Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1, No. 1, Juni 2014. Edisi Khusus ISSN 2355-9683 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MELALUI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN Sumarni SD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Abstrak Sebagian besar (80%) guru SD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari Brebes selama bertahun-tahun tidak menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatasi masalah tersebut, kepala sekolah pembina sekolah menyelenggarakan IHT, latihan pembuatan media, dan mempraktikan penggunaan media yang mereka buat sendiri dalam proses belajar mengajar. Karya dan implementasi para guru dinilai seperti perlombaan mendesain dan mengaplikasikan media pembelajaran. Tindakan tersebut didasarkan atas kajian bahwa IHT merupakan salah satu bentuk kekepala sekolahan.Masalah yang hendak diteliti adalah (1) Apakah In House Trainning (ITH), Latihan, dan system lomba dapat meningkatkan profesionalitas guru membuat media pembelajaran pada guru SD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari Kab. Brebes? (2) Apakah In House Trainning (ITH), Penelitian merupakan penelitian tindakan adalah para guru dalam SD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari Kab.Brebes yang berjumlah 8 orang .Dari seluruh tindakan dapat diketahui bahwa (1) IHT, Latihan, dan Sistem Lomba mampu meningkatkan profesionalitas guru sebesar 0.90 atau 30.77% dalam pembuatan media pembelajaran pada guru diSD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari Kab.Brebes. (2) IHT, Latihan, dan Sistem Lomba mampu meningkatkan profesionalitas guru sebesar 0.41 atau 14.35% dalam penggunaan media pembelajaran pada guru di SD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari. © 2014 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Kata Kunci: kemampuan, media pembelajaran, in house training PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang Pendidikan, Pasal 1, ayat 1) Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tenang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan profesionalitas dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. “ Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan lembaga pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan yang bermutu serta professional. Lembaga pendidikan yang bermutu dan profesionalisme ditandai oleh terpenuhinya delapan standar nasional pendidikan. Salah satu standar tersebut adalah Standar Proses yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permen Diknas) No. 41 Tahun 2011. Diharapkan dengan adanya lembaga pendidikan yang bermutu dan tenaga pendidik dan kependidikan yang professional akan menghasilkan lulusan yang berkualitas pula. Berdasarkan paradigma konstruktivisme tentang belajar tersebut, maka prinsip mediated instruction menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan event belajar secara optimal. Event belajar yang optimal merupakan salah satu indikator. untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula. Hasil belajar yang optimal juga merupakan salah satu cerminan hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya guru yang mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat (Heinich et.al., 2002; Ibrahim,1997; Ibrahim et.al., 2001). Penulis adalah seorang kepala sekolah pada satuan di Kecamatan Wanasari Kabupaten Kab.Brebes. Penulis membina 10 sekolah yang berada di Kecamatan Wanasari. Sekolah binaan tersebut terdiri atas 8 sekolah berada di daerah pinggiran dan 2 sekolah termasuk daerah terpencil. Dengan kondisi pas-pasan (apa adanya/minim) sekolah tersebut melaksanakan tugas-tugas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kekurangan bukan menjadi para guru surut untuk berbuat, melainkan justru berupaya untuk mengejar ketertinggalan. Hasil supervisi kepada guru diketahui bahwa sebagian besar guru (80%) melaksanakan tugas mengajar tanpa menggunakan media pembelajaran. Setelah hal tersebut dikomunikasikan kepada para guru diketahui bahwa keengganan guru menggunakan media pembelajaran karena alasan antara lain: 1)Media pembelajaran membutuhkan biaya, padahal sekolah tidak mampu menyediakan anggaran khusus untuk pengadaan media pembelajaran; 2)Kepala sekolah belum memberikan perhatian terhadap media pembelajaran; 3)Kurang memahami tentang pembuatan/pengadaan media pembelajaran; 4)Hanya memahami media apa adanya, seperti penggaris, peta/globe/atlas, atau yang berasal dari toko saja; 5)Belum memahami analisis kebutuhan media pembelajaran; 6)Guru merasa bahwa pedia pembelajaran hanya membuat repot guru; 7)Media pembelajaran sulit diperoleh; 8)Kurang paham tentang media pembelajaran; 9)Guru kurang/ tidak berinisiatif, kreatif, inovatif untuk menciptakan, merekayasa, atau lainnya media pembelajaran. 10)Mahalnya harga bahan-bahan untuk membuat media pembelajaran. Bila dicermati dengan saksama alasan-alasan tersebut di atas mengindikasikan bahwa para guru belum memberikan perhatian yang maksimal terhadap media pembelajaran. Diharapkan guru bukan hanya pandai memilih, menggunakan, atau merawatnya, melainkan juga harus dapat membuatnya. Profesionalitas membuat media dengan memanfaatkan bahan-bahan local sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai maslaah yang ditemui di tempat guru bekerja. Sehubungan dengan keadaan tersebut penulis mengajukan alternatif pemecahan masalah, yaitu membekali para guru agar mampu membuat media pembelajaran dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di daerah (lokal). Alternatif pemecahan masalah tersebut disampaikan falam forum KKG di SD Negeri Tanjungsari 02. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat dikemukakan rumusan masalah yang hendak diamati sebagai berikut: 1)Apakah In House Trainning (ITH), Latihan, dan system lomba dapat meningkatkan profesionalitas guru membuat media pembelajaran pada guru SD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari Kabupaten Kab.Brebes? 2)Apakah In House Trainning (ITH), Latihan, dan sistem lomba dapat meningkatkan profesionalitas guru menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar pada guru SD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes? Aktivitas belajar siswa adalah aktivitas jasmaniah dan aktivitas mental (Moh. Uzer Usman, 2003). Aktivitas belajar siswa sangat bergantung pada peran guru dalam merancang pembelajaran. Kompetensi guru, kreativitas guru, inovasi guru, dan komitmen guru akan sangat menentukan efektivitas rancangan pembelajaran yang dibuatnya. Media pembelajaran ialah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan (E. Mulyasa, 2006). METODE PENELITIAN 46 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1. No. 1. (2014) Edisi Khusus Penelitian ini dikenakan guru-guru sekolah dasar yang berada dalam SD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Subjek penelitian terdiri atas 8 guru SD. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi yang menggunakan one group posttes design. Secara konkret rancangan tindakan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 1. Rancangan Penelitian Rancangan tersebut dideskripsikan sebagai berikut: 1)Kepala sekolah dan Guru SD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes dikumpulkan dalam satu tempat lalu diberi diklat dalam bentuk IHT; 2)Guru diberi waktu untuk membuat media pembelajaran dan mengimple-mentasikan hasil karyanya dalam pembelajaran di kelas masing-masing; 3)Penilaian terhadap hasil kerja guru dalam membuat media pembelajaran dan terhadap implementasi media tersebut di dalam kelas. Penilaian dilakukan oleh kepala sekolah ketika melakukan kunjungan di sekolah masing-masing guru. 4)Point 2 dan 3 dilakukan sebanyak dua kali. 5)Hasil praktik (nilai/skor) sebanyak dua kali dihitung untuk menentukan nilai-ratanya; 6)Selanjutnya nilai ratarata tertinggi ditetapkan sebagai juara dan diumumkan pada hari pendidikan nasional;7)Penilaian terhadap efektivitas IHT dilakukan melalui penilaian hasil latihan guru dan lomba. Data yang hendak dikumpulkan dalam penelitian adalah data profesionalitas guru membuat media pembelajaran. Data tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran terhadap hasil karya guru dalam membuat media pembelajaran. Hasil karya guru merupakan ekspresi kemauan dan profesionalitas guru dalam mendesain dan mengaplikasikan media dalam mengajar. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini ada tiga hal yang hendak penulis kemukakan, yaitu (1) refleksi kegiatan ini, (2) profesionalitas guru membuat media pembelajaran, dan (3) profesionalitas guru menggunakan media pembelajaran. Deskripsi berikut menjelaskan topik-topik tersebut, yaitu:1) Refleksi Kegiatan. penulis merasa bangga karena kegiatan ini mendapat sambutan dari berbgai pihak antara lain guru, kepala sekolah, Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Wanasari. Mereka menyambut kegiatan ini dengan antusias. Sambutan tersebut mengindikasikan bahwa semua pihak haus dengan kegiatan-kegiatan yang membuat mereka menjadi lebih percaya diri dan kompeten. Sekalipun kegiatan ini mandiri dan sangat sederhana namun hasilnya mampu memberikan pengetahuan, keterampilan, dan membangun komitmen untuk menjadi guru yang baik dan terus berupaya menjadi yang terbaik. Kepala sekolah dan guru-guru yang ada pinggiran dan pedalaman adalah kepala sekolah dan guru-guru yang jarang bahkan hamper-hampir tidak pernah mendapat penyegaran, kecuali dari kepala sekolahnya yang hanya mampu hadir sekali sebulan. Faktanya, ada sekolah yang hanya dibina oleh dua orang guru saja. Distribusi guru belum merata untuk semua sekolah diSD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari Antusias guru terhadap kegiatan ini ditunjukkan oleh mereka dengan cara bersedia hadir dalam kegiatan ini tanpa terkecuali. Ini adalah bukti bahwa mereka mau berubah, tinggal siapa yang mau mengajak berubah; 2)Profesionalitas Guru Membuat Media Pembelajaran. Bila MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MELALUI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN Sumarni 47 dicermati dengan saksama penilaian I dan penilaian II dan dipersandingan satu sama lain diperoleh kondisi skor sebagai berikut. Table 1. Rata-rata Nilai Indikator untuk Pembuatan Media, Penilaian I dan II Rata-rata Penilaian No. Indikator I II 1 Sesuai dg tujuan yang akan dicapai 2.30 4.05 2 Sesuai dgn karakteristik materi ajar 3.00 3.70 3 Ekonomis dan mudah diperoleh 2.75 3.90 4 Sesuai dengan kebutuhan siswa 3.65 3.65 JUMLAH 2.93 3.83 Bila dicermati dengan saksama rata-rata nilai dalam table di atas bahwa indicator 1, 2, dan 3 terjadi peningkatan. Untuk indicator 4 tidak terjadi peningkatan. Peningkatan ketiga indicator tersebut berpengaruh kepada peningkatan secara total. Besarnya peningkatan dan persentasenya disajikan dalam table berikut ini. Tabel 2. Besarnya Peningkatan Pembuatan Media Besarnya Peningkatan No. Indikator Angka % 1 Sesuai dg tujuan yang akan dicapai 1.75 76.09 2 Sesuai dg karakteristik materi ajar 0.70 23.23 3 Ekonomis dan mudah diperoleh 1.15 41.82 4 Sesuai dengan kebutuhan siswa 0.00 0.00 JUMLAH 0.90 30.77 Peningkatan terbesar terjadi pada indicator 1, yaitu sebesar 1,75 atau 76.09%. Artinya, pada hakekatnya guru mengetahui/menguasai bahwa bila membuat media pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Sekalipun terjadi peningkatan, namun peningkatan tersebut belum maksimal. Kepala sekolah harus bekerja lebih keras agar profesionalitas guru membuta media pembelajaran sesuai dengan tujuan dapat mencapai maksimal. Indicator kedua memperlihatkan terjadinya peningkatan sebesar 0.70 atau 23.23%. Hasil ini mengindikasikan bahwa guru masih sulit mengidentifikasi karakteristik materi ajar lalu menyediakan media pembelajaran sesuai karakteristik materi ajar. Hasil ini mengisyaratkan bahwa pemahaman guru terhadap indicator 2 membutuhkan waktu yang lebih dan penjelaskan yang lebih lanjut. Bila kegiatan ini dilakukan secara berkelanjutan, mungkin, akan mampu meningkatkan pemahaman dan implementasinya. Indikator ketiga terjadi peningkatan sebesar 1.15 atau sebesar 41,82%. Peningkatan ini cukup besar dan sangat berarti bagi guru. Profesionalitas guru membuat media pembelajaran yang ekonomis dan mudah diperoleh belum secara maksimal dikuasai guru. Orientasi terhadap bahan-bahan yang dibeli di took masih mendominasi ketika guru harus membuat media pembelajaran. Pemanfaatan alam sebagai sumber media masih perlu dilakukan agar guru mampu memanfaatkan alam sebagai media dan sumber belajar yang paling efektif. Untuk indicator ini, guru masih membutuhkan perhatian lebih. Indikator 4 tidak terjadi perubahan (0.00%). Sekalipun tidak terjadi perubahan, tetapi pemahaman guru terhadap “media yang sesuai dengan kebutuhan siswa” berada dalam kondisi sedang (rata-rata skor 3.65). Ini berarti bahwa pemahaman guru terhadap indicator ini belum secara keseluruhan terpahami. Masih ada tugas bagi kepala sekolah untuk memberikan penjelasan yang lebih baik agar indikator ini dapat diimplementasikan dengan baik. Berdasarkan hasil penilaian secara keseluruhan diketahui adanya peningkatan sebesar 48 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1. No. 1. (2014) Edisi Khusus 0.90 atau 30.77%. Bila dilihat dari angkanya memang tampak kecil, namun bila dikaitan dengan tujuan kegiatan ini, hasil tersebut menunjukkan keinginan awal untuk bangkit dan eksis sebagai guru yang baik. Peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa mereka mau berubah dan akan berubah. Peningkatan skor tersebut juga menginsyaratan kepada semua pihak, khususnya kepala sekolah untuk lebih memberikan perhatian. Bila hasil tersebut diubah dalam klasifikasi seperti yang ditetapkan dalam bab III di atas akan diperoleh kualifikasi sebagai berikut. Tabel 3. Kualifikasi Pembuatan Media Kualifikasi No. Indikator I II 1 Sesuai dg tujuan yang akan dicapai C B 2 Sesuai dg karakteristik materi ajar C B 3 Ekonomis dan mudah diperoleh C B 4 Sesuai dengan kebutuhan siswa B B JUMLAH B B Tabel di atas memperlihatkan bahwa hasil penilaian mengubah kualifikasi para guru. Artinya, apabila tindakan penilaian dilakukan secara terus-menerus dapat meningkatkan kualifikasi guru, khususnya dalam hal membuat media pembelajaran. Lebih-lebih apabila tindakan/penilaian tersebut dilakukan dengan lebih baik daripada kegiatan yang dirancang ini. 1)Profesionalitas Guru Menggunakan Media Pembelajaran. Profesionalitas guru menggunakan media pembelajaran diukur melalui teknik observasi. Terdapat empat indicator yang hendak diamati melalui observasi ini. Keempat indicator dan data hasil observasi untuk kedua penilaian disajikan dalam table berikut ini. Tabel 4. Rata-rata Nilai Indikator untuk Penggunaan Media, Penilaian I dan II Rata-rata Penilaian No. Indikator I II 1 Menarik dan kaya aksi 2.85 3.25 2 Membangun pemahaman secara konkretdan mengurangi verbalistik 3.25 3.25 3 Merangsang tumbuhnya pengertian dan usaha pengembangan nilai-nilai kemanusiaan Sederhana/praktis, mudah digunakan, dirawat, dan dibuat sendiri oleh guru berbahan lokal JUMLAH 2.95 2.95 2.45 2.88 3.70 3.29 4 Bila dicermati dengan saksama skor-skor dalam table di atas tampak bahwa indicator 1 dan 4 terjadi perubahan, namun indikator 2 dan 3 tidak terjadi perubahan. Indikator 2, sekalipun tidak mengalami perubahan skor yang diperoleh menunjukkan adanya profesionalitas yang baik dalam hal mengelola media agar pembelajaran menjadi konkret atau tidak verbalistik. Indikator 3 juga tidak terjadi perubahan, namun skor yang diperoleh menunjukkan bahwa guru kurang mampu mengimplementasikan indicator ini dalam proses belajar mengajar. Sehubungan dengan hal tersebut, tugas kepala sekolah untuk meningkatkan intensitas dan kuantitas kegiatan semacam ini agar guru mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam media sebagai upaya mengintegrasikan pendidikan dan pengajaran. Secara keseluruhan terjadi perubahan walaupun hanya kecil. Paling tidak ada kemauan para guru untuk memulai kembali mengenal, menggauli, dan mengimplementasikan media MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MELALUI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN Sumarni 49 pembelajaran. Besarnya perubahan atau peningkatan pada masing-masing indicator dan persentasenya disajikan dalam table berikut ini. Tabel 5. Pesarnya Peningkatan Penggunaan Media Peningkatan Profesional No. Indikator Angka % 1 Menarik dan kaya aksi 0.40 14.04 2 Membangun pemahaman secara konkretdan mengurangi verbalistik 0.00 3 Merangsang tumbuhnya pengertian danusaha pengembangan nilai-nilai kemanusiaan 0.00 4 Sederhana/praktis, mudah digunakan, dirawat, dan dibuat sendiri oleh guru berbahan lokal JUMLAH 0.00 0.00 1.25 51.02 0.41 14.35 Peningkatan terbesar terjadi pada indicator 4 sebesar 1.25 atau 51.02%. Artinya, guru mampu mengoperasikan media pembelajaran yang dibuatnya sendiri. Hasil ini sangat menggembirakan, karena membuktikan bahwa media yang dibuat oleh guru sendiri akan membantu guru itu sendiri dan yang pasti guru mampu mengelola media tersebut dengan baik. Indikator 1 mengalami peningkatan sebesar 0.40 atau 14.04%. Sekalipun peningkatan tersebut kecil namun cukup member informasi yang bermakna bahwa para guru berkeinginan untuk mencipatakan dan menggunakan media pembelajaran yang kaya aksi dan menarik. Profesionalitas ini masih membutuhkan waktu dan bimbingan lebih lanjut. Untuk indikator 2 dan 3, para guru masih membutuhkan bimbingan, latihan, dan upayaupaya lain baik untuk membuat maupun implementasinya. Harapan itu tampak dari wakil mereka ketika pengumuman juara. Secara keseluruhan terjadi peningkatan sebesar 0.41 atau 14.35%. Sehubungan dengan hasil ini menunjukkan bahwa para guru SD di SD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari Kabupaten Kab.Brebes masih memerlukan bimbingan, latihan, dan dorongan untuk menggunakan media pembelajaran secara baik dan tepat. Apabila skor-skor tersebut diubah ke dalam kualifikasi, akan tampak seperti dalam table berikut ini. Tabel 6. Kualifikasi Penggunaan Media Kualifikasi Penilaian No. Indikator I II 1 Menarik dan kaya aksi C B 2 Membangun pemahaman secara konkret B B dan mengurangi verbalistik 3 50 Merangsang tumbuhnya pengertian dan usaha pengembangan nilai-nilai kemanusiaan Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1. No. 1. (2014) Edisi Khusus C C Sederhana/praktis, mudah digunakan, dirawat, dan dibuat sendiri oleh guru C B berbahan lokal JUMLAH C B Tabel di atas memperlihatkan bahwa tindakan (penilaian) terhadap kinerja guru dapat meningkatkan penampilan guru, khususnya dalam menggunakan media pembelajaran dalam mengajar. 4 PENUTUP Dari seluruh tindakan dapat disimpulkan bahwa : 1)IHT, Latihan, dan Sistem Lomba dapat meningkatkan profesionalitas guru sebesar 0.90 atau 30.77% dalam pembuatan media pembelajaran pada guru di SD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes; 2)IHT, Latihan, dan Sistem Lomba dapat meningkatkan profesionalitas guru sebesar 0.41 atau 14.35% dalam penggunaan media pembelajaran pada guru di SD Negeri Tanjungsari 02 Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Sehubungan dengan kegiatan penelitian disampaikan beberapa saran, yakni: 1)Kegiatan ini sebaiknya dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya karena berdasarkan penelitian kegiatan ini memberikan dampak positif bagi guru, khususnya dalam hal mendesain dan mengaplikasikan media pembelajaran; 2)Pembinaan terhadap guru bukan tanggung jawab kepala sekolah semata, melainkan tanggung jawab semua pihak yang terkait, tetapi kepala sekolahlah yang terbaiklah yang mereka butuhkan; 3)Bukan kepala sekolah yang terbaik yang membuat mereka berubah, melainkan kepala sekolah yang mau berbuat baik dan mau berbuat lebih member makna karena mereka (para guru SD di pedalaman) bukan tidak mau berubah, tetapi tidak tahu mengapa dan bagaimana harus berubah. DAFTAR PUSTAKA Ascaro, Jerome S., 2011, Pendidikan Berbasis Mutu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyasa, 2006, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. M. Ngalim Purwanto, 2001, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ponco Sudaryanto, 2011, Media dan Sumber Belajar, Bahan Ajar Diklat Peningkatan Mutu Kepala sekolah, LPMP Papua. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, 2011, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT Refika Aditama. Suharsimi Arikunto, 2000, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta. Sumarni, 2013. Peneingkatan Kemampuan Guru Dalam Membuat Dan Menerapkan Media Pembelajaran Melalui In House Training.Brebes (tidak dipublikasikan) MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MELALUI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN Sumarni 51