BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mahasiswa 1. Pengertian Mahasiswa Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi. Montgomery dalam Papalia dkk (2007) menjelaskan bahwa perguruan tinggi atau universitas dapat menjadi sarana atau tempat untuk seorang individu dalam mengembangkan kemampuan intelektual, kepribadian, khususnya dalam melatih keterampilan verbal dan kuantitatif, berpikir kritis dan moral reasoning. Mahasiswa merupakan satu golongan dari masyarakat yang mempunyai dua sifat, yaitu manusia muda dan calon intelektual, dan sebagai calon intelektual, mahasiswa harus mampu untuk berpikir kritis terhadap kenyataan sosial, sedangkan sebagai manusia muda, mahasiswa seringkali tidak mengukur resiko yang akan menimpa dirinya (Djojodibroto, 2004). Mahasiswa dalam perkembangannya berada pada kategori remaja akhir yang berada dalam rentang usia 18-21 tahun (Monks dkk, 2001). Menurut Papalia, dkk (2007), usia ini berada dalam tahap perkembangan dari remaja atau adolescence menuju dewasa muda atau young adulthood. Pada usia ini, perkembangan individu ditandai dengan pencarian identitas diri, adanya pengaruh dari lingkungan, serta 10 sudah mulai membuat keputusan terhadap pemilihan pekerjaan atau karirnya. Lebih jauh, menurut Ganda (2004), mahasiswa adalah individu yang belajar dan menekuni disiplin ilmu yang ditempuhnya secara mantap, dimana didalam menjalani serangkaian kuliah itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya diantara mahasiswa ada yang sudah bekerja atau disibukkan oleh kegiatan organisasi kemahasiswaan. 2. Ciri-ciri Mahasiswa Mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciriciri tertentu, antara lain (Kartono,1985): 1. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia. 2. Yang karena kesempatan diatas diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja. 3. Diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi. 4. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan profesional. 11 B. Prestasi Akademik dan Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi adalah “To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible” “Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Menurut Bloom dalam Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa keterampilan (Qohar, 2000). Prestasi menyatakan hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya, dengan hasil yang menyenangkan hati dan diperoleh dengan jalan keuletan kerja (Nasrun, 2000). 2. Pengertian Akademik Kata akademik berasal dari bahasa Yunani yakni academos yang berarti sebuah taman umum (plasa) di sebelah barat laut kota Athena. Sesudah itu, kata acadomos berubah menjadi akademik, yaitu semacam 12 tempat perguruan. Para pengikut perguruan tersebut disebut academist, sedangkan perguruan semacam itu disebut academia. Berdasarkan hal ini, inti dari pengertian akademik adalah keadaan orang-orang bisa menyampaikan dan menerima gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan, dan sekaligus dapat mengujinya secara jujur, terbuka, dan leluasa (Fadjar, 2002 : 5). Dapat dikatakan, secara umum pengertian akademik berarti proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas atau dunia persekolahan. Kegiatan akademik meliputi tugas-tugas yang dinyatakan dalam program pembelajaran, diskusi, obesrvasi, dan pengerjaan tugas. Dalam satu kegiatan akademik diperhitungkan tidak hanya kegiatan tatap muka yang terjadwal saja tetapi juga kegiatan yang direncanakan (terstruktur) dan yang dilakukan secara mandiri. 2. Pengertian Prestasi Akademik Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, prestasi akademik dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai mahasiswa dalam proses pembelajaran. Prestasi belajar merupakan salah satu bagian dari prestasi akademik karena pengertian akademik sendiri merupakan proses pembelajaran didalamnya yang meliputi kegiatan belajar, pemberian tugas dan evaluasi. Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat 13 berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar (Sobur, 2006). Prestasi akademik adalah istilah untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha belajar telah dilakukan oleh seseorang secara optimal (Setiawan, 2006). Sejalan dengan pandangan di atas, Qohar, (2000) berpendapat bahwa pengertian prestasi adalah hasil dari suatu yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa keterampilan. Prestasi akademik adalah perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat dinilai atau diukur dengan menggunakan test yang terstandar (Sobur, 2006). Selain itu, prestasi akademik adalah istilah untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha belajar telah dilakukan seseorang secara optimal (Setiawan, 2000). Secara umumnya, pencapaian akademik adalah penentu kepada taraf pencapaian individu dalam sesuatu pemeriksaan yang standar. 14 Pencapaian adalah sebagai penyelesaian dan efisiensi yang diperoleh dalam sesuatu kemahiran, pengetahuan atau kemajuan yang diperoleh secara alami yang tidak terlalu bergantung kepada kecerdasan akal pikiran. Selain itu, prestasi akademik adalah mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar (Azwar, 2002). Selanjutnya dikemukakan, karena prestasi akademik tak lain dari hasil dari proses belajar, maka prestasi akademik juga dimaknai sebagai prestasi belajar. Menurut Azwar (2004) secara umum, ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi antara lain faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik berhubungan dengan kondisi fisik umum seperti penglihatan dan pendengaran. Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor non fisik, seperti minat, motivasi, bakat, intelegensi, sikap dan kesehatan mental. Faktor eksternal meliputi faktor fisik dan faktor sosial. Faktor fisik menyangkut kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Faktor sosial menyangkut dukungan sosial dan pengaruh budaya. 3. Prestasi Belajar Belajar merupakan proses psikologis dasar pada diri individu dalam mencapai perkembangan hidupnya. Melalui belajar, individu memperoleh perubahan-perubahan dalam dirinya atau kematangan dalam kepribadiannya, baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional, sosial, maupun moral spiritual. 15 Sartain (1973: 240) mengartikan belajar sebagai “The Process by wich relatively enduring change in behavior occurs a result of experience or practice.” Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang relative tahan lama sebagai hasil dari pengalaman. Witherington (1950: 165) mengartikannya sebagai suatu perubahan dalam kepribadian sebagaimana dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan-penguasaan pola, respon atau tingkah laku baru yang mungkin berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, kemampuan, atau pemahaman. Sumadi (1984: 253) mengemukakan bahwa: (a) belajar itu membawa perubahan, perilaku baik actual maupun potensial, (b) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, (c) perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Nasution (1982: 39) berpendapat bahwa belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Sejalan dengan hal diatas Machr (Sumadi Suryabrata, 1980:85) mengungkapkan empat karakteristik prestasi belajar yaitu: a. Prestasi belajar merupakan perubahan perilaku yang dapat diukur. Pengukuran perubahan perilaku tersebut dapat menggunakan tes prestasi (achievement test). b. Prestasi belajar merupakan hasil perbuatan individu itu sendiri, bukan hasil perbuatan orang lain terhadap indivdu itu. 16 c. Prestasi belajar dapat dievaluasikan tinggi rendahnya berdasarkan atas criteria yang telah ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang dicapai oleh kelompok. Prestasi belajar yang diperoleh para siswa tidak hanya bersifat kognitif intelektual, tapi juga bersifat non kognitif dan non intelektual, yang antara lain diwujudkan dalam bentuk kualitas kepribadian. Sebagaimana pula dikemukakan oleh Syamsudin (1990:143) bahwa hasil belajar individu meliputi aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. S. Nasution (1996:17) mengemukakan prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Senada dengan pandangan Purwadarrninto ( 1987: 767 ) bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan. 17 Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulan bahwa prestasi adalah segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan sedangkan prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Belajar merupakan proses yang berlangsung pada diri individu yang didalamnya terdapat unsur-unsur atau elemen-elemen. Menurut Cronbach (M. Surya 1979:57) ada tujuh elemen dalam proses belajar yaitu: a. Tujuan Perbuatan belajar itu dimulai karena ada tujuan yang ingin dicapai. Hal ini mengandung implikasi bahwa belajar itu akan berlangsung dengan baik, bila belajar atau anak didik menyadari secara jelas tentang tujuan yang akan dicapainya. b. Kesiapan Belajar akan berlangsung secara efisien bila anak didik memiliki kesiapan, baik kematangan fisik maupun mental. c. Situasi Situasi dapat diartikan sebagai keseluruhan objek atau berbagai kemungkinan yang mempengaruhi tingkah laku individu. Situasi 18 belajar ini perlu diperhatikan, sebab anak didik akan dapat belajar dengan baik bila situasi belajarnya kondusif. d. Interpretasi Interpretasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengarahan perhatian kepada kegiatan-kegiatan situasi, menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman masa lampau, kemudian meramalkan apa yang dapat dilaksanakan atau dilakukan dalam situasi tersebut dalam mencapai tujuan. e. Respons Setelah individu anak didik menafsirkan situasi yang dihadapinya dan melakukan suatu tindakan yang dianggap paling memadai untuk mencapai tujuan. f. Akibat Akibat (konsekuensi) yang dialami individu setelah melakukan tindakan terhadap situasi yang dihadapinya mungkin berhasil (mencapai tujuan yang diharapkan) atau gagal. Jika berhasil, dia akan merasa puas, dan jika gagal dia akan merasa kecewa. g. Reaksi terhadap kegagalan Terdapat berbagai kemungkinan perilaku individu terhadap kegagalan yang dialaminya seperti mengulangi tindakannya dari awal, berdiam diri, dan kompensasi (mencari kepuasan dalam bidang lain). 19 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Slameto (2003) dan Suryabrata (2002) secara garis besarnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan atas: a. Faktor Internal Faktor yang menyangkut seluruh pribadi termasuk kondisi fisik maupun mental atau psikis. Faktor internal ini sering disebut faktor instrinsik yang meliputi kondisi fisiologi dan kondisi psikologis yang mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan lain-lain. 1) Kondisi Fisiologis Secara Umum Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. Orang yang ada dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang ada dalam keadaan lelah. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuannya berada dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi. Anak-anak yang kurang gizi mudah lelah, mudah mengantuk, dan tidak mudah menerima pelajaran. 2) Kondisi Psikologis Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologi. Oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja 20 merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar mahasiswa(Djamara:2008). 3) Kondisi Panca Indera Disamping kondisi fisiologis umum, hal yang tak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran. Sebagian besar yang dipelajari manusia dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran. Orang belajar dengan melakukan membaca, observasi, melihat contoh mengamati hasil atau model, eksperimen, mendengarkan keterangan guru dan orang lain, mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya. 4) Intelegensi/Kecerdasan Intelegensi adalah suatu kemampuan umum dari seseorang untuk belajar dan memecahkan suatu permasalahan. Jika intelegensi seseorang rendah bagaimanapun usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar, jika tidak ada bantuan orang tua atau pendidik niscaya usaha belajar tidak akan berhasil. 5) Bakat 21 Bakat merupakan kemampuan yang menonjol disuatu bidang tertentu misalnya bidang studi matematika atau bahasa asing. Bakat adalah suatu yang dibentuk dalam kurun waktu, sejumlah lahan dan merupakan perpaduan taraf intelegensi. Pada umumnya komponen intelegensi tertentu dipengaruhi oleh pendidikan dalam kelas, sekolah, dan minat subyek itu sendiri. Bakat yang dimiliki seseorang akan tetap tersembunyi bahkan lama-kelamaan akan menghilang apabila tidak mendapat kesempatan untuk berkembang. 6) Motivasi Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal dalam belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.. Bila ada mahasiswa yang kurang 22 memiliki motivasi instrinsik diperlukan dorongan dari luar yaitu motivasi ekstrinsik agar mahasiswa termotivasi untuk belajar. b. Faktor Eksternal Faktor yang bersumber dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor ini sering disebut dengan faktor ekstrinsik yang meliputi segala sesuatu yang berasal dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan lain (Djamara, 2008). 1) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: a) Lingkungan Alami Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar pada suhu udara yang lebih panas dan pengap. b) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan representasinya (wakilnya), walaupun yang berwujud hal yang lain langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal akan terganggu bila ada orang lain yang mondar-mandir di dekatnya atau keluar masuk kamar. Representasi manusia 23 misalnya memotret, tulisan, dan rekaman suara juga berpengaruh terhadap hasil belajar. 2) Faktor Instrumental Faktor-faktor instrumental adalah yang penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktorfaktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan yang telah dirancang. Faktor-faktor ini dapat berupa : a) Perangkat keras /hard ware misalnya gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, dan sebagainya. b) Perangkat lunak /software seperti kurikulum, program, dan pedoman belajar lainnya. C. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Morgan (1986) mengemukakan motivasi sebagai dorongan yang mendorong individu untuk menampilkan tingkah laku yang persisten yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Sementara Atkinson (1996) menyatakan bahwa motivasi adalah faktor-faktor yang menguatkan perilaku dan memberikan arahannya. Defenisi yang mirip juga dikemukakan oleh Chaplin (1997) bahwa motivasi adalah satu variabel penyela (yang ikut campur tangan) yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu didalam organisme, yang membangkitkan, 24 mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sarana. Donald (dalam Hardjo & Badjuri, 2002) menyatakan bahwa motivasi merupakan perubahan tenaga didalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Djiwandono (2002), kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu yang khusus atau umum. Motivasi juga menggambarkan kecenderungan umum seseorang dalam usahanya mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan uraian pengertian tersebut terdapat 3 unsur penting yang terkandung didalam motivasi yaitu keadaan di mana terdapat need, drive dan motif individu, kemudian perilaku dan yang terakhir tujuan atau goal individu tersebut. 2. Pengertian Motif Motif berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti bergerak atau to move, karena itu motif dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force (Branca dalam Walgito,1997). Walgito (1997) juga menyatakan bahwa motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait mengait dengan faktor-faktor lain. Sedangkan Atkinson & Reitman (dalam Supardi, 1987) mengemukakan bahwa need atau motif diartikan sebagai suatu yang mendorong individu untuk mencapai tujuan tertentu. 25 Menurut Hersey, Blanchard & Johnson (dalam Rivai,2003) motivasi seseorang tergantung pada kekuatan motifnya. Motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau gerak hati dalam diri individu atau apa yang menggerakkan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu atau sekurang-kurangnya mengembangkan sesuatu (Hodgets dalam Rivai,2003). 3. Jenis-jenis Motivasi Monks(1999) dapat membedakan motivasi menjadi dua, yaitu: a. Motivasi Intrinsik Berarti bahwa sesuatu perbuatan memang diinginkan karena seseorang senang melakukannya. Dalam hal ini, motivasi datang dari dalam diri orang itu sendiri. Orang tersebut senang melakukan perbuatan itu demi perbuatan itu sendiri. Terdapat beberapa komponen dari motivasi intrinsik, antara lain, dorongan ingin tahu, dan tingkat aspirasi. 2. Motivasi Ekstrinsik Berarti bahwa sesuatu perbuatan dilakukan atas dorongan atau perasaan dari luar. Orang melakukan perbuatan itu karena ia didorong atau dipaksa dari luar. Chaplin(1997) menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tidak menjadi bagian yang melekat pada tingkah laku itu sendiri. Menyibukkan diri dalam suatu kegiatan demi perolehan ganjaran materil tertentu untuk dirinya, 26 merupakan motivasi ekstrinsik. Menyibukkan diri dalam aktivitas karena menyenanginya merupakan motivasi ekstrinsik. 4. Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi adalah kondisi internal yang spesifik dan mengarahkan perilaku seseorang ke suatu tujuan (Alhadza,2003). Achievement atau prestasi diartikan sebagai kesuksesan setelah didahului oleh suatu usaha. Prestasi merupakan dorongan untuk mengatasi kendala, melaksanakan kekuasan, berjuang untuk melakukan sesuatu yang sulit sebaik dan secepat mungkin (Alhadza,2003). Maslow berasumsi bahwa perilaku manusia termotivasi kearah selffulfillment (dalam Alhadza,2003). Setiap orang mempunyai motif bawaan yang selalu diperjuangkan untuk dipenuhi yang bergerak dari motif bawaan yang selalu diperjuangkan untuk dipenuhi yang bergerak dari motif yang paling sederhana yaitu kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan aktualiasasi diri( Arends,2004). McClelland memperkenalkan teori motivasi berprestasi (Achievement motivation) dimana motivasi berprestasi dimulai dari hirarki ke 3 sampai aktualisasi diri (Alhadza 2003). McClelland membagi teori motivasi berprestasi menjadi beberapa kebutuhan yaitu: 1. Kebutuhan berprestasi (n-Ach) 2. Kebutuhan dan kekuasan (n-Pow) 3. Kebutuhan akan afliliasi (n-Aff) 27 Menurut McClleland dan Atkinson (dalam Djiwandono,2002), motivasi yang paling penting untuk pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. 5. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi McClelland mengatakan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah: 1. Berprestasi yang dihubungkan dengan seperangkat standar. 2. Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. 3. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan yang dilakukannya sehingga dapat diketahui dengan cepat bahwa hasil yang diperoleh dari kegiatannya lebih baik atau buruk. 4. Menghindari tugas-tugas yang terlalu sulit atau terlalu mudah, tetapi akan memilih tugas-tugas yang tingkat kesukarannya sedang. 5. Inovatif yaitu dalam melakukan suatu pekerjaan dilakukan dengan cara yang berbeda, efisien dan lebih baik daripada sebelumnya. Hal ini dilakukan agar individu mendapatkan cara-cara yang lebih menguntungkan dalam pencapaian tujuan. 6. Tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain dan ingin merasakan sukses atau kegagalan disebabkan tindakan individu itu sendiri. 28 D. Motivasi Berprestasi dan Proses Belajar Mahasiswa McClelland (dalam Schultz & Schultz,1994) menyatakan bahwa motivasi berprestasi dapat terbentuk melalui proses belajar. Lebih lanjut McClelland menyatakan bahwa dalam kegiatan perkuliahan motivasi sangat penting karena dapat berfungsi sebagai: 1. energizer, yaitu motor penggerak yang mendorong mahasiswa untuk berbuat sesuatu misalnya perbuatan belajar. 2. directedness, yaitu menentukan arah tujuan yang ingin dicapai. 3. patterning, yaitu menyelesaikan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan (dalam Rivai,2003). Mahasiswa sering merasa tidak mampu mengikuti kuliah tertentu padahal belum mencobanya. Akibatnya keyakinan yang telah ditanamnya tersebut maka ia gagal dalam kuliah tersebut. Untuk meraih prestasi yang baik maka harus ditanamkan motivasi dan keyakinan diri yang kuat (Marwaty,2003). Mahasiswa sering mengalami masalah salah satunya seperti mata kuliah yang telah diulang beberapa kali tetapi masih juga belum lulus, hal ini dapat menyebabkan mahasiswa akan pesismis terhadap masa depannya, keinginan untuk sukses semakin surut, yang akhirnya dapat mempengaruhi motif untuk berprestasi (Prabandari,1989). Bagi mahasiswa , motivasi untuk berhasil berprestasi dan tampil baik 29 merupakan factor penting bagi keberhasilan dibangku kuliah maupun interaksi dengan teman sebaya (Ariyanto &Prawasti,1999). Untuk mengembangkan motivasi berprestasi perlu peran orang tua yang menetapkan suatu standar performance yang tinggi (McClelland dalam Schultz & Schultz, 1994). Harapan orang tua terhadap anak merupakan salah satu hal penting dalam perkembangan motivasi berprestasi (Eccless, dalam Morgan,1986). Seorang anak akan belajar memperhatikan perilaku orang tuanya dan orang lain yang menjadi panutan bagi dirinya. Berdasarkan hal tersebut (Bandura & Walters dalam Morgan,1986) mengatakan bahwa seorang anak akan mengadopsi karakteristik yang dimiliki panutannya. Salah satu karakteristik yang diadopsi didalamnya termasuk kebutuhan berprestasi (Eccless, dalam Morgan 1986). Heckhausen & Roelofsen (dalam Monks,1999) menyatakan bahwa anak-anak mulai usia 3,5 tahun sudah mampu membandingkan prestasi mereka dengan orang lain. Penafsiran mereka mengenai prestasi orang lain ini menyebabkan anak mencoba untuk melakukan tugasnya lebih cepat dan lebih baik dari orang lain. Menurut Bruner (dalam Rivai,2003), seseorang yang motivasi berprestasi tinggi cenderung menjadi lebih pintar sewaktu mereka dewasa. Perbedaan motif berprestasi individu sudah dapat diketahui sejak seseorang berusia lima tahun. Dan yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah hubungan ibu dan anak (McClleland dalam Supardi,1987). 30 E. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi Mahasiswa Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang, yaitu: 1. Keluarga dan Kebudayaan Motivasi berprestasi seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti orang tua dan teman (Eastwood,1983). Sedangkan McClelland (dalam Schultz & Schultz,1994) menyatakan bahwa bagaimana cara orang tua mengasuh anak mempunyai pengaruh terhadap motivasi berprestasi anak. Bernstein (1988) menyatakan bahwa kebudayaan pada suatu negara seperti cerita rakyat atau hikayat-hikayat sering mengandung tema-tema prestasi yang dapat meningkatkan semangat masyarakatnya (Fernald&Fernald,1999). 2. Konsep diri Konsep diri merupakan bagaimana seseorang berfikir mengenai dirinya sendiri. Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh dalam bertingkah laku. 3. Jenis kelamin Prestasi yang tinggi biasanya diidentikkan dengan maskulinitas, sehingga banyak para wanita belajar tidak maksimal khususnya jika wanita tersebut berada diantara para pria, yang menurut Stein & Bailey sering disebut sebagai motivasi menghindari kesuksesan 31 (Fernald&Fernald,1999). Morgan (1986) menyatakan bahwa banyak perempuan dengan motivasi berprestasi tinggi namun tidak menampilkan karakteristik perilaku berprestasi layaknya laki-laki. 4. Pengakuan dan prestasi Individu akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras apabila dirinya merasa diperdulikan atau diperhatikan oleh orang lain. Selain itu dalam setiap motif individu dapat ditemukan dua struktur dasar yang merupakan faktor-faktor yang menjadi sebab utama motivasi berprestasi (Monks,1999) yaitu: a. Pengharapan akan sukses Berarti bahwa bila ada sesuatu yang baik, yang menyenagkan atau bernilai maka orang juga ingin mendapatkan atau mencapainya. b. Ketakutan akan gagal Berarti bahwa bila ada sesuatu yang tidak enak, tidak menyenangkan atau sukar, maka orang akan berusaha untuk menghindarinya. F. Pengertian Beasiswa Pengertian Beasiswa seperti yang dikutip dari www.wikipedia.org adalah pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan kepada perorangan yang bertujuan untuk digunakan demi keberlangsungan 32 pendidikan yang ditempuh. Beasiswa dapat diberikan oleh lembaga pemerintah, perusahaan ataupun yayasan. Pemberian beasiswa dapat dikategorikan pada pemberian cumacuma ataupun pemberian dengan ikatan kerja (biasa disebut ikatan dinas) setelah selesainya pendidikan. Lama ikatan dinas ini berbeda-beda, tergantung pada lembaga yang memberikan beasiswa tersebut. G. Kerangka Pikir Untuk meningkatkan prestasi akademik mahasiswa, banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam memacu prestasi belajar mahasiswa pada lembaga perguruan tinggi, seperti Universitas Hasanuddin Makassar. Salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi akademik mahasiswa di perguruan tinggi adalah pemberian bantuan beasiswa kepada mahasiswa yang memerlukan. Bantuan beasiswa tersebut diberikan kepada mahasiswa secara selektif, terutama bagi mahasiswa yang kurang mampu dari segi finansial. Secara skematis kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut: 33 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS PERTANIAN BANTUAN BEASISWA PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENILAIAN MASYARAKAT (MUTU LUARAN) Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian H. Hipotesis Berdasarkan permasalahan, kajian teoritis, dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh signifikan pemberian bantuan beasiswa terhadap prestasi akademik mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar. 2. Pemberian bantuan beasiswa kepada mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar meningkatkan prestasi akademik mahasiswa. dapat