Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi (Anonim, 1995) Sebagai salah satu bentuk sediaan obat, tablet harus memenuhi syarat-syarat tertentu sehingga ketika obat masuk kedalam tubuh dapat menghasilkan efek yang diinginkan. Ciri ciri tablet yang baik adalah : kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik selama fabrikasi, pengemasan dan pengangkutan hingga ke konsumen. Dapat melepaskan obatnya sampai pada ketersediaan hayati. Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya. Mempunyai penampilan yang khas, baik mengenai bentuk, warna maupun ciri-ciri yang lain, sehingga tablet yang diproduksi mudah untuk diidentifikasi. Untuk mendapatkan tablet yang baik maka bahan yang akan dikempa menjadi tablet harus memiliki sifat (Sheth et al, 1980). -Mudah Mengalir Artinya jumlah bahan yang mengalir dari hopper ke dalam mesin cetak selalu sama untuk setiap saat. Dengan demikian bobot tablet tidak memiliki variasi yang besar. -Kompresible Bahan menjadi kompak jika dikempa, sehingga dihasilkan tablet yang cukup keras dan stabil dalam penyimpanan. -Mudah lepas dari cetakan Maksudnya agar tablet menjadi mudah lepas, dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan sehingga permukaan halus dan licin. Bahan Tambahan Tablet 1. Bahan pengisi Bahan pengisi ini ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa. Tablet kunyah sering mengandung sukrosa, manitol, atau sorbitol sebagai bahan pengisi. Jika kandungan zat aktif kecil, sifat tablet secara keseluruhan ditentukan oleh bahan pengisi yang besar jumlahnya. Karena masalah ketersediaan hayati obat hidrofobik yang kelarutan dalam airnya kecil, maka digunakan bahan pengisi yang larut dalam air (Anonim, 1995). Pada peracikan obat dalam jumlah yang sangat kecil diperlukan bahan pengisi, hal ini bertujuan untuk memungkinkan tablet memiliki ukuran atau masa yang dibutuhkan (Voigt, 1995). Atas dasar kelarutannya dalam air bahan pengisi dibedakan menjadi dua macam : Bahan pengisi yang larut dalam air seperti laktosa, sukrosa, dan sorbitol. Bahan pengisi yang tidak larut dalam air, seperti dikalsium fosfat dan kalsium fosfat (Sheth et al, 1980). 2. Bahan pengikat Bahan pegikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam bentuk larutan (Anonim, 1995). Terdapat dua macam cara penambahannya : Ditambahkan dalam bentuk serbuk, dicampur dengan bahan pengisi dan zat akltif kemudian dibasahi dengan air atau pelarut yang sesuai dan dibuat massa granul. Ditambahkan dalam bentuk larutan atau mucilago lalu ditambahkan ke dalam campuran obat, bahan pengisi dengan atau tanpa bahan penghancur. Contoh : gula 25-50% mucilago gom arab 10-20 %, larutan gelatin dalam air 5-20%, sirup simplex, laktosa, PEG, tragakan. Bahan pengikat diperlukan untuk mengikat serbuk menjadi satu kesatuan sehingga dapat membentuk granul dan menentukan sifat-sifat tablet. Pada akhirnya penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak akan menghasilkan massa yang terlalu basah dan granul yang keras, sehingga tablet mempunyai waktu hancur yang lama, sedangkan penggunaan yang terlalu sedikit akan menyebabkan pelekatan yang lemah sehingga tablet yang dihasilkan akan rapuh (Parrott,1971). Cara yang kedua lebih efektif bila dibandingkan cara yang pertama, karena untuk membentuk granul yang sama hanya diperlukan jumlah yang sedikit (Sheth et al, 1980). 3. Bahan pelicin Disebut juga lubricant, anti adherent, glidant. Lubrikan mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan, misal asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talcum. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi, misal silica pirogenik koloidal (Anonim, 1995). 4. Bahan penghancur Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecan menjadi bagian-bagiannya. Bagian-bagian tablet itu mungkin sangat menentukan kelarutan selanjutnya dari obat dan tercapainya bioavailabilitas yang diharapkan. Amilum adalah jenis bahan penghancur yang paling umum dipakai. Biasanya digunakan dalam konsentrasi 5-20 % (Banker dan Anderson, 1994). Metode Granulasi Tujuan serbuk dibuat granulasi, adalah : Supaya free flowing atau mudah rnengalir, ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya kecil dari bentuk serbuk dalam volume yang sama, pada saat dicetak tidak mudah melekat pada stempel atau punch dan mudah lepas dari matrik atau die. Granul yang baik mernpunyai sifat sebagai berikut: Memiliki partikel berbentuk sferis, memiliki partikel-partikel dengan ukuran yang mengikuti kurva distribusi normal dan memiliki jumlah fines dalam prosentase kecil, bahan obat dan penolongnya terdistribusi merata, mengandung bahan-bahan yang mudah dikempa. Granulasi kering (dry granulation) Metode ini berguna untuk bahan-bahan yang peka terhadap air, panas dan di antara keduanya. Pada metode ini granul dibentuk dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran obat, pengisi, pengikat dan atau tanpa bahan penghancur menjadi tablet besar yang disebut slug. Kemudian tablet dipecah-pecah menjadi granul-granul lalu diayak sesuai ukuran yang dikehendaki, untuk dibuat tablet (Parrot, 1971). Pada metode ini granul tidak dibentuk oleh pelembapan atau dengan penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk seperti pada granulasi basah. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan suhu yang dinaikkan (Ansel,1989). Granulasi basah (wet granulation) Metode ini merupakan proses untuk mengubah serbuk menjadi granul dengan cara penambahan larutan pengikat yang sesuai. Kemudian granul yang dihasilkan, setelah dikeringkan dan diayak, ditambahkan bahan pelicin. Dan bahan penghancur yang tidak ikut digranul untuk selanjutnya dikempa menjadi tablet (Parrot, 1971). Cairan mempunyai peranan yang penting dalam pembuatan granul. Jembatan cair terbentuk di antara partikel-partikel dan kekuatan daya rentang. Lalu ikatan ini akan meningkat jika jumlah cairan yang ditambahkan meningkat. Gaya tegangan permukaan dan tekanan partikel paling penting pada awal pembentukan granul serta kekuatannya (Lachman, 1994). Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan karena mempunyai keuntungan antara lain: Kohesifitas dan kompresibilitas diperbaiki dengan adanya penambahan bahan pengikat yang akan melapisi tiap partikel serbuk, sehingga partikel-partikel tersebut akan saling melekat membentuk granul. Untuk zat aktif dalam dosis tinggi yang mempunyai sifat alir dan kompresibilitas rendah yang dibuat dengan metode granulasi basah membutuhkan bahan pengikat yang lebih sedikit karena digunakan dalam bentuk larutan. Kecepatan pelepasan zat aktif yang bersifat hidrofob dapat diperbaiki dengan metode ini, yaitu dengan memilih pelarut yang cocok. (Sheth etal, 1980) Metode Kempa Langsung (Direct Compression) Dapat diartikan sebagai pembentukan dari bahan-bahan yang berbentuk kristal atau serbuk tanpa mengubah karakter fisiknya. Setelah dicampur langsung ditablet dengan ukuran tertentu. Metode ini dilakukan pada bahan-bahan (baik bahan obat maupun bahan tambahan) yang bersifat mudah mengalir dan memiliki sifat kohesif yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dan mesin tablet tanpa menggunakan granulasi. (Rudnic dan Schwartz, 1995) Contoh bahan yang dapat dikempa langsung, antara lain: hexamine, acetosal, kalium klorida, natrium klorida, KmnO4. Metode ini mempunyai keuntungan antara lain: menunjukkan penghematan waktu, bahan dan energi yang diperlukan. Mampu menghindari kemungkinan rusaknya zat aktif, cocok untuk bahan obat yang tidak tahan panas dan kelembaban, dan dapat menghindari terjadinya migrasi bahan obat yag larut seperti pada granulasi basah. Walaupun demikian metode ini belum dapat menggantikan granulasi basah secara keseluruhan, sebab mernerlukan bahan-bahan yang baik sifat alir atau kompresibilitasnya, sedangkan bahanbahan yang mempunyai sifat-sifat demikilan relatif mahal harganya (Sheth et al, 1980). Pemeriksaan Sifat Fisik Granul Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui sifat fisik granul, yaitu: Waktu alir Adalah waktu yang digunakan untuk mengaliri sejumlah serbuk atau granul pada alat yang dipakai, cepat atau tidaknya waktu alir granul, dipengaruhi oleh bentuk, sifat permukaan, ukuran, densitas dan kelembaban granul. Ketidakseragaman dan semakan kecilnya ukuran granul akan meningkatkan daya kohesinya. Sehingga granul akan menggumpal dan tidak akan mudah mengalir (Fessihi & Kanfer, 1986). Kecepatan alir dipengaruhi antara lain: porositas, kerapatan jenis, bentuk dan ukuran partikel. Apabila granul mempunyai sifat alir yang baik maka pengisian pada ruang akan menjadi baik, sehingga sediaan yang dihasilkan mempunyai bobot yang seragam (Parrot, 1971). Menurut Guyot, untuk 100 gram granul atau serbuk dengan waktu alir lebih dari 10 menit akan mengalami kesulitan pada waktu penabletan (Fudholi, 1980). Sudut diam Merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal, jika sejumlah granul atau serbuk dituang kedalam alat pengukur. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan kelembaban granul. Granul akan mudah mengalir jika mempunyai sudut diam antara 25-45°C (Wedke dan Jacobson, 1980). Pengetapan Merupakan penurunan volume sejumlah granul atau serbuk akibat hentakan (tapped) dan getaran (vibration). Semakin kecil indeks pengetapan (dalam %), semakin baik sifat alirnya. Granul dengan indeks pengetapan kurang dari 20%, maka akan mempunyai sifat alir yang makin baik pula (Fessihi dan Kanfer, 1986). Diameter rata-rata Untuk mengetahui diameter rata-rata suatu granul, dapat dilakukan dengan metode ayakan, pengendapan, sentrifogasi dan mikroskopik. Cara yang paling sederhana yang biasa dilakukan adalah dengan ayakan standar (Parrot, 1971). Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Untuk menjamin kualitas tablet, maka sebelum dipasarkan tablet harus diuji sifat fisiknya, yang meliputi antara lain: Kekerasan tablet Kekerasan tablet merupakan parameter yang menggambar-kan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan dan keretakan tablet, pada saat pembuatan, pengemasan dan pengepakan, juga pada saat transportasi. Namun tablet juga jangan sampai terlalu keras karena tablet akan sulit hancur. (Lachman, 1994) Kekerasan tablet antara 4 - 8 kg (Parrot, 1971). Kerapuhan tablet Kerapuhan tablet merupakan gambaran lain dari ketahanan tablet dalam melawan pengikisan dan goncangan. Besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang selama pengujian. Parameter ini diperiksa dengan suatu alat yang disebut Friabilator. Kerapuhan yang lebih besar dari 1 %, biasanya tablet tersebut dianggap kurang baik. (Sandell, 1982). Menurut Gunsel dan Kanig, nilai kerapuhan <. 0,8 % Waktu hancur tablet Adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurkan tablet dalam medium yang sesuai, sehingga tidak ada bagian tablet yang tersisa di atas kaca penguji. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur adalah: sifat fisika kimia granul, kekerasan dan porositas tablet (Parrott, 1971). Kecuali dinyatakan lain, waktu hancur tablet tidak boleh lebih dari 15 menit (Anonim, 1995). Keseragaman bobot tablet Keseragaman bobot tablet ditentukan pada banyaknya penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari seluruh tablet. Yang masih diperbolehkan untuk syarat yang telah ditentukan oleh Farmakope Indonesia. Jika campuran granul tidak mengalir dengan baik, maka akan mengakibatkan bobot tablet tidak seragam (Gunsel dan Kanig, 1976). Kandungan zat aktif Kandungan rata-rata zat aktif pada obat yang mengandung zat aktif sangat poten dan berkadar rendah tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket, sedangkan tablet yang mengandung zat aktif dosis besar, kandungan rata-rata zat aktifnya tidak kurang dari 95 % dan tidak boleh lebih dari 105% dari yang tertera pada etiket (Former et al, 1990). Kecepatan pelepasan obat Adalah jumlah obat yang terlarut dalam bentuk sediaan padat dalam medium tertentu sebagai fungsi waktu. Definisi lain dari kecepatan pelepasan obat adalah proses pelarutan sebuah zat padat ke dalam medium pada waktu tertentu. Secara skematis pelepasan obat dari sediaan tablet digambarkan oleh Abdou, 1990 sebagai berikut: Gambar 2. Skema pelepasan obat dari sediaan tablet Dari skema di atas proses disolusi dapat terjadi dari bentuk tablet, granul atau partikel halus dengan kecepatan k1, k2, ka. dalam keadaan terlarut keadaan obat akan terabsorbsi dengan kecepatan ka > (k1 + k2 + k3), maka pelepasan merupakan faktor penentu dari absorbsi suatu obat dalam tubuh, sehingga adanya faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelarutan akan menentukan cepat atau lambat absorbsi bahan obat. Secara matematis kecepatan pelepasan dapat dinyatakan dengan persamaan Noyes - Whitney sebagai berikut: = k . S (Cs . C) .................... (1) keterangan: = Jumlah zat padat yang terlarut K = Tetapan kecepatan terlarut C = Kadar zat padat pada medium pada satuan t S = Luas permukaan efektif Cs = Kadar zat padat pada keadaan jenuh Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan pelepasan obat dari sediaan tablet antara lain : o Sifat fisika kimia dari obat, misal yang berhubungan dengan pelarutnya seperti: polimorfi, asam, basa atau garam, dan ukuran partikel. o Faktor yang berhubungan dengan formulasi dan penbuatan tablet, misal: bahan seperti bahan penghancur, pengisi, pengikat, dan pelicin. Dan juga metode pembuatannya, misalnya tekanan kompresi yang digunakan. o Faktor lain, misal: bentuk sediaan serta cara penyimpanannya. Pengertian: Menurut FI III, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Penggolongan tablet: Berdasarkan Metode Pembuatan Tablet cetak, dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Tablet kempa, dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet triturate, merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat. Tablet hipodemik, adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodemik. Tablet sublingual, digunakan dengan caara meletakkan tablet di bawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti tablet nitrogliserin. Tablet bukal, digunakan dengan cara meletakkan tablet di antara gigi dan gusi, sehingga zat aktif diserap langsung melalui mukosa mulut. Tablet efervesen, dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif, tablet mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida. Tablet kunyah, dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, khususnya diformulasikan untuk anak-anak, obat antasida, multivitamin, dan antibiotic tertentu. Berdasarkan Distribusi Obat dalam Tubuh Bekerja lokal, misalnya tablet isap untuk pengobatan pada rongga mulut; ovula untuk pengobatan pada infeksi di vagina. Bekerja sistemik, dapat dibedakan menjadi: a. Yang bekerja short-acting (jangka pendek); dalam satu hari memerllukan beberapa kali meminum tablet. b. Yang bekerja long-acting (jangka panjang); dalam satu hari cukup menelan satu tablet. Tablet jangka panjang dapat dibedakan lagi menjadi: - Delayed action tablet (DAT), dalam tablet ini terjadi penundaan pelepasan zat berkhasiat karena pembuatannya dengan menggelompokkan granul-granul zat berkhasiat, dan setiap kelompok disalut dengan penyalut yang berbeda-beda waktu hancurnya, lalu dicampurkan dan baru dicetak. - Repeat action tablet (RAT), granul-granul yang paling lama pecahnya dibuat menjadi tablet inti, lalu granul-granul yang kurang lama pecahnya dibuat lagi disekelilingnya menjadi susunan tablet baru. Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut Tablet salut biasa/ salut gula (dragee), disalut oleh gula dari suspense air yang mengandung serbuk tidak larut. Tablet salut selaput (film-coated tablet, fct), disalut dengan hidroksipropilmetilselulosa, metilselulosa, hidroksipropilselulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung air. Tablet salut kempa, adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Tablet salut enteric (enteric-coated tablet), atau tablet lepas tunda, yakni jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat mengiritasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enteric yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung. Tablet lepas lambat (sustained-release tablet), atau tablet dengan efek diperpanjang, yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Berdasarkan Cara Pemakaian Tablet biasa/tablet telan, dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah di lambung Tablet isap (lozenges, trochisi, pastilles), adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet hancur atau melarut perlahan . Tablet implant (pelet), tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan berisi hormone steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit kembali, zat berkhasiat akan dilepas secara perlahan-lahan. Tablet kunyah (chewable tablet) Tablet larut (effervescent tablet) Tablet bukal (buccal tablet) Tablet sublingual Tablet vagina (ovula) Tablet hipodermik (hypodermic tablet) Keuntungan sediaan tablet: Lebih stabil Dapat disimpan dalam waktu yang lama, asalkan tidak disimpan ditempat lembab dan basah Dapat dibuat seperti permen Kerugian sediaan tablet: Rasa pahit tidak sempurna tertutupi Pada tablet salut gula, penyalutan memerlukan waktu yang lama dan perlu penyalut yang tahan air, serta dapat memperbesar bobot tablet. Proses pembuatan yang cukup panjang dan sulit. Ada pun macam-macam kerusakan pada pembuatan tablet, diantaranya: Binding, kerusakan pada tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan Sticking/picking, perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat permukaanpunch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelican kurang, atau massa basah Whiskering, terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi pelelehan zat aktif pada tekanan tinggi, akibatnya pada penyimpanan dalam botol, sisi-sisi yang berlebih akan lepas dan menghasilkan bubuk Splitting, lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah Capping, membelahnya tablet di bagian atas Mottling, terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet Crumbling, tablet menjadi retak dan rapuh. Pustaka: Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.