HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT KOMUNIKASI KELAS 2 SEKRETARIS SMK MURNI 2 SURAKARTA TAHUN 2009/2010 Oleh: INTI RESTUNINGTYAS K 7406012 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010 ii PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, Juni 2010 Persetujuan Pembimbing: Pembimbing I Pembimbing II Dra. C. Dyah S. Indrawati, M. Pd Tutik Susilowati, S.Sos, M.Si NIP. 1961 1122 1989 03 2 001 NIP.1975 1021 2005 01 2 001 iii PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada Hari : ………………. Tanggal : ……………….. Tim Penguji Skripsi Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Dra. Tri Murwaningsih, M.Si Sekretaris : Susantiningrum, S.Pd, SE, MAB Anggota I : Dra. C. Dyah S. Indrawati, M.Pd. Anggota II : Tutik Susilowati, S.Sos. M.Si Disahkan Oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd 19600727 198702 1 001 iv 1. ……………. 2. ……………. 3. ……………. 4. ……………. ABSTRAK Inti Restuningtyas. HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT KOMUNIKASI KELAS 2 SEKRETARIS SMK 2 MURNI SURAKARTA TAHUN 2009/2010, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menjelaskan ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK Murni 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010, (2) Menjelaskan ada tidaknya hubungan antara kemampuan berkomunikasi guru dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010, (3) Menjelaskan ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar siswa, dan kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajran 2009/2010. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional dan berbentuk penelitian kuantitatif. Populasi adalah seluruh siswa kelas 2 bidang keahlian Administrasi perkantoran yang terdiri dari dua kelas dengan masing – masing kelas berjumlah 24 siswa dan 22 siswa, dengan sampel menggunakan metode sensus yaitu semua populasi dijadikan sampel karena jumlah populasinya sedikit, dengan pengambilan tryout di sekolahan lain yang memiliki akreditasi dan karakteristik sama, Data diperoleh dengan menggunakan angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik korelasional dengan teknik regresi ganda. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) ada hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK 2 Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010, hal ini ditunjukkan dengan pengujian hipotesis, diperoleh nilai rhitung > rtabel atau 0,553 > v 0,291 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf signifikansi 5%. (2) ada hubungan antara kemampuan berkomunikasi guru dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK 2 Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010, ini ditunjukkan dengan pengujian hipotesis diperoleh nilai rhitung > rtabel atau 0,473 > 0,291 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf signifikansi 5%. (3) ada hubungan antara motivasi belajar siswa, dan kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK 2 Murni Surakarta tahun pelajran 2009/2010, ini ditunjukkan dengan pengujian hipotesis diperoleh nilai Fhitung > Ftabel atau 17,393 > 3,25 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf signifikansi 5%. Temuan lain yang didapatkan dalam penelitian ini adalah: Sumbangan Relatif motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) sebesar 59,47%. Sumbangan relatif kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi mata diklat komunikasi (Y) sebesar 40,53%. Sumbangan efektif motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) sebesar sebesar 26,59%. Sumbangan efektif kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi mata diklat komunikasi (Y) sebesar 18,13%. Hasil persamaan diperoleh dari perhitungan adalah: diperoleh persamaan sebagai berikut: Ỹ = 2,866 + 0,044 X1 + 0,031 X2, dapat dijelaskan bahwa rata-rata satu unit prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) akan meningkat atau menurun sebesar 0,044 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar siswa (X1) dan juga akan meningkat atau menurun sebesar 0,031 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit kemampuan berkomunikasi guru (X2) vi MOTTO Semua yang terjadi didunia ini adalah atas ijin Nya (Penulis) Genggamlah dunia ditanganmu dan akhirat dihatimu. (Penulis) … Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat …”. (Qs. Al Mujadalah: 11) Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai ( dari suatu urusan ), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh ( urusan ) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap ( Alam Nasyrah : 6 –8 ) vii PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya ini untuk: Bapak dan Ibunda tercinta, yang tiada hentinya memberikan pengorbanan, kesabaran, dorongan dan semangat serta doa untuk penulis. Kakak dan adikku yang aku sayangi yang turut memberi semangat bagiku. “The Best Friend” yang telah banyak memberi motovasi dan perhatiannya sehingga skripsi ini selesai. Almamaterku tercinta. viii KATA PENGANTAR Dengan memuji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Segala usaha dan kemampuan telah peneliti curahkan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan tujuan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak mengalami hambatan, namun atas bantuan dari beberapa pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu tidak lupa peneliti ucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk menyusun skripsi. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi ini. 3. Ketua Program dan Sekretaris Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus pendidikan administrasi Perkantoran yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk menyusun skripsi. 4. Ibu Dra. C. Dyah SI, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi sehingga terselesainya skripsi ini. 5. Ibu Tutik Susilowati, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti. 6. Kepala Tata Usaha Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret dan Staff, yang telah membantu dan melayani dengan baik segala hal yang berkaitan dengan administrasi. 7. Seluruh tenaga pengajar Program Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan bekal ilmu. ix 8. Kepala SMK Murni 2 Surakarta Drs. Suwitadi, SH, MM, MSi yang memberikan ijin untuk melakukan penelitian kepada peneliti untuk menyusun skripsi. 9. Drs. Ponco Kussarwiutoyo yang memberikan bantuan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi. 10. Kepala SMK Bimando Surakarta Drs. Utomo Supriyanto yang memberikan ijin untuk melakukan ujicoba penelitian kepada peneliti, 11. Ibunda dan Bapak yang selalu berdoa untuk penulis yang telah memberikan kasih sayang, motivasi dan memenuhi segala sarana yang penulis perlukan. 12. Adikku yang selalu memberi doa dan dukungan. 13. Kakakku yang selalu memberi kasih sayang dan mengisi hari-hariku dengan sesuatu yang berarti. 14. Sahabat-sahabatku Anum, Ratna, Pipin, Lina, Kemi, Sari, Maya, Welasita, Dian, Teguh, Danian (Mbothul), Omad yang selalu menemaniku, thank’s for all. 15. Rekan-rekan PAP’06 dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 16. Anak-anak Kos Mentari Mba Anik, Simons, Mb Lya, Nyak Lely, Mb Ratna. 17. Anak -anak kos Sinabung Ayu, Desti, Mb Na’, Nance, Mb Kristin 18. Anak-anak kos Sekar Aji yang Siwi, Dayu, Nenel, dan adik-adik kosku semua. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Peneliti mengharapkan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Surakarta, Penulis x Juni 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta mangikuti arus kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pemerintah mengupayakan penyelenggaraan pendidikan dalam satu sistem pengajaran nasional yang diatur oleh undang-undang. Tujuan pendidikan nasional dapat terwujud dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dicapai melalui pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran para peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara. Pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan bagian terpadu dari pembangunan nasional, yaitu membentuk manusia seutuhnya baik pembangunan jasmani maupun pembangunan rohani. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah terus menerus berupaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan. Di dalam peningkatan mutu pendidikan dan pencapaian tujuan pendidikan nasional tentunya tidak bisa terlepas dengan proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar terjadi hubungan timbal balik antara siswa dengan guru. Agar proses belajar menghasilkan yang diharapkan, maka baik siswa maupun guru perlu memiliki sikap, kemampuan, kemauan dan ketrampilan yang mendukung proses belajar mengajar. Proses belajar merupakan suatu proses kegiatan yang secara terus menerus dilakukan guna mendapat ilmu pengetahuan yang dipelajari. Siswa tidak bisa terlepas dari proses belajar dalam usaha meraih prestasi belajar yang tinggi. Seperti proses belajar, kemauan belajar tersebut juga tidak terlepas dari siswa itu sendiri. Siswa berusaha xi mencapai prestasi akademis yang baik semata-mata karena ia ingin belajar dan karena tujuan utamanya adalah mendapatkan pengetahuan, pengertian, pengalaman, dan pengembangan diri. Selain faktor dalam diri siswa itu sendiri proses belajar juga dipengaruhi oleh guru. Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran disekolah dan guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Untuk itu seorang guru harus memenuhi standar kompetensi guru professional, salah satunya adalah kompetensi dasar mengajar. Sehingga, dalam keberhasilan proses belajar dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa dan guru yang professional. Menurut Soemarsono (2007:1) “Proses belajar adalah proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh siswa pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan disajikan disekolah baik yang terjadi dikelas maupun diluar kelas”. Kegitan belajar dapat berlangsung dimana saja, tidak hanya dilingkungan sekolah saja melainkan juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Belajar merupakan proses perubahan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang berlangsung secara terus menerus dalam periode waktu yang panjang, Nurgiyantono (1995:21) menyatakan bahwa “Seseorang dikatakan telah mengalami peristiwa belajar apabila ia mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak berkompeten menjadi berkompeten”. Dalam hal ini seseorang telah mengalami proses belajar apabila ia mangalami suatu perubahan perilaku, sedangkan proses belajar mengajar menurut Abin Syamsudin Makmun (2004:156) dapat diartikan “Sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya”. Oleh karena itu proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan dimana antara guru dan siswa memiliki peran yang sama besarnya dalam mencapai tujuan pembelajaran khususnya tercapainya prestasi belajar yang baik. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam meraih prestasi belajar siswa adalah motivasi belajar siswa tersebut, menurut Muhibin Syah xii (2006:136) “Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme – baik manusia ataupun hewan – yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu”. Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang dapat mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar siswa termasuk motivasi intrinsik, menurut Soemarsono (2007:16) “Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”. Dalam penelitian ini, apabila dilihat dari segi kegiatan yang dilakukannya yaitu kegiatan belajar, maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini berarti ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam kegiatan belajar itu sendiri. Yang terpenting dalam motivasi intrinsik itu sendiri adalah hasrat untuk berprestasi yang baik, tidak menurut ukuran dan pandangan orang lain, melainkan menurut ukuran dan pandangan diri sendiri mengenal taraf keberhasilan yang diperolehnya. Sebagai contoh apabila di awal semester seorang siswa menentukan target bahwa nilai yang harus dicapai pada mata pelajaran “x” adalah 8, maka apabila dihari pembagian rapor nilai siswa tersebut sama dengan atau diatas 8 maka siswa tersebut merasa puas dan apabila target tersebut tidak tercapai maka siswa tersebut merasa tidak puas bahkan mencela diri sendiri. Apabila siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi maka, siswa memiliki kemauan yang keras untuk belajar dikarenakan dorongan dalam diri siswa itu dan apabila siswa sudah memiliki motivasi untuk belajar karena tujuan tertentu, maka ia akan selalu mencari tahu dan mempelajari mata pelajaran tersebut secara lebih mendalam untuk mencapai tujuannya. Motivasi belajar sangat mempengaruhi prestasi yang diperoleh siswa. Seorang siswa yang memiliki minat terhadap belajarnya, maka dia akan berusaha xiii mendapat nilai yang bagus. Selain itu, siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan berusaha untuk meyelesaikan semua pekerjaan yang diberikan guru, sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar yang didapat siswa. Siswa yang memiliki motivasi tinggi terhadap pelajaran, akan berusaha sebaik -baiknya agar mendapatkan hasil belajar yang baik di akhir kegiatan belajar mengajar. Selain motivasi belajar siswa faktor lain yang dapat menentukan keberhasilan dalam meraih prestasi belajar siswa adalah kemampuan berkomunikasi guru. Menurut Arief S. Sadiman, dkk., (1990:11)” Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu”. Menurut Suhaenah Suparno (2000:113) “Komunikasi mempunyai peran yang sangat penting didalam interaksi antara peserta dengan fasilisator karena interaksi ini berarti ada pengiriman dan penerimaan pesan-pesan secara interaktif dan terus menerus”. Dengan demikian, melalui proses komunikasi, pesan dapat diterima, diserap, dan dihayati penerima pesan. Guru dalam kaitannya dengan ini berusaha melakasanakan peranannya sebagai sumber informasi dengan mengusai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara guru harus mampu mengkomunikasikan ide, gagasan, nasehat, materi dan sebagainya. Sehingga pada akhirnya akan meningkatkan preatasi belajar siswa tersebut. Siswa dan guru serta masyarakat pada umumnya selalu menginginkan prestasi belajar yang baik, oleh karena itu untuk mencapai suatu prestasi belajar yang baik guru sebagai komunikator memiliki peran yang dimainkan didepan kelas, Suwarna (2006:11) menyatakan bahwa: “Peranan guru didepan kelas sebagai informator/komunikator/nara sumber memberi informasi yang berupa aspek kognitif, afektif, maupun keterampilan. Aspek kognifif mengacu pada perkembangan intelektual siswa, aspek afektif mengacu pada pembentukan perkembangan sikap sesuai dengan budaya setempat, aspek keterampilan berkaitan dengan kerja otak secara motoris. Ketiga aspek tersebut diharapkan menjadi trifungsi, artinya tiga hal yang menyatu pada diri siswa”. xiv Dengan demikian, melalui peran guru sebagai komunikator yang memberikan informasi kepada siswa-siswanya, sebagai guru yang professional yakni guru yang menguasai bidang studinya secara luas harus berusaha meningkatkan kemampuan berkomunikasinya, sehingga siswa-siswanya untuk lebih tertarik pada mata pelajaran yang guru tersebut ajarkan dan pada akhirnya kemampuan berkomunikasi guru sangat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang mengorientasikan siswa lulusannya segera dapat bekerja, oleh karana itu siswa haruslah mengembangkan potensi diri agar sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Dalam hal ini siswa dituntut untuk memahami dan mengaplikasikan ketrampilan dasar dalam berkomunikasi, karena kemampuan berkomunikasi yang baik sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas lulusan. Di SMK 2 Murni Surakarta pada saat pembelajaran mata diklat komunikasi pada kelas 2 Sekretaris motivasi belajar siswa terhadap mata diklat ini masih kurang. Hal ini terbukti pada saat guru memberikan tugas yang sedikit menantang siswa berkaitan dengan mata diklat komunikasi siswa kurang antusias dan kurang maksimal dalam mengerjakan tugas-tugas yang guru berikan. Disisi lain dalam kaitannya dengan prestasi belajar, peran guru sangatlah penting diantaranya guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, sehingga materi yang diajarkan mudah diterima dan dipahami oleh siswa-siswanya. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dan untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar siswa dan kemampuan berkomunikai guru dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi, maka penulis mengajukan judul sebagai berikut: “HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT KOMUNIKASI KELAS 2 SEKRETARIS SMK 2 MURNI SURAKARTA TAHUN 2009/2010”. B. Identifikasi masalah xv Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya, sehingga setiap masalah yang timbul perlu diidentifikasikan agar jelas kedudukannnya masing-masing untuk memudahkan setiap kesulitan yang ada. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Kurangnya motivasi belajar siswa menyebabkan siswa kurang memiliki keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri serta penyelesaian masalah sendiri berdampak pada prestasi belajar siswa. 2. Kurangnya keinginan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang guru berikan dengan maksimal, sehingga hasil yang dicapai menjadi tidak maksimal 3. Keterbatasan kemampuan guru dalam mengkomunikasikan ide, gagasan, nasehat, materi dan sebagainya, sehingga menyebabkan proses pembelajaran tidak maksimal. 4. Siswa kurang begitu paham terhadap materi yang diajarkan oleh guru yang disebabkan siswa kurang mengerti apa yang guru sampaikan. C. Pembatasan masalah Menurut Iskandar (2008:165) “Pembatasan masalah perlu dilakukan karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, khususnya waktu, tenaga, kemampuan teoritik yang relevan dengan penelitian, sehingga diharapkan penelitian dapat dilakukan lebih terfokus dan mendalam”. Pembatasan masalah dalam penelitian dimaksudkan agar dalam pembahasan masalah lebih terarah dan tidak menimbulkan kesalahan dalam penafsiran. Untuk memudahkan dalam pelaksaaan penelitian serta dapat menjawab permasalahan secara fokus dan mendalam, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun masalah yang akan diteliti dalam penelitian dibatasi pada motivasi belajar xvi siswa, kemampuan berkomunikasi guru dan prestasi belajar komunikasi siswa kelas 2 Sekretaris SMK Murni 2 Surakarta. Untuk menjelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan permasalahan tersebut perlu ditegaskan sebagai berikut: 1. Motivasi belajar siswa Motivasi belajar siswa merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan kegiatan belajar, dan apabila ia tidak suka, maka akan berusaha meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. 2. Kemampuan berkomunikasi guru Kemampuan berkomunikasi guru adalah kemampuan guru untuk menyampaikan ide atau gagasan, pertanyaan atau informasi lainnya yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar, dalam hal ini guru yang dimaksud adalah guru yang mengajar mata diklat komunikasi. 3. Prestasi belajar mata diklat komunikasi Prestasi belajar mata diklat komunikasi adalah hasil belajar mata diklat komunikasi yang dicapai oleh siswa yang berupa pengetahuan dan ketrampilan yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun kalimat yang diberikan oleh guru dalam bentuk nilai. D. Perumusan masalah Iskandar (2008:166) menyatakan bahwa “ Rumusan masalah merupakan uraian dari masalah yang dimunculkan dalam latar belakang yang dikemukakan”. Rumusan masalah dinyatakan dengan kalimat pertanyaan atau pernyataan yang jelas dan padat. Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: xvii 1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK 2 Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010? 2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berkomunikasi guru dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK 2 Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010? 3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa, dan kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan prestasi belajar mata diklat Komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK 2 Murni Surakarta tahun pelajran 2009/2010? E. Tujuan penelitian Iskandar (2008:167) menyatakan bahwa ”Tujuan penelitian adalah tujuan untuk menjawab pertanyaan masalah yang diteliti secara spesifik, untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan”. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 2. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara kemampuan berkomunikasi guru dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 3. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar siswa, dan kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajran 2009/2010 F. Manfaat penelitian xviii Hasil penelitian ini dharapkan dapat memberikan manfaat baik secarta teoritis maupun secara praktis yaitu: 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengkaji masalah kemampuan berkomunikasi guru, motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pendidikan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perluasan pengetahuan dan wawasan penelitian dalam bidang pendidikan. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa dan kemampuan berkomunikasi guru. 2. Manfaat praktis a. Bagi guru untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasinya kepada siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar pelajaran komunikasi maupun pelajaran lainnya b. Bagi siswa dapat menumbuhkan rasa suka terhadap mata diklat komunikasi sehingga membuat siswa menjadi aktif dan kreatif dalam menerima dan menyerap materi pelajaran komunikasi. c. Bagi siswa dapat lebih terampil dalam mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikirannya sehingga dapat bermanfaat bagi keberhasilan siswa nantinya. d. Bagi orang tua siswa untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya motivasi belajar anak. e. Merupakan masukan yang positif bagi sekolah, sehingga dapat memperbaiki sistem pembelajarannya, sehingga mampu membekali siswa untuk dapat menerapkan ilmu yang dimiliki, baik sekarang maupun yang akan datang. xix BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan langkah selanjutnya dalam penelitian ilmiah, teori atau konsep ini digunakan sebagai landasan teoritis dalam penelitian. Dalam aktivitas penelitian peran teori sangat penting dan diperlukan dalam menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti, peneliti akan lebih mudah membuat pilihan variabel-variabel yang berhubungan dengan fenomena yang akan dikaji. Menurut Suharsimi Arikunto (2005:58) “Kegiatan mendalami, mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi pengetahuan itulah yang biasa dikenal dengan istilah mengkaji bahan pustaka atau biasa disingkat dengan istilah kajian pustaka”. Penyusunan landasan teori tidak akan produktif sebelum bahannya cukup banyak. Karena itu perlu terlebih dahulu dibaca sumber-sumber bacaan baru kemudian ditelaah. Penelaahan pustaka berpengaruh besar terhadap kesimpulan akhir yang hendak dicapainya. Dengan memandang pentingnya landasan pustaka bagi penelitian, maka peneliti telah mengadakan tugas kepustakaan guna mencari bahan teori yang memuat tentang keterangan abstrak dari variabel yang sesuai dengan masalah yang peneliti sedang lakukan. Adapun tinjauan pustaka berisi sebagai berikut: 1. Tinjauan tentang motivasi belajar a. Pengertian motivasi belajar b. Jenis-jenis motivasi c. Prinsip-prinsip motivasi belajar xx d. Fungsi motivasi 2. Tinjauan tentang kemampuan berkomunikasi guru a. Pengertian komunikasi b. Unsur-unsur komunikasi c. Bentuk-bentuk komunikasi d. Ganguan dan rintangan dalam berkomunikasi e. Proses komunikasi f. Kemampuan guru dalam berkomunikasi g. Macam-macam bentuk komunikasi dalam mengajar h. Keterampilan komunikasi guru 3. Tinjauan tentang prestasi belajar mata diklat komunikasi a. Pengertian prestasi belajar b. Fungsi dan kegunaan prestasi belajar c. Cara mengukur prestasi belajar d. Penilaian mata diklat komunikasi 1. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Seseorang yang memiliki suatu tujuan tentunya orang tersebut memiliki dorongan baik berasal dari diri orang tersebut, dari lingkungan atau orang lain. Dalam hal belajar seseorang tentunya mempunyai suatu tujuan yaitu mencapai prestasi yang memuaskan, maka dalam proses pencapaiannya orang tersebut membutuhkan adanya dorongan yang berasal dari dalam diri orang tersebut yang kadarnya berbeda antara orang yang satu dengan orang lainnya. Daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu itulah yang disebut dengan motif. Menurut WS Winkel dalam Soemarsono (2007:11) bahwa: motif adalah daya penggerak didalam diri orang untuk melakukan aktivitas xxi tertentu demi mencapai suatu tujuan. Menurut pendapat dari Uzer Usman (2005: 28) bahwa: Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu. Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan, dorongan untuk memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan yang memenuhi kebutuhan itu. Menurut Soemarsono (2007:12) istilah lingkaran motivasi memiliki tiga rantai dasar: 1) 2) 3) Timbulnya suatu kebutuhan yang dihayati dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan itu. Bertingkah laku tertentu sebagai usaha untuk mencapai suatu tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan yang dihayati. Tujuan tercapai sehingga orang merasa puas dan lega karena kebutuhan telah terpenuhi Menurut Oemar Hamalik (2001:158) ada dua prinsip yang digunakan untuk meninjau motivasi, yaitu: 1) 2) Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk memperkirakan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang; Kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk itu dapat dipercaya , dapat dilihat kegunaanya dalam menjelaskan tingkah lakunya. Motivasi tumbuh dari dalam diri seseorang tetapi juga dapat dirangsang oleh faktor dari luar diri individu, Sudirman AM dalam Soemarsono (2007:12) menyatakan bahwa: motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan xxii kondisi-kondisi tersebut, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Menurut Oemar Hamalik (2001:158) “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi suatu proses dari serangkaian usaha untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Menurut Oemar Hamalik (2001:158) didalam perumusan motivasi ini dapat dilihat ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut: 1) 2) 3) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahanperubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu didalam sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketahui. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakukan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlihat dalam suatu diskusi karena ia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan cepat dan lancar akan keluar. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Kebutuhan perbuatan, atau kelakuan, tujuan, dan kepuasan terdapat hubungan dan kaitan yang kuat. Setiap perbuatan dilakukan dikarenakan adanya dorongan motivasi. Timbulnya motivasi oleh karena seseorang merasakan suatu kebutuhan tertentu dan karenanya perbuatan menjadi terarah kepada pencapaian tujuan tertentu pula. Berdasarkan penelitian yang terdahulu Sukiniarti (2006) xxiii Motivasi belajar berkaitan dengan proses belajar, motivasi dalam belajar sangat diperlukan karena dapat meningkatkan semangat peserta didik untuk belajar. b. Jenis-jenis Motivasi Macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sehingga motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. 1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1.1. Motivasi bawaan Yang dimaksud dengan motivasi bawaan adalah motivasi yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Motivasi ini seringkali disebut motvasi yang diisyaratkan secara biologis. 1.2. Motivasi yang dipelajari Yaitu motivasi yang timbul karena dipelajari. Motivasi ini sering kali disebut dengan motivai yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain. Sehingga motivasi itu terbentuk. Sebab dengan adanya kemampuan berhubungan, kerjasama didalam masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri. 2) Motivasi jasmani dan rohani Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti misalnya: reflex, nafsu, sedangkan motivasi rohaniah yaitu kemauan. Kemauan pada diri manusia terbentuk melalui empat momen yakni momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan dan yang keempat momen terbentuknya kemauan. 3) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik xxiv Yang dimaksud motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Apabila dilihat dari segi tujuan yang dilakukanya, misalnya kegiatan belajar, maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam kegiatan belajar itu sendiri, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah dan sebagainya. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatar belakangi oleh keinginan yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini serta dimasa mendatang. Seseorang yang memiliki minat yang tinggi untuk mempelajari suatu mata pelajaran ia akan mempelajarinya dalam jangka waktu tertentu, maka orang itu boleh dikatakan memiliki motivasi dalam belajar. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk memunculkan aktivitas belajar. Oleh karena itu, minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi ada sangkut pautnya dengan dirinya. Perlu ditegaskan bahwa anak didik yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Gemar belajar adalah aktivitas yang tidak pernah sepi dari kegiatan anak didik yang memiliki motivasi intrinsik dan memang diakui oleh semua pihak, bahwa belajar adalah suatu cara untuk mendapatkan sejumlah ilmu pengetahuan. Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan xxv berilmu pengetahuan. Jadi motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial. Menurut pandangan HJM Hermans yang dikutip oleh Soemarsono (2007:18) bahwa siswa yang memiliki tanggung jawab besar dan memiliki hasrat berprestasi baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1.1. Kecenderungan mengerjakan tugas-tugas belajar yang menantang, namun tidak berada diatas taraf kemampuannya. 1.2. Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri, serta menentukan penyelesaian masalah sendiri, tanpa disuapi terus-menerus oleh guru. 1.3. Keinginan kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang sedikit diatas taraf yang telah dicapai sebelumnya. 1.4. Orientasi pada masa depan, kegiatan belajar dipandang sebagai jalan menuju realisasi citra cita 1.5. Pemilihan teman kerja atas dasar kemauan teman itu untuk menyelesaikan tugas belajar bersama, bukan atas dasar rasa simpati atau perasaan senang terhadap teman itu. 1.6. Keuletan dalam belajar walaupun menghadapi banyak rintangan. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Motivasi eksrtrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya, aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Yang tergolong bentuk motivasi ekstrinsik antara lain: 1.1. Belajar demi memenuhi kewajiban 1.2. Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan 1.3. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan 1.4. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial xxvi 1.5. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting misalnya guru dan orang tua 1.6. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang golongan administratif. c. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah pentingnya. Salah satu yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang adalah motivasi. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi bisa juga dalam bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu tergerak melakukan suatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatanya. Motivasi memiliki peranan yang strategis dalam dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang yang belajar tanpa motivasi. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:153) prinsip motivasi dalam belajar: 1) Motivasi sebagai dasar pengerak yang mendorong aktivitas belajar 2) Motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar. 3) Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman 4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar 5) Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar 6) Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar. xxvii d. Fungsi Motivasi Motivasi sangat diperlukan di dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Demikian juga sama halnya dengan belajar. Karena hasil belajar akan menjadi optimal apabila ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan maupun yang sudah dimiliki para siswa, maka keberhasilan dalam pembelajaranpun akan semakin tinggi. Sehingga motivasi senantiasa akan menentukan intensitas belajar bagi para siswa. Menurut Soemarsono (2007:20) tiga fungsi motivasi: 1) 2) 3) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atas motor yang melepaskan energi, motivasi dalam hal ini sebagai motor penggerak dari setiap pekerjaan yang akan dilakukan. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Disamping itu juga terdapat fungsi-fungsi lain, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Berdasarkan uraian diatas maka indikator yang dipakai dalam membahas motivasi belajar siswa adalah: 1) Keinginan untuk belajar dan berusaha sendiri. 2) Keinginan dan kemampuan mengerjakan tugas-tugas yang menantang. 3) Keinginan kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang lebih tinggi. 4) Keuletan dalam belajar walau menghadapi banyak rintangan. 2. Tinjauan Tentang Kemampuan Berkomunikasi Guru xxviii a. Pengertian Komunikasi Setiap hari manusia berkomunikasi dengan sesama manusia, kapan dan dimana saja. Komunikasi itu identik dengan berbicara antara satu dengan yang lainnya. Setiap proses komunikasi melibatkan diri pribadi kita sebagai manusia. Menurut Cherry dalam Stuart, yang dikutip oleh Hafied Cangara (2005:1819) istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin communico yang artinya membagi. Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold d Lasswell yang dikutip oleh Hafied Cangara (2005:19) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya. Komunikasi meliputi usaha untuk menciptakan pesan, mengalihkan pesan, memberikan diri kita sebagai sebuah tempat yakni di hati dan otak orang lain untuk menerima pesan. Hasil dari komunikasi itu sendiri adalah interpersonal understanding karena adanya kesamaan orientasi perseptual, kesamaan sistem kepercayaan dan keyakinan, dan kesamaan gaya berkomunikasi. Husaini Usman (2006:346) menyatakan bahwa “Komunikasi ialah proses penyampaian atau penerimaan pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun isyarat”. Seseorang yang melakukan komunikasi disebut komunikator, sedang orang yang diajak berkomunikasi disebut komunikan. Orang yang mampu berkomunikasi disebut komunikatif. Orang yang komunikatif ialah orang yang mampu menyampaikan informasi atau pesan kepada orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa isyarat sehingga orang lain dapat menerima informasi sesuai dengan harapan si pemberi informasi. Selain mampu menyampaikan informasi, orang yang komunikatif juga mampu menerima pesan yang disampaikan kepadanya. xxix Jadi berdasarkan penjelasan diatas dapat didefinisikan bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan antara pengirim pesan kepada penerima pesan baik orang perseorangan, maupun secara berkelompok untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini inti dari komunikasi itu sendiri adalah interprestasi pada penerima pesan. b. Unsur-unsur Komunikasi Unsur-unsur komunikasi menurut Muhammad (2001:17-18) ada 5 yaitu : 1) Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan-pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan. 2) Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada sipenerima pesan. Ini dapat berupa verbal maupun non verbal. 3) Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima. 4) Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. 5) Balikan adalah respons terhadap pesan yang diterima yang dikirimkan kepada si pengirim pesan. interpretasikan sama oleh sipenerima berarti komunikasi tersebut efektif. c. Bentuk-bentuk Komunikasi Bentuk-bentuk komunikasi menurut Djamarah (2001,12-13) terdapat dua bentuk, yaitu komunikasi satu arah /one way communication dan komuniaksi dua arah /two way communication yaitu : 1) Komunikasi Satu Arah Komunikasi satu arah atau komuniaksi sebagai aksi menempatkan sebagai seorang guru/pemimpin sebagai pemberi aksi dan siswa/anggota bawahan sebagai penerima aksi. Dalam pendidikan misalnya, antara guru dan siswa guru aktif dan siswa pasif. Jadi mengajar dipandang sebagai kegiatan penyampaian bahan pelajaran. 2) Komunikasi Dua Arah Dalam komuniksi dua arah atau komunikasi sebagai intraksi maka seorang guru sebagai pemberi maupun penerima aksi, demikian pula dengan para siswanya. Dalam dunia pendidikan baik antara guru ataupun siswanya dapat xxx bertugas sebagai pemberi aksi atau penerima aksi artinya antara guru dan siswa akan terjadi dialog. d. Ganguan dan Rintangan Komunikasi Apabila kita melihat hakekat komunikasi sebagai suatu sistem maka ganguan komunikasi bisa terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Menurut Shannon dan Weaver yang dikutip oleh Hafied Cangara (2005:131-134) bahwa ganguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengangu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak bisa berjalan dengan efektif. Sedangkan rintangan komunikasi yang dimaksudkan ialah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima. Menurut Hafied Cangara (2005:131-134) ganguan atau rintangan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas tujuh macam yakni : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Ganguan teknis Ganguan semantik Ganguan psikologis Ganguan fisik atau organik Rintangan status Rintangan kerangka berfikir Rintangan budaya. Ganguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami ganguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran megalami kerusakan (channel noise). Ganguan semantik ialah ganguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Menurut Hafied Cangara (2005:131-134) ganguan semantik sering terjadi karena: 1) 2) Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu. Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh penerima. xxxi 3) 4) Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagai mana mestinya, sehingga membingungkan penerima Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhaap simbol-simbol bahasa yang digunakan. Rintangan psikologis terjadi karena adanya ganguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Rintangan fisik ialah rintangan yang disebabkan oleh kondisi geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan semacamnya. Dalam komunikasi antar manusia rintangan fisik bisa juga diartikan karena adanya ganguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indera penerima. Rintangan status ialah rintangan yang disebabkan karena jarak sosial diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior yunior atau bawahan dan atasan. Rintangan kerangka berpikir ialah rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. Ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda. Rintangan budaya ialah rintangan yang disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. e. Proses Komunikasi dalam Pembelajaran Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi melalui proses komunikasi, pesan dapat diterima, diserap, dan dihayati penerima pesan, maka agar tidak terjadi kesalahan dalam proses komunikasi, perlu digunakan sarana yang dapat membantu proses komunikasi. Dalam pembelajaran di kelas, sarana/fasilitas alat yang digunakan untuk memperlancar komunikasi disebut dengan media pembelajaran. Komponen yang terdapat dalam proses komunikasi adalah pesan, sumber pesan, saluran atau media, dan penerima pesan. Dalam proses pembelajaran, apabila dikaitkan dengan komponen komunikasi diatas, maka komponen yang terdapat pada aktivitas atau proses pembelajaran pada prinsipnya sama dengan xxxii komponen komunikasi. Artinya pada proses pembelajaran telah menjalankan proses komunikasi tersebut. Komponen yang terdapat dalam pembelajaran sebagai komunikasi adalah: (a) pengajar dapat menjalankan fungsinya sebagai pemberi pesan/komunikator, (b) anak didik sebagai penerima pesan, (c) materi pelajaran sebagai pesan, (d) alat bantu pembelajaran sebagai saluran atau media pembelajaran, (e) ada faktor lain dalam pembelajaran adalah umpan balik yang manifestasinya berupa pertanyaan, jawaban, dan persilangan pendapat, baik dari anak didik maupun pengajar. Apabila proses pembelajaran adalah komunikasi, maka pertama, pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pelajaran yang terdapat dalam kurikulum. Kedua, sumber pesan, dapat saja pengajar, anak didik, penulis buku, ataupun orang lain. Pada posisi ini, anak didik dapat saja sebagai sumber pesan dalam proses pembelajaran dan pengajar dapat menerima informasi dari anak didik dan komunikasi yang terjadi adalah komunikasi timbal balik dan posisi pengajar tentu saja sebagai penerima pesan. Ketiga, penerima pesan adalah anak didik. Dalam proses belajar dapat saja anak didik sebagai penerima pesan dan juga sebagai pemberi pesan kepada pengajar. Keempat, saluran yang digunakan. Dalam pembelajaran dapat menggunakan alat-alat bantu pembelajaran atau media pembelajaran yang disebut dalam komponen komunikasi adalah saluran. Dibawah ini merupakan gambar proses komunikasi dalam pembelajaran. Guru/Pemberi Pesan/Komunikator Materi Pelajaran/Pesan xxxiii Anak didik/Penerima Pesan/Komunikan Umpan Balik atau feed back Gambar 1. Proses Komunikasi pembelajaran tanpa media Guru/Pemberi Pesan/Komunikator Materi Pelajaran/Pesan Umpan Balik atau feed back Media Pembelajaran Anak didik/Penerima Pesan/Komunikan Gambar 2 Proses komunikasi pembelajaran dengan media f. Kemampuan Guru dalam Berkomunikasi Pendidikan dan pengajaran berintikan interaksi antara pendidik dan terdidik atau antara guru dengan anak didik. Interaksi pendidikan atau pengajaran ini hampir seluruhnya menggunakan media bahasa, entah bahasa lisan, tulis ataupun gerak dan isyarat. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005:259) “Interaksi yang menggunakan media bahasa disebut komunikasi”. Dengan demikian komunikasi memegang peranan yang menentukan dalam interaksi pendidikan dan pengajaran. xxxiv Agar dapat berkomunikasi dengan baik, guru perlu memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Guru perlu memiliki kekayaan bahasa dan kosa kata yang cukup banyak sebab dengan menggunakan kata-kata tertentu saja anak didik belum dapat memahami maknanya, mereka membutuhkan kata-kata atau istilah lain. Guru perlu menguasai struktur kalimat dan ejaan yang benar. Struktur kalimat dan ejaan yang salah dari guru, akan ditiru salah pula dan dapat membingungkan. Yang terpenting dalam berbahasa, guru perlu menguasai ucapan dan ragam bahasa yang tepat dan baik. Setiap orang memiliki pembawaan suara dan logat tersendiri, oleh karena itu guru dituntut berusaha menggunakan logat bahasa Indonesia secara benar dengan berusaha meminimalkan logat bahasa daerahnya. Hal lain yang juga sangat penting dalam berkomunikasi dengan bahasa, bagi guru adalah tinggi rendahnya nada suara dan keras lemahnya bicara. Setiap orang juga memiliki volume suara yang berbeda, ada yang tinggi halus, tinggi kasar, rendah kasar dan sebagainya. Kebiasaan berbicara juga berbeda-beda, ada yang cepat atau lambat, keras atau pelan. Sebagai guru hendaknya berusaha memiliki volume suara yang sedang dengan kecepatan dan nada yang sedang pula. Selain kemampuan berbahasa hal yang juga sangat penting dalam interaksi pendidikan dan pengajaran adalah penampilan guru. Guru atau calon guru hendaknya mengusahakan penampilan yang moderat, dengan memperlihatkan sikap bersahabat keramahan, keterbukaan, penghargaan akan martabat anak didik, kesediaan untuk membantu dan lain sebagainya. Penampilan kepribadian tidak semata-mata ditentukan oleh aspek fisik, tetapi keharmonisan antara aspek fisik dan psikis. Kemampuan berkomunikasi guru dalam kelas juga dipengaruhi oleh penguasaan guru akan bahan yang akan diajarkan. Guru yang tidak menguasai bahan tidak akan lancar dalam menyampaikan pelajaran, banyak berhenti atau melihat buku, bahkan mungkin banyak berbuat kekeliruan. Kekakuan dan kekeliruan yang diperlihatkan guru akan menyebabkan kegelisahan pada anak didik yang akhirnya mengakibatkan kurangnya perhatian, kurangnya penghargaan baik pada mata xxxv pelajaran maupun pada guru. Hal lain yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi guru dengan anak didik adalah penguasaan cara mengajar, banyak cara atau metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru. Cara mana yang paling baik, disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah serta anak didik sendiri. Guru perlu menguasai setiap metode mengajar yang bisa digunakan dalam bidang studi yang dipegangnya. Penggunaan metode yang tepat dengan prosedur yang tepat, akan mempengaruhi perhatian anak didik. Pengajar atau guru perlu mengetahui dasar-dasar komunikasi dan keterampilan dasar mengajar dalam proses pembelajaran. Seorang guru biasanya mampu berkomunikasi secara baik dengan siapapun, baik dengan anak didiknya, maupun dengan sesama koleganya. Selain keterampilan dasar komunikasi, guru juga harus mampu mendesain dan menggunakan metode pemberian tugas kepada anak didik, sebab tugas dapat membuat proses belajar menjadi menyenangkan, efektif, dan efisien. Tugas dapat pula memberi kesempatan kepada anak didik untuk menerima informasi baru, mengaplikasikan, menganalisis, bahkan mengevaluasi informasi tersebut. Manfaat lain dari pemberian tugas adalalah menciptakan proses pembelajaran yang berpusat pada anak didik. Dalam posisi ini, ada tiga peran guru dalam pemberian tugas, yaitu: guru sebagai perencana, pengajar sebagai fasilisator, dan guru sebagai evaluator. Menurut penelitian yang terdahulu oleh Ramli (2008) bahwa: Dalam dimensi kompetensi profesional, khususnya kemampuan mengajar guru terdapat unsur-unsur: (a) menggunakan metode, media dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran; (b) berkomunikasi dengan siswa; (c) mendemonstrasikan khasanah metode mengajar; (d) mendorong dan mengalakkan keterampilan siswa dalam pengajaran; (e) mendemonstrasikan penguasaan materi pengajaran dan relevansinya; (f) melaksanakan evaluasi pencapaian siswa dalam proses belajar mengajar. xxxvi Berdasarkan uraian diatas seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan mengajar, dalam kemampuan mengajar tersebut terdapat interaksi antara guru dengan anak didiknya. Menurut Suwarna (2006:93) bahwa: Interaksi adalah pengaruh timbal balik atau saling mempengaruhi satu sama lain, yang minimal terjadi antara dua pihak. Keadaan ini melibatkan komunikasi yang terjadi karena ada sesuatu yang dapat berupa informasi atau pesan yang disampaikan, sehingga interaksi sering disamakan dengan komunikasi. Interaksi antara guru dengan anak didiknya tidak hanya terjadi secara lisan atau langsung, tetapi penggunaan metode dan media tertentu dalam penyampaian materi juga dapat disebut sebagai salah satu bentuk komunikasi dengan media atau komunikasi tidak langsung. g. Macam-macam Bentuk Komunikasi dalam Mengajar Komunikasi guru anak didik di dalam kelas lebih banyak tercipta dalam bentuk komunikasi langsung atau tatap muka. Dalam kegiatan belajar mengajar tatap muka komunikasi langsung dapat terjadi baik dalam situasi klasikal, kelompok, ataupun individual. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005:261) beberapa bentuk komunikasi dalam situasi tersebut adalah: 1) Penyampaian informasi lisan Interaksi belajar mengajar berintikan penyampaian informasi yang berupa pengetahuan terutama dari guru kepada siswa. Dalam keadaan ideal informasi dapat pula disampaikan oleh siswa kepada guru dan kepada siswa yang lainnya. Informasi yang diberikan oleh guru dalam bentuk ceramah terhadap kelas atau kelompok. 2) Penyampaian informasi secara tertulis Para guru juga kemungkinan berkomunikasi dengan siswanya dengan cara tertulis, berupa penyampaian bahan tertulis tulisannya sendiri atau karya orang lain supaya dibaca dan dipelajari oleh siswa. 3) Komunikasi melalui media elektronika Media elektronika banyak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. media elektronika yang banyak digunakan adalah kaset, kaset video, film strip, film bergerak, televisi dan komputer. Dengan digunakanya media elektronika, maka komunikasi guru siswa menjadi tidak langsung, peranan guru tetap besar xxxvii terutama dalam memberikan bimbingan dan mengatasi kesulitan dan memberikan penilaian. 4) Komunikasi dalam aktivitas kelompok Baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa, bahkan antara siswa dengan masyarakat diluar sekolah dapat terjadi komunikasi dalam berbagai kegiatan kelompok, seperti: diskusi kelompok, belajar kelompok, simulasi, permainan, kunjungan kelompok, percobaan, penelitian, dan sebagainya. Dalam aktivitas kelompok kemungkinan mengadakan komunikasi akan lebih banyak dibandingkan dengan penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis. Meskipun ada pembagian bentuk-bentuk komunikasi seperti diatas dalam pelaksanaannya disekolah seringkali berbentuk campuran, komunikasi lisan dilengkapi dengan komunikasi tertulis atau media yang diselingi dengan kerja kelompok. Penggunaan salah satu bentuk saja secara terus menerus akan sangat membosankan dan dapat membunuh semangat belajar para siswa. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005:263) Dalam menyampaikan informasi baik kepada kelas ataupun kelompok hendaknya guru: 1.1. Menyajikan informasi secara sistematis dan berurutan 1.2. Berbicara terarah kepada pencapaian tujuan tertentu, tidak melantur keluar tujuan 1.3. Berbicara dengan semangat, tidak menunjukan kelesuan atau kebosanan, sebab apabila guru memiliki semangat tinggi, maka siswa akan bersemangat mengikuti proses pembelajaran 1.4. Penyampaian informasi diselingi dengan sedikit humor 1.5. Penggunaan metode atau penggunaan strategi belajar mengajar yang bervariasi 1.6. Kegiatan belajar yang banyak memberikan tantangan, lebih mengaktifkan dan memberikan dorongan belajar. h. Keterampilan Komunikasi Guru Ketrampilan berkomunikasi guru dalam kegiatan pembelajaran menurut Joni dalam Soeharto (1995: 25-29) mencakup 4 kemampuan pokok, yaitu : 1) Kemampuan guru mengembangkan sikap positif dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan ini terdiri dari : 1.1. Mengenali kelebihan dan kekurangan diri siswa dalam kegiatan pembelajaran xxxviii 1.2. Membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri dalam kegiatan pembelajaran. 1.3. Membantu memperjelas pikiran dan perasaan sehingga dapat dipahami orang lain dan dapat bertukar pikiran dalam kegiatan pembelajaran 2) Kemampuan guru untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan ini terdiri dari : 1.1. Menunjukkan sikap terbuka terhadap pendapat siswa. 1.2. Menunjukkan sikap luwes dalam menyesuaikan diri. 1.3. Menerima siswa sebagaimana adanya. 1.4. Menunjukkan sikap sensitif, responsif dan simpatik terhadap perasaan kesukaran siswa dalam kegiatan pembelajaran. 1.5. Menunjukkan sikap ramah, penuh pengertian dan sabar terhadap siswa. 3) Kemampuan guru untuk tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan ini terdiri dari: 1.1. Menunjukkan kegairahan dalam memberi materi atau mengajar. 1.2. Merangsang minat siswa untuk belajar. 1.3. Memberi kesan kepada siswa bahwa guru menguasai bahan materi yang diajarkan dan menguasai bagaimana mengajar (metode/strategi). 4) Kemampuan guru untuk mengelola interaksi dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan ini terdiri dari : 1.1. Mengembangkan hubungan yang sehat dan serasi dalam kegiatan pembelajaran. 1.2. Memberikan tuntutan agar interaksi antar siswa serta antar guru dengan siswa terpelihara dengan baik dalam kegiatan pembelajaran. 1.3. Menguasai perbuatan yang tidak diinginkan atau menyimpang dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas maka indikator yang dipakai dalam membahas kemampuan berkomunikasi guru adalah: a. Kemampuan dalam menyajikan materi xxxix b. Kemampuan dalam mengemas pesan dan materi pelajaran c. Kemampuan dalam menggunakan media dalam menyajikan materi. d. Kemampuan dalam merespon pertanyaan dan pendapat dari siswa- siswanya. e. Kemampuan dalam mengelola interaksi dalam kegiatan pembelajaran. 3. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Mata Diklat Komunikasi a. Pengertian Prestasi Belajar Menurut W.S Winkel (1996 : 53) “Belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas “. Menurut Slameto (2003 : 2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan W.S Winkel (1996 : 162) mendefinisikan “Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai”. Setiap orang melakukan suatu aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu, pada akhirnya mereka ingin mengetahui hasil yang dicapainya. Hasil dari aktivitas yang dilakukan tersebut dinamakan prestasi. Sedangkan menurut Zainal Arifin (1990: 2) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi tidak akan pernah berhasil selama seseorang tidak pernah melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapai prestasi. xl Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf, maupun kalimat yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. b. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia, karena manusia selalu butuh akan pengakuan dan sekaligus sebagai sarana untuk mengukur kemampuan dirinya. Bagi siswa di sekolah prestasi merupakan faktor penting, untuk mengetahui sejauh mana ia telah berhasil menguasai materi yang dipelajarinya. Prestasi juga berfungsi sebagai alat untuk mengungkapkan kebanggaan dan kepuasannya terhadap prestasi yang diraihnya. Adapun fungsi utama dari prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990 : 34) adalah: 1) 2) 3) 4) 5) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan. Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkakan mutu pendidikan. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsi bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan pembagunan masyarakat. Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang utama xli dan pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Dilihat dari fungsi prestasi belajar diatas, maka betapa pentingnya kita mengetahui prestasi belajar anak didik baik secara perseorangan maupun kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Disamping itu prestasi belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat menentukan untuk mengadakan diagnosis, bimbingan atau penempatan anak didik. c. Cara Mengukur Prestasi Belajar Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, prestasi siswa dapat diketahui dari hasil evaluasi . Menurut Muhibbin Syah (1995:141) ”Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. Sedangkan menurut Tardik dalam Muhibbin Syah (1995: 141) menyebutkan bahwa evaluasi berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas , maka dapat dipahami bahwa evaluasi ialah proses penilaian untuk menggambarkan prestasi belajar siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program melalui kegiatan yang berencana dan berkesinambungan. Muhibbin Syah (1995 : 143) menyebutkan berbagai macam evaluasi mulai yang sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) Pre Test dan Post Test Evaluasi Prasyarat Evaluasi Diagnostik Evaluasi Formatif Evaluasi Sumatif xlii Uraian berikut merupakan penjelasan dari macam-macam evaluasi di atas yang digunakan untuk mengevaluasi siswa: 1) Pre Test dan Post test Kegiatan Pre test dilakukan oleh guru secara rutin sebelum dimulai penyajian materi pelajaran. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Post test ialah kegiatan yang dilakukan guru setiap akhir penyajian materi, tujuannya untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. 2) Evaluasi Formatif Evaluasi ini dilakukan pada akhir penyajian Satuan Pelajaran/ modul. Tujuannya untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan belajar siswa tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remidial (perbaikan). 3) Evaluasi Sumatif Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur kinerja akademik/ prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir semester/ akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik tidaknya siswa kekelas yang lebih tinggi. Menurut Muhibbin Syah (1995:142) kegiatan evaluasi bertujuan untuk : a) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam kurun waktu proses belajar tertentu. b) Untuk mengetahui posisi/ kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya c) Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar d) Untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar. xliii Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf, maupun kalimat yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Maka dalam mendapatkan nilai variabel prestasi belajar dalam penelitian ini mengunakan jenis evaluasi Post Test terhadap materi tertentu yang dilakukan dalam pelaksanaan ulangan harian. d. Penilaian Mata Diklat Komunikasi Oemar Hamalik (2001:159) mengatakan bahwa hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Saifuddin Anwar (2000:9) menjelaskan bahwa seorang guru dan tenaga pengajar haruslah mengeathui dasar-dasar penyusunan tes prestasi belajar yang baik agar dapat memperoleh hasil ukur yang akurat dan dapat dipercaya. Sekolah menggunakan rapor pada akhir periode tentang kelakuan, kerajinan dan kepandaian murid-murid. Dalam mata diklat komunikasi prestasi yang dicapai siswa dalam penguasaan kompetensi-kompetensi teori dan praktek diukur dengan memberikan penilaian yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini disebabkan karena tidak hanya pengetahuan tentang materi saja yang diukur, tetapi juga ketrampilan yang dinilai. Di SMK Murni 2 Surakarta nilai rapor diperoleh dari perhitungan nilai ulangan setiap sub kompetensi mata pelajaran yang dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah ulangan yang dilakukan atau dapat dirumuskan sebagai berikut: NA= nilai ulangan subkompetensi ke-1 +nilai ulangan subkompetensi ke-2+ dst... xliv Sn atau NA = rata-rata dari nilai subkompetensi. Keterangan: NA= nilai akhir / nilai rapor n = ulangan per subkompetensi (pedoman penilaian kurikulum SMK Murni 2 Surakarta) Berdasarkan uraian diatas maka indikator yang dipakai dalam membahas prestasi mata diklat Komunikasi adalah nilai akhir dari mata diklat komunikasi. B. 1. Kerangka Berfikir Hubungan Motivasi Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Mata Diklat Komunikasi Motivasi belajar siswa merupakan salah satu fakor yang mendorong siswa untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Siswa ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam kegiatan belajar itu sendiri. Sehingga, siswa memiliki hasrat untuk berprestasi yang baik, tidak menurut ukuran dan pandangan orang lain, melainkan menurut ukuran dan pandangan diri sendiri mengenal taraf keberhasilan yang diperolehnya. Dalam hal ini siswa yang memiliki keinginan kuat yang timbul karena kesadaran diri untuk belajar, dikarenakan siswa ingin memiliki pengetahuan dan ketrerampilan berkomunikasi yang baik, maka dapat menunjang prestasi belajar yang optimal pada mata diklat komunikasi. xlv 2. Hubungan Kemampuan Berkomunikasi Guru dengan Prestasi Belajar Mata Diklat Komunikasi Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi, dimana terdapat interaksi antara siswa dengan guru. Selain dari siswa, guru juga memiliki peranan yang besar dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Guru dalam kaitannya dengan ini berusaha melakasanakan peranannya sebagai sumber informasi dengan mengusai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara guru harus mampu mengkomunikasikan ide, gagasan, nasehat, materi dan sebagainya. Sehingga pada akhirnya akan meningkatkan preatasi belajar siswa tersebut. Guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru mata diklat komunikasi. 3. Hubungan Motivasi Belajar Siswa dan Kemampuan Berkomunikasi Guru Secara Bersama-sama dengan Prestasi Belajar Mata Diklat Komunikasi Keberhasilan seseorang dalam belajar, dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar individu. Masing-masing pribadi mempunyai kondisi yang berbeda dengan yang lainnya, baik mengenai kecerdasan, motivasi, minat, bakat, dan disiplin dan lain sebagainnya, sehingga prestasi belajar yang dicapai berbeda-beda. Siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi, prestasi belajarnya lebih baik dari pada siswa yang motivasi untuk belajarnya kurang. Kegiatan belajar tidak terlepas dari peran guru yaitu dalam mengkomunikasikan materi yang diajarkannya. Oleh karena itu, siswa yang mampu menangkap apa yang guru disampaikan dikarenakan guru memiliki keterampilan komunikasi yang baik prestasi belajarnya akan baik, karena siswa memahami materi yang guru sampaikan. Motivasi belajar siswa ( X1) xlvi Prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) Kemampuan berkomunikasi guru (X2) Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara yang, masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dari penelitian ini dibangun dari hasil kajian teoritis atau melalui proses menghubung – hubungkan sejumlah bukti empiris Seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1996: 67) “Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Menurut Winarno Surachmad (1998:63) “hipotesis adalah perumusan jawaban sementara terhadap suatu hal yang dimaksudkan sebagai jawaban tuntutan sementara dalam penelitian untuk mencari jawaban yang sebenar-benarnya”. Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengkaji hipotesis sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 xlvii 2. Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berkomunikasi guru dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 3. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa, dan kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajran 2009/2010 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada tahapan ini peneliti berusaha menjelaskan bagaimana penelitian dapat dilakukan, supaya hipotesis penelitian dapat teruji secara ilmiah dan empirik. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, peneliti harus menentukan metode yang sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Adapun metode untuk menjalankan penelitian mencakup pendekatan penelitian, populasi dan teknik xlviii pengambilan sampel, instumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian dan jadwal penelitan. Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh dalam mencapai suatu tujuan. Winarno Surachmad (1994 : 131) menyatakan “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama itu digunakan setelah penyelidikan memperhitungkan dari segi tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan”. Menurut Moh. Ali dalam Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2002: 2) mengemukakan bahwa penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dimana usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Sedangkan penelitian ilmiah adalah suatu aktivitas kegiatan ilmiah untuk mencari informasi atau jawaban pemecahan masalah agar dapat dipertanggung jawabkan. Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian adalah suatu cara berpikir dan berbuat untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran dari pengetahuan atau peristiwa yang dilakukan dengan metode-metode ilmiah. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Dalam penelitian korelasional penelitian tidak menuntut subyek penelitian yang terlalu banyak. Metode yang digunakan untuk memecahkan dan menjawab permasalahan yang ada sekarang dan untuk menguji hubungan satu variabel dengan variabel lain yang ditunjukkan oleh besarnya nilai koefesien korelasi. Suharsimi Arikunto (2005:247) menyatakan bahwa: Penelitian korelasional adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui adanya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasi seorang peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi lain, besarnya atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. xlix Mengacu pada uraian pendapat di atas metode penelitian deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan atau tidak antara variabel bebas yaitu motivasi belajar siswa dan kemampuan berkomunikasi guru dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian memerlukan suatu tempat dimana tempat tersebut akan dijadikan subyek dalam memperoleh dalam memperoleh data yang berguna untuk mendukung tercapainya tujuan. Dalam melakukan penelitian ini tempat yang dipilih adalah SMK Murni 2 Surakarta, dengan alasan sebagai berikut: a. Terdapat masalah yang harus diteliti b. Peneliti sudah menempuh mata kuliah PPL atau Program Pengalaman Lapangan di SMK 2 Murni Surakarta. c. Belum pernah ada penelitian dengan permasalahan yang sama. d. Kepala Sekolah tersebut memberi izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2010. Adapun jenis kegiatan yang di lakukan terbagi menjadi dua tahap, yakni persiapan penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian. Tahap persiapan penelitan meliputi pengajuan masalah sampai penyusunan angket. Sedangkan tahap pelaksanaan penelitian dimulai dari pengumpulan data sampai penyusunan laporan penelitian. Adapun perincian jenis kegiatan mulai dari pengajuan permasalahan sampai dengan penyusunan laporan secara terperinci akan peneliti uraikan pada halaman lampiran 1. B. Populasi dan Sampel l 1. Populasi Sebuah penelitian akan memerlukan obyek yang akan diteliti, sehingga di dalam penelitian tidak terlepas dari adanya populasi. Populasi merupakan obyek yang akan dikenai hasil penelitian. Sebelum menetapkan populasi, yang perlu diketahui adalah pengertian dari populasi. Populasi merupakan seluruh subyek penelitian. Populasi menurut Singarimbun dalam Iskandar (2008:68) adalah jumlah keseluruhan dari unit – unit analisis yang memilki ciri – ciri yang akan di duga. Populasi menurut Nurul Zuriah (2005) adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan dari sasaran analisis data yang akan dikenai generalisasi dan memiliki ciri-ciri tertentu.Dalam penelitian ini populasi yang diambil oleh peneliti adalah seluruh siswa kelas 2 bidang keahlian Administrasi perkantoran yang terdiri dari dua kelas dengan masing – masing kelas berjumlah 24 siswa dan 22 siswa. Jadi populasi dalam penelitian ini berjumlah 46 siswa. 2. Sampel Menurut Iskandar (2008:69) “Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representatif atau mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati”. Winarno Surakhmad (1998:93) berpendapat “sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi”. Menurut Sugiyono (2005:91) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut”. Berdasarkan pernyataan tersebut penulis menyimpulkan sampel adalah kelompok kecil yang merupakan wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel merupakan sebagian kecil dari populasi yang karakteristiknya harus sama dengan karakteristik populasi. Sampel inilah yang nanti akan diteliti. li Menurut S. Margono (1997:121-125) ada enam hal yang menjadi dasar pertimbangan sebuah penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel yaitu ukuran populasi, masalah biaya, masalah waktu, percobaan yang sifatnya merusak, masalah ketelitian dan masalah ekonomis. Penetapan jumlah sampel jumlah sampel yang digunakan berdasarkan pendapat Winarno Surachmad (1994:93) yaitu: ”jika populasinya dibawah seratus maka besarnya sampel yang diambila adalah 50% nya atau keseluruhnya, tetapi apabila dibawah seribu, maka sampel nya sebesar 15%nya”. Berdasarkan pendapat diatas dan dengan pertimbangan jumlah populasi kelas yang diambil untuk diteliti jumlahnya jauh dibawah seratus, maka peneliti mengambil tindakan untuk menggunakan metode sensus yaitu semua populasi dijadikan sampel karena jumlah populasinya sedikit. C. Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data adalah suatu cara tertentu yang dipergunakan untuk memperoleh data dalam penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian ilmiah. Karena data yang dikumpulkan, akan dijadikan bahan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan atau untuk menarik kesimpulan. 1. Sumber Data Dalam usaha untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua metode untuk mengumpulkan data, yaitu: a. Metode Angket Teknik angket digunakan untuk data motivasi belajar dan kemampuan berkomunikasi guru b. Metode Dokumentasi. lii Teknik dokumentasi digunakan untuk data prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi. Dalam penelitian ini dokumen yang diambil adalah nilai akhir mata diklat komunikasi siswa kelas 2 semester ganjil. Menurut suharisimi Arikunto (2005:102) “Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna” Nasution (2004 : 128) berpendapat “Angket adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti”. Metode angket ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Sedangkan metode dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ditujukan untuk memperoleh penjelasan melalui sumbersumber dokumen. Sumber–sumber tersebut dapat berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, agenda dan sebagainya. Suharsimi Arikunto (1996:139) menyatakan bahwa kuesioner atau angket dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: 1. 2. 3. Dipandang dari cara menjawab a. Kuesioner terbuka yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. b. Kuesioner tertutup yaitu kuesioner dengan jawaban yang sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban tersebut Dipandang dari jawaban yang diberikan a. Kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya b. Kuesioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang orang lain. Dipandang dari bentuknya a. Kuesioner pilihan ganda yaitu kuesioner yang sama dengan kuesioner tertutup. b. Kuesioner isian yaitu kuesioner terbuka c. Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan kolom cek ( V ) pada kolom yang sesuai. d. Rating-scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolomkolom yang menunjukkan tingkat-tingkat, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju. liii Jenis angket yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup langsung dalam bentuk rating-scale dan untuk menjawab pertanyaan responden tinggal membubuhkan tanda check (V) pada kolom jawaban yang sesuai. Alasan peneliti menggunakan teknik angket sebagai pengumpulan data adalah: 1. Dalam waktu yang singkat angket dapat disebarluaskan pada responden sehingga menghemat biaya, waktu dan tenaga 2. Responden memberikan kebebasan untuk memberikan jawaban 3. Sejumlah responden menerima sejumlah pernyataan dengan peryataan yang sama. 4. Angket memberikan kemudahan dalam proses penggolongan data karena adanya keseragaman dan memberikan pertanyaan dan jawaban tersebut dirumuskan oleh peneliti. 5. Data data diperoleh dalam waktu yang bersamaan Sedangkan kelebihan dari metode angket adalah sebagai berikut: 1. Peneliti tidak perlu mendatangi responden satu persatu 2. Angket dapat diberiakan secara serentak dan penarikannya secara serentak pula 3. Dalam memberikan jawaban responden tidak begitu terikat oleh waktu, sehingga dapat memberikan jawaban lebih jelas. Disamping memiliki kelebihan metode angket juga mempunyai kelemahan. Kelemahan dalam penggunaan metode angket adalah sebagai berikut: 1. Adanya kemungkinan meniru jawaban dari temannya 2. Kesukaran responden dalam memahami pertanyaan 3. Responden tidak dengan sungguh-sungguh memberikan jawaban. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada dalam penggunaan model angket tersebut, peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memberikan penjelasan secukupnya bahwa jawaban yang diberikan responden tidak berhubungan dengan prestasi belajar siswa liv 2. Memberikan waktu secukupnya kepada responden untuk menjawab semua pertanyaan sehingga responden tidak merasa tertekan dalam memberikan jawaban. 3. Merumuskan pertanyaan dengan kalimat yang jelas sehingga, mudah dimengerti maksud pertanyaan tersebut. Sedangkan dalam memberikan penilaian angket peneliti menggunakan modifikasi Skala Likert seperti yang sudah dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1991:19) bahwa: Skala Likert merupakan skala yang berisi lima tingkat jawaban mengenai kesetujuan responden terhadap statemen atau pernyataan yang dikemukakan mendahului opsi jawaban opsi jawaban yang disediakan. Dalam skala likert yang asli tingkat kesetujuan responden terhadap statemen dalam angket diklasifikasikan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Sangat setuju Setuju Tidak menjawab atau memutuskan Tidak setuju Sangat tidak setuju Nilai skala 5 Nilai skala 4 Nilai skala 3 Nilai skala 2 Nilai skala 1. Dalam penyusunan angket ini, peneliti menghilangkan untuk kategori yang ketiga yaitu tidak menjawab atau memutuskan hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang tekandung didalam skala lima tingkat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (1991:20). Bahwa: Pertama, kategori yang ke-3 mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberikan jawaban, bisa juga diartikan netral, setuju tidak, setujupun tidak bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban yang ganda arti ini tentu saja tidak diharapkan dalam instrument. Kedua tersedianya jawaban yang ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah, terutama bagi mereka yang raguragu atas arah kecenderungan jawabannya,kearah setuju ataukah kearah tidak setuju. Kategori yang ke-3 akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring dari para responden. Sehingga pernyataan positif tersusun sebagai berikut: lv 1. Sangat setuju (SS) :Nilai 4 2. Setuju (S) :Nilai 3 3. Tidak Setuju (TS) :Nilai 2 4. Sangat tidak setuju (STS) :Nilai 1 Sedangkan untuk pernyataan negatif susunannya sebagai berikut 1. Sangat setuju (SS) :Nilai 1 2. Setuju (S) :Nilai 2 3. Tidak Setuju (TS) :Nilai 3 4. Sangat tidak setuju (STS) :Nilai 4 Adapun langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam penyusunan angket adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan tujuan angket adapun tujuan menyusun angket dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang hubungan motivasi belajar dan kemampuan berkomunikasi guru. 2. Menyusun matrik spesifikasi data, langkah ini digunakan untuk memperjelas. Permasalahan yang dituangkan dalam angket. Matrik konsep dasar, variabel, indikator, nomor soal dan jumlah soal. 3. Menyusun pertanyaan yang mengacu pada variabel penelitian. 4. Menyusun urutan pertanyaan 5. Menyusun petunjuk pengisian angket 6. Membuat surat pengantar 7. Mengadakan try out atau uji coba angket Sebelum angket digunakan untuk mengumpulkan data dari subyek penelitian, angket diuji coba terlebih dahulu. Uji coba angket ini diberikan kepada sejumlah indifidu diluar diluar penelitian yang akan diteliti berjumlah 15 siswa di SMK Bimando, hal ini dimaksudakan untuk mengetahui apakah angket tersebut memenuhi kriterian validitas dan reliabilitas. lvi Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket, maka perlu menggunakan alat ukur berikut ini : a) Validitas Angket Validitas angket suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan angket. Angket dikatakan valid apabila mampu mengukur dan mengungkapkan data secara tepat. Teknik yang dipakai untuk mengetahui validitas angket menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson. rxy = NSXY - (SX )(SY ) 2 2 NSX 2 - (SX ) NSY 2 - (SY ) { }{ } rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y X = Skor rata-rata dari X Y = Skor rata-rata dari Y XY = Skor perkalian X dan Y X2 = Jumlah kuadrat X Y2 = Jumlah kuadrat Y N = Jumlah responden ( Suharsimi Arikunto, 2002: 146 ) Dari perhitungan kemudian dibandingkan angka kritik dari tabel korelasi nilai r dengan taraf signifikan 5% dengan kriteria pengujian valid apabila rhitung > rtabel atau tidak valid apabila rhitung < rtabel. b) Reliabilitas Angket Reliabilitas suatu angket ditunjukkan dengan keajegan hasil penelitian bila alat tersebut dikenakan pada kelompok yang sama meskipun saat yang berbeda. Untuk mengetahui mengenai reliabilitas angket digunakan rumus alpha, yaitu: lvii 2 é k ù é Sa i ù r11 = ê ú ê1 - 2 ú ë k - 1û ë a t û Keterangan : r11 = Reliabilitas Instrumen yang dicari k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Σα 2 i = α 2t Jumlah Varian butir = Varian total (Suharsimi arikunto, 2002: 171) Adapun langkah-langkah menggunakan rumus alpha adalah sebagai berikut: (1) Mencari varian tiap-tiap item (2) Mencari jumlah varian total (3) Mencari varian total (4) Memasukkan dalam rumus Alpha (5) Mengkonsultasikan hasil nomor (4) dengan table r (Tabel Product Moment) Setelah harga r11 diperoleh kemudian dibandingkan dengan harga r tabel. Jika r hitung lebih kecil daripada instrumen r tabel berarti instrumen tidak reliabel. Sebagai batas koefisien reabilitas adalah sebagai berikut : Sampai 0.20 = Korelasi yang rendah sekali 0.20 sampai 0.40 = Korelasi yang rendah tetapi ada 0.40 sampai 0.70 = Korelasi yang sedang 0.70 sampai 0.90 = Korelasi yang tinggi 0.90 sampai 1.00 = Korelasi yang tinggi sekali. (Winarno Surakhmad, 1994 : 302) lviii 8. Revisi angket Setelah angket diujicobakan maka hasilnya dijadikan dasar untuk revisi angket. Revisi dilakukan dengan cara menghilangkan item-item pertanyaan yang tidak valid atau tidak reliabel. 9. Memperbanyak angket Angket yang telah direvisi dan telah diyakini valid dan reliabel, kemudian diperbanyak sejumlah responden kemudian menyebarkannya. 10. Menggunakan angket sebagai alat pengumpul data D. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian memaparkan hubungan antara berbagai variabel yang akan di teliti. Rancangan penelitian meliputi metode yang nantinya digunakan untuk memperoleh data. Salah satu cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah melalui metode penelitian. Tujuan umum pelaksanaan penelitian adalah untuk memecahkan masalah, maka langkah-langkah yang digunakan harus relevan dengan masalah yang dirumuskan. Menurut Sumanto (1995:30) “Rancangan penelitian adalah deskripsi yang mendetail penelitian yang diusulkan”. Rancangan penelitian yang disusun dengan baik, selain berguna untuk peneliti itu sendiri juga memudahkan pihak lain untuk melakukan evaluasi. Berikut ini merupakan rancangan penelitian dalam penelitian ini: 1. Variabel bebas atau independent variable adalah motivasi belajar siswa (X1) dan kemampuan berkomunikasi guru (X2) 2. Variabel terikat dependent variable adalah prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y). lix 3. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang digunakan apabila bertujuan untuk medeskripsikan atau menjelaskan data, peristiwa atau kejadian yang ada pada masa sekarang. . E. Teknik Anlisis Data Analisis data dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Untuk menganalisis data yang terkumpul menggunakan teknik analisis statistik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (2001:221) yang menyatakan bahwa “Yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menarik kesimpulan – kesimpulan yang benar dan untuk mengambil keputusan yang baik”. Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu teknik korelasi dan analisa regresi ganda. Adapun penggunaan teknik analisis regresi linier ganda harus memenuhi syarat popolasi harus berdistribusi normal, uji linier regresi harus menunjukkan kelinierannya, dan tidak terdapat hubungan yang berarti diantara variabel-variabel bebas. Selanjutnya langkah – langkah uji persyaratan analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menyusun tabulasi data Yaitu data yang telah diperoleh kemudian disusun kedalam tabel – tabel untuk memudahkan dalam penghitungan. 2. Uji normalitas Uji normalitas dimasudkan untuk mengetahui apakah data yang dianalisi mempunyai sebaran yang normal atau tidak. Pengujian normalitas digunakan uji chi kuadrat dengan rumus sebagai berikut : lx c2= é ( fo - fh )2 ù å ê fh ú ë û Keterangan : c 2 = Harga chi kuadrat Fo = Frekuensi yang diharapkan Fh = frekuensi pengamatan (Suharsimi Arikunto, 1996 : 276) Apabila harga c 2 hitung < c 2 tabel, maka data yang diperoleh terdistribusi normal sebaliknya apabila c 2 hitung >c tabel, maka data data yang diperoleh tidak terdistribusi normal. 3. Uji Linearitas dan Keberartian Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: JK (a) = åY (å Y ) b = nå XY - (å X )(å Y ) JK (T) = 2 2 n nå X 2 - (å X ) 2 JK (b/a) = é (å X )(å Y )ù b êå XY ú n ë û JK (S) = JK (T ) - JK (a ) - JK (b / a ) JK (G) = 2 é ( U) ù 2 å å C1 êêå U n úú 1 ë û JK (TC) = JK (S ) - JK (G ) lxi dk (TC) = k-2 dk (G) = n-k KT (TC)= JK (TC ) K -2 KT (G) = JK (TC ) KT (G ) F hitung KT (TC ) KT (G ) = (Sudjana, 1996:17-18) Untuk uji variabel X2 terhadap Y dapat digunakan rumus yang sama, hanya variabel X1 dan n1 diganti X2 dan n2. Jika Fhitung < Ftabel maka model linier yang diambil benar-benar cocok, tetapi apabila f hitung > maka model linier yang diambil tidak cocok. 4. Uji indepedensi Rumus yang digunakan untuk uji indepedensi antara X1 dan X2 adalah rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut: rx1 x 2 = N (å X 1 X 2 ) - (å X 1 )(å X 2 ) {N å X 2 1 }{ - (å X 1 ) N å X 22 - (å X 2 ) 2 2 } Keterangan : rx1x2 = koefisien antara X1 dan X2 X1 = variabel motivasi belajar siswa X2 = variabel kemampua berkomunikasi guru N = jumlah subjek penelitian (Sudjana, 1996 : 47) Apabila r hitung <r tabel, maka dapat dikatakan variabel tersebut independen, sebaliknya apabila r hitung >r tabel maka dapat dikatakan variabel tersebut dependen. lxii 5. Pengujian Hipotesis a). Pengujian Hipotesis pertama dan kedua Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut maka digunakan uji statistik koefisien product moment Karl Pearson dengan rumus sebagai berikut: rxy = (å XY ) - (å X )(å Y ) {N å X - (å X ) }{N åY - (åY ) } 2 2 2 2 Dimana : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y X = skor butir item Y2 = skor total N = jumlah subjek (Suharsimi Arikunto, 1996 :254) Apabila r hitung > r tabel, maka terdapat hubungan yang signifikan antar x dan y sebaliknya jika r hitung < r tabel maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara x dan y. b) Pengujian hipotesis ketiga Untuk menguji hipotesis ketiga digunakan teknik analisis korelasi dan regresi ganda dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Menentukan koefisien korelasi ganda Koefisien korelasi antara x1 dan x2 dengan y dihitung dengan rumus: RY12 = a1Sx1 y + a2Sx2 U åU2 Dimana Ry(12) = koefisien antara kriterium, prestasi belajar siswa (y) dengan motivasi belajar siswa (x1) dan kemampuan berkomunikasi guru(x2) lxiii a1 = Koefisien prediktor (x1) a2 = Koefisien prediktor (x2) x1y = Jumlah produk antara x2 dan y x2y = Jumlah produk antara x2 dan y y2 = Jumlah kuadrat kriterium y (Sutrisno Hadi, 1996 : 33) 2) Uji Keberartian korelasi ganda dengan uji F untuk menetukan signifikan atau tidaknya korelasi. R2 / k F= 1 - R 2 (n - k - 1) ( ) Keterangan : R = Koeffisien korelasi ganda k = Banyaknya peubah bebas n = Ukuran sampel (Sudjana,1996 : 108) 6. Menghitung persamaan regresi linear multipel, dengan rumus : (Sudjana, 1996:348) Uˆ = a0 + a1C1 + a2 C 2 Dimana : Û = nilai kriterium yang dicari a0 = bilangan konstanta a1 = koefisien prediktor 1 a2 = koefisien prediktor 2 X1 = Prediktor 1 X2 = Prediktor 2 Adapun rumus untuk menghitung koefisien – koefisien a0, a1, dan a2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus: lxiv a0 = Yˆ - a1 X 1 - a2 X 2 (å X )(å X Y ) - (å X 2 X 2i )(å X 2iY1 ) (å C )(å C )- (å C C ) (å C )(å C U ) - (å C C )(å C1iC = (å C )(å C )- (å C C ) a1 = 2i 1i 1 2 1i 21 2 2 1i 2i 1i 2 a2 1i 2i 1 1i 2 i1i 2i 2 2i ) 2 2i 1i 2i (Sudjana, 1996 : 349) Persamaan regresi linier multipel ini digunakan untuk meramalkan naiknya kriterium (y) dalam setiap kenaikan satu unit prediktor X. 7. Menghitung besarnya sumbangan relatif ( SR ) dan sumbangan Efektif ( SE ) a. Sumbangan relatif dalam persen atau SR% tiap prediktor, adalah : = a1 å x1 y Prediktor X2 :SR% = a2 å x2 y Prediktor X1:SR% JK Re g JK Re g ´ 100% ´ 100% Sumbangan relatif (SR) diperlukan untuk mengetahui berapa besar sumbangan masing-masing prediktor X terhadap kriterium Y. b. Sumbangan efektif dalam persen atau SE% tiap prediktor, adalah: SE % X1 = SR % X1 x R2 SE % X2 = SR % X2 x R2 Dimana R2 = a1 x1 y + a2 x2 y å y2 Sumbangan efektif (SE) diperlukan untuk mengetahui berapa besar sumbangan murni yang diberikan masing-masing prediktor. (Sutrisno Hadi, 1996 : 42-45) lxv BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data lxvi Dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Belajar Siswa dan Kemampuan Berkomunikasi Guru dengan Prestasi Belajar Mata Diklat Komunikasi Kelas 2 Sekretaris SMK 2 Murni Surakarta Tahun 2009/2010”.terdapat tiga variabel, dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Adapun variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1. Motivasi Belajar Siswa, sebagai variabel bebas pertama (X1) 2. Kemampuan Berkomunikasi Guru, sebagai variabel bebas kedua (X2) 3. Prestasi Belajar Mata Diklat Komunikasi, sebagai variabel terikat (Y) Sebelum angket digunakan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu dilakukan try out kepada 15 orang responden diluar sampel. Try out tersebut digunakan untuk mengetahui item-item yang tidak memenuhi syarat validitas dan reliabilitas angket sebagai instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, terdapat 7 item soal yang tidak valid, yaitu: 3 item dari variabel motivasi belajar siswa dan 4 item dari variabel kemampuan berkomunikasi guru. Ketujuh item tersebut tidak digunakan karena sudah diwakili oleh item lain. Setelah diadakan pengumpulan data melalui teknik angket dan teknik dokumentasi, teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data motivasi belajar siswa dan kemampuan berkomunikasi guru, sedang teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar mata diklat komunikasi, maka peneliti mengemukakan deskripsi data sebagai berikut: 1. Motivasi Belajar Siswa (X1) Motivasi belajar siswa merupakan variabel bebas pertama (X1) dalam penelitian ini. Dari data yang didapat melalui penyebaran angket kepada 46 responden, yaitu siswa kelas 2 sekretaris SMK 2 Murni tahun 2009/2010, setelah melalui tabulasi data dapat diperoleh nilai tertinggi 69, nilai terendah 51 dan nilai rata-ratanya adalah 60,2. Jika nilai variabel motivasi belajar siswa dihitung dalam persen, maka nilai tertinggi motivasi belajar siswa = jumlah item x skor tertinggi jawaban sehingga hasilnya adalah 21 x 4 = 84, dengan jumlah responden sebanyak 46 lxvii siswa maka diperoleh nilai tertinggi 84 x 46 = 3864. Jumlah nilai variabel motivasi belajar siswa berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan adalah ∑X1 = 2769. Dengan demikian motivasi belajar siswa mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 sekretaris SMK 2 Murni Surakarta adalah 2769 : 3864 = 0, 72 atau sebesar 72%. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13. 2. Kemampuan Berkomunikasi Guru (X2) Kemampuan berkomunikasi guru merupakan variabel bebas kedua (X2) dalam penelitian ini. Data mengenai kemampuan berkomunikasi guru diperoleh dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada 46 responden, yakni siswa kelas 2 sekretaris SMK 2 Murni tahun 2009/2010. Setelah melalui tabulasi data maka diperoleh nilai tertinggi adalah 80, nilai terendah 59 dan nilai rata- ratanya adalah 67,2. Jika variabel kemampuan berkomunikasi guru dihitung dalam persen, maka nilai tertinggi kemampuan berkomunikasi guru adalah 22 x 4 = 88, dengan jumlah responden sebanyak 46 siswa maka diperoleh nilai tertinggi 88 x 46 = 4048. Jumlah nilai variabel kemampuan berkomunikasi guru berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan adalah ∑X2 = 3091. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi guru pada mata diklat komunikasi kelas 2 sekretaris SMK 2 Murni tahun 2009/2010 adalah 3091 : 4048 = 0,76 atau sebesar 76%. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14. 3. Prestasi Belajar Siswa Mata Diklat Komunikasi Kelas 2 Sekretaris SMK 2 Murni Tahun 2009/2010 (Y) Prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi merupakan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini. Data mengenai prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi diperoleh melalui nilai akhir mata diklat komunikasi kelas 2 sekretaris SMK 2 Murni lxviii Surakarta, maka dapat diperoleh nilai tertinggi 8,5, nilai terendah 6,5 dan nilai rataratanya adalah 7,58. Jika nilai variabel prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi dihitung dalam persen, maka nilai tertinggi prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi adalah jumlah siswa x nilai tertinggi sehingga hasilnya 46 x 10 = 460. Jumlah nilai variabel prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan adalah ∑Y = 348,5. Dengan demikian prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi adalah 348,5 : 460 = 0,76 atau sebesar 76%. Data selengkapnya pada lampiran 15. B. Pengujian Persyaratan Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi ganda karena variabel yang diteliti lebih dari dua variabel (dua variabel X dan satu variabel Y). Syarat analisis data dengan menggunakan regresi ganda adalah: a. Populasi harus berdistribusi normal. b. Uji linier regresi harus menunjukkan kelinierannya. c. Tidak terdapat hubungan yang berarti diantara variabel-variabel bebasnya. Hasil uji persyaratan analisis data yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Untuk Setiap Variabel a. Uji Normalitas Variabel Motivasi Belajar Siswa (X1) Dari perhitungan dengan rumus chi kuadrat diperoleh c2hitung= 6,795 (lampiran 19 ). Pada taraf signifikansi 5% diperoleh c2tabel = 11,07. Karena c2hitung lebih kecil dari c2tabel atau 6,795 < 11,07 maka dapat dinyatakan bahwa sampel diambil dari populasi berdistribusi normal. b. Uji Normalitas Variabel Kemampuan Berkomunikasi Guru (X2) Dari hasil perhitungan dengan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2hitung=4,164 (lampiran 20 ). Pada taraf signifikansi 5% diperoleh c2tabel=11,07. lxix Oleh karena c2hitung lebih kecil dari c2tabel atau 4,164 < 11,07, maka dapat dinyatakan bahwa sampel diambil dari populasi berdistribusi normal. c. Uji Normalitas Variabel Prestasi Belajar Mata Diklat Komunikasi (Y) Dari hasil perhitungan dengan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2 hitung = 4,420 (lampiran 21 ). Pada taraf signifikansi 5% diperoleh c2 tabel = 11,07. Oleh karena c2 hitung lebih kecil dari c2 tabel atau 4,420 < 11,07, maka dapat dinyatakan bahwa sampel diambil dari populasi berdistribusi normal. 2. Uji Linieritas X1 Dengan Y dan X2 Dengan Y Uji linearitas digunakan untuk menguji apakah ada hubungan yang linear antara variabel yang diukur. Kelinearan yang dimaksud adalah bahwa setiap kenaikan variabel bebas akan diikuti pula oleh kenaikan variabel terikat. a. Uji Linieritas X1 Dengan Y Setelah dibuat tabel kerja (lampiran 22 ) dan dilakukan perhitungan dengan rumus (lampiran 23), maka diperoleh harga-harga sebagai berikut: a). JK (G) : 3,9595 b). JK (TC) : 1,7091 c). df (TC) : 16 d). df (G) : 28 e). RJK (TC) : 0,106819 f). RJK (G) : 0,141411 g). Fhit : 0,7553041 Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Fhitung = 0,7553041. Harga ini dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang 16 dan dk penyebut 28 diperoleh sebesar 2,13. Karena Fhitung < Ftabel atau 0, 76 < 2,13, maka dapat dinyatakan bahwa X1 linier dengan Y. b. Uji Linieritas X2 Dengan Y Setelah dibuat tabel kerja ( lampiran 24 ) dan dilakukan perhitungan dengan rumus (lampiran 25), maka diperoleh harga-harga sebagai berikut: lxx a). JK (G) : 5,6520000 b). JK (TC) : 0,6875 c). df (TC) : 16 d). df (G) : 28 e). RJK (TC) : 0,042969 f). RJK (G) : 0,201857 g). Fhit : 0,21297672 Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Fhitung = 0,21297672. Harga ini dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang 16 dan dk penyebut 28 diperoleh sebesar 2,15. Karena Fhitung < Ftabel atau 0,21 < 2,15, maka dapat dinyatakan bahwa X2 linier dengan Y. 3. Uji Independensi X1 dan X2 Sesuai dengan rumus yang terdapat pada lampiran , dari perhitungan yang telah dilakukan (lampiran 26), diperoleh hasil sebagai berikut: r hitung = 0,184. Dengan sampel sebanyak 46 responden dan taraf signifikansi sebesar 5%, maka diperoleh rtabel = 0,291. Karena r hitung lebih kecil r tabel atau 0,184 < 0,291. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa antara variabel X1 dan X2 menunjukkan tidak ada hubungan yang berarti. C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis merupakan langkah untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan diterima atau ditolak. Hipotesis akan diterima apabila data yang telah terkumpul dapat membuktikan pernyataan yang ada didalam hipotesis dan sebaliknya hipotesis akan ditolak apabila data yang telah terkumpul tidak dapat membuktikan pernyataan didalam hipotesis. Adapun langkah-langkah dari pengujian hipotesis ini lxxi adalah: analisis data, penafsiran pengujian hipotesis dan kesimpulan pengujian hipotesis. Pembahasan dari masing-masing langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Analisis Data a. Tabulasi Data Sebagai langkah awal dari analisis data adalah terlebih dahulu membuat tabulasi data motivasi belajar siswa (X1), kemampuan berkomunikasi guru (X2) dan prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) seperti yang ada pada lampiran. Dari hasil perhitungan diperoleh harga-harga (lampiran 17 ): N ∑X22 : 208991 : 46 ∑X1 : 2769 ∑Y2 : 2648,4 ∑X2 : 3091 ∑X1Y : 21027 ∑Y : 348,5 ∑X2Y : 23466 ∑X12 : 167649 ∑X1X2 : 186272 Setelah dilakukan tabulasi data mengenai variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian, langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien korelasi sederhana. b. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana X1 dengan Y dan X2 dengan Y. 1) Koefisien Korelasi X1 dengan Y Sesuai dengan langkah yang ada dan rumus yang telah ditetapkan ( lampiran 27 ) diperoleh: rx1y : 0,553 r tabel : 0,291 Dari hasil perhitungan diperoleh rhitung lebih besar dari rtabel atau 0,553 > 0.291, menunjukkan bahwa variabel X1 terhadap Y ada hubungan yang berarti. Jadi ada hubungan yang signifikan antara X1 Terhadap Y. 2) Koefisien Korelasi X2 dengan Y Sesuai dengan langkah yang ada dan rumus yang telah ditetapkan ( lampiran 28) diperoleh: lxxii rx2y : 0,473 r tabel : 0,291 Dari hasil perhitungan diperoleh rhitung lebih besar dari r tabel atau 0,473 > 0,291, menunjukkan bahwa variabel X2 terhadap Y ada hubungan yang berarti. Jadi ada hubungan yang signifikan antara X2 Terhadap Y. c. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda X1 dan X2 dengan Y Berdasarkan hasil analisis diperoleh harga Ry(1,2) = 0,6687 (lampiran 29) dengan sampel sebanyak 46 siswa. Sedangkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,4472. d. Uji Signifikansi korelasi X1 dan X2 dengan Y Dari perhitungan dengan teknik analisis varian diperoleh harga Fhitung sebesar 17,393 yang nilainya lebih besar dari Ftabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 3,25 atau 17,393 > 3,25, maka signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh X1 dan X2 terhadap Y adalah signifikan atau berarti. (Lampiran 29 ) e. Menghitung Harga dari Persamaan-persamaan Garis Regresi Linier Multipel Langkah pertama membuat tabel pembantu perhitungan persamaan regresi linier multipel seperti terlihat pada lampiran. Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus seperti pada lampiran. Dari hasil perhitungan (lampiran 30) diperoleh persamaan sebagai berikut: Ỹ = 2,866 + 0,044 X1 + 0,031 X2, dapat dijelaskan bahwa rata-rata satu unit prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) akan meningkat atau menurun sebesar 0,044 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar siswa (X1) dan juga akan meningkat atau menurun sebesar 0,031 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit kemampuan berkomunikasi guru (X2). (Dapat dilihat pada lampiran ). f. Menghitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif X1 dan X2 Terhadap Y Dari perhitungan yang telah dilakukan (lampiran 31 ), dapat diketahui bahwa: 1. Sumbangan Relatif motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) sebesar 59,47%. Sumbangan relatif kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi mata diklat komunikasi (Y) sebesar 40,53%. lxxiii 2. Sumbangan efektif motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) sebesar sebesar 26,59%. Sumbangan efektif kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi mata diklat komunikasi (Y) sebesar 18,13%. 2. Penafsiran Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis, selanjutnya dilakukan penafsiran pengujian hipotesis. Penafsiran terhadap regresi linier hanya dapat dipertanggungjawabkan bila Freg yang diperoleh berarti atau signifikan. Penafsiran hipotesis dapat dilakukan sebagai berikut: a. Koefisien Korelasi Sederhana X1 dengan Y Untuk koefisien korelasi sederhana Variabel motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) diperoleh nilai r hitung sebesar 0,553. Sedangkan pada taraf signifikan 5%, N = 46 responden diperoleh rtabel = 0,291. Dengan demikian maka r hitung lebih besar dari r tabel atau 0,553 > 0,291, sehingga dapat ditafsirkan bahwa motivasi belajar siswa berhubungan dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi. Pengaruh ini ditunjukkan dengan adanya sumbangan efektif X1 terhadap Y sebesar 26,59%. b. Korelasi Sederhana X2 Dengan Y Untuk koefisien korelasi sederhana variabel kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) diperoleh nilai rhitung sebesar 0,473. Sedangkan pada taraf signifikan 5%, N = 46 responden diperoleh rtabel = 0,291. Dengan demikian maka rhitung lebih besar dari rtabel atau 0,473 > 0,291, sehingga dapat ditafsirkan bahwa kemampuan berkomunikasi guru (X2) berhubungan dengan prestasi mata diklat komunikasi (Y). Hubungan ini ditunjukkan dengan adanya sumbangan efektif X2 terhadap Y sebesar 18,13%. lxxiv c. Perhitungan korelasi X1 dan X2 dengan Y Dari hasil perhitungan korelasi antara X1 dan X2 dengan Y diperoleh Fhitung sebesar 17,393 sedangkan Ftabel sebesar 3,25 dengan dk = 2 lawan 43 dan taraf signifikansi 5% . Karena Fhitung > Ftabel atau 17,393 > 3,25. Oleh karena itu dapat ditafsirkan bahwa ada hubungan antara motivasi belajar siswa (X1) dan kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) secara bersama-sama, Hubungan ini didukung dengan adanya sumbangan efektif sebesar 44,72% yang terdiri dari sumbangan efektif motivasi belajar siswa sebesar 26,59% dan sumbangan efektif kemampuan berkomunikasi guru sebesar 18,13%. Apabila diinginkan peningkatan prestasi belajar mata diklat komunikasi maka kedua variabel tersebut perlu ditingkatkan. Kemudian sisa dari sumbangan efektif tersebut adalah 55,28% dijelaskan oleh variabel lain yang ikut mempengaruhi prestasi belajar mata diklat komunikasi dalam penelitian ini peneliti ramalkan antara lain tingkat intelegensi siswa, latar belakang sosial ekonomi siswa, fasilitas belajar sekolah yang menunjang kenyamanan pada saat kegiatan belajar mengajar, dan motivasi belajar ekstrinsik. Variabel-variabel tersebut dapat peneliti kemukakan karena variabel tersebut merupakan bagian dari komponen-komponen yang mempengaruhi proses belajar mengajar sehingga mempengaruhi prestasi belajar. d. Persamaan Garis Regresi Linier Multipel Berdasarkan persamaan garis linier multipel yang diperoleh, yaitu Ỹ = 2,866 + 0,044 X1 + 0,031 X2 dapat dijelaskan bahwa rata-rata prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi akan meningkat atau menurun sebesar 0,044 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar siswa (X1) dan akan meningkat atau menurun sebesar 0,031 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit kemampuan berkomunikasi guru (X2). lxxv 3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis Dari hasil analisis data untuk menguji hipotesis dan berdasarkan penafsirannya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Hipotesis 1 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh nilai rhitung > rtabel atau 0,553 > 0.291 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf signifikansi 5%. Jadi hipotesis pertama yang berbunyi “Ada hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010” dapat diterima. b. Hipotesis 2 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh nilai rhitung > rtabel atau 0,473 > 0,291 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf signifikansi 5%. Jadi hipotesis kedua yang berbunyi “Ada hubungan antara kemampuan berkomunikasi guru dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010” dapat diterima. c. Hipotesis 3 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh nilai Fhitung > Ftabel atau 17,393 > 3,25 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf signifikansi 5%. Jadi hipotesis kedua yang berbunyi “Ada hubungan antara motivasi belajar siswa, dan kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajran 2009/2010” dapat diterima. D. Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan pada hasil analisis data di atas, maka peneliti mengemukakan pembahasan sebagai berikut: lxxvi 1. Motivasi Belajar Siswa (X1) Berdasarkan hasil pengumpulan data, setelah diolah skor rata-rata motivasi belajar siswa belajar mata diklat komunikasi adalah 72%, hal ini berarti rata-rata tingkat motivasi belajar siswa mata diklat komunikasi kelas 2 sekretaris SMK 2 Murni Surakarta tahun 2009/2010 adalah 72%. Motivasi belajar siswa sebesar 72% dan sisanya 28% belum memiliki motivasi untuk belajar dari dalam dirinya. Apabila dilihat dari daftar angket yang sudah terkumpul ada beberapa item yang rendah nilainya, antara lain nomor item 11 dan 15 dengan skor 117, dan nomor item 21 dengan skor 119. Angket dengan nomor item 11 menyebutkan bahwa siswa kurang tertarik dengan materi yang diajarkan guru mata diklat komunikasi dan angket dengan nomor item 15 yaitu siswa selalu mengulang kembali apa yang guru ajarkan disekolah saat jam sekolah selesai dan angket dengan nomor item 21 menyatakan bahwa siswa merasa jenuh dan bosan dengan aktivitas belajar baik disekolah maupun dirumah. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa motivasi intrinsik siswa yakni ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam kegiatan belajar mata diklat komunikasi itu sendiri akan mempengaruhi usaha siswa untuk mencari materi yang berhubungan dengan mata diklat yang diajarkan sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar, keinginan untuk pandai yang berasal dari diri sendiri memiliki pengaruh yang besar dengan prestasi mata diklat komunikasi. 2. Untuk Variabel Kemampuan Berkomunikasi Guru. Berdasarkan hasil pengumpulan data, setelah diolah skor rata-rata kemampuan berkomunikasi guru 76%, hal ini berarti rata-rata tingkat kemampuan berkomunikasi guru mata diklat komunikasi kelas 2 sekretaris SMK 2 Murni Surakarta tahun 2009/2010 adalah 76%. Kemampuan berkomunikasi guru sebesar 76% dan sisanya 24% merupakan faktor lain yang mempengaruhi proses penyampaian pesan atau ganguan-ganguan dalam penyampaian pesan atau materi oleh guru. Apabila dilihat dari daftar angket yang sudah terkumpul ada beberapa lxxvii item yang rendah nilainya, antara lain nomor item 28 dan item nomor 30. Angket dengan nomor item 28 menyebutkan bahwa siswa sering mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran mata diklat komunikasi dan item nomor 30 menyebutkan bahwa siswa menilai bahwa guru dalam memberikan materi tidak langsung pada pokok bahasan yang akan dibahas dan cenderung membahas halhal yang menurut saya diluar materi pelajaran. Dalam hal ini kesulitan yang dialami siswa dalam mengikuti pembelajaran mata diklat komunikasi diakibatkan oleh ganguan-ganguan pada saat proses penyampaian pesan seperti suasana kelas yang ramai, banyak siswa yang mengantuk dan lain sebagainya sehingga guru mencoba menarik perhatian siswa dengan mengajak siswa untuk bercerita tentang hal lain diluar materi yang menyebabkan materi menjadi kurang fokus atau tidak terarah sehingga terkadang sebagian siswa sulit mengikuti pembelajaran yang pada akhirnya menyebabkan siswa menjadi kurang paham sehingga mempengaruhi prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi. 3. Prestasi Belajar Mata Diklat Komunikasi. Berdasarkan hasil pengumpulan data, setelah diolah skor rata-rata prestasi belajar mata diklat komunikasi 76%. Dengan melihat tingkat pencapaian variabel motivasi belajar siswa sebesar 72% dan kemampuan berkomunikasi guru sebesar 76%. Maka dapat dikatakan bahwa tingkat prestasi belajar mata diklat komunikasi dikatakan baik dengan rata-rata 7,58, tingkat prestasi belajar mata diklat komunikasi yang baik ini ditunjukkan dengan komponen-komponen dalam penilaian dari setiap nilai ulangan dari subkompetensi yang telah dilakukan. Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa dan kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama berhubungan dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi. Dalam hal ini hubungan yang dimaksud adalah lxxviii hubungan yang bersifat saling mempengaruhi., namun bukan hanya motivasi dan kemampuan berkomunikasi guru mata diklat komunikasi saja yang mempengaruhi prestasi belajar mata diklat komunikasi melainkan masih banyak faktor yang lain yang tidak tercakup dalam penelitian ini. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 4. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 5. Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berkomunikasi guru dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 6. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa, dan kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajran 2009/2010 Selain kesimpulan di atas, peneliti juga mengemukakan beberapa hal sebagai berikut: lxxix 1. Besarnya sumbangan relatif yang diberikan masing-masing variabel adalah sebagai berikut: a. Sumbangan Relatif motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) sebesar 59,47%. b. Sumbangan relatif kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi mata diklat komunikasi (Y) sebesar 40,53%. c. Sumbangan efektif motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) sebesar sebesar 26,59%. d. Sumbangan efektif kemampuan berkomunikasi guru (X2) dengan prestasi mata diklat komunikasi (Y) sebesar 18,13%. 2. Hasil persamaan garis regresi linier yang diperoleh dari perhitungan adalah Ỹ = 2,866 + 0,044 X1 + 0,031 X2, yang berarti bahwa rata-rata satu unit prestasi belajar mata diklat komunikasi (Y) akan meningkat atau menurun sebesar 0,044 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar siswa (X1) dan juga akan meningkat atau menurun sebesar 0,031 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit kemampuan berkomunikasi guru (X2). 3. Berdasarkan pada deskripsi data yang telah diperoleh dari masing-masing variabel, diketahui: a. Tingkat prosentase motivasi belajar mata dikalat komunikasi siswa kelas 2 sekretaris di SMK 2 Murni Surakarta sebesar 72% b. Tingkat prosentase kemampuan berkomunikasi guru mata dikalat komunikasi siswa kelas 2 sekretaris di SMK 2 Murni Surakarta sebesar 76%. c. Tingkat prosentase prestasi belajar mata dikalat komunikasi siswa kelas 2 sekretaris di SMK 2 Murni Surakarta sebesar 76%. B. Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, sebagai implikasi hasil penelitian adalah sebagi berikut: lxxx 1. Dengan terbuktinya hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa, dan kemampuan berkomunikasi guru secara bersama-sama dengan prestasi belajar mata diklat komunikasi pada siswa kelas 2 Sekretaris SMK II Murni Surakarta tahun pelajran 2009/2010, maka hasil penelitian ini memberikan informasi kepada guru dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa mata diklat komunikasi. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa motivasi belajar yang berasal dari dalam diri yaitu ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam kegiatan belajar mata diklat komunikasi itu sendiri dan kemampuan berkomunikasi guru mata diklat komunikasi yang baik memiliki hubungan yang bersifat mempengaruhi prestasi belajar mata diklat komunikasi. 2. Dengan teori-teori yang ada, hasil penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain untuk memperbaiki atau menyempurnakan penelitian ini maupun mengkaji dan meneliti variabel-variabel lain yang mungkin berhubungan dengan peningkatan prestasi belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. C. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan hasil analisis data penelitian tersebut di atas, maka berikut ini disampaikan saran-saran yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa dan guru untuk lebih meningkatkan prestasi belajar mata diklat komunikasi. Saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kepada siswa . a. Siswa hendaknya mempersiapkan materi mata diklat yang akan diajarkan sebelum kegiatan belajar mengajar mata diklat komunikasi diajarkan. b. Siswa hendaknya menyadari tujuan yang terkandung didalam kegiatan belajar mata diklat komunikasi itu sendiri, sehingga siswa tertarik untuk belajar dan secara sadar akan melakukan kegiatan belajar mata diklat komunikasi. lxxxi c. Siswa sebaiknya mengulang kembali apa yang guru ajarkan disekolah setelah jam sekolah selesai. 2. Kepada Guru. a. Guru hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam mengelola interaksi dalam pembelajaran dan mampu mengajak siswanya untuk mengungkapkan pendapat, bertanya sehingga tercipta komunikasi dua arah. Sehingga guru dapat mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran mata diklat komunikasi. b. Guru hendaknya memberikan catatan-catatan yang penting yang berkaitan dengan bahan atau materi. c. Guru hendaknya sering memberikan tugas untuk observasi terhadap suatu kasus. Karena hal itu dapat melatih siswa untuk belajar mandiri dan mengembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi.2005.Manajemen Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta . 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta:Rineka Cipta Anonimous. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: FKIP UNS Cangara, Hafied.. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. lxxxii Djamarah, Syaiful Bahri. 2001. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:Rineka Cipta Hasan. M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Statistika 2 (Statistik Inferensif). Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hadi, Sutrisno. 2001. Analisa Regresi. Yogakarta : Andi Offset. ------------------- . 1996. Metodelogi Researc 2. Yogyakarta : Andi Offset. Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial. Jakarta: GP Press. Makmun, Abin Syamsudin. 2004. Psikologi Pendidikan (Perangkat Sistem Pengajaran Modul). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organisasi. Jakarta:Bumi Aksara Nisfiannoor, Muhammad. 2009. Pendekatan Statistika Modern (Untuk Ilmu Sosial). Jakarta: Salemba Humanika. Ramli. 2008. “Keterampilan Dasar Mengajar Guru Menengah Kejuruan Teknologi di Sematra Barat”. Jurnal Pembelajaran. Volume 30. Nomor 1. Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Soeharto, Karti dkk. 1996. Komunikasi Pembelajaran. Surabaya:SK Soemarsono. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press). Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. . .2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. lxxxiii Sukiniarti. 2006. “Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Pada Mahasiswa di Pendidikan Jarak Jauh”. Jurnal Pendidikan. Volume 7. Nomor 1 Surachmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah:Dasar, Metode & Teknik. Bandung : Tarsito Suwarna. 2006. Pengajaran Mikro (Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidik Profedional). Yogyakarta: Tiara Wacana Syah, Muhibin. 2007. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. . 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Syaodih, Nana Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Usman, Mohammad Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksi Prinsip,Teknik, Proses. Bandung : Remaja Rosdakarya. lxxxiv