GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RSUD LASINRANG PINRANG Description of Patient Safety Culture In Lasinrang Pinrang Hospital 𝐍𝐮𝐫𝐚𝐧𝐝𝐢𝐧𝐢 𝐏𝐫𝐚𝐭𝐢𝐰𝐢𝟏 , 𝐒𝐲𝐚𝐡𝐫𝐢𝐫 𝐀. 𝐏𝐚𝐬𝐢𝐧𝐫𝐢𝐧𝐠𝐢𝟏, 𝐈𝐫𝐰𝐚𝐧𝐝𝐲 𝐊𝐚𝐩𝐚𝐥𝐚𝐰𝐢𝟏 11 Bagian Manajemen Rumah Sakit FKM UNHAS ([email protected], [email protected], [email protected], 082347757751) ABSTRAK Salah satu tujuan penyelenggaraan rumah sakit adalah keselamatan pasien (UU RI No. 44, 2009). Pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit merupakan sebuah gerakan universal. Langkah awal untuk meningkatkan pelaksanaan keselamatan pasien adalah memperhatikan isu-isu budaya keselamatan pasien (Rachmawati, 2011). Penelitian bertujuan mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien di RSUD Lasinrang Pinrang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi adalah seluruh petugas kesehatan di instalasi pelayanan medik, penunjang medik, dan pemeliharaan sarana rumah sakit berjumlah 293 orang. Penarikan sampel menggunakan proportional cluster random sampling dengan besar sampel 203 orang. Analisis data adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan budaya keselamatan pasien di RSUD Lasinrang Pinrang tergolong reaktif (66,5%), dimensi tertinggi dengan persentasi tertinggi adalah kerjasama dalam unit (79,8%), dan dimensi terendah dengan persentasi tertinggi adalah dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien (86,2%). Kesimpulan dari penelitian adalah kerjasama antar unit yang tinggi tidak dapat meningkatkan budaya keselamatan pasien jika dukungan manajemen rumah sakit terhadap keselamatan pasien masih sangat rendah. Penelitian ini menyarankan agar pihak manajemen RSUD Lasinrang Pinrang mendukung pelaksanaan program keselamatan pasien dengan penciptaan suasana kerja yang berorientasi pada keselamatan pasien. Kata Kunci : Budaya Keselamatan Pasien ABSTRACT The one of building hospital goals is patient safety (UU RI No. 44, 2009). Patient safety implementation in hospital is a universal action. The first step for increasing patient safety implementation is attentioning patient safety culture issues (Rachmawati, 2011). The goal of study is to know description of patient safety culture in Lasinrang Pinrang Hospital. Type of study is descriptive quantitative. With population is 293 of all healthcare providers in medical care, supporting service, and hospital facilities maintainance. The sample is 203 used proportional cluster random sampling. Data analysis is descriptive statistic. Results are patient safety culture in Lasinrang Pinrang Hospital is reactive (66,5%), the highest dimension with highest percentation is teamwork within unit (79,8%), and the lowest dimension with highest percentation is management support for patient safety (86,2%). The conclusion is a good teamwork within unit is unable to increasing patient safety culture if hospital management support for patient safety is worse. Therefore, Lasinrang Pinrang Hospital management staffs are need to support patient safety program implementation by create work condition with patient safety orientation. Keyword: Patient Safety Culture 1 PENDAHULUAN Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang di dalamnya terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dan teknologinya, berbagai jenis tenaga profesi dan non profesi yang apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)1. KTD tersebut apabila tidak ditangani dengan benar dan baik, dapat mengancam keselamatan pasien Institute of Medicine di Amerika Serikat pada tahun 2000 menerbitkan laporan yang mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah Colorado ditemukan KTD sebesar 2,9% dan 6,6% kematian. KTD di New York sebesar 3,7% dan 13,6% kematian. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000-98.000. Publikasi WHO pada tahun 2004 mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di beberapa negara yaitu Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2% − 16,6%2 . Terjadi peningkatan secara signifikan pada insiden keselamatan pasien di rumah sakit di Indonesia dari satu bulan ke bulan berikutnya, dengan rincian pada Januari (0,0%) kemudian meningkat pada Februari (3,9%), meningkat lagi pada Maret (5,15%), dan meningkat lima kali lipat pada April (26,76%). RS Pemerintah Daerah memiliki persentasi insiden keselamatan pasien yang lebih besar dari RS Pemerintah Pusat (0,0%) yaitu sebesar 6,19%. RS Umum (27,97%) lebih tinggi daripada RS Khusus (4,12%)3 . Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat masalah keselamatan pasien yang lebih serius di rumah sakit umum milik pemerintah daerah (RSUD). RSUD Lasinrang Pinrang merupakan salah satu rumah sakit umum milik pemerintah daerah yang telah berstatus Badan Layanan Umum (BLU), sehingga RSUD Lasinrang Pinrang seharusnya mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) No. 129 Tahun 2008. Namun, terdapat lima capaian indikator kinerja terkait keselamatan pasien pada tahun 2012 yang tidak memenuhi standar KMK No.128 tahun 2009 di RSUD Lasinrang Pinrang, yaitu waktu tanggap pelayanan dokter di Instalasi Gawat Darurat (6,3 menit), kematian pasien >48 jam di Instalasi Rawat Inap (1,9%), tidak adanya kesalahan pemberian diet di Instalasi Gizi (87%), kejadian reaksi transfusi di Instalasi Transfusi Darah (1%), dan kelengkapan berkas rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan di Instalasi Rekam Medik (90%)4 . Hal ini menunjukkan bahwa upaya keselamatan pasien di RSUD Lasinrang Pinrang masih belum optimal. 2 Berbagai hasil penelitian telah merekomendasikan untuk memperbaiki upaya keselamatan pasien dengan memperhatikan isu-isu budaya keselamatan pasien pada tahap awal. Europian Commite merekomendasikan bahwa langkah awal untuk meningkatkan budaya keselamatan adalah mengukur dan menggolongkan budaya keselamatan yang dimiliki organisasi itu sendiri5,6 . Dengan mengetahui budaya keselamatan pasien yang sedang berkembang di rumah sakit, rumah sakit bersangkutan dapat menjadi lebih terarah dalam mewujudkan upaya yang berperan untuk meningkatkan keselamatan pasien7 . BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Lasinrang Pinrang pada bulan Februari-Maret tahun 2014. Populasi penelitian adalah seluruh petugas kesehatan di instalasi pelayanan medik, penunjang medik, dan pemeliharaan sarana rumah sakit berjumlah 293 orang. Penarikan sampel menggunakan proportional cluster random sampling dengan besar sampel 203 orang. Analisis data yang dilakukan adalah statistik deskriptif. Budaya keselamatan pasien diukur menggunakan kuesioner yang telah diadaptasi dari kuesioner Hospital Survey on Patient Safety Culture yang dipublikasikan oleh The Agency for Healthcare Research and Quality tahun 2004 yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kuesioner yang digunakan telah diuji dan dinyatakan valid dan reliabel oleh peneliti terdahulu yang juga meneliti variabel yang sama dengan variabel yang diteliti dalam penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (86,2%), termasuk kelompok umur 26-36 tahun (51,2%), berlatar belakang pendidikan D3/Sederajat (49,3%), berprofesi perawat (49,8%), telah bekerja selama 1-9 tahun di RSUD Lasinrang Pinrang (61,6%), berstatus Pegawai Negeri Sipil (63,%), dan tidak pernah mengikuti pelatihan terkait keselamatan pasien (69,6%) (Tabel 1). Sebagian besar responden memiliki tingkat maturitas budaya keselamatan pasien yang tergolong reaktif (66,5%) (Tabel 2). Tidak ada dimensi budaya keselamatan pasien di RSUD Lasinrang Pinrang yang berkategori sangat tinggi. Sebagian besar responden memiliki dimensi ekspektasi supervisor/manajer dan tindakan promosi keselamatan yang rendah (63,5%), dimensi pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan yang sedang (65,0%), dimensi kerjasama dalam unit yang tinggi (79,8%), dimensi keterbukaan komunikasi yang rendah (66,0%), dimensi 3 umpan balik dan komunikasi tentang error yang rendah (49,3%), dimensi respon nonpunitive terhadap error yang sangat rendah (77,8%), dimensi staffing yang sangat rendah (66,0%), dimensi dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien yang sangat rendah (86,2%), dimensi kerjasama antar unit yang sedang (83,3%), dimensi pergantian shift dan perpindahan pasien yang sedang (71,4%), dimensi keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien yang sedang (57,1%), dan dimensi frekuensi pelaporan kejadian yang sangat rendah (56,2%) (Tabel 3). Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat maturitas budaya keselamatan pasien di RSUD Lasinrang Pinrang tergolong reaktif dikarenakan dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien yang masih sangat rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa sebagian besar petugas kesehatan di RSUD Lasinrang Pinrang yang tidak diikutsertakan oleh pihak manajemen rumah sakit pada pelatihan terkait keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien yang tergolong reaktif adalah budaya keselamatan pasien yang dikembangkan hanya sekedar menjawab akreditasi organisasi dan reaktif terhadap cidera medis yang terjadi8 . Dimensi tertinggi dengan persentasi tertinggi adalah kerjasama dalam unit dan dimensi terendah dengan persentasi tertiggi adalah dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian Fotouh (2012) dan Bea (2013) yang menemukan bahwa dimensi tertinggi adalah kerjasama dalam unit 9,10. Akan tetapi, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Steyrer (2010) yang menemukan bahwa dimensi tertinggi adalah dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien dan penelitian Tabrizhi (2012) yang menemukan bahwa dimensi terendah adalah respon nonpunitive terhadap 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟11,12 . KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa budaya keselamatan pasien di RSUD Lasinrang Pinrang tergolong reaktif. Meskipun terdapat kerjasama dalam unit yang tinggi pada tiap instalasi di RSUD Lasinrang Pinrang tetapi jika dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien masih sangat rendah maka dapat menghambat peningkatan budaya keselamatan pasien yang ada di RSUD Lasinrang Pinrang. Oleh karena itu, disarankan kepada pihak manajemen rumah sakit untuk memberikan dukungan penuh terhadap peningkatan keselamatan pasien pada seluruh instalasi di RSUD Lasinrang Pinrang. Dukungan tersebut dapat berupa penciptaan suasana kerja yang berorientasi keselamatan pasien, pelaksanaan program-program yang memprioritaskan keselamatan pasien, 4 mengikutsertakan setiap petugas pada pelatihan terkait keselamatan pasien, pengadaan fasilitas dan sarana serta penetapan standar pelayanan dan kebijakan yang berorientasi keselamatan pasien, mengoptimalkan pengawasan, pengevaluasian, dan pengendalian terhadap segala hal yang berkaitan dengan keselamatan pasien dengan melibatkan kerjasama dari seluruh pihak rumah sakit. DAFTAR PUSTAKA 1. KKP-RS. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: KKP-RS; 2008. 2. KKP-RS. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP). Jakarta: KKP-RS; 2008. 3. KKP-RS. Laporan Insiden Keselamatan Pasien Periode Januari-April 2011. Jakarta: KKP-RS; 2011. 4. RSUD Lasinrang Pinrang. Data Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM). Pinrang: RSUD Lasinrang Pinrang; 2012. 5. Rachmawati, E. Model Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien di RS Muhammadiyah – ‘Aisyiyah Tahun 2011. Jurnal Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta. 2011. 6. Setiowati, D. Hubungan Kepemimpinan Efektif Head Nurse dengan Penerapan Budaya Keselamatan Pasien oleh Perawat Pelaksana di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo [Tesis]. Jakarta: Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Depok; 2010. 7. Pujilestari, A. Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Dalam Pelaksanaan Pelayanan di Instalasi Rawat Inap RSUP Wahidin Sudirohusodo Tahun 2013. Jurnal Program Sarjana Fakulas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin; 2013. 8. Hellings. Improving Patient Safety Culture. International Journal of Health Care and Quality Assurance. 2009. 9. Bea, I. F. Gambaran Budaya Keselamatan Pasien di RS Unhas Tahun 2013. [Skripsi]. Makassar: Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin; 2013. 10. Fotouh. Assesment of Patient Safety Culture Among Healtcare Providers at A Teaching Hospital in Cairo, Egypt. East Mediterr Health Journal. 2012. 11. Steyrer. Development and Validation of a Patient Safety Culture Questionnaire in Acute Geriatric Units. Journal from Research Institute for Health Care Management and Health Economics. 2010. 12. Tabrizchi. The First Study of Patient Safety Culture in Iranian Primary Health Centers. Tehran University of Medical Sciences Journal. 2012. 5