problematik nilai moral dan religi dalam kumpulan cerpen anak

advertisement
PROBLEMATIK NILAI MORAL DAN RELIGI DALAM
KUMPULAN CERPEN ANAK “AKU ANAK BAIK” KARYA
ANISA WIDIARTI
Yulia Tutik Nurfia
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Penelitian cerpen anak ini dilatarbelakangi bahwa cerpen
anak selalu tampak penuh dengan insidendan kejadian-kejadian,
sehingga tampak kekurangan penggambaran watak-watak tokoh
secara jelas yang hanya semata-mata menyajikan cerita dengan
menangkap kejadian-kejadian saja. Penelitian ini memokuskan kajian
problematik edukatif dalamcerpenanak Aku Anak Baik karya Anisa
Widiyarti. Cerpen ini dijadikan objek penelitian karena mengandung
nilai edukatif yang menjadi konsumsi anak. Tujuan penelitian
mendeskripsikan problematik nilai moral dan religi cerpen anak
media terpilih yang di dalamnya mengekspos cerpen untuk anak.
Tujuan pendeskripsian problematik nilai-nilai edukatif dan religius
sebagai langkah untuk tinjaun bahwa terdapat permasalahan akibat
cerpen anak tampak selalu penuh dengan insiden, kejadian-kejadian
yangsemata-mata menyajikan cerita hanya dengan menangkap
kejadian-kejadian saja, sehingga tampak kekurangan penggambaran
watak-watak tokoh dengan jelas. Penelitian menggunakan pendekatan
kualitatif bersifat deskriptif. Pendekatan teori yang dipakai adalah
pendekatan analitik dan didaktik. Peneliti melakukan teknik observasi
deskriptif dalam upaya pemahaman dan interpretasi problematik
problematikedukatif terhadap kajian, sehingga menjadi bahan
penelitian secara menyeluruh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
cerita pendek anak tersebut terdapat problematik nilai moral dan
religi akibat pendeskripsian lakuan tokoh menekankan semata-mata
sekedar menyajikan ceritadengan hanya menangkap kejadiankejadian saja sebagai pesan moral. Pada cerpen itu terdapat
problematik nilai-nilai edukatif yang dapat mempengaruhi pola pikir
anak yang berimplikasi pada sikap serta perilaku anak dalam
kehidupannya sehari-hari. Problematik terjadi akibat cerpen lebih
menekankan pola cerita bersifat teoritis. Cerita tampak selalu penuh
dengan insiden dan kejadian yang semata-mata hanya menyajikan
cerita tanpa menekankan perwatakan tokoh secara jelas yang pada
dasarnya lakuan tokoh tersebut dapat memberikan keteladanan budi
pekerti luhur akhlak mulia yang nyata bagi anak.
Kata-kata kunci: Problematik, Nilai Moral, Religi, Cerpen Anak, Anisa
PENDAHULUAN
Anak dikatakan seseorang yang
memerlukan segala fasilitas, perhatian,
dorongan, dan kekuatan untuk
membuatnya bisa bertumbuh sehat dan
menjadi
mandiri
dan
dewasa.
NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 245
Keterlibatan dan tanggung jawab
penuh
orang
dewasa
untuk
membimbing anak. Pemahaman atas
diri
anak
dari
pengalaman,
pengetahuan
umum,
pemahaman
psikologis, pedagogis, sosial, hukum,
adat atau etika, budaya, bahkan religi
atau kereligiusan dapat memperkaya
pemahaman pengetahuan anak ke arah
pertumbuhan dan perkembangannya.
Untuk itu, dalam berpikir mengenai
anak, kehidupan, bacaan, serta
bermacam persoalan yang berkaitan
dengan anak, secara sadar meletakkan
semuanya dalam konteks budaya anakanak (Sarumpaet, 2010:4).
Pada
masa
kanak-kanak
diharapkan memperoleh pengetahuan
dasar yang dipandang sangat penting
bagi persiapan dan penyesuaian diri
terhadap kehidupan di masa dewasa.
Anak
diharapkan
mendapatkan
keterampilan-keterampilan
tertentu
seperti keterampilan membantu diri
sendiri,
keterampilan
sosial,
keterampilan
sekolah,
dan
keterampilan bermain (Iskandarwassid,
2013:140).
Dengan
mengacu
perkembangan anak secara kognitif,
sosial, dan moral dikatakan anak
adalah manusia utuh yang memerlukan
perkembangan. Dengan buku cerita
yang mereka baca, sesungguhnya telah
menyediakan pengetahuan, mendidik
mereka yang dapat diterjemahkan
sebagai pembekalan hidup dan masa
depannya (Sarumpaet, 2010:7).
Menurut Tanuwijaya (2010: 5.55.6) terdapat tiga hal ciri sastra anak
yang membedakan dengan sastra orang
dewasa. Ketiga hal tersebut adalah
adanya unsur pantangan, sajian yang
dilakukan
dengan
gaya
secara
langsung, adanya fungsi terapan.
Secara umum, sastra anak harus
menghindari tema atau amanat yang
tidak menyangkut permasahan seks,
cinta yang erotis, dendam yang
menimbulkan kebencian, kekejaman,
prasangka buruk, dan kematian.
Penyajian
dengan
gaya
secara
langsung
dimaksudkan
cerita
dideskripsikan secara singkat dan
langsung menuju sasaran. Pemaparan
bersifat dinamis dan dalam ruang
lingkup permasalahan yang tetap satu
jalinan. Sedangkan fungsi terapan
dikatakan sastra anak sajian cerita yang
ditampilkan harus bersifat informatif
dan mengandung unsur-unsur yang
bermanfaat, baik secara nilai moral
(akhlak mulia dan budi pekertiluhur).
Hasanudin (2009:158) cerpen
adalah cerita rekaan yang memusatkan
diri pada satu tokoh dalam dalam satu
situasi pada satu saat, hingga
memberikan kesan tunggal terhadap
pertikaian yang mendasari cerita.
Menurut
Nurgiyantoro
(2010:10)
cerpen sesuai dengan namanya adalah
cerita pendek. Akan tetapi, berapa
ukuran panjang pendek tidak terdapat
aturannya, tidak ada satu kesepakatan
di antara pengarang dan para ahli.
Selanjutnya Nugiyantoro menjelaskan
bahwa sastrawan kenamaan Amerika
mengatakan bahwa cerpen adalah
sebuah cerita yang selesai dalam sekali
duduk, kira-kira berkisar antara
setengah sampai dua jam. Walaupun
sama-sama pendek, panjang cerpen
bervariasi. Cerpen pendek (short short
story), pendek sekali berkisar 500-an
kata, cerpen yang panjangnya cukupan
(midle short story), dan cerpen panjang
(long short story) terdiri dari puluhan
kata.
Cerita pendek anak sebagai cerita
rekaan memiliki unsur-unsur, seperti
pengarang, isi cerita, bahasa, dan unsur
fiksi. Unsur-unsur tersebut seperti
tokoh dan penokohan, alur, latar, tema,
NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 246
amanat,
sudut
pandang,
yang
semuanya
saling
berhubungan
sehingga membentuk satu cerita yang
utuh (Hasanuddin, 2009:13). Cerpen
anak biasany memiliki alur tunggal,
pelaku terbatas (jumlahnya sedikit) dan
mencakup peristiwa yang terbatas.
Kualitas tokoh dalam cerpen anak
jarang dikembangkan secara penuh.
Karena serba dibatasi, tokoh dalam
cerpen
langsung
ditunjukkan
karakternya. Artinya, karakter tokoh
langsung ditunjukkan pengarangnya
melalui narasi, deskripsi, atau dialog
dan mencakup rentang waktu yang
pendek.
Cerita pendek anak Indonesia
tampak selalu penuh dengan insideninsiden, kejadian-kejadian, sehingga
cerita
pendek
tersebut
tampak
kekurangan penggambaran watakwatak tokoh yang jelas. Cerita pendek
seringkali semata-mata menyajikan
cerita dengan mengungkap kejadiankejadian saja (Hasanudin, 2009:158).
Artinya cerita pendek itu masih tetap
pada arahan mengajak pembaca pada
pola pikir teoritis. Maksudnya,
pembaca menggunakan penalaran
untuk memutuskan apa yang harus
dipercaya saja, bukan pada alur cerita
yang mengajak pembaca pada pola
berpikir
praktis
yang
bersifat
penggunaan nalar dalam rangka
memutuskan
bagaimana
cara
bertindak.
Penceritaan lakuan tokoh yang
diarahkan pada pola berpikir tindakan
dari pada lakuan bersifat teoritis pada
deskripsi tokoh cerita pendek anak
akan memberikan proses revolusi
mental pada pola pikir anak pada
budaya yang lebih nyata. Artinya,
membentuk etos (pandangan hidup)
bukanlah pada pembicaraan teori-teori
etika yang abstrak, tetapi bagaimana
membuat
teori-teori
tersebut
tergambarkan dalam lakuan harian
tokoh pada cerita pendek anak yang
dicipta sehingga dapat mempengaruhi
tindakan sehari-hari pada anak.
Sehingga anak akan mengalami
perkembangan
pribadi
dan
pembentukan kepribadian, transmisi
cultural, integrasi sosial, inovasi moral
dengan nilai nilai moral (akhlak mulia
dan budi pekerti) yang baik. Karakter
yang baik itu akan membawa anak
menjadi bagian yang utuh dalam
dirinya yang meliputi pikiran yang
kuat dan anak yang berpikiran kuat,
hati dan kemauan yang berkualitas
(Karma, 2014:25).
Berdasarkan pada sikap dan
problematik
tersebut,
peneliti
melakukan
analisis
problematikproblematik terhadap nilai budi pekerti
luhur (nilai moral) yang muncul pada
cerita pendek anak-anak. Analisis
problematik terhadap nilai-nilai budi
pekerti luhur (nilai moral) tersebut
terfokuskan nilai moral dan religi pada
kumpulan cerita pendek anak karya
Anisa Widiyarti yang dianggap
mewakili berbagai pengarang cerita
pendek anak. Hal ini dimungkinkan
karena aktivitas pengarang yang cukup
subur dalam karyanya. Hasil penelitian
ini dapat sebagai rujukan bagi guru
sebagai bahan untuk meningkatkan
kualitas
pengajaran
berbahasa
khususnya dan pelajaran lain dengan
mengedepankan
keterampilan
berbahasa fokus sastra. Selain itu, hasil
penelitian ini bermanfaat untuk
mendorong penelitian lebih lanjut
tentang pendidikan bahasa Indonesia
SD dengan fokus pembelajaran sastra.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian
menggunakan
pendekatan
kualitatif
bersifat
NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 247
deskriptif. Pendekatan teori yang
dipakai adalah pendekatan analitik dan
didaktik
dengan
objek
kajian
“Kumpulan Cerpen Anak “Aku Anak
Baik” Karya Anisa Widiyarti. Peneliti
melakukan teknik observasi deskriptif
dalam
upaya
pemahaman
dan
interpretasi problematik nilai moral
dan religi terhadap kajian, sehingga
menjadi bahan penelitian secara
menyeluruh.
Pengumpulan
data
menggunakan
analisis
tekstual
terhadap data kebahasaan sebagai
dokumenter. Korpus data berupa
satuan kutipan meliputi nilai-nilai
edukatif;
problematik
edukatif;
implikasi edukatif terhadap pola pikir
anak, dan solusi.
HASIL PENELITAN DAN
PEMABAHSAN
Ada sejumlah problematik nilai
yang ditemukan dalam penelitian ini.
Problematik nilai dapat dipaparkan
sebagai berikut.
(1)
Problematik
nilai
moral
keteladanan, etika, dan sopan santun
Selayaknya cerita pendek anak
sebagai bagian sastra anak harus
memiliki unsur imajinasi yang
dominan, tidak boleh melupakan unsur
terapan. Sajian cerita yang ditampilkan
harus
bersifat
informatif
dan
mengandung unsur bermanfaat dalam
bentuk lakuan tindakan sebagai
keteladanan perilaku anak sebagai
pembaca dalam setiap deskripsi
perwatakan tokoh-tokoh sehingga
mampu memberikan wawasan atau
pandangan sikap dan perilaku langsung
bagi anak. Kekurangan dan minimnya
deskripsi lakuan perwatakan etika
sopan santun pada tokoh anakdalam
cerpen anak “Aku Anak Baik
Kumpulan Cerita Menjadi Anak Baik
Sesuai Tuntunan Hadits” karya Anisa
Widiyarti menyebabkan problematik
terhadap
nilai
edukatif
etika
keteladanan sopan santun sebagai salah
satu nilai budi pekerti luhur edukatif
sastra anak terjadi.
(2)
Problematik
nilai
moral
keteladanan menjaga kesehatan
Basuki (2013: 2-3) menjelaskan
bahwa etika kesehatan merupakan
sikap dan perilaku yang terkait dengan
cara bertindak yang menyangkut aspek
psikis dan fisik. Kesehatan fisik dalam
deskripsi tokoh dalam cerita pendek
anak terdeskripsikan pada keteladanan
lakuan tokoh yang mengarahkan upaya
jalan berolah raga secara teratur, pola
makan atau makan makanan yang
bergizi, pola istirahat yang cukup di
antaranya. Sedangkan kesehatan psikis
dalam deskripsi lakuan keteladanan
tokoh pada cerpen anak hendaklah
terdeskripsikan
dengan
cara
membangkitkan
sikap
seperti
menyesuaikan
disi
secara
konstruktifpada kenyataan meskipun
kenyataan itu mengandung tantangan,
secara relative bebas dari rasa tegang
dan cemas, menerima kekecewaan
untuk dipakai sebagai pelajaran dihari
depan, mengarahkan sikap permusuhan
menjadi perbuatan yang kreatif dan
konstruktif, dan orang yang jiwanya
sehat, mempunyai rasa kasih sayang
yang besar.
(3)
Problematik
nilai
moral
keteladanan taat dan berbakti
Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah mereka
yang paling baik akhlaknya (Wiyadi,
2013:
108).
Menghormati
dan
mematuhi perintah ayah dan ibu,
melaksanakan nasihat, membiasakan
bersikap sopan di mana dan kapan saja,
NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 248
berkata lembut dan tidak pernah
berkata keras, serta tidak pernak
membentak orang tua atau yang lebih
tua merupakan bagian dari sikap dan
perilaku edukatif budi pekerti luhur
akhlak mulia keteladanan taat dan
berbakti.Problematik
nilai
moral
keteladanan etika taat/patuh dan
berbakti yang ditemukan peneliti
setelah menganalisis data temuan
adalah tidak taat atas perintah orang
tua ketika disuruh, tidak berpamitan
atau ijin berpergian, tidak taat perintah
orang tua dan tidak taat pada petuah
orang tua.
(4)
Problematik
nilai
keteladanan ketertiban,
tanggung jawab
moral
disiplin
Norma budi pekerti luhur akhlak
mulia merupakan petunjuk atau
patokan perilaku yang pantas dan
dibenarkan dalam menjalani interaksi
sosial dalam suatu masyarakat. Norma
atau etika merupakan bentuk konkret
atau nyata dari nilai sosial yang ada
dalam masyarakat yang berfungsi
sebagai alat untuk menertibkan,
menstabilkan,
dan
membentuk
keteraturan sosial; sebagai aturan atau
norma tingkah laku dalam masyarakat;
dan sebagai sistem kontrol masyarakat
(Suranto, 2013:23).
Tertib
dalam
konsep
ini
merupakan suatu kondisi yang
mencerminkan keharmonisan dan
keteraturan pada diri anak dalam
pergaulan dalam kehidupan seharihari. Tercermin antara lain dalam
penggunaan
waktu
belajar,
berhubungan
dengan
kepribadian
dalam masyarakat anak. Disiplin
berarti suatu ketaatan pada aturan dan
tata tertib dalam norma kehidupan
sehari-hari
yang
dapat
mengembangkan kepekaan batin dan
kejiwaannya.
Sikap dan perilaku problematik
norma budaya tertib dan disiplin yang
terkait dengan cara bertindak dan
bertutur terpaparkan pada sikap dan
perilaku
tokoh
tersebut
akan
mengakibatkan revolusi mental anak
(pembaca) ke arah yang kurang baik.
(5)
Problematik
nilai
moral
keteladanan menjaga kebersihan
Problematik terhadap nilai moral
keteladan kebersihan ini terjadi pada
sikap dan perilaku yang bertentangan
pada pola keteledanan pada seorang
anak tentang perilaku berbudi pekerti
luhur akhlak mulia tidak memahami
atau
diajarkan
tentang
betapa
pentingnya sikap menjaga kebersihan,
baik bersifat fisik maupun psikis atau
batin. Hadist yang menyatakan
kebersihan itu sebagaian dari iman
wajib ditanamkan anak sejak dini.
Anak
beriman
harus
menjaga
kebersihan.
(6)
Problematik
nilai
moral
keteladanan etika makan dan
minum
Islam mengatur etika makan dan
minum. Breligina etika sebelum dan
sesudah makan atau minum tertuang
dalam budi pekerti akhlak mulia etika
makan dan minum. Duduk dengan
tertib, mencuci tangan, membaca doa,
makan tidak sambil berbicara, tidak
tergesa-gesa, tidak sambil berdiri, tidak
boleh berceceran, meninggalkan sisa,
makan
secukupnya
merupakan
keteladan yang harus tertuang dalam
lakuan tokoh dalam cerpen anak.
Sehingga perilaku tersebut mampu
merubah pemahaman dan pengetahuan
anak yang selanjutnya berimplikasi
NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 249
pada perubahan perilaku mereka
(Wiyadi, 2018: 134).
Nilai itu sendiri merupakan
sesuatu yang abstrak sebagai gambaran
mengenai apayang diinginkan, yang
pantas, yang berharga, dan yang
mempengaruhi perilakusosial. Secara
garis besar nilai ini terkait benarsalahsama dengan logika, terkait
dengan baik-buruk dengan etika,
danberhubungan dengan indah-tidak
indah
dengan
estetika.
Secara
singkatdapat
dikatakan
bahwa
pendidikan budi pekerti dimaksudkan
agar peserta didik,anak didik, dalam
segala
sikap
dan
perilakunya
mencerminkan nilai budi pekertiluhur
dan beretika (Basuki, 2013:1). Nilai
budi pekerti luhur aklahk muliaetika
atau etika dalam hal makan dan minum
ini dimaksudkan sebagai sebuah nilai
yang
mampu
mendidik
dan
mengarahkan anak menjadi manusia
berbudaya, berbudi pekerti luhur,
memiliki kedewasaan dalam berpikir
dan bertingkah laku akhlak mulia
dalam berperilaku dalam makan dan
minum (Kosasih, 2012:46).
(7)
Problematik
nilai
keteladanan rasa bersyukur
moral
Dalam Islam mengajarkan betapa
pentingnya melakukan syukur disetiap
anugerah kenikmatan yang diterima.
Begitu banyak nikmat yang Allah
berikan sehingga tidak mungkin
menghitungnya sebagaimana firman
Allah yang artinya “Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah niscaya
kamu
tidak
akan
mampu
menghitungnya (Q.S An-Nah/16:18).
Sudah seharusnya dalam cerita pendek
anak dalam deskripsi lakuan itu
tersisipkan suasana keteladanan rasa
syukur yang bermakna berterima kasih
atas pemberian Allah baik berupa
nikmat jasmani, nikmat
maupun nikmat rejeki.
(8)
Problematik
nilai
keteladanan kejujuran
rohani,
moral
Peranan cerita pendek anak dalam
pertumbuhan
dan
perkembangan
pribadi anak memiliki peranan yang
cukup vital pengaruhnya dalam
pembentukan watak anak, terutama
pada usia dini. Cerita pendek sebagai
wahana bacaan anak sebagai bagian
dari media belajar perlu diperhatikan
keberadaanya. Peran pengarang dalam
pemahaman pendidikan budi pekerti
luhur dalam cipta karya cerpen anak
sangatlah besar. Pendidikan budi
pekerti luhur bukanlah pembelajaran
keteladanan yang harus dan hanya
dihafal saja oleh anak sebagai
pembaca, melainkan harus dihayati dan
dipraktikkan dalam kehidupan yang
sbenarnya. Maka faktor dominan yang
menentukan
keberhasilan
implementasi budi pekerti luhur bagi
anak
sebagai
pembaca
adalah
terdeskripsikannya
dengan
jelas
adanya keteladanan sikap akan
kejujuran dalam lakuan tokoh.
Keteladanan dari semua unsur tentang
praktik perilaku dan sikap karakter
budi pekerti luhur mutlak harus
terdeskripsikan pada lakuan tokoh
dalam cerita. Tanpa adanya deskripsi
lakuan karakter watak budi pekerti
luhur akhlak mulia yang tepat, maka
akan sukarlah untuk menanamkan
nilai-nilai budi pekerti luhur tersebut
pada anak.
(9) Problematik nilai religi keteladanan
ketakwaan menjalankan shalat
Keimanan dan ketaqwaan sangat
mempengaruhi perilaku seseorang.
Keimanan dan ketaqwaan sebaiknya
diranamkan sejak dini, dibina dan
NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 250
ditumbuhkembangkan
sesuai
keyakinan religinya. Pada dasarnya
kualitas manusia ditentukan oleh
keimanan dan ketaqwaan yang
tercermin melalui sikap dan perilaku
yang terwujud dalam menjalankan
perintah dan menjauhi larangan-Nya
(Basuki, 2013:7). Patuh beribadah
merupakan salah satu bentuk indikator
nilai
religius,
sebagaimana
disampaikan Kemendiknas (2010:9)
bahwa indikator religius sebagai sikap
dan perilaku patuh dalam menjalankan
ajaran religi yang dianutnya. Nilai
religi (religion), religius merupakan
ajaran-ajaran yang memegang vital
sebagai pedoman dalam menjalani
kehidupan secara benar, mengajarkan
hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan antarmanusia, hubungan
manusia
dengan
makhluk
lain
(sanksinya didunia dan akhirat).
Problematik terhadap nilai religi
etika melaksanakan shalat ini terjadi
pada suasana sikap dan perilaku tidak
terdapatnya keteladan di atas. Atau
dapat dikatakan pada cerita pendek
anak itu tidak atau kurang jelas
menekankan deskripsi sikap perilaku
lakuan tokoh atas nilai kereligian etika
pembelajaran melaksanakan shalat
dalam diri anak melalui deskripsi
lakuan tokoh dalam cerita.
(10)
Problematik
nilai
religi
keteladanan
ketakwaan
mengucapkan salam,
Bagi umat Islam, salam merupakan
budaya, etika sapaan resmi para
malaikat, para nabi atau rasul, dan
penghuni surga (Q.S. az-Zariyat/51).
Bentuk lain salam sebagai sarana
pengingkat persaudaraan. Jelas bahwa
salam dapat memperkuat jalinan
silaturahmi yang menumbuhkan rasa
cinta antarumat. Kondisi bangsa
Indonesia
yang
majemuk
dan
perbedaan suku yang menonjol
merupakan kondisi yang tepat untuk
menyebarkannya. Keteladanan salam
dalam etika nilai religi dalam cerpen
anak sebagai keteladanan sangatlah
memegang peranan penting bagi diri
anak.Problematik terhadap nilai religi
etika mengucapkan salam ini terjadi
pada suasana sikap dan perilaku tokoh,
terutama tidak terdapatnya keteladan
mengucapkan salam itu dalam
rangkaian alur karakter tokoh yang
diperankan dalam cerpen. Atau dapat
dikatakan pada cerita pendek anak itu
tidak atau kurang jelas menekankan
deskripsi sikap perilaku lakuan tokoh
atas nilai kereligian etika pembelajaran
melaksanakan/mengucapkan
salam
dalam diri anak melalui deskripsi
lakuan tokoh dalam cerita.
(11)
Problematik
nilai
religi
keteladanan ketakwaan berdoa
Doa berarti menunjukkan bahwa
kita selalu ingat kepada Allah Pencipta
Alam semesta. Selalu ingat akan
keberadaan
Tuhan,
seperti
mengucapkan doa ketika sebelum atau
sesudah mengerjakan sesuatu hal,
merupakan akhlak terpuji yang
menyatakan
karakter
sikapdalam
keadaan apapun selalu mengingat
Allah. Jelas sikap ini merupakan
penanda akan keimanan, ketaqwaan,
dan ketauhidan sebagai perilaku nilai
religi yang berbudi pekerti luhur yang
harus dimiliki oleh setiap anak.
Bertawakal kepada Allah merupakan
pengakuan
atau
keyakinan
terhadapadanya Allah, Tuhan pencipta
alam semesta seisinya. Pembelajaran
akan
kebesaran
Allah
yang
menciptakan alam semesta dan
seisinya melalui lakuan karakter tokoh
dalam cerita pendek anak yang
NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 251
terdeskripsikan melalui percakapan
atau dialog antartokoh ataupun uraian
lakuan sikap dan perilaku tokoh secara
seimbang ini selayaknya dalam cerita
pendek anak dituangkan. Sehingga
pada perkembangan dan pertumbuhan
pribadinya mengalami revolusi mental
religious (nilai religi) yang baik. Nilai
religi dalam manfaat pengembangan
kepribadian sangat penting bagi diri
anak
pada
masa
pertumbuhan
kepribadian.
Sehingga
dengan
mengenal pembelajaran ketawakalan,
dalam diri anak akan muncul sifat
bahwa dalam keadaan apa pun,selalu
mengingat Tuhan, selalu mengingat
kebesaran Tuhan (Wiyadi, 2013:3).
Implikasi yang mungkin terjadi
pada
anak
tersebut
timbulnya
bermacam-macam
masalah-masalah
moral dalam berkehidupan seperti (1)
meningkatnya pemberontakan remaja
atau dekadensi etika/sopan santun, (2)
meningkatnya ketidakjujuran, (3)
berkurangnya rasa hormat terhadap
orang tua, guru, teman, tetangga dan
figur-figur tertentu, (4) meningkatnya
kelompok-kelompok teman sebaya
yang buruk, (5) munculnya sikap pada
anak yang fanatik dan penuh
keburukan, (6) berbahasa tidak sopan,
(7) merosotnya etika belajar, (8)
meningkatnya sifat mementingkan diri
sendiri dan tidak jujur, (9) kurangnya
rasa tanggung jawab dan disiplin, (10)
timbulnnya gelombang perilaku yang
merusak diri sendiri, (11) timbulnya
ketidaktahuan
sopan
santun,(12)
mengabaikan pengetahuan nilai moral
dan nilai religi sebagai dasar hidup.
Berdasar pada situasi tersebut
solusi yang dapat disarankan penulis
sebagai
berikut
(1)
terhadap
pengarang, selayaknya pengarang
memperhatikan penyajian perwatakan
tokoh yang dapat menujukkan nilai
moral dan nilai religi yang jelas
sebagai keteladanan anak sebagai
pemabaca. Pendeskripsian setiap tokoh
baik protagonis, antagonis maupun
tritagonis paling tidak diberikan
deskripsi ke arah lakuan berbudi
pekerti luhur tersebut. Pengarang harus
tetap berpijak pada fungsi cerita
pendek anak yang diperuntukkan untuk
anak dengan gaya bahasa anak.
Pengarang tetap memberikan deskripsi
yang membiasakan akhlak berbudi
pekerti luhur terpuji dan menghindari
akhlak
tercela;
memberikan
perwatakan sikap dan perilaku berpikir
praktis
tentang
penting
atau
berharganya jalan tindakan yang akan
diambil anak dalam hidupnya;
memberikan keteladanan sikap dan
perilaku anak pada berpikir produktif
yakni berhubungan pada keteladanan
sikap danperilaku untuk menemukan
atau mendapatkan cara yang terbaik
untuk mencapai tujuan hidup anak
selanjutnya ke arah tujuan yang
berbudi luhur. (2) Terhadap orang tua,
sebaiknya orang tua harus lebih
selektif terhadap bacaan cerita pendek
anak yang diberikan kepada anak.
Pembimbingan
dalam
memaknai
terhadap lakuan penokohan tetap
menjadi tinjauan yang harus dilakukan
untuk anak sehingga anak benar-benar
mendapatkan tuntunan dan arahan.
Perkembangan mental anak yang
terarah dan terbimbing dengan tepat
akan tercipta karakter yang baik
berbudi pekerti luhur. Pikiran yang
kuat dan kemauan yang berkualitas
seperti memiliki kejujuran, empati,
perhatian, disiplin diri, ketekunan, rasa
cinta, hormat kepada orang tua akan
tercerminpada sikap dan perilakunya;
(3) terhadap pendidik, lebih proaktif
merespon gejala kemerosotan moral
anakdidik, pendidik sebaiknya secara
NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 252
umum peningkatan dan intensitas
pelaksanaan pendidikan moral yang
dilaksanakan secara komprehensif
terutama dalam analisis cerita pendek
anak.
Pendidik
lebih
jeli
mengidentifikasi isu-isu sentral yang
bermuatan
moral
dalam
masyarakatuntuk dijadikan bahan
kajian dalam proses pembelajaran
sastra atau bahasa Indonesia dalam
kajian cerita dan bercerita sebagai
keterampilan berbahasa. Selanjutnya
pendidik
selayaknya
dapat
mengidentifikasi dan menganalisis
kebutuhan anak sebagai siswa dalam
pembelajaran moral dalam kajian
cerita pendek sebagai bahan kajian
dalam proses pendidikan anak.
Pendidik mampu membantu anak didik
untuk mengembangkan daya pikir anak
atau penalarannya sehingga mampu
turut serta secara kreatif ke arah
perbaikan
kehidupan
dan
perkembangan dirinya.
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa cerita pendek anak tersebut
terdapat problematik nilai moral dan
religi akibat pendeskripsian lakuan
tokoh
menekankan
semata-mata
sekedar menyajikan cerita dengan
hanya menangkap kejadian-kejadian
saja sebagai pesan moral. Pengarang
tidak mendeskripsikan perwatakan
tokoh secara jelas keedukatifan bagi
anak sebagi contoh nyata keteladanan
tindakan tokoh bagi pembelajaran
karakter akhlakul karimah anak dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam cerita
anak terdapat problematik nilai-nilai
edukatif yang dapat mempengaruhi
pola pikir anak yang berimplikasi pada
sikap serta perilaku anak dalam
kehidupannya sehari-hari. Problematik
terjadi akibat cerpen lebih menekankan
pola cerita bersifat teoritis. Cerita
tampak selalu penuh dengan insiden
dan kejadian yang semata-mata hanya
menyajikan cerita tanpa menekankan
perwatakan tokoh secara jelas yang
pada dasarnya lakuan tokoh tersebut
dapat memberikan keteladanan budi
pekerti luhur akhlak mulia yang nyata
bagi anak.
SARAN
Saran untuk peneliti lanjutan,
supaya meneliti dari sudut pandang
lain dan hasil penelitian ini sebagai
tolok ukur kajian. Banyak hal yang
berkaitan dengan peroblematik nilai
perlu dikaji lebih lanjut, agar cerita
dapat
digunakan
untuk
bahan
pendidikan nilai.
Saran untuk pembaca sastra, agar
memanfaatkan hasil penelitian ini
untuk menambah wawasan penelitian
problematik nilai moral dan religi
cerita pendek anak. Pembaca dapat
memilih cerita yang cocok untuk
digunakan sebagai media pendidikan
nilai.
Saran untuk pendidik, agar
memanfaatkan hasil penelitian ini
untuk pengembangan materi pelajaran
sastra khususnya problematik edukatif
pada cerita pendek anak dan lebih
berhati-hati, selektif dalam pemilihan
bahan ajar cerita pendek anak.
DAFTAR RUJUKAN
Aminudin. 2013. Pengantar Apresiasi
Karya Sastra. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Basuki,
dkk..
2013.
Pedoman
Penciptaan Susana Sekolah Yang
Kondusif
Dalam
Rangka
Pembudayaan Budi Pekerti Luhur
Bagi Warga Sekolah. Jakarta:
Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 253
Depdiknas. 2007. (KBBI) Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Balai Pustaka.
Maslikatin, Titik. 2007. Kajian Sastra:
Prosa, Puisi, Drama. Jember:
UNEJ Press.
Endraswara,
Suwardi.
2008.
Metodologi Penelitian Sastra.
Epistemologi, Model, Teori, dan
Aplikasi
(EdisiRevisi).
Yogyakarta: Medpres.
Minderop, Albertine. 2013. Psikologi
Sastra.Karya Sastra, Metode,
Teori, Dan
Gani, Rizanur. 2007. Pengajaran
Sastra Indonesia. Respon dan
Analisis. Jakarta:P2LPTK.
Muslich, Masnur, dkk. 2013. Latihan
Apresiasi
Sastra.
Penunjang
Pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Surabaya:
Triana
Media.
Hasanuddin,
T.,
dkk.
2009.
Kesastraan.
Departemen
Pendidikan Nasional.Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutudan
Tenaga Kependidikan. Pusat
Pengembangandan
Pemberdayaan
Pendidikdan
Tenaga Kependidikan Bahasa.
Jakarta:PPPPTK Bahasa.
Iskandarwassid,
2013.
Strategi
Pembelajaran Bahasa. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Karma, Lewa.2014. Info. Dinas
Pendidikan Propinsi Jawa Timur.
Sebagai Sarana Informasi dan
Komunikasi.Volume 13, Edisi 12.
Surabaya: UPT Tekkomdik Dinas
Pendidikan Prov. Jatim.
Kemendiknas.
2010.
Makalah.
Pengembangan Pendidikan dan
Budaya Karakter Bangsa. Jakarta:
Kemendiknas.
Kementrian Pendidikan Nasional.
2010. Pengembangan Budaya dan
Karakter Bangsa. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pusat Kurikulum.
Kosasih,
E.
2012.DasardasarKeterampilanBersastra.Ban
dung: YramaWidya.
Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Mustari, Mohammad. 2014. Pelangi.
Membangun Manajemen Mutu,
Inovasi
&Kreativitas
dalam
Pendidikan. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMP.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Nugraha, P. Sidik. 2013. Sketsa.
Penerapan Apresiasi Pada Mata
Pelajaran Seni Budaya Di
Sekolah Dasar.Edisi V Maret.
Surabaya: Sejahtera Mandiri
Teknik.
Pradopo,
RachmatDjoko.2013.
Beberapa Teori Sastra, Metode
Kritik,
dan
Penerapannya.Yogyakarta:
PustakaPelajar.
Priandana, Yanu Irdianto. 2014.
Hubungan Sastra dan Budaya
(Online).
(http://
www.
Info.com/2013/03/hubungansastra-budaya.html, diakses 12
April 2015).
Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori,
Metode, dan Teknik Penelitian
Sastra dari Strukturalisme hingga
Pos strukturalisme Perspektif
NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 254
Wacana Naratif.
PustakaPelajar.
Yogyakarta:
Rosdiana, Yusi,dkk. 2009. Bahasa dan
Sastra Indonesia di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sarumpaet, Riris K. Toha. 2010.
Pedoman Penelitian Sastra Anak.
Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan:
Pendekatan
Kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Sugono, Dendy. 2013. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta:
Gramedia.
Supelli, Karlina. Sketsa. 2015.
Pendidikan Dari Dan Untuk
Pendidikan. Edisi V Maret.
Surabaya:
Teknik.
Sejahtera
Mandiri
Tanuwijaya,
Sulchan.
2010.
Bahasadan Sastra di Sekolah
Dasar/PDGK4109.
Bandung:
Universitas Terbuka
Widiyarti, Anisa. 2015. Aku Anak
Baik. Kumpulan Cerita Menjadi
Anak Baik Sesuai Tuntunan
Hadits. Solo: Tiga Ananda
Wiyadi. 2013. Membina Akidah dan
Akhlak. Solo: Aqila-PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri
WS, Hasanudin. 2007. Ensiklopedi
Sastra Indonesia. Bandung: Titian
Ilmu Bandung.
W.S., Titik., dkk. 2003. Teknik
Menulis Cerita Anak. Yogyakarta:
Pinkbooks.
NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 255
Download