BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan global adalah isu yang paling hangat saat ini. Negara-negara berlomba dalam melakukan perdagangan di dunia internasional. Kebutuhan terhadap barang dan jasa yang tidak dapat penuhi pada suatu negara membuat perdagangan semakin mengglobal. Globalisasi ekonomi dan perdagangan ini juga ditopang oleh ketersediaan infrastuktur yang memungkinkan dilakukannya perdagangan lintas batas negara dalam waktu yang relatif cepat.1 Perdagangan jarak jauh sebenarnya telah dilakukan oleh orang-orang selama ratusan tahun, namun perdagangan global yang pertama kali baru dilakukan pada abad ke-19. Gelombang pertama globalisasi ini dikendalikan oleh interaksi antara perubahan teknologi dan politik.2 Perubahan teknologi dalam hal ini adalah dengan adanya penemuan mesin uap dan mesin telegraf. Sejarah awal perdagangan global tersebut menjadi tonggak dalam perdagangan bebas saat ini. Dengan semakin intensifnya perdagangan yang dilakukan antar negara di dunia ini, memunculkan kesepakatan untuk membuat standard-standard pada barang yang diperdagangkan. Standard tersebut diterapkan guna menyederhanakan produksi, memperluas pasar dan juga jaminan bagi konsumen pada produk yang dibelinya. Sertifikasi pada produk hasil hutan seperti kayu merupakan bentuk sertifikasi yang menjadi jaminan atas sebuah produk bagi konsumennya. Sertifikasi ini muncul sebagai sebuah respon pada meningkatnya perhatian internasional pada degradasi hutan secara global, terlebih pada penebangan hutan yang dilakukan secara ilegal.3 Kekuatiran tersebut menimbulkan semakin maraknya sertifikasi hutan dan kayu yang dikeluarkan oleh beberapa lembaga standarisasi kehutanan dan produk hasil hutan. Salah satu sertifikasi untuk produk yang berbahan dasar kayu adalah sertifikasi yang dikeluarkan oleh Forest Stewardship Council (FSC). FSC adalah lembaga non-profit yang mendedikasikan organisasinya untuk mempromosikan mengenai tanggung jawab pengelolaan 1 B.Winarno, Isu-Isu Global Kontemporer, CAPS, Yogyakarta, 2011, p.33 T. Oatley, International Political Economy, 5th edn, Pearson Longman, New York, 2011, p. 15 3 L.H. Gulbrandsen, Transnational Environmental Governance The Emergence and Eff ects of the Certifi cation of Forests and Fisheries, Edward Elgar, Northhampton United Kingdom, 2010,p.44 2 1 hutan di dunia. 4 Sertifikasi ini merupakan sertifikasi yang yang bersifat sukarela dan merupakan bentuk jaminan bahwa pemilik usaha yang menggunakan bahan dasar kayu, seperti pengusaha furnitur telah memenuhi standard-standard yang ditetapkan oleh organisasi ini. Standard-standard yang ditetapkan berupa standard eco-labelling dan terutama asal-usul kayu yang digunakan. Aturan main yang dimiliki oleh FSC ini diakui oleh dunia internasional sehingga banyak pembeli yang berasal dari mancanegara terutama dari wilayah Amerika Utara dan Uni Eropa mensyaratkan sertifikasi FSC ini dalam perdagangan kayu dan produk turunannya. Sertifikasi pertama yang dikeluarkan FSC pada awal pendiriannya adalah sertifikasi pengelolaan hutan di Mexico dan sertifikasi lacak balak untuk area Amerika Serikat pada tahun 1993. Jumlah sertifikasi terus meningkat setiap tahunnya, hingga pada tahun 1998 sejumlah 10 juta hektar hutan telah tersertifikasi oleh FSC. Peningkatan signifikan pengguna sertifikasi oleh FSC juga meningkat terutama pada tahun 2003. Pada tahun ini, sebanyak 20.000 produk bersertifikat FSC berada di pasar dunia dan 40 juta hektar area juga telah tersertifikasi FSC. Pada tahun 2008, jumlah sertifikasi FSC kembali meningkat, hingga pada tahun ini lebih dari 100 juta hektar area telah tersertifikasi oleh Prinsip dan Kriteria FSC yang terdistribusi lebih dari 79 negara. Hingga pada tahun 2015, telah lebih dari 29.000 sertifikat lacak balak telah dikeluarkan oleh FSC dan lebih dari 1300 sertifikat pengelolaan hutan dengan luas total area 184.798.917 hektar hutan diseluruh dunia telah dikeluarkan5. Sebagai negara produksi kayu di dunia, sertifikasi FSC banyak digunakan di Brasil dan Rusia. Rusia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang banyak menggunakan standarisasi dan sertifikasi FSC. Pada tahun 2015 jumlah area di Rusia yang telah tersertifikasi FSC sebesar 3.872.897 Ha dengan jumlah sertifikasi 120. Sedangkan Brasil, menjadi negara di Amerika Latin yang memiliki jumlah area yang telah tersertifikasi sebesar 6.559.085 Ha dengan jumlah sertifikasi 106. Di Amerika Latin, Brasil termasuk negara yang memiliki area tersertifikasi FSC paling Luas. Jumlah perusahaan kayu yang menggunakan sertifikasi FSC pun terus meningkat di kedua negara tersebut setiap tahunnya. 4 Forest stewardship council, who we are (daring), < https://ic.fsc.org/about-us.1.htm> diakses tanggal 29 November 2014 5 Facts&Figures Oktober 2015, Forest Stewardsip Council, (daring) https://ic.fsc.org/preview.factsfigures-october-2015.a-5127.pdf diakses tanggal 11 Desember 2015 2 Peningkatan jumlah sertifikasi yang dikeluarkan oleh FSC setiap tahunnya, terutama di Rusia dan Brasil menjadi latar belakang dari penelitian ini. Sebagai sebuah organisasi non negara FSC mampu menerapkan aturan mainnya menjadi standar yang digunakan di banyak negara dan mampu menembus kedaulatan negara-negara tersebut. Dengan menggunakan konsep rezim internasional dan structural power, penelitian ini akan melihat pengaruh yang dimiliki oleh FSC sehingga mampu menerapkan standardnya di tingkat Internasional dengan studi kasus penerapan standarisasi dan sertifikasi FSC di Rusia dan Brasil B. Reviu Literatur Maraknya perdagangan yang dilakukan di era liberalisasi ekonomi dan maraknya perdagangan yang dilakukan lintas negara, maka dibutuhkan standard yang diperlukan untuk kemudahan perdagangan, perjalanan, dan kolaborasi antar negara Standarisasi ini akan mencakup semua disiplin dari ilmu pengetahuan, pengukuran, kualitas, manufaktur, ilmu lingkungan, keselamatan, dan perdagangan. Standard tersebut dikelola oleh pelbagai macam organisasi, baik yang bersifat swasta maupun negara. Dalam penelitian ini, standard yang hendak diteliti adalah standard yang dikelola oleh organisasi swasta dan standard yang bersifat voluntary. Penerapan standard pada perusahaan-perusahaan diyakini mampu memperlancar interaksi yang terjadi. Dengan telah terstandarisasinya sebuah produk tentu akan meningkatnya kepercayaan dari pengguna produk tersebut, dengan meningkatnya kepercayaan tersebut menunjukan lancarnya interaksi. Kelancaran interaksi tersebut tentu akan membuat keuntungan meningkat. Namun dibalik itu semua, dengan munculnya agensi-agensi pemberi standard yang bersifat voluntary membuat kedaulatan sebuah negara tak lagi memiliki arti. Bahkan standard yang dimiliki oleh negara terkadang tidak dapat digunakan sebagai standard yang diakui oleh dunia internasional. Oleh karena itu banyak perusahaan-perusahaan yang menggunakan standarisasi internasional yang justru bersifat voluntary tersebut untuk meningkatkan reputasi perusahaannya sehingga dapat meningkatkan perdagangannya di tingkat internasional. Untuk mengambarkan situasi tersebut, terdapat beberapa tulisan yang menjelaskan cara kerja standard tersebut hingga mampu memberikan pengaruhnya di dunia internasional. Dalam tulisan Regulatory Credibility and Authority through Inclusiveness: Standardization Organization in Cases of Eco Labelling, membahas mengenai organisasi standard di bidang eco labelling. FSC dikategorikan sebagai sebuah organisasi eco labelling. 3 Kesadaran akan keberlangsungan lingkungan menjadi banyak perhatian akhir-akhir. Oleh karena itu para ahli, pembuat kebijakan, aktor bisnis, dan masyarakat melihat eco labelling ini sebagai sebuah strategi yang sangat berguna dalam menghadapi permasalahan lingkungan. 6 Dalam tulisan ini dijabarkan mengenai dua organisasi di bidang eco labelling yang berada di Swedia, yaitu KRAV (The Association for Control or Organic Production) dan Forest Stewardship Council (FSC). Pembahasan mengenai kedua lembaga eco labelling diawali dengan sejarah awal berdirinya dua lembaga tersebut. KRAV didirikan oleh empat organisasi dengan gerakan organik Swedia. KRAV merupakan organisasi pioner di Swedia yang memperkenalkan Swedia pada eco labelling. Tujuan dari KRAV adalah menciptakan skema labelling yang kredibel pada makanan organik. Selanjutnya tulisan tersebut menjelaskan mengenai cara eco labelling dalam menciptakan kredibilitas dan kewenangannya. Kredibilitas dan kewenangan lembaga pembuat standard dan sertifikasi diperoleh dengan melibatkan semua sumber, tidak terkecuali negara, walaupun negara tidak menjadi anggota dari lembaga-lembaga tersebut, namun organisasi-organisasi tersebut memiliki hubungan yang dekat dengan negara. Otoritas dapat eksis ketika individual atau organisasi memiliki kekuatan pembuat kebijakan atas sebuah isu dan hal tersebut akan menghasilkan kekuatan legitimasi.7 Sedangkan kredibilitas yang dapat didefinisikan sebagai sebuah persepsi dan asumsi yang dikendalikan oleh aktor atau agen yang terpercaya, bertanggung jawab, diinginkan dan sesuai.8 Meskipun otoritas dan kredibilitas memiliki makna yang berbeda namun keduanya dapat berasal dari sumber yang sama. Selain didapat dari aktor-aktor, sumber kekuatan organisasi pembuat standard selain dari kekuatan sumber yang berasal dari aktor-aktor yang berada di balik organisasi tersebut, krediblitas juga dapat diperoleh dari sumber yang bersifal simbolik seperti nama dan logo yang mudah dikenali. Dalam tulisan ini juga digambarkan bahwa negara ternyata memiliki peranan penting dalam melegitimasi kedua organisasi ini, walaupun negara sebenarnya adalah terget dari standard yang ditetapkan oleh dua organisasi ini. Dalam tulisan Rules that many Use: Standards and Global Regulation mengklaim dalam perspektif fenomena voluntary regulation, standard digambarkan sebagai aturan yang berbasiskan keahlian. Hal ini merupakan titik tolak mengenai bagaimana global standard 6 M. Bostrom, Regulatory credibility and Authority through Inclusiveness: Standardization Organization in Cases of Eco Labelling, Organization Vol 13(3), London, 2006, p.346 7 Bostrom, 2006 p.351 8 Bostrom, 2006 p.351 4 bekerja. Peran penting dari standard yang bermain pada regulasi pasar finansial mengkonfirmasi kesan bahwa standard merupakan hal yang penting di sektor internasional.9 Insentif bagi pengguna standard juga menjadi daya tarik bagi negara sehingga menerapkan standard-standard yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga swasta. Seperti pada lembaga rating, yang mampu membuat sebuah negara menerapkan standard-standard dari lembaga rating tersebut demi untuk mendapatkan peringkat yang bagus. Seperti dituliskan oleh Cooley dalam ―The Emerging Politics of International Ranking and Ratings”. Dalam tulisan tersebut menggambarkan mengenai cara yang dilakukan oleh lembaga rating dalam mempengaruhi sebuah negara dalam menerapkan standard-standard yang mereka miliki, yaitu dengan melakukan pemberian insentif berupa peringkat. Karena peringkat inilah yang akan menjadi tolak ukur bagi sebuah negara dan peringkat yang diberikan pada sebuah negara akan mempengaruhi kepentingan bisnis dan investasi, yang akan dilakukan di negara tersebut. Peran ahli dalam proses regulasi dan penetapan standard juga dijelaskan dalam tulisan Standardising Through Concepts: Scientific Experts and the International Development of the HACCP Food Safety Standard. Dalam tulisan ini digambarkan mengenai proses penyebaran sebuah standard, yang dalam tulisan ini menggunakan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) atau standard keamanan pangan sebagai studi kasus. Tulisan ini melihat pada aktor dan mekanisme di balik perluasan simultan dari konsep universal dan pemberian mereka oleh pengguna, untuk sampai pada gambaran dan nuansa yang lebih baik mengenai pengaruh ahli dalam pembentukan standard internasional.10 Pelbagai penelitian penyebaran standard di dunia telah coba dianalisis dengan pelbagai macam teori. Proses penetapan standard tersebut mewakili kelembagaan pengaturan dan distribusi kekuasaan. Aktor yang menyediakan solusi untuk masalah koordinasi dan konektivitas adalah mereka yang dominan. Ini adalah hegemoni organisasi atau negara-negara tertentu atas orang lain yang memungkinkan mereka untuk memaksakan standard mereka sendiri atau untuk membuat standard-standard ini menarik sebagai bentuk kompromi antara mereka dan lawan mereka.11 Analisa lain yang coba ditawarkan dalam tulisan ini adalah pengembangkan perspektif institusionalis standarisasi yang menganggap standard sebagai 9 D.Kerwer, Rules that many Use:Standards and Global Regulation, Governance :an International Journal of Policy, Administration, and Institution Vol 18, No 4, Oxford, 2005 p.628 10 D.Demortain, Standardising Through Concepts: Scientific Experts and the International Development of the HACCP Food Safety Standard, Economic and social research centre, The London school of economics and political science, Discusion paper No.45, London, 2007 p.2 11 Demortain, 2007 p.5 5 bentuk yang berbeda dari regulasi (sebagai lawan arahan dan norma-norma) dan standardsetter sebagai aktor yang menghindari otoritas negara dan mengatur dengan berarti mereka sendiri. 12 Sikap kewirausahaan aktor non-negara seperti LSM dan individual expertise menjadi faktor penting dibalik dari fenomena dari penyebaran standard dan norma-norma. Kemampuan mereka untuk menyebarkan informasi dan ide-ide sedemikian rupa akhirnya dapat mempengaruhi preferensi aktor, terutama pada kekuasaan pengambilan keputusan. Pada tulisan ini mengambarkan mengenai peran penting ahli ilmiah dalam proses mempengaruhi dan mempromosikan HACCP melalui keterlibatan para ahli itu dalam setiap arena dimana pedoman HACCP tersebut dibuat. Mereka disalurkan ke dalam suatu proses yang berkesinambungan dari penyempurnaan dari konsep, mempertahankan dominasinya13 Berkaitan dengan tulisan diatas, penelitian ini juga berupaya untuk menyajikan analisis tentang kekuatan di balik organisasi FSC sebagai pembuat standard produk berbahan dasar kayu sehingga standard-standard tersebut dapat digunakan dan diterapkan di seluruh dunia terutama di Rusia dan Brasil. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan literatur reviu yang telah diuraikan diatas,dan dengan menggunakan studi kasus pada negara Rusia dan Brasil maka penelitian ini merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Mengapa aturan main Forest Stewardship Council menjadi standard dalam perdagangan kayu international? D. Kerangka Konsep Penelitian ini akan menggunakan konsep rezim internasional dan structural power khususnya knowledge structure untuk melihat kerja kekuatan pengetahuan pada standardstandard dari FSC sehingga dapat di terima di dunia internasional. 1. Rezim Internasional Rezim Internasional didefinisikan oleh Stephen Krasner sebagai seperangkat norma-norma, peraturan-peraturan dan prosedur pembuatan keputusan baik yang eksplisit maupun Imlplisit dimana semua harapan para aktor berkumpul dalam 12 13 Demortain, 2007 p.5 Demortain, 2007 p.13 6 hubungan internasional.14 Rezim international ini dapat dikatakan sebagai sebuah konsekuensi dari kerjasama internasional. Rezim internasional ini biasanya dibentuk untuk mengatur sebuah kerjasama yang telah dibentuk agar dapat lebih efektif, karena dalam rezim internasional terdapat aturan-aturan, prosedur yang dapat mengatur aktor yang terlibat didalamnya karena rezim internasional terkait dengan proses pembuatan kebijakan yang terkait dengan semua aktor yang terlibat. Definisi lain diungkapkan oleh Keohane dan Nye yang mendefinisikan rezim sebagai seperangkat peraturan pemerintah yang di dalamnya termasuk jaringan-jaringan aturan, norma, dan prosedur yang mengatur perilaku serta mengontrol dampakdampaknya.15 Sedangkan Oran Young memandang rezim sebagai suatu institusi sosial yang mampu menampung dan meregulasi pelbagai kepentingan yang bersifat spesifik dari para aktor internasional.16 Dari definisi yang diberikan tersebut rezim internasional dapat diartikan sebagai suatu tatanan berisi prinsip, norma, aturan, baik bersifat eksplisit maupun implisit yang didalamnya terdapat pengharapan aktor-aktor yang juga memuat kepentingan dari aktor-aktor dan pada akhirnya diterima dan disepakati oleh mereka. Rezim harus dipahami sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar ‖perjanjian sementara‖ (temporary agreement) yang mengalami perubahan setiap kali terjadi perpindahan atau pergeseran dalam ‖power‖ atau ‖interest‖17. Perjanjian menurut Krasner bersifat ad hoc, sedangkan tujuan dari rezim tersebut untuk memfasilitasi pembuatan perjanjian tersebut dengan memberikan kerangka aturan, prinsip, norma dan prosedur negosiasi.18 Padangan Krasner terebut mempertegas bahwa rezim bukan hanya sebagai perjanjian yang mengikat di antara aktor-aktor, melainkan sebagai sebuah aturan, norma dan prinsip yang menjadi dasar dari terbentuknya sebuah perjanjian. Dalam formula lain, Donald J. Puchala dan Raymond F. Hopkins menyatakan bahwa rezim internasional mempunyai 5 ciri utama, yaitu: 1) Rezim merupakan fenomena perilaku, rezim memiliki kemampuan untuk membentuk perilaku kepatuhan terhadap prinsip-prinsip, norma dan aturan, yang mana didalamnya merupakan cerminan dari aturan hukum. Rezim bersifat 14 S.D.Krasner, Structural causes and regime consequences: regimes as intervening variables, International Organization Vol 36, No 2, Spring 1982 p.186 15 S.D.Krasner p. 186 16 O.Young, Regimes Dynamic:the rise and fall of regime international, International Organization Vol 36, No 2, Spring 1982 p.277 17 S.D.Krasner,1982 p. 186 18 S.D.Krasner,1982 p. 186 7 subyektif, dia hanya bisa eksis berdasarkan pemahaman, ekspektasi dan keyakinan para partisipannya mengenai legitimasi, kelayakan atau perilaku yang bermoral; 2) Rezim internasional dapat menciptakan mekanisme/prosedur bagi pembuatan kebijakan. Karakteristik ini menunjukkan bahwa rezim internasional bukan hanya sekedar berisikan norma substantif. Tapi lebih dari itu, rezim internasional adalah tentang bagaimana prinsip-prinsip tersebut dibuat yang melibatkan unsur-unsur seperti siapa partisipannya, kepentingan apa yang mendominasi atau yang menjadi prioritas, dan aturan apa yang dapat melindungi dari dominasi dalam proses pembuatan kebijakan; 3) Deskripsi sebuah rezim harus selalu memasukan karakter dari prinsip utama yang dapat menguatkannya, sebagaimana halnya sebuah norma dapat menetapkan kebenaran dan melarang perilaku yang menyimpang, hal ini terutama berguna untuk melakukan estimasi hirarki diantara prinsip-prinsip dan merupakan prospek untuk melakukan penegakan norma. 4) Dalam setiap rezim selalu terdapat aktor yang berperan di dalamnya. Aktor utama dalam kebanyakan rezim internasional adalah pemerintahan negarabangsa, namun organisasi internasional, transnasional dan juga subnational terkadang juga menjadi partisipasi peran mereka sebagai partisipan sangat krusial, yakni menciptakan, menjalankan, dan mematuhi aturan yang telah dibuat; 5) Rezim internasional eksis dalam setiap permasalah substantif dalam hubungan internasional yang mana pola tingkah laku dapat diamati. Disinilah prinsip rezim hadir untuk mencocok nilai-nilai, tujuan-tujuan, dan prosedur pembuatan kebijakan yang dapat mengakomodir kepentingan dan kebutuhan semua partisipan.19 Dinamisnya perkembangan hubungan internasional juga mempengaruhi kedinamisan dari rezim internasional. Setelah stagnan pada 1980-an, jumlah dan kegiatan organisasi internasional non-pemerintah (LSM) dan aktor non-negara lainnya telah tumbuh lagi sepanjang 1990-an, hal ini memberikan kontribusi untuk minat ilmiah 19 Donald and puchala, International regimes: lessons from inductive analysis, nternational Regimes, Cornell University Press, Ithaca, 1983, p. 62-63 8 baru dalam sifat dan pengaruh aktor-aktor non - negara di dunia politik. 20 Munculnya aktor-aktor non negara juga turut mempengaruhi rezim internasional. Rezim internasional saat ini tidak hanya melibatkan negara saja, melainkan juga aktor non negara atau juga disebut sebagai Private International Regime atau Rezim Internasional bukan Negara. 2. Structural Power Structural power dijelaskan oleh Susan Strange sebagai kekuatan untuk membentuk dan menentukan struktur ekonomi politik global di mana negara-negara lain, lembaga-lembaga politik mereka, usaha ekonomi mereka dan (paling tidak) ilmuwan dan orang-orang profesional lainnya harus beroperasi.21 Structural power, singkatnya, menganugerahkan kekuatan untuk memutuskan bagaimana hal-hal akan dilakukan, kekuatan untuk membentuk kerangka kerja yang menyatakan berhubungan satu sama lain, berhubungan dengan orang, pantau berhubungan dengan perusahaan perusahaan.22 Structural Power ini menurut Susan Strange, tidak hanya terdapat pada satu struktur atau strange menyebutkan sebagai single structure, namun dalam empat struktur terpisah yang dibedakan namun masih saling terkait yang diperlukan untuk meneguhkan kekuasaan dalam teori international structural power yang digagas oleh Susan Strange dalam buku State and Market. Keempat struktur tersebut adalah security structure, production structure, financial structure,dan knowledge structure. Pandangan Susan Strange ini berbeda dengan pandangan dari Marxist maupun Neo-Marxist yang memandang bahwa structural power hanya pada struktur produksi saja. Struktur keamanan atau security structure dalam ekonomi politik dijelaskan sebagai sebuah kerangka kekuasaan yang diciptakan oleh penyediaan keamanan dengan beberapa manusia untuk orang lain.23 Keamanan sebagai sebuah kebutuhan dasar manusia seperti terancamnya manusia dari kematian, namun bukan keamanan seperti hal tersebut saja yang mengancam, namun juga keamanan atas kelaparan, kemanan dari penyakit, bencana dan lain-lain. Ancaman atas keamanan juga dapat berupa ancaman 20 T.Buthe, Governance trough Private Authority: Non State Actors in World Politics, Journal of International Affairs, vol. 58, no. 1, Fall 2004, p. 281 21 S.Strange, State and Market,Pinter Publisher, London,1988, p.24 22 Strange, 1988, p.25 23 Strange, 1988, p.45 9 dari kekuatan-kekuatan alam atau juga dari manusia sendiri dan ancaman tersebut juga dapat bersifat lokal maupun global. Struktur kedua adalah struktur produksi atau production structure. Struktur produksi oleh Strange didefinisikan sebagai jumlah dari semua pengaturan yang menentukan apa yang diproduksi, oleh siapa dan untuk siapa, dengan metode apa dan dalam bentuk apa.24 Produksi ini merupakan dasar dari ekonomi politik. Hal ini disebabkan adanya hubungan yang dekat antara lokus dari kekuatan komunitas dan struktur produksi dan tidak ada seorang politik ekonomis yang menyangkal hal tersebut. Struktur produksi ini juga yang menjadi bahasan utama dari Marxist. Dalam ekonomi politik internasional, power merupakan kekuasaan yang dipegang oleh orang-orang yang dapat menawarkan atau menolak keamanan, dan oleh orangorang yang mengelola penciptaan kekayaan dengan produksi, namun menurut strange selain struktur keamanan dan struktur produksi, satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah struktur finansial atau financial structure. Struktur finansial ini didefinisikan sebagai jumlah dari semua faktor yang menentukan persyaratan yang mata uang dipertukarkan satu sama lain. 25 Struktur terakhir yang melengkapi ketiga struktur sebelumnya adalah struktur pengetahuan atau knowledge structure. Menurut Susan Strange kekuatan dari pengetahuan atau knowledge adalah salah satu kekuatan yang telah diabaikan dan diremehkan. Walaupun kekuatan ini tidak lebih penting dari ketiga kekuatan sebelumnya, namun kekuatan dari pengetahuan dapat menjadi kekuatan yang berpengaruh dalam ketiga kekuatan sebelumnya. Struktur pengetahuan menentukan apa yang pengetahuan temukan, bagaimana pengetahuan tersebut disimpan oleh seorang, Bagaimana orang tersebut berkomunikasi, dengan cara apa orang tersebut berkomunikasi kepada siapa orang tersebut berkomunikasi dan dengan bentuk apa orang tersebut berkomunikasi. “A knowledge structure determine what knowledge is discovered, how it is stored, and who communicates it by what means to whom and on what terms.‖26 Pengetahuan sebagai public good, dapat dikatakan sebagai barang yang mudah dipindahkan atau diteruskan. Kita mempelajarinya dari sistem komunikasi misal 24 Strange, 1988, p.62 Strange, 1988, p.88 26 Strange, 1988, p.117 25 10 melalui, buku, film, gambar, guru dan perantara lainnya. Pengetahuan juga sangat mudah untuk disimpan. Lebih dari semua struktur, kekuatan ini berasal dari struktur pengetahuan yang terjadi kurang dari kekuasaan koersif dan persetujuan lebih, otoritas yang diberikan secara sukarela atas dasar sistem kepercayaan bersama dan pengakuan pentingnya orang yang memiliki pengetahuan dan akses atau kontrol atas sarana yang sangat disimpan dan dikomunikasikan.27 Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis permasalahan dengan memfokuskan pada knowledge structure. Seperti telah dijelaskan dalam beberapa literatur bahwa proses pembuatan standard, peran para ahli tidak dapat dikesampingkan. E. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam pembuatan tulisan ini menggunakan metode kualitatif melalui studi literatur dengan berfokus pada kasus sertifikasi FSC di Rusia dan Brasil. Sumber data meliputi data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini adalah data yang akan diperoleh melalui telaah pustaka (library research) dari pelbagai sumber, seperti berita, buku, jurnal, dan jurnal online tulisan ilmiah, berita, serta dokumen yang terkait dengan objek penelitian yang diangkat. F. Hipotesis Dalam organisasinya, FSC didukung oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang lingkungan yang memiliki reputasi internasional. Dukungan yang berasal dari ahli-ahli yang berasal dari LSM lingkungan yang memiliki reputasi internasional memiliki pengaruh terhadap sertifikat yang dikeluarkan oleh FSC. Selain pengaruh dari para ahli sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan kontrol atas isi dalam standar tersebut, bayangan akan insentif yang akan diterima, juga menjadi pertimbangan bagi penerapan standardisasi oleh FSC ini. Oleh karena itu berdasarkan pada reviu literatur dan dengan menggunakan konsep rezim internasional dan structural power maka hipotesis penelitian ini adalah aturan main yang dimiliki oleh FSC dapat menjadi standard perdagangan kayu internasional diduga karena: 1. Adanya kendali FSC atas Structural Power terutama pada struktur pengetahuan 2. FSC memberikan insentif dan disinsentif terhadap pelaku perdagangan kayu. 27 Strange, 1988, p.118 11 G. Sistematika Penulisan Penelitian ini akan terdiri dari lima bab, yaitu Bab I akan berisi mengenai pendahuluan yang akan menjabarkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, reviu literatur, kerangka konsep, metode penelitian dan hipotesis.Pada Bab II akan mendiskripsikan tentang sejarah standarisasi hingga munculnya standarisasi dengan isu lingkungan serta menjabarkan tentang FSC dan standarisasi yang dimilikinya sehingga produk sertifikasinya dapat diakui di dunia internasional Pada Bab III akan diuraikan mengenai kepatuhan terhadap FSC sebagai sebuah rezim internasional. Bab IV merupakan analisis yang berupa eksplanatif dari standarisasi produk kayu oleh FSC hingga sertifikat yang dikeluarkan oleh FSC dapat diterapkan di dunia internasional. Sedangkan pada Bab V adalah bagian penutup yang akan berisi kesimpulan. 12