1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan global

advertisement
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdagangan global adalah isu yang paling hangat saat ini. Negara-negara berlomba
dalam melakukan perdagangan di dunia internasional. Kebutuhan terhadap barang dan jasa
yang tidak dapat penuhi pada suatu negara membuat perdagangan semakin mengglobal.
Globalisasi ekonomi dan perdagangan ini juga ditopang oleh ketersediaan infrastuktur yang
memungkinkan dilakukannya perdagangan lintas batas negara dalam waktu yang relatif
cepat.1 Perdagangan jarak jauh sebenarnya telah dilakukan oleh orang-orang selama ratusan
tahun, namun perdagangan global yang pertama kali baru dilakukan pada abad ke-19.
Gelombang pertama globalisasi ini dikendalikan oleh interaksi antara perubahan teknologi
dan politik.2 Perubahan teknologi dalam hal ini adalah dengan adanya penemuan mesin uap
dan mesin telegraf. Sejarah awal perdagangan global tersebut menjadi tonggak dalam
perdagangan bebas saat ini.
Dengan semakin intensifnya perdagangan yang dilakukan antar negara di dunia ini,
memunculkan
kesepakatan
untuk
membuat
standard-standard
pada
barang
yang
diperdagangkan. Standard tersebut diterapkan guna menyederhanakan produksi, memperluas
pasar dan juga jaminan bagi konsumen pada produk yang dibelinya.
Sertifikasi pada produk hasil hutan seperti kayu merupakan bentuk sertifikasi yang
menjadi jaminan atas sebuah produk bagi konsumennya. Sertifikasi ini muncul sebagai
sebuah respon pada meningkatnya perhatian internasional pada degradasi hutan secara global,
terlebih pada penebangan hutan yang dilakukan secara ilegal.3 Kekuatiran tersebut
menimbulkan semakin maraknya sertifikasi hutan dan kayu yang dikeluarkan oleh beberapa
lembaga standarisasi kehutanan dan produk hasil hutan.
Salah satu sertifikasi untuk produk yang berbahan dasar kayu adalah sertifikasi yang
dikeluarkan oleh Forest Stewardship Council (FSC). FSC adalah lembaga non-profit yang
mendedikasikan organisasinya untuk mempromosikan mengenai tanggung jawab pengelolaan
1
B.Winarno, Isu-Isu Global Kontemporer, CAPS, Yogyakarta, 2011, p.33
T. Oatley, International Political Economy, 5th edn, Pearson Longman, New York, 2011, p. 15
3
L.H. Gulbrandsen, Transnational Environmental Governance The Emergence and Eff ects of the Certifi
cation of Forests and Fisheries, Edward Elgar, Northhampton United Kingdom, 2010,p.44
2
1
hutan di dunia.
4
Sertifikasi ini merupakan sertifikasi yang yang bersifat sukarela dan
merupakan bentuk jaminan bahwa pemilik usaha yang menggunakan bahan dasar kayu,
seperti pengusaha furnitur telah memenuhi standard-standard yang ditetapkan oleh organisasi
ini. Standard-standard yang ditetapkan berupa standard eco-labelling dan terutama asal-usul
kayu yang digunakan. Aturan main yang dimiliki oleh FSC ini diakui oleh dunia internasional
sehingga banyak pembeli yang berasal dari mancanegara terutama dari wilayah Amerika
Utara dan Uni Eropa mensyaratkan sertifikasi FSC ini dalam perdagangan kayu dan produk
turunannya.
Sertifikasi pertama yang dikeluarkan FSC pada awal pendiriannya adalah sertifikasi
pengelolaan hutan di Mexico dan sertifikasi lacak balak untuk area Amerika Serikat pada
tahun 1993. Jumlah sertifikasi terus meningkat setiap tahunnya, hingga pada tahun 1998
sejumlah 10 juta hektar hutan telah tersertifikasi oleh FSC. Peningkatan signifikan pengguna
sertifikasi oleh FSC juga meningkat terutama pada tahun 2003. Pada tahun ini, sebanyak
20.000 produk bersertifikat FSC berada di pasar dunia dan 40 juta hektar area juga telah
tersertifikasi FSC. Pada tahun 2008, jumlah sertifikasi FSC kembali meningkat, hingga pada
tahun ini lebih dari 100 juta hektar area telah tersertifikasi oleh Prinsip dan Kriteria FSC yang
terdistribusi lebih dari 79 negara. Hingga pada tahun 2015, telah lebih dari 29.000 sertifikat
lacak balak telah dikeluarkan oleh FSC dan lebih dari 1300 sertifikat pengelolaan hutan
dengan luas total area 184.798.917 hektar hutan diseluruh dunia telah dikeluarkan5.
Sebagai negara produksi kayu di dunia, sertifikasi FSC banyak digunakan di Brasil dan
Rusia. Rusia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang banyak
menggunakan standarisasi dan sertifikasi FSC. Pada tahun 2015 jumlah area di Rusia yang
telah tersertifikasi FSC sebesar 3.872.897 Ha dengan jumlah sertifikasi 120. Sedangkan
Brasil, menjadi negara di Amerika Latin yang memiliki jumlah area yang telah tersertifikasi
sebesar 6.559.085 Ha dengan jumlah sertifikasi 106. Di Amerika Latin, Brasil termasuk
negara yang memiliki area tersertifikasi FSC paling Luas. Jumlah perusahaan kayu yang
menggunakan sertifikasi FSC pun terus meningkat di kedua negara tersebut setiap tahunnya.
4
Forest stewardship council, who we are (daring), < https://ic.fsc.org/about-us.1.htm> diakses tanggal 29
November 2014
5
Facts&Figures Oktober 2015, Forest Stewardsip Council, (daring) https://ic.fsc.org/preview.factsfigures-october-2015.a-5127.pdf diakses tanggal 11 Desember 2015
2
Peningkatan jumlah sertifikasi yang dikeluarkan oleh FSC setiap tahunnya, terutama di
Rusia dan Brasil menjadi latar belakang dari penelitian ini. Sebagai sebuah organisasi non
negara FSC mampu menerapkan aturan mainnya menjadi standar yang digunakan di banyak
negara dan mampu menembus kedaulatan negara-negara tersebut. Dengan menggunakan
konsep rezim internasional dan structural power, penelitian ini akan melihat pengaruh yang
dimiliki oleh FSC sehingga mampu menerapkan standardnya di tingkat Internasional dengan
studi kasus penerapan standarisasi dan sertifikasi FSC di Rusia dan Brasil
B. Reviu Literatur
Maraknya perdagangan yang dilakukan di era liberalisasi ekonomi
dan maraknya
perdagangan yang dilakukan lintas negara, maka dibutuhkan standard yang diperlukan untuk
kemudahan perdagangan, perjalanan, dan kolaborasi antar negara
Standarisasi ini akan mencakup semua disiplin dari ilmu pengetahuan, pengukuran,
kualitas, manufaktur, ilmu lingkungan, keselamatan, dan perdagangan. Standard tersebut
dikelola oleh pelbagai macam organisasi, baik yang bersifat swasta maupun negara. Dalam
penelitian ini, standard yang hendak diteliti adalah standard yang dikelola oleh organisasi
swasta dan standard yang bersifat voluntary. Penerapan standard pada perusahaan-perusahaan
diyakini mampu memperlancar interaksi yang terjadi. Dengan telah terstandarisasinya sebuah
produk tentu akan meningkatnya kepercayaan dari pengguna produk tersebut, dengan
meningkatnya kepercayaan tersebut menunjukan lancarnya interaksi. Kelancaran interaksi
tersebut tentu akan membuat keuntungan meningkat.
Namun dibalik itu semua, dengan munculnya agensi-agensi pemberi standard yang
bersifat voluntary membuat kedaulatan sebuah negara tak lagi memiliki arti. Bahkan standard
yang dimiliki oleh negara terkadang tidak dapat digunakan sebagai standard yang diakui oleh
dunia internasional. Oleh karena itu banyak perusahaan-perusahaan yang menggunakan
standarisasi internasional yang justru bersifat voluntary tersebut untuk meningkatkan reputasi
perusahaannya sehingga dapat meningkatkan perdagangannya di tingkat internasional. Untuk
mengambarkan situasi tersebut, terdapat beberapa tulisan yang menjelaskan cara kerja
standard tersebut hingga mampu memberikan pengaruhnya di dunia internasional.
Dalam tulisan
Regulatory Credibility and Authority through Inclusiveness:
Standardization Organization in Cases of Eco Labelling, membahas mengenai organisasi
standard di bidang eco labelling. FSC dikategorikan sebagai sebuah organisasi eco labelling.
3
Kesadaran akan keberlangsungan lingkungan menjadi banyak perhatian akhir-akhir. Oleh
karena itu para ahli, pembuat kebijakan, aktor bisnis, dan masyarakat melihat eco labelling ini
sebagai sebuah strategi yang sangat berguna dalam menghadapi permasalahan lingkungan. 6
Dalam tulisan ini dijabarkan mengenai dua organisasi di bidang eco labelling yang berada di
Swedia, yaitu KRAV (The Association for Control or Organic Production) dan Forest
Stewardship Council (FSC). Pembahasan mengenai kedua lembaga eco labelling diawali
dengan sejarah awal berdirinya dua lembaga tersebut. KRAV didirikan oleh empat organisasi
dengan gerakan organik Swedia. KRAV merupakan organisasi pioner di Swedia yang
memperkenalkan Swedia pada eco labelling. Tujuan dari KRAV adalah menciptakan skema
labelling yang kredibel pada makanan organik.
Selanjutnya tulisan tersebut menjelaskan mengenai cara eco labelling dalam
menciptakan kredibilitas dan kewenangannya.
Kredibilitas dan kewenangan lembaga
pembuat standard dan sertifikasi diperoleh dengan melibatkan semua sumber, tidak terkecuali
negara, walaupun negara tidak menjadi anggota dari lembaga-lembaga tersebut, namun
organisasi-organisasi tersebut memiliki hubungan yang dekat dengan negara. Otoritas dapat
eksis ketika individual atau organisasi memiliki kekuatan pembuat kebijakan atas sebuah isu
dan hal tersebut akan menghasilkan kekuatan legitimasi.7 Sedangkan kredibilitas yang dapat
didefinisikan sebagai sebuah persepsi dan asumsi yang dikendalikan oleh aktor atau agen
yang terpercaya, bertanggung jawab, diinginkan dan sesuai.8 Meskipun otoritas dan
kredibilitas memiliki makna yang berbeda namun keduanya dapat berasal dari sumber yang
sama. Selain didapat dari aktor-aktor, sumber kekuatan organisasi pembuat standard selain
dari kekuatan sumber yang berasal dari aktor-aktor yang berada di balik organisasi tersebut,
krediblitas juga dapat diperoleh dari sumber yang bersifal simbolik seperti nama dan logo
yang mudah dikenali. Dalam tulisan ini juga digambarkan bahwa negara ternyata memiliki
peranan penting dalam melegitimasi kedua organisasi ini, walaupun negara sebenarnya adalah
terget dari standard yang ditetapkan oleh dua organisasi ini.
Dalam tulisan Rules that many Use: Standards and Global Regulation mengklaim
dalam perspektif fenomena voluntary regulation, standard digambarkan sebagai aturan yang
berbasiskan keahlian. Hal ini merupakan titik tolak mengenai bagaimana global standard
6
M. Bostrom, Regulatory credibility and Authority through Inclusiveness: Standardization Organization
in Cases of Eco Labelling, Organization Vol 13(3), London, 2006, p.346
7
Bostrom, 2006 p.351
8
Bostrom, 2006 p.351
4
bekerja. Peran penting dari standard yang bermain pada regulasi pasar finansial
mengkonfirmasi kesan bahwa standard merupakan hal yang penting di sektor internasional.9
Insentif bagi pengguna standard juga menjadi daya tarik bagi negara sehingga
menerapkan standard-standard yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga swasta. Seperti pada
lembaga rating, yang mampu membuat sebuah negara menerapkan standard-standard dari
lembaga rating tersebut demi untuk mendapatkan peringkat yang bagus. Seperti dituliskan
oleh Cooley dalam ―The Emerging Politics of International Ranking and Ratings”. Dalam
tulisan tersebut menggambarkan mengenai cara yang dilakukan oleh lembaga rating dalam
mempengaruhi sebuah negara dalam menerapkan standard-standard yang mereka miliki, yaitu
dengan melakukan pemberian insentif berupa peringkat. Karena peringkat inilah yang akan
menjadi tolak ukur bagi sebuah negara dan peringkat yang diberikan pada sebuah negara akan
mempengaruhi kepentingan bisnis dan investasi, yang akan dilakukan di negara tersebut.
Peran ahli dalam proses regulasi dan penetapan standard juga dijelaskan dalam tulisan
Standardising Through Concepts: Scientific Experts and the International Development of the
HACCP Food Safety Standard. Dalam tulisan ini digambarkan mengenai proses penyebaran
sebuah standard, yang dalam tulisan ini menggunakan Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) atau standard keamanan pangan sebagai studi kasus. Tulisan ini melihat pada aktor
dan mekanisme di balik perluasan simultan dari konsep universal dan pemberian mereka oleh
pengguna, untuk sampai pada gambaran dan nuansa yang lebih baik mengenai pengaruh ahli
dalam pembentukan standard internasional.10
Pelbagai penelitian penyebaran standard di dunia telah coba dianalisis dengan pelbagai
macam teori. Proses penetapan standard tersebut mewakili kelembagaan pengaturan dan
distribusi kekuasaan. Aktor yang menyediakan solusi untuk masalah koordinasi dan
konektivitas adalah mereka yang dominan. Ini adalah hegemoni organisasi atau negara-negara
tertentu atas orang lain yang memungkinkan mereka untuk memaksakan standard mereka
sendiri atau untuk membuat standard-standard ini menarik sebagai bentuk kompromi antara
mereka dan lawan mereka.11 Analisa lain yang coba ditawarkan dalam tulisan ini adalah
pengembangkan perspektif institusionalis standarisasi yang menganggap standard sebagai
9
D.Kerwer, Rules that many Use:Standards and Global Regulation, Governance :an International Journal
of Policy, Administration, and Institution Vol 18, No 4, Oxford, 2005 p.628
10
D.Demortain, Standardising Through Concepts: Scientific Experts and the International Development
of the HACCP Food Safety Standard, Economic and social research centre, The London school of economics
and political science, Discusion paper No.45, London, 2007 p.2
11
Demortain, 2007 p.5
5
bentuk yang berbeda dari regulasi (sebagai lawan arahan dan norma-norma) dan standardsetter sebagai aktor yang menghindari otoritas negara dan mengatur dengan berarti mereka
sendiri.
12
Sikap kewirausahaan aktor non-negara seperti LSM dan individual expertise
menjadi faktor penting dibalik dari fenomena dari penyebaran standard dan norma-norma.
Kemampuan mereka untuk menyebarkan informasi dan ide-ide sedemikian rupa akhirnya
dapat mempengaruhi preferensi aktor, terutama pada kekuasaan pengambilan keputusan.
Pada tulisan ini mengambarkan mengenai peran penting ahli ilmiah dalam proses
mempengaruhi dan mempromosikan HACCP melalui keterlibatan para ahli itu dalam setiap
arena dimana pedoman HACCP tersebut dibuat. Mereka disalurkan ke dalam suatu proses
yang berkesinambungan dari penyempurnaan dari konsep, mempertahankan dominasinya13
Berkaitan dengan tulisan diatas, penelitian ini juga berupaya untuk menyajikan analisis
tentang kekuatan di balik organisasi FSC sebagai pembuat standard produk berbahan dasar
kayu sehingga standard-standard tersebut dapat digunakan dan diterapkan di seluruh dunia
terutama di Rusia dan Brasil.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan literatur reviu yang telah diuraikan diatas,dan dengan
menggunakan studi kasus pada negara Rusia dan Brasil maka penelitian ini merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut: Mengapa aturan main Forest Stewardship Council
menjadi standard dalam perdagangan kayu international?
D. Kerangka Konsep
Penelitian ini akan menggunakan konsep rezim internasional dan structural power
khususnya knowledge structure untuk melihat kerja kekuatan pengetahuan pada standardstandard dari FSC sehingga dapat di terima di dunia internasional.
1. Rezim Internasional
Rezim Internasional didefinisikan oleh Stephen Krasner sebagai seperangkat
norma-norma, peraturan-peraturan dan prosedur pembuatan keputusan baik yang
eksplisit maupun Imlplisit dimana semua harapan para aktor berkumpul dalam
12
13
Demortain, 2007 p.5
Demortain, 2007 p.13
6
hubungan internasional.14 Rezim international ini dapat dikatakan sebagai sebuah
konsekuensi dari kerjasama internasional. Rezim internasional ini biasanya dibentuk
untuk mengatur sebuah kerjasama yang telah dibentuk agar dapat lebih efektif, karena
dalam rezim internasional terdapat aturan-aturan, prosedur yang dapat mengatur aktor
yang terlibat didalamnya karena rezim internasional terkait dengan proses pembuatan
kebijakan yang terkait dengan semua aktor yang terlibat.
Definisi lain diungkapkan oleh Keohane dan Nye yang mendefinisikan rezim
sebagai seperangkat peraturan pemerintah yang di dalamnya termasuk jaringan-jaringan
aturan, norma, dan prosedur yang mengatur perilaku serta mengontrol dampakdampaknya.15 Sedangkan Oran Young memandang rezim sebagai suatu institusi sosial
yang mampu menampung dan meregulasi pelbagai kepentingan yang bersifat spesifik
dari para aktor internasional.16 Dari definisi yang diberikan tersebut rezim internasional
dapat diartikan sebagai suatu tatanan berisi prinsip, norma, aturan, baik bersifat eksplisit
maupun implisit yang didalamnya terdapat pengharapan aktor-aktor yang juga memuat
kepentingan dari aktor-aktor dan pada akhirnya diterima dan disepakati oleh mereka.
Rezim harus dipahami sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar ‖perjanjian
sementara‖ (temporary agreement) yang mengalami perubahan setiap kali terjadi
perpindahan atau pergeseran dalam ‖power‖ atau ‖interest‖17. Perjanjian menurut
Krasner bersifat ad hoc, sedangkan tujuan dari rezim tersebut untuk memfasilitasi
pembuatan perjanjian tersebut dengan memberikan kerangka aturan, prinsip, norma dan
prosedur negosiasi.18 Padangan Krasner terebut mempertegas bahwa rezim bukan hanya
sebagai perjanjian yang mengikat di antara aktor-aktor, melainkan sebagai sebuah
aturan, norma dan prinsip yang menjadi dasar dari terbentuknya sebuah perjanjian.
Dalam formula lain, Donald J. Puchala dan Raymond F. Hopkins menyatakan
bahwa rezim internasional mempunyai 5 ciri utama, yaitu:
1) Rezim merupakan fenomena perilaku, rezim memiliki kemampuan untuk
membentuk perilaku kepatuhan terhadap prinsip-prinsip, norma dan aturan,
yang mana didalamnya merupakan cerminan dari aturan hukum. Rezim bersifat
14
S.D.Krasner, Structural causes and regime consequences: regimes as intervening variables,
International Organization Vol 36, No 2, Spring 1982 p.186
15
S.D.Krasner p. 186
16
O.Young, Regimes Dynamic:the rise and fall of regime international, International Organization Vol
36, No 2, Spring 1982 p.277
17
S.D.Krasner,1982 p. 186
18
S.D.Krasner,1982 p. 186
7
subyektif, dia hanya bisa eksis berdasarkan pemahaman, ekspektasi dan
keyakinan para partisipannya mengenai legitimasi, kelayakan atau perilaku
yang bermoral;
2) Rezim internasional dapat menciptakan mekanisme/prosedur bagi pembuatan
kebijakan. Karakteristik ini menunjukkan bahwa rezim internasional bukan
hanya sekedar berisikan norma substantif. Tapi lebih dari itu, rezim
internasional adalah tentang bagaimana prinsip-prinsip tersebut dibuat yang
melibatkan unsur-unsur seperti siapa partisipannya, kepentingan apa yang
mendominasi atau yang menjadi prioritas, dan aturan apa yang dapat
melindungi dari dominasi dalam proses pembuatan kebijakan;
3) Deskripsi sebuah rezim harus selalu memasukan karakter dari prinsip utama
yang dapat menguatkannya, sebagaimana halnya sebuah norma dapat
menetapkan kebenaran dan melarang perilaku yang menyimpang, hal ini
terutama berguna untuk melakukan estimasi hirarki diantara prinsip-prinsip dan
merupakan prospek untuk melakukan penegakan norma.
4) Dalam setiap rezim selalu terdapat aktor yang berperan di dalamnya. Aktor
utama dalam kebanyakan rezim internasional adalah pemerintahan negarabangsa, namun organisasi internasional, transnasional dan juga subnational
terkadang juga menjadi partisipasi peran mereka sebagai partisipan sangat
krusial, yakni menciptakan, menjalankan, dan mematuhi aturan yang telah
dibuat;
5) Rezim internasional eksis dalam setiap permasalah substantif dalam hubungan
internasional yang mana pola tingkah laku dapat diamati. Disinilah prinsip
rezim hadir untuk mencocok nilai-nilai, tujuan-tujuan, dan prosedur pembuatan
kebijakan yang dapat mengakomodir kepentingan dan kebutuhan semua
partisipan.19
Dinamisnya
perkembangan
hubungan
internasional
juga
mempengaruhi
kedinamisan dari rezim internasional. Setelah stagnan pada 1980-an, jumlah dan
kegiatan organisasi internasional non-pemerintah (LSM) dan aktor non-negara lainnya
telah tumbuh lagi sepanjang 1990-an, hal ini memberikan kontribusi untuk minat ilmiah
19
Donald and puchala, International regimes: lessons from inductive analysis, nternational Regimes,
Cornell University Press, Ithaca, 1983, p. 62-63
8
baru dalam sifat dan pengaruh aktor-aktor non - negara di dunia politik.
20
Munculnya
aktor-aktor non negara juga turut mempengaruhi rezim internasional. Rezim
internasional saat ini tidak hanya melibatkan negara saja, melainkan juga aktor non
negara atau juga disebut sebagai Private International Regime atau Rezim Internasional
bukan Negara.
2. Structural Power
Structural power dijelaskan oleh Susan Strange sebagai kekuatan untuk
membentuk dan menentukan struktur ekonomi politik global di mana negara-negara
lain, lembaga-lembaga politik mereka, usaha ekonomi mereka dan (paling tidak)
ilmuwan dan orang-orang profesional lainnya harus beroperasi.21 Structural power,
singkatnya, menganugerahkan kekuatan untuk memutuskan bagaimana hal-hal akan
dilakukan, kekuatan untuk membentuk kerangka kerja yang menyatakan berhubungan
satu sama lain, berhubungan dengan orang, pantau berhubungan dengan perusahaan perusahaan.22
Structural Power ini menurut Susan Strange, tidak hanya terdapat pada satu
struktur atau strange menyebutkan sebagai single structure, namun dalam empat struktur
terpisah yang dibedakan namun masih saling terkait yang diperlukan untuk meneguhkan
kekuasaan dalam teori international structural power yang digagas oleh Susan Strange
dalam buku State and Market. Keempat struktur tersebut adalah security structure,
production structure, financial structure,dan knowledge structure. Pandangan Susan
Strange ini berbeda dengan pandangan dari Marxist maupun Neo-Marxist yang
memandang bahwa structural power hanya pada struktur produksi saja.
Struktur keamanan atau security structure dalam ekonomi politik dijelaskan
sebagai sebuah kerangka kekuasaan yang diciptakan oleh penyediaan keamanan dengan
beberapa manusia untuk orang lain.23 Keamanan sebagai sebuah kebutuhan dasar
manusia seperti terancamnya manusia dari kematian, namun bukan keamanan seperti
hal tersebut saja yang mengancam, namun juga keamanan atas kelaparan, kemanan dari
penyakit, bencana dan lain-lain. Ancaman atas keamanan juga dapat berupa ancaman
20
T.Buthe, Governance trough Private Authority: Non State Actors in World Politics, Journal of
International Affairs, vol. 58, no. 1, Fall 2004, p. 281
21
S.Strange, State and Market,Pinter Publisher, London,1988, p.24
22
Strange, 1988, p.25
23
Strange, 1988, p.45
9
dari kekuatan-kekuatan alam atau juga dari manusia sendiri dan ancaman tersebut juga
dapat bersifat lokal maupun global.
Struktur kedua adalah struktur produksi atau production structure.
Struktur
produksi oleh Strange didefinisikan sebagai jumlah dari semua pengaturan yang
menentukan apa yang diproduksi, oleh siapa dan untuk siapa, dengan metode apa dan
dalam bentuk apa.24 Produksi ini merupakan dasar dari ekonomi politik. Hal ini
disebabkan adanya hubungan yang dekat antara lokus dari kekuatan komunitas dan
struktur produksi dan tidak ada seorang politik ekonomis yang menyangkal hal tersebut.
Struktur produksi ini juga yang menjadi bahasan utama dari Marxist.
Dalam ekonomi politik internasional, power merupakan kekuasaan yang dipegang
oleh orang-orang yang dapat menawarkan atau menolak keamanan, dan oleh orangorang yang mengelola penciptaan kekayaan dengan produksi, namun menurut strange
selain struktur keamanan dan struktur produksi, satu hal yang tidak kalah pentingnya
adalah struktur finansial atau financial structure. Struktur finansial ini didefinisikan
sebagai jumlah dari semua faktor yang menentukan persyaratan yang mata uang
dipertukarkan satu sama lain. 25
Struktur terakhir yang melengkapi ketiga struktur sebelumnya adalah struktur
pengetahuan atau knowledge structure. Menurut Susan Strange kekuatan dari
pengetahuan atau knowledge adalah salah satu kekuatan yang telah diabaikan dan
diremehkan. Walaupun kekuatan ini tidak lebih penting dari ketiga kekuatan
sebelumnya, namun kekuatan dari pengetahuan dapat menjadi kekuatan yang
berpengaruh dalam ketiga kekuatan sebelumnya.
Struktur pengetahuan menentukan apa yang pengetahuan temukan, bagaimana
pengetahuan tersebut disimpan oleh seorang, Bagaimana orang tersebut berkomunikasi,
dengan cara apa orang tersebut berkomunikasi kepada siapa orang tersebut
berkomunikasi dan dengan bentuk apa orang tersebut berkomunikasi.
“A knowledge structure determine what knowledge is discovered, how it is stored,
and who communicates it by what means to whom and on what terms.‖26
Pengetahuan sebagai public good, dapat dikatakan sebagai barang yang mudah
dipindahkan atau diteruskan. Kita mempelajarinya dari sistem komunikasi misal
24
Strange, 1988, p.62
Strange, 1988, p.88
26
Strange, 1988, p.117
25
10
melalui, buku, film, gambar, guru dan perantara lainnya. Pengetahuan juga sangat
mudah untuk disimpan. Lebih dari semua struktur, kekuatan ini berasal dari struktur
pengetahuan yang terjadi kurang dari kekuasaan koersif dan persetujuan lebih, otoritas
yang diberikan secara sukarela atas dasar sistem kepercayaan bersama dan pengakuan
pentingnya orang yang memiliki pengetahuan dan akses atau kontrol atas sarana yang
sangat disimpan dan dikomunikasikan.27
Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis permasalahan dengan
memfokuskan pada knowledge structure. Seperti telah dijelaskan dalam beberapa
literatur bahwa proses pembuatan standard, peran para ahli tidak dapat dikesampingkan.
E. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam pembuatan tulisan ini menggunakan metode kualitatif
melalui studi literatur dengan berfokus pada kasus sertifikasi FSC di Rusia dan Brasil.
Sumber data meliputi data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini adalah data yang akan
diperoleh melalui telaah pustaka (library research) dari pelbagai sumber, seperti berita, buku,
jurnal, dan jurnal online tulisan ilmiah, berita, serta dokumen yang terkait dengan objek
penelitian yang diangkat.
F. Hipotesis
Dalam organisasinya, FSC didukung oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
bergerak di bidang lingkungan yang memiliki reputasi internasional. Dukungan yang berasal
dari ahli-ahli yang berasal dari LSM lingkungan yang memiliki reputasi internasional
memiliki pengaruh terhadap sertifikat yang dikeluarkan oleh FSC. Selain pengaruh dari para
ahli sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan kontrol atas isi dalam standar tersebut,
bayangan akan insentif yang akan diterima, juga menjadi pertimbangan bagi penerapan
standardisasi oleh FSC ini.
Oleh karena itu berdasarkan pada reviu literatur dan dengan menggunakan konsep rezim
internasional dan structural power maka hipotesis penelitian ini adalah aturan main yang
dimiliki oleh FSC dapat menjadi standard perdagangan kayu internasional diduga karena:
1. Adanya kendali FSC atas Structural Power terutama pada struktur pengetahuan
2. FSC memberikan insentif dan disinsentif terhadap pelaku perdagangan kayu.
27
Strange, 1988, p.118
11
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan terdiri dari lima bab, yaitu Bab I akan berisi mengenai pendahuluan
yang akan menjabarkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, reviu literatur, kerangka konsep, metode penelitian dan hipotesis.Pada
Bab II akan mendiskripsikan tentang sejarah standarisasi hingga munculnya standarisasi
dengan isu lingkungan serta menjabarkan tentang FSC dan standarisasi yang dimilikinya
sehingga produk sertifikasinya dapat diakui di dunia internasional Pada Bab III akan
diuraikan mengenai kepatuhan terhadap FSC sebagai sebuah rezim internasional. Bab IV
merupakan analisis yang berupa eksplanatif dari standarisasi produk kayu oleh FSC hingga
sertifikat yang dikeluarkan oleh FSC dapat diterapkan di dunia internasional. Sedangkan pada
Bab V adalah bagian penutup yang akan berisi kesimpulan.
12
Download