JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA (Sebuah Kajian Empiris) Oleh: Moh. Hafid Effendy (Calon Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan dan Anggota Yayasan Pakem Maddhu Pamekasan) Abstrak: Dalam suatu masyarakat tidak terdapat adanya keseragaman bahasa, meskipun dalam masyarakat bahasa yang monolingual (masyarakat hanya menggunakan satu macam bahasa dalam segala kegiatan hidup). Dengan demikian jelas bahwa bahasa itu tidak monolitik, tidak hanya ada dalam satu bentuk, malainkan dalam berbagai bentuk. Bahasa yang masih ada di dalam ruang lingkup sistem bahasa yang sama (langue) itu disebut varian-varian bahasa. Fenomena bahasa selain bisa diamati sebagai fenomena sistem atau stuktur bahasa bisa diamati sebagai fenomena sosial. Sebagai fenomena sosial, pemakaian bahasa dalam masyarakat dipengaruhi oleh faktor situasional. Melalui kajian empiris inilah bahwa penggunaan jargon berbahasa Madura pada tindak tutur masyarakat nelayan dapat dikatakan cukup banyak, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa perbedaan diksi pada tindak tutur antara masyarakat nelayan dengan masyarakat umum. Hal tersebut disebabkan karena adanya faktor sosial, letak geografis, dan banyak dipengaruhi oleh adanya masyarakat nelayan pendatang dari luar pulau Madura, yaitu pendatang dari sekitar Jawa Timur yang sama-sama nelayan. Kata Kunci: Jargon, Bahasa Madura, Masyarakat Nelayan A. Pendahuluan Bangsa berkembang. Hal ini mempengaruhi Indonesia adalah juga terhadap perkembangan bangsa yang kaya akan kebudayaan bahasa, sehingga bahasa pun ikut daerah yang dimiliki setiap suku berkembang seperti sesuatu yang bangsa di Indonesia, salah satunya hidup. adalah perkembangan bahasa Madura yang merupakan ciri khas suku bangsa 1 Madura. bahasa dan sejalan dengan perkembangan kebudayaaan bangsa, bahasa merupakan salah Masyarakat sebagai pemakai bahasa, Pertumbuhan selalu tumbuh dan satu atau bagian dari sejumlah cipta, rasa, dan karsa manusia. Wajarlah apabila suatu bahasa relevan dengan 1 Pateda, Mansoer. Sosiolinguistik. (Bandung: Angkasa, 1990), hlm. 70. tingkat dan kualitas bahasa dari JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy bangsa itu. Di sisi lain, bahasa monolingual (masyarakat yang hanya sebagai menggunakan satu macam bahasa alat komunikasi dan penjelmaan pikiran yang menyatukan dalam masyarakat Dengan dengan kebudayaan. segala kegiatan demikian, hidup). jelas bahwa Setiap anggota masyarakat terlibat bahasa tidak monolitik, tidak hanya dalam komunikasi. Di satu pihak dia ada dalam satu “bentuk”, melainkan sebagai pembicara dan di pihak lain dalam berbagai “bentuk”. Bahasa sebagai penyimak. Dengan demikian yang masih ada di dalam ruang akan terjadi interaksi sosial antar lingkup sistem bahasa yang sama individu atau antar kelompok dalam (langue) suatu masyarakat dengan bahasa bahasa. sebagai alat penuturnya. Di Keanekaragaman yang terjadi disebut sisi lain, varian-varian sebagaimana dinyatakan di atas bahwa bahasa dalam bahasa, yang sangat mudah memiliki diamati yang hubungan yang sifatnya semena- menyangkut lafal dan kosakata. Hal mena antara signifie dan signifiant. ini dapat dirasakan melalui kata-kata Namun demikian, kesemena-menaan yang diucapkan secara berbeda-beda itu dibatasi oleh kesepakatan antar dan adanya kata-kata atau ungkapan penutur. baru yang tiba-tiba muncul untuk penutur itulah yang merupakan ciri memenuhi kepentingan masyarakat bahwa bahasa bersifat konvensional. pemakai Dengan kata lain dapat dikatakan adalah perubahan bahasa. Selain itu, sifat Ciri arbitrer, artinya kesepakatan masyarakat Indonesia secara garis bahwa besar sebagai komunikasi sosial juga dibatasi oleh masyarakat dwibahasa. Artinya, di aturan-aturan konvensional diantara satu pihak memiliki bahasa Indonesia para penuturnya. dapat dilukiskan sebagai bahasa resmi negara dan bahasa nasional, memiliki bahasa di lain bahasa antar sebagai alat Fenomena bahasa selain bisa pihak diamati sebagai fenomena sistem sebagai atau struktur bahasa bisa diamati bahasa ibu, bahasa daerah yang sebagai fenomena sosial. Sebagai menjadi bahasa lain, fenomena sosial, pemakaian bahasa Bahasa Jawa, Bali, Sunda, Batak, dalam masyarakat dipengaruhi oleh Madura, dan sebagainya. Semuanya faktor situasional.2 daerah ibu antara memiliki tradisi dan ciri khas yang Sebagaimana kita ketahui, berbeda, penutur asli cukup besar banyak orang yang mendefinisikan dan daerah pemakainya cukup luas. bahasa bergantung dari sudut mana Dalam suatu masyarakat tidak terdapat keseragaman bahasa, meskipun dalam masyarakat yang 162 2 Soeparno. Dasar-dasar Linguistik Umum. (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana), 2002. Hlm. 1. OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy definisi itu dibuat. Salah satunya belakang penutur, dan (3) pokok seperti permasalahan yang disepakati kaum yang dibicarakan. struktural, yakni bahasa didefinisikan Berdasarkan media yang diguanakan sebagai sistem tanda arbitrer yang dikenal dengan ragam bahasa lisan konvensional. lain, dan ragam bahasa tulis. Dari segi bahasa dikatakan bersifat sistematik penutur ragam bahasa dibedakan dan menjadi Dengan sistemik. sistematik Bahasa yang bahasa bersifat karena ketentuan-ketentuan kaidah kata mengikuti atau teratur, bersifat kaidah- sedangkan sistemik ragam ragam bahasa terpelajar, ragam tidak resmi. karena Masyarakat merupakan sistem masyarakat subsistem-subsistem. (dialek), bahasa resmi, dan ragam bahasa bahasa itu sendiri merupakan suatu atau daerah suatu yang kelompok memiliki variasi Misalnya, subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem dengan masyarakat pada umumnya, sintaksis, subsistem semantik, dan dan banyak sekali didalamnya terdiri subsistem leksikon. dari kelompok-kelompok sosial yang Sedangkan sebagaimana dikutip bahasa nelayan tersendiri dibandingkan Saussure berbeda-beda, yakni: kelompok tani, Soeparno pedagang, pelajar, dan sebagainya (2002:1) menyatakan tentang bahasa yang terlibat langsung dengan yang merupakan paduan antara dua masyarakat nelayan. Sebagian besar unsur, yaitu signifie dan signifiant. mereka Signifie adalah unsur bahasa yang Madura dalam berkomunikasi sehari- berada di balik tanda yang berupa hari. konsep di dalam benak penutur. menggunakan satu macam bahasa Orang awam menyebutnya makna. tetapi juga dapat menggunakan dan Sedangkan signifiant adalah unsur memakai variasi bahasa. menggunakan Mereka bahasa tidak hanya bahasa yang merupakan wujud fisik atau yang berupa tanda ujar. Di masyarakat B. Jargon dalam kenyataannya terdapat bermacam- sebagai Bentuk Variasi merupakan variasi Bahasa Jargon macam manfaat pemakaian bahasa, dialek sosial yang digunakan secara akibatnya akan timbul keragaman terbatas bahasa yang sudah pasti disesuaikan tertentu dan lingkungan tertentu pula. dengan kebutuhan. Orang yang bukan kelompoknya tidak Menurut Sugono (1997:10) terdapat mengerti dan memahami terhadap tiga kriteria yang berkaitan dengan ungkapan-ungkapan yang digunakan ragam bahasa tertentu, yakni (1) dalam interaksi antar anggota dalam media yang digunakan, (2) latar kelompok situasi dan oleh kelompok tersebut, OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 profesi meskipun 163 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy ungkapan-ungkapan tersebut bukan rahasia. 3 bidang tertentu dengan pernyataan seperti ini, jargon hanya dapat dipakai Berkaitan dengan pengertian jargon tersebut, AS Hornby dalam situasi tidak resmi. Sedangkan dalam situasi resmi, pemakai jargon (1974:545) mengatakan, ‘’Language akan full of technical or special words’’. menggunakan bahasa yang mudah Artinya, jargon adalah bahasa yang dimengerti oleh masyarakat umum penuh dengan kata-kata teknis atau secara luas. Ini berarti dalam situasi spesial. Istilah teknis atau spesial lain tersebut suasana, bahasa resmi atau baku menggambarkan kekhususan terhadap istilah-istilah kelompok Kekhususan ini adanya tersebut yang dengan menuntut keresmian yang mereka gunakan.4 pemakainya. menjadi berkomunikasi Pengertian jargon menurut identitas Pateda (1990:70) adalah pemakaian suatu kelompok sosial dan cenderung bahasa dalam tiap bidang kehidupan. tidak dipahami oleh kelompok sosial Lebih lainnya. Istilah-istilah khusus dalam bahwa jargon hampir dipastikan terdapat jabatan, dalam semua bidang masing- masing mempunyai bahasa Setiap bidang keahlian, kehidupan. jabatan, lingkungan pekerjaan, masing-masing mempunyai bahasa khusus lanjut Petada setiap mengatakan bidang lingkungan keahlian, pekerjaan, khusus yang sering tidak dimengerti oleh kelompok lain. yang Variasi bahasa menurut sering tidak dimengerti oleh kelompok Soeparno adalah keanekaragaman lain. Harimurti Kridaksana (1983:68) bahasa yang disebabkan oleh faktor mengatakan jargon merupakan kosa tertentu. Menurut dia ada beberapa kata dalam macam variasi bahasa, antara lain : yang (a) variasi kronologis, yakni variasi mobil, bahasa yang disebabkan oleh faktor tukang kayu, guru, dan sebagainya, keurutan waktu atau masa, (b) variasi dan sering tidak dipahami oleh orang geografis, yakni variasi bahasa yang dalam bidang yang lain. disebabkan oleh perbedaan geografis yang kehidupan dipakai khas dipakai tertentu, oleh seperti montir-montir Pemakaian jargon terbatas atau faktor regional, (c) variasi sosial, pada suatu kelompok sosial tertentu, yakni maka jargon dipakai pada situasi disebabkan oleh perbedaan faktor tidak sosial, (d) variasi fungsional, yakni resmi. mengartikan Keraf jargon (1988:107) sebagai variasi bahasa yang kata variasi bahasa yang disebabkan oleh teknis atau rahasia dalam suatu perbedaan fungsi pemakai bahasa, (e) variasi gaya/ style, yakni variasi 3 Ibrahim, Abd. Syukur. Sosiolinguistik: Sajian, Tujuan, Pendekatan, dan Problem. (Surabaya: Usaha Nasional, 1995), hlm. 33. 164 4 Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Yayasan Kanisius, 1981), hlm. 107. OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy bahasa yang disebabkan oleh variasi-variasi bahasa yang lain. perbedaan gaya, (f) variasi kultural, Sebagai yakni yang seperti “bahasa Bagongan” yang disebabkan oleh perbedaan budaya khusus dipakai oleh bangsawan masyarakat dikalangan keraton Jawa. Dialek variasi variasi bahasa penuturnya, individual, bahasa yang dan yakni (g) variasi disebabkan oleh perbedaan perorangan. akrolek Jakarta tampaknya cendrung semakin ini, tidak bergengsi sebagai ciri metropolitan. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan contoh sosiologis. 3) Basilek Realisasi Basilek, realisasi variasi variasi sosial ini berupa sosiolek. bahasa yang dipandang kurang Beberapa bergengsi sosiolek yang dikenal atau bahkan antara lain: (1) Jargon, (2) Akrolek, dipandang rendah. Pada bahasa (3) Basilek, (4) Vulgar, (5) Slang, (6) Jawa “Krama Ndesa” tampaknya Kolokial, (7) Argot, dan (8) Ken (Cant) termasuk dalam kelompok ini. (Soeparno, 2002: 72). 5 Pada bahasa Inggris, bahasa 1) Jargon yang dipakai oleh para cowboy Jargon, bahasa wujud yang terbatas variasi pemakainya pada kelompok- dan kuli tambang juga dapat digolongkan basilek. 4) Vulgar kelompok sosial tertentu. Istilah- Vulgar, wujud istilah yang dipakai sering tidak bahasa dimengerti menunjukkan pemakaian bahasa oleh masyarakat yang variasi umum dan masyarakat diluar oleh kelompoknya. Kelompok sosial terpelajar pemakai orang-orang jargon menggunakan khusus namun ini biasanya istilah-istilah tidak bersifat penutur ciri-cirinya yang atau kurang dari kalangan bodoh. Bahasa- bahasa di Eropa pada zaman Romawi sampai abad rahasia. Misalnya bahasa petani, pertengahan dianggap sebagai bahasa kayu, bahasa bahasa vulgar, sebab bahasa montir, bahasa kernet dan sopir, para kaum intelek adalah bahasa dan sebagainya. latin. tukang 2) Akrolek 5) Slang Akrolek, realisasi variasi Slang, wujud atau bahasa yang dipandang lebih realisasi bahasa yang bersifat bergengsi atau lebih tinggi dari khusus atau rahasia. Bersifat khusus berarti yang dipakai oleh 5 Soeparno. Dasar-dasar Linguistik Umum. (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2002), hlm. 71-72. kalangan tertentu yang sangat terbatas. Bersifat rahasia berarti OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 165 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy tidak boleh orang luar dikuasai langkah menjaga jargon. Bahkan dalam beberapa kerahasiaan slang akan selalu hal, jargon dibentuk dari bahasa- diubah/ berubah, jadi bersifat bahasa temporal. hidup dikalangan pemakainya. untuk Kolokial, percakapan bahasa sehari-hari dalam ini menjadi yang kelompoknya mengerti. Sebagai 6) Kolokial impor yang Permainan bahasa semacam ini sebuah berhasil rahasia kelihatannya merupakan proses yang situasi tidak resmi atau bahasa disengaja. Yang jelas, yang sering dipergunakan oleh keberadaan jargon sebagai hasil sekelompok sosial kelas bawah. kreatif suatu kelompok sosial 7) Argot dalam Argot, terbatas wujud bahasa diikuti dengan variasi kekreatifitasan mempermainkan yang pemakainya bahasa itu. Satu bentuk yang pada profesi-profesi bahasa sangat umum dari bahasa tertentu yang bersifat rahasia. rahasia, yang ditemukan dalam Dengan kata lain argot dapat masyarakat diartikan sebagai slang profesi. masyarakat Misalnya bahasa para pencuri, mencapai pemahaman melalui pencopet, suatu proses permainan verbal penggarong, dan sebagainya. Letak kekhususan biasanya terletak pada kesukuan yang dan kompleks, dengan bahasa mayoritas. kosa Kreativitas penciptaan katanya, misalnya: “kaca mata” jargon tidak dapat dipisahkan artinya “polisi”, “daun” artinya dari “uang kertas”. dimiliki 8) Ken (Cant)) bahasa yang sekelompok sifat kedinamisan bahasa. yang Kedinamisan bahasa menurut perkembangan Ken (Cant), wujud variasi dipakai sosial oleh tertentu dalam bahasa, yang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Ini semua dengan lagu yang dibuat-buat bergantung kepada kebutuhan supaya lebih menimbulkan kesan dan “memelas”. Hal ini tampak pada pemakainya. pemakaian bahasa oleh para dimiliki setiap bahasa, menurut pengemis atau peminta-minta. Soeseno Kartomiharjo (1988:8) Pemakai kehendak masyarakat Struktur yang memang dari satu yang atau bahasa. Oleh karena itu, setiap cenderung penutur bahasa berkesempatan lebih bahasa (bilingual memiliki yang jargon menguasai multilingual) 166 mempermainkan bahasa mekanisme melayani perkembangan OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy untuk (1) menciptakan kata baru, lain juga mengalami peristiwa (2) menggunakan kata-kata lama bahasa yang sama.6 dengan makna baru, membuat kalimat baru belum yang C. Kajian tentang Tindak Tutur sebelumnya, Secara garis besar, tindak tutur kalimat-kalimat, menurut Searle, sebagaimana dikutip termasuk yang baru, menjadi Rani (2004:158) adalah produk atau suatu wacana yang sama sekali hasil dari suatu kalimat dalam kondisi baru. Kata benci akronim dari tertentu dan merupakan kesatuan “benar-benar cinta”, merupakan terkecil contoh dari kata-kata baru yang Lebih lanjut dijelaskan bahwa tindak diciptakan tutur dalam ujaran suatu kalimat (4) diciptakan (3) menyusun Contoh pemakai dari bahasa. pernyataan dari komunikasi bahasa. lain merupakan penentu makna kalimat dapat digali sebanyak-banyaknya yang dimaksud. Misalnya, apabila dalam bahasa Indonesia, yang seseorang secara otomatis keempat konsep sesuatu kepada orang lain, maka apa diatas dapat dijadikan ciri jargon, yang ditinjau dari proses penciptaan adalah makna atau maksud kalimat. jargon. Akan tetapi untuk menyampaikan Ibrahim ingin ingin mengemukakan dikemukakannya itu (1993:131) makna atau maksud dari kalimat itu, mengemukakan ciri jargon dari penutur harus menuangkan dalam sisi yang lain. Menurutnya, argot wujud tindak tutur. Namun demikian, para dari menurut Rani tindak tutur yang akan pemuda, dipilihnya sangat bergantung pada dan jargon dari para pelancong beberapa faktor, antara lain dengan dari kelompok-kelompok jabatan bahasa apa ia akan bertutur, kepada yang lain memperoleh hasil yang siapa sama dengan ujarannya, dalam situasi bagaimana makna yang penyamun, slang kelompok-kelompok memberikan khusus pada ia akan menyampaikan ujaran itu akan disampaikan, dan nomina, verba, dan adjektiva kemungkinan-kemungkinan umum. manakah yang ada dalam bahasa sepertinya Dari analisis sorotan ini utama tertumpu pada pemberian makna tersendiri terhadap yang Rani (2004:159). beberapa jenis kata. Dalam hal ini kata dipergunakannya struktur Tuturan dapat diartikan ucapan, ujaran, cerita, dan sebagainya benda, kata kerja, dan kata sifat. Tidak mustahil pada jenis kata 6 Ibrahim, Abd. Syukur. 1995. Sosiolinguistik: Sajian, Tujuan, Pendekatan, dan Problem. Surabaya: Usaha Nasional, 1995), hlm 131. OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 167 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy Moelono (1990:978). Bahasa tutur sebagai olehnya diartikan mereka. Dengan demikian, alat komunikasi antara bahasa lisan. tuturan lisan Masalahnya sekarang, sering merupakan hasil dari kegiatan yang kali dan mungkin terjadi kesalah produktif setara dengan pahaman dalam proses komunikasi, menulis hanya berbeda kegiatan media. sehingga tidak jarang apa yang Tuturan lisan menggunakan media diinginkan seseorang melalui tindak artikulator (alat bersuara) sedangkan tuturnya tidak sampai atau tidak kegiatan dipahami media menulis tulisan, menggunakan seperti buku dan ballpoint. oleh dari bicaranya. Beberapa hal yang memungkinkan timbulnya Ditinjau lawan kondisi tersebut dapat keterampilan disebabkan oleh sifat masyarakat berbahasa yang diklasifikasikan oleh pemakai bahasa yang heterogen. Tarigan empat Selain itu, dapat juga disebabkan keterampilan kurangnya pemahaman mereka, baik menyimak/ mendengarkan, berbicara, penutur atau penulis maupun penutur membaca, dan ketermpilan menulis, atau maka tuturan lisan termasuk dalam bahasa dalam komunikasi. (1990:1) keterampilan, menjadi yakni keterampilan berbicara. Kegiatan pembaca Dalam mengenai peristiwa kaidah berbahasa menyimak dan membaca termasuk tidak akan terlepas dari konteks. Jos kegiatan yang reseptif, sedangkan Daniel berbicara 1997:26) mengatakan bahwa konteks dan menulis kegiatan yang produktif. termasuk 7 Parera merupakan (dalam suatu Cianago, situasi yang Dari beberapa uraian di atas, terbentuk karena setting, kegiatan, dapat disimpulkan bahwa, tuturan dan relasi. jika terjadi interaksi antara lisan adalah hasil ucapan atau ujaran ketiga seseorang dan terbentuklah konteks. Unsur yang tingkat termasuk setting yaitu: (1) Unsur- bersifat didalamnya produktif menunjukkan kematangan berbahasa pemakainya. Dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan maka unsur material yang ada disekitar peristiwa interaksi berbahasa, (2) Tempat, yaitu tata letak dan tata atur terlepas dari aktifitas berbahasa, baik barang dan orang, dan (3) Waktu, lisan maupun tulisan. Keberadaan yaitu tata runtutan dan pengaturan manusia sebagai makhluk sosial yang urutan saling satu interaksi berbahasa, yang dimaksud lainnya, semakin dengan kegiatan inilah semua tingkah pentingnya bahasa laku yang terjadi dalam interaksi membutuhkan yang menempatkan tidak tersebut, akan dengan manusia komponen antara waktu dalam peristiwa berbahasa, salah satu kegiatan yaitu 7 Tarigan, Henry Guntur. Teori Belajar Bahasa. (Bandung: Angkasa, 1990), hlm. 1-3. 168 berbahasa itu sendiri. Sedangkan OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy yang termasuk hubungan relasi antara meliputi peserta bicara, 5. Channel (penghubungnya: bahasa tulis, lisan, dan sebagainya) hubungan itu dapat ditentukan oleh: 6. Cobe (dialeknya, gayanya) jenis 7. Message kelamin, umur, kedudukan form (debat, diskusi, (status, peran, prestise), hubungan ceramah, agama, pidato, khotbah, kekeluargaan, seminar,) dan hubungan kedinasan (umum, militer, pendidikan, 8. Event (kejadian) kepegawaian, majikan dan buruh, dan sebagaimya). Konteks Dalam tidak pemakaian bahasa interaksi akan berbahasa terlepas mempergunakan dari satuan-satuan dibedakan menjadi empat macam bahasa yaitu: meliputi ungkapan. tempat terjadinya pemakaian bahasa bentuknya, dalam suatu komonikasi, objek yang berbentuk disajikan dalam peristiwa komunikasi gabungan kata atau frase, (c) kalimat, itu dan tindakan atau perilaku dari baik berupa kalimat lengkap maupun para kalimat tidak lengkap. (1) konteks peran fisik, dalam peristiwa komonikasi itu, (2) konteks epistemik, tersebut disebut Kalau diperhatikan ungkapan (a) dengan itu sebuah dapat kata, (b) Sebuah kata dapat menjadi merupakan latar belakang ungkapan untuk menyatakan sesuatu pengetahuan yang sama-sama gagasan, konsep, ide, atau perasaan diketahui oleh pembicara maupun tertentu, apabila pada kata tersebut pendengar, terkandung makna atau pengertian terdiri (3) dari konteks linguistik, kalimat-kalimat atau yang dapat diperbandingkan atau aturan-aturan yang mendahului suatu dikiaskan terhadap tingkah laku, sifat, kalimat atau tuturan tertentu dalam atau peristiwa kebiasaan yang terjadi di dalam komonikasi, (4) konteks sosial, merupakan relasi sosial dan latar setting yang kebiasaan seseorang atau masyarakat. melengkapi Seperti halnya yang terjadi hubungan antara penutur dengan dalam para pendengar. bahasa Madura yang digunakan oleh Dell Hymes dalam Chaniago, bahasa pemakai Indonesia, bahasa juga jargon diamati (1997:5:31) mencatat ciri-ciri konteks pengunaannya pada tataran kata, sebagai faktor yang menentukan frase, dan kalimat. Jargon bahasa makna suatu tindak berbahasa Madura juga akan dipengaruhi oleh sebagai berikut: pilihan kata atau yang dikenal dengan 1. Adverser (pebicara) diksi. 2. Advesse (pendengar) Yang dimaksud dengan diksi 3. Topik pembicaraan adalah pilihan kata atau memilih kata. 4. Setting (tempat dan waktu) Dalam Kamus OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 Besar Bahasa 169 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy Indonesia dikatakan bahwa diksi itu. Sedangkan yang dimaksud adalah pilihan kata yang tepat dan dengan pembendaharaan kata suatu selaras (cocok penggunaanya) untuk bahasa mengungkapkan yang dimiliki oleh sebuah bahasa. gagasan tertentu sehingga memperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). adalah keseluruhan kata Berdasarkan difinisi diksi yang telah diuraikan pada bagian Sedangkan Harimurti dalam Chaer, sebelumnya, menurut Keraf (1981:18) (1997:6-2) ternyata mendefinisikan diksi diksi atau pilihan kata sebagai pilihan kata dan kejelasan sengaja difungsikan atau dilakukan lafal untuk memperoleh efek tertentu oleh dalam berbicara didepan umum atau menciptakan dalam karang-mengarang. Dengan berbahasa kata lain, dapat disimpulkan bahwa terjadi salah tafsir bagi pendengar diksi adalah kemampuan pembicara atau pembaca. Selanjutnya sebagai atau penulis untuk memilih kata-kata, ilustrasi Keraf memberikan contoh lalu menyusunnya menjadi rangkaian bahwa kalimat yang keselarasan pengguna keefektifan sehingga untuk kegiatan tidak mereka akan yang luas sesuai dengan kosakatanya akan memilih setepat- segi konteks tepatnya kata mana yang paling dari 8 Petada. harmonis Sementara bahasa Keraf (1981:19) untuk mewakili maksud atau gagasannya. Secara populer menyatakan bahwa istilah diksi pada menurut dasarnya mengatakan mengandung pengertian Keraf, orang bahwa akan kata meneliti yang sangat luas. Namun demikian sama artinya dengan menyelidiki dan Keraf kesimpulan mengamati sehingga kata-kata utama tentang diksi yakni: (1) pilihan turunannya seperti penelitian, kata atau diksi adalah kemampuan penyelidikan, membedakan secara tepat nuansa- merupakan nuansa dengan artinya atau kata yang bersinonim. gagasan yang ingin disampaikan, dan Mereka yang luas kosa katanya kemampuan menolak anggapan tersebut memiliki membuat makna dua sesuai untuk menemukan dan pengamatan kata-kata pengertian dan nilai rasa yang dimiliki kelompok dengan konteks penggunaannya. Dengan berbeda sama bentuk yang sesuai dengan situasi pengguna masyarakat bahasa, (2) yang yang demikian, sesuai jelaslah pilihan kata yang tepat dan sesuai bahwa fungsi diksi adalah untuk hanya menciptakan dimungkinkan oleh efektivitas kegiatan penguasaan sejumlah kosa kata atau berbahasa yang dilakukan seorang pembendaharaan kata dalam bahasa dalam rangka menyampaikan maksud dan gagasannya kepada 8 Verhaar, J.W.M. Asas-asas Linguistik Umum. (Yogyakarta: UGM, 2001), hlm. 2-6. 170 orang lain. Oleh karena itu, penulis OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy dapat menyimpulkan bahwa cara menggabungkan huruf awal, penggunaan jargon bahasa Madura suku dalam mengkombinasikan huruf dengan tindak tutur masyarakat kata, nelayan dapat diamati dari pilihan suku kata dilafalkan secara wajar. atau dalam diksi karena jargon, memang kata-kata sengaja untuk menyampaikan maksud-maksud tertentu sesuai dengan kesepakatan Jargon walikan dapat yang artinya berbentuk jargon itu diungkapkan dalam bentuk verbal dengan cara membalik kata-kata yang D. Bentuk-bentuk Jargon sudah ada. Biasanya maknanya sama dengan kata yang a. Jargon Bentuk Kata. Jargon sehingga c. Jargon Bentuk Walikan dipilih dan digunakan oleh pemakai bahasa kata, atau yang dibalik itu. Jargon bentuk walikan berbentuk terbentuk dari kata-kata yang kata artinya jargon yang digunakan berasal dari bahasa Jawa, bahasa oleh suatu kelompok sosial, bentuk Indonesia, kebahasaannya kata. bahasa asing yang mengalami Jargon yang berbentuk kata ini proses pembalikan. Jargon bentuk selanjutnya diperinci walikan dalam pembentukan kata- menjadi beberapa jenis kata, yaitu katanya sangat bervariasi. Variasi- kata benda, kata kerja, dan kata variasi tersebut antara lain: (1) sifat. pembalikan berupa dapat b. Jargon Bentuk Singkatan dan Akronim. dan sebagian sederhana, pembalikan dengan dari (2) perubahan fonem, (3) pembalikan dengan Yang dimaksud jargon pengurangan fonem, dan lain-lain. yang berbentuk singkatan akronim adalah jargon yang dibentuk E. Jargon dengan cara memendekkan suatu Bahasa kata dengan cara menanggalkan Bahasa Madura beberapa bagian yang terdapat Sebagai Bentuk dalam Jargon Variasi Tindak Tutur merupakan variasi dalam kata tersebut. Bagian yang dialek sosial yang digunakan secara dihilangkan terbatas bentuk biasanya vokal, bentuk- dan oleh kelompok profesi yang tertentu dan lingkungan tertentu pula. dipertahankan adalah konsonan Orang yang bukan kelompoknya tidak awal pada masing-masing suku mengerti dan memahami terhadap kata. ungkapan-ungkapan yang digunakan Sedangkan jargon yang berbentuk akronim adalah jargon dalam interaksi antar anggota dalam kelompok tersebut, meskipun singkatan yang dibentuk dengan OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 171 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy ungkapan-ungkapan tersebut bukan bervariasi. Fungsi jargon sebagai rahasia. tindak tutur dapat dilihat dari pesan Para pemakai umumnya jargon secara menciptakan istilah kepentingan tertentu. khusus yang sengaja khusus untuk Istilah-istilah berupa jargon komunikasinya. tersebut Pesan komunikasi diungkapkan menggunakan dengan bahasa rahasia. Kerahasiaan jargon digunakan dalam komunikasi sesama anggota digunakan kelompok minoritas disaat kelompoknya, dan bahkan digunakan berkomunikasi sesama pula dalam berkomunikasi dengan anggota kelompoknya. Sebab makna masyarakat di luar kelompoknya.. jargon penggunaan dengan yang dituturkan biasanya hanya dapat dimengerti oleh antar masyarakat anggota jargon di luar terhadap kelompoknya kelompoknya saja. biasanya kurang efektif karena pada masyarakat diluar umumnya mereka tidak memahami kelompok sosial ini sama sekali tidak maknanya, sehingga fungsi jargon memahami, karena kelompok sosial dalam hal ini kurang komunikatif. ini dengan Fungsi jargon sangat efektif apabila kelompok luar selalu menggunakan dipakai sesama anggota kelompok bahasa masyarakat Sedangkan kalau berkomunikasi yang umum dipakai masyarakat luas. dapat lepas dari sifat kedinamisan yang dimiliki bahasa. Kedinamisan bahasa adanya perkembangan bahasa, yang perkembangan semua memiliki pemahaman yang sama terhadap Kreativitas penciptaan jargon tidak yang menuntut sejalan dalam dengan masyarakatnya. sangat bergantung Ini pada makna jargon tersebut misalnya sesama masyarakat nelayan. Sehubungan dengan fungsi ini, Searle dalam Petada (1990:5-7) mengelompokkan khususnya tindak lokasi tutur berdasarkan tindakan yang dilakukan dalam suatu pertuturan adalah (1) tindak kebutuhan dan kehendak masyarakat representatif, (2) tindak direktif, (3) pemakainya. Setiap penutur bahasa tindak komosif, (4) tindak ekspresif, dapat mengungkapkan keinginannya dan (5) tindak deklaratif. Dengan dengan memilih variasi bahasa yang demikian, jargon sebagai tindak tutur ada sesuai dengan kepentingan dan masyarakat nelayan dalam interaksi fungsinya dalam melakukan interaksi sosialnya sosial antar anggota kelompok. representatif, derektif, komosif, dan Jargon sebagai bentuk variasi memiliki deklaratif. Untuk memperjelas fungsi bahasa dalam tindak tutur bahasa bahasa Madura sebagaimana bahasa lainnya dideskripsikan memiliki berikut. 172 fungsi bahasa sangat fungsi di OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 atas selanjutnya uraiannya sebagai JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy Pertama, fungsi representatif adalah fungsi bahasa terima kasih, memuji, mengkritik atau yang menyindir, memaki, pengungkapan berorentasi pada cara menyampaikan rasa kecewa/ gembira, suka/ tidak suatu hal atau masalah oleh seorang suka. Pernyataan ekspresif dapat penutur menggunakan diterima sebagai suatu yang wajar proposi tertentu, sehingga mewakili dalam bahasa tertentu, tetapi tidak ekspresi wajar dalam bahasa lainnya. dengan kebenaran dari sesuatu yang disampaikannya. Abdul Wahab, fungsi ini disebut fungsi informasional. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penutur dalam berkomunikasi antar anggota Kedua, fungsi direktif adalah kelompok sering menggunakan fungsi suatu tuturan yang bermuatan bentuk jargon adalah sebagai bentuk dorongan (lawan solidaritas antar anggota kelompok bicaranya) untuk melakukan sesuatu, sosialnya, sehingga mereka berusaha misalnya secara kreatif menciptakan jargon bagi penutur memohon, memerintah, mendesak, menentang, dan meminta. dengan Karakteristik dari fungsi ini adalah (1) digunakan timbulnya suatu tindakan (baik akan kelompoknya. melakukan anggota maupun berhenti berbagai secara bentuk yang terbatas oleh Orang yang kelompok bukan mengalami melakukan sesuatu) sebagai respon kesulitan untuk memahami terhadap dari isi tuturan, (2) masing-masing ungkapan bahasa mempunyai variasi bentuk- meskipun bentuk derektif yang berlainan dan tersebut bukan rahasia, berkaitan dengan norma sosial, dan sebagian jargon yang (3) jika suatu tuturan dalam bentuk merupakan serapan dari kata bahasa direktif tidak direspon sedemikian yang secara umum digunakan oleh rupa masyarakat secara luas. maka ketidak dapat pahaman diduga terjadi dalam proses komunikasi. kelompok tersebut, ungkapan-ungkapan karena diciptakan F. Deskripsi Jargon Bahasa Madura Ketiga, fungsi komisif adalah pada Masyarakat Nelayan Pantura menuntut tanggung jawab penutur Memperhatikan definisi untuk melakukan sesuatu, misalnya jargon, yaitu wujud variasi bahasa berjanji, yang mengancam, menawarkan, bersumpah, menjamin, dan sejenisnya.. Keempat, adalah pemakainya terbatas pada kelompok-kelompok sosial tertentu. Istilah-istilah yang dipakai sering tidak fungsi mengekspresikan ekspresif dimengerti oleh masyarakat umum sikap dam masyarakat di luar kelompoknya. psikologis penutur terhadap sesuatu, Kelompok pemakai jargon ini misalnya permintaan maaf, ucapan OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 173 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy biasanya menggunakan istilah-istilah 22. Pojhur khusus namun tidak bersifat rahasia. èntar prappa’en komarangan. 1. Rèya nyamana messin lari cong!. 23. Pas sajân angèn tongghârâh!! 2. Tang jhârmuḍhi karè sakè’ bâri’. 24. Mon aèng surung mabu’ kakè. 3. Messin 25. Ènga’ satèa rèh pettengan. Jènsèt satèya larang kèya?. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pada kalimat pertama jargon Pajâng pursin rè bâk powa bahasa Madura terletak pada kata polana la alpo’. benda yakni kata messin lari yang Mon jhâmpang rèya èangghui mengandung pajâng. gunakan untuk mempercepat laju Mon malem, mon ta’ nagngghui perahu, messin lari juga biasa disebut sukle ta’ paddhâng jhoko’en. dengan Jiya kèr-takèr cong, mon ollè mesin ma’lè padhâ ètaker. perahu mengejar sekumpulan ikan Yâ prao mon terro ta’ buruâh yang sedang berlari atau sering juga èberri’ mangghâr. digunakan untuk mengejar perahu Makè ojhân klambhina ta’ kèra jâ’rèng arti mesin messin ini tèmes dugunakan yang di biasanya pada saat bâcca yang lain. Selain itu, messin lari juga èsabâ’ harganya sangat mahal sehingga èsanggan. pemilik perahu menggunakannya 10. Malemma ta’ ollè makè nyolo. dengan hati-hati. Dari 10 informan 11. Nyarè bhurâ’ân ta’ ollè apa. yang penulis datangi hampir semua 12. Pola lakghu’ ollè rèng alèrèp. 80 13. Iyâ! Bâḍâ sè ngoca’ nyambhâng. messin lari karena menurut mereka 14. Bâri’ ungkapan pandhighâ sakonnè’ sè noro’ jâ rèng aḍâ sè ajhâghâ’ân. 15. Mon majâng malem kèng ta’ ngangghui lampu ènyamaih bhurâ’ân. menggunakan yang gâḍângan. istilah pas untuk mengistilahkan mesin tersebut adalah messin lari karena digunakan saat perahu melaju kencang. Sedangkan 16. Satèya ta’ patè osom orèng alako 17. Kadhâng persen kalimat yang kedua juga termasuk dalam kata benda yakni kata jhârmudhi yang nyambhâng sambi ngancèt. mengandung tugasnya arti pekerja memegang settir pancer, 19. Kadhâng mon ta’ nyapo’ pas salah satu dari pekerja yang ikut 20. Mon ollè sa guthung èbâng la bânnya’. 21. Biasana mon kajhâmbhângan. sendiri atau 18. Mon ollè è jhuwâl ka bhâlinan. nyellang prao laèn. jhârmudhi yang adalah nelayan hanya saja dia memiliki perang ganda atau memiliki tugas tambahan sebagai seorang pemegang kendali perahu. Sementara itu, apabila perahunya 174 OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy mendapatkan hasil tangkapan yang sobek sehingga cara penggunaanya banyak harus sangat hati-hati. maka jhârmudhi mendapatkan tambahan dari hasil Sedangkan pada kalimat kerja yang dilakukannya sehingga kelima terdapat kata jhâmpang yang meskipun mengandung sama-sama angota arti talit untuk nelayan hasil yang didapatkannya mempercepat laju jala saat ditarik, berbeda selain itu jhâmpang juga berfungsi dengan teman-temannya yang lain. untuk membantu meringankan beban Kalimat yang ketiga adalah para pekerja pada saat menarik jala kata messin jènsèt adalah sejenis jhâmpang mesin saat jhâmpang adâ’ dan ada jhâmpang menghidupkan lampu, messin jènsèt buḍi, alat ini juga berfungsi menbantu juga menirukan salah satu mesin apabila jala yang digunakan kurang yang berada diperahu nelayan yang pada saat menangkap ikan. yang digunakan sangat dibutuhkan karena mesin ini memiliki peran Kata dua jenis, kerja ada selanjutnya apabila terdapat pada kalimat keenam yakni nelayan hendak melakukan pekerjaan kata suklè adalah sejenis lampu dimalam hari, karena ditengah-tengah besar yang digunakan nelayan pada laut bisa malam hari dan biasanya lampu ini memberikan cahaya bagi nelayan sinarnya bisa sampai ke dasar laut, sehingga mesin ini sangat diperlukan. suklè juga ada dua macam (1) suklè tidak ada Sementara penting ada listrik yang pajâng khusus perahu yang berfungsi untuk pursin merupakan kata benda yang memberikan cahaya atau menyinari memiliki arti jala yang digunakan oleh perahu pada saat nelayan bekerja nelayan. Banyak jenis yang dimalam hari selain untuk menyinari terdapat dalam perahu serta alat perahu benda ini juga digunakan digunakan untuk menangkap ikan untuk memberi tanda kepada teman- dilaut, pajâng pursin adalah alat satu- teman nelayan yang lain, baik itu satunya yang menjadi ciri khas atau pertanda benda yang keberadaanya tidak bisa buruk, (1) digantikan oleh alat lain, karena laut adalah lampu yang berfungsi dengan adanya alat ini baru bisa untuk menarik ikan agar berkumpul dikatakan bahwa ada proses nelayan. serta digunakan sebagai pertanda pajâng diletakkan bahwa daerah tersebut sudah dimiliki disamping kiri perahu nelayan untuk orang lain dan ini ditaruh di messin memudahkan pada saat dilempar jènsèt. kelaut untuk menangkap ikan serta Sementara kalimat ketujuh tergolong juga dalam kata benda yakni kata ker-taker kata ini adalah pursin kata ini jala pajâng pursin ini sangat rawan sekali baik ataupun pertanda suklè khusus ditaruh di OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 175 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy sejenis benda yang digunakan nelayan pada saat menakar hasil tangkapan agar tidak ada perselisihan dalam takaran, ker-taker terbuat dari anyaman bambu yang memiliki sifat hanya bisa digunakan untuk benda padat bukan benda cair, selain sebagai tempat penakaran ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan ikan apabila tempat yang tersedia tidak mencukupi. Sedangkan kata mangghâr adalah tali yang digunakan pada saat perahu berhenti baik itu di pantai ataupun ditenganh-tengan laut, mangghâr adalah tali yang paling besar yang ada di dalam perahu serta memiliki panjang 200 meter, mangghâr berasal dari kata manggher yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kata mengikat. Kata benda berikutnya terdapat pada kalimat kesembilan yakni kata sanggan tempat yang digunakan untuk berteduh serta penyimpanan barang-barang saat turun hujan, biasanya sanggan ini berada diatas perahu yang ditutupi serta bisa digunakan untuk tidur. Kalimat berikutnya adalah kalimat yang tergolong dalam kata kerja yakni kata nyolo yang memiliki makna bahwa nelayan pergi menangkap ikan pada malam hari, biasanya mencari ikan pada tanggal 17 s.d. 08 pada saat bulan tidak ada bulan, sedangkan cara penangkapannya sangat unik yakni menggunakan lampu bangkra’ yang ditinggalkan beberapa jam, semantara perahunya mencari 176 nelayan ditempat lain, setelah itu apabia sudah ada ikan yang banyak atau berkerumun maka perahunya kembali lagi untuk menangkap ikan yang sudah ada tersebut. Lain halnya dengan kata bhurâ’ân. Bhurâ’ân berasal dari kata bhurâ yang memiliki arti têra’ atau terrang, sementara dalam masyarakat nelayan bhurâ’ân memiliki makna nelayan dimalam hari hanya saja perbedaanya kalau bhurâ’ân nelayan tidak menggunakan lampu, proses pencariannyapun sangat unik yakni perahu yang mencari ikan semua lampu dimatikan dan tidak boleh ada salah satu lampupun yang hidup, dengan demikian pergerakan ikan yang ada di laut akan jelas kelihatan. Sementara nelayan di siang hari dinamakan alèrèp, biasanya nelayan berangkat ke laut pada waktu pagi kira-kira jam 4 pagi dan pulangnya jam 6 sore, serta apabila tidak mendapatkan ikan waktu nelayan pulang lebih awal kira-kira jam 12 siang. Lain halnya dengan kata nyambhâng juga dinamakan nelayan pada siang hari, tapi perbedaanya terletak pada pemberangkatannya, kalau berangkat jam 12 siang kalau pulang jam 8 malam, serta proses pencarian ikannya-pun berbeda, kalau alèrèp hampir sama dengan nyolo karena meninggalkan umpan dilaut untuk menarik ikan hanya saja tidak menggunakan lampu karena disiang hari, sementara nyambhâng mencari ikan dengan tidak menggunakan OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy umpan, tetapi mencari langsung pergerakan ikan yang ada dilaut. Kalimat berikutnya terdapat kata pandhighâ adalah sebutan kepada anggota nelayan, jumlah maksimal pandhighâ dalam satu perahu sebanyak 40 orang dan minimal 17 orang, sebelum pandhighâ berangkat nelayan ada yang namanya ajhâghâ’ân, ajhâghâ’ân adalah pekerjaan yang di lakukan oleh salah satu anggota nelayan yang bertugas memberitahukan kepada anggota yang lain kalau tiba waktunya nelayan atau berangkat bekerja. Satèya ta’ patè osom orèng alako gâḍângan adalah termasuk ke dalam kata kerja, karena terdapat kata gâdângan yang memiliki arti bahwa sekarang tidak banyak orang yang nelayan dimalam hari karena cuaca yang sedang buruk, kata kerja berikutnya terdapat pada kalimat ke tujuh belas yakni kadhâng nyambhâng sambi ngancèt maksud kalimat di atas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh nelayan selain menggunakan jala besar untuk menangkap ikan mereka sesekali menggunakan waktu luangnya dangan ngancèt maksud dari kata ini adalah memancing di atas perahu pada saat nelayan siang atau biasa di sebut dengan nyambhâng. Kata kerja selanjutnya terdapat pada kalimat ke delapan belas yakni kata bhâlinan kata ini memiliki makna pekerjaan jual beli ikan di tengah-tengah laut yang dilakukan oleh nelayan yang apabila hasil tangkapannya melebihi batas, sementara perahu yang membelinya dinamakan paroh bhâlinan. Untuk daerah Bandaran dan sekitarnya paroh bhâlinan ini adalah perahu yang datang lansung dari jawa untuk membeli ikan di laut lansung, alasannya karena kalau membeli langsung dari nelayan yang ada dilaut harganya lebih murah bahkan bisa sepuluh kali lipat lebih murah dibandingkan di pasar, selain itu ikan yang dibeli langsung di laut akan lebih segar karena masih baru. Sedangkan kata nyellang adalah kata yang memiliki arti pekerjaan yang dilakukan oleh salah satu anggota nelayan apabila dia terlambat dan ditinggalkan oleh perahu yang biasanya dia ikut, dan dia ikut perahu lain. Sementara itu, kalimat berikutnya adalah jargon bahasa Madura yang digunakan oleh masyarakat nelayan pada kata benda yakni terdapat pada kalimat ke dua puluh yakni pada kata guthung adalah tempat ikan yang digunakan pada saat hasil tangkapannya banyak, ada beberapa sebutan atau benda-benda yang digunakan oleh neyan sebagai tempat penyimpanan ikan, yang paling besar dinamakan pètak stiap perahu memiliki pètak yang jumlahnya hampir sama yakni sebanyak 10 pètak tapi yang sering digunakan sebanyak 5 buah selanjutnya baskèt alat yang digunakan untuk menyimpan ikan dan masyarakat di luar nelayan biasanya menyebut bak, rènjhing tempat ikan OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011 177 JARGON BAHASA MADURA PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTURA Moh. Hafid Effendy yang terbuat dari bambu yang ukurannya sangat besar dan biasanya digunakan apabila ikan hasil tangkapannya melebihi batas. Selain kata benda dan kata kerja terdapat pula kata sifat yang digunakan oleh masyarakat nelayan salah satunya terdapat pada kalimat ke duapuluh satu yakni kata kajhâmbhângan memiliki arti bahwa air tenang dan pada saat itulah semua nelayan berlayar mencari ikan dilaut, lain halnya dengan kata komarangan yang memilki arti air surut, sementara tongghârâh adalah sejenis angin yang di takuti oleh seluruh nelayan karena angin ini merupakan angin yang palig besar, sehingga apabila tiba waktunya angin tongghârâh semua nelayan tidak berani keluar atau bekerja. Sementara kalimat ke duapuluh empat juga termasuk kedalam kata sifat yakni kata surung atau air pasang, serata kalimat terakhir adalah kata pettengan di mana waktunya nelayan bekerja untuk mencari nafkah di laut. Dari hasil paparan data di atas, beberapa kata yang terjaring, yang tergolong dalam kata benda sebanyak lima puluh lima kata, yang tergolong kata kerja sebanyak tiga puluh lima kata, dan yang tergolong kata sifat sebanyak dua puluh dua kata. Dengan demikian, dapat disintesiskan bahwa kata yang digunakan oleh masyarakat nelayan Desa Pasean Tlonto raja mayoritas menggunakan kata benda. 178 Daftar Rujukan Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa. Ibrahim, Abd. Syukur. 1995. Sosiolinguistik: Sajian, Tujuan, Pendekatan, dan Problem. Surabaya: Usaha Nasional. Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Yayasan Kanisius. Kemendiknas. 2008. Ejaan Bahasa Madura yang Disempurnakan. Surabaya:Balai Bahasa Surabaya. Pateda, Mansoer. 1990. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa. Rani, Abdul. 2004. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaiannya. Malang: Banyumedia Publishing. Soeparno. 2002. Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Tarigan, Henry Guntur. 1990. Teori Belajar Bahasa. Bandung: Angkasa. Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM. OKARA, Vol. II, Tahun 6, November 2011