Aktualisasi Keteladanan Nabi - Institutional Repository UIN Syarif

advertisement
Aktualisasi Keteladanan Nabi
Koran Sindo
http://nasional.sindonews.com/read/1161957/18/aktualisasi-keteladanan-nabi1481333899/10
Sabtu, 10 Desember 2016 − 08:39 WIB
Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan yang dilantik Allah SWT menjadi rasul-Nya untuk menjadi
teladan terbaik (role model) bagi kehidupan manusia. Ilustrasi/Istimewa
A+ AMuhbib Abdul Wahab
Dosen Pascasarjana FITK UIN Syarif Hidayatullah dan UMJ
NABI Muhammad SAW adalah manusia pilihan yang “dilantik” Allah SWT menjadi rasul-Nya
untuk menjadi teladan terbaik (role model) bagi kehidupan manusia. Dalam
memaknai maulid (hari kelahiran) beliau, yang terpenting bukan upacaranya karena itu hanya
“bungkus” belaka, melainkan spirit dan substansi pencerahan moral, mental, dan spiritual beliau
sebagai pemimpin teladan sepanjang masa.
Memperingati maulid Nabi juga bukan untuk mengultuskan beliau, karena pengultusan itu
dilarang, melainkan menumbuhkan rasa cinta kepadanya dalam rangka meneguhkan spirit dan
komitmen spiritual. Dengan cinta Nabi, umat Islam memiliki apresiasi tinggi untuk selalu
meneladani dan memperjuangkan visi dan misi profetiknya, yaitu membumikan Islam rahmatan
lil rahmatan lil alamin (Islam sebagai rahmat bagi semesta raya).
Agenda utama kenabiannya adalah meluruskan akidah masyarakatnya yang rusak dan
memperbaiki akhlak kaumnya yang sudah biadab.
Keteladanan profetik Nabi dapat ditelusuri dari sirah beliau (perjalanan hidup dan rekam
jejaknya), sejak lahir hingga diangkat menjadi nabi dan rasul. Sebagai pemimpin umat dan
dunia, jejak rekam moral beliau sangat jelas.
Sejak kecil, Nabi dikenal sebagai pribadi jujur, bersih, sederhana, pemberani, dan berhati mulia.
Beliau mampu menjaga kehormatan dirinya di tengah arus budaya jahiliah yang membiadabkan
tatanan kehidupan masyarakat saat itu.
Substansi maulid Nabi adalah kelahiran seorang pemimpin pembangun peradaban, bukan
sekadar pembangun masyarakat dan bangsa. Keteladanan profetik beliau dalam membangun
peradaban sungguh relevan diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, di
saat bangsa dan masyarakat dunia pada umumnya mengalami krisis keteladanan.
Sebagai warga bangsa, kita merasa prihatin karena banyak dari anggota legislatif maupun
eksekutif yang miskin keteladanan dan prestasi, tetapi kaya intrik politik dan keserakahan. Lalu,
bagaimana umat dan warga bangsa ini mengaktualisasikan keteladanan profetik beliau dalam
kehidupan?
Kesalehan Multidimensi
Setidaknya, ada empat kesalehan yang perlu dimiliki dan dikembangkan warga bangsa ini agar
bisa meneladani keluhuran akhlak beliau. Pertama, kesalehan niat (shalih an-niyyat). Dalam
bahasa psikologi dan politik, kita perlu memiliki kemauan kuat untuk mencontoh dan
mengikuti mindset (pola pikir), pola komunikasi, pola sikap dan perbuatan, dan pola hidup
beliau.
Kedua, kesalehan dalam mematuhi aturan hukum (shalih as-syarishalih as-syariat). Beliau tidak
pernah “menelan ludahnya” sendiri. Apa yang telah ditetapkan ditaatinya, bahkan beliaulah
yang terdepan dalam memberi contoh penegakan hukum. Sedemikian hebat ketaatannya,
sehingga beliau memberi “keteladanan plus” yang melebihi apa yang dibebankan kepada
umatnya.
Ketiga, kesalehan dalam mencapai tujuan yang baik dan benar (shalih al-ghayat). Ketika
hendak berhijrah dari Mekkah ke Madinah, beliau mengingatkan kepada para sahabatnya
bahwa “Kinerja itu ditentukan oleh niatnya. Siapa yang tujuan hijrahnya karena Allah dan RasulNya,
maka
hijrahnya
itu
menuju
jalan
Allah
dan
Rasul-Nya.
Siapa yang berhijrah karena hendak men-dapatkan perempuan untuk dinikahinya, maka
hijrahnya itu hanya sebatas mendapatkan apa yang ditujunya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Korupsi yang masih mewabah di negeri ini boleh jadi disebabkan oleh tujuan yang keliru dari
para
“petualang
politik”.
Keempat, kesalehan dalam mengikuti prosedur dan mekanisme yang benar (shalih al-kaifiyyat
wal ijrawal ijraat). Banyak orang mengambil jalan pintas karena tidak saleh dalam mengikuti
prosedur
dan
mekanisme
yang
benar.
Mereka tidak sabar untuk cepat-cepat menjadi kaya, meskipun mekanisme yang ditempuh itu
menghalalkan segala cara. Mereka tidak tahan “menderita” di luar pemerintahan, sehingga
begitu berkuasa, nafsu serakahnya dilampiaskan dengan berlomba-lomba korupsi.
Aktualisasi keteladanan profetik mengharuskan kita belajar menjadi saleh multidimensi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kita merindukan teladan kehidupan
sejati
dari
Nabi.
Dalam The Art of Leadership karya Muhammad Fathi (2009) dijelaskan bahwa dalam waktu
yang sangat singkat, 23 tahun (13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah), beliau sukses
mengubah masyarakat jahiliah menjadi masyarakat yang cerdas secara mental-spiritual, dari
masyarakat paganisme yang primitif menjadi komunitas bertauhid yang madani.
Beliau juga berhasil mengubah masyarakat berkarakter kasar dan bengis menjadi berkarakter
santun dan beradab. Dari masyarakat yang tidak dikenal oleh peradaban, beliau mampu
menjadikan
umatnya
memimpin
peradaban.
Rahasia di balik semua itu adalah kepemimpinan profetik beliau yang jujur,
amanah, tabligh (komunikatif dan transparan), dan fathanah (cerdas dan profesional) sekaligus
visi kenabiannya yang mulia, yaitu mewujudkan Islam sebagai agama rahmat dan cinta kasih
bagi semua.
Download