studi korelasi antara status gizi kurang energi kronik (kek)

advertisement
STUDI KORELASI ANTARA STATUS GIZI KURANG ENERGI KRONIK (KEK)
DENGAN BERAT BADAN DAN PANJANG BADAN BAYI BARU LAHIR
Ema Wahyu Ningrum
STIKES Harapan Bangsa Purwokerto
Email :[email protected]
08156985365
ABSTRAK
Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara berkembang
termasuk Indonesia. Ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
bayi pendek (stunting). BBLR dan stunting akan membawa risiko kematian, gangguan pertumbuhan
dan perkembangan anak. KEK juga dapat mejadi penyebab tidak langsung kematian ibu.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi KEK dengan berat dan panjang
badan bayi baru lahir. Desain penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik
sampling menggunakan puposive sampling, sampel penelitian ibu hamil tidak KEK 20 orang, KEK
20 orang. Analisa data univariat berupa distribusi frekuensi, analisa bivariat berupa chi square dan
kekuatan hubungan dilihat dari parameter OR. Hasil penelitian menunjukkan Ada hubungan antara
ibu hamil KEK dengan berat badan bayi baru lahir (p =0,011) dan panjang badan bayi baru lahir (p
=0,008). Status ibu hamil KEK mempunyai kemungkinan 5,5 kali memiliki BBLR dibanding ibu
tidak KEK (CI 95%;1,420-21,860). Status ibu hamil KEK mempunyai kemungkinan 6,2 kali memiliki
panjang badan pendek dibanding ibu tidak KEK (CI 95% ;1,529-31,377). Rumah sakit dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga memiliki kebijakan penanganan terhadap ibu hamil dengan KEK dan
luarannya secara komprehensif sehingga bisa tertangani secara dini dampak dari status gizi KEK.
Kata Kunci : Status Gizi KEK, berat badan lahir, panjang badan lahir
Correlations Nutritional Status of Less Chronic Energy with Birth Weight and Baby's Length
Nutrition problems are still a major public health problem in developing countries including
Indonesia. Pregnant women with less chronic energy risk giving birth to Low Birth Weight (LBW),
short stunting (stunting). LBW and stunting will carry the risk of death, impaired growth and
development of children. Less chronic energy also can cause indirect death of mother. The purpose of
this study is to determine the relationship between nutritional status less chronic energy with weight
and length of the newborn. Analytic survey research design with cross sectional approach. Sampling
technique using puposive sampling, pregnant women's research sample is not less chronic energy 20
people, KEK 20 people. Analysis of univariate data in the form of frequency distribution, bivariate
analysis in the form of chi square and relationship strength seen from OR parameter. The results
showed that there were correlation between pregnant mother less chronic energy with newborn
weight (p = 0,011) and length of newborn (p = 0,008). The status of KEK pregnant women has a
probability of 5.5 times having LBW compared to non- less chronic energy women (95% CI, 1,42021,860). The status of less chronic energy pregnant women has a probability of 6.2 times having a
shorter body length than the mother is not less chronic energy (95% CI, 1,529-31,377). Dr. R.
Goeteng Taroenadibrata’hospital in Purbalingga has a policy of handling pregnant women with less
chronic energy and its outcomes comprehensively so that it can be handled early on the impact of
nutritional status KEK.
Keywords: Nutritional Status of Less chronic energy, birth weight, baby's length
2010 menjadi 37,2% pada tahun 2013.
PENDAHULUAN
Masalah gizi masih merupakan
Gizi ibu hamil perlu mendapat perhatian
masalah kesehatan masyarakat yang utama
karena
di negara berkembang termasuk Indonesia.
perkembangan janin yang dikandungnya.
Masalah gizi menjadi penyebab kematian
Asupan energi dan protein yang tidak
ibu dan anak secra tidak langsung yang
mencukupi
sebenarnya
dicegah.
menyebabkan KEK. Ibu hamil dengan
Rendahnya asupan gizi dan status gizi ibu
KEK berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir
hamil
dapat
Rendah (BBLR), bayi pendek (stunting).
mengakibatkan berbagai dampak tidak
BBLR dan stunting akan membawa risiko
baik bagi ibu dan bayi (Rukmana,2013).
kematian, gangguan pertumbuhan dan
masih
selama
dapat
kehamilan
sangat
berpengaruh
pada
saat
pada
kehamilan
Status gizi selama hamil akan
perkembangan anak. KEK juga dapat
berpengaruh terhadap status gizi bayi baru
mejadi penyebab tidak langsung kematian
lahir. Selama ini penilaian status gizi pada
ibu (Kemenkes, 2016).
bayi baru lahir dengan menggunakan
Menurut Irawati dalam penelitian
indikator antropometri gizi. Antropometri
Ema (2017), disampaikan berat badan dan
merupakan salah satu metode yang dapat
panjang badan saat
dipakai secara universal, tidak mahal, dan
indikator yang sering digunakan untuk
metode yang non invasif untuk mengukur
mengukur status gizi bayi baru lahir. Bayi
ukuran, bagian, dan komposisi dari tubuh
yang lahir dengan berat badan rendah
manusia. Penilaian status gizi pada bayi
(Berat badan lahir < 2500 gram) memulai
baru lahir menggunakan antropometri
kehidupan yang kurang beruntung dan
yaitu mengukur berat badan, panjang
ketahanan hidup yang rendah. Adapun
badan bayi, lingkar lengan atas, lingkar
panjang lahir
kepala bayi (Irawati, 2014).
pertumbuhan linier bayi selama dalam
bayi
lahir merupakan
menggambarkan
Status gizi ibu hamil dapat dilihat
kandungan. Ukuran linier yang rendah
dari kejadian Kurang Energi Kronik
biasanya menunjukkan keadaan gizi yang
(KEK). Secara nasional prevalensi
ibu
kurang akibat kekurangan energi dan
hamil risiko KEK pada ibu hamil (15-49
protein yang diderita waktu lampau.
tahun) pada tahun 2013 sebanyak 24,2%.
Masalah kekurangan gizi diawali dengan
Sedangkan prevalensi stunting memiliki
perlambatan atau retardasi pertumbuhan
persentase
nasional
janin yang dikenal sebagai Intra Uterin
sebanyak 1,6% yaitu 35,6% pada tahun
Growth Retardation (IUGR) (Najahah,
meningkat
secara
2014).
Panjang lahir bayi akan berdampak
menginterpretasikan status gizi bayi saat
pada pertumbuhan dan perkembangan
lahir. Berat badan bayi lahir cenderung
selanjutnya, seperti terlihat pada hasil
memberikan gambaran status gizi ibu saat
penelitian yang dilakukan di Kabupaten
hamil, namun panjang badan mampu
Bogor mengenai hubungan panjang badan
menginterpretasikan status gizi sebelum
lahir terhadap perkembangan anak usia 12
dan
bulan, diperoleh hasil bahwa anak yang
penyebab kejadian stunting tidak bisa
lahir stunting memiliki perkembangan
dipisahkan, semua saling terkait sejak
bahasa
dibandingkan
status gizi remaja, status gizi kehamilan,
kelompok yang memiliki panjang lahir
status gizi bayi baru lahir, balita, hingga
normal. (Fitrah Ernawati, Sri Muljati,
kembali menjadi dewasa. Hal tersebut
Made Dewi S, dan Amalia Safitri.2014.
perlu menjadi perhatian penting bagi
hubungan panjang badan lahir terhadap
tenaga kesehatan.
lebih
rendah
perkembangan anak usia 12 bulan. Jurnal
saat
hamil.
RSUD
Keterkaitan
dr.
R.
faktor
Goeteng
Penel Gizi dan Makan, Desember 2014.
Taroenadibrata merupakan Rumah Sakit
Vol.37(2):109-118). Selain itu penelitian
Rujukan
di
Pati
Kabupaten Purbalingga maupun diluar
didapatkan hasil bahwa panjang badan
Purbalingga, sehingga memiliki jumlah
lahir rendah (panjang badan < 48 cm)
kasus
merupakan salah satu faktor risiko balita
persalinan yang kompleks.
Kecamatan
pati,
Kabupaten
stunting usia 12-36 bulan dengan nilai p =
0,000 dan nilai OR = 2,81, hal ini
menunjukkan bahwa bayi yang lahir
dengan panjang lahir rendah memiliki
risiko
2,8
kali
mengalami
stunting
dibanding bayi dengan panjang lahir
normal, (Anugraheni, HS & Kartasurya
MI, 2012).
Berat badan dan panjang badan
saat
lahir
saling
berkaitan
dari
Puskesmas
komplikasi
di
wilayah
kehamilan
dan
METODE
Desain penelitian survei analitik dengan
pendekatan cross sectional. Teknik
sampling
menggunakan
puposive
sampling, sampel penelitian ibu hamil
tidak KEK 20 orang, KEK 20 orang.
Analisa data univariat berupa distribusi
frekuensi, analisa bivariat berupa chi
square dan kekuatan hubungan dilihat dari
parameter OR.
dalam
HASIL
Tabel .1 Karakteristik umur ibu dengan status gizi KEK
Umur ibu
< 20 tahun
20-35 tahun
>35 tahun
Jumlah
Tabel 2
KEK
0 (0%)
19 (95%)
1 (0,5%)
20 (100%)
Tidak KEK
0 (0%)
17 (85%)
3 (15%)
20 (100%)
Mean(th)
SD(th)
29,13
5,090
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu, Pendidikan Ayah, Pekerjaan
Ayah pada ibu dengan status KEK
Karakteristik
Pendidikan Ibu
SD-SMP
SMA-PT
Jumlah
Pendidikan Ayah
SD-SMP
SMA-PT
Jumlah
Status bekerja ibu
Bekerja
Tidak bekerja
Jumlah
Status bekerja ayah
Bekerja
Tidak bekerja
Jumlah
KEK
Tidak KEK
11 (55%)
9 (45%)
20 (100%)
10 (50%)
10 (50%)
20 (100%)
14 (70%)
6 (30%)
20 (100%)
10 (50%)
10 (50%)
20 (100%)
5 (25%)
15 (75%)
20 (100%)
2 (10%)
18 (90%)
20 (100%)
20 (100%)
0 (0%)
20 (100%)
20 (100%)
0 (0%)
20 (100%)
Tabel 3. Tabulasi silang antara status gizi ibu hamil Anemia dengan Panjang Badan Bayi
Baru Lahir
Pendek
KEK
Tidak KEK
n
11
3
%
55
15
Panjang Badan
Normal
n
9
17
%
45
85
p value
OR
95% CI
(1,52931,377)
0,08
6,296
Total
n
20
20
%
100
100
Tabel 4. Tabulasi silang antara status gizi ibu hamil Anemia dengan Berat Badan Bayi Baru
Lahir
BBLR
KEK
Tidak KEK
n
13
5
%
65
25
Berat Badan
BBLN
n
7
15
%
35
75
p value
OR
95% CI
(1,42021,860)
0,011
5,571
Total
n
20
20
%
100
100
menunjukkan bahwa butuh peran dari
PEMBAHASAN
Depkes RI (dalam Claudia,
tenaga kesehatan untuk memberikan
2012) menggolongkan umur ibu ketika
motivasi
agar
ibu
memasuki masa kehamilan menjadi
kebutuhan gizinya.
Tingkat
dua kategori, yaitu umur berisiko dan
mencukupi
pendidikan
ibu
umur tidak berisiko. Umur ibu yang
dianggap sebagai salah satu faktor
dinyatakan tidak berisiko adalah wanita
yang berpengaruh terhadap kesehatan
yang berada pada kelompok umur 20-
ibu dan janin selama masa kehamilan,
35 tahun. Kelompok berisiko yaitu
serta kesehatan bayi itu sendiri ketika
wanita berumur < 20tahun dan > 35
dilahirkan. Tingkat pendidikan ibu
tahun. Berdasarkan fisiologi, kelompok
seringkali dikaitkan dengan tingkat
umur dibawah 20 tahun masih dalam
pengetahuan dan kemudahan akses
pertumbuhan,
kesehatan ibu. Tingkat pendidikan ibu
baik
tinggi
badan
maupun berat badan. Keadaan ini tidak
yang
mendukung untuk memasuki masa
pengetahuan
kehamilan karena ibu yang masih
kesehatan kehamilan dan bayi, serta
berada pada masa pertumbuh badannya
terkait
sendiri
sekaligusmenunjang
pelayanan kesehatan yang diperlukan
pertumbuhanjaninnya. Hal ini akan
selama masa kehamilan. Pernyataan
menimbulkan
yang
tersebut diatas selaras dengan hasil
disebut”kompetisi” antara ibu dan dan
penelitian ini bahwa pendidikan ibu
janinnya
dengan status gizi KEK sebagian pada
harus
(Brown,
apa
dalam
Claudia,
tinggi
dianggap
yang
memeiliki
lebih
terkait
pengetahuannya
2012). Adapun ibu dalam kelompok
kelompok
usia diatas 35 tahun, umur ini dianggap
adapun kelompok ibu dengan status
sudah tidak mampu lagi menerima
gizi
kehamilan
yang
kelompok pendidikan SMA-PT (50%).
tergolong tua untuk kehamilan dan dan
Status pekerjaan ibu sebagai
lemahmenerima beban kehamilannya.
salah satu indikator sosial ekonomi ibu
Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh data
dianggap
bahwa sebagian besar ibu dengan
kondisi
status gizi KEK dan tidak KEK pada
dengan pendapatan keluarga yang akan
kelompok umur 20-35 tahun, hal ini
bertambah dengan ibu yang turut
dikarenakan
fisik
pendidikan
tentang
tidak
KEK
sebagian
berkontribusi
bayi
SD-SMP,
termasuk
pada
terhadap
kaitannya
bekerja.
Dalam
menunjukkan
penelitian
sebagian
besar
ini
pendidikan
ibu
berpengaruh terhadap kesehatan ibu
dengan status gizi KEK dan tidak KEK
dengan
penelitian
yang
pendapatan
suami
dan janin.
tidak bekerja. Hasil penelitian ini tidak
sesuai
dan
Pada penelitian ini, sebagian
besar
ibu
hamil
dengan
KEK
dilakukan terhadap 1507 ibu yang
melahirkan bayi dengan panjang badan
melahirkan di rumah sakit umum di
pendek 11 bayi (55%) dan sebagian
London, Inggris pada tahun 1982
besar ibu hamil tidak KEK melahirkan
hingga 1984 oleh Rabkin et.al pada
bayi dengan panjang badan normal 17
tahun 1990 (Claudia, 2012). Penelitian
bayi (85%). Ibu dengan KEK berisiko
tersebut menunjukkan bahwa ibu yang
melahirkan bayi dengan panjang badan
bekerja fulltime memiliki kemungkinan
pendek 6,296 kali dibanding ibu tidak
melahirkan bayi dengan berat lahir 12
KEK (95%CI;1,529-31,377). Hal ini
gram lebih besar dibandingkan ibu
menunjukkan
yang tidak bekerja (95% CI;-39-63
mengalami kekurangan energi kronis
gram).
atau mengalami masalah gizi dalam
Tingkat
ibu
yang
dan
waktu yang lama diikuti juga oleh
berpengaruh
masalah kekurangan gizi dalam waktu
terhadap kesehatan ibu dan janin.
lama saat bayi yang dikandung ibu
Tingkat pendidikan suami yang baik
yang ditandai dari panjang lahir bayi
dan pendapatan suami yang tinggi akan
yang pendek. Hasil penelitian ini
memberikan dukungan kepada ibu
sejalan
untuk mencukupi kebutuhan nutrisnya.
Imtihatun (2012), ibu dengan KEK
Dalam penelitian ini, sebagian besar
berisiko
pendidikan ayah pada ibu status gizi
panjang lahir pendek 6,2 kali dibanding
KEK
ibu yang tidak KEK.
pendapatan
pendidikan
bahwa
suami
memiliki
pendidikan
rendah
(70%), adapun pada ibu dengan status
dengan
penelitian
melahirkan
bayi
dari
dengan
Kekurangan energi secara kronis
gizi tidak KEK sebagian memiliki
menyebabkan
pendidikan tinggi (50%). Dari segi
mempunyai cadangan zat gizi yang
pendapatan
ayah
adekuat untuk menyediakan kebutuhan
bekerja (100%) baik antara kelompok
fisiologis kehamilan yaitu perubahan
ibu status gizi KEK dan tidak KEK.
hormon, meningkatnya volume darah
Asumsi
untuk pertumbuhan janin sehingga
suami,
peneliti,
seluruh
penelitian
ini
mendukung pernyataan bahwa tingkat
suplai
zat
ibu
gizi
hamil
pada
janin
tidak
pun
berkurang. Akibatnya
pertumbuhan
dibutuhkan janin dalam kandungan
dan perkembangan janin terhambat dan
untuk menerima asupan nutrisi dan
lahir dengan berat yang rendah.
kebutuhan oksigen serta kebutuhan
Pada penelitian ini menunjukkan
ibu
hamil
KEK
sebagian
besar
melahirkan BBLR 13 bayi (65%) dan
lainnya yang dibutuhkan janin guna
mempertahankan
kelangsungan
pertumbuhannya.
ibu hamil tidak KEK sebagian besar
KESIMPULAN
melahirkan bayi berat badan normal
1. Pada kelompok ibu hamil KEK
15 bayi (75%). Ibu dengan KEK
sebagian besar pada kelompok
berisiko
umur
melahirkan
bayi
BBLR
20-35
tahun,
sebagian
pendidikan
rendah,
sebanyak 5,571 kali dibanding ibu
memiliki
tidak KEK CI (95%CI;1,420-21,860).
sebagian besar ibu tidak bekerja,
Hasil penelitian ini sejalan dengan
pendidikan ayah sebagian besar
penelitian
berpendidikan rendah (70%) dan
Khaula
(2012)
yang
menyebutkan ibu KEK memiliki risiko
bayi
BBLR
sejumlah
6,64
kali
dibanding ibu tidak KEK.
Pada
ibu
yang
seluruh ayah bekerja (100%).
2. Pada kelompok ibu hamil tidak
KEK
mengalami
sebagian
kelompok
umur
besar
pada
20-35
tahun,
malnutrisi akan mengalami penurunan
sebagian
volume
akan
tinggi (50%), sebagian besar ibu
menyebabkan cardiac output tidak
tidak bekerja (50%), pendidikan
adekuat yang akan menyebabkan aliran
ayah
darah ke plasenta menurun sehingga
tinggi (50%) dan seluruh ayah
sehingga plasenta menjadi kecil dan
bekerja (100%).
darah
hal
ini
transfer zat-zat makanan dari ibu ke
janin
melalui
plasenta
mengakibatkan
pertumbuhan
terjadinya
janin
memiliki
sebagian
pendidikan
berpendidikan
3. Ada hubungan antara ibu hamil
berkurang
KEK dengan panjang badan bayi
retardasi
baru lahir (p =0,008). Status ibu
(Soetjiningsih,
hamil
KEK
mempunyai
2012). Oleh karena itu penanganan ibu
kemungkinan 6,2 kali memiliki
hamil dengan KEK perlu dilakukan
panjang badan pendek dibanding
sedini
ibu tidak KEK (CI 95% ;1,529-
mungkin
untuk
mencegah
terjadinya hambatan pada pertumbuhan
plasenta yang menjadi alat vital yang
31,377)
4. Ada hubungan antara ibu hamil
anemia dengan berat badan bayi
baru lahir (p =0,011). Status ibu
hamil
KEK
mempunyai
kemungkinan 5,5 kali memiliki
BBLR dibanding ibu tidak KEK
(CI 95%;1,420-21,860).
Saran : Rumah sakit dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga memiliki
kebijakan penanganan terhadap ibu
hamil dengan KEK dan luarannya
secara komprehensif
sehingga bisa
tertangani secara dini dampak dari
status gizi KEK.
DAFTAR PUSTAKA
Debtarsie
K,
Claudia.2012.
“Hubungan Status Gizi ibu dan faktor
Lain dengan Berat dan panjang Lahir
Bayi di Rumah Sakit Sint Carolus
Jakarta
Bulan
Juli-September
2011”.Skrpsi.Universitas Indonesia
Ernawati, fitrah. Sri Muljati, Made
Dewi S, dan Amalia Safitri.2014.
Hubungan panjang badan lahir
terhadap perkembangan anak usia 12
bulan. “Jurnal Penel Gizi dan Makan
Desember 2014. Vol.37(2):109-118)”
Karima,
Khaula.Endang
L
Achadi.2012. Status gizi ibu dan berat
badan lahir bayi.” Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, Oktober 2012
Vol.7( 3):54-64
Irawati, A. Status Gizi Ibu Sebelum
hamil sebagai Prediksi Berat dan
Panjang bayi Lahir di Kecamatan
Bogor tengah, Kota Bogor: Studi
Kohort Prospektif Tumbuh Kembang
Anak
Tahun
2012-2013
(PrePregnancy Maternal Nutritional Status
as a predictor of Birth weight and
Length in the Bogor Central District,
Bogor City: Child Growth and
development
Prospective
Cohort
Study-2012-2013. Jurnal Penel Gizi
Makan, desember 2014 Vol.37 (2):
119-128
Manuaba,
IBG,dkk.2009.Ilmu
Kebidanan,Penyakit Kandungan, dan
KB.Jakarta:EGC
Najahah, I.Faktor Risiko Panjang Lahir
Bayi Pendek di Ruang Bersalin RSUD
Patut Patuh Patju Kabupaten lombok
Barat. “Jurnal Media Bina Ilmiah.
Volume 8, No.1 Februari 2014”.
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Kesehatan.
PT
Rineka
Cipta,Jakarta,2005
Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. 2016. Situasi Balita
Pendek.
(http://www.depkes.go.id/resources/do
wnload/pusdatin/infodatin/situasibalita-pendek-2016.pdf,
diperoleh
tanggal 11 Maret 2017)
Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. 2016. Situasi Gizi di
Indonesia.
(https://www.google.co.id/webhp?sour
ceid=chromeinstant&ion=1&espv=2&ie=UTF8#q=data+KEK+ibu+hamil+di+indone
sia&*, diperoleh tanggal 11 maret
2017)
Rukmana,
Siva
Candra.2013.”Hubungan Asupan Gizi
dan Status Gizi Ibu Hamil Trimester III
dengan Berat Badan Lahir Bayi di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Suruh”.Skripsi.Undip
Sugiyono.2009.Metode
Kuantitatif Kualitatif.
Alfabeta
RSU
Goeteng
Taroenadibrata
Purbalingga. Laporan Tahunan Rumah
Sakit
Tahun
2015.
RSU
Purbalingga,2015
Wahyu Ningrum, Ema. Korelasi
Antara Status Gizi Anemia Dengan
Berat Badan Dan Panjang Badan Bayi
Baru
Lahir.”Jurnal
Viva
Medika.September. Vol 11 (2): 1-9
Saifudin,
A.B,2002.Buku
Acuan
Nasional
Pelayanan
Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Soetjiningsih.2013.Tumbuh
Anak.Jakarta:EGC
Kembang
Penelitian
Bandung:CV
Yustiana,
K
dan
Nuryanto.2013.”Perbedaan Panjang
Badan bayi Baru lahir antara Ibu
Hamil KEK dan Tidak KEK”. Eprint
jurnal
Undip.
Download