Usulan Pengendalian Persediaan Obat dan Pengaturan

advertisement
Usulan Pengendalian Persediaan Obat dan Pengaturan Penyusunan Obat di Unit
Pelaksana Teknis Layanan Kesehatan Perguruan Tinggi “X”
Drug Inventory Control and Storage Management Proposal
at Technical Unit “X” University Health Care Service
Feby Trinita, Kartika Suhada
Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Maranatha
E-mail: [email protected], [email protected]
Abstrak
Apotek “B” merupakan bagian dari Unit Pelaksana Teknis Layanan Kesehatan Perguruan
Tinggi “X” Bandung. Permasalahan yang dihadapi adalah terjadinya stock out beberapa
obat, sedangkan beberapa obat lain mengalami over stock dan melewati batas kedaluwarsa.
Masalah lainnya adalah pengaturan penyimpanan obat yang belum baik, dimana obat yang
sama ditempatkan di beberapa lokasi yang berbeda. Hal ini mengakibatkan kurangnya
pengawasan terhadap jumlah maupun masa kedaluwarsa obat. Oleh karena itu, peneliti
mengusulkan kebijakan pengendalian persediaan dan pengaturan penyusunan obat yang
sebaiknya diterapkan.
Langkah awal yang dilakukan adalah klasifikasi ABC, dimana hasilnya terdapat 67 obat dari
18 supplier termasuk kelas A. Selanjutnya dilakukan peramalan dengan bantuan software
WinQSB. Kriteria pemilihan metode peramalan adalah Mean Square Error (MSE) terkecil.
Untuk menentukan kebijakan pengendalian persediaan, dilakukan perhitungan koefisien
variabilitas (VC). Nilai VC dari seluruh objek penelitian kurang dari 0.2, sehingga metode
Economic Order Quantity (EOQ) Single Items dan Multi Items dengan Mempertimbangkan
Masa Kedaluwarsa dan All Unit Discount dapat digunakan. Selanjutnya dilakukan pengaturan
penyusunan obat dengan menggunakan Dedicated Storage Location Policy.
Besar penghematan total biaya pengendalian persediaan sebesar Rp 1,208,529.64 atau
17.37% dan penghematan biaya pembelian sebesar Rp 2,251,147.71. Manfaat pengaturan
penyusunan obat usulan adalah kemudahan pengambilan obat dan pengawasan jumlah
persediaan serta masa kedaluwarsa obat.
Kata kunci: pengendalian persediaan, kedaluwarsa, pengaturan penyimpanan obat
Abstract
Health Service Unit “X” is a part from University “X” Bandung. Problems faced by this unit is
the stock out of some drugs while on the other side some drugs experiencing over stock and
past the expiration date. The other problems is the storage management of the drugs that needs
to be improved, where a same kind of drug is being stored at several places. The effect is a less
control to expiration date and drug quantity. Therefore, author suggests an inventory control
policy and drug storage management that should be implemented.
The first step is to conduct ABC classification, wiuth class A consisted of 67 drugs from 18
suppliers. The next step is a WinQSB-aided forecasting. To select the forecasting method, the
criteria is the smallest value of Mean Square Error (MSE). To decide the inventory control
policy, a variability of coefficient (VC) calculation is conducted. The value of VC from all
research objects are below 0.2, hence Single Item and Multi Item Economic Order Quantity
with Perishability and All Unit Discount Factor methods are used. Afterwards, drug storage
management is conducted using Dedicated Storage Location Policy.
121
JURNAL INTEGRA VOL. 4, NO. 2, DESEMBER 2014: 121-134
Resuls obtained after conducting the research are Rp 1,208,529.64 reduction in total inventory
control cost or 17.37% and Rp 2,251,147.71 savings in purchase cost. In terms of storage
management, ease of retrieval and control is achieved for expiration date and drug quantity.
Keywords: inventory control, perishable, drug storage
1. Pendahuluan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Layanan Kesehatan Perguruan Tinggi ‘X’ Bandung memberikan
pelayanan kesehatan yang terbuka untuk umum, khususnya eksekutif, staf, mahasiswa, dan
pensiunan pegawai Perguruan Tinggi ‘X’ Bandung. Penyediaan obat merupakan salah satu
aktivitas vital yang dilakukan Apotek “B” yang merupakan bagian dari UPT ‘X’. Masalah yang
dihadapi adalah terjadinya stock out untuk beberapa jenis obat dan sebaliknya beberapa jenis obat
lain mengalami over stock. Beberapa obat yang over stock bahkan melewati batas masa
kedaluwarsa, sehingga obat tersebut tidak dapat dijual kepada konsumen. Penyimpanan obat
nampak belum baik, dimana beberapa jenis obat disimpan di beberapa lokasi yang berbeda,
sehingga menyulitkan dalam hal pengawasan persediaan dan masa kedaluwarsa.
Dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di Apotek “B”, peneliti akan mengusulkan kebijakan
pengendalian persediaan yang sebaiknya diterapkan, dimana kebijakan yang diusulkan telah
mempertimbangkan besar permintaan masing-masing jenis obat dan seluruh elemen biaya
pengendalian persediaan. Dengan demikian, total biaya pengendalian persediaan yang timbul dapat
diminimasi.
Penelitian ini dibatasi hanya mengamati obat yang termasuk kelas A berdasarkan klasifikasi ABC.
Data permintaan obat masa lalu dan data laju keluar-masuk obat masa lalu yang digunakan berasal
dari periode Oktober 2012 hingga September 2013.
Beberapa asumsi yang digunakan yaitu: pola permintaan pada masa yang akan datang mengikuti
pola permintaan masa lalu, persentase rata-rata keuntungan obat sebesar 18% dari HPPN dan
jumlah hari dalam 1 bulan adalah 22 hari.
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengusulkan kebijakan pengendalian persediaan
dan pengaturan penyimpanan obat kelas A dan yang sebaiknya diterapkan pengelola Apotek “B”.
2. Studi Literatur
2.1 Klasifikasi ABC
Pada umumnya, persentase kecil dari item-item persediaan bernilai sebagian besar dari total nilai
persediaan. Klasifikasi ABC digunakan untuk mengelompokkan item-item persediaan berdasarkan
nilai penjualan tahunan. Kelas A secara umum terdiri dari 15-20% jumlah item, merepresentasikan
80% dari nilai penjualannya. Selanjutnya 30-40% dari jumlah item termasuk pada kelas B, dengan
nilai penjualan sebesar 15% dari total. Kelas C terdiri dari 40% jumlah item dengan nilai penjualan
sebesar 5%. [Narasimhan, 1995]. Namun, klasifikasi ABC ini tidak harus dilakukan hanya dengan
analisis nilai penjualan tahunannya saja. Klasifikasi ini dapat dimodifikasi berdasarkan kekritisan
dari item tersebut. [Silver, 1998] Suatu item dapat dikelompokkan dalam kelas A karena item
tersebut krusial bagi perusahaan. Begitupun dengan nilai persentase pengelompokkan, dimana nilai
80:20 adalah nilai yang umum, namun dapat bervariasi dari 70:30 atau 60:40. Kontribusi yang
sebenarnya dapat diketahui setelah melakukan analisis ABC secara aktual [Gupta, 2006].
122
PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGATURAN PENYUSUNAN OBAT (Feby T., et al.)
2.2 Variability Coefficient
Penerapan EOQ dapat dilakukan jika pola permintaan memiliki variabilitas yang kecil. Namun jika
variabilitas dari pola permintaan melebihi suatu nilai batas tertentu, maka harus diterapkan metode
heuristik. Ukuran untuk menentukan nilai batas tersebut adalah variability coefficient(VC)
[Silver,1998]. Rumusnya adalah sebagai berikut:
(1)
Jika VC < 0.2 maka gunakan EOQ
Jika VC ≥ 0.2 maka gunakan heuristik.
2.3 Peramalan
Peramalan merupakan fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan penjualan dan penggunaan
produk sehingga produk-produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat. Peramalan adalah
dugaan terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada beberapa variabel, salah satunya
adalah deret waktu historis [Gasperz, 2004].
Ketidakakuratan atau error peramalan dapat diperkirakan dari deviasi dan bias. Statistik deviasi
mengindikasikan besar error peramalan dengan memberikan besar absolut dari rata-rata error.
[Tersine, 1994]. Dua jenis perhitungan error yang umum digunakan adalah Mean Absolute
Deviation (MAD) dan Mean Squared Error (MSE). MAD adalah rata-rata dari nilai absolut error,
sedangkan MSE adalah rata-rata dari hasil kuadrat error. Perbedaan keduanya adalah MAD
memberikan bobot semua error secara rata, sedangkan MSE memberikan bobot error dengan
perbandingan pada nilai kuadratnya, sehingga memberikan penalti yang lebih berat untuk nilai
error yang besar dibandingkan yang kecil.
MAD =
dimana:
= peramalan permintaan untuk periode i
= permintaan aktual untuk periode i
= jumlah pengamatan atau periode waktu
= deviasi atau error peramalan
= deviasi absolut
MSE =
dimana:
= peramalan permintaan untuk periode i
= permintaan aktual untuk periode i
= jumlah pengamatan atau periode waktu
= deviasi atau error peramalan
2.4 Model Persediaan Single Item dengan Mempertimbangkan Faktor Kedaluwarsa dan All
Unit Discount
Langkah penyelesaian metode single item dengan mempertimbangkan faktor kedaluwarsa dan all
unit discount yang dikembangkan oleh Prasetyo, dkk pada tahun 2006, yaitu sebagai berikut:
(Limansyah, 2011).
Langkah 1:
Hitung Q atau jumlah pesanan yang optimum pada setiap tingkat unit harga pembelian barang.
123
JURNAL INTEGRA VOL. 4, NO. 2, DESEMBER 2014: 121-134
Langkah 2:
Bandingkan Q dengan U atau batas jumlah barang yang dipesan dimana terjadi perubahan harga
beli. Jika Q berada dalam interval U (
), maka Q valid dan lanjutkan ke langkah 4.
Langkah 3:
Jika Q tidak valid:
a.
, maka gunakan
b.
, maka gunakan
Langkah 4:
Hitung
atau banyaknya barang yang kedaluwarsa.
Langkah 5:
Hitung total cost (TAC) untuk setiap Q yang valid dan semua U yang mungkin dari langkah 3.
Langkah 6:
Bandingkan hasil perhitungan total cost untuk Q yang valid dengan dengan total cost untuk semua
U yang mungkin.
Langkah 7:
Pilih jumlah pesanan (Q) yang memberikan nilai TAC yang paling minimum.
Biaya-biaya yang menyusun biaya total persediaan adalah sebagai berikut:
1. Biaya pembelian
Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Dalam model ini terdapat
faktor diskon yang diberikan oleh supplier, maka besarnya harga beli per unit barang dapat
didefinisikan sebagai berikut:
dimana
untuk setiap unit barang. Jika dalam setahun terdapat
permintaan sebesar D unit, maka besarnya biaya pembelian dalam setahun adalah:
2. Biaya pemesanan
Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan setiap kali pesanan diajukan.
dimana S adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk setiap kali pemesanan dilakukan.
3. Biaya Penyimpanan
Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemeliharaan, sewa tempat, atau biaya
asuransi atas barang / bahan baku yang ada. Jika besarnya biaya simpan / unit barang dinyatakan
dalam fraksi dari harga beli barang per unitnya yaitu sebesar
, maka besarnya harga
penyimpanan dalam setahun adalah:
4. Biaya Kekurangan
Biaya ini adalah biaya pinalti yang dikeluarkan karena kehabisan barang akibat adanya barang
yang kedaluwarsa. Besarnya biaya kekurangan barang dalam setahun adalah:
dimana
124
adalah besarnya biaya kekurangan barang per unit barang per-satuan waktu.
PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGATURAN PENYUSUNAN OBAT (Feby T., et al.)
5. Biaya Kedaluwarsa
Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan karena barang telah melewati masa pakai. Dalam hal
ini, biaya kedaluwarsa merupakan selisih antara harga beli barang atau
dengan harga jual
barang yang akan kedaluwarsa atau J. Besarnya biaya kedaluwarsa selama setahun adalah:
Total biaya adalah biaya pembelian + biaya pemesanan + biaya penyimpanan + biaya kekurangan
+ biaya kedaluwarsa, sehingga biaya total persediaan untuk 1 tahun adalah:
Total biaya persediaan barang tersebut akan minimum untuk:
dan
2.5 Metode Multi Item dengan Mempertimbangkan Faktor Kedaluwarsa dan All Unit
Discount
Dalam (Limansyah, 2011) dikembangkan langkah penyelesaian metode multi item dengan
mempertimbangkan faktor kedaluwarsa dan all unit discount, yaitu sebagai berikut:
Langkah 1:
Hitung
atau waktu antar pemesanan barang dari satu siklus ke siklus berikutnya, untuk setiap
kombinasi tingkat harga pembelian dari tiap tiap barang.
Langkah 2:
Tentukan
ada setiap tingkat harga pembelian masing-masing barang dan menghitung total cost,
dimana:
Langkah 3:
Pilih nilai
yang memberikan total cost minimum dengan jumlah pemesanan barang yang sesuai
dengan tingkat harga pembelian yang diberikan oleh supplier.
Langkah 4:
Tentukan
, dimana:
Biaya-biaya yang menyusun biaya total persediaan adalah sebagai berikut:
1. Biaya pembelian
Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Dalam model ini terdapat
faktor diskon yang diberikan oleh supplier, maka besarnya harga beli per unit barang untuk
masing-masing jenis barang dapat didefinisikan sebagai berikut:
dimana
dan
, dan n adalah banyaknya
jenis barang. Jika dalam setahun terdapat permintaan sebesar D unit, maka besarnya biaya
pembelian dalam setahun adalah:
2. Biaya pemesanan
Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan setiap kali pesanan diajukan.
125
JURNAL INTEGRA VOL. 4, NO. 2, DESEMBER 2014: 121-134
dimana
adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk setiap kali pemesanan dilakukan
secara joint order dan
adalah waktu antar pemesanan barang dari suatu siklus ke siklus
berikutnya.
3. Biaya Penyimpanan
Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemeliharaan, sewa tempat, atau
biaya asuransi atas barang / bahan baku yang ada. Jika besarnya biaya simpan / unit barang
dinyatakan dalam fraksi dari harga beli barang per unitnya yaitu sebesar
, maka besarnya
harga penyimpanan dalam setahun adalah:
4. Biaya Kekurangan
Biaya ini adalah biaya pinalti yang dikeluarkan karena kehabisan barang akibat adanya barang
yang kedaluwarsa. Besarnya biaya kekurangan barang dalam setahun adalah:
dimana
adalah besarnya biaya kekurangan barang per unit barang per satuan waktu.
5. Biaya Kedaluwarsa
Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan karena barang telah melewati masa pakai. Dalam hal
ini, biaya kedaluwarsa merupakan selisih antara harga beli barang atau
dengan harga jual
barang yang akan kedaluwarsa atau J. Besarnya biaya kedaluwarsa selama setahun adalah:
Total
biaya
adalah
+
+
+
+
, sehingga biaya total persediaan untuk 1 tahun
adalah:
2.6 Dedicated Storage Location Policy
Dedicated Storage, disebut juga penyimpanan dengan slot tetap yang melibatkan pengaturan dari
lokasi penyimpanan yang spesifik untuk masing-masing produk yang disimpan [Francis, 1992].
Terdapat dua variasi dari dedicated storage yaitu: part number sequence storage dan throughput
base dedicated storage.
Part number sequence storage, lokasi penyimpanan dari produk hanya ditentukan berdasarkan
nomor dari part. Penyusunan ini dilakukan secara berurutan tanpa memperhatikan aktivitas.
Sehingga jika sebuah part memiliki nomor yang besar, walaupun memiliki demand yang tinggi
akan ditempatkan ditempat yang jauh.
Throughput base dedicated storage, yaitu alternatif dari part number sequence storage, dimana
metode ini mempertimbangkan perbedaan dalam tingkatan aktivitas dan kebutuhan luas
penyimpanan diantara produk-produk yang akan disimpan.
Permasalahan tata letak penyimpanan dapat diformulasikan sebagai berikut:
dengan:
= 1 k = 1, 2, … q
= (0,1) untuk semua j dan k
126
j = 1, 2, … n
PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGATURAN PENYUSUNAN OBAT (Feby T., et al.)
3. Pembahasan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan klasifikasi ABC untuk
menentukan obat-obat yang akan diteliti, yaitu obat-bat yang termasuk kelas A. Selanjutnya
dilakukan pengukuran variabilitas pola permintaan untuk menentukan metode pengendalian
persediaan yang akan digunakan. Selanjutnya dilakukan perhitungan pengendalian persediaan
dengan metode saat ini dan metode usulan serta pengaturan penyusunan obat.
3.1 Klasifikasi ABC
Apotek ‘B’ menjual banyak jenis obat, yaitu 933 jenis obat, sehingga peneliti perlu melakukan
pemilihan jenis obat yang akan diamati dalam penelitian ini, yaitu yang termasuk kelas A.
3.2 Variabilitas Pola Permintaan
Variabilitas pola permintaan perlu diukur dengan menggunakan rumus 1 untuk menentukan metode
pengendalian persediaan yang akan digunakan. Klasifikasi ABC yang digunakan berdasarkan
persentase 40:60 [Gupta,2006], dimana 40% total produk yang dijual memiliki 60% dari total
penjualan keseluruhan. Hasil klasifikasi dan variabilitas obat kelas A ditunjukkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi ABC dan Nilai VC Obat Kelas A
Supplier
1
APL
2
APL
3
AAM
4
AAM
5
AAM
6
AAM
7
AAM
8
AAM
9
AAM
10 AAM
11 AAM
12 AAM
13 AAM
14
BSP
15
BSP
16
CP
17
CP
18
CP
19
CP
20
CP
21
CP
22
CP
23
CP
24
CP
25
CP
26 DNR
27 EPM
28 EPM
29 IGM
30
JFD
31
KP
32
KP
33
KP
34 KPH
Obat
Pariet 10 mg
Neurobion
Lipitor 40 mg
Rhinos SR
Galvusmet 50 mg/500 mg
Norvask 5mg
Celebrex 200 mg
Lipitor 20mg
Vometa Flas
Galvus 50 mg
Lipitor 10mg
Galvusmet 50 mg/850 mg
Glimepirid 4 mg
Sanadryl EXP 120ml
Amoxsan 500mg
Nutriflam
Stimox
TGF Cendo
C.Vitanorm
Theragran-M
Hyalub MND
Eyefresh Mild MND
Pehavral
Eyefresh Plus MND
Letrosil
Amlodipin 10 mg
Cefixim 100 mg
Amlodipin 5 mg
Co Amoxiclave 625mg
Fludane Plus
Ezygard Forte
Minosep GMW 150 mL
Fibramed
YariziYarizine
VC
0.0084
0.0002
0.0028
0.0020
0.0038
0.0026
0.0096
0.0191
0.0033
0.0080
0.0298
0.0118
0.0034
0.0066
0.0023
0.0058
0.0034
0.0101
0.0037
0.0041
0.0717
0.0306
0.0005
0.0455
0.0212
0.0018
0.0006
0.0001
0.0030
0.0004
0.0004
0.0180
0.0122
0.0040
Supplier
35
MB
36
MB
37
MB
38
MPI
39
MPI
40
PPG
41
PPG
42
PPG
43
PPG
44
PPG
45
PPG
46
SBF
47
SBF
48 SWS
49 SWS
50 SWS
51 SWS
52 SWS
53 SWS
54 SWS
55 SWS
56 SWS
57 SWS
58 SWS
59 SWS
60 SWS
61 SWS
62 SWS
63
SPP
64
T
65 UDC
66 UDC
67 UDC
Obat
Thiamycin 500 mg
Acitral
Anadex
FG.Troches
Nerva Plus
Rindomox
Rindofen 500 mg
Yariflam
Imboost force
Tantum verde 60 mL
Atorvastatin 20 mg
Fluimucil 200mg Granul
Trichol
Hexer 150 mg
Fluimucil Capsul 200mg
Lapimuc 30 mg
Neurobion 5000
Cataflam 25mg
Zegase
Becefort
Cataflam 50 mg
Thrombo Aspilet
Ultraproct-N Suppo
Enzyplex
Voltaren gel 1 % 10 g
Isoprinosin
Kenalog In Orabase
Garamycin oint 5 g
Histaritin
Scanaflam 25mg
Benozym
Prosogan FD 15 mg
Nonflamin
VC
0.0048
0.0006
0.0009
0.0004
0.0020
0.0004
0.0014
0.0015
0.0058
0.0133
0.0089
0.0045
0.0183
0.0006
0.0030
0.0003
0.0009
0.0006
0.0021
0.0015
0.0057
0.0003
0.0215
0.0013
0.0414
0.0230
0.0429
0.0258
0.0005
0.0008
0.0006
0.0093
0.0031
127
JURNAL INTEGRA VOL. 4, NO. 2, DESEMBER 2014: 121-134
Dari Tabel 1, terlihat bahwa nilai VC untuk keseluruhan obat di bawah 0.2, sehingga pola
permintaan memiliki varibilitas yang kecil. Oleh karena itu metode EOQ dapat digunakan untuk
menghitung kebijakan pengendalian persediaan usulan.
3.3 Forecasting
Peramalan untuk obat-obatan yang termasuk dalam kelas A dilakukan dengan menggunakan
bantuan software WinQSB dengan kriteria pemilihan metode berdasarkan nilai MSE (Mean Square
Error) terkecil. Hasil peramalannya ditunjukkan dalam tabel 2.
Tabel 2. Hasil Forecasting
Supplier
Satuan
MSE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Pariet 10 mg
Neurobion
Lipitor 40 mg
Rhinos SR
Galvusmet 50
mg/500 mg
Norvask 5mg
Celebrex 200
mg
Lipitor 20mg
Vometa Flas
Galvus 50 mg
Lipitor 10mg
Galvusmet 50
mg/850 mg
Glimepirid 4
mg
Sanadryl EXP
120ml
Amoxsan
500mg
Nutriflam
Stimox
TGF Cendo
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
1.426
2.258
3.198
11.132
3.178
71
512
135
260
209
71
512
135
260
209
71
512
135
260
209
71
512
135
260
209
71
512
135
260
209
71
512
135
260
209
71
512
135
260
209
71
512
135
260
209
71
512
135
260
209
71
512
135
260
209
71
512
135
260
209
71
512
135
260
209
Tablet
Tablet
2663
282
140
26
140
26
140
26
140
26
140
26
140
26
140
26
140
26
140
26
140
26
140
26
140
26
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
227
3.496
677
343
1.084
32
142
46
14
93
32
142
46
14
93
32
142
46
14
93
32
142
46
14
93
32
142
46
14
93
32
142
46
14
93
32
142
46
14
93
32
142
46
14
93
32
142
46
14
93
32
142
46
14
93
32
142
46
14
93
32
142
46
14
93
Tablet
1.566
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
Botol
530
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
61
Tablet
10.445
234
234
234
234
234
234
234
234
234
234
234
234
Tablet
Tablet
Tablet
19.086
16.399
5.919
154
112
2
154
112
2
154
112
2
154
112
2
154
112
2
154
112
2
154
112
2
154
112
2
154
112
2
154
112
2
154
112
2
154
112
2
3.4 Pengendalian Persediaan Saat Ini
Sistem pengendalian persediaan saat ini adalah mengecek persediaan di gudang setiap sebulan
sekali dan kemudian melakukan pemesanan ke supplier. Untuk membandingkan sistem persediaan
‘Apotek B’ saat ini dan dengan sistem persediaan usulan, maka untuk menghitung biaya total
pengendalian persediaan saat ini perlu dilakukan pendekatan. Metode EOQ Single Item dan Multi
Item dengan Mempertimbangkan Masa Kedaluwarsa dan All Unit Discount digunakan untuk
menghitung total biaya pengendalian persediaan saat ini. Sistem pengendalian persediaan saat ini
memiliki periode pemesanan yang ditentukan, yaitu 1 bulan sekali (t=0.083 tahun). Total biaya
pengendalian persediaan saat ini disajikan dalam tabel 3.
128
PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGATURAN PENYUSUNAN OBAT (Feby T., et al.)
Tabel 3. Total Biaya Pengendalian Persediaan Saat Ini
Supplier
AAM
APL
BSP
CP
DNR
EPM
IGM
JFD
KP
KPH
MB
MPI
PPG
SBF
SPP
SWS
T
UDC
Biaya Pembelian
(Rp)
Biaya Pesan
(Rp)
Biaya Simpan
(Rp)
66,721,772.923
136,468,662.64
13,310,313.800
51,626,463.927
2,180,075.596
11,611,954.846
5,638,392.422
4,491,550.000
17,039,731.200
12,989,564.804
13,375,512.000
8,710,825.618
17,994,982.000
10,615,203.613
14,324,617.915
91,287,909.563
752,404.284
14,038,547.748
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
66,136.364
446,586.668
913,421.252
89,089.490
345,549.729
14,591.829
77,721.919
37,739.268
30,063.145
114,051.478
86,942.631
89,525.879
58,303.885
120,445.227
71,050.396
95,878.498
611,014.390
5,036.043
93,963.754
Biaya
Kekurangan
(Rp)
15.461
31.231
3.044
12.531
0.586
3.319
0.452
1.027
4.870
3.713
3.349
0.934
4.704
2.427
3.359
21.120
0.172
3.210
Biaya
Kedaluwarsa
(Rp)
333,608.865
682,343.313
66,551.569
258,132.320
10,900.378
58,059.774
28,191.962
22,457.750
85,198.656
64,947.824
66,877.560
43,554.128
89,974.910
53,076.018
71,623.090
456,439.548
3,762.021
70,192.739
Total
(Rp)
67,568,120.280
138,130,594.802
13,532,094.266
52,296,294.870
2,271,704.753
11,813,876.222
5,770,460.469
4,610,208.286
17,305,122.568
13,207,595.335
13,598,055.152
8,878,820.929
18,271,543.204
10,805,468.819
14,558,259.226
92,421,520.984
827,338.884
14,268,843.814
3.5 Model EOQ dengan Mempertimbangkan Faktor Kedaluwarsa
Model persediaan EOQ single item yang mempertimbangkan masa kedaluwarsa digunakan untuk
suatu obat yang dipesan dari supplier yang hanya memasok obat tersebut. Model persediaan EOQ
Multi Item yang mempertimbangkan masa kedaluwarsa digunakan untuk beberapa jenis obat yang
dipesan dari supplier yang sama. Total biaya pengendalian persediaan usulan ditunjukkan dalam
tabel 4.
Tabel 4. Total Biaya Pengendalian Persediaan Usulan
Supplier
AAM
APL
BSP
CP
DNR
EPM
IGM
JFD
KP
KPH
MB
MPI
PPG
SBF
SPP
SWS
T
UDC
Biaya
Pembelian (Rp)
Biaya
Pesan (Rp)
66,721,772.92
35,875,737.42
13,310,313.80
51,330,958.89
2,180,075.60
11,611,954.85
5,356,472.80
4,491,550.00
17,039,731.20
12,989,564.80
13,375,512.00
3,983,333.65
20,573,258.80
10,615,203.61
14,324,617.91
92,363,520.81
752,404.28
14,031,353.85
171,862.27
245,254.86
76,761.03
150,742.90
31,065.89
71,697.03
48,694.67
44,590.75
86,852.01
75,830.83
76,948.93
41,992.35
95,432.92
68,550.53
79,632.14
202,207.33
18,250.40
78,812.75
Biaya
Simpan
(Rp)
171,856.32
245,246.48
76,758.41
150,737.40
31,064.64
71,693.97
48,694.06
44,589.23
86,848.30
75,827.59
76,946.05
41,990.88
95,429.66
68,548.19
79,629.35
166,114.21
18,249.77
78,810.05
Biaya
Kekurangan
(Rp)
Biaya
Kedaluwarsa
(Rp)
5.95
8.38
2.62
4.18
1.25
3.06
0.61
1.52
3.71
3.24
2.88
1.47
3.26
2.34
2.79
6.91
0.62
2.69
333,608.86
679,378.69
66,551.57
256,654.79
10,900.38
58,059.77
26,782.36
22,457.75
85,198.66
64,947.82
66,877.56
19,916.67
102,866.29
53,076.02
71,623.09
461,817.60
3,762.02
70,156.77
Total
(Rp)
67,399,106.33
137,045,625.82
13,530,387.43
51,889,098.15
2,253,107.75
11,813,408.69
5,480,644.51
4,603,189.25
17,298,633.88
13,206,174.29
13,596,287.42
4,087,235.02
20,866,990.93
10,805,380.69
14,555,505.28
93,193,666.86
792,667.10
14,259,136.11
129
JURNAL INTEGRA VOL. 4, NO. 2, DESEMBER 2014: 121-134
3.6 Pengaturan Penyusunan Obat dengan Dedicated Storage Location Policy
Pengaturan penyusunan obat untuk kelas A (67 jenis obat) dilakukan dengan metode dedicated
storage location policy, dimana setiap obat memiliki alokasi tempat yang didedikasikan hanya
untuk obat tersebut. Metode ini digunakan dengan pertimbangan kemudahan pengawasan, baik dari
sudut jumlah maupun tanggal kadaluarsa. Saat ini masing-masing obat disimpan di beberapa lokasi
yang berbeda, sehingga dibutuhkan upaya yang lebih besar untuk melakukan pengawasan obat.
Oleh karena itu, peneliti mengusulkan penyimpanan obat yang sama di suatu lokasi. Pengaturan
penyimpanan yang diusulkan ditunjukkan dalam gambar 1 dan gambar 2.
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
F
F
F
F
Y
F
F
F
F
F
F
F
F
F
E
E
E
H
H
H
H
H
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
E
E
E
A
A
A5
A5
A5
C
C
C
P
P
P
P
P
P
P
P
P
T
T
T
T
C
C
C
C
C
C
C
C
C
P
P
P
P
P
P
P
N
AN
AN
T
T
T
A
A
A
A
A
A
A
A
C
P
P
P
P
P
P
P
N
AN
AN
A
A
A
F
F
F
F
F
F
N
A
A
S
Y
Y
A
R
R
R
R
R5
T
N
N
N
G4
C
G5
G5
G5
L4
L4
A
A
S
Y
Y
R
R
R
R
I
R5
N
N
N
N
G4
N
G5
G5
G5
L4
L4
L4
L2
I
E
E
B
L
L
C2
C2
C2
B
B
P
P
V
N
G
G5
G5
G8
G8
G8
L2
I
Z
Z
B
L
L
H
C5
T
P
P
R
R
R
G8
G8
G8
L1
I
Z
Z
L
L
L
H
N
T
P
P
TM
C
N
N
S
S
S
I
Z
Z
L
L
L
H
N
T
T
P
TM
C
N
N
L
L
L
P
Gambar 1. Alokasi Kotak untuk Masing-Masing Obat – Tablet
130
PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGATURAN PENYUSUNAN OBAT (Feby T., et al.)
Keterangan Simbol:
P
Pariet 10 mg
A5
Amoxsan 500mg
N
Neurobion
N
Nutriflam
L4
Lipitor 40 mg
S
Stimox
R
Rhinos SR
T
TGF Cendo
G5
Galvusmet 50 mg/500 mg
C
C.Vitanorm
N
Norvask 5mg
TM
Theragran-M
C
Celebrex 200 mg
P
Pehavral
L2
Lipitor 20mg
L
Letrosil
V
Vometa Flas
A5
Amlodipin 10 mg
G
Galvus 50 mg
C
Cefixim 100 mg
L1
Lipitor 10mg
A
Amlodipin 5 mg
G8
Galvusmet 50 mg/850 mg
C
Co Amoxiclave 625mg
G4
Glimepirid 4 mg
F
Fludane Plus
E
Ezygard Forte
H
Hexer 150 mg
F
Fibramed
L
Lapimuc 30 mg
Y
Yarizine
N
Neurobion 5000
T
Thiamycin 500 mg
C2
Cataflam 25mg
A
Acitral
Z
Zegase
AN
Anadex
B
Becefort
F
FG.Troches
C5
Cataflam 50 mg
N
Nerva Plus
T
Thrombo Aspilet
R
Rindomox
E
Enzyplex
R5
Rindofen 500 mg
I
Isoprinosin
Y
Yariflam
H
Histaritin
I
Imboost force
S
Scanaflam 25mg
A
Atorvastatin 20 mg
B
Benozym
23
Fluimucil 200mg Granul
P
Prosogan FD 15 mg
T
Trichol
N
Nonflamin
131
JURNAL INTEGRA VOL. 4, NO. 2, DESEMBER 2014: 121-134
Gambar 2. Alokasi Kotak untuk Masing-Masing Obat – Sirup
Keterangan Simbol:
Hyalub MND
H
EM
Eyefresh Mild MND
EP
Eyefresh Plus MND
M
Minosep GMW 150 mL
T
Tantum verde 60 mL
F
Fluimucil 200mg
U
Ultraproct-N Suppo
V
Voltaren gel 1 % 10 g
K
Kenalog In Orabase
G
Garamycin oint 5 g
4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Usulan kebijakan pengendalian persediaan adalah dengan menggunakan metode EOQ Single
Item dengan mempertimbangkan masa kadaluarsa dan all unit discount serta EOQ Multi Item
132
PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGATURAN PENYUSUNAN OBAT (Feby T., et al.)
dengan mempertimbangkan masa kadaluarsa dan all unit discount, sesuai dengan
pengelompokan kelas A. Total biaya pengendalian persediaan usulan adalah Rp 5,748,908.32,
sedangkan dengan metode saat ini sebesar Rp 6,957,437.96. Dengan demikian diperoleh
penghematan sebesar Rp 1,208,529.64 atau 17.37%. Penghematan juga didapatkan dari segi
biaya pembelian yang disebabkan oleh faktor all unit discount yaitu sebesar Rp 2,251,147.71
atau 0.456% dari biaya pembelian saat ini.
2. Usulan pengaturan penyimpanan obat yang diajukan adalah menempatkan obat-obat yang
termasuk dalam kelas A dalam suatu lemari. Penyusunan obat menggunakan Dedicated
Storage Location Policy dengan pengelompokkan per-supplier. Pengelompokkan dilakukan
berdasarkan nilai frekuensi keluar dan masuk tertinggi per-supplier, kemudian dikelompokkan
lagi berdasarkan nilai frekuensi keluar dan masuk tertinggi per jenis obat. Manfaat yang dapat
diperoleh dari penerapan pengaturan penyimpanan obat yang diusulkan adalah kemudahan
pengambilan obat untuk obat-obatan yang memiliki nilai annual usage yang tertinggi dari
keseluruhan obat yang dimiliki pihak apotek dan pengawasan jumlah persediaan serta masa
kedaluwarsa obat.
4.2 Saran
Beberapa saran bagi pengelola apotek dan bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Sistem pengendalian persediaan usulan perlu didukung dengan sistem informasi manajemen
yang baik dan akurat. Tanpa adanya sistem informasi yang akurat, maka sistem pengendalian
persediaan usulan tidak dapat berjalan dengan baik.
2. Untuk kemudahan perhitungan, disarankan pembuatan program yang menggunakan metode
usulan. Dengan kemudahan perhitungan, maka dapat dilakukan pengendalian persediaan pada
seluruh supplier dan obat-obatan yang dimiliki oleh Apotek “B”, sehingga dapat meminimasi
total biaya pengendalian persediaan.
3. Perlu dilakukan pengaturan penyusunan obat untuk obat-obat yang tidak termasuk dalam objek
penelitian dengan menggunakan metode yang sama.
4. Untuk mendukung usulan pengaturan penyusunan obat, sebaiknya pengelola apotek melakukan
pengelompokkan warna berdasarkan kelompok supplier dan memberikan label stiker sebagai
batas area kotak acyrlic yang akan digunakan.
5. Dalam mengukur varibilitas pola permintaan dalam penelitian ini menggunakan ukuran nilai
VC (Variability Coefficient). Batasan nilai VC menjadi dasar penentuan metode pengendalian
persediaan yang akan digunakan (deterministik atau heuristik). Batasan nilai VC memiliki
kesamaan dengan batasan nilai CV (Coefficient of Variance), dimana nilai CV digunakan untuk
menentukan pola data permintaan (stasioner atau non stasioner). Bila ditinjau dari rumusan,
nilai VC akan lebih kecil dari nilai CV (VC = CV/ permintaan rata-rata). Hal tersebut
memungkinkan terjadinya kondisi dimana metode pengendalian persediaan deterministik
digunakan untuk pola permintaan non stasioner. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian
mengenai keterkaitan antara kedua hal ini.
5. Daftar Pustaka
Francis, R. L., Mc.Ginnis, Jr., L. F., White, J. A. (1992), “Facility Layout and Location: An
Analytical Approach”, Prentice Hall.
Gasperz, V. (1988), “Production Planning and Inventory Control”, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Gupta, R. C., Chitale, A. K. (2006), Materials Management: Text and Cases, Prentice Hall, New
Delhi.
133
JURNAL INTEGRA VOL. 4, NO. 2, DESEMBER 2014: 121-134
Limansyah, T. (2011), “Analisis Model Persediaan Barang EOQ dengan Mempertimbangkan
Faktor Kadaluarsa dan Faktor All Unit Discount”, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, Universitas Katolik Parahyangan.
Limansyah, T., (2011), “Model Persediaan Multi Item dengan Mempertimbangkan Faktor
Kadaluarsa dan Faktor All Unit Discount”, Jurnal Teknik Industri Vol 13, No.2, Desember 2011,
87-94.
Narasimhan, S.L., McLeavey, D. W., Billington, P. (1995), “Production Planning and Inventory
Control”, Prentice Hall, United States of America.
Prasetyo, H., Nugroho, M. T., Pujiarti, A. (2006). “Pengembangan Model Persediaan Bahan Baku
dengan Mempertimbangkan Waktu Kadaluarsa dan Faktor Unit Diskon”. Jurnal Teknik Industri,
4(3), pp. 115-122.
Silver, E.A., Pvke, D.F., Peterson R., (1998), Inventory Management and Production Planning and
Scheduling, John Wiler and Sons, Inc.
Smith, S. B. (1989), “Computer Based Production and Inventory Control”, Prentice-Hall,
Canada.
Tersine, R. J. (1994), Principles of Inventory and Material Management Fourth Edition, Prentice
Hall International Edition, Englewood Cliffs, New Jersey.
134
Download