PENDEKATAN KOMPREHENSIF DAN PENGEMBANGAN KARAKTER GUNA MENGATASI KRISISNYA KARAKTER ANAK BANGSA Endang Setyowati K6413025 ABSTRAK Dalam kurun waktu belakangan ini, tidak bisa dipungkiri di Indonesia telah sering terjadi tindak kriminalitas, kekerasan, dan maraknya video porno yang beredar, dan parahnya lagi video tersebut sangat mudah untuk diakses melalui internet. Hal itu menjadi salah satu indikator bahwa bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah yang sangat besar yaitu krisisnya moral dan karakter anak bangsa. Pada dasarnya masalah itu bersumber dari jati diri dan kegagalan dalam pengembangan serta penerapan pendidikan karakter bangsa. Diharapkan guna menangani masalah ini diperlukan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Pertama, lingkungan keluarga menjadi sekolah utama dan pertama dalam penanaman nilai dan karakter bagi anak-anaknya. Kedua, lingkungan sekolah juga memiliki peranan yang besar dalam penanaman nilai dan karakter anak. Ketiga, lingkungan sosial atau masyarakat. Selain itu, sangat diperlukan juga cara atau metode yang digunakan dalam proses penanaman nilai sehingga hal itu menjadi sangat efektif yakni keteladanan (modelling). Di keluarga, orang tua menjadi teladan sehingga harus selalu memberikan contoh yang baik. Di sekolah, guru tidak hanya menyampaikan materi tetapi juga merupakan pendidik karakter, moral dan budaya yang baik bagi siswanya. Sama halnya dengan menggunakan metode-metode pendekatan. Salah satunya yaitu multipendekatan atau biasa disebut pendekatan komprehensif. Kata Kunci: pendidikan nilai, karakter, pendekatan komprehensif Pendahuluan Kondisi saat ini sangat jauh berbeda dengan kondisi masa lalu. Saat ini masalah yang sangat krusial sedang dihadapi bangsa Indonesia. Krisis multidimensi atau keterpurukan bangsa yakni mulai hilangnya moral dan karakter bangsa. Hal ini memang sudah lama menjadi salah satu ciri-ciri manusia Indonesia. Sesuai dengan telah diutarakan oleh Muchtar lobis dalam ceramahnya menyebutkan bahwa ada enam sifat yang menjadi ciri manusia Indonesia adalah 1) munafik atau hipokrit, yang diantaranya menampilkan dan menyuburkan sikap ABS (Asal Bapak Senang), 2) enggan dan segan bertanggung jawab atas perbuatannya, 3) bersikap dan berperilaku feodal, 4) percaya takhayul, 5) artistik, mempunyai bakat seni, dan 6) lemahnya watak atau karakter. Hal ini menunjukkan bahwa memang masalah watak dan karakter sudah lama menjadi problematika bangsa Indonesia. Dengan adanya masalah tersebut, mulai dilakukan berbagai cara atau metode guna menanamkan kembali nilai-nilai moral dan karakter terhadap anak bangsa sebagai generasi penerus bangsa. Pendekatan pendidikan nilai dan moral yang dahulu cukup efektif yakni hanya dengan melalui indoktrinisasi, pendidikan moral hanya bersifat indoktrinatif mampu mengontrol perilaku yang menyimpang dan melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Namun hal itu sudah tidak mampu mengontrol generasi muda saat ini. Pelanggaran moral yang sudah sangat komplek sehingga diperlukan metode yang dianggap lebih baik dan efektif. Dengan pemberian teladan atau contoh-contoh yang baik serta diperlukan pendekatan-pendekatan yaitu multipendekatan atau disebut pendekatan komprehensif. Pembahasan Pendekatan Komprehensif Istilah komprehensif dalam pendidikan nilai mencakup beberapa aspek. Pertama, isi pendidikan nilai harus komprehensif, yaitu meliputi semua permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan nilai-nilai yang bersifat pribadi sampai pada permasalahan yang mengenai etika secara umum. Kedua, metode pendidikan nilai juga harus komprehensif. Termasuk penanaman nilai(inkulkasi), pemberian keteladanan, memfasilitasi serta pengembangan keterampilan akademik dan sosial. Ketiga, pendidikan nilai hendaknya terjadi secara keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Tidak hanya dalam proses pembelajaran dikelas tetapi juga dalam kegiatan ekstrakurikuler, dalam proses bimbingan dan penyuluhan dan semua aspek kehidupan. Keempat, pendidikan nilai hendaknya juga melalui kehidupan masyarakat. Selain dari keluarga yaitu orang tua melainkan juga dari organisasi-organisasi dimasyarakat atau lembaga keagamaan seperti TPA atau TPQ, sehingga semuanya perlu berpartisipasi dalam penanaman pendidikan nilai guna memperbaiki karakter dan moral generasi bangsa (Kirschenbaum dalam Zuchdi, 2008: 36-37) Dalam pendidikan nilai juga harus didukung dengan subyek didik yang mengarah pada individualitas. Dengan pengembangan diri secara holistik, yaitu aspek kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Seperti halnya itu, ada empat pendekatan yang dianggap sebagai gerakan utama dalam pendidikan nilai yang konstruktif yaitu 1) Realisasi nilai, 2) Pendidikan watak (karakter), 3) Pendidikan kewarganegaraan, dan 4) Pendidikan moral (Kirschenbaum dalam Zuchdi, 2008: 38) Metode Komprehensif 1. Inkulkasi atau Penanaman Nilai (inculcating) a. Menghargai pendapat dan pandangan orang lain b. Memperlakukan orang lain secara adil c. Membuat aturan dan konsekuensi/ sanksi yang mendasar akan berlakunya aturan tersebut d. Menjaga komunikasi dan hubungan yang baik kepada siapapun. e. Memberikan kebebasan berperilaku selama tidak bertentangan dengan aturan f. Menciptakan kondisi dan pengalaman sosial dan emosional mengenai nilai-nilai yang dikehendaki 2. Keteladanan (modeling) Melalui keteladanan ini sangat diperlukan seorang sosok atau figur yang dijadikan sebagai contoh atau teladan. Misalnya dirumah, kedua orang tua menjadi sosok yang dicontoh oleh anaknya, apapun yang dilakukan oleh mereka, seorang anak mempunyai keinginan untuk selalu meniru baik perbuatan maupun perkataanya, sehingga orang tua harus berhati-hati dalam berbuat dan bertutur kata agar tidak tertanamkan nilai-nilai negatif terhadap anak. Begitu pula dengan di sekolah, bapak dan ibu guru harus bisa menjadi teladan bagi siswanya. 3. Fasilitasi (facilitation) Dalam pelaksanaan metode fasilitasi membawa dampak positif terhadap perkembangan kepribadian anak: a. Dapat meningkatkan hubungan pendidik dan subyek didik b. Menolong subyek didik memperjelas pemahaman c. Menolong subyek didik yang sudah menerima nilai tetapi belum mengamalkannya secara konsisten d. Menolong subyek didik berpikir lebih jauh tentang nilai yang dipelajari, menemukan wawasan dan menerima nilai dari orang lain e. Pendidik lebih dapat memahami pikiran dan perasaan subyek didik 4. Pengembangan Keterampilan (skill building) Pengembangan keterampilan tersebut meliputi a. Keterampilan berfikir kritis: a) mencari alasan, b) mencoba memperoleh informasi yang benar, c) mencari kejelasan pernyataan dan pertanyaan, d) mencari alternatif dan bersikap terbuka, e) menggunakan sumber daya yang dapat dipercaya b. Keterampilan mengatasi masalah: dengan menanamkan nilai-nilai religius dan prinsip-prinsip moral serta memberikan pemahaman dan pengajaran cara-cara mengatasi konflik secara konstruktif (Kirschenbaum dalam Zuchdi, 2008: 48-50) Pendidikan Nilai Karakter Pendidikan nilai karakter sangat penting dengan beberapa alasan: 1) karakter adalah bagian esensial manusia dan karenanya harus dididikkan, 2) saat ini karakter generai muda mengalami erosi, pudar, dan kering beradaannya, 3) terjadi kehidupan yang semua diukur dengan uang dan menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan, 4) karakter menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan bangsa Indonesia (Maksudin, 2013: 58). Didalam pendidikan karakter, ada tiga komponen karakter yang baik yaitu pertama, moral knowing atau pengetahuan tentang moral, meliputi kesadaran moral, pengetahuan nilai-nilai moral, logika moral, dan pengenalan diri. Kedua, moral feeling atau perasaan tentang moral yaitu meliputi pengetahuan aspek emosi untuk manusia berkarakter, percaya diri, kepekaan terhadap derita orang lain. Ketiga, moral action atau perbuatan moral yang merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya. Tiga aspek yang mendorong seseorang dalam berbuat baik: 1) kompetensi, 2) keinginan, dan 3) kebiasaan (Musfiroh dalam Arismantoro, 2008: 30-31) Pengembangan Pendidikan Nilai Karakter Dalam pengembangan pendidikan nilai karakter dalam terwujud secara optimal apabila berbagai pihak dapat berpartisipasi didalamnya. Misalnya di sekolah terdapat proses pembudayaan dan pemberdayaan bagi peserta didik guna membentuk kepribadian anak menjadi memiliki perilaku berkarakter. Skema Pend Karakter di Sekolah (Kemdiknas 2010 dalam Wibowo, 2013: 16) Selain itu peran orang tua di keluarga dalam pengembangan karakter anak juga sangat penting. Menurut Gunadi dalam Amini, ada tiga peran utama orang tua dalam pengembangan karakter anak, yaitu: 1. Menciptakan suasana dan keadaan keluarga yang hangat dan tenteram sehingga anak dapat berkembang dengan baik. Begitu juga sebaliknya jika suasana tegang maka anak akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan 2. Menjadi panutan yang positif bagi anak karena anak belajar dari apa yang dilihatnya. Perilaku orang tua yang nyata terlihat oleh anak merupakan bahan pembelajaran dan akan mudah ditiru 3. Mendidik anak, mengajarkan karakter yang baik dan mendisiplinkan anak agar berperilaku yang baik Namun ada beberapa hal yang perlu dihindari oleh orang tua dalam mengembangkan karakter anak, yaitu sebagai berikut: 1. Memaksakan ambisi pada anak, apalagi hal itu bertentangan dengan karakteristik dasar anak 2. Berkata atau berbuat kasar, sebab hal itu hanya akan membentuk pribadi anak yang pemberontak 3. Tidak membanding-bandingkan anak 4. Jangan sering berganti pola asuh karena hal ini mempengaruhi kepribadian anak 5. Tidak melemahkan pola asuh dengan penganiayaan, baik secara verbal maupun fisik (Amini, 2008: 113). Penutup Kesimpulan Pendekatan komprehensif merupakan multipendekatan yang diterapkan guna menanamkan nilai-nilai moral dan karakter terhadap peserta didik. Metode yang digunakan didalamnya adalah inkulkasi, keteladanan, fasilitasi dan pengembangan keterampilan. Selain itu diperlukan juga pendukung dari lingkungan sekitar seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Orang tua dan guru merupakan teladan bagi anak atau peserta didik, karena apa yang dilihat anak itulah yang ditiru. Sehingga keduanya mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membentuk kepribadian dan karakter anak. Saran Orang tua dan guru mempunyai tanggung jawab besar yaitu memberi keteladanan, sehingga berkaitan dengan hal ini hatus berhati-hati dalam bertindak dan bertutur kata, karena akan berpengaruh pada perkembangan karakter anak. Dalam persekolahan di kelas sangat perlu ditanakan secara terpadu dengan seluruh mata pelajaran serta dalam kegiatan ekstrakurikuler. Daftar Pustaka Arismantoro. 2008. Tinjauan Berbagai Aspek Character Builiding, Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter?. Yogyakarta: Triana Wacana Lubis, Mochtar. 2012. Manusia Indonesia (Sebuah Pertanggungjawaban). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Wibowo, Agus. 2013. Konsep dan Praktik Implementasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi Pendidikan, Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara.