ii HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN

advertisement
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN
BERKOMUNIKASI GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT
KOMUNIKASI KELAS 2 SEKRETARIS SMK MURNI 2 SURAKARTA
TAHUN 2009/2010
Oleh:
INTI RESTUNINGTYAS
K 7406012
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2010
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juni 2010
Persetujuan Pembimbing:
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. C. Dyah S. Indrawati, M. Pd
Tutik Susilowati, S.Sos, M.Si
NIP. 1961 1122 1989 03 2 001
NIP.1975 1021 2005 01 2 001
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : ……………….
Tanggal : ………………..
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dra. Tri Murwaningsih, M.Si
Sekretaris
: Susantiningrum, S.Pd, SE, MAB
Anggota I
: Dra. C. Dyah S. Indrawati, M.Pd.
Anggota II
: Tutik Susilowati, S.Sos. M.Si
Disahkan Oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
19600727 198702 1 001
iv
1. …………….
2. …………….
3. …………….
4. …………….
ABSTRAK
Inti Restuningtyas. HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA
DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI GURU DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATA DIKLAT KOMUNIKASI KELAS 2 SEKRETARIS SMK 2
MURNI SURAKARTA TAHUN 2009/2010, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menjelaskan ada tidaknya hubungan
antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada
siswa kelas 2 Sekretaris SMK Murni 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010, (2)
Menjelaskan ada tidaknya hubungan antara kemampuan berkomunikasi guru dengan
prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni
Surakarta tahun pelajaran 2009/2010, (3) Menjelaskan ada tidaknya hubungan antara
motivasi belajar siswa, dan kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama
dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II
Murni Surakarta tahun pelajran 2009/2010.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional dan
berbentuk penelitian kuantitatif. Populasi adalah seluruh siswa kelas 2 bidang
keahlian Administrasi perkantoran yang terdiri dari dua kelas dengan masing –
masing kelas berjumlah 24 siswa dan 22 siswa, dengan sampel menggunakan metode
sensus yaitu semua populasi dijadikan sampel karena jumlah populasinya sedikit,
dengan pengambilan tryout di sekolahan lain yang memiliki akreditasi dan
karakteristik sama, Data diperoleh dengan menggunakan angket dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik korelasional dengan teknik
regresi ganda.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) ada hubungan
antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada
siswa kelas 2 Sekretaris SMK 2 Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010, hal ini
ditunjukkan dengan pengujian hipotesis, diperoleh nilai rhitung > rtabel atau 0,553 >
v
0,291 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf signifikansi 5%. (2) ada
hubungan antara kemampuan berkomunikasi guru dengan prestasi belajar mata diklat
komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK 2 Murni Surakarta tahun pelajaran
2009/2010, ini ditunjukkan dengan pengujian hipotesis diperoleh nilai rhitung > rtabel
atau 0,473 > 0,291 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf signifikansi 5%.
(3) ada hubungan antara motivasi belajar siswa, dan kemampuan berkomunikasi guru
secara bersama-sama dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas
2 Sekretaris SMK 2 Murni Surakarta tahun pelajran 2009/2010, ini ditunjukkan
dengan pengujian hipotesis diperoleh nilai Fhitung > Ftabel atau 17,393 > 3,25 sehingga
Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf signifikansi 5%. Temuan lain yang didapatkan
dalam penelitian ini adalah: Sumbangan Relatif motivasi belajar siswa (X1) dengan
prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) sebesar 59,47%. Sumbangan relatif
kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi mata diklat komunikasi (Y)
sebesar 40,53%. Sumbangan efektif motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi
belajar mata diklat komunikasi (Y) sebesar sebesar 26,59%. Sumbangan efektif
kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi mata diklat komunikasi (Y)
sebesar 18,13%. Hasil persamaan diperoleh dari perhitungan adalah: diperoleh
persamaan sebagai berikut: Ỹ = 2,866 + 0,044 X1 + 0,031 X2, dapat dijelaskan bahwa
rata-rata satu unit prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) akan meningkat atau
menurun sebesar 0,044 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit motivasi
belajar siswa (X1) dan juga akan meningkat atau menurun sebesar 0,031 untuk setiap
peningkatan atau penurunan satu unit kemampuan berkomunikasi guru (X2)
vi
MOTTO
Semua yang terjadi didunia ini adalah atas ijin Nya
(Penulis)
Genggamlah dunia ditanganmu dan akhirat dihatimu.
(Penulis)
… Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat …”.
(Qs. Al Mujadalah: 11)
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (
dari suatu urusan ), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh ( urusan ) yang lain, dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap
( Alam Nasyrah : 6 –8 )
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Bapak dan Ibunda tercinta, yang tiada hentinya memberikan pengorbanan, kesabaran,
dorongan dan semangat serta doa untuk penulis.
Kakak dan adikku yang aku sayangi yang turut memberi semangat bagiku.
“The Best Friend” yang telah banyak memberi motovasi dan perhatiannya sehingga
skripsi ini selesai.
Almamaterku tercinta.
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memuji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta karuniaNya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Segala usaha dan kemampuan telah peneliti curahkan semaksimal mungkin
dalam menyelesaikan skripsi ini dengan tujuan untuk memenuhi syarat mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak mengalami
hambatan, namun atas bantuan dari beberapa pihak akhirnya peneliti dapat
menyelesaikannya. Oleh karena itu tidak lupa peneliti ucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang
telah memberikan ijin kepada peneliti untuk menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin
untuk menyusun skripsi ini.
3. Ketua Program dan Sekretaris Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian
Khusus pendidikan administrasi Perkantoran yang telah memberikan ijin kepada
peneliti untuk menyusun skripsi.
4. Ibu Dra. C. Dyah SI, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan motivasi sehingga terselesainya skripsi ini.
5. Ibu Tutik Susilowati, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada peneliti.
6. Kepala Tata Usaha Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas
Maret dan Staff, yang telah membantu dan melayani dengan baik segala hal yang
berkaitan dengan administrasi.
7. Seluruh tenaga pengajar Program Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
berkenan memberikan bekal ilmu.
ix
8. Kepala SMK Murni 2 Surakarta Drs. Suwitadi, SH, MM, MSi yang memberikan
ijin untuk melakukan penelitian kepada peneliti untuk menyusun skripsi.
9. Drs. Ponco Kussarwiutoyo yang memberikan bantuan kepada peneliti dalam
penyusunan skripsi.
10. Kepala SMK Bimando Surakarta Drs. Utomo Supriyanto yang memberikan ijin
untuk melakukan ujicoba penelitian kepada peneliti,
11. Ibunda dan Bapak yang selalu berdoa untuk penulis yang telah memberikan kasih
sayang, motivasi dan memenuhi segala sarana yang penulis perlukan.
12. Adikku yang selalu memberi doa dan dukungan.
13. Kakakku yang selalu memberi kasih sayang dan mengisi hari-hariku dengan
sesuatu yang berarti.
14. Sahabat-sahabatku Anum, Ratna, Pipin, Lina, Kemi, Sari, Maya, Welasita, Dian,
Teguh, Danian (Mbothul), Omad yang selalu menemaniku, thank’s for all.
15. Rekan-rekan PAP’06 dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
16. Anak-anak Kos Mentari Mba Anik, Simons, Mb Lya, Nyak Lely, Mb Ratna.
17. Anak -anak kos Sinabung Ayu, Desti, Mb Na’, Nance, Mb Kristin
18. Anak-anak kos Sekar Aji yang Siwi, Dayu, Nenel, dan adik-adik kosku semua.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu Peneliti mengharapkan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Surakarta,
Penulis
x
Juni 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta mangikuti arus
kemajuan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
pemerintah
mengupayakan
penyelenggaraan pendidikan dalam satu sistem pengajaran nasional yang diatur
oleh undang-undang. Tujuan pendidikan nasional dapat terwujud dengan adanya
sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan sumber daya manusia yang
berkualitas dapat dicapai melalui pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran para peserta
didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kemampuan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pembangunan
dalam
bidang
pendidikan
merupakan
bagian
terpadu
dari
pembangunan nasional, yaitu membentuk manusia seutuhnya baik pembangunan
jasmani maupun pembangunan rohani.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah terus
menerus berupaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan. Di dalam
peningkatan mutu pendidikan dan pencapaian tujuan pendidikan nasional tentunya
tidak bisa terlepas dengan proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar
terjadi hubungan timbal balik antara siswa dengan guru. Agar proses belajar
menghasilkan yang diharapkan, maka baik siswa maupun guru perlu memiliki sikap,
kemampuan, kemauan dan ketrampilan yang mendukung proses belajar mengajar.
Proses belajar merupakan suatu proses kegiatan yang secara terus menerus dilakukan
guna mendapat ilmu pengetahuan yang dipelajari. Siswa tidak bisa terlepas dari
proses belajar dalam usaha meraih prestasi belajar yang tinggi. Seperti proses belajar,
kemauan belajar tersebut juga tidak terlepas dari siswa itu sendiri. Siswa berusaha
xi
mencapai prestasi akademis yang baik semata-mata karena ia ingin belajar dan karena
tujuan utamanya adalah mendapatkan pengetahuan, pengertian, pengalaman, dan
pengembangan diri. Selain faktor dalam diri siswa itu sendiri proses belajar juga
dipengaruhi oleh guru. Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pembelajaran disekolah dan guru sangat berperan dalam membantu perkembangan
peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Bakat, kemampuan
dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara
optimal tanpa bantuan guru. Untuk itu seorang guru harus memenuhi standar
kompetensi guru professional, salah satunya adalah kompetensi dasar mengajar.
Sehingga, dalam keberhasilan proses belajar dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa
dan guru yang professional.
Menurut Soemarsono (2007:1) “Proses belajar adalah proses yang dialami
secara langsung dan aktif oleh siswa pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar
mengajar yang direncanakan dan disajikan disekolah baik yang terjadi dikelas
maupun diluar kelas”. Kegitan belajar dapat berlangsung dimana saja, tidak hanya
dilingkungan sekolah saja melainkan juga di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Belajar merupakan proses perubahan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
berlangsung secara terus menerus dalam periode waktu yang panjang, Nurgiyantono
(1995:21) menyatakan bahwa “Seseorang dikatakan telah mengalami peristiwa
belajar apabila ia mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
berkompeten menjadi berkompeten”. Dalam
hal ini seseorang telah mengalami
proses belajar apabila ia mangalami suatu perubahan perilaku, sedangkan proses
belajar mengajar menurut Abin Syamsudin Makmun
(2004:156) dapat diartikan
“Sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai
tujuannya”. Oleh karena itu proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan
dimana antara guru dan siswa memiliki peran yang sama besarnya dalam mencapai
tujuan pembelajaran khususnya tercapainya prestasi belajar yang baik.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam meraih prestasi
belajar siswa adalah motivasi belajar siswa tersebut, menurut Muhibin Syah
xii
(2006:136) “Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme – baik
manusia ataupun hewan – yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu”. Motivasi
dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang dapat
mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar, sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar siswa termasuk
motivasi intrinsik, menurut Soemarsono (2007:16) “Yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena didalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu”.
Dalam penelitian ini, apabila dilihat dari segi kegiatan yang dilakukannya
yaitu kegiatan belajar, maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini berarti
ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam kegiatan belajar itu sendiri. Yang
terpenting dalam motivasi intrinsik itu sendiri adalah hasrat untuk berprestasi yang
baik, tidak menurut ukuran dan pandangan orang lain, melainkan menurut ukuran dan
pandangan diri sendiri mengenal taraf keberhasilan yang diperolehnya. Sebagai
contoh apabila di awal semester seorang siswa menentukan target bahwa nilai yang
harus dicapai pada mata pelajaran “x” adalah 8, maka apabila dihari pembagian rapor
nilai siswa tersebut sama dengan atau diatas 8 maka siswa tersebut merasa puas dan
apabila target tersebut tidak tercapai maka siswa tersebut merasa tidak puas bahkan
mencela diri sendiri. Apabila siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi maka,
siswa memiliki kemauan yang keras untuk belajar dikarenakan dorongan dalam diri
siswa itu dan apabila siswa sudah memiliki motivasi untuk belajar karena tujuan
tertentu, maka ia akan selalu mencari tahu dan mempelajari mata pelajaran tersebut
secara lebih mendalam untuk mencapai tujuannya.
Motivasi belajar sangat mempengaruhi prestasi yang diperoleh siswa.
Seorang siswa yang memiliki minat terhadap belajarnya, maka dia akan berusaha
xiii
mendapat nilai yang bagus. Selain itu, siswa yang memiliki motivasi belajar yang
tinggi akan berusaha untuk meyelesaikan semua pekerjaan yang diberikan guru,
sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar yang didapat siswa. Siswa yang
memiliki motivasi tinggi terhadap pelajaran, akan berusaha sebaik -baiknya agar
mendapatkan hasil belajar yang baik di akhir kegiatan belajar mengajar.
Selain motivasi belajar siswa faktor lain yang dapat menentukan
keberhasilan dalam meraih prestasi belajar siswa adalah kemampuan berkomunikasi
guru. Menurut Arief S. Sadiman, dkk., (1990:11)” Pembelajaran pada hakekatnya
adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke
penerima pesan melalui saluran atau media tertentu”. Menurut Suhaenah Suparno
(2000:113) “Komunikasi mempunyai peran yang sangat penting didalam interaksi
antara peserta dengan fasilisator karena interaksi ini berarti ada pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan secara interaktif dan terus menerus”. Dengan demikian,
melalui proses komunikasi, pesan dapat diterima, diserap, dan dihayati penerima
pesan. Guru dalam kaitannya dengan ini berusaha melakasanakan peranannya sebagai
sumber informasi dengan mengusai pengetahuan yang terkandung dalam bidang
studinya dengan cara guru harus mampu mengkomunikasikan ide, gagasan, nasehat,
materi dan sebagainya. Sehingga pada akhirnya akan meningkatkan preatasi belajar
siswa tersebut.
Siswa dan guru serta masyarakat pada umumnya selalu menginginkan
prestasi belajar yang baik, oleh karena itu untuk mencapai suatu prestasi belajar yang
baik guru sebagai
komunikator memiliki peran yang dimainkan didepan kelas,
Suwarna (2006:11) menyatakan bahwa:
“Peranan guru didepan kelas sebagai informator/komunikator/nara
sumber memberi informasi yang berupa aspek kognitif, afektif, maupun
keterampilan. Aspek kognifif mengacu pada perkembangan intelektual
siswa, aspek afektif mengacu pada pembentukan perkembangan sikap
sesuai dengan budaya setempat, aspek keterampilan berkaitan dengan
kerja otak secara motoris. Ketiga aspek tersebut diharapkan menjadi
trifungsi, artinya tiga hal yang menyatu pada diri siswa”.
xiv
Dengan demikian, melalui peran guru sebagai komunikator yang
memberikan informasi kepada siswa-siswanya, sebagai guru yang professional yakni
guru yang menguasai bidang studinya secara luas harus berusaha meningkatkan
kemampuan berkomunikasinya, sehingga siswa-siswanya untuk lebih tertarik pada
mata pelajaran yang guru tersebut ajarkan dan pada akhirnya kemampuan
berkomunikasi guru sangat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan
yang mengorientasikan siswa lulusannya segera dapat bekerja, oleh karana itu siswa
haruslah mengembangkan potensi diri agar sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Dalam
hal ini siswa dituntut untuk memahami dan mengaplikasikan ketrampilan dasar dalam
berkomunikasi, karena kemampuan berkomunikasi yang baik sangatlah penting untuk
meningkatkan kualitas lulusan. Di SMK 2 Murni Surakarta pada saat pembelajaran
mata diklat komunikasi pada kelas 2 Sekretaris motivasi belajar siswa terhadap mata
diklat ini masih kurang. Hal ini terbukti pada saat guru memberikan tugas yang
sedikit menantang siswa berkaitan dengan mata diklat komunikasi siswa kurang
antusias dan kurang maksimal dalam mengerjakan tugas-tugas yang guru berikan.
Disisi lain dalam kaitannya dengan prestasi belajar, peran guru sangatlah penting
diantaranya guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, sehingga
materi yang diajarkan mudah diterima dan dipahami oleh siswa-siswanya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dan untuk mengetahui
hubungan antara motivasi belajar siswa dan kemampuan berkomunikai guru dengan
prestasi belajar mata diklat komunikasi, maka penulis mengajukan judul sebagai
berikut:
“HUBUNGAN
ANTARA
MOTIVASI
BELAJAR
SISWA
DAN
KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR
MATA DIKLAT KOMUNIKASI KELAS 2 SEKRETARIS SMK 2 MURNI
SURAKARTA TAHUN 2009/2010”.
B. Identifikasi masalah
xv
Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk
memecahkannya, sehingga setiap masalah yang timbul perlu diidentifikasikan agar
jelas kedudukannnya masing-masing untuk memudahkan setiap kesulitan yang ada.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
1. Kurangnya motivasi belajar siswa menyebabkan siswa kurang
memiliki keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri serta
penyelesaian masalah sendiri berdampak pada prestasi belajar siswa.
2. Kurangnya keinginan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
guru berikan dengan maksimal, sehingga hasil yang dicapai menjadi
tidak maksimal
3. Keterbatasan kemampuan guru dalam mengkomunikasikan ide,
gagasan, nasehat, materi dan sebagainya, sehingga menyebabkan
proses pembelajaran tidak maksimal.
4. Siswa kurang begitu paham terhadap materi yang diajarkan oleh guru
yang disebabkan siswa kurang mengerti apa yang guru sampaikan.
C. Pembatasan masalah
Menurut Iskandar (2008:165) “Pembatasan masalah perlu dilakukan karena
adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, khususnya waktu, tenaga,
kemampuan teoritik yang relevan dengan penelitian, sehingga diharapkan penelitian
dapat dilakukan lebih terfokus dan mendalam”. Pembatasan masalah dalam penelitian
dimaksudkan agar dalam pembahasan masalah lebih terarah dan tidak menimbulkan
kesalahan dalam penafsiran.
Untuk memudahkan dalam pelaksaaan penelitian serta dapat menjawab
permasalahan secara fokus dan mendalam, maka perlu adanya pembatasan masalah.
Adapun masalah yang akan diteliti dalam penelitian dibatasi pada motivasi belajar
xvi
siswa, kemampuan berkomunikasi guru dan prestasi belajar komunikasi siswa kelas 2
Sekretaris SMK Murni 2 Surakarta. Untuk menjelaskan istilah-istilah yang berkaitan
dengan permasalahan tersebut perlu ditegaskan sebagai berikut:
1. Motivasi belajar siswa
Motivasi belajar siswa merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan
kegiatan belajar, dan apabila ia tidak suka, maka akan berusaha
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
2. Kemampuan berkomunikasi guru
Kemampuan berkomunikasi guru adalah kemampuan guru untuk
menyampaikan ide atau gagasan, pertanyaan atau informasi lainnya yang
dilakukan pada saat proses belajar mengajar, dalam hal ini guru yang
dimaksud adalah guru yang mengajar mata diklat komunikasi.
3. Prestasi belajar mata diklat komunikasi
Prestasi belajar mata diklat komunikasi adalah hasil belajar mata diklat
komunikasi yang dicapai oleh siswa yang berupa pengetahuan dan
ketrampilan yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun kalimat
yang diberikan oleh guru dalam bentuk nilai.
D. Perumusan masalah
Iskandar (2008:166) menyatakan bahwa “ Rumusan masalah merupakan
uraian dari masalah yang dimunculkan dalam latar belakang yang dikemukakan”.
Rumusan masalah dinyatakan dengan kalimat pertanyaan atau pernyataan yang jelas
dan padat.
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
xvii
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa
dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2
Sekretaris SMK 2 Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010?
2. Apakah
ada
hubungan
yang
signifikan
antara
kemampuan
berkomunikasi guru dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi
pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK 2 Murni Surakarta tahun pelajaran
2009/2010?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa,
dan kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan
prestasi belajar mata diklat Komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris
SMK 2 Murni Surakarta tahun pelajran 2009/2010?
E. Tujuan penelitian
Iskandar (2008:167) menyatakan bahwa ”Tujuan penelitian adalah tujuan
untuk menjawab pertanyaan masalah yang diteliti secara spesifik, untuk mencapai
tujuan penelitian yang dilakukan”. Berdasarkan perumusan masalah yang telah
dikemukakan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar siswa
dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2
Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010
2. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara kemampuan berkomunikasi
guru dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas
2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010
3. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar siswa, dan
kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan prestasi
belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II
Murni Surakarta tahun pelajran 2009/2010
F. Manfaat penelitian
xviii
Hasil penelitian ini dharapkan dapat memberikan manfaat baik secarta
teoritis maupun secara praktis yaitu:
1. Manfaat teoritis
a. Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
mengkaji
masalah
kemampuan berkomunikasi guru, motivasi belajar siswa dan
prestasi belajar siswa bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya bidang pendidikan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perluasan
pengetahuan dan wawasan penelitian dalam bidang pendidikan.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi
penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan motivasi
belajar siswa dan kemampuan berkomunikasi guru.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasinya
kepada siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar pelajaran
komunikasi maupun pelajaran lainnya
b. Bagi siswa dapat menumbuhkan rasa suka terhadap mata diklat
komunikasi sehingga membuat siswa menjadi aktif dan kreatif
dalam menerima dan menyerap materi pelajaran komunikasi.
c. Bagi siswa dapat lebih terampil dalam mengkomunikasikan apa
yang ada dalam pikirannya sehingga dapat bermanfaat bagi
keberhasilan siswa nantinya.
d. Bagi orang tua siswa untuk memberikan pemahaman tentang
pentingnya motivasi belajar anak.
e. Merupakan masukan yang positif bagi sekolah, sehingga dapat
memperbaiki
sistem
pembelajarannya,
sehingga
mampu
membekali siswa untuk dapat menerapkan ilmu yang dimiliki, baik
sekarang maupun yang akan datang.
xix
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan langkah selanjutnya dalam penelitian ilmiah,
teori atau konsep ini digunakan sebagai landasan teoritis dalam penelitian. Dalam
aktivitas penelitian peran teori sangat penting dan diperlukan dalam menjelaskan
variabel-variabel yang akan diteliti, peneliti akan lebih mudah membuat pilihan
variabel-variabel yang berhubungan dengan fenomena yang akan dikaji. Menurut
Suharsimi Arikunto (2005:58) “Kegiatan mendalami, mencermati, menelaah, dan
mengidentifikasi pengetahuan itulah yang biasa dikenal dengan istilah mengkaji
bahan pustaka atau biasa disingkat dengan istilah kajian pustaka”.
Penyusunan landasan teori tidak akan produktif sebelum bahannya cukup
banyak. Karena itu perlu terlebih dahulu dibaca sumber-sumber bacaan baru
kemudian ditelaah. Penelaahan pustaka berpengaruh besar terhadap kesimpulan
akhir yang hendak dicapainya. Dengan memandang pentingnya landasan pustaka
bagi penelitian, maka peneliti telah mengadakan tugas kepustakaan guna mencari
bahan teori yang memuat tentang keterangan abstrak dari variabel yang sesuai
dengan masalah yang peneliti sedang lakukan. Adapun tinjauan pustaka berisi
sebagai berikut:
1. Tinjauan tentang motivasi belajar
a. Pengertian motivasi belajar
b. Jenis-jenis motivasi
c. Prinsip-prinsip motivasi belajar
xx
d. Fungsi motivasi
2. Tinjauan tentang kemampuan berkomunikasi guru
a. Pengertian komunikasi
b. Unsur-unsur komunikasi
c. Bentuk-bentuk komunikasi
d. Ganguan dan rintangan dalam berkomunikasi
e. Proses komunikasi
f. Kemampuan guru dalam berkomunikasi
g. Macam-macam bentuk komunikasi dalam mengajar
h. Keterampilan komunikasi guru
3. Tinjauan tentang prestasi belajar mata diklat komunikasi
a. Pengertian prestasi belajar
b. Fungsi dan kegunaan prestasi belajar
c. Cara mengukur prestasi belajar
d. Penilaian mata diklat komunikasi
1. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Seseorang yang memiliki suatu tujuan tentunya orang tersebut memiliki
dorongan baik berasal dari diri orang tersebut, dari lingkungan atau orang lain.
Dalam hal belajar seseorang tentunya mempunyai suatu tujuan yaitu mencapai
prestasi yang memuaskan, maka dalam proses pencapaiannya orang tersebut
membutuhkan adanya dorongan yang berasal dari dalam diri orang tersebut yang
kadarnya berbeda antara orang yang satu dengan orang lainnya.
Daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu itulah
yang disebut dengan motif. Menurut WS Winkel dalam Soemarsono (2007:11)
bahwa: motif adalah daya penggerak didalam diri orang untuk melakukan aktivitas
xxi
tertentu demi mencapai suatu tujuan. Menurut pendapat dari Uzer Usman (2005: 28)
bahwa:
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan
kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan
motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan
atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan
dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu. Motif dan motivasi
berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan, dorongan untuk memenuhi
kebutuhan dan pencapaian tujuan yang memenuhi kebutuhan itu. Menurut
Soemarsono (2007:12) istilah lingkaran motivasi memiliki tiga rantai dasar:
1)
2)
3)
Timbulnya suatu kebutuhan yang dihayati dan dorongan untuk memenuhi
kebutuhan itu.
Bertingkah laku tertentu sebagai usaha untuk mencapai suatu tujuan yaitu
terpenuhinya kebutuhan yang dihayati.
Tujuan tercapai sehingga orang merasa puas dan lega karena kebutuhan telah
terpenuhi
Menurut Oemar Hamalik (2001:158) ada dua prinsip yang digunakan untuk
meninjau motivasi, yaitu:
1)
2)
Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan
membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk
memperkirakan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang;
Kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk
dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk itu dapat dipercaya , dapat
dilihat kegunaanya dalam menjelaskan tingkah lakunya.
Motivasi tumbuh dari dalam diri seseorang tetapi juga dapat dirangsang oleh
faktor dari luar diri individu, Sudirman AM dalam Soemarsono (2007:12)
menyatakan bahwa: motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan
xxii
kondisi-kondisi tersebut, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia tidak suka maka akan berusaha meniadakan atau mengelakkan perasaan
tidak suka itu. Menurut Oemar Hamalik (2001:158) “Motivasi adalah perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan”. Dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi suatu proses dari serangkaian usaha untuk menggiatkan
motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Menurut Oemar Hamalik (2001:158) didalam perumusan motivasi ini dapat
dilihat ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut:
1)
2)
3)
Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahanperubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu didalam
sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadi
perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga
perubahan energi yang tidak diketahui.
Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula
merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana
emosi ini menimbulkan kelakukan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa
dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan.
Seorang terlihat dalam suatu diskusi karena ia merasa tertarik pada masalah
yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan
cepat dan lancar akan keluar.
Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang
bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah suatu tujuan.
Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh
perubahan energi dalam dirinya.
Kebutuhan perbuatan, atau kelakuan, tujuan, dan kepuasan terdapat
hubungan dan kaitan yang kuat. Setiap perbuatan dilakukan dikarenakan adanya
dorongan motivasi. Timbulnya motivasi oleh karena seseorang merasakan suatu
kebutuhan tertentu dan karenanya perbuatan menjadi terarah kepada pencapaian
tujuan tertentu pula. Berdasarkan penelitian yang terdahulu Sukiniarti (2006)
xxiii
Motivasi belajar berkaitan dengan proses belajar, motivasi dalam belajar sangat
diperlukan karena dapat meningkatkan semangat peserta didik untuk belajar.
b. Jenis-jenis Motivasi
Macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
sehingga motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi.
1)
Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
1.1. Motivasi bawaan
Yang dimaksud dengan motivasi bawaan adalah motivasi yang dibawa
sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Motivasi ini seringkali
disebut motvasi yang diisyaratkan secara biologis.
1.2. Motivasi yang dipelajari
Yaitu motivasi yang timbul karena dipelajari. Motivasi ini sering kali
disebut dengan motivai yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia
hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain.
Sehingga motivasi itu terbentuk. Sebab dengan adanya kemampuan
berhubungan, kerjasama didalam masyarakat tercapailah suatu kepuasan
diri.
2)
Motivasi jasmani dan rohani
Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis
yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi
jasmaniah seperti misalnya: reflex, nafsu, sedangkan motivasi rohaniah yaitu
kemauan. Kemauan pada diri manusia terbentuk melalui empat momen yakni
momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan dan yang keempat momen
terbentuknya kemauan.
3)
Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
xxiv
Yang dimaksud motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam diri setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Apabila dilihat dari segi tujuan
yang dilakukanya, misalnya kegiatan belajar, maka yang dimaksud dengan
motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam
kegiatan belajar itu sendiri, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat
pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah dan sebagainya. Bila seseorang telah
memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan
suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas
belajar motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang
yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus
menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam
belajar. Keinginan itu dilatar belakangi oleh keinginan yang positif, bahwa semua
mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini
serta dimasa mendatang.
Seseorang yang memiliki minat yang tinggi untuk mempelajari suatu mata
pelajaran ia akan mempelajarinya dalam jangka waktu tertentu, maka orang itu
boleh dikatakan memiliki motivasi dalam belajar. Motivasi memang berhubungan
dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk memunculkan
aktivitas belajar. Oleh karena itu, minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu
obyek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi ada sangkut pautnya dengan dirinya.
Perlu ditegaskan bahwa anak didik yang memiliki motivasi intrinsik
cenderung akan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang
mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Gemar belajar adalah aktivitas yang
tidak pernah sepi dari kegiatan anak didik yang memiliki motivasi intrinsik dan
memang diakui oleh semua pihak, bahwa belajar adalah suatu cara untuk
mendapatkan sejumlah ilmu pengetahuan. Dorongan untuk belajar bersumber pada
kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan
xxv
berilmu pengetahuan. Jadi motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran
dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial.
Menurut pandangan HJM Hermans yang dikutip oleh Soemarsono (2007:18)
bahwa siswa yang memiliki tanggung jawab besar dan memiliki hasrat berprestasi
baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.1. Kecenderungan mengerjakan tugas-tugas belajar yang menantang, namun
tidak berada diatas taraf kemampuannya.
1.2. Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri, serta menentukan penyelesaian
masalah sendiri, tanpa disuapi terus-menerus oleh guru.
1.3. Keinginan kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang sedikit diatas
taraf yang telah dicapai sebelumnya.
1.4. Orientasi pada masa depan, kegiatan belajar dipandang sebagai jalan menuju
realisasi citra cita
1.5. Pemilihan teman kerja atas dasar kemauan teman itu untuk menyelesaikan
tugas belajar bersama, bukan atas dasar rasa simpati atau perasaan senang
terhadap teman itu.
1.6. Keuletan dalam belajar walaupun menghadapi banyak rintangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Motivasi
eksrtrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya,
aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Yang tergolong bentuk motivasi
ekstrinsik antara lain:
1.1. Belajar demi memenuhi kewajiban
1.2. Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan
1.3. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan
1.4. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial
xxvi
1.5. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting misalnya guru dan
orang tua
1.6. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi
persyaratan kenaikan jenjang golongan administratif.
c. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas dari
faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan
raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari
dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah
pentingnya.
Salah satu yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang adalah motivasi.
Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri
seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu.
Motivasi bisa juga dalam bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang
atau sekelompok orang tertentu tergerak melakukan suatu karena ingin mencapai
tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatanya. Motivasi
memiliki peranan yang strategis dalam dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada
seorang yang belajar tanpa motivasi. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka
prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus
diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2008:153) prinsip motivasi dalam belajar:
1) Motivasi sebagai dasar pengerak yang mendorong aktivitas belajar
2) Motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar.
3) Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman
4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar
5) Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
6) Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.
xxvii
d. Fungsi Motivasi
Motivasi sangat diperlukan di dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Demikian juga sama halnya dengan belajar. Karena hasil belajar akan menjadi
optimal apabila ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan maupun yang
sudah dimiliki para siswa, maka keberhasilan dalam pembelajaranpun akan semakin
tinggi. Sehingga motivasi senantiasa akan menentukan intensitas belajar bagi para
siswa. Menurut Soemarsono (2007:20) tiga fungsi motivasi:
1)
2)
3)
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atas motor yang
melepaskan energi, motivasi dalam hal ini sebagai motor penggerak dari
setiap pekerjaan yang akan dilakukan.
Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Disamping itu juga terdapat fungsi-fungsi lain, motivasi dapat berfungsi
sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha
karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil yang baik.
Berdasarkan uraian diatas maka indikator yang dipakai dalam membahas
motivasi belajar siswa adalah:
1)
Keinginan untuk belajar dan berusaha sendiri.
2)
Keinginan dan kemampuan mengerjakan tugas-tugas yang menantang.
3)
Keinginan kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang lebih tinggi.
4)
Keuletan dalam belajar walau menghadapi banyak rintangan.
2. Tinjauan Tentang Kemampuan Berkomunikasi Guru
xxviii
a. Pengertian Komunikasi
Setiap hari manusia berkomunikasi dengan sesama manusia, kapan dan
dimana saja. Komunikasi itu identik dengan berbicara antara satu dengan yang
lainnya. Setiap proses komunikasi melibatkan diri pribadi kita sebagai manusia.
Menurut Cherry dalam Stuart, yang dikutip oleh Hafied Cangara (2005:1819) istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin communico yang artinya
membagi. Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold d Lasswell yang dikutip oleh
Hafied Cangara (2005:19) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan siapa yang menyampaikan, apa yang
disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya.
Komunikasi meliputi usaha untuk menciptakan pesan, mengalihkan pesan,
memberikan diri kita sebagai sebuah tempat yakni di hati dan otak orang lain untuk
menerima pesan. Hasil dari komunikasi itu sendiri adalah interpersonal
understanding karena adanya kesamaan orientasi perseptual, kesamaan sistem
kepercayaan dan keyakinan, dan kesamaan gaya berkomunikasi. Husaini Usman
(2006:346) menyatakan bahwa “Komunikasi ialah proses penyampaian atau
penerimaan pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak
langsung, secara tertulis, lisan, maupun isyarat”. Seseorang yang melakukan
komunikasi disebut komunikator, sedang orang yang diajak berkomunikasi disebut
komunikan. Orang yang mampu berkomunikasi disebut komunikatif. Orang yang
komunikatif ialah orang yang mampu menyampaikan informasi atau pesan kepada
orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan,
maupun bahasa isyarat sehingga orang lain dapat menerima informasi sesuai dengan
harapan si pemberi informasi. Selain mampu menyampaikan informasi, orang yang
komunikatif juga mampu menerima pesan yang disampaikan kepadanya.
xxix
Jadi berdasarkan penjelasan diatas dapat didefinisikan bahwa komunikasi
adalah penyampaian pesan antara pengirim pesan kepada penerima pesan baik orang
perseorangan, maupun secara berkelompok untuk mencapai tujuan tertentu, dalam
hal ini inti dari komunikasi itu sendiri adalah interprestasi pada penerima pesan.
b. Unsur-unsur Komunikasi
Unsur-unsur komunikasi menurut Muhammad (2001:17-18) ada 5 yaitu :
1)
Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan-pesan atau
informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan.
2)
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada sipenerima pesan. Ini
dapat berupa verbal maupun non verbal.
3)
Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima.
4)
Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan
yang diterimanya.
5)
Balikan adalah respons terhadap pesan yang diterima yang dikirimkan kepada
si pengirim pesan. interpretasikan sama oleh sipenerima berarti komunikasi
tersebut efektif.
c. Bentuk-bentuk Komunikasi
Bentuk-bentuk komunikasi menurut Djamarah (2001,12-13) terdapat dua
bentuk, yaitu komunikasi satu arah /one way communication dan komuniaksi dua
arah /two way communication yaitu :
1)
Komunikasi Satu Arah
Komunikasi satu arah atau komuniaksi sebagai aksi menempatkan sebagai
seorang guru/pemimpin sebagai pemberi aksi dan siswa/anggota bawahan
sebagai penerima aksi. Dalam pendidikan misalnya, antara guru dan siswa
guru aktif dan siswa pasif. Jadi mengajar dipandang sebagai kegiatan
penyampaian bahan pelajaran.
2)
Komunikasi Dua Arah
Dalam komuniksi dua arah atau komunikasi sebagai intraksi maka seorang
guru sebagai pemberi maupun penerima aksi, demikian pula dengan para
siswanya. Dalam dunia pendidikan baik antara guru ataupun siswanya dapat
xxx
bertugas sebagai pemberi aksi atau penerima aksi artinya antara guru dan
siswa akan terjadi dialog.
d. Ganguan dan Rintangan Komunikasi
Apabila kita melihat hakekat komunikasi sebagai suatu sistem maka
ganguan komunikasi bisa terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang
mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Menurut
Shannon dan Weaver yang dikutip oleh Hafied Cangara (2005:131-134) bahwa
ganguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengangu salah satu
elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak bisa berjalan dengan efektif.
Sedangkan rintangan komunikasi yang dimaksudkan ialah adanya hambatan yang
membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan
komunikator dan penerima.
Menurut Hafied Cangara (2005:131-134) ganguan atau rintangan
komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas tujuh macam yakni :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Ganguan teknis
Ganguan semantik
Ganguan psikologis
Ganguan fisik atau organik
Rintangan status
Rintangan kerangka berfikir
Rintangan budaya.
Ganguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam
berkomunikasi mengalami ganguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui
saluran megalami kerusakan (channel noise). Ganguan semantik ialah ganguan
komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan.
Menurut Hafied Cangara (2005:131-134) ganguan semantik sering terjadi karena:
1)
2)
Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa
asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.
Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang
digunakan oleh penerima.
xxxi
3)
4)
Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagai mana mestinya,
sehingga membingungkan penerima
Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhaap
simbol-simbol bahasa yang digunakan.
Rintangan psikologis terjadi karena adanya ganguan yang disebabkan oleh
persoalan-persoalan dalam diri individu. Rintangan fisik ialah rintangan yang
disebabkan oleh kondisi geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai,
tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan semacamnya.
Dalam komunikasi antar manusia rintangan fisik bisa juga diartikan karena adanya
ganguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indera penerima.
Rintangan status ialah rintangan yang disebabkan karena jarak sosial diantara peserta
komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior yunior atau bawahan dan
atasan.
Rintangan kerangka berpikir ialah rintangan yang disebabkan adanya
perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan
dalam berkomunikasi. Ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan
pendidikan yang berbeda. Rintangan budaya ialah rintangan yang disebabkan karena
adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam komunikasi.
e. Proses Komunikasi dalam Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi melalui proses
komunikasi, pesan dapat diterima, diserap, dan dihayati penerima pesan, maka agar
tidak terjadi kesalahan dalam proses komunikasi, perlu digunakan sarana yang dapat
membantu proses komunikasi. Dalam pembelajaran di kelas, sarana/fasilitas alat
yang digunakan untuk memperlancar komunikasi disebut dengan media
pembelajaran. Komponen yang terdapat dalam proses komunikasi adalah pesan,
sumber pesan, saluran atau media, dan penerima pesan. Dalam proses pembelajaran,
apabila dikaitkan dengan komponen komunikasi diatas, maka komponen yang
terdapat pada aktivitas atau proses pembelajaran pada prinsipnya sama dengan
xxxii
komponen komunikasi. Artinya pada proses pembelajaran telah menjalankan proses
komunikasi tersebut. Komponen yang terdapat dalam pembelajaran sebagai
komunikasi adalah: (a) pengajar dapat menjalankan fungsinya sebagai pemberi
pesan/komunikator, (b) anak didik sebagai penerima pesan, (c) materi pelajaran
sebagai pesan, (d) alat bantu pembelajaran sebagai saluran atau media pembelajaran,
(e) ada faktor lain dalam pembelajaran adalah umpan balik yang manifestasinya
berupa pertanyaan, jawaban, dan persilangan pendapat, baik dari anak didik maupun
pengajar.
Apabila proses pembelajaran adalah komunikasi, maka pertama, pesan yang
akan dikomunikasikan adalah isi pelajaran yang terdapat dalam kurikulum. Kedua,
sumber pesan, dapat saja pengajar, anak didik, penulis buku, ataupun orang lain.
Pada posisi ini, anak didik dapat saja sebagai sumber pesan dalam proses
pembelajaran dan pengajar dapat menerima informasi dari anak didik dan
komunikasi yang terjadi adalah komunikasi timbal balik dan posisi pengajar tentu
saja sebagai penerima pesan. Ketiga, penerima pesan adalah anak didik. Dalam
proses belajar dapat saja anak didik sebagai penerima pesan dan juga sebagai
pemberi pesan kepada pengajar. Keempat, saluran yang digunakan. Dalam
pembelajaran dapat menggunakan alat-alat bantu pembelajaran atau media
pembelajaran yang disebut dalam komponen komunikasi adalah saluran. Dibawah
ini merupakan gambar proses komunikasi dalam pembelajaran.
Guru/Pemberi
Pesan/Komunikator
Materi
Pelajaran/Pesan
xxxiii
Anak didik/Penerima
Pesan/Komunikan
Umpan Balik atau feed back
Gambar 1. Proses Komunikasi pembelajaran tanpa media
Guru/Pemberi
Pesan/Komunikator
Materi
Pelajaran/Pesan
Umpan Balik atau feed back
Media
Pembelajaran
Anak didik/Penerima
Pesan/Komunikan
Gambar 2 Proses komunikasi pembelajaran dengan media
f. Kemampuan Guru dalam Berkomunikasi
Pendidikan dan pengajaran berintikan interaksi antara pendidik dan terdidik
atau antara guru dengan anak didik. Interaksi pendidikan atau pengajaran ini hampir
seluruhnya menggunakan media bahasa, entah bahasa lisan, tulis ataupun gerak dan
isyarat. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005:259) “Interaksi yang
menggunakan media bahasa disebut komunikasi”. Dengan demikian komunikasi
memegang peranan yang menentukan dalam interaksi pendidikan dan pengajaran.
xxxiv
Agar dapat berkomunikasi dengan baik, guru perlu memiliki kemampuan
berbahasa yang baik. Guru perlu memiliki kekayaan bahasa dan kosa kata yang
cukup banyak sebab dengan menggunakan kata-kata tertentu saja anak didik belum
dapat memahami maknanya, mereka membutuhkan kata-kata atau istilah lain. Guru
perlu menguasai struktur kalimat dan ejaan yang benar. Struktur kalimat dan ejaan
yang salah dari guru, akan ditiru salah pula dan dapat membingungkan. Yang
terpenting dalam berbahasa, guru perlu menguasai ucapan dan ragam bahasa yang
tepat dan baik. Setiap orang memiliki pembawaan suara dan logat tersendiri, oleh
karena itu guru dituntut berusaha menggunakan logat bahasa Indonesia secara benar
dengan berusaha meminimalkan logat bahasa daerahnya.
Hal lain yang juga sangat penting dalam berkomunikasi dengan bahasa, bagi
guru adalah tinggi rendahnya nada suara dan keras lemahnya bicara. Setiap orang
juga memiliki volume suara yang berbeda, ada yang tinggi halus, tinggi kasar,
rendah kasar dan sebagainya. Kebiasaan berbicara juga berbeda-beda, ada yang
cepat atau lambat, keras atau pelan. Sebagai guru hendaknya berusaha memiliki
volume suara yang sedang dengan kecepatan dan nada yang sedang pula. Selain
kemampuan berbahasa hal yang juga sangat penting dalam interaksi pendidikan dan
pengajaran adalah penampilan guru. Guru atau calon guru hendaknya mengusahakan
penampilan yang moderat, dengan memperlihatkan sikap bersahabat keramahan,
keterbukaan, penghargaan akan martabat anak didik, kesediaan untuk membantu dan
lain sebagainya. Penampilan kepribadian tidak semata-mata ditentukan oleh aspek
fisik, tetapi keharmonisan antara aspek fisik dan psikis.
Kemampuan berkomunikasi guru dalam kelas juga dipengaruhi oleh
penguasaan guru akan bahan yang akan diajarkan. Guru yang tidak menguasai bahan
tidak akan lancar dalam menyampaikan pelajaran, banyak berhenti atau melihat
buku, bahkan mungkin banyak berbuat kekeliruan. Kekakuan dan kekeliruan yang
diperlihatkan guru akan menyebabkan kegelisahan pada anak didik yang akhirnya
mengakibatkan kurangnya perhatian, kurangnya penghargaan baik pada mata
xxxv
pelajaran maupun pada guru. Hal lain yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi
guru dengan anak didik adalah penguasaan cara mengajar, banyak cara atau metode
mengajar yang dapat digunakan oleh guru. Cara mana yang paling baik, disesuaikan
dengan situasi dan kondisi sekolah serta anak didik sendiri. Guru perlu menguasai
setiap metode mengajar yang bisa digunakan dalam bidang studi yang dipegangnya.
Penggunaan metode yang tepat dengan prosedur yang tepat, akan mempengaruhi
perhatian anak didik.
Pengajar atau guru perlu mengetahui dasar-dasar komunikasi dan
keterampilan dasar mengajar dalam proses pembelajaran. Seorang guru biasanya
mampu berkomunikasi secara baik dengan siapapun, baik dengan anak didiknya,
maupun dengan sesama koleganya. Selain keterampilan dasar komunikasi, guru juga
harus mampu mendesain dan menggunakan metode pemberian tugas kepada anak
didik, sebab tugas dapat membuat proses belajar menjadi menyenangkan, efektif,
dan efisien. Tugas dapat pula memberi kesempatan kepada anak didik untuk
menerima informasi baru, mengaplikasikan, menganalisis, bahkan mengevaluasi
informasi tersebut. Manfaat lain dari pemberian tugas adalalah menciptakan proses
pembelajaran yang berpusat pada anak didik. Dalam posisi ini, ada tiga peran guru
dalam pemberian tugas, yaitu: guru sebagai perencana, pengajar sebagai fasilisator,
dan guru sebagai evaluator. Menurut penelitian yang terdahulu oleh Ramli (2008)
bahwa:
Dalam dimensi kompetensi profesional, khususnya kemampuan mengajar
guru terdapat unsur-unsur: (a) menggunakan metode, media dan bahan latihan
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran; (b) berkomunikasi dengan siswa; (c)
mendemonstrasikan khasanah metode mengajar; (d) mendorong dan
mengalakkan keterampilan siswa dalam pengajaran; (e) mendemonstrasikan
penguasaan materi pengajaran dan relevansinya; (f) melaksanakan evaluasi
pencapaian siswa dalam proses belajar mengajar.
xxxvi
Berdasarkan uraian diatas seorang guru yang profesional harus memiliki
kemampuan mengajar, dalam kemampuan mengajar tersebut terdapat interaksi
antara guru dengan anak didiknya. Menurut Suwarna (2006:93) bahwa:
Interaksi adalah pengaruh timbal balik atau saling mempengaruhi satu sama
lain, yang minimal terjadi antara dua pihak. Keadaan ini melibatkan komunikasi
yang terjadi karena ada sesuatu yang dapat berupa informasi atau pesan yang
disampaikan, sehingga interaksi sering disamakan dengan komunikasi.
Interaksi antara guru dengan anak didiknya tidak hanya terjadi secara lisan
atau langsung, tetapi penggunaan metode dan media tertentu dalam penyampaian
materi juga dapat disebut sebagai salah satu bentuk komunikasi dengan media atau
komunikasi tidak langsung.
g. Macam-macam Bentuk Komunikasi dalam Mengajar
Komunikasi guru anak didik di dalam kelas lebih banyak tercipta dalam
bentuk komunikasi langsung atau tatap muka. Dalam kegiatan belajar mengajar tatap
muka komunikasi langsung dapat terjadi baik dalam situasi klasikal, kelompok,
ataupun individual. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005:261) beberapa
bentuk komunikasi dalam situasi tersebut adalah:
1) Penyampaian informasi lisan
Interaksi belajar mengajar berintikan penyampaian informasi yang berupa
pengetahuan terutama dari guru kepada siswa. Dalam keadaan ideal informasi
dapat pula disampaikan oleh siswa kepada guru dan kepada siswa yang lainnya.
Informasi yang diberikan oleh guru dalam bentuk ceramah terhadap kelas atau
kelompok.
2) Penyampaian informasi secara tertulis
Para guru juga kemungkinan berkomunikasi dengan siswanya dengan cara
tertulis, berupa penyampaian bahan tertulis tulisannya sendiri atau karya orang
lain supaya dibaca dan dipelajari oleh siswa.
3) Komunikasi melalui media elektronika
Media elektronika banyak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. media
elektronika yang banyak digunakan adalah kaset, kaset video, film strip, film
bergerak, televisi dan komputer. Dengan digunakanya media elektronika, maka
komunikasi guru siswa menjadi tidak langsung, peranan guru tetap besar
xxxvii
terutama dalam memberikan bimbingan dan mengatasi kesulitan dan
memberikan penilaian.
4) Komunikasi dalam aktivitas kelompok
Baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa, bahkan antara
siswa dengan masyarakat diluar sekolah dapat terjadi komunikasi dalam berbagai
kegiatan kelompok, seperti: diskusi kelompok, belajar kelompok, simulasi,
permainan, kunjungan kelompok, percobaan, penelitian, dan sebagainya. Dalam
aktivitas kelompok kemungkinan mengadakan komunikasi akan lebih banyak
dibandingkan dengan penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.
Meskipun ada pembagian bentuk-bentuk komunikasi seperti diatas dalam
pelaksanaannya disekolah seringkali berbentuk campuran, komunikasi lisan
dilengkapi dengan komunikasi tertulis atau media yang diselingi dengan kerja
kelompok. Penggunaan salah satu bentuk saja secara terus menerus akan sangat
membosankan dan dapat membunuh semangat belajar para siswa.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005:263) Dalam menyampaikan
informasi baik kepada kelas ataupun kelompok hendaknya guru:
1.1.
Menyajikan informasi secara sistematis dan berurutan
1.2.
Berbicara terarah kepada pencapaian tujuan tertentu, tidak melantur
keluar tujuan
1.3.
Berbicara dengan semangat, tidak menunjukan kelesuan atau
kebosanan, sebab apabila guru memiliki semangat tinggi, maka siswa akan
bersemangat mengikuti proses pembelajaran
1.4.
Penyampaian informasi diselingi dengan sedikit humor
1.5.
Penggunaan metode atau penggunaan strategi belajar mengajar
yang bervariasi
1.6.
Kegiatan belajar yang banyak memberikan tantangan, lebih
mengaktifkan dan memberikan dorongan belajar.
h. Keterampilan Komunikasi Guru
Ketrampilan berkomunikasi guru dalam kegiatan pembelajaran menurut
Joni dalam Soeharto (1995: 25-29) mencakup 4 kemampuan pokok, yaitu :
1) Kemampuan guru mengembangkan sikap positif dalam kegiatan pembelajaran.
Kemampuan ini terdiri dari :
1.1. Mengenali kelebihan dan kekurangan diri siswa dalam kegiatan
pembelajaran
xxxviii
1.2. Membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri dalam kegiatan
pembelajaran.
1.3. Membantu memperjelas pikiran dan perasaan sehingga dapat dipahami
orang lain dan dapat bertukar pikiran dalam kegiatan pembelajaran
2) Kemampuan guru untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan
pembelajaran. Kemampuan ini terdiri dari :
1.1. Menunjukkan sikap terbuka terhadap pendapat siswa.
1.2. Menunjukkan sikap luwes dalam menyesuaikan diri.
1.3. Menerima siswa sebagaimana adanya.
1.4. Menunjukkan sikap sensitif, responsif dan simpatik terhadap perasaan
kesukaran siswa dalam kegiatan pembelajaran.
1.5. Menunjukkan sikap ramah, penuh pengertian dan sabar terhadap siswa.
3) Kemampuan guru untuk tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam
kegiatan pembelajaran. Kemampuan ini terdiri dari:
1.1. Menunjukkan kegairahan dalam memberi materi atau mengajar.
1.2. Merangsang minat siswa untuk belajar.
1.3. Memberi kesan kepada siswa bahwa guru menguasai bahan materi yang
diajarkan dan menguasai bagaimana mengajar (metode/strategi).
4) Kemampuan guru untuk mengelola interaksi dalam kegiatan pembelajaran.
Kemampuan ini terdiri dari :
1.1. Mengembangkan hubungan yang sehat dan serasi dalam kegiatan
pembelajaran.
1.2. Memberikan tuntutan agar interaksi antar siswa serta antar guru dengan
siswa terpelihara dengan baik dalam kegiatan pembelajaran.
1.3. Menguasai perbuatan yang tidak diinginkan atau menyimpang dalam
kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas maka indikator yang dipakai dalam membahas
kemampuan berkomunikasi guru adalah:
a.
Kemampuan dalam menyajikan materi
xxxix
b.
Kemampuan dalam mengemas pesan dan materi pelajaran
c.
Kemampuan dalam menggunakan media dalam menyajikan materi.
d.
Kemampuan dalam merespon pertanyaan dan pendapat dari
siswa-
siswanya.
e.
Kemampuan dalam mengelola interaksi dalam kegiatan pembelajaran.
3. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Mata Diklat Komunikasi
a.
Pengertian Prestasi Belajar
Menurut W.S Winkel (1996 : 53) “Belajar adalah suatu aktivitas mental/
psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan
sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas “.
Menurut Slameto (2003 : 2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Sedangkan W.S Winkel (1996 : 162) mendefinisikan “Prestasi
adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai”. Setiap orang melakukan suatu
aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu, pada akhirnya mereka ingin mengetahui
hasil yang dicapainya. Hasil dari aktivitas yang dilakukan tersebut dinamakan
prestasi.
Sedangkan menurut Zainal Arifin (1990: 2) kata prestasi berasal dari bahasa
Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang
berarti “hasil usaha”. Prestasi tidak akan pernah berhasil selama seseorang tidak
pernah melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi
tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai
tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan
optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapai prestasi.
xl
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang berupa penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf,
maupun kalimat yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
b.
Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia, karena
manusia selalu butuh akan pengakuan dan sekaligus sebagai sarana untuk mengukur
kemampuan dirinya. Bagi siswa di sekolah prestasi merupakan faktor penting, untuk
mengetahui sejauh mana ia telah berhasil menguasai materi yang dipelajarinya.
Prestasi juga berfungsi sebagai alat untuk mengungkapkan kebanggaan dan
kepuasannya terhadap prestasi yang diraihnya.
Adapun fungsi utama dari prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990 : 34) adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai anak didik.
Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini
didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut sebagai
tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada
manusia termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.
Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya
adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik
dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai
umpan balik (feed back) dalam meningkakan mutu pendidikan.
Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan
indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsi bahwa
kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak
didik Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar
dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat.
Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan pula dengan
kebutuhan pembagunan masyarakat.
Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.
Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang utama
xli
dan pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh
materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
Dilihat dari fungsi prestasi belajar diatas, maka betapa pentingnya kita
mengetahui prestasi belajar anak didik baik secara perseorangan maupun kelompok,
sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam
bidang studi tertentu tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan.
Disamping itu prestasi belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat menentukan untuk
mengadakan diagnosis, bimbingan atau penempatan anak didik.
c.
Cara Mengukur Prestasi Belajar
Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, prestasi siswa dapat
diketahui dari hasil evaluasi . Menurut Muhibbin Syah (1995:141) ”Evaluasi artinya
penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah program”. Sedangkan menurut Tardik dalam Muhibbin Syah (1995:
141) menyebutkan bahwa evaluasi berarti proses penilaian untuk menggambarkan
prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas , maka dapat dipahami bahwa
evaluasi ialah proses penilaian untuk menggambarkan prestasi belajar siswa dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program melalui kegiatan
yang berencana dan berkesinambungan.
Muhibbin Syah (1995 : 143) menyebutkan berbagai macam evaluasi mulai
yang sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
Pre Test dan Post Test
Evaluasi Prasyarat
Evaluasi Diagnostik
Evaluasi Formatif
Evaluasi Sumatif
xlii
Uraian berikut merupakan penjelasan dari macam-macam evaluasi di atas
yang digunakan untuk mengevaluasi siswa:
1)
Pre Test dan Post test
Kegiatan Pre test dilakukan oleh guru secara rutin sebelum dimulai
penyajian materi pelajaran. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Post test ialah
kegiatan yang dilakukan guru setiap akhir penyajian materi, tujuannya untuk
mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.
2)
Evaluasi Formatif
Evaluasi ini dilakukan pada akhir penyajian Satuan Pelajaran/ modul.
Tujuannya untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis
kesulitan belajar siswa tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan
rekayasa pengajaran remidial (perbaikan).
3)
Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur kinerja akademik/ prestasi
belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi
ini dilakukan pada setiap akhir semester/ akhir tahun ajaran. Hasilnya
dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan
penentu naik tidaknya siswa kekelas yang lebih tinggi.
Menurut Muhibbin Syah (1995:142) kegiatan evaluasi bertujuan untuk :
a) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam
kurun waktu proses belajar tertentu.
b) Untuk mengetahui posisi/ kedudukan seorang siswa dalam kelompok
kelasnya
c) Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar
d) Untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan
kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk
keperluan belajar.
xliii
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai oleh siswa yang berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan
yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf, maupun kalimat yang sudah
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Maka dalam mendapatkan nilai
variabel prestasi belajar dalam penelitian ini mengunakan jenis evaluasi Post Test
terhadap materi tertentu yang dilakukan dalam pelaksanaan ulangan harian.
d.
Penilaian Mata Diklat Komunikasi
Oemar Hamalik (2001:159) mengatakan bahwa hasil belajar menunjuk pada
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya
perubahan tingkah laku siswa. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai
adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku yang mencakup tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor.
Saifuddin Anwar (2000:9) menjelaskan bahwa seorang guru dan tenaga pengajar
haruslah mengeathui dasar-dasar penyusunan tes prestasi belajar yang baik agar
dapat memperoleh hasil ukur yang akurat dan dapat dipercaya.
Sekolah menggunakan rapor pada akhir periode tentang kelakuan, kerajinan
dan kepandaian murid-murid. Dalam mata diklat komunikasi prestasi yang dicapai
siswa dalam penguasaan kompetensi-kompetensi teori dan praktek diukur dengan
memberikan penilaian yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal
ini disebabkan karena tidak hanya pengetahuan tentang materi saja yang diukur,
tetapi juga ketrampilan yang dinilai.
Di SMK Murni 2 Surakarta nilai rapor diperoleh dari perhitungan nilai
ulangan setiap sub kompetensi mata pelajaran yang dijumlahkan dan dibagi dengan
jumlah ulangan yang dilakukan atau dapat dirumuskan sebagai berikut:
NA= nilai ulangan subkompetensi ke-1 +nilai ulangan subkompetensi ke-2+ dst...
xliv
Sn
atau NA = rata-rata dari nilai subkompetensi.
Keterangan:
NA= nilai akhir / nilai rapor
n = ulangan per subkompetensi
(pedoman penilaian kurikulum SMK Murni 2 Surakarta)
Berdasarkan uraian diatas maka indikator yang dipakai dalam membahas
prestasi mata diklat Komunikasi adalah nilai akhir dari mata diklat komunikasi.
B.
1.
Kerangka Berfikir
Hubungan Motivasi Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Mata Diklat
Komunikasi
Motivasi belajar siswa merupakan salah satu fakor yang mendorong siswa
untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Siswa ingin mencapai tujuan yang
terkandung dalam kegiatan belajar itu sendiri. Sehingga, siswa memiliki hasrat untuk
berprestasi yang baik, tidak menurut ukuran dan pandangan orang lain, melainkan
menurut ukuran dan pandangan diri sendiri mengenal taraf keberhasilan yang
diperolehnya. Dalam hal ini siswa yang memiliki keinginan kuat yang timbul karena
kesadaran diri untuk belajar, dikarenakan siswa ingin memiliki pengetahuan dan
ketrerampilan berkomunikasi yang baik, maka dapat menunjang prestasi belajar
yang optimal pada mata diklat komunikasi.
xlv
2.
Hubungan Kemampuan Berkomunikasi Guru dengan Prestasi Belajar
Mata Diklat Komunikasi
Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi, dimana
terdapat interaksi antara siswa dengan guru. Selain dari siswa, guru juga memiliki
peranan yang besar dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Guru dalam
kaitannya dengan ini berusaha melakasanakan peranannya sebagai sumber informasi
dengan mengusai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara
guru harus mampu mengkomunikasikan ide, gagasan, nasehat, materi dan
sebagainya. Sehingga pada akhirnya akan meningkatkan preatasi belajar siswa
tersebut. Guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru mata diklat
komunikasi.
3.
Hubungan Motivasi Belajar Siswa dan Kemampuan Berkomunikasi
Guru Secara Bersama-sama dengan Prestasi Belajar Mata Diklat
Komunikasi
Keberhasilan seseorang dalam belajar, dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik dari dalam maupun dari luar individu. Masing-masing pribadi mempunyai
kondisi yang berbeda dengan yang lainnya, baik mengenai kecerdasan, motivasi,
minat, bakat, dan disiplin dan lain sebagainnya, sehingga prestasi belajar yang
dicapai berbeda-beda. Siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi, prestasi
belajarnya lebih baik dari pada siswa yang motivasi untuk belajarnya kurang.
Kegiatan belajar tidak terlepas dari peran guru yaitu dalam mengkomunikasikan
materi yang diajarkannya. Oleh karena itu, siswa yang mampu menangkap apa yang
guru disampaikan dikarenakan guru memiliki keterampilan komunikasi yang baik
prestasi belajarnya akan baik, karena siswa memahami materi yang guru sampaikan.
Motivasi belajar siswa
( X1)
xlvi
Prestasi belajar mata
diklat komunikasi
(Y)
Kemampuan
berkomunikasi guru
(X2)
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran
C.
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang, masih harus dibuktikan
kebenarannya. Hipotesis dari penelitian ini dibangun dari hasil kajian teoritis atau
melalui proses menghubung – hubungkan sejumlah bukti empiris Seperti yang
dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1996: 67) “Hipotesis diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul”.
Menurut Winarno Surachmad (1998:63) “hipotesis adalah perumusan
jawaban sementara terhadap suatu hal yang dimaksudkan sebagai jawaban tuntutan
sementara dalam penelitian untuk mencari jawaban yang sebenar-benarnya”.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di
atas, maka peneliti mengkaji hipotesis sebagai berikut:
1.
Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi
belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni
Surakarta tahun pelajaran 2009/2010
xlvii
2.
Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berkomunikasi guru
dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris
SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010
3.
Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa, dan
kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan prestasi
belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni
Surakarta tahun pelajran 2009/2010
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada tahapan ini peneliti berusaha menjelaskan bagaimana penelitian dapat
dilakukan, supaya hipotesis penelitian dapat teruji secara ilmiah dan empirik. Untuk
mendapatkan hasil penelitian yang baik, peneliti harus menentukan metode yang
sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Adapun metode untuk
menjalankan penelitian mencakup pendekatan penelitian, populasi dan teknik
xlviii
pengambilan sampel, instumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian dan jadwal penelitan.
Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh dalam mencapai suatu
tujuan. Winarno Surachmad (1994 : 131) menyatakan “Metode merupakan cara
utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji
serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara
utama itu digunakan setelah penyelidikan memperhitungkan dari segi tujuan
penyelidikan serta situasi penyelidikan”. Menurut Moh. Ali dalam Cholid Narbuko
dan Abu Achmadi (2002: 2) mengemukakan bahwa penelitian adalah suatu usaha
untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan,
dimana usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Sedangkan
penelitian ilmiah adalah suatu aktivitas kegiatan ilmiah untuk mencari informasi atau
jawaban pemecahan masalah agar dapat dipertanggung jawabkan. Berdasarkan
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian adalah suatu
cara berpikir dan berbuat untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran dari pengetahuan atau peristiwa yang dilakukan dengan metode-metode
ilmiah.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif korelasional. Dalam penelitian korelasional penelitian tidak menuntut
subyek penelitian yang terlalu banyak. Metode yang digunakan untuk memecahkan
dan menjawab permasalahan yang ada sekarang dan untuk menguji hubungan satu
variabel dengan variabel lain yang ditunjukkan oleh besarnya nilai koefesien
korelasi. Suharsimi Arikunto (2005:247) menyatakan bahwa:
Penelitian korelasional adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui
adanya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasi
seorang peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah variabel
dengan variasi lain, besarnya atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan
dalam bentuk koefisien korelasi.
xlix
Mengacu pada uraian pendapat di atas metode penelitian deskriptif yang
digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan atau tidak antara variabel bebas yaitu motivasi belajar siswa dan
kemampuan berkomunikasi guru dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian memerlukan suatu tempat dimana tempat tersebut akan dijadikan
subyek dalam memperoleh dalam memperoleh data yang berguna untuk mendukung
tercapainya tujuan. Dalam melakukan penelitian ini tempat yang dipilih adalah SMK
Murni 2 Surakarta, dengan alasan sebagai berikut:
a.
Terdapat masalah yang harus diteliti
b.
Peneliti sudah menempuh mata kuliah PPL atau Program Pengalaman
Lapangan di SMK 2 Murni Surakarta.
c.
Belum pernah ada penelitian dengan permasalahan yang sama.
d.
Kepala Sekolah tersebut memberi izin kepada peneliti untuk mengadakan
penelitian.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2010. Adapun
jenis kegiatan yang di lakukan terbagi menjadi dua tahap, yakni persiapan
penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian. Tahap persiapan penelitan meliputi
pengajuan masalah sampai penyusunan angket. Sedangkan tahap pelaksanaan
penelitian dimulai dari pengumpulan data sampai penyusunan laporan penelitian.
Adapun perincian jenis kegiatan mulai dari pengajuan permasalahan sampai
dengan penyusunan laporan secara terperinci akan peneliti uraikan pada
halaman lampiran 1.
B. Populasi dan Sampel
l
1.
Populasi
Sebuah penelitian akan memerlukan obyek yang akan diteliti, sehingga di
dalam penelitian tidak terlepas dari adanya populasi. Populasi merupakan obyek yang
akan dikenai hasil penelitian. Sebelum menetapkan populasi, yang perlu diketahui
adalah pengertian dari populasi.
Populasi merupakan seluruh subyek penelitian. Populasi menurut
Singarimbun dalam Iskandar (2008:68) adalah jumlah keseluruhan dari unit – unit
analisis yang memilki ciri – ciri yang akan di duga. Populasi menurut Nurul Zuriah
(2005) adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup
dan waktu yang ditentukan. Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan
bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan dari sasaran analisis data yang akan
dikenai generalisasi dan memiliki ciri-ciri tertentu.Dalam penelitian ini populasi
yang diambil oleh peneliti adalah seluruh siswa kelas 2 bidang keahlian Administrasi
perkantoran yang terdiri dari dua kelas dengan masing – masing kelas berjumlah 24
siswa dan 22 siswa. Jadi populasi dalam penelitian ini berjumlah 46 siswa.
2.
Sampel
Menurut Iskandar (2008:69) “Sampel adalah sebagian dari populasi yang
diambil secara representatif atau mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian
kecil yang diamati”. Winarno Surakhmad (1998:93) berpendapat “sampel adalah
sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi”.
Menurut Sugiyono (2005:91) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut”. Berdasarkan pernyataan tersebut
penulis menyimpulkan sampel adalah kelompok kecil yang merupakan wakil dari
populasi yang akan diteliti. Sampel merupakan sebagian kecil dari populasi yang
karakteristiknya harus sama dengan karakteristik populasi. Sampel inilah yang nanti
akan diteliti.
li
Menurut S. Margono (1997:121-125) ada enam hal yang menjadi dasar
pertimbangan sebuah penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel yaitu ukuran
populasi, masalah biaya, masalah waktu, percobaan yang sifatnya merusak, masalah
ketelitian dan masalah ekonomis. Penetapan jumlah sampel jumlah sampel yang
digunakan berdasarkan pendapat Winarno Surachmad (1994:93) yaitu: ”jika
populasinya dibawah seratus maka besarnya sampel yang diambila adalah 50% nya
atau keseluruhnya, tetapi apabila dibawah seribu, maka sampel nya sebesar
15%nya”. Berdasarkan pendapat diatas dan dengan pertimbangan jumlah populasi
kelas yang diambil untuk diteliti jumlahnya jauh dibawah seratus, maka peneliti
mengambil tindakan untuk menggunakan metode sensus yaitu semua populasi
dijadikan sampel karena jumlah populasinya sedikit.
C. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data adalah suatu cara tertentu yang dipergunakan
untuk memperoleh data dalam penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah
yang sangat penting dalam penelitian ilmiah. Karena data yang dikumpulkan, akan
dijadikan bahan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan atau untuk menarik
kesimpulan.
1.
Sumber Data
Dalam usaha untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
peneliti akan menggunakan dua metode untuk mengumpulkan data, yaitu:
a.
Metode Angket
Teknik angket digunakan untuk data motivasi belajar dan kemampuan
berkomunikasi guru
b.
Metode Dokumentasi.
lii
Teknik dokumentasi digunakan untuk data prestasi belajar siswa mata diklat
komunikasi. Dalam penelitian ini dokumen yang diambil adalah nilai akhir mata
diklat komunikasi siswa kelas 2 semester ganjil.
Menurut suharisimi Arikunto (2005:102) “Angket adalah daftar pertanyaan
yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut
bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna” Nasution (2004 :
128) berpendapat “Angket adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos
untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti”.
Metode angket ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
Sedangkan metode dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang ditujukan untuk memperoleh penjelasan melalui sumbersumber dokumen. Sumber–sumber tersebut dapat berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, agenda dan sebagainya.
Suharsimi Arikunto (1996:139) menyatakan bahwa kuesioner atau angket
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
1.
2.
3.
Dipandang dari cara menjawab
a.
Kuesioner terbuka yang memberi kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri.
b.
Kuesioner tertutup yaitu kuesioner dengan jawaban yang sudah disediakan
sehingga responden tinggal memilih jawaban tersebut
Dipandang dari jawaban yang diberikan
a.
Kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya
b.
Kuesioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang orang
lain.
Dipandang dari bentuknya
a.
Kuesioner pilihan ganda yaitu kuesioner yang sama dengan kuesioner
tertutup.
b.
Kuesioner isian yaitu kuesioner terbuka
c.
Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan kolom
cek ( V ) pada kolom yang sesuai.
d.
Rating-scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolomkolom yang menunjukkan tingkat-tingkat, misalnya mulai dari sangat
setuju sampai ke sangat tidak setuju.
liii
Jenis angket yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket
tertutup langsung dalam bentuk rating-scale dan untuk menjawab pertanyaan
responden tinggal membubuhkan tanda check (V) pada kolom jawaban yang sesuai.
Alasan peneliti menggunakan teknik angket sebagai pengumpulan data adalah:
1.
Dalam waktu yang singkat angket dapat disebarluaskan pada responden sehingga
menghemat biaya, waktu dan tenaga
2.
Responden memberikan kebebasan untuk memberikan jawaban
3.
Sejumlah responden menerima sejumlah pernyataan dengan peryataan yang
sama.
4.
Angket memberikan kemudahan dalam proses penggolongan data karena adanya
keseragaman dan memberikan pertanyaan dan jawaban tersebut dirumuskan oleh
peneliti.
5.
Data data diperoleh dalam waktu yang bersamaan
Sedangkan kelebihan dari metode angket adalah sebagai berikut:
1.
Peneliti tidak perlu mendatangi responden satu persatu
2.
Angket dapat diberiakan secara serentak dan penarikannya secara serentak pula
3.
Dalam memberikan jawaban responden tidak begitu terikat oleh waktu, sehingga
dapat memberikan jawaban lebih jelas.
Disamping memiliki kelebihan metode angket juga mempunyai kelemahan.
Kelemahan dalam penggunaan metode angket adalah sebagai berikut:
1.
Adanya kemungkinan meniru jawaban dari temannya
2.
Kesukaran responden dalam memahami pertanyaan
3.
Responden tidak dengan sungguh-sungguh memberikan jawaban.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada dalam penggunaan model
angket tersebut, peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Memberikan penjelasan secukupnya bahwa jawaban yang diberikan responden
tidak berhubungan dengan prestasi belajar siswa
liv
2.
Memberikan waktu secukupnya kepada responden untuk menjawab semua
pertanyaan sehingga responden tidak merasa tertekan dalam memberikan
jawaban.
3.
Merumuskan pertanyaan dengan kalimat yang jelas sehingga, mudah dimengerti
maksud pertanyaan tersebut.
Sedangkan dalam memberikan penilaian angket peneliti menggunakan
modifikasi Skala Likert seperti yang sudah dikemukakan oleh Sutrisno Hadi
(1991:19) bahwa:
Skala Likert merupakan skala yang berisi lima tingkat jawaban mengenai
kesetujuan responden terhadap statemen atau pernyataan yang dikemukakan
mendahului opsi jawaban opsi jawaban yang disediakan. Dalam skala likert yang asli
tingkat kesetujuan responden terhadap statemen dalam angket diklasifikasikan
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Sangat setuju
Setuju
Tidak menjawab atau memutuskan
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Nilai skala 5
Nilai skala 4
Nilai skala 3
Nilai skala 2
Nilai skala 1.
Dalam penyusunan angket ini, peneliti menghilangkan untuk kategori yang
ketiga yaitu tidak menjawab atau memutuskan hal ini dimaksudkan untuk
menghilangkan kelemahan yang tekandung didalam skala lima tingkat. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (1991:20). Bahwa:
Pertama, kategori yang ke-3 mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum
dapat memutuskan atau memberikan jawaban, bisa juga diartikan netral, setuju tidak,
setujupun tidak bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban yang ganda arti ini tentu saja
tidak diharapkan dalam instrument. Kedua tersedianya jawaban yang ditengah
menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah, terutama bagi mereka yang raguragu atas arah kecenderungan jawabannya,kearah setuju ataukah kearah tidak setuju.
Kategori yang ke-3 akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi
banyaknya informasi yang dapat dijaring dari para responden.
Sehingga pernyataan positif tersusun sebagai berikut:
lv
1.
Sangat setuju (SS)
:Nilai 4
2.
Setuju (S)
:Nilai 3
3.
Tidak Setuju (TS)
:Nilai 2
4.
Sangat tidak setuju (STS)
:Nilai 1
Sedangkan untuk pernyataan negatif susunannya sebagai berikut
1.
Sangat setuju (SS)
:Nilai 1
2.
Setuju (S)
:Nilai 2
3.
Tidak Setuju (TS)
:Nilai 3
4.
Sangat tidak setuju (STS)
:Nilai 4
Adapun langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam penyusunan angket
adalah sebagai berikut:
1.
Menetapkan tujuan angket adapun tujuan menyusun angket dalam penelitian
ini adalah untuk memperoleh data tentang hubungan motivasi belajar dan
kemampuan berkomunikasi guru.
2.
Menyusun
matrik
spesifikasi
data,
langkah
ini
digunakan
untuk
memperjelas. Permasalahan yang dituangkan dalam angket. Matrik konsep
dasar, variabel, indikator, nomor soal dan jumlah soal.
3.
Menyusun pertanyaan yang mengacu pada variabel penelitian.
4.
Menyusun urutan pertanyaan
5.
Menyusun petunjuk pengisian angket
6.
Membuat surat pengantar
7.
Mengadakan try out atau uji coba angket
Sebelum angket digunakan untuk mengumpulkan data dari subyek
penelitian, angket diuji coba terlebih dahulu. Uji coba angket ini diberikan
kepada sejumlah indifidu diluar diluar penelitian yang akan diteliti
berjumlah 15 siswa di SMK Bimando, hal ini dimaksudakan untuk
mengetahui apakah angket tersebut memenuhi kriterian validitas dan
reliabilitas.
lvi
Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket, maka perlu
menggunakan alat ukur berikut ini :
a)
Validitas Angket
Validitas angket suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan dan kesahihan angket. Angket dikatakan valid apabila mampu
mengukur dan mengungkapkan data secara tepat. Teknik yang dipakai
untuk mengetahui validitas angket menggunakan rumus korelasi Product
Moment dari Pearson.
rxy =
NSXY - (SX )(SY )
2
2
NSX 2 - (SX ) NSY 2 - (SY )
{
}{
}
rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y
X
= Skor rata-rata dari X
Y
= Skor rata-rata dari Y
XY
= Skor perkalian X dan Y
X2
= Jumlah kuadrat X
Y2
= Jumlah kuadrat Y
N = Jumlah responden
( Suharsimi Arikunto, 2002:
146 )
Dari perhitungan kemudian dibandingkan angka kritik dari tabel korelasi
nilai r dengan taraf signifikan 5% dengan kriteria pengujian valid apabila
rhitung > rtabel atau tidak valid apabila rhitung < rtabel.
b)
Reliabilitas Angket
Reliabilitas suatu angket ditunjukkan dengan keajegan hasil
penelitian bila alat tersebut dikenakan pada kelompok yang sama meskipun
saat yang berbeda. Untuk mengetahui mengenai reliabilitas angket digunakan
rumus alpha, yaitu:
lvii
2
é k ù é Sa i ù
r11 = ê
ú ê1 - 2 ú
ë k - 1û ë a t û
Keterangan :
r11
= Reliabilitas Instrumen yang dicari
k
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σα 2
i
=
α 2t
Jumlah Varian butir
= Varian total
(Suharsimi arikunto, 2002: 171)
Adapun langkah-langkah menggunakan rumus alpha adalah sebagai
berikut:
(1)
Mencari varian tiap-tiap item
(2)
Mencari jumlah varian total
(3)
Mencari varian total
(4)
Memasukkan dalam rumus Alpha
(5)
Mengkonsultasikan hasil nomor (4) dengan table r (Tabel Product
Moment)
Setelah harga r11 diperoleh kemudian dibandingkan dengan harga r
tabel.
Jika r hitung lebih kecil daripada instrumen r tabel berarti instrumen tidak reliabel.
Sebagai batas koefisien reabilitas adalah sebagai berikut :
Sampai
0.20 = Korelasi yang rendah sekali
0.20 sampai
0.40 = Korelasi yang rendah tetapi ada
0.40 sampai
0.70 = Korelasi yang sedang
0.70 sampai
0.90 = Korelasi yang tinggi
0.90 sampai
1.00 = Korelasi yang tinggi sekali.
(Winarno Surakhmad, 1994 :
302)
lviii
8.
Revisi angket
Setelah angket diujicobakan maka hasilnya dijadikan dasar untuk revisi
angket. Revisi dilakukan dengan cara menghilangkan item-item pertanyaan
yang tidak valid atau tidak reliabel.
9.
Memperbanyak angket
Angket yang telah direvisi dan telah diyakini valid dan reliabel, kemudian
diperbanyak sejumlah responden kemudian menyebarkannya.
10.
Menggunakan angket sebagai alat pengumpul data
D. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian memaparkan hubungan antara berbagai variabel yang
akan di teliti. Rancangan penelitian meliputi metode yang nantinya digunakan untuk
memperoleh data. Salah satu cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah
melalui metode penelitian. Tujuan umum pelaksanaan penelitian adalah untuk
memecahkan masalah, maka langkah-langkah yang digunakan harus relevan dengan
masalah yang dirumuskan.
Menurut Sumanto (1995:30) “Rancangan penelitian adalah deskripsi yang
mendetail penelitian yang diusulkan”. Rancangan penelitian yang disusun dengan
baik, selain berguna untuk peneliti itu sendiri juga memudahkan pihak lain untuk
melakukan evaluasi. Berikut ini merupakan rancangan penelitian dalam penelitian ini:
1.
Variabel bebas atau independent variable adalah motivasi belajar siswa (X1)
dan kemampuan berkomunikasi guru (X2)
2.
Variabel terikat dependent variable adalah prestasi belajar mata diklat
komunikasi (Y).
lix
3.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, yaitu metode
penelitian yang digunakan apabila bertujuan untuk medeskripsikan atau
menjelaskan data, peristiwa atau kejadian yang ada pada masa sekarang.
.
E. Teknik Anlisis Data
Analisis data dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Untuk
menganalisis data yang terkumpul menggunakan teknik analisis statistik. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (2001:221) yang menyatakan bahwa “Yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk menarik kesimpulan – kesimpulan yang benar
dan untuk mengambil keputusan yang baik”.
Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu teknik korelasi
dan analisa regresi ganda. Adapun penggunaan teknik analisis regresi linier ganda
harus memenuhi syarat popolasi harus berdistribusi normal, uji linier regresi harus
menunjukkan kelinierannya, dan tidak terdapat hubungan yang berarti diantara
variabel-variabel bebas. Selanjutnya langkah – langkah uji persyaratan analisis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menyusun tabulasi data
Yaitu data yang telah diperoleh kemudian disusun kedalam tabel – tabel
untuk memudahkan dalam penghitungan.
2. Uji normalitas
Uji normalitas dimasudkan untuk mengetahui apakah data yang dianalisi
mempunyai sebaran yang normal atau tidak. Pengujian normalitas digunakan uji
chi kuadrat dengan rumus sebagai berikut :
lx
c2=
é ( fo - fh )2 ù
å ê fh ú
ë
û
Keterangan :
c 2 = Harga chi kuadrat
Fo = Frekuensi yang diharapkan
Fh = frekuensi pengamatan
(Suharsimi Arikunto, 1996 : 276)
Apabila harga c 2 hitung < c 2 tabel, maka data yang diperoleh terdistribusi
normal sebaliknya apabila c 2
hitung
>c
tabel,
maka data data yang diperoleh tidak
terdistribusi normal.
3. Uji Linearitas dan Keberartian
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
JK (a)
=
åY
(å Y )
b
=
nå XY - (å X )(å Y )
JK (T) =
2
2
n
nå X 2 - (å X )
2
JK (b/a) =
é
(å X )(å Y )ù
b êå XY ú
n
ë
û
JK (S) =
JK (T ) - JK (a ) - JK (b / a )
JK (G) =
2
é
(
U) ù
2 å
å C1 êêå U n úú
1
ë
û
JK (TC) =
JK (S ) - JK (G )
lxi
dk (TC) =
k-2
dk (G) =
n-k
KT (TC)=
JK (TC )
K -2
KT (G) =
JK (TC )
KT (G )
F hitung
KT (TC )
KT (G )
=
(Sudjana, 1996:17-18)
Untuk uji variabel X2 terhadap Y dapat digunakan rumus yang sama, hanya
variabel X1 dan n1 diganti X2 dan n2.
Jika Fhitung < Ftabel maka model linier yang diambil benar-benar cocok,
tetapi apabila f hitung > maka model linier yang diambil tidak cocok.
4. Uji indepedensi
Rumus yang digunakan untuk uji indepedensi antara X1 dan X2 adalah
rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut:
rx1 x 2 =
N (å X 1 X 2 ) - (å X 1 )(å X 2 )
{N å X
2
1
}{
- (å X 1 ) N å X 22 - (å X 2 )
2
2
}
Keterangan :
rx1x2 = koefisien antara X1 dan X2
X1 = variabel motivasi belajar siswa
X2 = variabel kemampua berkomunikasi guru
N
= jumlah subjek penelitian
(Sudjana, 1996 : 47)
Apabila r hitung <r tabel, maka dapat dikatakan variabel tersebut independen,
sebaliknya apabila r hitung >r tabel maka dapat dikatakan variabel tersebut dependen.
lxii
5. Pengujian Hipotesis
a). Pengujian Hipotesis pertama dan kedua
Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut maka
digunakan uji statistik koefisien product moment Karl Pearson dengan rumus
sebagai berikut:
rxy =
(å XY ) - (å X )(å Y )
{N å X - (å X ) }{N åY - (åY ) }
2
2
2
2
Dimana :
rxy
= koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X
= skor butir item
Y2
= skor total
N
= jumlah subjek
(Suharsimi Arikunto, 1996 :254)
Apabila r hitung > r tabel, maka terdapat hubungan yang signifikan antar x
dan y sebaliknya jika r hitung < r tabel maka tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara x dan y.
b) Pengujian hipotesis ketiga
Untuk menguji hipotesis ketiga digunakan teknik analisis korelasi dan
regresi ganda dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Menentukan koefisien korelasi ganda
Koefisien korelasi antara x1 dan x2 dengan y dihitung dengan rumus:
RY12 =
a1Sx1 y + a2Sx2 U
åU2
Dimana Ry(12) = koefisien antara kriterium, prestasi belajar siswa (y)
dengan motivasi belajar siswa (x1) dan kemampuan
berkomunikasi guru(x2)
lxiii
a1 = Koefisien prediktor (x1)
a2 = Koefisien prediktor (x2)
x1y = Jumlah produk antara x2 dan y
x2y = Jumlah produk antara x2 dan y
y2 = Jumlah kuadrat kriterium y
(Sutrisno Hadi, 1996 : 33)
2)
Uji Keberartian korelasi ganda dengan uji F untuk menetukan
signifikan atau tidaknya korelasi.
R2 / k
F=
1 - R 2 (n - k - 1)
(
)
Keterangan :
R = Koeffisien korelasi ganda
k = Banyaknya peubah bebas
n = Ukuran sampel
(Sudjana,1996 : 108)
6. Menghitung persamaan regresi linear multipel, dengan rumus :
(Sudjana, 1996:348)
Uˆ = a0 + a1C1 + a2 C 2
Dimana :
Û
= nilai kriterium yang dicari
a0
= bilangan konstanta
a1
= koefisien prediktor 1
a2
= koefisien prediktor 2
X1 = Prediktor 1
X2 = Prediktor 2
Adapun rumus untuk menghitung koefisien – koefisien a0, a1, dan a2
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
lxiv
a0 = Yˆ - a1 X 1 - a2 X 2
(å X )(å X Y ) - (å X
2
X 2i )(å X 2iY1 )
(å C )(å C )- (å C C )
(å C )(å C U ) - (å C C )(å C1iC
=
(å C )(å C )- (å C C )
a1 =
2i
1i 1
2
1i
21 2
2
1i
2i
1i
2
a2
1i
2i
1
1i
2
i1i
2i
2
2i
)
2
2i
1i
2i
(Sudjana, 1996 : 349)
Persamaan regresi linier multipel ini digunakan untuk meramalkan naiknya
kriterium (y) dalam setiap kenaikan satu unit prediktor X.
7. Menghitung besarnya sumbangan relatif ( SR ) dan sumbangan Efektif ( SE )
a.
Sumbangan relatif dalam persen atau SR% tiap prediktor, adalah :
=
a1 å x1 y
Prediktor X2 :SR% =
a2 å x2 y
Prediktor X1:SR%
JK Re g
JK Re g
´ 100%
´ 100%
Sumbangan relatif (SR) diperlukan untuk mengetahui berapa besar
sumbangan masing-masing prediktor X terhadap kriterium Y.
b.
Sumbangan efektif dalam persen atau SE% tiap prediktor, adalah:
SE % X1 = SR % X1 x R2
SE % X2 = SR % X2 x R2
Dimana R2 =
a1 x1 y + a2 x2 y
å y2
Sumbangan efektif (SE) diperlukan untuk mengetahui berapa besar
sumbangan murni yang diberikan masing-masing prediktor.
(Sutrisno Hadi, 1996 : 42-45)
lxv
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
lxvi
Dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Belajar Siswa
dan Kemampuan Berkomunikasi Guru dengan Prestasi Belajar Mata Diklat
Komunikasi Kelas 2 Sekretaris SMK 2 Murni Surakarta Tahun 2009/2010”.terdapat
tiga variabel, dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Adapun variabel-variabel
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Motivasi Belajar Siswa, sebagai variabel bebas pertama (X1)
2. Kemampuan Berkomunikasi Guru, sebagai variabel bebas kedua (X2)
3. Prestasi Belajar Mata Diklat Komunikasi, sebagai variabel terikat (Y)
Sebelum angket digunakan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu
dilakukan try out kepada 15 orang responden diluar sampel. Try out tersebut
digunakan untuk mengetahui item-item yang tidak memenuhi syarat validitas dan
reliabilitas angket sebagai instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, terdapat 7 item
soal yang tidak valid, yaitu: 3 item dari variabel motivasi belajar siswa dan 4 item
dari variabel kemampuan berkomunikasi guru. Ketujuh item tersebut tidak digunakan
karena sudah diwakili oleh item lain.
Setelah diadakan pengumpulan data melalui teknik angket dan teknik
dokumentasi, teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data motivasi belajar
siswa dan kemampuan berkomunikasi guru, sedang teknik dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data prestasi belajar mata diklat komunikasi, maka peneliti
mengemukakan deskripsi data sebagai berikut:
1. Motivasi Belajar Siswa (X1)
Motivasi belajar siswa merupakan variabel bebas pertama (X1) dalam
penelitian ini. Dari data yang didapat melalui penyebaran angket kepada 46
responden, yaitu siswa kelas 2 sekretaris SMK 2 Murni tahun 2009/2010, setelah
melalui tabulasi data dapat diperoleh nilai tertinggi 69, nilai terendah 51 dan nilai
rata-ratanya adalah 60,2. Jika nilai variabel motivasi belajar siswa dihitung dalam
persen, maka nilai tertinggi motivasi belajar siswa = jumlah item x skor tertinggi
jawaban sehingga hasilnya adalah 21 x 4 = 84, dengan jumlah responden sebanyak 46
lxvii
siswa maka diperoleh nilai tertinggi 84 x 46 = 3864. Jumlah nilai variabel motivasi
belajar siswa berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan adalah ∑X1 = 2769.
Dengan demikian motivasi belajar siswa mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2
sekretaris SMK 2 Murni Surakarta adalah 2769 : 3864 = 0, 72 atau sebesar 72%. Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13.
2. Kemampuan Berkomunikasi Guru (X2)
Kemampuan berkomunikasi guru merupakan variabel bebas kedua (X2) dalam
penelitian ini. Data mengenai kemampuan berkomunikasi guru diperoleh dengan
menggunakan angket yang disebarkan kepada 46 responden, yakni siswa kelas 2
sekretaris SMK 2 Murni tahun 2009/2010. Setelah melalui tabulasi data maka
diperoleh nilai tertinggi adalah 80, nilai terendah 59 dan nilai rata- ratanya adalah
67,2. Jika variabel kemampuan berkomunikasi guru dihitung dalam persen, maka
nilai tertinggi kemampuan berkomunikasi guru adalah 22 x 4 = 88, dengan jumlah
responden sebanyak 46 siswa maka diperoleh nilai tertinggi 88 x 46 = 4048. Jumlah
nilai variabel kemampuan berkomunikasi guru berdasarkan pengumpulan data yang
telah dilakukan adalah ∑X2 = 3091. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi
guru pada mata diklat komunikasi kelas 2 sekretaris SMK 2 Murni tahun 2009/2010
adalah 3091 : 4048 = 0,76 atau sebesar 76%. Data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 14.
3. Prestasi Belajar Siswa Mata Diklat Komunikasi Kelas 2 Sekretaris SMK 2
Murni Tahun 2009/2010 (Y)
Prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi merupakan variabel terikat (Y)
dalam penelitian ini. Data mengenai prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi
diperoleh melalui nilai akhir mata diklat komunikasi kelas 2 sekretaris SMK 2 Murni
lxviii
Surakarta, maka dapat diperoleh nilai tertinggi 8,5, nilai terendah 6,5 dan nilai rataratanya adalah 7,58. Jika nilai variabel prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi
dihitung dalam persen, maka nilai tertinggi prestasi belajar siswa mata diklat
komunikasi adalah jumlah siswa x nilai tertinggi sehingga hasilnya 46 x 10 = 460.
Jumlah nilai variabel prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi berdasarkan
pengumpulan data yang telah dilakukan adalah ∑Y = 348,5. Dengan demikian
prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi adalah 348,5 : 460 = 0,76 atau sebesar
76%. Data selengkapnya pada lampiran 15.
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi ganda karena variabel yang
diteliti lebih dari dua variabel (dua variabel X dan satu variabel Y). Syarat analisis
data dengan menggunakan regresi ganda adalah:
a. Populasi harus berdistribusi normal.
b. Uji linier regresi harus menunjukkan kelinierannya.
c. Tidak terdapat hubungan yang berarti diantara variabel-variabel bebasnya.
Hasil uji persyaratan analisis data yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Uji Normalitas Untuk Setiap Variabel
a. Uji Normalitas Variabel Motivasi Belajar Siswa (X1)
Dari perhitungan dengan rumus chi kuadrat diperoleh c2hitung= 6,795
(lampiran 19 ). Pada taraf signifikansi 5% diperoleh c2tabel = 11,07. Karena c2hitung
lebih kecil dari c2tabel atau 6,795 < 11,07 maka dapat dinyatakan bahwa sampel
diambil dari populasi berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas Variabel Kemampuan Berkomunikasi Guru (X2)
Dari hasil perhitungan dengan rumus chi kuadrat diperoleh harga
c2hitung=4,164 (lampiran 20 ). Pada taraf signifikansi 5% diperoleh c2tabel=11,07.
lxix
Oleh karena c2hitung lebih kecil dari c2tabel atau 4,164 < 11,07, maka dapat
dinyatakan bahwa sampel diambil dari populasi berdistribusi normal.
c. Uji Normalitas Variabel Prestasi Belajar Mata Diklat Komunikasi (Y)
Dari hasil perhitungan dengan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2
hitung
=
4,420 (lampiran 21 ). Pada taraf signifikansi 5% diperoleh c2 tabel = 11,07. Oleh
karena c2 hitung lebih kecil dari c2 tabel atau 4,420 < 11,07, maka dapat dinyatakan
bahwa sampel diambil dari populasi berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas X1 Dengan Y dan X2 Dengan Y
Uji linearitas digunakan untuk menguji apakah ada hubungan yang linear
antara variabel yang diukur. Kelinearan yang dimaksud adalah bahwa setiap kenaikan
variabel bebas akan diikuti pula oleh kenaikan variabel terikat.
a. Uji Linieritas X1 Dengan Y
Setelah dibuat tabel kerja (lampiran 22 ) dan dilakukan perhitungan dengan
rumus (lampiran 23), maka diperoleh harga-harga sebagai berikut:
a). JK (G)
: 3,9595
b). JK (TC)
: 1,7091
c). df (TC)
: 16
d). df (G)
: 28
e). RJK (TC)
: 0,106819
f). RJK (G)
: 0,141411
g). Fhit
: 0,7553041
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Fhitung = 0,7553041. Harga ini
dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang 16
dan dk penyebut 28 diperoleh sebesar 2,13. Karena Fhitung < Ftabel atau 0, 76 <
2,13, maka dapat dinyatakan bahwa X1 linier dengan Y.
b. Uji Linieritas X2 Dengan Y
Setelah dibuat tabel kerja ( lampiran 24 ) dan dilakukan perhitungan dengan
rumus (lampiran 25), maka diperoleh harga-harga sebagai berikut:
lxx
a). JK (G)
: 5,6520000
b). JK (TC)
: 0,6875
c). df (TC)
: 16
d). df (G)
: 28
e). RJK (TC)
: 0,042969
f). RJK (G)
: 0,201857
g). Fhit
: 0,21297672
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Fhitung = 0,21297672. Harga
ini dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang
16 dan dk penyebut 28 diperoleh sebesar 2,15. Karena Fhitung < Ftabel atau 0,21 <
2,15, maka dapat dinyatakan bahwa X2 linier dengan Y.
3. Uji Independensi X1 dan X2
Sesuai dengan rumus yang terdapat pada lampiran , dari perhitungan yang
telah dilakukan (lampiran 26), diperoleh hasil sebagai berikut: r hitung = 0,184. Dengan
sampel sebanyak 46 responden dan taraf signifikansi sebesar 5%, maka diperoleh rtabel
= 0,291. Karena r
hitung
lebih kecil r
tabel
atau 0,184 < 0,291. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa antara variabel X1 dan X2 menunjukkan tidak ada hubungan yang
berarti.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan langkah untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
telah diajukan diterima atau ditolak. Hipotesis akan diterima apabila data yang telah
terkumpul dapat membuktikan pernyataan yang ada didalam hipotesis dan sebaliknya
hipotesis akan ditolak apabila data yang telah terkumpul tidak dapat membuktikan
pernyataan didalam hipotesis. Adapun langkah-langkah dari pengujian hipotesis ini
lxxi
adalah: analisis data, penafsiran pengujian hipotesis dan kesimpulan pengujian
hipotesis. Pembahasan dari masing-masing langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Analisis Data
a. Tabulasi Data
Sebagai langkah awal dari analisis data adalah terlebih dahulu membuat
tabulasi data motivasi belajar siswa (X1), kemampuan berkomunikasi guru (X2)
dan prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) seperti yang ada pada lampiran.
Dari hasil perhitungan diperoleh harga-harga (lampiran 17 ):
N
∑X22 : 208991
: 46
∑X1 : 2769
∑Y2
: 2648,4
∑X2 : 3091
∑X1Y : 21027
∑Y : 348,5
∑X2Y : 23466
∑X12 : 167649
∑X1X2 : 186272
Setelah dilakukan tabulasi data mengenai variabel-variabel yang terdapat dalam
penelitian, langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien korelasi sederhana.
b. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana X1 dengan Y dan X2 dengan Y.
1) Koefisien Korelasi X1 dengan Y
Sesuai dengan langkah yang ada dan rumus yang telah ditetapkan ( lampiran
27 ) diperoleh:
rx1y
: 0,553
r tabel
: 0,291
Dari hasil perhitungan diperoleh rhitung lebih besar dari rtabel atau 0,553 > 0.291,
menunjukkan bahwa variabel X1 terhadap Y ada hubungan yang berarti. Jadi
ada hubungan yang signifikan antara X1 Terhadap Y.
2) Koefisien Korelasi X2 dengan Y
Sesuai dengan langkah yang ada dan rumus yang telah ditetapkan ( lampiran
28) diperoleh:
lxxii
rx2y
: 0,473
r tabel
: 0,291
Dari hasil perhitungan diperoleh rhitung lebih besar dari r
tabel
atau 0,473 >
0,291, menunjukkan bahwa variabel X2 terhadap Y ada hubungan yang
berarti. Jadi ada hubungan yang signifikan antara X2 Terhadap Y.
c. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda X1 dan X2 dengan Y
Berdasarkan hasil analisis diperoleh harga Ry(1,2) = 0,6687 (lampiran 29) dengan
sampel sebanyak 46 siswa. Sedangkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,4472.
d. Uji Signifikansi korelasi X1 dan X2 dengan Y
Dari perhitungan dengan teknik analisis varian diperoleh harga Fhitung sebesar
17,393 yang nilainya lebih besar dari Ftabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 3,25
atau 17,393 > 3,25, maka signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengaruh X1 dan X2 terhadap Y adalah signifikan atau berarti. (Lampiran 29 )
e. Menghitung Harga dari Persamaan-persamaan Garis Regresi Linier Multipel
Langkah pertama membuat tabel pembantu perhitungan persamaan regresi linier
multipel seperti terlihat pada lampiran. Kemudian dilakukan perhitungan sesuai
dengan rumus seperti pada lampiran. Dari hasil perhitungan (lampiran 30)
diperoleh persamaan sebagai berikut: Ỹ = 2,866 + 0,044 X1 + 0,031 X2, dapat
dijelaskan bahwa rata-rata satu unit prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y)
akan meningkat atau menurun sebesar 0,044 untuk setiap peningkatan atau
penurunan satu unit motivasi belajar siswa (X1) dan juga akan meningkat atau
menurun sebesar 0,031 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit
kemampuan berkomunikasi guru (X2). (Dapat dilihat pada lampiran ).
f. Menghitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif X1 dan X2 Terhadap Y
Dari perhitungan yang telah dilakukan (lampiran 31 ), dapat diketahui bahwa:
1. Sumbangan Relatif motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar mata
diklat komunikasi (Y) sebesar 59,47%. Sumbangan relatif kemampuan
berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi mata diklat komunikasi (Y)
sebesar 40,53%.
lxxiii
2. Sumbangan efektif motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar mata
diklat komunikasi (Y) sebesar sebesar 26,59%. Sumbangan efektif
kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi mata diklat
komunikasi (Y) sebesar 18,13%.
2. Penafsiran Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis, selanjutnya
dilakukan penafsiran pengujian hipotesis. Penafsiran terhadap regresi linier hanya
dapat dipertanggungjawabkan bila Freg yang diperoleh berarti atau signifikan.
Penafsiran hipotesis dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Koefisien Korelasi Sederhana X1 dengan Y
Untuk koefisien korelasi sederhana Variabel motivasi belajar siswa (X1)
dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) diperoleh nilai r
hitung
sebesar
0,553. Sedangkan pada taraf signifikan 5%, N = 46 responden diperoleh rtabel =
0,291. Dengan demikian maka r
hitung
lebih besar dari r
tabel
atau 0,553 > 0,291,
sehingga dapat ditafsirkan bahwa motivasi belajar siswa berhubungan dengan
prestasi belajar mata diklat komunikasi. Pengaruh ini ditunjukkan dengan adanya
sumbangan efektif X1 terhadap Y sebesar 26,59%.
b. Korelasi Sederhana X2 Dengan Y
Untuk koefisien korelasi sederhana variabel kemampuan berkomunikasi
guru (X2) dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) diperoleh nilai rhitung
sebesar 0,473. Sedangkan pada taraf signifikan 5%, N = 46 responden diperoleh
rtabel = 0,291. Dengan demikian maka rhitung lebih besar dari rtabel atau 0,473 >
0,291, sehingga dapat ditafsirkan bahwa kemampuan berkomunikasi guru (X2)
berhubungan dengan prestasi mata diklat komunikasi (Y). Hubungan ini
ditunjukkan dengan adanya sumbangan efektif X2 terhadap Y sebesar 18,13%.
lxxiv
c. Perhitungan korelasi X1 dan X2 dengan Y
Dari hasil perhitungan korelasi antara X1 dan X2 dengan Y diperoleh Fhitung
sebesar 17,393 sedangkan Ftabel sebesar 3,25 dengan dk = 2 lawan 43 dan taraf
signifikansi 5% . Karena Fhitung > Ftabel atau 17,393 > 3,25. Oleh karena itu dapat
ditafsirkan bahwa ada hubungan antara motivasi belajar siswa (X1) dan
kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi belajar mata diklat
komunikasi (Y) secara bersama-sama, Hubungan ini didukung dengan adanya
sumbangan efektif sebesar 44,72% yang terdiri dari sumbangan efektif motivasi
belajar siswa sebesar 26,59% dan sumbangan efektif kemampuan berkomunikasi
guru sebesar 18,13%.
Apabila diinginkan peningkatan prestasi belajar mata diklat komunikasi
maka kedua variabel tersebut perlu ditingkatkan. Kemudian sisa dari sumbangan
efektif tersebut adalah 55,28% dijelaskan oleh variabel lain yang ikut
mempengaruhi prestasi belajar mata diklat komunikasi dalam penelitian ini
peneliti ramalkan antara lain tingkat intelegensi siswa, latar belakang sosial
ekonomi siswa, fasilitas belajar sekolah yang menunjang kenyamanan pada saat
kegiatan belajar mengajar, dan motivasi belajar ekstrinsik. Variabel-variabel
tersebut dapat peneliti kemukakan karena variabel tersebut merupakan bagian dari
komponen-komponen yang mempengaruhi proses belajar mengajar sehingga
mempengaruhi prestasi belajar.
d. Persamaan Garis Regresi Linier Multipel
Berdasarkan persamaan garis linier multipel yang diperoleh, yaitu Ỹ = 2,866
+ 0,044 X1 + 0,031 X2 dapat dijelaskan bahwa rata-rata prestasi belajar siswa
mata diklat komunikasi akan meningkat atau menurun sebesar 0,044 untuk setiap
peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar siswa (X1) dan akan
meningkat atau menurun sebesar 0,031 untuk setiap peningkatan atau penurunan
satu unit kemampuan berkomunikasi guru (X2).
lxxv
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Dari hasil analisis data untuk menguji hipotesis dan berdasarkan
penafsirannya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Hipotesis 1
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh nilai rhitung > rtabel atau 0,553 >
0.291 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf signifikansi 5%. Jadi
hipotesis pertama yang berbunyi “Ada hubungan antara motivasi belajar siswa
dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris
SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010” dapat diterima.
b. Hipotesis 2
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh nilai rhitung > rtabel atau
0,473 > 0,291 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf signifikansi 5%.
Jadi hipotesis kedua yang berbunyi “Ada hubungan antara kemampuan
berkomunikasi guru dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa
kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010” dapat
diterima.
c. Hipotesis 3
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh nilai Fhitung > Ftabel atau
17,393 > 3,25 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf signifikansi 5%.
Jadi hipotesis kedua yang berbunyi “Ada hubungan antara motivasi belajar siswa,
dan kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan prestasi
belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni
Surakarta tahun pelajran 2009/2010” dapat diterima.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan pada hasil analisis data di atas, maka peneliti mengemukakan
pembahasan sebagai berikut:
lxxvi
1. Motivasi Belajar Siswa (X1)
Berdasarkan hasil pengumpulan data, setelah diolah skor rata-rata motivasi belajar
siswa belajar mata diklat komunikasi adalah 72%, hal ini berarti rata-rata tingkat
motivasi belajar siswa mata diklat komunikasi kelas 2 sekretaris SMK 2 Murni
Surakarta tahun 2009/2010 adalah 72%. Motivasi belajar siswa sebesar 72% dan
sisanya 28% belum memiliki motivasi untuk belajar dari dalam dirinya. Apabila
dilihat dari daftar angket yang sudah terkumpul ada beberapa item yang rendah
nilainya, antara lain nomor item 11 dan 15 dengan skor 117, dan nomor item
21 dengan skor 119. Angket dengan nomor item 11 menyebutkan bahwa siswa
kurang tertarik dengan materi yang diajarkan guru mata diklat komunikasi dan
angket dengan nomor item 15 yaitu siswa selalu mengulang kembali apa yang
guru ajarkan disekolah saat jam sekolah selesai dan angket dengan nomor item 21
menyatakan bahwa siswa merasa jenuh dan bosan dengan aktivitas belajar baik
disekolah maupun dirumah. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa motivasi
intrinsik siswa yakni ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam kegiatan
belajar mata diklat komunikasi itu sendiri akan mempengaruhi usaha siswa untuk
mencari materi yang berhubungan dengan mata diklat yang diajarkan sehingga
pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar, keinginan untuk pandai yang
berasal dari diri sendiri memiliki pengaruh yang besar dengan prestasi mata diklat
komunikasi.
2. Untuk Variabel Kemampuan Berkomunikasi Guru.
Berdasarkan hasil pengumpulan data, setelah diolah skor rata-rata kemampuan
berkomunikasi guru 76%, hal ini berarti rata-rata tingkat kemampuan
berkomunikasi guru mata diklat komunikasi kelas 2 sekretaris SMK 2 Murni
Surakarta tahun 2009/2010
adalah 76%. Kemampuan berkomunikasi guru
sebesar 76% dan sisanya 24% merupakan faktor lain yang mempengaruhi proses
penyampaian pesan atau ganguan-ganguan dalam penyampaian pesan atau materi
oleh guru. Apabila dilihat dari daftar angket yang sudah terkumpul ada beberapa
lxxvii
item yang rendah nilainya, antara lain nomor item 28 dan item nomor 30. Angket
dengan nomor item 28 menyebutkan bahwa siswa sering mengalami kesulitan
dalam mengikuti pembelajaran mata diklat komunikasi dan item nomor 30
menyebutkan bahwa siswa menilai bahwa guru dalam memberikan materi tidak
langsung pada pokok bahasan yang akan dibahas dan cenderung membahas halhal yang menurut saya diluar materi pelajaran. Dalam hal ini kesulitan yang
dialami siswa dalam mengikuti pembelajaran mata diklat komunikasi diakibatkan
oleh ganguan-ganguan pada saat proses penyampaian pesan seperti suasana kelas
yang ramai, banyak siswa yang mengantuk dan lain sebagainya sehingga guru
mencoba menarik perhatian siswa dengan mengajak siswa untuk bercerita tentang
hal lain diluar materi yang menyebabkan materi menjadi kurang fokus atau tidak
terarah sehingga terkadang sebagian siswa sulit mengikuti pembelajaran yang
pada
akhirnya
menyebabkan
siswa
menjadi
kurang
paham
sehingga
mempengaruhi prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi.
3. Prestasi Belajar Mata Diklat Komunikasi.
Berdasarkan hasil pengumpulan data, setelah diolah skor rata-rata prestasi belajar
mata diklat komunikasi 76%. Dengan melihat tingkat pencapaian variabel
motivasi belajar siswa sebesar 72% dan kemampuan berkomunikasi guru sebesar
76%. Maka dapat dikatakan bahwa tingkat prestasi belajar mata diklat komunikasi
dikatakan baik dengan rata-rata 7,58, tingkat prestasi belajar mata diklat
komunikasi yang baik ini ditunjukkan dengan komponen-komponen dalam
penilaian dari setiap nilai ulangan dari subkompetensi yang telah dilakukan.
Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa dan
kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama berhubungan dengan prestasi
belajar mata diklat komunikasi. Dalam hal ini hubungan yang dimaksud adalah
lxxviii
hubungan yang bersifat saling mempengaruhi., namun bukan hanya motivasi dan
kemampuan berkomunikasi guru mata diklat komunikasi saja yang mempengaruhi
prestasi belajar mata diklat komunikasi melainkan masih banyak faktor yang lain
yang tidak tercakup dalam penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka kesimpulan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.
Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi
belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni
Surakarta tahun pelajaran 2009/2010
5.
Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berkomunikasi guru
dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris
SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010
6.
Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa, dan
kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan prestasi
belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni
Surakarta tahun pelajran 2009/2010
Selain kesimpulan di atas, peneliti juga mengemukakan beberapa hal
sebagai berikut:
lxxix
1. Besarnya sumbangan relatif yang diberikan masing-masing variabel adalah
sebagai berikut:
a.
Sumbangan Relatif motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar mata
diklat komunikasi (Y) sebesar 59,47%.
b.
Sumbangan relatif kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi mata
diklat komunikasi (Y) sebesar 40,53%.
c.
Sumbangan efektif motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar mata
diklat komunikasi (Y) sebesar sebesar 26,59%.
d.
Sumbangan efektif kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi
mata diklat komunikasi (Y) sebesar 18,13%.
2. Hasil persamaan garis regresi linier yang diperoleh dari perhitungan adalah Ỹ =
2,866 + 0,044 X1 + 0,031 X2, yang berarti bahwa rata-rata satu unit prestasi
belajar mata diklat komunikasi (Y) akan meningkat atau menurun sebesar 0,044
untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar siswa (X1) dan
juga akan meningkat atau menurun sebesar 0,031 untuk setiap peningkatan atau
penurunan satu unit kemampuan berkomunikasi guru (X2).
3. Berdasarkan pada deskripsi data yang telah diperoleh dari masing-masing
variabel, diketahui:
a. Tingkat prosentase motivasi belajar mata dikalat komunikasi siswa kelas 2
sekretaris di SMK 2 Murni Surakarta sebesar 72%
b. Tingkat prosentase kemampuan berkomunikasi guru mata dikalat komunikasi
siswa kelas 2 sekretaris di SMK 2 Murni Surakarta sebesar 76%.
c. Tingkat prosentase prestasi belajar mata dikalat komunikasi siswa kelas 2
sekretaris di SMK 2 Murni Surakarta sebesar 76%.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, sebagai
implikasi hasil penelitian adalah sebagi berikut:
lxxx
1. Dengan terbuktinya hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa, dan
kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan prestasi belajar
mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta
tahun pelajran 2009/2010, maka hasil penelitian ini memberikan informasi kepada
guru dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi.
Selanjutnya dapat dikatakan bahwa motivasi belajar yang berasal dari dalam diri
yaitu ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam kegiatan belajar mata diklat
komunikasi itu sendiri dan kemampuan berkomunikasi guru mata diklat
komunikasi yang baik memiliki hubungan yang bersifat mempengaruhi prestasi
belajar mata diklat komunikasi.
2. Dengan teori-teori yang ada, hasil penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti
lain untuk memperbaiki atau menyempurnakan penelitian ini maupun mengkaji
dan meneliti variabel-variabel lain yang mungkin berhubungan dengan
peningkatan prestasi belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan hasil
analisis data penelitian tersebut di atas, maka berikut ini disampaikan saran-saran
yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa dan guru untuk lebih meningkatkan
prestasi belajar mata diklat komunikasi. Saran-saran yang dapat disampaikan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kepada siswa .
a.
Siswa hendaknya mempersiapkan materi mata diklat yang akan diajarkan
sebelum kegiatan belajar mengajar mata diklat komunikasi diajarkan.
b.
Siswa hendaknya menyadari tujuan yang terkandung didalam kegiatan belajar
mata diklat komunikasi itu sendiri, sehingga siswa tertarik untuk belajar dan
secara sadar akan melakukan kegiatan belajar mata diklat komunikasi.
lxxxi
c.
Siswa sebaiknya mengulang kembali apa yang guru ajarkan disekolah setelah
jam sekolah selesai.
2. Kepada Guru.
a.
Guru hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam mengelola interaksi
dalam pembelajaran dan mampu mengajak siswanya untuk mengungkapkan
pendapat, bertanya sehingga tercipta komunikasi dua arah. Sehingga guru
dapat mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran
mata diklat komunikasi.
b.
Guru hendaknya memberikan catatan-catatan yang penting yang berkaitan
dengan bahan atau materi.
c.
Guru hendaknya sering memberikan tugas untuk observasi terhadap suatu
kasus. Karena hal itu dapat melatih siswa untuk belajar mandiri dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.2005.Manajemen Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta
. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik).
Jakarta:Rineka Cipta
Anonimous. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: FKIP UNS
Cangara, Hafied.. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
lxxxii
Djamarah, Syaiful Bahri. 2001. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta:Rineka Cipta
Hasan. M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Statistika 2 (Statistik Inferensif). Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Hadi, Sutrisno. 2001. Analisa Regresi. Yogakarta : Andi Offset.
------------------- . 1996. Metodelogi Researc 2. Yogyakarta : Andi Offset.
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial. Jakarta: GP Press.
Makmun, Abin Syamsudin. 2004. Psikologi Pendidikan (Perangkat Sistem
Pengajaran Modul). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organisasi. Jakarta:Bumi Aksara
Nisfiannoor, Muhammad. 2009. Pendekatan Statistika Modern (Untuk Ilmu Sosial).
Jakarta: Salemba Humanika.
Ramli. 2008. “Keterampilan Dasar Mengajar Guru Menengah Kejuruan Teknologi
di Sematra Barat”. Jurnal Pembelajaran. Volume 30. Nomor 1.
Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Soeharto, Karti dkk. 1996. Komunikasi Pembelajaran. Surabaya:SK
Soemarsono. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UPT Penerbitan dan
Percetakan UNS (UNS Press).
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
.
.2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
lxxxiii
Sukiniarti. 2006. “Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Pada
Mahasiswa di Pendidikan Jarak Jauh”. Jurnal Pendidikan. Volume 7.
Nomor 1
Surachmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah:Dasar, Metode & Teknik.
Bandung : Tarsito
Suwarna. 2006. Pengajaran Mikro (Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidik
Profedional). Yogyakarta: Tiara Wacana
Syah, Muhibin. 2007. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Edisi Revisi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Syaodih, Nana Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Usman, Mohammad Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo
Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksi Prinsip,Teknik, Proses. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
lxxxiv
Download