PROBLEMATIK NILAI MORAL DAN RELIGI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK “AKU ANAK BAIK” KARYA ANISA WIDIARTI Yulia Tutik Nurfia Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Penelitian cerpen anak ini dilatarbelakangi bahwa cerpen anak selalu tampak penuh dengan insidendan kejadian-kejadian, sehingga tampak kekurangan penggambaran watak-watak tokoh secara jelas yang hanya semata-mata menyajikan cerita dengan menangkap kejadian-kejadian saja. Penelitian ini memokuskan kajian problematik edukatif dalamcerpenanak Aku Anak Baik karya Anisa Widiyarti. Cerpen ini dijadikan objek penelitian karena mengandung nilai edukatif yang menjadi konsumsi anak. Tujuan penelitian mendeskripsikan problematik nilai moral dan religi cerpen anak media terpilih yang di dalamnya mengekspos cerpen untuk anak. Tujuan pendeskripsian problematik nilai-nilai edukatif dan religius sebagai langkah untuk tinjaun bahwa terdapat permasalahan akibat cerpen anak tampak selalu penuh dengan insiden, kejadian-kejadian yangsemata-mata menyajikan cerita hanya dengan menangkap kejadian-kejadian saja, sehingga tampak kekurangan penggambaran watak-watak tokoh dengan jelas. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Pendekatan teori yang dipakai adalah pendekatan analitik dan didaktik. Peneliti melakukan teknik observasi deskriptif dalam upaya pemahaman dan interpretasi problematik problematikedukatif terhadap kajian, sehingga menjadi bahan penelitian secara menyeluruh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita pendek anak tersebut terdapat problematik nilai moral dan religi akibat pendeskripsian lakuan tokoh menekankan semata-mata sekedar menyajikan ceritadengan hanya menangkap kejadiankejadian saja sebagai pesan moral. Pada cerpen itu terdapat problematik nilai-nilai edukatif yang dapat mempengaruhi pola pikir anak yang berimplikasi pada sikap serta perilaku anak dalam kehidupannya sehari-hari. Problematik terjadi akibat cerpen lebih menekankan pola cerita bersifat teoritis. Cerita tampak selalu penuh dengan insiden dan kejadian yang semata-mata hanya menyajikan cerita tanpa menekankan perwatakan tokoh secara jelas yang pada dasarnya lakuan tokoh tersebut dapat memberikan keteladanan budi pekerti luhur akhlak mulia yang nyata bagi anak. Kata-kata kunci: Problematik, Nilai Moral, Religi, Cerpen Anak, Anisa PENDAHULUAN Anak dikatakan seseorang yang memerlukan segala fasilitas, perhatian, dorongan, dan kekuatan untuk membuatnya bisa bertumbuh sehat dan menjadi mandiri dan dewasa. NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 245 Keterlibatan dan tanggung jawab penuh orang dewasa untuk membimbing anak. Pemahaman atas diri anak dari pengalaman, pengetahuan umum, pemahaman psikologis, pedagogis, sosial, hukum, adat atau etika, budaya, bahkan religi atau kereligiusan dapat memperkaya pemahaman pengetahuan anak ke arah pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk itu, dalam berpikir mengenai anak, kehidupan, bacaan, serta bermacam persoalan yang berkaitan dengan anak, secara sadar meletakkan semuanya dalam konteks budaya anakanak (Sarumpaet, 2010:4). Pada masa kanak-kanak diharapkan memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat penting bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa dewasa. Anak diharapkan mendapatkan keterampilan-keterampilan tertentu seperti keterampilan membantu diri sendiri, keterampilan sosial, keterampilan sekolah, dan keterampilan bermain (Iskandarwassid, 2013:140). Dengan mengacu perkembangan anak secara kognitif, sosial, dan moral dikatakan anak adalah manusia utuh yang memerlukan perkembangan. Dengan buku cerita yang mereka baca, sesungguhnya telah menyediakan pengetahuan, mendidik mereka yang dapat diterjemahkan sebagai pembekalan hidup dan masa depannya (Sarumpaet, 2010:7). Menurut Tanuwijaya (2010: 5.55.6) terdapat tiga hal ciri sastra anak yang membedakan dengan sastra orang dewasa. Ketiga hal tersebut adalah adanya unsur pantangan, sajian yang dilakukan dengan gaya secara langsung, adanya fungsi terapan. Secara umum, sastra anak harus menghindari tema atau amanat yang tidak menyangkut permasahan seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian, kekejaman, prasangka buruk, dan kematian. Penyajian dengan gaya secara langsung dimaksudkan cerita dideskripsikan secara singkat dan langsung menuju sasaran. Pemaparan bersifat dinamis dan dalam ruang lingkup permasalahan yang tetap satu jalinan. Sedangkan fungsi terapan dikatakan sastra anak sajian cerita yang ditampilkan harus bersifat informatif dan mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik secara nilai moral (akhlak mulia dan budi pekertiluhur). Hasanudin (2009:158) cerpen adalah cerita rekaan yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam dalam satu situasi pada satu saat, hingga memberikan kesan tunggal terhadap pertikaian yang mendasari cerita. Menurut Nurgiyantoro (2010:10) cerpen sesuai dengan namanya adalah cerita pendek. Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendek tidak terdapat aturannya, tidak ada satu kesepakatan di antara pengarang dan para ahli. Selanjutnya Nugiyantoro menjelaskan bahwa sastrawan kenamaan Amerika mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Walaupun sama-sama pendek, panjang cerpen bervariasi. Cerpen pendek (short short story), pendek sekali berkisar 500-an kata, cerpen yang panjangnya cukupan (midle short story), dan cerpen panjang (long short story) terdiri dari puluhan kata. Cerita pendek anak sebagai cerita rekaan memiliki unsur-unsur, seperti pengarang, isi cerita, bahasa, dan unsur fiksi. Unsur-unsur tersebut seperti tokoh dan penokohan, alur, latar, tema, NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 246 amanat, sudut pandang, yang semuanya saling berhubungan sehingga membentuk satu cerita yang utuh (Hasanuddin, 2009:13). Cerpen anak biasany memiliki alur tunggal, pelaku terbatas (jumlahnya sedikit) dan mencakup peristiwa yang terbatas. Kualitas tokoh dalam cerpen anak jarang dikembangkan secara penuh. Karena serba dibatasi, tokoh dalam cerpen langsung ditunjukkan karakternya. Artinya, karakter tokoh langsung ditunjukkan pengarangnya melalui narasi, deskripsi, atau dialog dan mencakup rentang waktu yang pendek. Cerita pendek anak Indonesia tampak selalu penuh dengan insideninsiden, kejadian-kejadian, sehingga cerita pendek tersebut tampak kekurangan penggambaran watakwatak tokoh yang jelas. Cerita pendek seringkali semata-mata menyajikan cerita dengan mengungkap kejadiankejadian saja (Hasanudin, 2009:158). Artinya cerita pendek itu masih tetap pada arahan mengajak pembaca pada pola pikir teoritis. Maksudnya, pembaca menggunakan penalaran untuk memutuskan apa yang harus dipercaya saja, bukan pada alur cerita yang mengajak pembaca pada pola berpikir praktis yang bersifat penggunaan nalar dalam rangka memutuskan bagaimana cara bertindak. Penceritaan lakuan tokoh yang diarahkan pada pola berpikir tindakan dari pada lakuan bersifat teoritis pada deskripsi tokoh cerita pendek anak akan memberikan proses revolusi mental pada pola pikir anak pada budaya yang lebih nyata. Artinya, membentuk etos (pandangan hidup) bukanlah pada pembicaraan teori-teori etika yang abstrak, tetapi bagaimana membuat teori-teori tersebut tergambarkan dalam lakuan harian tokoh pada cerita pendek anak yang dicipta sehingga dapat mempengaruhi tindakan sehari-hari pada anak. Sehingga anak akan mengalami perkembangan pribadi dan pembentukan kepribadian, transmisi cultural, integrasi sosial, inovasi moral dengan nilai nilai moral (akhlak mulia dan budi pekerti) yang baik. Karakter yang baik itu akan membawa anak menjadi bagian yang utuh dalam dirinya yang meliputi pikiran yang kuat dan anak yang berpikiran kuat, hati dan kemauan yang berkualitas (Karma, 2014:25). Berdasarkan pada sikap dan problematik tersebut, peneliti melakukan analisis problematikproblematik terhadap nilai budi pekerti luhur (nilai moral) yang muncul pada cerita pendek anak-anak. Analisis problematik terhadap nilai-nilai budi pekerti luhur (nilai moral) tersebut terfokuskan nilai moral dan religi pada kumpulan cerita pendek anak karya Anisa Widiyarti yang dianggap mewakili berbagai pengarang cerita pendek anak. Hal ini dimungkinkan karena aktivitas pengarang yang cukup subur dalam karyanya. Hasil penelitian ini dapat sebagai rujukan bagi guru sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pengajaran berbahasa khususnya dan pelajaran lain dengan mengedepankan keterampilan berbahasa fokus sastra. Selain itu, hasil penelitian ini bermanfaat untuk mendorong penelitian lebih lanjut tentang pendidikan bahasa Indonesia SD dengan fokus pembelajaran sastra. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif bersifat NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 247 deskriptif. Pendekatan teori yang dipakai adalah pendekatan analitik dan didaktik dengan objek kajian “Kumpulan Cerpen Anak “Aku Anak Baik” Karya Anisa Widiyarti. Peneliti melakukan teknik observasi deskriptif dalam upaya pemahaman dan interpretasi problematik nilai moral dan religi terhadap kajian, sehingga menjadi bahan penelitian secara menyeluruh. Pengumpulan data menggunakan analisis tekstual terhadap data kebahasaan sebagai dokumenter. Korpus data berupa satuan kutipan meliputi nilai-nilai edukatif; problematik edukatif; implikasi edukatif terhadap pola pikir anak, dan solusi. HASIL PENELITAN DAN PEMABAHSAN Ada sejumlah problematik nilai yang ditemukan dalam penelitian ini. Problematik nilai dapat dipaparkan sebagai berikut. (1) Problematik nilai moral keteladanan, etika, dan sopan santun Selayaknya cerita pendek anak sebagai bagian sastra anak harus memiliki unsur imajinasi yang dominan, tidak boleh melupakan unsur terapan. Sajian cerita yang ditampilkan harus bersifat informatif dan mengandung unsur bermanfaat dalam bentuk lakuan tindakan sebagai keteladanan perilaku anak sebagai pembaca dalam setiap deskripsi perwatakan tokoh-tokoh sehingga mampu memberikan wawasan atau pandangan sikap dan perilaku langsung bagi anak. Kekurangan dan minimnya deskripsi lakuan perwatakan etika sopan santun pada tokoh anakdalam cerpen anak “Aku Anak Baik Kumpulan Cerita Menjadi Anak Baik Sesuai Tuntunan Hadits” karya Anisa Widiyarti menyebabkan problematik terhadap nilai edukatif etika keteladanan sopan santun sebagai salah satu nilai budi pekerti luhur edukatif sastra anak terjadi. (2) Problematik nilai moral keteladanan menjaga kesehatan Basuki (2013: 2-3) menjelaskan bahwa etika kesehatan merupakan sikap dan perilaku yang terkait dengan cara bertindak yang menyangkut aspek psikis dan fisik. Kesehatan fisik dalam deskripsi tokoh dalam cerita pendek anak terdeskripsikan pada keteladanan lakuan tokoh yang mengarahkan upaya jalan berolah raga secara teratur, pola makan atau makan makanan yang bergizi, pola istirahat yang cukup di antaranya. Sedangkan kesehatan psikis dalam deskripsi lakuan keteladanan tokoh pada cerpen anak hendaklah terdeskripsikan dengan cara membangkitkan sikap seperti menyesuaikan disi secara konstruktifpada kenyataan meskipun kenyataan itu mengandung tantangan, secara relative bebas dari rasa tegang dan cemas, menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran dihari depan, mengarahkan sikap permusuhan menjadi perbuatan yang kreatif dan konstruktif, dan orang yang jiwanya sehat, mempunyai rasa kasih sayang yang besar. (3) Problematik nilai moral keteladanan taat dan berbakti Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya (Wiyadi, 2013: 108). Menghormati dan mematuhi perintah ayah dan ibu, melaksanakan nasihat, membiasakan bersikap sopan di mana dan kapan saja, NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 248 berkata lembut dan tidak pernah berkata keras, serta tidak pernak membentak orang tua atau yang lebih tua merupakan bagian dari sikap dan perilaku edukatif budi pekerti luhur akhlak mulia keteladanan taat dan berbakti.Problematik nilai moral keteladanan etika taat/patuh dan berbakti yang ditemukan peneliti setelah menganalisis data temuan adalah tidak taat atas perintah orang tua ketika disuruh, tidak berpamitan atau ijin berpergian, tidak taat perintah orang tua dan tidak taat pada petuah orang tua. (4) Problematik nilai keteladanan ketertiban, tanggung jawab moral disiplin Norma budi pekerti luhur akhlak mulia merupakan petunjuk atau patokan perilaku yang pantas dan dibenarkan dalam menjalani interaksi sosial dalam suatu masyarakat. Norma atau etika merupakan bentuk konkret atau nyata dari nilai sosial yang ada dalam masyarakat yang berfungsi sebagai alat untuk menertibkan, menstabilkan, dan membentuk keteraturan sosial; sebagai aturan atau norma tingkah laku dalam masyarakat; dan sebagai sistem kontrol masyarakat (Suranto, 2013:23). Tertib dalam konsep ini merupakan suatu kondisi yang mencerminkan keharmonisan dan keteraturan pada diri anak dalam pergaulan dalam kehidupan seharihari. Tercermin antara lain dalam penggunaan waktu belajar, berhubungan dengan kepribadian dalam masyarakat anak. Disiplin berarti suatu ketaatan pada aturan dan tata tertib dalam norma kehidupan sehari-hari yang dapat mengembangkan kepekaan batin dan kejiwaannya. Sikap dan perilaku problematik norma budaya tertib dan disiplin yang terkait dengan cara bertindak dan bertutur terpaparkan pada sikap dan perilaku tokoh tersebut akan mengakibatkan revolusi mental anak (pembaca) ke arah yang kurang baik. (5) Problematik nilai moral keteladanan menjaga kebersihan Problematik terhadap nilai moral keteladan kebersihan ini terjadi pada sikap dan perilaku yang bertentangan pada pola keteledanan pada seorang anak tentang perilaku berbudi pekerti luhur akhlak mulia tidak memahami atau diajarkan tentang betapa pentingnya sikap menjaga kebersihan, baik bersifat fisik maupun psikis atau batin. Hadist yang menyatakan kebersihan itu sebagaian dari iman wajib ditanamkan anak sejak dini. Anak beriman harus menjaga kebersihan. (6) Problematik nilai moral keteladanan etika makan dan minum Islam mengatur etika makan dan minum. Breligina etika sebelum dan sesudah makan atau minum tertuang dalam budi pekerti akhlak mulia etika makan dan minum. Duduk dengan tertib, mencuci tangan, membaca doa, makan tidak sambil berbicara, tidak tergesa-gesa, tidak sambil berdiri, tidak boleh berceceran, meninggalkan sisa, makan secukupnya merupakan keteladan yang harus tertuang dalam lakuan tokoh dalam cerpen anak. Sehingga perilaku tersebut mampu merubah pemahaman dan pengetahuan anak yang selanjutnya berimplikasi NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 249 pada perubahan perilaku mereka (Wiyadi, 2018: 134). Nilai itu sendiri merupakan sesuatu yang abstrak sebagai gambaran mengenai apayang diinginkan, yang pantas, yang berharga, dan yang mempengaruhi perilakusosial. Secara garis besar nilai ini terkait benarsalahsama dengan logika, terkait dengan baik-buruk dengan etika, danberhubungan dengan indah-tidak indah dengan estetika. Secara singkatdapat dikatakan bahwa pendidikan budi pekerti dimaksudkan agar peserta didik,anak didik, dalam segala sikap dan perilakunya mencerminkan nilai budi pekertiluhur dan beretika (Basuki, 2013:1). Nilai budi pekerti luhur aklahk muliaetika atau etika dalam hal makan dan minum ini dimaksudkan sebagai sebuah nilai yang mampu mendidik dan mengarahkan anak menjadi manusia berbudaya, berbudi pekerti luhur, memiliki kedewasaan dalam berpikir dan bertingkah laku akhlak mulia dalam berperilaku dalam makan dan minum (Kosasih, 2012:46). (7) Problematik nilai keteladanan rasa bersyukur moral Dalam Islam mengajarkan betapa pentingnya melakukan syukur disetiap anugerah kenikmatan yang diterima. Begitu banyak nikmat yang Allah berikan sehingga tidak mungkin menghitungnya sebagaimana firman Allah yang artinya “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya (Q.S An-Nah/16:18). Sudah seharusnya dalam cerita pendek anak dalam deskripsi lakuan itu tersisipkan suasana keteladanan rasa syukur yang bermakna berterima kasih atas pemberian Allah baik berupa nikmat jasmani, nikmat maupun nikmat rejeki. (8) Problematik nilai keteladanan kejujuran rohani, moral Peranan cerita pendek anak dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak memiliki peranan yang cukup vital pengaruhnya dalam pembentukan watak anak, terutama pada usia dini. Cerita pendek sebagai wahana bacaan anak sebagai bagian dari media belajar perlu diperhatikan keberadaanya. Peran pengarang dalam pemahaman pendidikan budi pekerti luhur dalam cipta karya cerpen anak sangatlah besar. Pendidikan budi pekerti luhur bukanlah pembelajaran keteladanan yang harus dan hanya dihafal saja oleh anak sebagai pembaca, melainkan harus dihayati dan dipraktikkan dalam kehidupan yang sbenarnya. Maka faktor dominan yang menentukan keberhasilan implementasi budi pekerti luhur bagi anak sebagai pembaca adalah terdeskripsikannya dengan jelas adanya keteladanan sikap akan kejujuran dalam lakuan tokoh. Keteladanan dari semua unsur tentang praktik perilaku dan sikap karakter budi pekerti luhur mutlak harus terdeskripsikan pada lakuan tokoh dalam cerita. Tanpa adanya deskripsi lakuan karakter watak budi pekerti luhur akhlak mulia yang tepat, maka akan sukarlah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur tersebut pada anak. (9) Problematik nilai religi keteladanan ketakwaan menjalankan shalat Keimanan dan ketaqwaan sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Keimanan dan ketaqwaan sebaiknya diranamkan sejak dini, dibina dan NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 250 ditumbuhkembangkan sesuai keyakinan religinya. Pada dasarnya kualitas manusia ditentukan oleh keimanan dan ketaqwaan yang tercermin melalui sikap dan perilaku yang terwujud dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya (Basuki, 2013:7). Patuh beribadah merupakan salah satu bentuk indikator nilai religius, sebagaimana disampaikan Kemendiknas (2010:9) bahwa indikator religius sebagai sikap dan perilaku patuh dalam menjalankan ajaran religi yang dianutnya. Nilai religi (religion), religius merupakan ajaran-ajaran yang memegang vital sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan secara benar, mengajarkan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan antarmanusia, hubungan manusia dengan makhluk lain (sanksinya didunia dan akhirat). Problematik terhadap nilai religi etika melaksanakan shalat ini terjadi pada suasana sikap dan perilaku tidak terdapatnya keteladan di atas. Atau dapat dikatakan pada cerita pendek anak itu tidak atau kurang jelas menekankan deskripsi sikap perilaku lakuan tokoh atas nilai kereligian etika pembelajaran melaksanakan shalat dalam diri anak melalui deskripsi lakuan tokoh dalam cerita. (10) Problematik nilai religi keteladanan ketakwaan mengucapkan salam, Bagi umat Islam, salam merupakan budaya, etika sapaan resmi para malaikat, para nabi atau rasul, dan penghuni surga (Q.S. az-Zariyat/51). Bentuk lain salam sebagai sarana pengingkat persaudaraan. Jelas bahwa salam dapat memperkuat jalinan silaturahmi yang menumbuhkan rasa cinta antarumat. Kondisi bangsa Indonesia yang majemuk dan perbedaan suku yang menonjol merupakan kondisi yang tepat untuk menyebarkannya. Keteladanan salam dalam etika nilai religi dalam cerpen anak sebagai keteladanan sangatlah memegang peranan penting bagi diri anak.Problematik terhadap nilai religi etika mengucapkan salam ini terjadi pada suasana sikap dan perilaku tokoh, terutama tidak terdapatnya keteladan mengucapkan salam itu dalam rangkaian alur karakter tokoh yang diperankan dalam cerpen. Atau dapat dikatakan pada cerita pendek anak itu tidak atau kurang jelas menekankan deskripsi sikap perilaku lakuan tokoh atas nilai kereligian etika pembelajaran melaksanakan/mengucapkan salam dalam diri anak melalui deskripsi lakuan tokoh dalam cerita. (11) Problematik nilai religi keteladanan ketakwaan berdoa Doa berarti menunjukkan bahwa kita selalu ingat kepada Allah Pencipta Alam semesta. Selalu ingat akan keberadaan Tuhan, seperti mengucapkan doa ketika sebelum atau sesudah mengerjakan sesuatu hal, merupakan akhlak terpuji yang menyatakan karakter sikapdalam keadaan apapun selalu mengingat Allah. Jelas sikap ini merupakan penanda akan keimanan, ketaqwaan, dan ketauhidan sebagai perilaku nilai religi yang berbudi pekerti luhur yang harus dimiliki oleh setiap anak. Bertawakal kepada Allah merupakan pengakuan atau keyakinan terhadapadanya Allah, Tuhan pencipta alam semesta seisinya. Pembelajaran akan kebesaran Allah yang menciptakan alam semesta dan seisinya melalui lakuan karakter tokoh dalam cerita pendek anak yang NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 251 terdeskripsikan melalui percakapan atau dialog antartokoh ataupun uraian lakuan sikap dan perilaku tokoh secara seimbang ini selayaknya dalam cerita pendek anak dituangkan. Sehingga pada perkembangan dan pertumbuhan pribadinya mengalami revolusi mental religious (nilai religi) yang baik. Nilai religi dalam manfaat pengembangan kepribadian sangat penting bagi diri anak pada masa pertumbuhan kepribadian. Sehingga dengan mengenal pembelajaran ketawakalan, dalam diri anak akan muncul sifat bahwa dalam keadaan apa pun,selalu mengingat Tuhan, selalu mengingat kebesaran Tuhan (Wiyadi, 2013:3). Implikasi yang mungkin terjadi pada anak tersebut timbulnya bermacam-macam masalah-masalah moral dalam berkehidupan seperti (1) meningkatnya pemberontakan remaja atau dekadensi etika/sopan santun, (2) meningkatnya ketidakjujuran, (3) berkurangnya rasa hormat terhadap orang tua, guru, teman, tetangga dan figur-figur tertentu, (4) meningkatnya kelompok-kelompok teman sebaya yang buruk, (5) munculnya sikap pada anak yang fanatik dan penuh keburukan, (6) berbahasa tidak sopan, (7) merosotnya etika belajar, (8) meningkatnya sifat mementingkan diri sendiri dan tidak jujur, (9) kurangnya rasa tanggung jawab dan disiplin, (10) timbulnnya gelombang perilaku yang merusak diri sendiri, (11) timbulnya ketidaktahuan sopan santun,(12) mengabaikan pengetahuan nilai moral dan nilai religi sebagai dasar hidup. Berdasar pada situasi tersebut solusi yang dapat disarankan penulis sebagai berikut (1) terhadap pengarang, selayaknya pengarang memperhatikan penyajian perwatakan tokoh yang dapat menujukkan nilai moral dan nilai religi yang jelas sebagai keteladanan anak sebagai pemabaca. Pendeskripsian setiap tokoh baik protagonis, antagonis maupun tritagonis paling tidak diberikan deskripsi ke arah lakuan berbudi pekerti luhur tersebut. Pengarang harus tetap berpijak pada fungsi cerita pendek anak yang diperuntukkan untuk anak dengan gaya bahasa anak. Pengarang tetap memberikan deskripsi yang membiasakan akhlak berbudi pekerti luhur terpuji dan menghindari akhlak tercela; memberikan perwatakan sikap dan perilaku berpikir praktis tentang penting atau berharganya jalan tindakan yang akan diambil anak dalam hidupnya; memberikan keteladanan sikap dan perilaku anak pada berpikir produktif yakni berhubungan pada keteladanan sikap danperilaku untuk menemukan atau mendapatkan cara yang terbaik untuk mencapai tujuan hidup anak selanjutnya ke arah tujuan yang berbudi luhur. (2) Terhadap orang tua, sebaiknya orang tua harus lebih selektif terhadap bacaan cerita pendek anak yang diberikan kepada anak. Pembimbingan dalam memaknai terhadap lakuan penokohan tetap menjadi tinjauan yang harus dilakukan untuk anak sehingga anak benar-benar mendapatkan tuntunan dan arahan. Perkembangan mental anak yang terarah dan terbimbing dengan tepat akan tercipta karakter yang baik berbudi pekerti luhur. Pikiran yang kuat dan kemauan yang berkualitas seperti memiliki kejujuran, empati, perhatian, disiplin diri, ketekunan, rasa cinta, hormat kepada orang tua akan tercerminpada sikap dan perilakunya; (3) terhadap pendidik, lebih proaktif merespon gejala kemerosotan moral anakdidik, pendidik sebaiknya secara NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 252 umum peningkatan dan intensitas pelaksanaan pendidikan moral yang dilaksanakan secara komprehensif terutama dalam analisis cerita pendek anak. Pendidik lebih jeli mengidentifikasi isu-isu sentral yang bermuatan moral dalam masyarakatuntuk dijadikan bahan kajian dalam proses pembelajaran sastra atau bahasa Indonesia dalam kajian cerita dan bercerita sebagai keterampilan berbahasa. Selanjutnya pendidik selayaknya dapat mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan anak sebagai siswa dalam pembelajaran moral dalam kajian cerita pendek sebagai bahan kajian dalam proses pendidikan anak. Pendidik mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya pikir anak atau penalarannya sehingga mampu turut serta secara kreatif ke arah perbaikan kehidupan dan perkembangan dirinya. SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita pendek anak tersebut terdapat problematik nilai moral dan religi akibat pendeskripsian lakuan tokoh menekankan semata-mata sekedar menyajikan cerita dengan hanya menangkap kejadian-kejadian saja sebagai pesan moral. Pengarang tidak mendeskripsikan perwatakan tokoh secara jelas keedukatifan bagi anak sebagi contoh nyata keteladanan tindakan tokoh bagi pembelajaran karakter akhlakul karimah anak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam cerita anak terdapat problematik nilai-nilai edukatif yang dapat mempengaruhi pola pikir anak yang berimplikasi pada sikap serta perilaku anak dalam kehidupannya sehari-hari. Problematik terjadi akibat cerpen lebih menekankan pola cerita bersifat teoritis. Cerita tampak selalu penuh dengan insiden dan kejadian yang semata-mata hanya menyajikan cerita tanpa menekankan perwatakan tokoh secara jelas yang pada dasarnya lakuan tokoh tersebut dapat memberikan keteladanan budi pekerti luhur akhlak mulia yang nyata bagi anak. SARAN Saran untuk peneliti lanjutan, supaya meneliti dari sudut pandang lain dan hasil penelitian ini sebagai tolok ukur kajian. Banyak hal yang berkaitan dengan peroblematik nilai perlu dikaji lebih lanjut, agar cerita dapat digunakan untuk bahan pendidikan nilai. Saran untuk pembaca sastra, agar memanfaatkan hasil penelitian ini untuk menambah wawasan penelitian problematik nilai moral dan religi cerita pendek anak. Pembaca dapat memilih cerita yang cocok untuk digunakan sebagai media pendidikan nilai. Saran untuk pendidik, agar memanfaatkan hasil penelitian ini untuk pengembangan materi pelajaran sastra khususnya problematik edukatif pada cerita pendek anak dan lebih berhati-hati, selektif dalam pemilihan bahan ajar cerita pendek anak. DAFTAR RUJUKAN Aminudin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Basuki, dkk.. 2013. Pedoman Penciptaan Susana Sekolah Yang Kondusif Dalam Rangka Pembudayaan Budi Pekerti Luhur Bagi Warga Sekolah. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas. NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 253 Depdiknas. 2007. (KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka. Maslikatin, Titik. 2007. Kajian Sastra: Prosa, Puisi, Drama. Jember: UNEJ Press. Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi (EdisiRevisi). Yogyakarta: Medpres. Minderop, Albertine. 2013. Psikologi Sastra.Karya Sastra, Metode, Teori, Dan Gani, Rizanur. 2007. Pengajaran Sastra Indonesia. Respon dan Analisis. Jakarta:P2LPTK. Muslich, Masnur, dkk. 2013. Latihan Apresiasi Sastra. Penunjang Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya: Triana Media. Hasanuddin, T., dkk. 2009. Kesastraan. Departemen Pendidikan Nasional.Direktorat Jenderal Peningkatan Mutudan Tenaga Kependidikan. Pusat Pengembangandan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga Kependidikan Bahasa. Jakarta:PPPPTK Bahasa. Iskandarwassid, 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Karma, Lewa.2014. Info. Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur. Sebagai Sarana Informasi dan Komunikasi.Volume 13, Edisi 12. Surabaya: UPT Tekkomdik Dinas Pendidikan Prov. Jatim. Kemendiknas. 2010. Makalah. Pengembangan Pendidikan dan Budaya Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas. Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Kosasih, E. 2012.DasardasarKeterampilanBersastra.Ban dung: YramaWidya. Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Mustari, Mohammad. 2014. Pelangi. Membangun Manajemen Mutu, Inovasi &Kreativitas dalam Pendidikan. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nugraha, P. Sidik. 2013. Sketsa. Penerapan Apresiasi Pada Mata Pelajaran Seni Budaya Di Sekolah Dasar.Edisi V Maret. Surabaya: Sejahtera Mandiri Teknik. Pradopo, RachmatDjoko.2013. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.Yogyakarta: PustakaPelajar. Priandana, Yanu Irdianto. 2014. Hubungan Sastra dan Budaya (Online). (http:// www. Info.com/2013/03/hubungansastra-budaya.html, diakses 12 April 2015). Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme hingga Pos strukturalisme Perspektif NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 254 Wacana Naratif. PustakaPelajar. Yogyakarta: Rosdiana, Yusi,dkk. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sarumpaet, Riris K. Toha. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sugono, Dendy. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia. Supelli, Karlina. Sketsa. 2015. Pendidikan Dari Dan Untuk Pendidikan. Edisi V Maret. Surabaya: Teknik. Sejahtera Mandiri Tanuwijaya, Sulchan. 2010. Bahasadan Sastra di Sekolah Dasar/PDGK4109. Bandung: Universitas Terbuka Widiyarti, Anisa. 2015. Aku Anak Baik. Kumpulan Cerita Menjadi Anak Baik Sesuai Tuntunan Hadits. Solo: Tiga Ananda Wiyadi. 2013. Membina Akidah dan Akhlak. Solo: Aqila-PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri WS, Hasanudin. 2007. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu Bandung. W.S., Titik., dkk. 2003. Teknik Menulis Cerita Anak. Yogyakarta: Pinkbooks. NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 255