjadi 1 : 36 Interpretasi dari angka
tersebut adalah bahwa 1 kelas SMA /SMK/ MA yang dihuni oleh murid sekitar 26–
28 siswa yang dilayani oleh seorang guru.
Tabel 2.48
Rasio Murid Perkelas Rata rata
N0
Jenjang Pendidikan
1
1.1
Jumlah Guru
1.2
Jumlah Kelas
217
221
229
196
442
1.3
Rasio Guru / Kelas
2.11
2.07
2.72
2.83
1,72
1.4
Jumlah siswa
11.019 11.257
14.613
14.863
16.643
1.5
Rasio Jumlah Murid thdp jmlah
64
76
38
2
51
2010
4
458
Tahun
2011
5
622
2009
3
458
51
2012
6
555
2013
7
755
kelas
Sumber : Dikpora
c.
Fasilitas Pendidikan
Sarana dan prasarana sangat penting dalam dunia pendidikan karena sebagai alat
penggerak suatu pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna
untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Prasarana dan sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang
menjadi tolok ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Dari
tabel dibawah ini menunjukkan bahwa ruang kelas untuk SD pada tahun 2009 dalam
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 55
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
kondisi baik mencapai 1.807 dari 1.890 total keseluruhan ruang kelas dan pada
tahun 2013 mencapai 1.306 dari 1.662 dari total keseluruhan ruang kelas yang ada.
Tabel 2.49
Fasilitas Pendidikan SD
N0
Bidang / JUrusan
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.1
Jumlah Ruang Kelas SD Kondis baik
1.807
1.807
1.429
1.174
1.306
1.2
Jumlah Ruang Kelas Seluruh SD
1.890
1.890
1.863
1.662
1.662
1.3
Sekolah SD kondisi baik ( % )
95.60
95.60
76,70
70,64
78,58
Sumber : Dikpora
Untuk fasilitas pendidikan, ruang kelas untuk SMP pada tahun 2009 dalam kondisi
baik mencapai 305 dari 396 total ruang kelas atau persentasenya sekitar 70.02 %
dan pada tahun 2013 ruang kelas dalam keadaan baik mencapai 443 dari total 511
ruang kelas atau pada kisaran 86.69%, atau mengalami kenaikan sekitar 15 %.
Tabel 2.50
Fasilitas Pendidikan SMP
N0
Bidang / JUrusan
1
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
2
3
4
5
6
7
1.1
Jumlah Ruang Kelas SMP Kondisi baik
305
305
442
443
443
1.2
Jumlah Ruang Kelas Seluruh SMP
396
396
530
511
511
1.3
Sekolah SMP kondisi baik ( % )
70,02
70,02
83,40
86,69
86,69
Sumber : Dikpora
Pada tabel dibawah ini menunjukkan bahwa ruang kelas untuk SMA pada tahun
2009 dalam kondisi baik mencapai 166 dari total 199 ruang kelas keseluruhan atau
mencapai 83.42 % dan pada tahun 2013 mencapai 165 dari 181 keseluruhan ruang
kelas atau sekitar 91.16% yang artinya mengalami peningkatan sekitar 8%.
Tabel 2.51
Fasilitas Pendidikan SMA
N0
Bidang / JUrusan
1
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
2
3
4
5
6
7
1.1
Jumlah Ruang Kelas SMA / SMK Kondis baik
166
166
175
140
165
1.2
Jumlah Ruang Kelas Seluruh SMA/SMA
199
199
194
161
181
1.3
Sekolah SMA / SMK kondisi baik (% )
83,42
83,42
90,20
86,96
91,16
Sumber : Dikpora
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 56
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
d.
Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD )
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak- anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pembinaan
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut,
yang diselenggarakan pada jalur formal , non formal dan informal. Perkembangan
pendidikan Anak Usia Dini di Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 – 2013 khusus
untuk APK, pada tahun 2009 mencapai sebesar 8,98 % dan pada tahun 2013
sebesar 14,3 % atau mengalami kenaikan 5,42 % sebagaimana digambarkan pada
tabel berikut :
Tabel 2.52
Pendidikan Anak Usia Dini tahun 2009-2013
N0
Tahun
Bidang / JUrusan
2009
2010
2011
2012
2013
2
3
4
5
6
7
1
1
Jumlah murid pada jenjang TK
5.693
11.561
5.748
8.158
8.555
2
Jumlah Anak Usia 4 – 6 tahun
63.390
64.198
55.595
58.868
60.504
3
PAUD (%)
8.98
18.00
10.33
13,85
14,13
Sumber : BPS, Dikpora
e.
Angka Putus Sekolah
Angka Putus Sekolah pada Usia Sekolah 7-12 tahun ( SD / MI ), untuk usia 13 -15
tahun ( SMP / MTs ), dan Usia 16 – 19 Tahun adalah untuk ( SMA / SMK / MA ). Di
Kabupaten Pinrang untuk priode tahun 2009 – 2014 mengalami kenaikan.Angka
putus Sekolah usia 7 – 12 (SD/MI) pada tahun 2009 sebesar 133 dan pada tahun
2012 menjadi 42% atau mengalami penurunan.
Demikian halnya angka putus
sekolah pada jenjang usia 13 – 15 tahun ( SMP/MTs) mengalami penurunandari 183
pada tahun 2009 menjadi 105 pada tahun 2013, sedangkan untuk jenjang
pendidikan usia 16 – 19 tahun ( SMA/ SMK ./ MA ) mengalami penurunan dimana
pada tahun 2009 sebesar 93 dan pada tahun 2013 menjadi 60.
Tabel 2.53
Angka Putus Sekolah 2009 -2013
N0
1
Tahun
Bidang / JUrusan
2009
2010
2011
2012
2013
2
3
4
5
6
7
1
Angka Putus Sekolah SD / MI
133
133
88
42
37
2
Angka Putus Sekolah SMP/MTs
183
196
120
105
96
3
Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA
93
91
84
75
60
Sumber : Data BPS, Dikpora
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 57
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
f.
Angka Kelulusan
Angka kelulusan menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Pinrang selama kurun
waktu 2009 – 2013 yaitu angka kelulusan SD pada tahun 2009 sebesar 7.727 dan
selama tiga tahun berturut-turut angka kelulusan untuk SD menghampiri 100%.
sedangkan angka kelulusan untuk SMP sebesar 4.523 pada tahun 2009 dan pada
tahun 2012 adalah 6.231 dengan rata rata 99,9 %. Sementara anagka kelulusan
untuk SMA dan SMK pada tahun 2011 sebesar 1.885 dan pada tahun 2012 menjadi
2.151 dengan akumulasi rata rata 99, 90 %
Tabel 2.54
Angka Kelulusan Sekolah 2009 -2013
N0
Bidang / JUrusan
1
2
1
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
Angka Kelulusan SD
7.727
7.727
7.469
8.050
8.000
2
Angka Kelulusan SMP
4.523
4.523
5.627
6.231
6.031
3
Angka Kelulusan SMA
-
-
1.885
2.151
2.237
4
Angka kelulusan SMK
-
-
1.524
1.680
1.747
Sumber : Data BPS, Dikpora
f.a. Angka Melanjutkan ( AM ) dari SD/MI ke SMP/MTS dan dari SMP /MTS ke
SMA/SMK
Berdasarkan data menunjukkan bahwa angka melanjutkan pendidikan dari
jenjang SD/MI ke jenjang SMP/MTs untuk kurun waktu 2009 – 2013 mengalami
peningkatan setiap tahun, pada tahun 2009 angka melanjutkan dari SD /MI ke
SMP/MTs dicapai 99,00% dan pada tahun 2013 menjadi 99,99 %. Untuk jenjang
melanjutkan dari SMP/MTs ke jenjang SMA/SMK pada tahun 2009 dicapai
99,75% dan pada tahun 2014 dicapai 99,90% atau mengalami kenaikan setiap
tahunnya hal ini menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat/siswa untuk
melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi sangat menonjol
sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah.
Tabel 2.55
Angka Melanjutkan Sekolah Sekolah 2009 -2013
N0
Bidang / JUrusan
1
2
Angka Melanjutkan (AM ) dari SD/MI ke
SMP/ MTs ( % )
1
2
Angka Melanjutkan (AM ) dari SMP/MTs
ke SMA / SMK ( % )
2009
3
2010
4
99
99
99,75
99,75
Tahun
2011
5
2012
6
2013
7
99
99,99
99,99
99,80
99,80
99,90
Sumber : Data BPS, Dikpora
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 58
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
f.b.
Guru yang Memenuhi kualifikasi S1 / D IV
Kualifikasi guru adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan guru
dengan melalui pendidikan khusus keahlian, guru yang qualified adalah guru yang
memenuhi kualifikasi pendidikan yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan yang
berlaku. Artinya guru pada tiap satuan pendidikan harus memenuhi kualifikasi
akademik dengan bidang keilmuan yang relevan dengan bidang studi atau mata
pelajaran yang mereka ajarkan di sekolah sehingga mereka disebut kompoten untuk
bidang pekerjaannya. Guru yang memenuhi kualifikasi S1 / D IV. Pada tahun 2009
jumlah guru yang memenuhi sebanyak 5.870 guru dan pada tahun 2014 menjadi
5.920 guru.
Tabel 2.56
Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1 – D IV tahun 2009 -2013
N0
Bidang / Urusan
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1
Jumlah Guru Ijaza S1 - D IV
5.870
5.883
5.894
5.900
5.920
2
Jumlah Guru SD - SMA
5.888
5.893
5.902
5.915
5.937
3
Guru Memenuhi Kulaifikasi S1- D IV
99,69
99,83
99,86
99,75
99,71
Sumber : Dikpora
2.3.1.2 Kesehatan
a.
Rasio Posyandu Persatuan Balita
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu
adalah suatu upaya mengsinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat
meliputi perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak,
peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan
sosial.
Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang
mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi, Gizi, dan penanggulangan diare.
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat utamanya adalah bayi, anak balita,
Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS).
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 59
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Berdasarkan data tersebut dibawah ini menunjukkan jumlah posyandu dan jumlah
balita yang ada di Kabupaten Pinrang kurun waktu 2009 – 2013
mengalami
peningkatan, pada tahun 2009 jumlah posyandu sebanyak 350 dan pada tahun
2013 manjadi 354, dan untuk jumlah balita pada tahun 2009 sebanyak 24.477anak
dan pada tahun 2013 menjadi 24.175 Balita atau menagalami penurunan
sekitar
302 Balita.
Tabel 2.57
Rasio Posyandu persatuan balita Tahun 2009 -2013
N0
Bidang / Urusan
1
2
1
Jumlah Posyandu
2
Jumlah Balita
3
Rasio Posyandu Persatuan Balita
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
350
353
353
353
354
24.477
23.738
23.267
23.343
24.175
14.43
14,90
15,10
15,10
14,60
Sumber : Dinkes
b.
Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Persatuan Penduduk
Rasio Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di Kabupaten Pinrang apada tahun
2009 sebesar 0,20
dan pada tahun 2013 menjadi 0,17 % atau mengalami
penurunan sekitar 0,03%
Tabel 2.58
Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Persatuan Penduduk Kab. Pinrang
Tahun 2009 -2013
N0
Bidang / Urusan
1
2
1
2
3
Jumlah Puskesmas dan
Jumlah Pustu
Jumlah Penduduk
Rasio Puskesmas, pustu
persatuan Penduduk
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
67
61
61
62
62
354.652
360.019
0.18
0.17
342.119 350.925 353.367
0.2
0.17
0.17
Sumber : Dinkes
c.
Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk
Penyediaan sarana dan prasarana Rumah Sakit Oleh Pemerintah adalah untuk
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan
upaya
penyembuhan
dan
pemeliharaan
kesehatan
yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan kesehatan masyarakat serta melaksanakan rujukan.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 60
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Pada tahun 2009 jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Pinrang sebanyak 3 unit , dan
pada tahun 2013 menjadi 3 unit, dalam jangka waktu lima tahun tidak terjadi
penambahan rumah sakit akan tetapi fasilitas dan kelengkapan lainnya tetap
menjadi kebutuhan utama .
Tabel 2.59
Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013
N0
Bidang / Urusan
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1
Jumlah Rumah Sakit Negeri
1
1
1
1
1
2
Jumlah Rumah Sakit Swasta
2
2
2
2
2
3
Total R.Sakit Negeri dan
3
3
3
3
3
Swasta
4
Jumlah Penduduk
5
Rasio Rumah Sakit dan
342.119 350.925
0.0088
0.0086
353.367 354.652
0.0085
0.0085
360.019
0.0083
Penduduk
Sumber : BPS, Dinkes
d.
Rasio Dokter Persatuan Penduduk
Jumlah Dokter di Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 sebanyak
48 dokter, pada
tahun 2014 bertambah menjadi 60 dokter dengan rasio pada tahun 2009 sekitar
0,14 dan tahun 2013 sekitar 0,17 hal ini menunjukkan kenaikan yang tidak dibarengi
dengan peningkatan jumlah penduduk yang akan dilayani.
Tabel 2.60
Rasio Dokter Persatuan Penduduk Kab. Pinrang Tahun 2009 - 2013
N0
Bidang / Urusan
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1
Jumlah Dokter Umum
34
34
39
46
36
2
Jml Dokter Spesialis &Gigi
14
17
19
24
24
3
Total Dokter
48
56
58
70
60
4
Jumlah Pendudk
342.119
350.925
354.652
360.019
361.293
5
Rasio Dokter Persatuan Penduduk
0.14
0.16
0.16
0.19
0.17
Sumber : Dinkes
e.
Rasio Tenaga Medis Persatuan Penduduk.
Jumlah Tenaga Medis di Kabupaten Pinrang kurun waktu 2009 – 2013 mengalami
penambahan jumlah dimana pada tahun 2009
jumlah tenaga medis sekitar 48
orang dan pada tahun 2014 naik menjadi 60 orang dengan rasio tenaga medis
dengan jumlah penduduk sekitar 0,17
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 61
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.61
Rasio Tenaga Medis Persatuan Penduduk Kab. Pinrang
Tahun 2009 -2013
N0
Bidang / Urusan
1
2
1
Jumlah tenaga Medis
2
Jumlah Penduduk
3
Rasio Tenaga Medis
Persatuan Penduduk
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
48
56
58
70
60
342.119
350.925
353.367
354.652
360.019
0.14
0.16
0.16
0.20
0.17
Sumber : Dinkes
f.
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki
Kompetensi Kebidanan
Ibu Hamil dengan Komplikasi yang ditangani adalah Ibu hamil dengan komplikasi di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar
oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas,
Perawatan dan Rumah Sakit
pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK (pelayanan Obstetrik dan
Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal emergensi
Komprehensif) dimana pada tahun 2009 cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan pada tahun 2009 sebanyak
98,84 %. dan pada tahun 2013 sebanyak 96,08 % perkembangan ini menunjukkan
bahwa resiko kematian ibu melahirkan dapat ditekan sekecil mungkin.
Tabel 2.62
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi
Kebidanan Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013
N0
Bidang / Urusan
1
2
1
Jumlah Ibu Hamil
2
Jumlah Bidan
3
Cakupan pertolongan persalianan
olehtenaga
kesehatan
yang
memiliki kopetensi kebinanan ( % )
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
8.705
8.400
8.420
7.332
7.415
145
146
170
169
160
98.84
95,00
97,00
104,00
96,08
Sumber : Dinkes
g.
Cakupan Desa / Kelurahan Universal Child Immunization (UCI )
Salah Satu target keberhasilan program imunisasi adalah tercapainya UCI yang
merupakan cakupan imunisasi dasar lengkap bayi secara merata pada bayi di
seluruh desa/kelurahan sesuai dengan Keputusan Menkes Ri dan Riskesdas (2010)
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 62
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
menyatakan UCI adalah suatu keadaaan tercapainya imunisasi dasar secara
lengkap pada semua bayi (anak dibawah umur 1 tahun). Pertumbuhan pencapaian
Desa/Kelurahan UCI selama ini belum secara merata mencapai 100% bahkan
masih banyak yang belum mencapai target. Dari data di bawah ini menunjukkan
bahwa dari 108 Desa Kelurahan yang baru terjangkau UCI pada tahun 2009
sebanyak 94 Desa dan pada tahun 2013 sudah mencapai 101 Desa/Kel atau
sekitar 93,52 %.
Tabel 2.63
Cakupan Desa / Kelurahan Universal Child Immunization (UCI ) Kab. Pinrang Tahun
2009 -2013
N0
Bidang / Urusan
2010
4
64
Tahun
2011
5
102
1
1
2
Jumlah Desa/ Kelurahan UCI
2009
3
94
2
Jumlah Seluruh Desa/Kelurahan
104
104
104
108
108
3
Cakupan desa/ Kelurahan Universal
90.4
61,54
98,08
98,08
93.52
Child Immunization (UCI )
2012
6
102
2013
7
101
Sumber : Dinkes
h. Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan
Cakupan Balita gizi buruk di Kabupaten Pinrang yang mendapat perawatan sudah
mencapai 100% pada tahun 2014. Sejak tahun 2009 perawatan gizi buruk pada
anak sudah ditangani melalui penyediaan sarana dan prasarana kesehatan dimana
pada tahun 2009 yang mendapat perawatan sebanyak 86 bayi dan pada tahun
2013 menjadi 7 bayi.
Tabel 2.64
Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Kab. Pinrang
Tahun 2009 -2013
Tahun
N0
Bidang / Urusan
1
2
1
2
3
Jumlah Balita gizi buruk yg
mendapat Perawatan di sarana
Kesehatan
Jumlah seluruh Balita Gizi Buruk yg
ditemukan
Cakupan Balita Gizi Buruk yg
mendapat Perawatan
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
86
36
24
23
7
86
36
24
23
7
100
100
100
100
100
Sumber : Dinkes
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 63
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
I.
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC / BTA
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC /BTA selama kurun
waktu tahun 2009-2013 pada dasarnya menunjukkan trend penurunan. Kenaikan
penderita baru hanya terjadi pada kurun waktu 2009-2010. Selanjutnya kuantitas
penderita terus mengalami penurunan sampai tahun 2013. Angka sebagaimana
ditunjukkan tabel 52 di bawah
sesungguhnya menunjukkan fluktuasi penurunan
yang masih rendah. Hasil survey menunjukkan bahwa hal tersebut disebabkan oleh
sikap sebagian masyarakat yang dropout dalam berobat. Secara lebih detail,
perkembangan cakupan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.65
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC / BTA Kab. Pinrang
Tahun 2009 -2013
N0
Bidang / Urusan
1
2
1
Jumlah penderita baru TBC / BTA
yang ditemukan dan diobati disuatu
wilayah
Jumlah Perkiraan Penderita baru
TBC / BTA
Cakupan
Penemuan
dan
penanganan Penderita Penyakit
TBC / BTA
2
3
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
277
452
381
369
358
1.634
100
2.170
88,42
993
100
567
100
2.845
100
Sumber : Dinkes Kab. Pinrang
j.
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita penyakit DBD
Penyakit-penyakit yang ditularkan vektor dan menjadi masalah kesehatan di
Indonesia adalah malaria, filariasis dan demam berdarah. Penularannya dari orang
ke orang dengan perantaraan nyamuk, demam berdarah sendiri ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan Aedesalbopictus. Penyakit DBD dapat dijumpai di
daerah subtropik dan tropik dari data tersebut dibawah ini menunjukkan bahwa
jumlah penderita DBD yang ditangani pada tahun 2009 sebanyak 731 penderita, dan
pada tahun 2013 sebanyak 394 penderita dan cakupan penanganannya rata-rata
100 %.
Tabel 2.66
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Kab. Pinrang Tahun
2009 -2013
N0
1
1
2
3
Bidang / Urusan
2
Jumlah penderita DBD yang
ditangani sesuai SOP
Jumlah Penderita DBD yang
ditemukan
Cakupan Penemuan dan
Penanganan Penyekit DBD
2009
3
731
2010
4
550
731
622
100
88,42
Tahun
2011
5
51
2012
6
48
2013
7
394
51
48
394
100
100
100
Sumber : Dinkes
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 64
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
k. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin adalah jumlah
rujukan pasien masyarakat miskin dibagi dengan jumlah pasien masyarakat miskin
kali 100 di wilayah dalam kurun waktu yang sama. Cakupan ini tergantung pada
kondisi kesehatan masyarakat miskin sehingga cakupannya tidak 100%. Namun
pasien masyarakat miskin yang datang ke sarana kesehatan semuanya tertangani.
Pada tahun 2009 kunjungan pasien miskin sebanyak 50.267 pasien dan pada tahun
2012 kunjungan mencapai 107.396 pasien dan pada tahun 2013 turun menjadi
89.735 pasien .
Tabel 2.67
Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Kab. Pinrang
Tahun 2009 -2013
N0
Bidang / Urusan
1
1
2
Jumlah kunjungan pasien
miskin
Jumlah seluruh masyarakat
miskin
Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin
2
3
2009
3
50.267
2010
4
52.943
Tahun
2011
5
96.042
78.500
78.500
100
100
2012
6
107.396
2013
7
89.735
78.500
78.500
124.156
81
100
100
Sumber : DinkesKab. Pinrang
l.
Cakupan Kunjungan Bayi
Cakupan kunjungan bayi adalah jumlah kunjungan bayi yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu tertentu dibagi dengan
jumlah seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama.
Cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4(empat) kali, pada
kurun waktu 2009-2013 cenderung fluktuatif, pada tahun 2009 jumlah kunjungan
bayi yg memperoleh pelayanan kesehatan sebanyak 7.203 bayi dan pada tahun
2013 turun menjadi 6.978 bayi.
Tabel 2.68
Cakupan Kunjungan Bayi Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013
N0
Bidang / Urusan
1
2
1
2
Jumlah kunjungan bayi yg
memperoleh pelayanan kesehatan
Jumlah seluruh bayi hidup pada
waktu yg sama
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
7.203 7.084
7.315
6.323
6.978
7.203 7.741
7.434
6.424
7.290
Sumber : Dinkes Kab. Pinrang
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 65
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.3.1.3. Pekerjaan Umum
a. Proporsi Panjang Jaringan Jalan
Salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat krusial adalah tersedianya jalur
transportasi berupa jaringan jalan yang baik. Kebutuhan jalan memiliki keterkaitan
yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun terhadap
kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat. Infrastruktur jalan yang baik adalah
modal
sosial
masyarakat
dalam
menjalani
roda
perekonomian,
sehingga
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan
infrastruktur jalan yang baik dan memadai.
Tabel 2.69
Proporsi Panjang Jalan Kab. Pinrang 2009 -2013
N0
Bidang / Urusan
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1
Kondisi Baik ( Km )
117,4
115,6
120,4
131,5
161,38
2
Kondisi Sedang ( Km )
225,6
240,3
230,5
239,20
150,99
3
Kondisi Rusak Ringan ( Km )
270,8
263,6
282,3
300,68
308,54
4
Kondisi Rusak Berat ( Km )
110,8
105,1
91,4
53,22
103,69
5.
Total Panjangan jalan
724,60
724,60
724,60
724,60
724,60
Keseluruhan
Sumber Data : Dinas PUD
Tabel 2.70
Proporsi Panjang Jaringan Jalan Kab. Pinrang tahun 2011
Kondisi Baik
N0
1
Pinrang
Nasional
Provinsi
Pinrang
(Km)
70,315
22,29
Kondisi Sedang
Kab
135,38
Nasional
0
Provinsi
25,96
Kondisi Rusak Ringan
Kab
243,06
Nasional
0
Provinsi
5,43
Kab
304,54
Sumber data : RPJMD Provinsi Sul Sel
b.
Rasio Jaringan Irigasi
Dalam Upaya Memenuhi kebutuhan irigasi untuk mendukung pancapaian target
Overstock Pangan dan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dilakukan
upaya peningkatan dan perbaikan jaringan irigasi dan peningkatan luas layanan
jaringan irigasi pada luas areal budidaya 47,108 Km dengan rasio 17, 71 pada tahun
2012, sedangkan pada tahun 2013 lahan budidaya sekitar 47.763 hal dengan rasio
17,47 hal ini mencerminkan peningkatan pengelolaan jaringan irigasi dari tahun
sebelumnya.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 66
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.71
Rasio Jaringan Irigasi
Tahun
N0
Jaringan Irigasi
2009
2010
2011
2012
2013
2
3
4
5
6
7
45,826
45,826
45,826
45,826
45,826
1
1.
Jaringan Primer
2.
Jaringan Sekunder
402,332
402,332
402,332
402,332
402,332
3.
Jaringan Tersier
386,210
386,210
386,210
386,210
386,210
4.
Luas lahan Budi Daya
46,951
47,001
47,008
47,108
47,763
5
Rasio
17,77
17,75
17,75
17,71
17,47
Sumber Data : Data diolah dari Dinas PSDA
N0
Uraian
1.
Pinrang
Luas
Ranca
ngan
(Ha)
Luas
Lahan
Terairi
(Ha)
Kebutuhan
iair
tanaman
(Ha)
Pasokan
Air
irigasi
(La /dtk)
Pasokan
Air Irigasi
Total
(Ha)
Total
Pasok
air
(la/dti)
PIA
(Lt/Dtk)
/ Ha
PIR
(Lt/Dtk)
/ Ha
PAR
(Lt/Dtk)
/ Ha
54,27
7
47,108
1,25
4
1,4
5
0,0001
1,12
4
IA
(%)
0,8
7
Sumber data : RPJMD Provinsi Sul Sel 2012
c. Rasio tempat Ibadah
Ketersediaan tempat ibadah merupakan salah satu dari pelayanan sarana dan
prasarana umum yang disediakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Tempat ibadah yang tersedia dibandingkan dengan jumlah penduduk Kab. Pinrang
pada tahun 2009 tempat ibadah sebanyak 480 dan pada tahun 2013 bertambah
menjadi 503 dengan rasio 1,39.
Tabel 2.72
Rasio Tempat Ibadah
N0
Jaringan Irigasi
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Mesjid
397
480
429
435
435
2.
Langgar
62
5
5
5
5
3.
Mushallah
51
45
46
46
4
Gereja
21
21
9
8
8
Jumlah tempat Ibadah
480
557
488
503
503
342.118
353.367
354.652
360.019
361.293
1.40
1.58
1.38
1,40
1,39
5.
Jumlah Penduduk
Rasio Tempat Ibadah Persatuan
Penduduk
Sumber Data : Data diolah Kabupaten Pinrang dalam Angka
d. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPs) Persatuan Penduduk
Ketersediaan sarana dan prasarana dasar permukiman berupa air minum dan
sanitasi secara merata dan berkelanjutan turut menentukan kesejahteraan
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 67
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
masyarakat. Pengelolaan persampahan di Kabupaten Pinrang sudah menunjukkan
kinerja yang
baik dengan indikator Rasio daya Tampung TPS terhadap jumlah
penduduk pada tahun 2009 sekitar 0,015 dan pada tahun 2013 sebanyak 0,05.
Tabel 2.73
Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPs) Persatuan Penduduk
Tahun
N0
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
1
2
3
4
5
6
7
1.
Jumlah TPS ( unit )
13
17
17
21
30
2.
Jumlah daya Tampung TPS ( M ³)
52
68
68
84
212
3.
Jumlah Penduduk ( Jiwa )
342.118
353.367
354.652
360.019
364.700
4.
Rasio Daya Tampung TPs terhadap
jumlah Penduduk
0,015
0,019
0,019
0,020
0,05
Sumber Data : Dinas KPK Kab. Pinrang
e. Rasio Rumah Layak Huni
Rumah Layak huni merupakan harapan dan idaman setiap insan. Pemerintah telah
berupaya dalam meningkatkan hunian masyarakat terutama masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan kurang mampu dengan tujuan mendorong masyarakat
lain untuk berpartisipasi dan peduli terhadap sesama warga, sampai pada tahun
2009 rumah yang layak huni mencapai 58.409 unit dan pada tahun 2013 naik
menjadi 62.430 unit dengan rasio 0,171.
Tabel 2.74
Rasio Rumah Layak Huni
N0
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Jumlah Rumah yg Layak Huni
58.409
60.402
60.859
62.433
62.430
2.
Jumlah Penduduk
342.118
353.367
354.652
360.019
364.700
3.
Rasio Rumah Layak Huni
0,171
0,171
0,172
0,173
0,171
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pinrang
f.
Rasio Permukiman Layak Huni
Rasio permukiman layak huni dari tahun ke tahun semakin meningkat, seperti yang
terlihat pada tabel, luas permukiman layak huni pada tahun 2009 sebesar 5.135 Ha
dan pada Tahun 2013 meningkat menjadi 5.350 ha, hal menunjukkan bahwa
peningkatan luas areal permukiman dibarengi juga dengan peningkatan kualitas
rumah layak huni.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 68
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.75
Rasio Permukiman Layak Huni
Tahun
N0
Bidang / Urusan
2009
2010
2011
2012
2013
1
2
3
4
5
6
7
1.
Luas area permukiman layak huni (Ha )
3.944
4.042
4.144
4.219
4.312
2.
Luas areal permukiman keseluruhan (Ha)
5.462
5.482
5.499
5.516
5.531
3.
Rasio Permukiman Layak Huni (Ha)
0,72
0,74
0,75
0,76
0,78
g. Tabel lingkungan Permukiman Kumuh
Kawasan permukiman perkotaan di kota-kota besar di Indonesia identik dengan
adanya kawasan permukiman kumuh. Lingkungan permukiman kumuh umumnya
didiami oleh golongan menengah kebawah , untuk Kabupaten Pinrang pada tahun
2009 sebanyak 22 Ha Dan pada tahun 2013 sebanyak 19,5 ha dengan persentase
lingkungan permukiman kumuh pada tahun 2009 sampai tahun 2014 sekitar 0,017
%
Tabel 2.76
Lingkungan Permukiman Kumuh
Tahun
N0
Bidang / Urusan
2009
2010
2011
2012
2013
2
3
4
5
6
7
22
21
20,6
20
19,5
1
1.
Luas Kawasan Kumuh ( Ha )
2.
Luas Wilayah Kota ( Ha )
1.082
1.093
1.099
1.110
1.121
3.
Persentase Lingkungan Permukiman
0,020
0,019
0,019
0,018
0,017
Kumuh
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pinrang
2.3.1.4 Perumahan
a. Rumah Tangga Bersanitasi
Rumah
tangga
bersanitasi
sekurang
kurangnya
mempunyai
akses
untuk
memperoleh layanan sanitasi yaitu fasilitas air besih, pembuangan air besar ( tinja ),
pembunagan air limba (air bekas) dan tempat pembuangan sampah dan mempunyai
pengaruh besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Persentase rumah tangga
yang bersanitasi dapat dilihat dari data pada tahun 2009 sebanyak 79,92 % dan
pada tahun 2013 menjadi 83,43 %, hal ini menunjukkan tingkat perkembangan atas
kebutuhan sanitasi masih belum optimal sehingga dibutuhkan kerja keras untuk
mencapai angka di atas nilai kewajaran atau target universal akses yakni akses
sanitasi yang layak 100 %.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 69
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.77
Rumah Tangga Bersanitasi
1
1.
Bidang / Urusan
2
Jumlah Rumah tangga Bersanitasi
2009
3
64.650
2010
4
65.742
Tahun
2011
5
68.668
2012
2013
6
7
69.396 70.400
2.
Jumlah Rumah Tangga
80.894
81.914
82.761
83.610 84.384
3.
Persentase
79,92
80,26
82,97
N0
83
83,43
Sumber Data : POKJA AMPL Kab. Pinrang
b.
Lingkungan Permukiman Kumuh
Lingkungan pemukiman kumuh di Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 sebesar 163
dan pada tahun 2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga mencapai
153 penurunan persentase pemukiman kumuh ini dibarengi dengan meningkatnya
kualitas pemukiman lingkungan. Secara detail dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.78
Lingkungan Kumuh Kabupaten Pinrang
N0
1
1.
2.
3.
Uraian
2
Luas Area Lingkungan Kumuh
Luas Area permukiman
keseluruhan
Persentase lingkungan kumuh
2009
3
163
5.462
2010
4
161
5.482
Tahun
2011
2012
5
6
158
155
5.499
5.516
2,98
2,94
2,87
2,81
2013
7
153
5.531
2,27
Sumber Data :Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pinrang
2.3.1.5. Penataan Ruang
a. Rasio Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Luas Wilayah Ber HPL / HGB
Rasio ruang terbuka hijau per satuan HPL/HGB dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, pada tahun 2012 sebesar 50,19 .peningkatan rasio ini tentunya tidak
lepas dari peran pemerintah yang meningkatkan ruang terbuka hijau.
Tabel 2.79
Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber PHL/HGB
N0
Bidang / Urusan
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Luas Ruang Terbuka Hijau
429,38
429,38
438,14
451,69
451,69
2.
Luas Wilayah ber HPL/HGB
8,60
8,60
8,85
9,00
9,00
1.961,77
1.961,77
1.961,77
1.961,77
1.961,77
49,93
49,93
49,50
50.19
50,19
(Km²)
3.
Luas Wilayah
4.
Rasio Ruang Terbuka Hijau 1/2)
Sumber data : RPJMD Sulsel
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 70
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.3.1.6. Perencanaan Pembangunan
Ketersediaan dokumen perencanaan yang telah diperdakan sangat diperlukan
dalam tahap proses pelaksanaan pembangunan yang berupa dokumen RPJPD,
RPJMD dan RKPD, Renstra SKPD
Tabel 2.80
Ketersediaan dokumen Rencana Pembangunan Daerah dan Rencana SKPD (yang
telah ditetapkan dengan Perda)
N0
Bidang / Urusan
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang N0. 1 1Tahun 2009 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang daerah Kab. Pinrang tahun
2009 – 2029
1
1.
2
Tersedianya
Dokumen RPJPD
2.
Tersedianya
Dokumen RPJMD
Peraturan Bupati Pinrang N0. 15 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kab. Pinrang Tahun 2009
– 2014
3.
Tersedianya
Dokumen RKPD
Peraturan
Bupati
Pinrang
N0. 18
Tahun
2009
tentang
Rencana
Kerja
pemerintah
Daerah
Tahun
2010
Peraturan
Bupati
Pinrang
N0. 10
Tahun
2010
tentang
Rencana
Kerja
pemerintah
Daerah
Tahun
2011
Peraturan
Bupati
Pinrang
N0. 15
Tahun
2011
tentang
Rencana
Kerja
pemerintah
Daerah
Tahun
2012
Peraturan
Bupati
Pinrang N0.
37 tahun
2012
tentang
Rencana
Kerja
pemerintah
Daerah
Tahun 2013
Peraturan
Bupati
Pinrang N0.
23 Tahun
2013 tentang
Rencana
Kerja
pemerintah
Daerah
Tahun 2014
4
Tersedianya
Dokumen Renstra
SKPD
43
43
43
43
43
Sumber data : Bappeda Kab. Pinrang
2.3.1.7. Perhubungan
a. Jumlah Arus Penunpang Angkutan Umum
Jumlah arus penumpang angkutan penumpang umum dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, ini tentunya harus menjadi perhatian yang serius yang
mesti dibarengi dengan peningkatan kualitas pelayanan dan infrastruktur.
Tabel 2.81
Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum
N0
1
1.
Tahun
Bidang / Urusan
2009
2010
2011
2012
2013
2
3
4
5
6
7
1.076.703
827.589
827.739
997.739
997.812
1.076.703
827.589
827.739
997.739
997.812
Jumlah penumpang
bis/angkutan umum
2.
Total jumlah penumpang
Sumber data : Dishub & Infokom
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 71
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
b. Jumlah Uji KIR Angkutan Umum
Uji KIR adalah serangkaian kegiatan menguji dan/atau memeriksa bagian-bagian
kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus
dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan.
Tabel 2.82
Jumlah Uji KIR Angkutan Umum
Tahun
N0
Bidang / Urusan
2009
2010
2011
2012
2013
2
3
4
5
6
7
1
1.
Mobil Penumpang Umum
348
352
360
2.
Mobil Bus
56
59
51
3.
Mobil Barang
1.190
1.970
2.770
1.594
2.381
3.181
Jumlah KIR
0
0
Sumber data : Dishub & Infokom
c. Jumlah Pelabuhan Laut / Udara / Terminal Bus
Jumlah pelabuhan laut, udara dan terminal bis di Kabupaten Pinrang tidak
mengalami perubahan yang signifikan kecuali pada tahun 2013 pembangunan
Pelabuhan
Marabombang
dan
sampai
sekarang
masih
dalam
tahap
penyempurnaan.
Tabel 2.83
Jumlah Laut, udara dan terminal bis
N0
Bidang / Urusan
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Jumlah pelabuhan laut
2
2
2
2
2
2.
Jumlah pelabuhan udara
0
0
0
0
0
3.
Jumlah terminal bis
2
2
2
2
2
4.
Jumlah
4
4
4
4
4
Sumber data :Dishub dan Infokom
2.3.1.8. Lingkungan Hidup
a. Persentase Penanganan Sampah
Jumlah produksi sampah dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2009
produksi sampah 57.143
M3/ tahun dan pada tahun 2013 menjadi 70.146 M3/
tahun, namun tidak dibarengi dengan jumlah sampah yang ditangani. sampah yang
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 72
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
ditangani dari tahun 2009 sebesar 44.828 M3 dan pada tahun 2013 menjadi 63.131
m3 dengan persentase sekitar 90 % pada tahun 2013.
Tabel 2.84
Persentase Penanganan Sampah Perkotaan
No.
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
Jumlah sampah yang ditangani
1.
(M3/Thn)
2.
Jumlah produksi sampah (M3/Thn)
3.
Persentase
44.828 49.196
55.184 61.916
63.131
57.143 56.775
65.776 69.568
70.146
78,4
86,7
83,90
89,00
90,00
Sumber data : Dinas KPK Kab. Pinrang
b. Persentase Penduduk Berakses Air Minum
Peningkatan kualitas kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas air minum. Pada
tahun 2009 persentase rumah tangga terhadap akses air bersih sebesar 81,5 % dan
pada tahun 2013 menjadi 84,67 % yang artinya terjadi peningkatan sebesar 3.490
penduduk atau sekitar 3,17 %.
Tabel 2.85
Persentase Penduduk Berakses Air Minum
Tahun
No.
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
1
1.
2
Jumlah Rumah Tangga
yang mendapat akses air
minum
3
65.929
4
67.548
5
69.354
6
70.274
7
71.448
2.
Jumlah Rumah Tangga
80.894
81.914
82.761
83.610
84.384
3.
Persentase Rumah
Tangag berakses air
bersih
81,5
82,46
83,8
84,05
84,67
Sumber data : POKJA AMPL Kab. Pinrang
c. Persentase Luas Pemukiman Yang Tertata
Persentase luas pemukiman yang tertata pada tahun 2013 sebesar 5.350 dan
persentase luas areal permukiman tertata sekitar 97 %.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 73
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.86
Persentase Luas Pemukiman Yang Tertata
Tahun
No.
Uraian
1
2
1.
Luas area permukiman
tertata (Ha)
2.
Luas area permukiman
keseluruhan (Ha)
3.
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
3.944
4.042
4.144
5.499
4.219
5.516
4.312
5.531
5.462
5.482
72
74
75
76
78
Persentase Luas area
permukiman tertata (Ha)
Sumber data : RPJMD Sulsel untuk Tahun 2012
d. Sumber Air Yang Dipantau Status Mutu Airnya
Pemantauan sumber air dilakukan pada sungai-sungai yang ada di Kabupaten
Pinrang. Dilakukan secara berkala dengan jumlah sungai yang dipantau mutu airnya
sebanyak 6 sungai pada Tahun 2013 atau sekitar 16,7 % sumber air yang dipantau
mutu airnya.
Tabel 2.87
Persentase Jumlah Sumber Air Yang Dipantau Status Mutu Airnya
Tahun
No.
Uraian
1
1.
2
Jumlah sungai yang dipantau mutu
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
5
5
5
5
6
36
36
36
36
36
0,14
0,14
0,14
0,14
0,17
airnya
2.
Jumlah sumber air yang dipantau
3.
Persentase jumlah sumber air yang
dipantau mutu airnya
Sumber data : Badan Lingkungan Hidup Kab. Pinrang
e. Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal
Pengawasan terhadap pelaksanaan Amdal meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah wajib Amdal yang diawasi. Persentase pengawasan pada tahun 2009
sebesar sekitar 2 % meningkat pada tahun 2013 menjadi sebesar 36 %
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 74
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.88
Persentase Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal
No.
Uraian
1
2
1.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
5
5
5
6
9
10
10
20
21
25
2
2
-
-
36
Jumlah perusahaan wajib Amdal
yang telah diawasi
2.
Jumlah seluruh perusahaan wajib
Amdal
3.
Persentase jumlah pengaduan yang
ditindaklanjuti
Sumber data :Badan Lingkungan Hidup Kab. Pinrang
f.
Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk
Rasio daya tampung TPS terhadap jumlah penduduk perlu ditingkatkan seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk. Pada tahun 2009 rasio daya tampung TPS
sebesar 0,055.menjadi 0,118 pada tahun 2013.
Tabel 2.89
Rasio TPS terhadap jumlah penduduk
Tahun
No.
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
1
2
3
4
5
6
7
1.
Jumlah daya tampung TPS (M3)
18.720
24.480
24.480
30.240
43.200
2.
Jumlah Penduduk
342.11
353.36
354.65
360.01
364.700
8
7
2
9
0,055
0,069
0,069
0,084
3.
Rasio daya tampung TPS
0,118
terhadap jumlah penduduk
Sumber data : Dinas KPK Kab. Pinrang
g. Penegakan Hukum Lingkungan
Kasus Lingkungan yang ditindaki secara menyeluruh, pada tahun 2009 terjadi kasus
lingkungan yang
diselesaikan pemerintah sebanyak
4 dari jumlah
10 kasus
lingkungan dan pada tahun 2013 sebanyak 10 kasus yang ditangani dari jumlah
kasus sekitar 30 kasus.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 75
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.90
Persentase Penegakan Lingkungan Hidup
No.
Uraian
1
2
1.
2.
3.
Jumlah kasus lingkungan yang
diselesaikan pemda
Jumlah kasus lingkungan yang ada
Rasio jumlah pengaduan yang
ditindak lanjuti
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
4
6
6
8
10
10
13
15
18
30
1
3
-
-
5
Sumber data : Badan Lingkungan Hidup
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 76
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.3.1.9. Pertanahan
a. Persentase luas lahan bersertifikat
Lahan bersertifikat terdiri atas lahan Hak Milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB) dan Hak Pengelolaan
Tabel 2.91
Luas Lahan Bersertifikat
2009
2010
2011
2012
2013
No.
HM
1
HGU
HGB
3.320.953
HPL
14.212
HM
HGU
HGB
2.130.070
2.048
HPL
360
HM
HGU
HGB
1.265.240
HPL
1.512
HM
HGU
HGB
919.411
HPL
HM
HGU
HGB
HPL
9.052
Rasio luas lahan bersertifikat
2009
2010
2011
2012
2013
No.
HM
1
9,460
HGU
HGB
HPL
14,212
HM
6,067
HGU
HGB
6
HPL
360
HM
3,568
HGU
HGB
4
Sumber data : RPJMD Sulsel untuk Tahun 2012
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 77
HPL
HM
2,575
HGU
HGB
25
HPL
HM
HGU
HGB
HPL
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
e. Penyelesaian kasus tanah Negara
Jumlah penyelesaian kasus tanah negara pada tahun 2009 sebanyak 4 kasus,
dan pada tahun 2013 sebanyak 2 kasus. Hal ini menunjukkan rasio
penyelesaian kasus tanah negara rata-rata sebesar 16,67 % pada tahun 2013.
Tabel 2.92
Penyelesaian Kasus Tanah Negara
No.
Tahun
Uraian
1
2
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Jumlah kasus yang diselesaikan
4
4
3
4
2
2.
Jumlah kasus yang terdaftar
14
17
8
12
12
3.
Rasio penyelesaian kasus tanah
28,57
23,53
37,5
33,33
16,67
negara
Sumber data : BPN
2.3.1.10. Kependudukan dan Catatan Sipil
a. Rasio penduduk ber-KTP per pertsatuan penduduk
Rasio penduduk ber-KTP pada tahun 2009 sebesar 303 dan menjadi 484 pada
tahun 2013. Dari data tersebut menunjukkan masih kurangnya kesadaran
masyarakat dalam memiliki KTP.
Tabel 2.93
Rasio Penduduk ber-KTP per Persatuan Penduduk
No.
1
1.
Uraian
2
Jumlah penduduk usia > 17
2009
3
79.561
2010
4
82.594
Tahun
2011
5
85.426
2012
6
87.729
2013
7
93.015
186.719
188.016
188.911
189.402
192.088
303
250
235
222
484
yang ber-KTP
2.
Jumlah penduduk usia > 17
telah menikah
3.
Rasio penduduk ber-KTP
per persatuan penduduk
Sumber data : Capil dan kependudukan
b. Rasio Bayi Berakte Kelahiran
Rasio bayi berakte kelahiran dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami
penurunan dari 748 pada tahun 2009 menjadi 837 pada tahun 2013. Ini
menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat terkait administrasi akte
kelahiran masih kurang.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 78
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.94
Rasio Bayi Berakte Kelahiran
1
1.
2
Jumlah penduduk ber KK
2009
3
55.229
2010
4
66.622
Tahun
2011
5
71.828
2.
Jumlah penduduk telah
202.523
204.195
205.387
206.144
206.731
748
802
812
816
837
No.
Uraian
2012
6
76.366
2013
7
92.231
menikah
3.
Rasio bayi berakte kelahiran
Sumber data : Capil dan Kependudukan
c. Rasio pasangan berakte nikah
Rasio pasangan berakte nikah untuk tahun 2009 sebesar 1.80 dan pada tahun
2013 meningkat menjadi 3.32 atau mengalami peningkatan sebesar 1.52 ini
menunjukkan semakin tingginya tingkat kesadaran pasangan nikah untuk memiliki
akte nikah.
Tabel 2.95
Rasio Pasangan Berakte Nikah
No.
Uraian
1
2
1.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
97
185
203
233
243
53.878
64.988
69.035
72.510
73.283
1.80
2.85
2.94
3.21
3.32
Jumlah pasangan nikah ber akte
nikah
2.
Jumlah keseluruhan pasangan
nikah
3.
Rasio pasangan berakte nikah
Sumber data : Capil dan Kependudukan
d. Kepemilikan KTP
Pada tahun 2009 jumlah penduduk yang memiliki KTP sebesar 1.030, sedangkan
di tahun 2013 sebesar 93.015 atau mengalami peningkatan sebesar 91.985 orang.
Tabel 2.96
Kepemilikan KTP
No.
Uraian
1
2
1.
Jumlah penduduk memilik KTP
2.
Jumlah penduduk wajib KTP
3.
Rasio kepemilikan KTP
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
27.285
55.251
84.981
93.015
1.030
232.880 237.840 243.277 249.692 260.325
4
115
227
340
357
Sumber data : Capil dan Kependudukan
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 79
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Jumlah Penduduk Menurut Kepemilikan KTP, KK, Akte Lahir
dan Akte Nikah
KTP
KK
AKTE LAHIR
AKTE NIKAH
N0
uraian
Sudah
belum
Sudah
belum
Sudah
belum
Sudah
belum
1
Pinrang
90.971
150.152
0
0
99.116
-
154
66
Sumber data : Capil dan Kependudukan
e. Kepemilikan akte kelahiran per 1000 penduduk
Kepemilikan akte kelahiran pada tahun 2009 sebesar 55.758 sedangkan pada
tahun 2013 sebesar 106.822 yang artinya mengalami peningkatan sebesar 51.064
akte kelahiran, namun masih jauh dari yang diharapkan.
Tabel 2.97
Kepemilikan Kelahiran
No.
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
Jumlah penduduk memiliki
1.
55.758
76.074
90.937
100.006
106.822
262.456
330.894
363.498
395.086
408.459
212
230
250
253
262
akte kelahiran
2.
Jumlah penduduk
Rasio kepemilikan akte
3.
kelahiran
Sumber data : Capil dan Kependudukan
2.3.1.11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
a. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintahan
Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah Kabupaten Pinrang
adalah proporsi perempuan yang berkerja pada lembaga pemerintahan terhadap
jumlah
seluruh
pekerja
perempuan.
Pekerja
perempuan
di
Lembaga
Pemerintahan dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah dan persentase
perempuan yang menempati posisi golongan 1 – IV
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 80
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.98
Persentase Partisipasi Perempuan Di Lembaga Pemerintahan (Di Luar Guru)
1
Tahun 2013
PNS Pria
PNS Wanita
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
3
4
5
6
14
0,20
4
0,06
4
0,06
0
0
25
0,35
13
0,18
10
0,14
0
0
233
3,25
162
2,26
368
5,14
282
3,94
136
1,90
381
5,32
87
1,22
208
2,91
325
4,54
575
8,03
317
4,43
467
6,52
324
4,53
326
4,55
320
4,47
387
5,41
879
12,28
1055
14,74
127
1,77
95
1,33
24
0,34
5
0,07
2
0,03
4
0,06
0
0
0
0
3.195
44.63
3.964
55.37
Golongan
Ruang
No.
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
I/a
I/b
I/c
I/d
II/a
II/b
II/c
II/d
III/a
III/b
III/c
III/d
IV/a
IV/b
IV/c
IV/d
IV/e
Total
Sumber data : BKBD dan PP
b. Partisipasi perempuan di lembaga swasta
Partisipasi perempuan di lembaga swasta yang ditinjau dari jumlah tenaga kerja
perempuan di perusahaan/lembaga swasta terhadap jumlah seluruh pekerja
perempuan .
Tabel 2.99
Persentase Perempuan Di Lembaga Swasta
No.
Jenis Data
1
2
1
2
Jenis
Perusahaan
Jumlah
Jumlah
3.
Tahun
2009
%
2010
%
2011
%
2012
%
2013
%
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
10
1.97
2.160
L
8
1.33
2.916
9
1.34
3.053
9
1.35
3.314
9
1.08
3.508
2.113
80.16
2.322
79.62
2.449
80.21
2.647
79.87
2.680
76.39
507
19.42
598
20.50
604
19.78
664
20.03
828
23.60
Tenaga
Kerja
Formal
W
Sumber data : BKBD dan PP
c. Jumlah laporan penanganan KDRT
Penanganan kasus KDRT Merupakan Mandat SPM urusan wajib pemberdayaan
perempuan dan Perlindungan anak sebagai mana tertuang dalam SPM Bidang
layanan terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. Pelayanan terpadu
ini menuntut jejaring kerja antar lembaga Pemerintah yang meluputi Dinas Sosial,
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 81
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Dinas Kesehatan, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, BKBD dan PP, Kementerian
Agama serta lembaga non pemerintah dalam penyediaan layanan bantuan hukum
dan konseling psikologi. Berdasarkan laporan
dari berbagi pihak di Kabupaten
Pinrang nampaknya dari aspek jumlah tidak terlalu banyak sehingga diharapkan
peranan seluruh komponen masyarakat untuk senantiasa menjaga dan melindungi
serta pembinaan yang terpadu secara berkesinambungan.
Tabel 2.100
Jumlah laporan penanganan KDRT
No.
Uraian
1
2
1.
2009
3
Laporan Penanganan Kasus
KDRT
77
Tahun
2010
2011
4
5
102
61
2012
6
2013
7
30
32
Sumber data : BKBD dan PP
d. Angkatan kerja dibawah umur
Angkatan kerja dibawah umur di Kabupaten Pinrang sampai saat ini menunjukkan
masih adanya anak-anak dibawah umur yang bekerja walaupun jumlah sangat
kecil, gambaran ini mengidikasikan bahwa anak bekerja karena faktor ekonomi
keluarga atau pengetahuan orang tua yang relatif rendah
tentang hak tumbuh
kembang anak, sehingga penguatan ketahanan rumah tangga sangat penting. Dari
data mencerminkan pada tahun 2009 anak dibawah umur yang bekerja sekitar
15.177 Orang, dan pada tahun 2013 sekitar 8.793 orang.
Tabel 2.101
Angkatan Kerja dibawah Umur
No.
1.
Uraian
Angkatan Kerja Usia 15 – 19
tahun
2009
2010
15.177
10.154
Tahun
2011
11.405
2012
2013
7.414
8.793
Sumber data : BKBD dan PP
e. Indeks Pembangunan Gender
Indeks Pembangunan Gender ( IPG ) terdiri dari empat ( 4 ) indikator komposit
yaitu : a. Angka Harapan Hidup ( AHH )
b. Angka Melek Huruf ( AMH )
c. Rata Rata Lama Sekolah ( RLS )
d. Sumbangan Pendapatan.
Sedangkan Indeks Pemberdayaan Gender ( IDG ) terdiri dari tiga (tiga) indikator
komposit yaitu a. Keterlibatan perempuan di Parlemen, b. Perempuan sebagai
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 82
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
tenaga Manager, c. Professional, tehnisi dan d. Sumbangan Perempuan dalam
Pendapatan.
Tabel 2.102
Indeks Pembangunan Gender ( IPG )
Tahun
Indeks
No.
1
1.
Pembangunan
2009
2010
2011
2012
2013
Gender
Indeks
%
Indeks
%
Indeks
%
Indeks
%
Indeks
%
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kabupaten
72.61 2.51
73.21 2.19
73.21 2.18
74.39 2.29
70.79 2.39
71.62 2.34
71.14 1.85
72.70 2.01
75.57 2,40
Pinrang
2
Sulawesi
selatan
Sumber data : BKBD dan PP
2.3.1.12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
a. Rata - Rata Jumlah Anak Per Keluarga
Rata rata jumlah anak per Keluarga mengindikasikan aterhadap angka fertilitas
Pasangan Usia Subur TFR ( Total Fertility Rate ) . Berdasarka data pada tahun
2009 – 2013 menunjukkan adanya jumlah anak
per keluarga. Hal ini menjadi
perhatian pemerintah daerah karena akan berkolerasi terhadap peningkatan jumlah
penduduk yang pada umumnya akan berdampak pada meningkatnya masalah
masalah sosial masyarakat, untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya upaya
yang terintegrasi dari seluruh sektor dalam upaya pengendalian pertumbuhan
penduduk. Pendewasaan usia perkawinan dan perencanaan jumlah anak dalam
keluarga juga harus menjadi pertimbangan yang mendasar. Melihat data yang ada
pada tahun 2009 jumlah rata-rata anak per keluarga 3.8 % dan pada tahun 2013
menjadi 3.6 %. Gambaran rata-rata jumlah anak per keluarga sebagai berikut :
Tabel 2.103
Rata Rata Jumlah Anak Perkeluarga
No.
Uraian
2010
4
334.095
Tahun
2011
5
337.939
2012
6
347.038
2013
7
340.567
1
1.
2
Jumlah Anak ( Jiwa )
2009
3
327.491
2.
Jumlah Keluarga ( jiwa )
84.163
85.869
87.729
90.395
92.226
3.
Rata Rata Jumlah Anak Per
3.8
3.8
3.8
3.8
3.6
Keluarga
Sumber data : BKBD dan PP
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 83
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
b. Rasio Akseptor KB
Rasio akseptor KB menunjukkan perbandingan jumlah akseptor dengan jumlah
pasangan usia subur, berdasarkan data pada tahun 2009 – 2014 menunjukkan
peningkatan rasio
akseptor KB, namun masih perlu ditingkatkan
mengingat
pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun selalu meningkat. Salah satu bentuk
uapaya sejak dini untuk mendorong peningkatan jumlah akseptor adalah melalui
pendidikan kesehatan reproduksi remaja dan genre (Generasi Berencana), yang
diharapkan mampu memperoleh pandangan generasi tentang pentingnya KB.
Berdasarkan data maka tahun 2009 jumlah akseptor KB sekitar 36.090 dengan
rasio 67.81 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 38.246 namun rasio
mengalami penurunan menjadi 65.64, ini disebabkan bertambahnya pasangan usia
subur.
Tabel 2.104
Rasio Akseptor
No.
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Jumlah Akseptor KB
36.090
39.061
38.214
37.778
38.246
2.
Jumlah Pasangan Usia Subur
53.222
53.396
54.691
55.605
58.264
3.
Rasio Akseptor KB
67.81
73.15
69.87
67.94
65.64
Sumber data : BKBD dan PP
c. Cakupan Peserta KB Aktif
Cakupan KB aktif di kabupaten Pinrang menunjukkan perkembangan yang cukup
menggembirakan karena
sebagaimana tabel di bawah pada tahun 2009 rasio
akseptor mencapai 36.1% dan pada tahun 2013 menjadi 38.2 % , perkembangan
harus diimbangi dengan ketersediaan tenaga penyuluh lapangan
yang dapat
mendorong motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta KB aktif.
Selain
itu
kepesertaan
KB
pria
yang
rendah
menjadi
persoalan
yang
mempengaruhi angka cakupan.
Tabel 2.105
Cakupan Peserta KB Aktif
No.
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Jumlah Peserta Program KB Aktif
39.114
34.799
34.806
37.040
35.593
2.
Jumlah Pasangan Usia Subur
53.222
53.396
54.691
55.605
58.264
3.
Cakupan Peserta KB Aktif
36.1
39.1
38.2
37.8
38.2
Sumber data : BKBD dan PP
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 84
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
d. Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I
Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I masih menjadi salah satu tolok ukur
kemiskinan dimasyarakat. Tingginya jumlah keluarga prasejahtera dan sejahtera I
mencerminkan masih ada persoalan yang harus diselesaikan secara menyeluruh.
Penurunan angka pra Sejahtera dan Sejahtera I di kabupaten Pinrang pada tahun
2009 mencapai 32% dan pada tahun 2014 menurun menjadi 23.9 %
Tabel 2.106
Keluarga Pra sejahtera dan sejahtera I
No.
1
1.
Uraian
2
Jumlah Keluarga Pra Sejahtera
2009
3
27.010
2010
4
27.559
Tahun
2011
5
26.120
2012
6
21.801
2013
7
22.116
84.163
85.869
87.729
90.395
92.226
32.00
32.00
29.70
24.10
23.90
dan Sejahtera I
2.
Jumlah Keluarga
3.
% Keluarga Prasejahtera dan
Sejahtera I
Sumber data : BKBD dan PP
2.3.1.13. Sosial
a. Sarana Panti Asuhan, Panti Jompo dan Panti Rehabilitasi
Sarana Panti Asuhan, Panti Jompo dan Panti Rehabilitasi perkembangannya tidak
terlalu signifikan, pada tahun 2009 sarananya berjumlah 8 Unit dan pada tahun
2013 menjadi 4 unit.
Tabel 2.107
Sarana Panti asuhan, Panti Jompo dan Panti Rehabilitasi
No.
Uraian
1
2
1.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
8
7
6
5
4
Sarana Sosial Panti asuhan, Panti
Jompo, dan Panti Rehabilitasi
Sumber data : RPJMD Prov Sul Sel
b. PMKS yang memperoleh Bantuan Sosial
Penyandang masalah kesejahteraan sosial yang mendapat bantuan di kabupaten
Pinrang pada tahun 2009 sebanyak 275 orang/jiwa, dan pada tahun 2013
sebanyak 341 orang.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 85
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.108
PMKS Yang Memperoleh Bantuan
No.
Uraian
1
2
1.
Jumlah PMKS yang diberi Bantuan
2.
Jumlahh PMKS yg belum
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
275
350
259
207
341
18.257
17.350
16.172
16.053
15.351
18.532
17.600
16.431
16.260
15.692
1,48
1,98
1,57
1,27
2,1
Mendapatkan Bantuan
3.
Jumlah PMKS yang ada
% PMKS Memperoleh Bantuan
Sosial
Sumber data : Dinas Sosial
c. Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Dari tahun 2009 sampai pada tahun 2013 persentase penanganan penyandang
masalah kesejahteraan sosial dalam kurun waktu lima tahun menunjukkan
perkembangan yang semakin membaik dengan rata rata capaian sekitar 2,1 %.
Tabel 2.109
Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
No.
Uraian
1
2
1.
Jumlah PMKS yg tertangani
2.
Jumlah PMKS yg ada
3.
Penanganan Penyandang Masalah
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
275
350
259
207
341
18.532
17.600
16.431
16.260
15.692
1.48
1.98
1.57
1.27
2.17
Kesejahteraan Sosial ( % )
Sumber data : Dinas Sosial
2.3.1.14. Tenaga Kerja
a. Penduduk Usia 15 Tahun keatas Dirinci Menurut Angkatan Kerja dan
Bukan Angkatan Kerja serta Jenis Kelamin
Penduduk usia 15 tahun ke atas berdasarkan pada tingkat partisipasi angkatan
kerja masih didominasi oleh angkatan kerja laki-laki sekitar 65.7% sedangkan
angkatan kerja perempuan hanya 34.3%.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 86
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.110
Penduduk Usia 15 Tahun keatas Dirinci Menurut Angkatan Kerja dan Bukan
Angkatan Kerja serta Jenis Kelamin tahun 2013
N0
1
1
2
3
4
Uraian
2
ANGKATAN KERJA
Bekerja
Pengangguran
Jumlah Penduduk
Angkatan Kerja
Laki Laki
Perempuan
Jumlah
3
4
5
83.240
3.341
86.581
43.484
3.818
47.302
126.724
7.159
133.883
BUKAN ANGKATAN
KERJA
Sekolah
Mengurus RT
Lainnya
Jumlah Penduduk bukan
angkatan kerja
Jumlah Penduduk Usia
Kerja (1) + (2)
TPAK ( Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
TPT ( Tingkat
Pengangguran terbuka)
4.140
73.339
32.258
109.737
243.620
54,96
5.35
Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan T. Kerja
b. Penduduk Angkatan Kerja
Penduduk angkatan kerja Kab. Pinrang tahun 2012 menunjukkan bahwa penduduk
pada usia 15 – 29 tahun merupakan jumlah pencari pekerjaan terbesar, pada usia
15 – 19 tahun yang mencari pekerjaan sekitar 1.337 Orang atau 18,03% dari total
pencari kerja, gambaran ini memperlihatkan bahwa masih banyaknya pencari
pekerjaan yang berasal dari tamatan SMA/sederajat.
Tabel 2.111
Penduduk Angkatan Kerja
Angkatan Kerja
Golongan Umum
Bekerja
Mencari Kerja
1
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 - 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 +
2
6.077
10.890
17.363
19.310
15.894
17.955
14.102
9.231
7.381
2.798
5.723
3
1.337
1.497
1.945
497
0
921
144
459
118
241
0
Jumlah
4
7.414
12.387
19.308
19.807
15.894
18.876
14.246
9.690
7.499
3.039
5.723
Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan T. Kerja
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 87
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
c. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usha
Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha menunjukkan bahwa sekitar 55 60% penduduk yang bekerja di sektor pertanian, hal ini menunjukkan bahwa
penyediaan lapangan kerja di bidang pertanian lebih besar dibandingkan dengan
penyediaan lapangan kerja lainnya.
Tabel 2.112
Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usha
Lapangan Usaha
No
Kabupa
Pertain
Industry
bangun
Perdagangan
Angkut
Keuangan
Lainnya
Jum
ten
an
pengolah
an
Restoran &
an
Asuransi
(pertam
lah
hotel
Komuni
Usaha
bagan,
kasi
Persewa
Listrik,
an
Dan air
an
jasa
)
126.
1
Pinrang
66.439
6.604
5.157
23.540
2.970
3.099
18.180
933
724
Sumber data : RPJMD Sulsel untuk Tahun 2012
d. Angka Partisipasi Angkatan Kerja
Angka Partisipasi angkatan kerja dalam kurun waktu 2009- 2013 relatif stagnan,
tidak ada peningkatan yang cukup signifikan, hal ini tentunya perlu menjadi
perhatian di masa yg akan datang, angkatan kerja pada tahun 2009 sekitar 149.148
jiwa dan naik menjadi 152.718 pada tahun 2013 atau sekitar 56,99 % dari jumlah
penduduk sebagai partisipasi angkatan kerja Kab. Pinrang.
Tabel 2.113
Angka Partisipasi Angkatan Kerja
No.
1
1.
2.
Uraian
2
Angkatan Kerja 15 tahun
Keatas
Jumlah Penduduk Usia 15
tahun Keatas
Angka Partisipasi Angkatan
Kerja
2009
3
149.148
2010
4
140.074
Tahun
2011
5
156.732
2012
6
133.883
2013
7
152.718
241.875
297.973
243.003
243.620
267.982
60,17
58,86
64,50
54,96
56,99
Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan T. Kerja
e. Angka Sengketa Pengusaha – Pekerja Pertahun
Angka sengketa antara pengusaha dengan pekerja selama kurun waktu lima tahun
tidak terjadi persengketaan di Kabupaten Pinrang karena tidak ada perusahaan
besar yang beroperasi di Pinrang dengan pelibatan tenaga kerja yang besar,
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 88
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
namun demikian hal ini tentunya akan menjadi perhatian khusus di Pemerintahan
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perselisihan.
Tabel 2.114
Angka Sengketa Pengusaha – Pekerja Pertahun
No.
Uraian
1
1.
2.
2
Jumlah Sengketa Pengusaha – Pekerja
Jumlah Perusahaan
Angka Sengketa Pengusaha –
Pekerja Pertahun
2009
3
0
348
0
Tahun
2011
5
0
343
0
2010
4
0
337
0
2012
6
0
385
0
2013
7
2
342
0
Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan Tenaga Kerja
f.
Pencari kerja yang Ditempatkan
Pencari kerja yang ditempatkan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan hal ini
ditunjukkan oleh banyaknya masyarakat yang mengambil rekomendasi untuk
mencari pekerjaan di luar Kab. Pinrang, pada tahun 2010 pencari kerja yg
mengambil rekomendasi sebanyak 43.
Tabel 2.115
Pencari Kerja Yang Ditempatkan
No.
1
1.
Uraian
2009
3
-
2
Jumlah Pencari kerja yg Mendaftar
Pencari kerja yang ditempatkan
2010
4
907
43.80
Tahun
2011
5
1.012
31.96
2012
6
1.130
42.87
2013
7
1.200
10.78
Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan Tenaga Kerja
g. Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka di Kabupaten Pinrang menunjukkan peningkatan yang
cukup besar yang disebabkan banyaknya tamatan SMA/Sederajat yang tidak
melanjutkan lagi pendidikannnya ke jenjang yang lebih tinggi sehingga terjadi
pengangguran pada usia produktif, pada tahun 2009 jumlah pengangguran terbuka
sebanyak 13.930 jiwa dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 6.930
jiwa atau sekitar 4,53 % dari jumlah penduduk angkatan kerja
Tabel 2.116
Pengangguran Terbuka
No.
Uraian
1
1.
2
Jumlah Pengangguran
terbuka usia angkatan kerja
Jumlah Penduduk angkatan
kerja
Tingkat Pengangguran
terbuka
2.
2009
3
2010
4
Tahun
2011
5
13.930
149.148
10.918
140.074
10.269
156.732
7.159
133.883
6.930
152.718
9,33
7,79
6,55
5,17
4,53
2012
6
2013
7
Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan Tenaga Kerja
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 89
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
h. Keselamatan dan Perlindungan
Jumlah Perusahaan yang menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja selama
kurun waktu lima tahun
mengalami peningkatan kesadaran para pengusaha
tentang keselamatan dan kesehatan kerja, walaupun usahanya hanya besifat/
skala kecil akan tetapi tetap memperhatikan tingkat keselamatan dan kesehatan
kerja.
Tabel 2.117
Keselamatan dan Perlindungan
Tahun
No.
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
1
2
3
4
5
6
7
1.
Jumlah Perusahaan yang Menerapkan K3
4
4
4
4
4
2.
Jumlah Perusahaan di Kab.Pinrang
348
337
343
385
342
Keselamatan dan Perlindungan ( %)
100
100
100
100
100
Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan T. Kerja
i. Perselisihan Buruh dan Pengusaha terhadap Kebijakan Pemerintah
Daerah
Penyelesaian perselisihan antara buruh dan pengusaha terhadap pemerintah
Kabupaten Pinrang menunjukkan kondisi yang stabil, atau relatif tidak terjadi
sengketa karena tidak ada perusahaan besar yang beroperasi di Kab. Pinrang
Tabel 2.118
Perselisihan Buruh dan Pengusaha terhadap Kebijakan Pemerintah Daerah
Tahun
No.
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
5
6
7
1
2
3
4
1.
Jumlah Penyelesaian perselisihan buruh
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
dan Pengusaha dengan Kebijakan
Pemkab
2.
Jumlah Kejadian Perselisihan Buruh dan
Pengusaha dengan Kebijakan Pemkab
Persentase Penyelesaian Perselisihan
Buruh dan Pengusaha terhadap
Kebijakan Pemerintah daerah
Sumber data : BPS, DinasTransmigrasi dan Tenaga Kerja
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 90
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.3.1.15 Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
a. Persentase Koperasi Aktif Kabupaten
Persentase Koperasi aktif di Kabupaten Pinrang relatif stagnan untuk kurun waktu
lima tahun sejak 2009 – 2013, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perkoperasian
belum sepenuhnya bias berkembang sebagaimana yang diharapkan.
Tabel 2.119
Persentase Koperasi Aktif Kabupaten
Tahun
No.
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
1
2
3
4
5
6
7
1.
Jumlah Koperasi Aktif
17
17
11
24
24
2.
Jumlah Koperasi
97
102
105
103
103
Persentase Koperasi Aktif
62
60
62
64
66
Sumber data : BPS, Dinas Koperasi & UKM
b. Jumlah UKM / Non BPR / LKM
Jumlah UMKM dan Non BPR / LKM di Kabupaten Pinrang peningkatannya tidak
terlalu menggembirakan karena usaha yang dibangunan hanya skala kecil atau
usaha rumah tangga, pada tahun 2009 untuk usaha mikro dan kecil berjumlah
1.598 dan pada tahun 2013 menjadi 952 unit, hal ini menunjukkan terjadinya
penurunan usaha karena adanya perpindahan ke daerah lain.
Tabel 2.120
Jumlah UKM / Non BPR / LKM
No.
Uraian
1
2
1.
Jumlah Seluruh UMKM
2.
Jumlah BPR / LKM
Jumlah UMKM Non BPR / LKM
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
27.871
29.946
31.248
31.899
32.367
-
-
-
-
-
27.871
29.946
31.248
31.899
32.367
Sumber data : RPJMD Prov Sul Sel
c. Jumlah Usaha Mikro Kecil
Persentase Jumlah usaha mikro dan kecil dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi,
pada tahun 2009 sebesar 87,02 %, dan pada tahun 2013 menjadi 86,45 % atau
bergeser sekitar 0,57 point.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 91
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.121
Jumlah Usaha Mikro Kecil
Tahun
No.
Uraian
1
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
2
1.
Jumlah Usaha Mikro/ kecil
24.906 26.035 27.163 27.633 27.991
2.
Jumlah seluruh UMKM
28.619 29.946 31.274 31.899 32.378
3.
Persentase
87,02
86,93
86,85
85,15
86,45
Sumber data : RPJMD Prov Sul Sel
2.3.1.16
Penanaman Modal
a. Jumlah Investor Berskala Nasional ( PMDN / PMA )
Jumlah Investor nasional yang berinvestasi di Kabupaten Pinrang tidak terlalu
menggembirakan perkembangannya hal ini dkarenakan kurangnya investor asing
yang memanamkan investasinya, demikian pula dengan penanaman modal dalam
negeri (PMDN). Penanaman Modal Asing tahun 2010 sampai tahun 2013 hanya
satu badan usaha, sedangkan untuk kegitan penanaman modal dalam negeri pada
tahun 2010 sebanyak 507 unit dan naik menjadi 594 unit pada tahun 2013.
Tabel 2.122
Jumlah Investor Berskala Nasional ( PMDN / PMA )
No.
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
PMA
-
1
1
1
1
2.
PMDN
-
507
754
610
594
3
TOTAL
-
508
755
611
595
Sumber data : BP2T
b. Jumlah Nilai Investasi (PMDN/PMA)
Seiring
dengan
menggunakan
pelaksanaan
Pembangunan
di
Kabupaten
Pinrang
yang
pembiayaan yang cukup besar khususnya dalam penanaman
investasi Daerah dapat digambarkan sebagai berikut: pada tahun 2010 jumlah
proyek yang dikelola sekitar 508 jenis kagiatan dengan nilai investasi sekitar Rp.
121.340.325.234.000,- dan pada tahun 2013 jumlah kegiatan sekitar 594, dengan
nilai investasi sekitar 220.552.700.000.000,-
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 92
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.123
Jumlah Nilai Investasi ( PMDN / PMA )
Tahun
No.
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
1
1.
2
Jumlah
Proyek
3
-
4
508
5
755
6
611
7
594
2.
Nilai
Investasi
-
121.340.325.234
203.071.272.552
163.536.450.000
220.552.700.000
Sumber data : BP2T
c. Rasio Daya Serap Tenaga Kerja ( PMDN / PMA )
Tenaga Kerja yang terserap pada lapangan kerja
pada kegiatan yang
menggunakan modal asing hampir tidak ada di Kabupaten Pinrang, namun untuk
kegiatan dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri khususnya yang
terkait dengan pelaksanaan proyek-proyek yang ditangani oleh Pemerintah
kabupaten cukup menunjukkan perkembangan. Pada tahunh 2010 jumlah tenaga
kerja yang terserap (PMA/PMDN) sekitar 2.067 dan mengalami peningkatan
penyerapan tenaga kerja menjadi 2.101 pada tahun 2013 dengan
gambaran
sebagai berikut :
Tabel 2.124
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja ( PMDN / PMA )
No.
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Jumlah tenaga Kerja PMA / PMDN
-
2.067
2.807
2,091
2,101
2.
Jumlah Seluruh PMA / PMDN
-
2.067
2.807
2,091
2,101
100
100
100
100
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja
Sumber data : BP2T
d. Kenaikan / Penurunan Nilai Realisasi PMDN ( Milyar)
Kenaikan dan Penurunan nilai realisasi PMDN investasinya dapat digambarkan
melalui data statistik dan laporan kegiatan penanaman modal secara menyeluruh.
2.3.1.17 Kebudayaan
a. Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya, Sarana Penyelenggaraan
Seni dan Budaya, Situs dan Cagar Budaya yang Dilestarikan
Berdasarkan data untuk penyelenggaraan festival seni dan budaya, sarana
penyelenggaraan dan benda budaya, situs dan kawasan cagar budaya yang
dilestarikan dapat digambarkan sebagai berikut:
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 93
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.125
Kebudayaan
Budaya
No
Jumlah
penyelenggaraan
festival seni dan
budaya
1
1
Jumlah sarana
penyelenggaraan
seni dan budaya
Jumlah benda
situs dan
kawasan
cagar budaya
di daerah
Jumlah benda
situs dan
kawasan
cagar budaya
yang
dilestarikan
% benda situs
dan kawasan
cagar budaya
yang
dilestarikan
20
30
13
43.33%
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
2.3.1.18
Kepemudaan dan Olah raga
a. Jumlah Organisasi Kepemudaan
Jumlah organisasi kepemudaan yang ada di Kabupaten Pinrang pada tahun
2009 sebanyak 4 organisasi dan bertambah menjadi 25 di tahun 2013. Jumlah
organisasi kepemudaan dapat dilihat melalui data dibawah ini.
Tabel 2.126
Jumlah Organisasi Pemuda
No.
Uraian
1
2
1.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
Kab. Pinrang
4
20
20
20
25
Jumlah
4
20
20
20
25
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
b. Jumlah Klub Olahraga
Dari data yang ada jumlah klub olahraga mengalami stagnan. Pada tahun 2009
klub olahraga yang berdiri berjumlah 50 dan untuk tahun 2012 dengan jumlah yang
sama yaitu 50. Jumlah klub olahraga berdasarkan data di bawah ini.
Tabel 2.127
Jumlah Klub Olahraga
Tahun
No.
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
Kab. Pinrang
50
50
50
50
52
Jumlah
50
50
50
50
52
1
1.
2
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 94
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
c. Jumlah Kegiatan Kepemudaan
Berdasarkan data dapat dilihat bahwa jumlah kegiatan kepemudaan yang ada di
Kabupaten Pinrang dari kurun waktu 2009 hingga 2012 tidak mengalami
peningkatan ataupun penurunan atau mengalami stagnan dengan jumlah kegiatan
kepemudaan setiap tahunnya berjumlah 5 kegiatan. Jumlah kegiatan kepemudaan
dapat dilihat dari data dibawah ini :
Tabel 2.128
Jumlah Kegiatan Kepemudaan
No.
1
1.
Uraian
2
Kab. Pinrang
2009
3
5
2010
4
15
Tahun
2011
5
23
5
15
23
Jumlah
2012
6
37
2013
7
45
37
45
Sumber data :Pemuda dan Olah raga
d. Jumlah Kegiatan Olahraga
Di tahun 2009 jumlah kegiatan olahraga di Kabupaten Pinrang berjumlah 5 dan
mengalami kenaikan di tahun 2013 dengan 15 Jumlah kegiatan olahraga
berdasarkan data di bawah ini :
Tabel 2.129
Jumlah Kegiatan Olahraga
No.
Uraian
1
2
1.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
Kab. Pinrang
5
5
11
11
15
Jumlah
5
5
11
11
15
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
e. Lapangan Olahraga
Jumlah lapangan olahraga berdasarkan pada data yang ada mengalami stagnan
(tetap) di mana dalam kurun waktu tahun 2009-2013 jumlah lapangan olahraga
yang ada hanya 5 lapangan olahraga. Jumlah lapangan olahraga dapat dilihat
berdasarkan data dibawah ini.
Tabel 2.130
Jumlah Gedung / Lapangan Olahraga
.
Uraian
1
2
1.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
Kab. Pinrang
5
5
5
5
10
Jumlah
5
5
5
5
10
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 95
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.3.1.19. Kesatuan Bangsa Politik Dalam Negeri
Kegiatan Pembinaan Politik daerah
Pembinaan terhadap LSM, OKP dan Ormas yang ada di Kabupaten Pinrang
selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2009-2014) mengalami pasang surut. Di
tahun 2009 jumlah pembinaan sebanyak 4 dan ditahun 2013 jumlah binaan tetap
4.Untuk pembinaan politik di daerah mengalami peningkatan mulai tahun 2009 ada
5 dan ditahun 2013 menjadi 11.Pembinaan terhadap LSM, ormas, OKP dan politik
didaerah berdasarkan data di bawah ini.
Tabel 2.131
Kegiatan Pembinaan LSM, Ormas, OKP dan Politik Daerah
No.
Uraian
1
2
1.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
4
2
2
4
4
Pembinaan Politik Daerah
5
12
12
12
12
Jumlah
9
16
16
16
16
Pembinaan terhadap LSM, OKP dan
OKP
2.
Sumber data : Kesbang Pol dan Litmas
2.3.1.20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan
daerah, Perangkat daerah, Kepegawaian dan Persandian
a. Otonomi Pemerintah Kabupaten Pinrang
1. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten
Sejalan dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007,
maka seseuai dengan kebutuhan daerah dan perkembangan yang terjadi
telah ditetapkan sebanyak 811 jabatan struktural dalam lingkup Pemerintah
Kabupaten Pinrang.
Tabel 2.132
Jumlah Jabatan Struktural Pemerintah Kabupaten Pinrang
No.
Uraian
Jumlah
1
2
3
1
Eselon II.a
1
2
Eselon II.b
32
3
Eselon III.a
60
4
Eselon III.b
94
5
Eselon IV.a
466
6
Eselon IV.b
258
Jumlah
811
Sumber data : Badan Kepegawaian
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 96
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2. Satuan Kerja Pemerintah Kabupaten
Jumlah Satuan Kerja Pemerintah Kabupaten Pinrang dapat dilihat
berdasarkan tabel berikut.:
Tabel 2.133
Satuan Kerja Pemerintah Kabupaten
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Sekretariat Daerah
Sekretariat Dewan
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Dinas Kesehatan
Dinas Pekerjaan Umum Daerah
Dinas PSDA
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dinas Sosial, Pariwisata dan Kebudayaan
Dinas Kebersihan Pertamanan Kebakaran
Dinas Pertanian dan Peternakan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi
Dinas Kelautan dan Perikanan
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Koperasi dan UKM
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Mineral
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Badan Lingkungan Hidup
Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Badan Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu & Penanaman Modal
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Inspektorat Kabupaten
Rumah Sakit Umum Lasinrang
Kantor Ketahanan Pangan
Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat
Kantor Polisi Pamong Praja
Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi
Kantor Kecamatan Lembang
Kantor Kecamatan Duampanua
Kantor Kecamatan Batulappa
Kantor Kecamatan Cempa
Kantor Kecamatan Patampanua
Kantor Kecamatan Tiroang
Kantor Kecamatan Mattiro Sompe
Kantor Kecamatan Paleteang
Kantor Kecamatan Watang Sawitto
Kantor Kecamatan Mattiro Bulu
Kantor Kecamatan Lanrisang
Kantor Kecamatan Suppa
Sumber data : badan Kepegawaian
b. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 Penduduk
Secara umum rasio Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk di Kabupaten
Pinrang masih sangat rendah. Peningkatannya pun tergolong rendah, pada
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 97
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
tahun 2009 rasio hanya pada kisaran 0,43 % dan pada akhir tahun 2013 hanya
naik sekitar 4,39 %.
Tabel 2.134
Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Per 10.000 Penduduk
No.
Uraian
1
2
1.
Jumlah polisi pamong praja
2.
Jumlah penduduk
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
15
15
38
157
160
342.118 354.652 354.652 360.019 361.293
Rasio jumlah polisi pamong
praja per 10.000 penduduk
0.43
0.43
1.07
4.37
4,39
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018/ Satpol PP
c. Jumlah Linmas Per Jumlah 10.000 Penduduk
Rasio jumlah Linmas di Kabupaten Pinrang masih sedikit lebih baik dari rasio
Polisi Pamong Praja. Pada tahun 2009 rasio Linmas sebesar 29,63 % dan
pada tahun 2013 justru mengalami penurunan yakni 28,59% atau mengalami
penurunan sebesar 1,04 %. Tabel Rasio tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.135
Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk
No.
Uraian
1
1.
2
Jumlah Linmas
2.
Jumlah penduduk
2009
3
1.040
2010
4
1.040
Tahun
2011
5
1.040
2012
6
1.040
2013
7
1.040
351.042 351.118 354.652 359.040 363.691
Rasio jumlah linmas per 10.000
29.63
29.62
29.32
28.97
28,59
penduduk
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
d. Rasio Pos Siskamling Per Jumlah Desa / Kelurahan
Rasio jumlah Pos Siskamling per desa/kelurahan tidak mengalami peningkatan
atau mengalami stagnan tiap tahunnya. Hal tersebut secara detail dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2.136
Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk
No.
Uraian
2010
4
312
Tahun
2011
5
312
2012
6
312
2013
7
312
1
1.
2
Jumlah pos siskamling
2009
3
312
2.
Jumlah desa/kelurahan
104
104
104
104
108
Rasio
3.00
3.00
3.00
3.00
2,9
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 98
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
e. Penegakan PERDA
Rasio penegakan Perda pada tahun 2009 adalah sebesar 4 Penegakan dan
pada tahun 2013 sebesar 3 tindakan. Peningkatan dapat dilihat pada kurun
waktu 2009 ke 2010 yakni 14 tindakan penegakan.Secara lebih detail, data
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.137
Rasio Penegakan Perda
No.
Uraian
1
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
2
3
4
5
6
7
1.
Jumlah Penyelesaian Penegakan Perda
4
14
6
6
3
2.
Jumlah Pelanggaran Perda
4
14
6
6
3
100
100
100
100
100
Rasio
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
f.
Cakupan Patroli Petugas Satpol PP
Cakupan patroli petugas Satpol PP cenderung berada pada angka yang
stagnan. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2009 angka yakni 4 cakupan
dan pada tahun 2013 juga pada angka 4 cakupan. Peningkatan signifikan
hanya terjadi pada kurun waktu 2010 ke 2011 yakni dari 6 ke 14 angka
cakupan. Secara lebih detail, data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.138
Jumlah Ckupan Patrol Petugas PP
No.
Uraian
1
2
1.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
4
6
14
3
4
Jumlah Patroli petugas satpol PP
pemantauan dan penyelesaian
pelanggaran K3 dalam 24 jam
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
g. Tingkat
Penyelesaian
Pelanggaran
K3
(
Ketertiban,
Ketentraman,
keindahan)
Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman dan keindahan)
untuk tahun 2009 sebesar 4 pelanggaran dan pada tahun 2013 sebesar
sebesar 5 pelanggaran.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 99
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.139
Rasio Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3
No.
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Jumlah Penyelesaian pelanggaran K3
4
14
14
3
5
2.
Jumlah pelanggaran K3
4
14
14
3
5
100
100
100
100
100
Rasio
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
h. Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten Pinrang
Jumlah Petugas perlindungan masyarakat di Kabupaten Pinrang tiap tahunnya
menunjukkan jumlah yang sama. Hal tersebut disebabkan oleh perekrutan
terus dilakukan jika ada petugas yang berhalangan tetap (meninggal dunia atau
mengundurkan diri).
Tabel 2.140
Petugas Perlindungan Masyarakat
Tahun
No.
Uraian
1
2
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.040
1.040
1.040
1.040
1.040
Jumlah petugas perlindungan
1.
masyarakat
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
2.3.1.21. Ketahanan Pangan
a. Regulasi Ketahanan Pangan
Regulasi ketahanan pangan daerah untuk Kabupaten Pinrang adalah 1
peraturan dan setelahnya belum ada penambahan sehingga pada tahun 2013
tetap 1 peraturan.
Tabel 2.141
Regulasi Ketahanan Pangan
Tahun
No.
1
1.
Uraian
2
Regulasi Ketahanan Pangan
Satuan
3
Dokumen
2009
2010
2011
2012
2013
4
5
6
7
8
-
-
1
1
1
Sumber data : Kantor Ketahanan Pangan
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 100
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
b. Ketersediaan Pangan Utama
Dari data dibawah ini memperlihatkan bahwa ketersediaan pangan utama
(beras) di Kabupaten Pinrang mengalami surplus dari kebutuhan komsumsi
penduduk Kabupaten Pinrang.
Tabel 2.142
Ketersediaan Pangan Utama
Tahun
No.
Uraian
1
Satuan
2
3
2009
2010
2011
2012
2013
4
5
6
7
8
1.
Rata-rata komsumsi beras
Kg/Kap/Tahun 111,9 109,7 106,4 104,8 102,5
2.
Komsumsi beras penduduk
Kg/Tahun
125
123
121
118
115
3.
Ketersediaan pangan utama
%
79,6
80,1
82,8
86,6
88,0
Sumber Data : Kantor Ketahanan Pangan
2.3.1.22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
a. Rata Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM )
Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat pada
tahun 2009 sampai 2013 dapat dilihat berdasarkan data sebagai berikut :
Tabel 2.143
Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan LPM
Tahun
No.
Uraian
1
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
2
1.
Jumlah LPM
104
104
106
106
106
2.
Jumlah KLP binaan LPM
208
312
318
318
318
3.
Rata-rata jumlah LPM
2.00
3.00
3.00
3.00
3.00
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
b. Rata Rata Jumlah Kelompok Binaan PKK
Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK selama kurun waktu lima tahun
mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2009 sebesar 2.297 dan pada
tahun 2013 sebesar 2.344
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 101
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.144
Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan PKK
No.
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Jumlah PKK
2.297 2.152 2.344 2.344 2.344
2.
Jumlah Kelompok Binaan
8.874 9.362 8.098 4.160 4.160
3.
Rata-rata jumlah Kelompok
3.86
4.33
3.45
1.77
1.77
Binaan
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
c. Jumlah LPM Berprestasi
Persentase jumlah LPM yang berprestasi setiap tahunnya tidak mengalami
perubahan atau mengalami stagnan. Di tahun 2009-2013 LPM yang berhasil
tiap tahunnya hanya 12 LPM.
Tabel 2.145
Jumlah LPM Berprestasi
No.
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Jumlah LPM
104
104
104
104
108
2.
Jumlah LPM berprestasi
12
12
12
12
13
3.
LPM berprestasi (%)
11.54 11.54 11.54 11.11 12,03
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
d. PKK Aktif
Persentase jumlah PKK aktif dari tahun 2009 sebesar 80 % dan pada tahun
2013 sebesar 81 %, artinya kenaikannya hanya sekitar 1 %.
Tabel 2.146
Persentase PKK Aktif Kabupaten Pinrang
Tahun
No.
Uraian
1
2
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Jumlah PKK
2.297 2.152 2.344 2.344 2.344
2.
Jumlah PKK aktif
1.838 1.722 1.899 1.899 1.899
3.
PKK aktif (%)
80
80
81
81
81
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 102
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
e.
Posyandu Aktif
Persentase jumlah posyandu aktif didukung dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang arti kesehatan. Berdasarkan data yang dapat dilihat
bahwa di tahun 2009 posyandu yang aktif sekitar 90.37 % dan di tahun 2013
meningkat menjadi 96,88 %. Berikut tabel dibawah ini :
Tabel 2.147
Persentase Posyandu Aktif
No.
Uraian
1
1.
2
Total posyandu
2.
Jumlah posyandu aktif
3.
Posyandu aktif (%)
2009
3
353
2010
4
354
Tahun
2011
5
363
2012
6
353
2013
7
353
319
349
342
342
342
90.37
98.59
94.21
96.88
96.88
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
f.
Swadaya Masyarakat Terhadap program Pemberdayaan Masyarakat
Swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat cenderung
mengalami penurunan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.148
Persentase Swadaya Masyarakat Terhadap Program
Pemberdayaan Masyarakat
Tahun
No.
Uraian
1
1.
2
Nilai swadaya masyarakat (%)
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
17.60
4.08
2.502.02
2,87
3,04
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
g. Pemeliharaan Pasca Program Pemberdayaan Masyarakat
Tabel 2.149
Persentase Pemeliharaan Pasca Program Pemberdayaan Masyarakat
Tahun
No.
1
1.
Uraian
2
Nilai swadaya masyarakat (%)
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
2.48
1.99
2,02
17.32 4.06
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 103
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.3.1.23. Kearsipan
a.
Peningkatan Sumber daya Manusia Pengelola Kearsipan
Angka pengelolaan kearsipan menunjukkan angka yang relatif rendah. Pada
tahun 2010 terdapat 40 orang staf pengelola atau sebesar 3 % dan meningkat
pada tahun 2013 sebesar 45 orang atau sekitar 8 %. Secara lebih detail dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.150
Peningkatan Sumber Daya Manusia Pengelola Kearsipan
No.
Bidang / urusan
Satuan
1
2
3
1.
Pengelolaan arsip secara
baku
2.
Peningkatan SDM
pengelolaan kearsipan
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
4
5
6
7
8
%
-
3
4
10
7
orang
-
40
-
41
45
Sumber data :Kantor Perpustakaan & Arsip
Komunikasi dan Informatika
a.
Jumlah Penyiaran Radio / TV Lokal
Dari data dibawah ini terlihat bahwa selama kurun waktu lima tahun (20092013) jumlah lembaga penyiaran di Kabupaten Pinrang tidak mengalami
pertumbuhan dengan jumlah penyiaran yang ada sebanyak 10.
Tabel 2.151
Jumlah Lembaga Penyiaran
No.
Bidang / urusan
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Televisi
9
9
9
9
9
2.
Radio swasta
1
1
1
1
1
3.
Radio publik
0
0
0
0
0
4.
Radio komunitas
0
0
0
0
0
Jumlah
10
10
10
10
10
2.3.1.24. Perpustakaan
Setiap tahunnya mulai 2009 hingga 2013 jumlah perpustakaan, pengunjung
perpustakaan dan jumlah koleksi buku diperpustakaan mengalami peningkatan.
Berikut jumlah Perpustakaan, Pengunjung dan Koleksi Buku Perpustakaan untuk
kurun waktu 2009-2013 dalam bentuk tabel di bawah ini:
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 104
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.152
Jumlah Perpustakaan, Pengunjung dan Koleksi Buku Perpustakaan
No.
Bidang / urusan
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
43
60
69
77
81
1.
Jumlah Perpustakaan
2.
Jumlah Pengunjung
4.395
5.743
16.477
20.248
17.313
3.
Jumlah Koleksi Buku
16.295
18.028
20.041
21.610
23.349
Sumber data :Kantor Perpustakaan & Arsip
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
Fokus layanan Urusan Pilihan diarahkan pada urusan pertanian, kehutanan, energi
sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, industri
dan ketransmigrasian.
2.3.2.1. Pertanian
a. Produktivitas Padi atau bahan Pangan Utama Lokal lainnya
Produktivitas bahan pangan utama lainnya di Kabupaten Pinrang menunjukkan
perkembangan yang bervariasi dari tahun ke tahun karena dipengaruhi oleh
kondisi/iklim yang terjadi dan juga oleh hama.
Tabel 2.153
Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya (ton/pertahun)
No.
Bidang / urusan
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Padi
506.970
512.313
519.670
578.488
605.785
2.
Jagung
81.581
93.582
75.005
87.832
94.940
3.
Ubi
6.528
8.143
8.927
8.347
7.242
4
Kedelai
1.162
1.076
862
1.799
220
Sumber data :BPS, Pertanian & Peternakan
b. Kontribusi Sektor Pertanian dan Perkebunan Terhadap PDRB
Kontribusi sektor pertanian dan perkebunan terhadap PDRB menunjukkan
angka yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Dari sektor pertanian kontribusinya
sebesar 56,50% dan pada tahun 2013 menurun menjadi 53,56 %. Sementara
di sektor perkebunan kontribusinya sebesar 201,39% dan pada tahun 2013
meningkat secara signifikan yakni sebesar 274,07 %.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 105
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.154
Kontribusi Sektor Pertanian dan Perkebunan Terhadap PDRB
No.
Bidang / urusan
1
2
Tahun
1.
Sektor Pertanian ( % )
2.
Sektor Perkebunan ( % )
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
56.50
55.32
55.04
54.13
53.86
201,39
242,95
263,15
268,61
274,07
Sumber data :BPS, Pertanian, perkebunan
c. Produksi Daging ( Kg) dari berbagai komoditas ternak di Kab. Pinrang
Kebutuhan akan produksi daging, khususnya daging sapi di Kab. Pinrang
semakin meningkat
sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan rumah
tangga maupun pedagang/pengusaha/warung makanan, demikian pula dengan
kebutuhan daging ayam
potong, buras dan ayam petelur juga meningkat
tajam.
Tabel 2.155
Produksi Daging ( Kg) Dari Berbagai Komoditas Ternak di Kab. Pinrang
2009
3
2010
4
Tahun
2011
5
219.000
297.000
242.000
135.000
176.000
14.000
14.000
5.000
22.000
5.000
4.000
36.000
36.000
75.000
44.000
20.000
37.000
7.000
17.000
5.000
Ayam Ras Pedaging
7.000
22.000
22.000
15.000
20.000
Itik
9.000
15.000
10.000
11.000
9.000
No.
Bidang / urusan
1
1.
2
Sapi
2.
Kerbau
3.
Kambing
4
Ayam Buras
6
7
2012
6
2013
7
Sumber data :BPS, Pertanian dan Peternakan
2.3.2.2. Kehutanan
a. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis
Kondisi kerusakan hutan dan lahan di Kabupaten Pinrang sedikit mengalami
peningkatan kualitas melalui penanganan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis,
dimana pada tahun 2012 program penanganan lahan kritis seluas 13.851 dan
2013 dialokasikan seluas13.851Ha dan pada kegiatan ini dilakukan dengan
kerjasama lintas sektor antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten.
Berdasarkan Data Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan
bahwa pada tahun 2008 rehabilitasi hutan sebesar 540 Ha dan pada tahun
2012 mencapai 4,058 Ha.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 106
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.156
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis
No.
Bidang / urusan
1
2
1.
Luas Hutan dan Lahan Kritis
yg direhabilitasi ( Ha )
2.
Luas Total hutan dan Lahan
Kritis ( Ha )
3.
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Kritis ( % )
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
3,300
3,140
3,687
4,058
4.429
13.851
13.851
13.851
13.851
13.851
23,82
22,67
26,62
29,30
31,98
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
b. Kerusakan Kawasan Hutan
Luas kerusakan hutan di Kabupaten Pinrang kurun waktu 2008 – 2012
cenderung mengalami penurunan, berdasarkan data Dinas Kehutanan Provinsi
Sulawesi menunjukkan bahwa pada tahun 2008 kerusakan hutan yang terjadi
di Kabupaten Pinrang seluas 26,577 Ha dan pada tahun 2012 sisa sekitar
15,750 Ha dari Total / Luas Kawasan Hutan Kabupaten Pinrang sekitar 71,605
Ha
Tabel 2.157
Kerusakan Kawasan Hutan
No.
Bidang / urusan
1
2
1.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
26,037
22,737
19,437
15,750
12,837
71,605
71,605
71,605
71,605
71,605
36,36
31,75
27,14
22,00
17,93
Luas Kerusakan kawasan
Hutan
2.
Luas Kawasan Hutan ( Ha)
3.
Kerusakan Kawasan Hutan
(Ha)
Sumber data : RPJMD Sulawesi Selatan 2013-2018
c. Kontribusi sektor Kehutanan terhadap PDRB
Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB Kabupaten Pinrang cenderung
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 kontribusinya
sebesar 70,27 % atau sebesar 179,55 M dan pada tahun 2013 menjadi 54,28
% atau sebesar 268,61 M.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 107
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.158
Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDRB
No.
Bidang / urusan
1
2
1.
2.
3.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
179, 55
201,39
242,95
263,15
268,61
255,49
307,17
361,72
425,02
494,81
70,27
65,56
67,16
61,91
54,28
Jumlah kontribusi PDRB dari
Sektor Kehutanan (milyar)
Jumlah PDRB ( milyar)
Kontribusi Sektor Kehutanan
terhadap PDRB ( % )
Sumber data :BPS,
2.3.2.3. Energi dan Sumber Daya Mineral
a. Pertambangan Tanpa Izin
Sampai saat ini izin pertambangan di Kabupaten Pinrang semakin diperketat
yang bertujuan untuk menghindari tyerjadinya penambangan–penambangan
liar, dan sampai saat Pemerintah Kabupaten Pinrang santiasa melakukan
pembinaan, penertiban dan pencegahan terjadinya penambangan liar .
Tabel 2.159
Pertambangan Tanpa Izin
Tahun
No.
Bidang / urusan
1
2
1.
Luas Penambangan Liar
yang ditertibkan ( Ha )
2.
Luas Areal; Penambagan liar
( Ha )
3.
Pertambangan Tanpa Ijin (%)
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
-
18.5
10.8
5.9
8.00
-
56.4
45.6
39.7
31.7
-
42.3
34.2
29.8
23.8
Sumber data :BPS,
b. Kontribusi Sektor Pertambangan Terhadap PDRB
Kontribusi sektor Pertambangan terhadap
Produk Domistik Regional Bruto
(PDRB ) di Kabupaten Pinrang mengalami penurunan setiap tahunnya dari
0,88 % pada tahun 2009 menjadi 98 % pada tahun 2013. Walaupun sektor
pertambangan bukan menjadi sektor unggulan namun kotribusinya terhadap
PDRB diharapkan bisa lebih meningkat.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 108
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.160
Kontribusi Sektor Pertambangan Terhadap PDRB
Tahun
No.
Bidang / urusan
1
2
1.
Kontribusi Sektor Pertambangan
terhadap PDRB (% )
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
0.88
0.87
0.95
0.98
0.98
Sumber data :BPS,
2.3.2.4. Pariwisata
e. Kunjungan Pariwisata
Perkembangan Kepariwisataan di Kabupaten Pinrang belum sepenuhnya dapat
memberikan kontribusi terhadap PDRB karena objek kepariwisataan baru bisa
dikunjungi oleh wisatawan domestik , sedangkan untuk kunjungan wisatawan
asing masih sangat rendah.
Tabel 2.161
Kunjungan Pariwisata
Tahun
No.
Bidang / urusan
1
1.
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
-
20.630
19.273
19.272
-
2
Kunjungan Wisata (orang)
Sumber data :BPS,
b
Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB
Tabel 2.162
Kontribusi Sektor PariwisataTterhadap PDRB
No.
Tahun
Lapangan
Usaha
2009
2010
2011
2012
2013
2
3
4
5
6
7
1
1.
Hotel
272,94
284,99
313,77
410,39
507,01
2.
Restoran
349,59
392,18
462,46
570,19
677,92
3.
Hiburan dan
272,75
312,78
356,02
457,22
537,04
Rekreasi
Total ( Juta
Rp )
Rata-rata %
56.850.000 58.650.000 58.650.000 74.340.000 85.000.000
298,42
329,96
377,42
457,22
537,04
Sumber data :BPS,
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 109
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.3.2.5. Perikanan dan Kelautan
a. Produksi Perikanan
Produksi Sektor Perikanan Kabupaten Pinrang untuk kurun waktu 2009 – 2014
mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2009 produksi ikan mencapai
31,002.92 ton dan pada tahun 2014 mencapai 42,710.20 ton
yang meliputi
perikanan tangkap, perikanan darat, dan perikanan laut.
Tabel 2.163
Produksi Perikanan
No.
Lapangan Usaha
1
2
1.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
Jumlah Produksi
perikanan tangkap
11,609.80 11,646.73 11,768.13 11.907.22 12,082.90
(ton)
2.
Jumlah produksi
perikanan
19,393.12 24,126.40 29,010.11 28,849.30 30,627.30
budidaya ( ton )
Sumber data :BPS, Perikanan dan Kelautan
c. Komoditi Unggulan
Komoditi unggulan Kabupaten Pinrang antara lain udang, ikan banden, rumput
laut yang merupakan komoditi primadona dan punya prospek yang cukup cerah
untuk dikembangkan dengan penerapan teknologi. Pada tahun 2009 produksi
udang mencapai 2,561.12 Ton dan pada tahun 2013 sebanyak 3,796.60 ton,
Ikan bandeng pada tahun 2009 produksinya sekitar 15,812.34 ton, dan pada
tahun 2013 sekitar 17,453.70 ton dan untuk rumput laut produksinya pada tahun
2009 sekitar 440 ton, dan pada tahun 2013 mencapai3,659.90 ton.
Tabel 2.164
Komoditi Unggulan
No.
Tahun
Bidang /
Urusan
2009
2010
2011
2012
2013
1
2
3
4
5
6
7
1.
2.
Udang ( ton )
Ikan Bandeng
( Ton )
Rumput Laut (
ton )
3.
2,561.12
3,314.10
3,487.40
3,685.20
3,796.60
15,812.34
17,762.20
17,265.13
17,346
17,453.70
440
2,458.50
3,856.80
3,890.20
3,659.90
Sumber data :BPS, Perikanan dan Kelautan
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 110
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
d. Konsumsi Ikan
Konsumsi ikan di Kabupaten Pinrang cenderung meningkat setiap tahunnya.
Konsumsi ikan pada tahun 2009 mencapai 39.70 Kg dan pada tahun 2013
mencapai 41.87 Kg, artinya mengalami peningkatan sekitar 2.17 Kg.
Peningkatan komsumsi ini karena upaya pemerintah dalam mencanangkan
program gemar makan ikan sebagai upaya meningkatkan komsumsi protein
yang berasal dari ikan.
Tabel 2.165
Konsumsi Ikan
No.
Bidang / Urusan
2009
3
39.70
Tahun
2010
2011
4
5
40.90
41.00
1
1.
2
Jumlah Konsumsi Ikan (Kg)
2.
Target Daerah
( Kg )
40.64
40.77
3.
Konsumsi ikan
(% )
97.69
100.32
2012
6
41.52
2013
7
41.87
40.90
41.13
41.26
100.24
100.95
101.48
Sumber data :BPS, Perikanan dan Kelautan
e. Cakupan Bina Kelompok Nelayan
Cakupan bina kelompok nelayan yang mendapatkan pembinaan mengalami
peningkatan yakni pada tahun 2009 sebanyak 12 kelompok dan pada tahun
2013 sebanyak 128 kelompok binaan, persentase kelompok yang dibina pada
tahun 2009 sebesar 6,22 % dan pada tahun 2013 mencapai 46,55 dengan rata
rata kenaikan sekitar 25,42 %
Tabel 2.166
Cakupan Bina Kelompok Nelayan
No.
Bidang / Urusan
1
2
1.
Jumlah Kelompok Nelayan
yang dibina
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
12
31
61
94
128
2.
Jumlah kelompok di daerah
193
214
250
265
275
3.
% Kelompok yang dibina
6.22
14.49
24.40
35.47
46.55
Sumber data :BPS, Perikanan dan Kelautan
f.
Produksi Perikanan Kelompok Nelayan
Jumlah produksi ikan untuk nelayan pembudidaya sekitar 72,91 ton dari total
produksi sekitar 11.292,00 atau sekitar 0,65 % produksi kelompok nelayan
pada tahun 2009 sedangkan pada tahun 2014 jumlah produksi ikan untuk
kelompok nelayan (pembudidaya sekitar 7.141,25 ton sedangkan total produksi
ikan sekitar 11.808,06 ton pada tahun 2014 atau sekitar 60,48 %
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 111
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.167
Produksi Perikanan Kelompok Nelayan
Tahun
No.
Bidang / Urusan
1
2
1.
Jumlah Produksi
ikan kelompok
nelayan
(Pembudidaya )
(Ton)
Jumlah Produksi
Ikan di daerah
(Ton )
Produksi Perikanan
Kelompok Nelayan
(%)
2.
3.
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
2,817.84
4,398.35
7,141.25
72.91
188.34
11,292.00 11,425.25 11,547.31 11,674.08 11,808.06
0.65
1.65
24.40
37.68
60.48
Sumber data :BPS, Perikanan dan Kelautan
2.3.2.6. Perdagangan
a. Kontribusi Sektor Perdagangan terhadap PDRB
Tabel 2.168
Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap PDRB
No.
1
1.
Uraian
3.
2
Perdagangan, Hotel dan
Restoran ( milyar )
Industri Pengolahan
(milyar)
Pertambangan
4
Konsumsi rumah tangga
2.
Tahun
2011
2012
2013
5
6
7
329.308 374.507 374.507
(12.14%) (12.75%) (12.75%)
143.286 155.480 155.480
(5.28%
(5.29%)
(5.29%)
25.703
28.894
28.894
(0.95%)
(0.98%)
(0.98%)
-
2009
2010
3
4
269.286 291.401
(11.29%) (11.51%)
108.197 132.704
(4.54%)
(5.24%)
21.057
22.136
(0.88%)
(0.87%)
-
Sumber data :BPS,
b. Ekport Bersih Perdagangan
Sampai saat ini Kabupaten Pinrang belum memiliki komoditi berdasarkan
ekspor bersih perdagangan.
Tabel 2.169
Tabel Ekport Bersih Perdagangan
No.
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Ekport ( Juta Rp )
0
0
0
0
0
2.
Import ( juta Rp )
0
0
0
0
0
3.
SURPLUS ( JUTA Rp )
0
0
0
0
0
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 112
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.4.
Aspek daya Saing Daerah
Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi
daerah sesuai dangan potensi, kekhasan dan unggulan daerah. Suatu daya saing
merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang
berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat
kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.
2.4.1. Kemampuan Ekonomi Daerah
Meskipun secara data kependudukan Kabupaten Pinrang mata pencaharian
Masyarakat Kabupaten Pinrang di Sektor pertanian masih menjadi lapangan kerja
terbesar (56,50%) tahun 2009, dibandingkan sektor Industri (3,95%) dan
Perdagangan (12,67 %). Namun Potensi sektor pertanian masih menjadi yang
paling besar dibanding dengan sektor-sektor lain sebagai sektor penyedia lapangan
kerja Kabupaten Pinrang kesempatan kerja berasal dari sektor pertanian, diikuti
perdagangan, industri, dan jasa-jasa. Sektor pertanian merupakan penyedia utama
kebutuhan pangan masyarakat yang merupakan kebutuhan dasar dan hak asasi
manusia. Sektor pertanian juga menyediakan pasar yang sangat besar untuk
produk manufaktur karena jumlah penduduk perdesaan yang besar dan terus
mengalami peningkatan.
Dengan demikian, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling efektif
untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah perdesaan melalui peningkatan
pendapatan mereka yang bekerja di sektor pertanian. Kemampuan ekonomi daerah
dalam kaitannya dengan daya saing daerah adalah bahwa kapasitas ekonomi
daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah
berada dan akan masuk ke suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi
peningkatan daya saing daerah.
Kondisi perekonomian Kabupaten Pinrang kurung waktu 2009–2013 tumbuh cukup
baik dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sekitar 7,55% pertahun dengan
capaian pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi mencapai 7,65%, pada tahun
2010 mencapai 6,23%, tahun 2011 mencapai 7,12%, tahun 2012 mencapai 8,12 %
dan pada tahun 2013 dicapai 8,72%. Untuk PDRB Kabupaten Pinrang berdasarkan
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) di tahun 2009 mencapai Rp. 12.798.916 dan
pada tahun 2013 dengan capaian Rp. 21.500.000.
2.4.1.1. Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat daerah, Kepegawaian dan Persandian
a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per kapita
Sebagian besar pendapatan masyarakat di Kabupaten Pinrang dipergunakan
untuk keperluan komsumsi makanan, dimana rata-rata pengeluaran konsumsi
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 113
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
rumah tangga perkapita sebulan untuk komsumsi makanan, sedangkan yang
mengarah ke komsumsi non makanan masih dibawah komsumsi makanan
namun telah mengalami pergeseran sedikit demi sedikit yang menandakan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tabel 2.170
Persentase Pengeluaran Komsumsi Rumah Tangga Per Kapita
No.
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Total pengeluaran RT pangan
41.443
44.063
40.465
42.178
43.837
2.
Jumlah RT
77.988
79.580
81.914
86.840
91.766
Persentase
53,14
55,37
49,40
48,57
47,77
Sumber data :BPS,
b. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita
Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita menunjukkan persentase
peningkatan meskipun pada angka yang relatif rendah. Pada tahun 2009
menunjukkan angka 46,86 % dan pada tahun 2013 di angka 52,26 %. Secara
lebih detail dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.171
Persentase Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita
No.
Uraian
1
2
1.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
35.516
41.448
44.662
47.957
Total pengeluaran RT Non
36.545
pangan
2.
Jumlah RT
Persentase (%)
77.988
79.580
81.914
86.840
91.766
46,86
44,63
50,60
51,43
52,26
Sumber data :BPS,
c. Produktivitas Total Daerah
Untuk mengukur kemampuan ekonomi dapat dilihat dari produktivitas total
daerah
masing-masing
sektor
lapangan
usaha
PDRB.
Ini
dapat
menggambarkan seberapa besar tingkat produktivitas dalam meningkatkan
atau mendorong perekonomian di Kabupaten Pinrang.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 114
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.172
Produktivitas Per Sektor
N
o.
Uraian
1
2
1.
2009
Rp
Milyar
%
2010
Rp
Milyar
%
2011
Rp
Milyar
2012
%
Rp Milyar
%
2013
Rp
Milyar
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2.539.541,90
56.50
2,927,094.46
55.32
3,421,853,09
55.04
3,917,694.60
54.13
4.376.000,73
37,586.13
0.84
41,602.24
0.79
51,593.44
0.83
63,689.98
0.88
1.587.200,00
177,386.13
3.95
228,382.71
4.32
263,343.81
4.24
300,424.50
4.15
339.290,00
28,298.56
0.63
37,731.46
0.71
41,280.05
0.66
46,717.01
0.64
56,480,00
179,096.09
3.99
196,112.18
3.71
241,604.07
3.89
287,240.70
3.97
0.730,00
569,107.20
12.67
639,929.97
12.10
947,253.84
12.36
947,253.84
13.09
336.370,00
172,402.89
3.84
224,335.13
4.24
330,726.97
4.57
330,726.97
4.57
386.760,00
178,039.03
3.96
242,468.27
3.89
291,527.90
3.90
291,527.90
4.29
353.560,00
612,252.97
13.63
789,860.87
14.93
905,235.95
14.56
1,052.253.23
14.54
1.208.920.00
PDRB (atas
dasar harga
berlaku)
Pertanian
Pertambangan
dan Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas dan
Air bersih
Konstruksi
Perdaganagan,
Hotel dan
Restoran
Pengangkutan
dan Komunikasi
Keuangan,
Sewa dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
2
Jumlah
7.344
Angkatan Kerja
15.716
13.884
13.238
52,07
Sumber data :BPS,
d. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) dapat diukur dari besarnya indeks yang diterima
petani dengan jumlah indeks yang diterima petani. Pada indikator NTP di
Kabupaten
Pinrang
dengan
melihat
tabel
dibawah
ini
menunjukkan
peningkatan yang disebabkan oleh tingginya produksi komoditas pertanian
khususnya padi sawah, sementara, harga sarana pertanian terutama pupuk
dan harga barang jasa yang relatif stabil. Ini menjadikan kenaikan indeks harga
hasil produksi pertanian lebih tinggi jika dibandingkan harga barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh petani, sehingga petani mengalami keuntungan
dari
usaha tani tersebut dan tercapainya perbaikan daya beli.
Tabel 2.173
Nilai Tukar Petani
No.
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Indeks yang diterima petani (It)
-
-
-
-
-
2.
Indeks yang dibayar petani (Ib)
-
-
-
-
-
Nilai tukar petani
-
-
-
-
-
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 115
%
1
2
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah / Infrastruktur
2.4.2.1. Perhubungan
a. Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan
Tabel 2.174
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan
No.
Uraian
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Panjang jalan
724,60
724,60
863,9
863,9
863,9
2.
Jumlah kendaraan
(mobil)
199.129
120.213
121.715
122.978
124.167
Rasio
0,004
0,006
0,007
0,007
0,0069
Sumber data : RPJMD Prov Sul Sel
2.4.2.2. Penataan Ruang
a. Ketaatan Terhadap RTRW
Persentase realisasi RTRW terhadap rencana peruntukan RTRW dapat dilihat
dari tabel berikut ini :
Tabel 2.175.
Ketaatan Terhadap RTRW
No.
Uraian
1
2
1.
Realisasi RTRW
2.
Rencana peruntukan
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
588,53
686,62
784,70
882,80
980,89
1.961,77 1.961,77 1.961,77 1.961,77 1.961,77
RTRW
Rasio (1/2)
0,30
0,35
0,40
0,45
0,50
Sumber data : RTRW Kab. Pinrang
b. Wilayah Produktif
Persentase luas wilayah produktif terhadap luas seluruh wilayah budidaya
sebesar 0,83 % pada tahun 2009 dan pada tahun 2013 menjadi 0,84.
Tabel 2.176
Wilayah Produktif
No.
1
1.
2.
Uraian
2
Luas wilayah produktif
(Km2)
Luas seluruh wilayah
budidaya (Km2)
Rasio (%)
2009
3
930,96
2010
4
931,44
Tahun
2011
5
931,63
2012
6
932,63
2013
7
939,18
1.123,47 1.123,47 1.123,47 1.123,47 1.123,47
0,83
0,83
0,83
0,83
0,84
Sumber data : RTRW kab. Pinrang
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 116
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
c. Luas Wilayah Industri
Luas wilayah industri di Kabupaten Pinrang merupakan realisasi luas wilayah
industri terhadap luas rencana budidaya sesuai dengan RTRW. Persentase
luas wilayah industri di Kabupaten Pinrang dapat diurai menurut tabel berikut ;
Tabel 2.177
Persentase Wilyah Industri
No.
1
1.
2.
Uraian
2
Luas wilayah industri
(Km2)
Luas seluruh wilayah
budidaya (Km2)
Rasio (1/2)
2009
3
2010
4
Tahun
2011
5
2012
6
2013
7
9,545
9,61
9,62
9,63
9,64
1.123,47
1.123,47
1.123,47
1.123,47
1.123,47
0,0085
0,0086
0,0086
0,0086
0,0086
2012
6
8.367
2013
7
8.287
Sumber data : RPJMD Prov Sul Sel
d. Luas Wilayah Banjir
Persentase luas wilayah banjir
Tabel 2.178
Persentase Luas Wilayah Banjir
No.
Uraian
1
1.
2
Luas wilayah kebanjiran
2.
Luas seluruh wilayah
budidaya
Rasio (1/2)
2009
3
8.450
2010
4
8.500
Tahun
2011
5
8.412
112.347
112.347
112.347
112.347
112.347
0.075
0,076
0.075
0.074
0.074
Sumber data : Data Diolah RTRW Kab. Pinrang
e.
Luas Wilayah Perkotaan
Persentase luas wiyah perkotaan dari seluruh wilayah budidaya
Tabel 2.179
Persentase Luas Wilayah Perkotaan
No.
Uraian
1
2
1.
Luas wilayah perkotaan
2.
Luas seluruh wilayah
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.082
1.093
1.099
1.110
1.121
112.347
112.347 112.347 112.347 112.347
0,01
0,01
budidaya
Rasio (1/2)
0,01
0,01
0,01
Sumber data : Data Diolah RTRW Kab. Pinrang
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 117
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.4.2.3. Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat daerah, Kepegawaian dan Persandian
a. Tabel Jenis dan Jumlah Bank dan Cabang
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Dari
jenisnya dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) yang masing-masing terdiri dari Bank Konvensional
dan Bank Syariah. Berikut adalah tabel jenis dan jumlah bank di Kabupaten
Pinrang.
Tabel 2.180
Jenis dan Jumlah Bank
No.
Uraian
1
2
1.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
Konvensional
7
7
8
8
8
Syariah
0
0
0
0
2
Konvensional
0
0
0
0
0
Syariah
0
0
0
0
0
Bank Umum
2.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Sumber data : BPS
b. Tabel Jenis Kelas dan Jumlah Penginapan / Hotel
Jumlah hotel, kamar dan tempat tidur di Kabupaten Pinrang secara detail dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.181
Jumlah Hotel, Kamar dan Tempat Tidur
No.
Uraian
1
2
1.
2.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
Jumlah Hotel (unit)
10
10
10
9
10
Jumlah Kamar (unit)
156
171
175
169
204
Jumlah Tempat Tidur (buah)
286
277
290
246
306
3.
Sumber data : BPS
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 118
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.4.2.4. Lingkungan Hidup
a. Persentase Rumah Tangga ( RT ) yang Menggunakan Air Bersih
Air bersih sangat krusial dan esensial dalam peningkatan derajat kesehatan
penduduk agar dapat hidup lebih sehat dan terkait pula dengan pola hidup
yang bersih, baik itu lingkungan maupun sumber air.
Tabel 2.182
Persentase Rumah Tangga (RT) Yang Menggunakan Air Bersih
No.
Sumber Air Bersih
1
2
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
1.
Leding (perpipaan)
3.484
3.639
4.177
4.678
4.915
2.
Sumur terlindungi
30.239
3.259
32.306
32.955
33.829
3.
Sumur tidak terlindungi
4.511
4.073
3.719
3.692
3.548
4.
Mata air terlindungi
3.799
3.816
3.795
3.723
3.723
5.
Mata air tidak terlindungi
1.390
1.360
1.168
1.141
1.089
6.
Sungai/danau/waduk
1.694
1.634
1.520
1.520
1.401
7.
Pompa air
28.190
28.220
28.870
28.712
28.791
8.
Air hujan
217
212
206
200
190
9.
Air kemasan
7.230
7.170
6.890
6.880
6.811
10.
Lainnya
140
129
110
109
87
11.
Total jumlah rumah tangga
yang menggunakan air bersih
Jumlah rumah tangga
65.929
67.146
69.354
70.274
71.448
80.894
81.914
82.761
83.610
84.384
Persentase rumah tangga
yang menggunakan air bersih
81,5
81,97
83,8
84,05
84,67
12.
13.
2.4.2.5. Komunikasi dan Informatika
a. Rasio Ketersediaan daya Listrik
Tabel 2.183
Rasio Ketersediaan Daya Listrik
No.
Uraian
1
2
1.
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
Kebutuhan
-
Rumah tangga
-
Komersial
-
Publik
-
Industri
2.
Susut dan Losses (T&D)
3.
Susut pemakaian sendiri
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 119
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
4.
Total susut dan losses
5.
Faktor beban
6.
Produksi
7.
Beban puncak
8.
Kapasitas terpasang (existing)
9.
Kapasitas dibutuhkan
10.
Total kapasitas system
11.
Daya tambahan
b. Persentase Rumah Tangga ( RT ) yang Menggunakan Listrik
Penggunaan listrik rumah tangga di Kabupaten Pinrang belum sepenuhnya
terpenuhi sesuai jumlah rumah tangga yang ada.
Tabel 2.184
Rasio Rumah Tangga Pengguna Listrik
No.
Uraian
Satuan
1
2
1.
Jumlah rumah tangga
pengguna listrik
2.
Jumlah seluruh rumah
tangga
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
3
4
5
6
7
8
Jumlah
67.953
69.873
71.934
74.942
77.950
80.894
81.914
82.761
83.610
84.384
84
85
87
90
92
Jumlah
% Rumah tangga
pengguna listrik
%
Sumber data : BPS
2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi
2.4.3.1. Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat daerah, Kepegawaian dan Persandian
a. Tabel Angka Kriminalitas
Upaya untuk menciptakan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan
kriminalitas merupakan salah satu prioritas untuk mewujudkan stabilitas
penyelenggaraan pemerintahan terutama menjaga iklim investasi di daerah.
Terselenggaranya pemerintahan yang baik jika pemerintah dapat memberikan
rasa aman kepada masyarakat, menjaga ketertiban dalam pergaulan
masyarakat serta menanggulangi kriminalitas sehingga secara kuantitas dan
kualitas tindak kriminal dapat diminimalisir.
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 120
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel 2.185
Angka kriminalitas
Tahun 2011-2013
Tahun
No.
Jenis Kriminal
2011
Lapor
2012
Selesai
2013
Lapor
Selesai
Lapor
Selesai
1
1.
2
Jumah kasus narkoba
7
8
9
10
11
12
29
29
47
47
56
56
2.
Jumlah kasus pembunuhan
0
0
5
5
2
2
3.
Jumlah kasus seksual
1
3
4
7
8
7
4.
Jumlah kasus penganiyaan
41
44
179
148
155
140
5.
Jumlah kasus pencurian
26
7
82
29
79
31
6.
Jumlah kasus penipuan
2
2
12
21
10
9
7.
Jumlah kasus pemalsuan uang
0
0
2
2
1
2
8.
Total jumlah tindak criminal selama
99
85
331
259
311
247
1 (satu) tahun
9.
Jumlah penduduk
10.
Angka kriminalitas (8)/(9)
354.652
360.019
363.691
0,03
0,09
0,08
Sumber data : Polres Pinrang
b. Jumlah Demonstrasi
Jumlah demonstrasi di Kabupaten Pinrang cenderung didominasi oleh bidang
politik. Hal ini disebabkan oleh dinamika perpolitikan sebagai imbas kondisi
nasional. Secara lebih detail dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.186
Jumlah Demonstrasi
No.
Jenis kriminal
1
1.
2
Bidang politik
2.
Bidang ekonomi
3.
4.
2009
3
2010
4
1
4
0
Kasus pemogokan tenaga
kerja
Jumlah demonstran/ unjuk
rasa
Tahun
2011
5
2012
6
2013
7
22
18
14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
4
22
18
14
Sumber data : Kesbang Pol dan Linmas
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 121
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
2.4.4. Fokus Sumber daya Manusia
2.4.4.1. Ketenaga Kerjaan
a. Tabel Rasio Ketergantungan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator
yang secara kasar menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara maju atau
Negara yang berkembang. Semakin tinggi persentase defendency ratio
menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk
yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif lagi. Jika makin rendah menunjukkan rendahnya beban yang
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi. Ada 2 kelompok usia ketergantungan di
Kabupaten Pinrang yaitu kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun) dan
kelompok usia tidak produktif (usia<15 dan 64> tahun) yang dapat dilihat dari
tabel berikut :
Tabel 2.187
Rasio Ketergantungan
No.
Penduduk
1
2
Jumlah penduduk usia < 15
tahun
Jumlah penduduk usia >64
tahun
Jumlah penduduk usia tidak
produktif (1) dan (2)
Jumlah penduduk usia 15-64
tahun
Rasio ketergantungan (3)/(4)
1.
2.
3.
4.
5.
2.5.
2009
3
128.143
9.596
2010
4
Tahun
2011
5
2012
6
2013
7
132.052 114.811 121.292 111.302
10.280
21.845
19.250
23.010
137.739
142.332 136.656 140.542 134.312
204.379
211.035 217.996 219.477 226.981
67
67
63
64
59
Keterkaitan Dokumen Perencanaan
2.5.1. Keterkaitan dengan RPJPN, RPJMN , RPJMD Prov, RPJMD Kab.
Keterkaitan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.188
Keterkaitan, RPJPN, RPJMN, RPJMD Prov.dan RPMD Kab.
RPJPN
2005 -2025
VISI
INDONESIA
YANG
MANDIRI,
MAJU,
ADIL DAN MAKMUR
RPJMN
2009 - 2014
VISI
TERWUJUDNYA
INDONESIA YANG
SEJAHTERA,
DEMOKRATIS DAN
BERKEADILAN
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
RPJMD SUL - SEL
2013-2018
VISI
RPJMD KAB. PINRANG
2014-2019
VISI
SULAWESI SELATAN
SEBAGAI PILAR
UTAMA
PEMBANGUNAN
NASIONAL DAN
SIMPUL JEJARING
AKSELERASI
KESEJAHTERAAN
PADA BTAHUN 2018
TERWUJUDNYA
MASYARAKAT
SEJAHTERA SECARA
DINAMIS MELALUI
HARMONISASI
KEHIDUPAN,
AKSELERASI
PRODUKTIVITAS
KAWASAN, DAN
REVITALISASI PERAN
POROS UTAMA
PEMENUHAN PANGAN
NASIONAL
Bab II Hal. 122
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
1. Mewujudkan
masyarakat
berahlak
mulia,
bermoral, beretika,
berbudaya
dan
beradap
berdasarkan
falsafah pancasila
2. Mewujudkan
bangsa
yang
berbudaya saing
3. Mewujudkan
masyarakat
demokratis
berdasarkan
hukum
4. Mewujudkan
Indonesia Aman,
damai dan bersatu
5. Mewujudkan
pemerataan
pembangunan dan
berkeadilan
6. Mewujudkan
Indonesia asri dan
lestari
7. Mewujudkan
Indonesia menjadi
Negara kepulauan
yang
mandiri,
maju, kuat dan
berbasiskan
kepentingan
Nasional
8. Mewujudkan
Indonesia
berperan penting
dalam pergaulan
dunia
internasional.
PRIORITAS







Peningkatan
Kemampuan SDM
dan Teknologi
Kondisi aman dan
damai yang makin
mantap
Kesejahteraan
rakyat
terus
membaik
Pelaksanaan
Pembangunan
yang
berkelanjutan
Daya
saing
semakin kuat dan
kompetitif
Ketersediaan
infrastruktur jalan,
jembatan, irigasi
dan energy
Terwujudnya kota
tanpa permukiman
kumuh
Misi 1.
1. Mendorong semakin
Melanjutkan
berkembangnya
Pembangunan menuju
masyarakat yang
Indonesia
yang
religious dan
sejahtera
kerukunan intra dan
antar ummat
Misi 2.
beragama
Memperkuat Pilar Pilar 2. Meningkatkan kualitas
Demokrasi
kemakmuran
ekonomi,
Misi 3.
kesejahteraan social
Memperkuat Dimensi
dan kelestarian
keadilan di semua
lingkungan
bidang
3. Meningkatkan akses
dan kualitas
pelayanan pendidikan,
kesehatan dan
infrastruktur wilayah
4. Meningkatkan daya
saing daerah dan
sinergitas regional,
nasional dan global
5. Meningkatkan kualitas
demokrasi dan
kepastian hukum
6. Meningkatkan kualitas
ketertiban, keamanan
dan kesatuan bangsa.
7. Meningkatkan
perwujudan
kepemerintahan yang
baik.
PRIORITAS/
AGENDA
Agenda I
Pembangunan
ekonomi
dan
peningkatan
kesejahteraan Rakyat
Agenda II
Perbaikan tata kelola
Pemerintahan
Agenda III
Penegakan
Demokrasi
Pilar
Agenda IV
Penegakan
hukum
dan Pemberantasan
korupsi
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
TUJUAN
1. Meningkatkan kualitas
kehidupan religious
masyarakat dan
kerukunan intra dan
antar ummat
beragama
2. Meningkatkan kualitas
kemakmuran
ekonomi,
meningkatkan kualitas
kesejahteraan social,
meningkatkan
kelestarian
lingkungan dan
sumber daya alam
3. Meningkatkan akses
dan kualitas layanan
pendidikan,
meningkatkan akses
dan layanan
kesehatan ,
meningkatkan akses
dan kualitas layanan
infrastruktur
1. Meningkatkan apresiasi
dan pengamalan nilainilai keagamaan dan
kearifan lokal sebagai
nilai utama
kemasyarakatan dan
pengembangan
karakter masyarakat
yang tangguh
2. Memperkokoh
toleransi, soliditas dan
kohesivitas sosial serta
pengembangan nilainilai demokrasi
3. Meningkatkan derajat
kesehatan, kualitas
pendidikan dan daya
saing sumberdaya
manusia
4. Meningkatkan
kemakmuran ekonomi
dan kesejahteraan
sosial
5. Memantapkan tata
kelola pemerintahan
dan reformasi birokrasi
6. Mengembangkan
kawasan andalan dan
integrasi pembangunan
7. Mengoptimalkan fungsi
infrastruktur dan
lingkungan hidup
TUJUAN
1. Meningkatkan
kualitas ibadah dan
pengamalan agama
dalam
berbagai
aspek
kehidupan
masyarakat
2. Meningkatkan
ketahanan
budaya
dalam menghadapi
dinamika perubahan
3. Mewujudkan karakter
pemuda dan remaja
serta
masyarakat
secara
umum
berbasis
kearifan
local
4. Mewujudkan
ketertiban,
ketenteraman,
keamanan
dan
kenyamanan dalam
kehidupan
masyarakat
5. Menguatkan
Bab II Hal. 123
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
4. Meningkatkan daya
saing daerah,
meningkatkan kerja
sama antar
kabupaten/kota serta
sinergitas nasional
dan global
5. Meningkatkan kualitas
penyelenggaraan
demokrasi dan
penegakan hukum,
meningkatkan
kesetaraan gender
dan perlindungan
anak.
6. Memelihara ketertiban
dan ketentraman
dalam masyarakat,
memelihara harmoni
social dan kesatuan
bangsa.
7. Mewujudkan
Pemerintahan yang
baik.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
toleransi
dan
kohesivitas
sosial
serta
kesatuan
bangsa
Meningkatkan
kualitas
kehidupan
demokrasi dan politik
Meningkatkan
keberdayaan
masyarakat
dan
partisipasinya dalam
pembangunan
Meningkatkan akses
dan
kualitas
pelayanan kesehatan
Meningkatkan akses
dan
kualitas
pelayanan
pendidikan
Meningkatkan daya
saing
sumberdaya
manusia
Meningkatkan
kordinasi
penanggulangan
kemiskinan
Mengembangkan
daya tarik investasi
Pengembangan
koperasi dan usaha
mikro,
kecil
dan
menengah (UMKM)
14. Meningkatkan
produksi dan nilai
tambah
komoditas
unggulan
15. Meningkatkan
penanganan
penyandang
masalah
kesejahteraan social
16. Memantapkan
kualitas sistem dan
tata kelola pelayanan
public
17. Mewujudkan
percepatan reformasi
birokras
18. Mengembangkan
kawasan
terpadu
dan cepat tumbuh
19. Mengembangkan
sistem agribisnis dan
agroindustri
20. Mengoptimalkan
fungsi
infrastruktur
wilayah
21. Memelihara
daya
dukung lingkungan
hidup
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 124
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2014-2019
Tabel . 2.189
Target Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Pinrang
Tahun 2014-2019
URAIAN
N0
1
1
2
Angka Melek Huruf (%)
2
Ketimpangan
Pendapatan
(Gini
Ratio)
Tingkat Pengangguran
terbuka ( % )
Penduduk Miskin (% )
PDRB Perkapita (Juta )
3
4
5
6
7
8
9
10
Pertumbuhan Ekonomi
(%)
Angka Harapan Hidup
(Thn)
Rata
rata
Lama
sekolah ( Thn)
Daya Beli ( Rp )
IPM
TARGET
RPJMD
PROV.SU
LSEL
2013 2018
3
TARGET MAKRO RPJMD KAB.PINRANG TAHUN 2014-2019
2014
(Tahun
transisi
)
95,00
91,99
0,39
2015
2016
2017
2018
2019
KET
5
6
7
8
9
10
92,71
93,07
93.43
93,79
94,15
0,39
0,39
0,39
0,39
0,39
0,39
5,30
7,6
7,4
7,2
7,0
6,5
5,0
5,0 - 6,5
13,32
13,00
12,25
12.00
11,OO
10,00
30,20
23,085
25.124
27.163
29.202
31.241
33.280
8.0-8.4
7.00
7,5
7,6
7,9
8,0
8,5
73,10
72,81
73,12
73,43
73,74
74,05
74,36
8,12
7,22
7,62
7,89
8,16
8,43
8,70
662 ,78
645,86
648,71
651,56
654,41
657,26
660,11
76,50 –
77,50
74,87
75,83
76,31
76,79
77,27
77,75
4
RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019
Bab II Hal. 125
Download