MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KERAJINAN ANYAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VI SD NEGERI 2 SENDANG MULYASARI KECAMATAN TONGAUNA KABUPATEN KONAWE TESIS OLEH: KETUT SUCIKO NIM. G2P1 15 039 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 i MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KERAJINAN ANYAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VI SD NEGERI 2 SENDANG MULYASARI KECAMATAN TONGAUNA KABUPATEN KONAWE TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo OLEH: KETUT SUCIKO NIM. G2P1 15 039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 ii iii iv ABSTRAK Ketut Suciko, 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kerajinan Anyaman dengan Menggunakan Metode Demonstasi di Kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tonggauna Kabupaten Konawe. Dibimbing oleh I Ketut Suardika dan Hj Darnawati. Tujuan penelitian ini adalah 1) Meningkatkan efektivitas mengajar guru pada materi kerajinan anyaman dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe. 2) Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi Kerajinan Anyaman dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe. 3) Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kerajinan anyaman dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VI SDN 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe sebanyak 18 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Data yang diperoleh berupa persentase efektivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa berdasarkan hasil observasi persiklus yang dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) efektivitas mengajar guru meningkat dengan menggunakan metode demonstrasi. Pada siklus I pertemuan 1, efektivitas mengajar guru mencapai 60,00% dan pertemuan 2, efektivitas mengajar guru mencapai 73.33% selanjutnya Pada siklus II pertemuan 1, efektivitas mengajar guru mencapai 86.66% dan pertemuan 2, efektivitas mengajar guru mencapai 93.33%. 2) Aktivitas belajar siswa meningkat dengan menggunakan metode demonstrasi. Pada siklus I pertemuan 1, aktivitas belajar siswa mencapai 45,45% dan pertemuan 2, aktivitas belajar siswa mencapai 63.63%. Pada siklus II pertemuan 1, aktivitas siswa mencapai 81,81% dan pertemuan 2, aktivitas siswa mencapai 90,90%. 3) Hasil belajar siswa meningkat dengan menggunakan metode demonstrasi. Pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 13 siswa atau 72,22% dengan nilai rata-rata 76,94 dan pada siklus II meningkat sebanyak 16 siswa atau 88.89% dengan nilai rata-rata 83,50. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Penggunan Metode Demonstrasi dapat meningkatkan: 1) efektivitas mengajar guru, 2) Aktivitas belajar siswa, 3) hasil belajar Siswa pada materi kerajinan anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe. Kata Kunci: Hasil Belajar, Kerajinan Anyaman, Metode Demonstrasi v ABSTRACT KetutSuciko, 2017, Increasing Students’ Outcomes of Learning Woven Handcrafts by Using Demonstration Method in Class VI of SD Negeri 2 SendangMulyasari in the Sub-district of Tonggauna of Konawe Regency.Supervised by I KetutSuardikaandHj. Darnawati. The aims of this study were: (1) to improve the effectiveness of teacher’s instruction in the teaching woven handcrafts by using demonstration method in class VI of SD Negeri 2 Sendang Mulyasari in the sub-district of Tonggauna of Konawe regency; (2)to improve student’s learning activities in their learning of woven handcrafts by using demonstration method in class VI of SD Negeri 2 Sendang Mulyasari in the sub-district of Tonggauna of Konawe regency; (3) to increase students’ outcomes of learning woven handcraft by using demonstration method in class VI of SD Negeri 2 SendangMulyasari in the sub-district of Tonggauna of Konawe regency. Subjects of the study were class VI students of SD Negeri 2 SendangMulyasari in the sub-district of Tonggauna of Konawe regency, totaling 18 students. The study was a classroom action research conducted in 2 cycles. Data obtained from in the forms of percentage indicating the effectiveness of teacher’s instruction, students’ learning activities, and students’ outcome of learning based on results of observation per cycle which were analyzed quantitatively and qualitatively. Results showed that: (1) the effectiveness of teacher’s instruction increased as a results of using demonstrationmethod. In cycle I, the effectiveness of teacher’s instruction was 60.00% in meeting 1 and 73.33% in meeting 2. In the next cycle, the effectiveness of teacher’s instruction was 86.66% in meeting 1 and 93.33% in meeting 2. 2) Students’ learning activities also increased after the use of demonstrationmethod. In cycle I, the students’ learning activities was 45.045% in meeting 1 and increased to 63.63% in meeting 2. In the next cycle, the students’ learning activities was 81.81% in meeting 1 and rose to 90.90% in meeting 2. 3) The students’ learning outcomes also improved after the application of demonstration method. In cycle I, there were 13 students (72.22%) who completed their learning, gaining an average of 76.94. In the next cycle, 16 students (88.89%) competed their learning with an average of 83.50. The conclusions were: the use of demonstration method could increase: 1) the effectiveness of teacher’s instruction, 2) students’ learning activities, 3) student’s outcomes of learning woven handcrafts in class VI of SD Negeri 2 SendangMulyasari in the sub-district of Tonggauna of Konawe regency Keywords: Learning Outcomes, Woven Handcraft, Demonstration Method vi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, penguasa langit dan bumi yang tiada daya dan upaya selain dari pertolongan-Nya, atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya jugalah sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Supriadi Rustad, M.Si., selaku Plt. Rektor Universitas Halu Oleo, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan Program S2 di Pascasarjana Universitas Halu Oleo. 2. Prof. Ir. H. Sahta Ginting, M.Agr., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo, atas jasa beliaulah sehingga penulis memperoleh peluang untuk melanjutkan studi penulis di jenjang S-2 yaitu pada Program Studi Pascasarjana Pendidikan Seni. 3. Dr. Dasmin Sidu, S.P., M.P, Selaku Wakil Direktur Bidang Akdemik dan Kemahasiswaan, yang telah yang telah memberikan kemudahan dalam semua urusan penulis yang bersifat akademik pada tingkat jurusan dan kelancaran administrasi dalam penyusunan tesis ini. 4. Dr. I Ketut Suardika, S.Pd., M.Si., selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Seni PPS Universitas Halu Oleo sekaligus sebagai pembimbing I, yang telah memberikan kemudahan dalam semua urusan penulis yang bersifat akademik pada tingkat jurusan dan kelancaran vii administrasi dalam penyusunan tesis ini serta pemberian bimbingan, arahan dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi selama menjadi dosen pembimbing dalam penelitian ini. 5. Dr. Hj. Darnawati, M.Pd., selaku Pembimbing II atas bimbingan, arahan dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi selama menjadi dosen pembimbing dalam penelitian ini. 6. Seluruh Dosen serta segenap Staf Administrasi di lingkup Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan pengetahuan selama menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni. 7. Arbain, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN 2 Sendang Mulya Sari, dan Wayan Rita, S.Pd sebagi teman sejawat yang telah banyak memberi banyak bantuan, motivasi dan solusi dalam pembelajaran di kelas. 8. Kepada teman-teman seangkatan Program Studi Pendidikan Seni Angkatan 2015, terima kasih banyak atas kebersamaan dan kerjasamanya selama ini. Penulis menyadari bahwa tidak berarti bahwa hasil penelitian ini sudah merupakan suatu karya yang sempurna, olehnya itu penulis masih mengharapkan saran perbaikan dari pembaca yang sifatnya konstruktif. Kendari, Juni 2017 Penulis viii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.............................................................................. HALAMAN SAMPUL DALAM.............................................................. HALAMAN PENGESAHAN................................................................... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................... ABSTRAK ................................................................................................. ABSTRACT ............................................................................................... KATA PENGANTAR............................................................................... DAFTAR ISI.............................................................................................. DAFTAR TABEL .................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. BAB I i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...................................................... 1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 1 5 5 6 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran....................................... 2.2 Konsep Aktivitas Belajar..................................................... 2.3 Konsep Hasil Belajar ........................................................... 2.4 Kerajinan Anyaman............................................................. 2.4.1 Pengertian Anyaman .............................................. 2.4.2 Bahan, Alat dan Motif Anyaman ........................... 2.4.3 Alat Kerajinan Menganyam ................................... 2.4.4 Jenis Motif Menganyam......................................... 2.5 Metode Demonstrasi............................................................ 2.5.1 Pengertian Metode Pembelajaran............................ 2.5.2 Pengertian Metode Demonstrasi ............................. 2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi... 2.5.4 Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi 2.6 Hasil Penelitian yang Relevan............................................. 2.7 Kerangka Pikir..................................................................... 2.8 Hipotesis Tindakan.............................................................. 8 10 13 16 16 17 21 22 23 23 24 25 28 29 32 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian .................................................................... 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 3.3 Subjek Penelitian ................................................................. 3.4 Faktor yang Diteliti............................................................. 3.5 Desain dan Prosedur Penelitian ........................................... 35 35 35 35 36 BAB II ix 3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 3.7 Teknik Analisis Data ........................................................... 3.8 Indikator Kinerja ................................................................. 38 38 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V 4.1 Hasil Penelitian..................................................................... 4.1.1 Kegiatan Pendahuluan....................................................... 4.2 Tindakan Siklus I.................................................................. 4.3 Tindakan Siklus II ................................................................ 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Persiklus ................................ 42 42 44 61 79 PENUTUP 5.1 Kesimpulan........................................................................... 5.2 Saran ..................................................................................... 88 89 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstraasi ......................................... 25 Tabel 2.2 Kebaikan dan Kekurangan Metode Demonstrasi ............................................ 26 Tabel 3.1 Penentuan Skor Klasifikasi Observasi ............................................................ 39 Tabel 3.2 Penentuan Skor Klasifikasi Observasi ............................................................ 40 Tabel 4.1 Hasil Tes Awal Pra Siklus ............................................................................... 42 Tabel 4.2 Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan pertama pada Siklus I ....... 46 Tabel 4.3 Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan pertama pada Siklus I ............ 49 Tabel 4.4 Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan kedua pada Siklus I .......... 53 Tabel 4.5 Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan kedua pada siklus I ................ 55 Tabel 4.6 Skor Perbandingan Perolehan Siswa Pada Tes Awal dan Tes Siklus I ........... 57 Tabel 4.7 Ketuntasan Hasil Belajar Secara Klasikal Siklus I ......................................... 58 Tabel 4.8 Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Guru dan Siswa Siklus I .... 59 Tabel 4.9 Observasi Efektivitas Mengajar Guru pada Pertemuan Pertama Siklus II ..... 63 Tabel 4.10 Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan pertama pada Siklus II ......... 66 Tabel 4.11 Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan II pada Siklus II .............. 70 Tabel 4.12 Observasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan kedua pada Siklus II ................ 73 Tabel 4.13 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Awal, Tes Siklus I dan II .......................... 76 Tabel 4.14 Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Guru dan Siswa Siklus II . 78 xi DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian.................................................................. 33 Gambar 3.1 Skema siklus Penelitian Tindakan Arikunto .................................... 37 Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Efektivitas Mengajar Guru Persiklus ............... 83 Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Persiklus .................... 85 Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Persiklus .......................... 87 xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Silabus Pembelajaran...................................................................... 93 Lampiran 2 RPP Siklus I ................................................................................... 96 Lampiran 3 RPP Siklus II ................................................................................. 99 Lampiran 4 Tes Awal Prasiklus ......................................................................... 102 Lampiran 5 Tes Siklus I .................................................................................... 103 Lampiran 6 Tes Unjuk Kerja Siklus II .............................................................. 104 Lampiran 7 Skor Perolehan Hasil Belajar Siswa Persiklus ............................... 105 Lampiran 8 Lembar Penilaian Unjuk kerja dan Rubrik Penilaian Siklus 2 ....... 106 Lampiran 9 Rekapitulasi Ketuntasan Skenario Pembelajaran PerSiklus ....... 108 Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 109 xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang dipandang mampu meningkatkan kualitas hidup manusia. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh efektivitas pembelajaran yang dilakukan baik di sekolah maupun luar sekolah. Efektivitas pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa, tidak terlepas dari interaksi antara guru dan peserta didik. Interaksi tersebut dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan bersama dalam proses pembelajaran. Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Minat, bakat, kemampuan, dan potensipotensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan seorang guru (Mulyasa, 2006: 35). Guru harus memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas peserta didik. Peran guru dijelaskan oleh Mulyasa (2006: 37) sebagai berikut: Guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pelatih, guru sebagai penasehat, guru sebagai pembaharu/innovator, guru sebagai model dan teladan, guru sebagai pribadi, guru sebagai peneliti, guru sebagai pendorong kreatifitas, guru sebagai pembangkit pandangan, guru sebagai pekerja rutin, guru sebagai pemindah kemah, guru sebagai pembawa cerita, guru sebagai 1 2 aktor, guru sebagai emansipator, guru sebagai evaluator, guru sebagai pengawet dan guru sebagai kulminator. Dalam menjalankan perannya yaitu sebagai pendidik, pengajar, pemimpin, administrator, guru harus mampu melayani peserta didik yang dilandasi dengan kesadaran (awarreness), keyakinan (belief), kedisiplinan (discipline) dan tanggung jawab (responsibility) secara optimal sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan siswa secara optimal, baik fisik maupun psikhis. Hanafiah dan Suhana (2009: 106-108) menyatakan guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari Mulyasa (2006: 37). Dalam pelaksanaan pembelajaran, banyak variable yang mempengaruhi kesuksesan seorang guru. Penguasaan dan keterampilan guru dalam penguasaan materi pembelajaran dan strategi pembelajaran tidak menjadi jaminan untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal Mulyasa (2006: 37). Menurut pengamatan peneliti berdasarkan pembelajaran SBK yang telah dilaksanakn guru hanya sekedar menjelaskan teori saja tanpa melaksanakan praktek, dan dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah. Sehingga disaat peneliti melaksanakan tes awal banyak siswa yang tidak mengerti apa dan bagaimana cara menganyam tersebut karena kurangnya pengetahuan 3 ataupun pengalaman siswa dalam membuat kerajinan anyaman dan banyaknya terdapat siswa yang kurang terampil dan tidak bisa membuat kerajinan anyaman Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, masih banyak siswa kurang memperhatikan proses pembelajaran di kelas, siswa kurang memperhatikan guru saat menerangkan, malas mengerjakan tugas, ribut saat guru sedang menerangkan, dan cenderung pasif saat belajar, sehingga hanya guru yang lebih dominan dalam pembelajaran. Akibat hal tersebut di atas mempengaruhi rendahnya nilai siswa pada materi kerajian anyaman. Dari hasil tes awal yang diberikan guru menunjukkan bahwa hasil belajar materi kerajinan anyaman terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥75 hanya 6 orang atau 33,33% dan siswa yang memperoleh nilai ≤75 sebanyak 12 orang atau 66,67% dari jumlah siswa 18 orang. Rata-rata nilai siswa pada tes awal ini adalah 66,67. Selain itu banyak siswa yang kurang kreatif serta tidak mampu untuk mengembangkan idenya dalam membuat karya kerajinan anyaman. Siswa tidak ada keinginan untuk menemukan ide baru dalam mengolah bahan yang ada untuk sebuah karya yang baru dan berbeda sehingga kerajinan yang dihasilkan tidak bervariasi baik itu dari segi bentuk ataupun komposisi dari karyanya itu. Dalam konteks peningkatan hasil belajar, interaksi aktif antara guru dan siswa membutuhkan metode. Metode dalam peningkatan hasil belajar siswa sangat beragam. Salah satunya adalah metode demonstrasi, yakni teknik penyajian materi pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan proses situasi dari awal hingga akhir dan didampingi dengan penyampaian secara lisan. Sabri (2007: 57) menjelaskan, metode demonstrasi adalah mengajar yang memperlihatkan 4 bagaimana proses terjadinya sesuatu. Ini dapat dilakukan oleh guru atau orang lain yang sengaja diminta dalam suatu proses pembelajaran. Pada dasarnya, semua mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD) sama pentingnya dalam menjadikan siswa kaya akan pengetahuan. Tidak terkecuali mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). Berkenaan dengan tajuk penelitian ini, menggunakan metode demonstrasi, maka di fokuskan pada mata pelajaran SBK. Penggunaan metode ini sangat baik bagi siswa, khususnya di Sekolah Dasar dalam mempraktekkan seni keterampilan menganyam melalui kegiatan demonstrasi terutama bagi siswa sekolah dasar sangat penting, karena usia sekolah dasar masih berfikir konkret, belum mampu berfikir abstrak. Pembelajaran SBK di sekolah merupakan wadah perantara siswa dalam mengetahui, mengenal, dan mempraktikkan warisan karya-karya kebudayaan yang ada di Indonesia. Berdasarkan survey awal, pembelajaran SBK di sekolah berorientasi pada pengenalan jenis-jenis kesenian dan keterampilan. Siswa dijadikan objek dari proses pembelajaran. Berkenaan dengan metode demonstrasi yang akan dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman, maka siswa berlaku sebagai subyek, sehingga diharapkan dapat memberi nilai plus bagi siswa itu sendiri. Dalam metode ini, guru mempraktikan proses kerajinan anyaman, sehingga siswa dapat melihat secara langsung dan dapat mempraktikkannya proses pembuatan kerajinan anyaman. Proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi memberikan siswa pemahaman, pengalaman, dan kreativitas berkarya. Menurut Sumanto (2006: 9), kreativitas berkarya diartikan sebagai kemampuan menemukan, 5 menciptakan, mambuat, merancang dan memadukan suatu gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru dengan didukung kemampuan terampil yang dimilikinya. Metode pembelajaran seperti ini, dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas berkarya. Dari uraian di atas peneliti ingin mengadakan perbaikan proses pembelajaran SBK di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari dengan menerapkan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran kerajinan anyaman. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.2.1 Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan efektivitas mengajar guru pada materi kerajinan anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe? 1.2.2 Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi kerajinan anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe? 1.2.3 Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kerajinan anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 6 1.3.1 Meningkatkan efektivitas mengajar guru pada materi kerajinan anyaman dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe. 1.3.2 Meningkatkan aktivitas belajar siswa materi Kerajinan Anyaman dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe. 1.3.3 Meningkatkan hasil belajar siswa materi kerajinan anyaman dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.4.1 Siswa Siswa mendapat pengalamaan langsung untuk mengembangkan koordinasi mata dan tangan serta mengembangkan kreativitas siswa dalam keterampilan menganyam yang menyenangkan. 1.4.2 Guru Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pembelajaran keterampilan melalui metode demontrasi. 1.4.3 Sekolah Memberikan masukan agar selalu mengembangkan karya-karya anak melalui keterampilan menganyam. 7 1.4.4 Bagi Peneliti Menambah khasanah dan memperkaya pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam meningkatkan hasil belajar siswa, memperkaya referensi bagi peneliti selanjutnya yang mengkaji tentang meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman dengan metode demonstrasi. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran Proses belajar adalah proses yang kompleks, tergantung pada teori belajar yang dianutnya. Belajar merupakan suatu proses dan bukan produk. Menurut Syaiful Bahri (2006: 35) mengatakan bahwa belajar adalah proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari perubahanperubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan. Menurut Majid (2000: 75) mengatakan bahwa belajar adalah proses untuk memperoleh perubahan yang dilakukan secara sadar, aktif, dinamis, sistematis, berkesinambungan, integrative dan tujuan yang jelas. Sedangkan menurut Sanjaya (2006: 24) memusatkan belajar dalam tiga hal, yaitu belajar adalah mengubah tingkah laku, perubahan adalah hasil dari pengalaman dan perubahan terjadi dalam perilaku individu. Jadi, pada hakikatnya belajar adalah segala proses atau usaha yang dilakukan secara sadar, sengaja, aktif, sistematis dan integrative untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam dirinya menuju ke arah kesempurnaan hidup. Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan pembelajaran menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Belajar bukan merupakan kegiatan menghafal dan bukan pula 8 9 mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Slameto, 2003: 28). Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar dan mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pembelajaran, sehingga proses atau kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hasil belajar dalam kontekstual menekankan pada proses yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Nilai siswa diperoleh dari penampilan siswa sehari-hari ketika belajar. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara misalnya, proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dan tes (Sanjaya, 2006: 45). Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, sehingga perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat terwujud. Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian hasil 10 belajar dapat dilihat dari hasil yang dicapai siswa, baik hasil belajar (nilai), peningkatan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah perubahan tingkah laku atau kedewasaannya. Belajar merupakan peningkatan dan perubahan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik ke arah yang lebih baik lagi. Keberhasilan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan dari sebuah pembelajaran yang tidak lepas dari peran aktif guru dan siswa itu sendiri, dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dengan belajar, seharusnya siswa dapat berubah menjadi lebih baik. Perubahanperubahan yang terjadi dari hasil belajar harus mengacu kepada kesadaran, niat, tujuan belajar, berlangsung secara terus menerus dan menimbulkan perubahan positif dalam moralitas, mental, pengetahuan dan keterampilan siswa (Syaiful Bahri, 2006: 78). 2.2 Konsep Aktivitas Belajar Aktivitas adalah istilah umum yang dikaitkan dengan keadaan bergerak, eksplorasi dan berbagai repson lainnya terhadap rangsangan sekitar (Djamarah, 2008:38). Sedangkan belajar didefinisikan (Muhibbin Syah, 2008: 89) sebagai modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Olehnya itu dapat dikatakan aktivitas belajar sebagai eksplorasi atau respon terhadap modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Aktivitas belajar merupakan prinsip dasar dalam proses pembelajaran. Prinsip dasar yang dimaksud adalah interaksi antara guru dan siswa sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan. Interaksi tersebut bertujuan meningkatkan pemahaman dan mental siswa. Hal ini disebabkan siswa cenderung pasif dalam 11 proses pembelajaran. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diperlukan agar tercapai tujuan dan sasaran pembelajaran (Fitri, dkk. 2013: 23). Mengantispasi kepasifan siswa, guru memegang peranan yang sangat penting, yakni memberikan peran atau pelibatan siswa secara langsung. Keaktifan siswa dalam pembelajaran akan mewujudkan hakikat dari pendidikan, yakni perubahan. Pemikiran ini sejalan dengan pendapat Daryanto (2010: 3), perubahan yang bersifat aktif adalah perubahan yang tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha orang yang bersangkutan. Paul B. Diedric (2006: 101) menggolongkan jenis-jenis aktivitas belajar sebagai berikut: 1) Visual activities, yakni membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral Activities, menjelaskan, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi. 3) Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4) Writing Activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin. 5) Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak. 7) Mental Activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan. 8) Emotional Activities, misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang (Sardiman, 2011: 101). Jenis-jenis aktivitas belajar di atas, terintegrasi dalam penelitian meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman dengan menggunakan demonstrasi. Penekanannya pada aktivitas belajar itu sendiri. Artinya, kemampuan guru dalam 12 mendemonstrasikan kerajinan anyaman pada siswa dapat dipahami dan diperagakan. Pelibatan siswa secara aktif dalam aktivitas belajar akan meningkatkan hasil belajar. Selain itu, dapat membina mental siswa untuk berani berdiskusi dan mengambil keputusan. Sudjana (2010: 6) menjelaskan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat berdasarkan: 1) turut serta dalam melaksanaan tugas belajarnya, 2) terlibat dalam pemecahan masalah, 3) bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, 4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, 5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, 6) memulai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh, 7) melatih dirinya dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, 8) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. Dalam kegiatan pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa yang memadai sangat dibutuhkan sebagai cara menciptakan suasana kelas yang kondusif dan komunikatif. Tradisi lama yang terjadi dalam proses pembelajaran adalah menjadikan siswa sebagai objek. Siswa yang pasif menjadikan guru secara sepihak menguasai situasi. Kondisi tersebut adalah wujud dari buruknya system pendidikan. Olehnya itu dibutuhkan revolusi dalam proses pembelajaran, yakni menjadikan siswa sebagai subyek pembelajaran. Peran siswa secara aktif di dalam kelas memberi nilai plus bagi siswa itu sendiri pendalaman materi, penguatan 13 mental berdiri dan mengungkapan hasil pikiran di depan orang banyak adalah nilai positif yang dihasilkan dari keaktifan siswa di kelas. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Hal ini sejalan dengan Natawijaya (2005: 22) yakni pemikiran suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor. 2.3 Konsep Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 3-4). Pernyataan tersebut menyirat makna, hasil belajar tidak diperoleh oleh siswa saja, tetapi guru juga termasuk di dalamnya. Pada siswa, hasil belajar merupakan rangkaian akhir dari proses belajar yang telah dilaluinya pada suatu materi. Sedangkan pada guru, hasil belajar berorientasi pada keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran atau tindak 14 akhir proses belajar melalui evaluasi hasil belajar. Olehnya itu, dapat dikatakan hasil belajar merupakan evaluasi guru terhadap siswa mengenai kegiatan pembelajaran. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2010: 3).Dalam akhir proses pembelajaran akan menghasilkan suatu perubahan yang khas sebagai hasil belajar. Hasil belajar dapat dicapai siswa melalui upaya perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Mengutip pernyataan Gagne, Suprijono (2009: 5) menjabarkan hasil belajar berupa: a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 15 e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar prilaku. Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat dilihat berdasarkan kemampuan siswa mengungkapkan pengetahuan, menyampaikan konsep, memecahkan masalah, dan menentukan sikap menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian diri sendiri. Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Hasil belajar yang diperoleh setiap siswa tidak akan sama karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilannya dalam proses belajar. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut: a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Baik buruknya hasil belajar siswa dapa dipengaruhi oleh factor-faktor tersebut. Kondisi yang terjadi di dalam atau di luar diri siswa memberi dampak kemampuan siswa mengungkapkan pengetahuan, menyampaikan konsep, memecahkan masalah, dan 16 menentukan sikap menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian diri sendiri. 2.4 Kerajinan Anyaman 2.4.1 Pengertian Anyaman Anyaman merupakan keterampilan masyarakat berbentuk kerajinan tradisional yang diturunkan secara turun-menurun sebagai warisan budaya. Takari (2007: 3) mendefiniskan anyaman adalah suatu kegiatan menjalin bahan yang berbentuk pita sehingga satu sama lainnya saling kuat-menguatkan dan karena tekniknya, timbulah motif yang berulang. Selain itu, (Rosita, 2005: 11) menjelaskan tentang kerajinan anyaman yang memiliki nilai-nilai keindahan. Nilai-nilai keindahan tersebut kemudian menjadi ciri khas barang anyaman. Saat ini anyaman banyak mengalami perkembangan mulai dari bentuk dan motif yang bevariasi sehingga bentuk dan motif tidak kelihatan monoton. Perkembangan motif dan variasi anyaman tidak terlepas dari tuntutan pasar sebagai sebuah produk. Motif dan variasi ini yang tidak menoton menandakan, bahwa pengrajin memiliki sumberdaya kreatif yang tinggi. Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa kerajinan anyaman merupakan produk tradisional yang dihasilkan berbentuk silang dan tumpang tindih antara iratan dan pakan sebagai warisan budaya yang pewarisannya dilakukan secara turun-menurun untuk meningkatkan daya kreativitas siswa. Menganyam pada dasarnya menyelipkan secara pelan-pelan di antara lusi dan pakan. Lusi adalah bagian iratan yang disusun membujur, sedangkan pakan adalah bagian iritan yang disusun melintang. Korelasi antara kerajinan anyaman dan 17 materi pembelajaran di sekolah memiliki tujuan untuk meningkatkan daya kreativitas untuk membantu perkembangan psikomotorik siswa. 2.4.2 Bahan, Alat dan Motif Anyaman Bahan Mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembuatan karya. Terlebih karya (barang) kerajinan. Menganyam termasuk salah satu dari bagian seni kerajinan. Oleh karena itu, kualitas bahan yang akan dipergunakan sangat menentukan kualitas karya dari kerajinan tersebut. Menurut Takari, (2007: 7-11) Bahan yang digunakan akan sangat menentukan untuk kerajinan anyaman terdiri dari dua macam: a. Bahan Pokok Bahan pokok adalah bahan yang akan mendominasi terwujudnya karya. Karya kerajinan yang telah jadi pun dapat dilihat bahan apa yang digunakan dengan jelas. Bahan pokok dari kerajinan anyam adalah sebagai berikut: 1) Bambu tali Bambu tali merupakan bambu yang mempunyai kualitas paling baik dibanding dengan bambu jenis yang lain, sebagai bahan anyaman. Bambu ini sangat lentur, kuat, tidak mudah putus dan patah. Bambu tali banyak digunakan oleh pengrajin anyaman tradisional sejak jaman dulu. Untuk dapat dipakai bahan anyaman dari bambu ini harus di irat dahulu sehingga menjadi lembaran-lembaran yang pipih, untuk mengirat menggunakan alat pisau. 2) Rotan Rotan digunakan untuk jenis anyaman silindris dengan berbagai teknik di antaranya untuk anyaman membelit denga pakan tunggal dan ganda misalnya 18 keranjang. Tetapi rotan pitrit yang jenisnya besar dapat dipakai ebagai perabot besar (misalnya: lemari pakaian, kursi, meja dan kerajinan lainnya). 3) Pandan Pandan adalah jenis daun yang banyak tumbuh dipinggir sungai bahkan termasuk tumbuhan liar. Daunnya berduri disisi kanan dan kirinya sehingga untuk mengambil daun pandan perlu keterampilan tersendiri. Agar dapat digunakan sebagai bahan anyaman daun pandan harus diserat sehingga lebih kecil (sesuai dengan ukuran yang di inginkan) dan harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur. Bahkan ada pula pengrajin yang sengaja merebusnya terlebih dahulu agar lebih kuat. Daun pandan dapat dipakai sebagai bahan kerajinan anyaman tas,topi, tikar, dan lain-lain. 4) Blarak/janur Blarak adalah daun kelapa yang sudah tua banyak tumbuh didaerah tropis. Sedangkan janur adalah daun kelapa yang masih muda. Blarak/janur untuk dapat digunakan sebagai bahan kerjinan anyam harus dipisahkan dari lidinya dahulu, walapun sebagian orang juga menggunakan blarak/janur tidak dipisahkan dari lidinya, yaitu lidinya ikut teranyam dan mempunyai fungsi untuk penguat hasil anyaman itu. Hal ini banyak ditemukan pada kegiatan panggung atau dekorasi atau sebagai keranjang sayuran. Blarak/janur banyak dipakai sebagai kerajinan anyam untuk membuat; ketupat, tas, topi, atap, dan lain-lain. 5) Kertas Kertas dapat dipakai sebagai bahan anyaman terutama untuk karya mainan atau kegiatan pembelajaran di tingkat taman kanak-kanak. Untuk dapat digunakan 19 sebagai bahan anyaman kertas harus dipotong berbentuk panjang-panjang dan lebarnya sesuai dengan yang diinginkan. Kertas sebagai bahan anyaman sebaiknya menggunakan kertas yang kuat sehingga tidak mudah putus. 6) Plastik Plastik sebagai bahan anyaman telah dirancang sengaja untuk bahan anyaman . Adapun besar kecilnya teah dirancang sesuai denga tujuannya. Plastik sebagai bahan kerajinan anyam banyak dijumpai atau dijual di toko-toko alat tulis, bentuknya seperti sedotan minuman dengan pewarnaan langsung, sehingga anda tidak perlu mewarnai lagi. 7) Karet Demikian juga dengan karet sebagai bahan anyaman telah dirancang sengaja sebagai bahan kerajinan anyam. Bahan ini dapat di jumpai di toko alat tulis dengan bentuk lembaran-lembaran, sehingga apabila akan dipakai harus dipotongpotong terlebih dahulu menggunakan gunting atau cutter. 8) Kain Selain menggunakan kertas, plastik, karet untuk kegiatan menganyam juga dapat digunakan bahan dari kain,karena kain dianggap lebih aman dan praktis. Adapun cara penggunaan dan memotongnya sama dengan kertas dan karet. 9) Daun pisang Untuk kegiatan pembelaran menganyam di antaranya dapat menggunakan bahan dari daun pisang. Bahan dari daun pisang adalah bahan yang paling aman dan murah untuk kegiatan menganyam. Daun pisang yang masih lembaran dan telah 20 dipisahkan dari pelepahnya dapat dijadikan suwiran sehinggamenjadi lembaranlembaran kecil dengan ukuran 0,5-1 cm memanjang b. Bahan Pembantu Bahan pembantu merupakan pelengkap dari proses anyaman . Bahan ini tidak selalu dibutuhkan. 1) Lem Untuk menguatkan dan menyambung anyaman sering menggunakan bahan pelengkap yang berupa lem. Lem ini terdiri dari lem putih (untuk mengelem kayu, plastik, kain) dan lem kertas. 2) Paku Untuk kerajinan anyam terapan sering menggunakan bahan bentuk paku, rotan sebagai pengikat agar tak mudah lepas. 3) Pelitur/Vernis Disamping untuk mengkilapkan hasil anyaman vernis ini juga dapat dipakai sebagai pengikat/perekat susunan anyaman sehingga karya anyaman bertabah kuat dan tidak mudah lepas. 4) Pewarna Banyak bahan-bahan anyaman yang sudah mempunyai pewarnaan asli (warna; kayu,bambu , rotan) tetapi banyak pula yang perlu mendapat tambahan pewarnaan seperti; mending, seratan bambu, seratan pandan. Ada beberapa bahan pewarna di antaranya; naptol, sepuhan, cat air. 21 2.4.3 Alat Kerajinan Menganyam Alat Merupakan benda yang tidak kalah pentingnya dalam pembuatan suatu kerajinan menganyam. Dengan tersediannya kelengkapan alat yang memadai juga akan menentukan kualitas suatu karya anyaman. a. Pisau Pisau khusus untuk membantu prosesnya bahan anyaman memiliki bentuk yang khusus pula, karena hal ini disesuaikan dengan cara penggunaannya. Pisau ini dirancang agar mudah digunakan untuk mengirat (meraut) bambu agar menjadi tipis-tipis serta untuk menghalusikan iratan bambu. b. Gergaji potong Gunanya untuk memotong bambu yang akan dipecah-pecah menjadi bagianbagian dengan ukuran 0,5-1 cm. Gergaji ini untuk menghilangkan ruas-ruas bambu. Gergaji potong berbeda dengan gergaji belah. Lebih jelasnya Anda dapat amati gambar di bawah. c. Gunting Untuk memotong lembaran iratan bambu , kertas, plastik, kain, karet, dan lainlain. Sehingga menjadi lembaran-lembaran panjang. d. Cutter Untuk memotong lembaran-lembaran kertas,plastik, karet,kain yang akan dijadikan bahan anyaman. Pisau ini lebih tajam dari pisau biasa. Maka diingatkan kepada Anda agar alat pemotong cutter ini dirawat dengan hati-hati. e. Kuas Dipergunakan untuk mengoles lem dan cat sebagai bahan pelengkap kerajinan anyaman. 22 f. Penggaris Dalam kegiatan kerajinan anyam penggaris ini disamping sebagai alat pengukur juga dapat dipakai sebagai alat bantu memotong kertas dengan cutter atau pisau agar lurus dan mudah memotongnya. Tetapi sebaiknya menggunakan penggaris dari bahan logam. g. Uncek Uncek bentuknya menyerupai jarum besar. Uncek ini digunakan untuk membuat lobang-lobang tali agar bahan tali dapat dengan mudah dimasukan untuk menguatkan ikatan. Dalam anyaman motif merupakan salah satu pendukung proses menganyam. Motif anyam itu sebelumnya juga hasil proses pemikiran atau gagasan dari si penciptanya. 2.4.4 Jenis Motif Menganyam Menurut Takari (2007: 17) motif anyaman adalah kerajinan anyaman untuk memerindah bentuk, membedakan warna, dan memperkuat struktur anyaman. Setiap jenis anyaman dapat dikombinasikan sehingga menghasilkan motif-motif lain yang lebih unik, indah dan menarik. Pada dasarnya motif karya kerajinan anyaman dibuat dengan tiga cara, yaitu: a. Menganyam Dasar Tunggal Menganyam dasar tunggal berarti menganyam dengan selang satu, yaitu sekali baris lungsin dan sekali baris pakan. Pada gambar dibawah ini lungsin digambarkan pada arah yang membujur, sedangkan pakan digambarkan pada arah yang melintang. b. Menganyam Dasar Ganda 23 Menganyam dasar ganda berarti menganyam berselang dua yaitu dua kali arah lungsin dan dua kali arah pakan. Bahan anyaman dapat dipilih yang sama dalam warna dan ukuran, tetapi dapat juga berbeda. c. Menganyam Kombinasi Menganyam kombinasi berarti menganyam berdasarkan corak tertentu. Bahan lungsin dan pakan yang digunakan biasanya berbeda dalam warna atau ukurannya. 2.5 Metode Demonstrasi 2.5.1 Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan cara tujuan pembelajaran melalui tahapan tertentu atau langkah-langkah yang lebih prosedural. Sanjaya (2010: 187), menjelaskan bahwa metode pembelajaran merupakan cara merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Menurut Djamarah (1991: 72), menjelaskan metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran berarti cara dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal. Macam-macam metode pembelajaran menurut (Sumiati dan Asra, 2009: 78) antara lain adalah sebagai berikut : Metode pemecahan masalah, Metode tanya jawab, Metode diskusi, Metode kerja kelompok, Metode demonstrasi & eksperimen, Metode sosiodrama dan bermain peran, Metode pemberian tugas belajar & resitasi, Drill pemberian latihan, Metode ceramah. 24 Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan alat atau cara yang digunakan untuk merubah suatu keadaan yang diinginkan pada pembelajaran agar memperoleh hasil yang maksimal. 2.5.2 Pengertian Metode Demonstrasi Kata lain dari demonstrasi adalah peragaan. Menurut Sanjaya (2006: 152), metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret dalam strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. Sementara itu, Muhibbin Syah (2006: 208) mendifiniskan demonstrasi sebagai metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad (2006: 8) mengemukakan metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas. Beberapa pendapat di atas mengenai metode demonstrasi memiliki fokus yang sama, yakni pada peragaan untuk dipertontonkan kepada siswa. Dalam konteks kegiatan pembelajaran, demonstrasi merupakan peragaan yang dilakukan 25 oleh guru atau orang lain untuk mempertunjukkan kepada siswa tentang proses terjadinya peristiwa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kontekstualisasi pengertian demonstrasi di atas dengan meningkatkan hasil belajar siswa, yakni guru atau orang lain memperagakan pembuatan kerajinan anyaman kepada siswa untuk diamati dan diulangi cara pembuatannya. 2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi Setiap metode yang digunakan untuk pembelajaran terdapat kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan metode demonstrasi. Metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Aswan Zain (2006: 91) Kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi akan dijabarkan pada tabel berikut ini. Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi No. Kelebihan Kekurangan 1. Dapat membuat pembelajaran Metode ini memerlukan menjadi jelas dan lebih konkrit, keterampilan guru secara khusus, sehingga menghindari verbalisme karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif 2. Siswa lebih mudah memahami apa Fasilitas seperti peralatan, tempat, yang dipelajari dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik 3. Proses pembelajaran lebih menarik Demonstrasi memerlukan kesiapan atau perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain. 26 4. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencobanya melakukan sendiri Sumber: Azwan Zain (2006: 91) Selain pendapat di atas, Menurut Syaiful Sagala (2010: 211) kebaikan dan kekurangan metode demonstrasi juga akan dijabarkan pada tabel di bawah ini. Tabel 2.2 Kebaikan dan Kekurangan Metode Demonstrasi No. 1. Kebaikan Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti 2. Dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama 3. Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu pendek 4. Dapat mengurangi kesalahankesalahan bila dibandingkan hanya dengan membaca dan mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatan 5. Karena gerakan dan proses pertunjukan, maka tidak memerlukan keteranganketerangan yang banyak 6. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi Sumber: Syaiful Sagala (2010: 211) Kekurangan Derajat verbalisme kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan Untuk demonstrasi digunakan alatalat khusus Dalam mengadakan pengamatan diperlukan pemusatan perhatian Tidak semua demonstrasi dilakukan di kelas Memerlukan banyak waktu dapat 27 Perbedaan dari dua pandangan mengenai kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi di atas memandang verbalisme sebagai kelebihan dan kekurangan. Menurut Syaiful Sagala (2010: 211), verbalisme dapat mendukung peragaan kegiatan pembelajaran, sementara Zain (2006: 91), menganggap verbalisme dihindari dan difokuskan pada peragaan. Perbedaan ini kemudian menyimpulkan bahwa verbalisme dapat digunakan dalam metode demonstrasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas. Artinya, guru dapat memfokuskan materi pembelajaran berdasarkan kondisi keaktifan belajar siswa. Apabila siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, maka verbalisme lebih difokuskan dibandingkan dengan peragaan. Sebaliknya, apabila siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, maka peragaan lebih difokuskan daripada verbalisme. Perbedaan lainnya terletak pada pengamatan. Menurut Zain, metode demonstrasi dapat merangsang siswa untuk melakukan “pengamatan” lebih dekat terhadap materi yang diajarkan, sehingga itu menjadi kelebihan. Sementara Sagala memandang “pengamatan” sebagai kelemahan karena membutuhkan pemusatan perhatian. Pada penggunaan alat-alat peraga, baik Zain maupun Sagala sama-sama memandang sebagai kekurangan dalam metode demonstrasi. Kekurangannya pada ketersedian alat dan tempat yang tidak di setiap sekolah memilikinya. Selain itu, Zain dan Sagala, memandang metode demonstrasi membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga dibutuhkan kesiapan yang matang dalam kegiatan pembelajaran. Kesamaan lainnya juga terdapat pada menarik perhatian siswa untuk melihat secara langsung peragaan materi yang akan dipelajari. 28 2.5.4 Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi Mengimplemantasikan metode demonstrasi membutuhkan langkah- langkah untuk meningkatkan hasil belajar. Hasibuan dan Mujiono (2006: 31) merumuskan langkah-langkah metode pembelajaran demonstrasi, sebagai berikut: 1) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan; 2) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan ; 3) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal; 4) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas; 5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya; 6) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaanpertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi; 7) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan: a. Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa. b. Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas. c. Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya. Selain itu menurut Muhammad Ali (2010: 85-86) langkah-langkah penerapan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: 29 1. Merumuskan kecakapan atau ketrampilan yang hendak dicapai setelah demonstrasi. 2. Mempertimbangkan penggunaan metode yang tepat dan efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan. 3. Memilih alat yang mudah didapat, dan mencobanya sebelum didemonstrasikan supaya tidak gagal saat diadakan demonstrasi. 4. Menetapkan langkah-langkah yang akan dilaksanakan. 5. Memperhitungkan waktu yang tersedia. 6. Pelaksanaan demonstrasi. 7. Membuat perencanaan penilaian terhadap kemajuan peserta didik. Langkah-langkah sebagaimana disebutkan di atas akan dapat mengantarkan peserta didik untuk memperoleh pemahaman dan kecakapan sesuai dengan tujuan demonstrasi itu sendiri. 2.6 Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian tentang penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa telah banyak dilakukan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggambar Buah-Buahan Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi di Kelas VII SMP IT” yang dilakukan oleh Lestari (2012: 34). Hasil penelitannya sangat memuaskan, yakni peningkatan yang sangat signifikan dari uji coba yang dilakukan melalui 2 siklus. hasil belajar pada tiap siklus terjadi peningkatan, yaitu nilai rata-rata kelas Siklus I mencpai 73,18 dengan siswa yang tuntas belajar 14 siswa atau 45,16%. Siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 83,91, siswa yang 30 mengalami tuntas belajar sebanyak 27 siswa atau 87,10%. Dari hasil penelitian di atas memiliki relelevansi dengan penelitian yang akan yaitu, pada fokus penelitian pada mata pelajaran yang sama yaitu SBK dan menggunakan metode demonstrasi, walaupun materi yang dikaji berbeda. Selanjutnya penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknik Kolase Melalui Produk Kerajinan Tangan Dalam Mata Pelajaran SBK di SDN Desa Lama Kec. Hamparan Perak” yang dilakukan oleh Maria (2012: 42). Penelitian ini berkesimpulan peningkatan aktivitas siswa terlihat sebagai berikut: pada siklus I rata-rata dari jumlah seluruh aspek yang diamati adalah 53,7%, pada siklus II jumlah rata-rata meningkat menjadi 80.0%. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa yang terlihat pada ketuntasan siswa dalam menyelesaikan karya kerajinan teknik kolase sebagai berikut: karya sebelumnya tanpa menggunakan metode demonstrasi siswa yang tuntas 10 orang (33,3%) dan setelah menggunakan metode demonstrasi pada siklus I jumlah siswa yang tuntas 16 orang (53,3%), dan pada siklus II jumlah siswa yang tuntas mencapai 28 orang (93,3%). Dari hasil penelitian di atas juga memiliki relelevansi dengan penelitian ini yaitu, pada fokus penelitian pada mata pelajaran yang sama yaitu SBK dan menggunakan metode demonstrasi, walaupun materi yang dikaji berbeda. Penelitian yang relevan selanjutnya adalah “Penerapan Metode Demonstrasi Berbantuan Media Daun Pisang Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Pada Anak TK.” penelitian yang dilakukan Sukerti (2013: 47). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 31 siklus I persentase keterampilan motorik halus adalah 61,37% berada pada katagori cukup. Terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 83,65% dengan katagori baik, hal tersebut menandakan bahwa terdapat peningkatan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B TK Kusuma Dharma Tukad Mungga pada siklus I dan siklus II sebesar 22,28%. Jadi penerapan metode demonstrasi dengan berbantuan media daun pisang melalui kegiatan menganyam dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B TK Kusuma Dharma Tukad Mungga Kecamatan/Kabupaten Buleleng semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. Dari hasil penelitian di atas juga memiliki relelevansi dengan penelitian ini yaitu, pada fokus penelitian pada materi yang sama yaitu tentang menganyam dan menggunakan metode demonstrasi. Perbedaan hasil penelitian yang relepan dengan penelitian ini adalah : Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012:34), hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar siswa pada menggambar buah-buahan dan dilaksanakan di Kelas VII SMP sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Maria (2012: 42), Meningkatkan Hasil Belajar dan aktivitas Siswa pada Teknik Kolase di SD dan selselanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sukerti (2013: 47).meningkatkan motorik halus dengan bantuan media daun pisang pada anak TK. Perbedaan penelitian ini dari ke tiga penelitian diatas adalah penelitian ini menekankan pada peningkatan tiga aspek yaitu : 1. Meningkatkan efektivitas mengajar guru, 2. Meningkatkan aktivitas belajar sisawa, 3. Meningkatkan hasil belajar siswa materi kerajinan anyaman pada mata pelajaran SBK di SD Kelas 32 VI. Selain Materi dan jenjang sekolah, bahan dan alat yang digunakan juga berbeda. Penelitian ini menggunakan bahan dari alam yaitu bahan anyaman dari bambu . 2.7 Kerangka Pikir Kerajinan anyaman sebagai materi pembelajaran di Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) menuntut aktivitas belajar sebagai upaya merangsang daya berpikir siswa untuk berimajinasi dan berkreasi. Akan tetapi, hasil survey awal yang temukan, metode pembelajaran terkesan monoton. Artinya, dalam kegiatan pembelajaran, siswa dijadikan sebagai objek sehingga guru secara aktif menyampaikan penjelasan-penjelasan tanpa melibatkan siswa lebih aktif dalam materi kerajinan anyaman. Selain itu, ketidak pedulian siswa terhadap materi pembelajaran tercipta situasi belajar yang tidak kondusif. Olehnya itu, dibutuhakan metode demonstrasi sebagai strategi pembelajaran. Memperagakan materi kerajinan anyaman kepada siswa untuk dicermati dan dipraktikkan dipandang sebagai metode pembelajaran yang efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, kerangka pikir digunakan sebagai alur pemikiran peneliti dalam rangkaian kegiatan penelitian. Berlandaskan uraian di atas, maka kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: 33 Kondisi awal Hasil Belajar dalam Keterampilan menganyam masih rendah Penyebabnya: 1. Guru hanya menggunakan metode ceramah 2. Pembelajaran hanya berpusat pada guru 3. Pembelajaran abstrak dan berdasarkankan pada hafalan 4. Siswa secara pasif menerima informasi dari guru Metode Demonstrasi Guru: Siswa: 1.Sebagai pusat pembelajaran 2. Perhatian tertuju pada materi 3. Memperoleh pengalaman langsung 4. Aktif dan terampil 5. Belajar menemukan suatu konsep materi 1. Sebagai mediator 2. Menyajikan pembelajaran lebih jelas dan konkrit 3. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa 4. Menggunakan alat peraga Hasil Belajar Siswa pada materi menganyam dapat meningkat Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian 34 2.8 Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan pada latar belakang, kajian teori dan kerangka pikir diatas, hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah: 2.8.1 Jika guru menggunakan metode demonstrasi, maka efektifitas mengajar guru pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan (SBK) materi Kerajinan Anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe akan meningkat. 2.8.2 Jika guru menggunakan metode demonstrasi, maka aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan (SBK) materi Kerajinan Anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe akan meningkat. 2.8.3 Jika guru menggunakan metode demonstrasi, maka hasil belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan (SBK) materi Kerajinan Anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe akan meningkat. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penlitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penggunaan penerapan penelitian tindakan di dalam kelas, selain sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, diharapkan akan mampu mendorong guru memiliki kesadaran diri melakukan refleksi dan kritik diri terhadap aktifitas pembelajaran yang diselenggarakannya. Susilo (2007:16) menyatakan tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penilitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2017 di SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe 3.3 Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari yang berjumlah 18 orang. 3.4 Faktor yang Diteliti Untuk menjawab Rumusan masalah di atas, maka ada beberapa hal yang harus dikaji dalam penelitian ini antara lain: 1) efektivitas guru; 2) aktivitas siswa; 3) hasil belajar siswa menggunakan metode demonstrasi. Secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut. 35 36 a. Menganalisis efektivitas mengajar guru menggunakan metode demontrasi dalam meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman pada mata pelajaran SBK b. Menganalisis aktivitas belajar siswa menerapkan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman pada mata pelajaran SBK c. Menganalisis hasil belajar rakerajinan anyaman siswa pada mata pelajaran SBK dengan menggunakan metode demonstrasi 3.5 Desain dan Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini, langkah awal yang dilakukan adalah survey awal, yakni melakukan pengamatan secara langsung mengenai aktivitas belajar siswa sebagai landasan merumuskan fokus penelitian. Survey dilakukan melalui pengamatan aktifitas guru dan murid dalam proses pembelajaran. Observer juga melakukan pengamatan pada interaksi guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran (Sugioyono, 2012:311). Dari hasil survey awal, maka dilakukan evaluasi. Setelah evaluasi, maka dalam refleksi ditetap kantindakan yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman melalui metode demonstasi. Adapun model Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan yaitu model Arikunto dkk (2015:42 ) dapat dilihat pada gambar berikut ini. 37 Perencanaan Pelaksanaan Refleksi SIKLUS I Pengamatan Perencanaan Pelaksanaan Refleksi SIKLUS II Pengamatan Gambar 3.1 Skema Siklus Penelitian Tindakan, Arikunto (2015:42 ) Berdasarkan model penelitian tindakan di atas, maka langkah-langkah yang harus dilakukan penelitian adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. a. Perencanaan Tahap perencanaan merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan, dan membuat rencana tindakan, termasuk didalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. b. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). c. Observasi/Evaluasi Dalam melakukan pengamatan, peneliti mengamati perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, mengamati interaksi siswa, mengamati penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan mengamati penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. 38 d. Refleksi Pada tahapan ini, peneliti dan observer mendiskusikan hasil observasi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti dan observer mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang terjadi pada siklus pertama. Kelebihan yang ada akan dijadikan acuan pada siklus kedua dan adapun kekurangannya didiskusikan bersama dan mencari cara penyelesaiannya. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut a. Penggunaan teknik tes hasil belajar, yaitu data hasil belajar seni budaya dan keterampilan setelah menggunakan metode demonstrasi yang dilakukan pada setiap akhir siklus penelitian. b. Penggunaan teknik non tes yaitu berupa pengamatan atau Observasi. Data tentang pelaksanaan belajar mengajar berdasarkan skenario pembelajaran metode demonstrasi yang terwujud dalam lembar observasi kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran 3.7 Teknik Analisis Data Teknik Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dalam bentuk persentase, nilai rata-rata, serta disajikan dalam bentuk table. Analisis deskriptif kualitatif digunakan pula untuk mengukur indikator kinerja berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Teknik analisis data secara rinci sebagai berikut: 39 1. Analisis Keefektifan Mengajar Guru Keefektifan mengajar guru adalah segala tahapan yang dilakukan guru selama proses pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, Inti dan kegiatan akhir pembelajaran. Data observasi tersebut selanjutnya akan diolah dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Membuat tabulasi data b. Menentukan keefektifan mengajar guru dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Skor yang Diperoleh Persentase Keberhasilan = x 100 Skor Maksimal Kemudian hasil perhitungan persentase keberhasilan tindakan pada masingmasing tahap pembelajaran yang diperoleh akan dibandingkan dengan penentuan skor klasifikasi pada table berikut ini. Tabel 3.1 Penentuan skor klasifikasi Observasi Persentase keberhasilan Taraf Keberhasilan Tindakan 85%-100% Sangat Baik 70%-84% Baik 65%-69% Cukup Baik 50%-64% Kurang 0%-49% Sangat Kurang (Sumber: Moelong dalam Lestari, 2015: 55) 2. Analisis Aktivitas Belajar Siswa Dalam menganalisis data aktivitas siswa dilakukan dengan cara mendeskripsikan setiap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Penilaian dapat dilihat dari skor pada lembar observasi yang digunakan. Persentase perolehan skor pada lembar observasi dikualifikas iuntuk menentukan seberapa 40 besar aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus persentase diperoleh dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada tiap pertemuan pembelajaran dengan menggunakan lembarobservasi. Data observasi tersebut selanjutnya akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membuat tabulasi data a. Menentukan keefektifan mengajar guru dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Skor yang Diperoleh Persentase Keberhasilan = x 100 Skor Maksimal Kemudian hasil perhitungan persentase keberhasilan tindakan pada masingmasing tahap pembelajaran yang diperoleh akan dibandingkan dengan penentuan skor klasifikasi pada tabelberikut ini: Tabel 3.2 Penentuan skor klasifikasi Observasi Persentase keberhasilan Taraf Keberhasilan Tindakan 85%-100% Sangat Baik 70%-84% Baik 65%-69% Cukup Baik 50%-64% Kurang 0%-49% Sangat Kurang (Sumber: Moelong dalam Lestari, 2015: 56) 3. Analisis Hasil Belajar Siswa Untuk menghitung hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: a. Nilai siswa Nilai siswa secara individu ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh siswa pada tes yang dilakukan dengan rumus: 41 Skor Perolehan Siswa Persentase Keberhasilan = x 100 Skor Maksimum b. Ketuntasan Klasikal Ketuntasan klasikal ditentukan berdasarkan persentase ketuntasan individu siswa pada setiap siklus pembelajaran dengan rumus sebagai berikut. % tuntas N fi : fi x100% n : Jumlah siswa secara keseluruhan Jumlah siswa pada kategori ketuntasan belajar (Sumber: Moelong dalam Lestari, 2015: 57) 3.8 Indikator Kinerja Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini meliputi indikator proses dan hasil pembelajaran sebagai berikut: 3.8.1 Dari segi proses, indikator keberhasilan penelitian ini tercapai bila skor Efektivitas mengajar guru dalam melaksanakan skenario pembelajaran pembelajaran minimal mencapai 90%. (Kategori sangat baik) 3.8.2 Dari segi proses, indikator keberhasilan penelitian ini tercapai bila skor aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran minimal 85% (berkategori sangat baik atau aktif). 3.8.3 Dari segi hasil, indikator keberhasilan tindakan pemanfaatan metode demonstrasi dalam pembelajaran SBK tercapai bila minimal 85% (KKM Klasikal) siswa memperoleh skor minimal 75 (KKM Individu). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1Kegiatan Pendahuluan Penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi awal sehingga diperoleh informasi bahwa masih banyak siswa kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung. Sehingga pembelajaran hanya terfokus pada guru. Hal ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan guru yang mengakibatkan kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Sebelum melakukan tindakan, peneliti memberikan tes awal tertulis pada siswa. Pemberian tes awal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa agar dapat diketahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya perlakuan-perlakuan dalam penelitian. Tes awal tersebut berisi soal-soal tentang materi kerajinan anyaman. Untuk lebih jelasnya hasil tes awal siswa kelas VI SD Negeri Sendang Mulyasari dapat di lihat pada tabel 4.1 dibawah ini: Tabel 4.1 Hasil Tes Awal Pra Siklus No Nama Siswa Nilai Siswa Keterangan 1 Marselinus Ariel Dhio 70 Tidak Tuntas 2 Umi Nurjanatin 75 Tuntas 3 Yakobus Riko Yudasta 75 Tuntas 4 Nerin Suryani 70 Tidak Tuntas 42 43 5 Muh. Ilham 75 Tuntas 6 Dhea Ramdani 60 Tidak Tuntas 7 Ilham Farid Alpandi 50 Tidak Tuntas 8 Setya Ananda Kumara 80 Tuntas 9 Bernikem Ana Tasya 65 Tidak Tuntas 10 Isyara Ayu Dwi Anjani 55 Tidak Tuntas 11 Anisa Nurbaiti Ningrum 45 Tidak Tuntas 12 Anggun Tiara Wati 85 Tuntas 13 Dendi Iswantoro 65 Tidak Tuntas 14 Antonius Adi Saputra 65 Tidak Tuntas 15 Iyan Abimayu 80 Tuntas 16 Lidiya Firmaningsi 65 Tidak Tuntas 17 Khatima Sari Dewi 65 Tidak Tuntas 18 Diki Prasetyo 70 Tidak Tuntas Rata-Rata 67,50 75 6 orang (33.33%) 75 12 orang (66.67%) (Sumber: Data diolah dari hasil tes awal pra siklus, 2017) Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa dari hasil tes awal hasil belajar SBK siswa masih rendah pada materi keterampilan menganyam. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75 hanya sebanyak 6 orang atau 33,33% dari jumlah siswa. Siswa yang memperoleh nilai dibawah 75 sebanyak 12 orang atau 66,67% dari jumlah siswa. Rata-rata nilai siswa pada tes awal ini adalah 67,50. 44 Berdasarkan hasil tes awal tersebut maka peneliti akan melakukan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran keterampilan menganyam. 4.2. Tindakan Siklus I 4.2.1 Pertemuan Pertama 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan. Setelah berkonsultasi dengan Observer, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk pertemuan pertama pada tindakan siklus I. b. Menyiapkan media yang akan digunakan guru pada saat pelaksanaan tindakan. c. Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. d. Membuat lembar kerja siswa (LKS) e. Membuat alat evaluasi untuk tes tindakan siklus I 2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti, sementara Teman sejawat (Wayan Rita, S.Pd) bertindak sebagai observer untuk mengamati kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari jumat tanggal 4 maret 2017. Kegiatan 45 pembelajaran diawali dengan guru mengucap salam, dilanjutkan menanyakan kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. Guru langsung memulai pembelajaran dengan memperlihatkan contoh kerajinan anyaman kepada siswa agar siswa memiliki gambaran tentang kerajinan anyaman. Guru tidak memberikan apersepsi kepada siswa. Mengawali kegiatan inti, guru menjelaskan materi kerajinan anyaman kepada siswa. Pada saat guru menjelaskan materi pembelajaran banyak siswa yang tidak memperhatikan dan bercakap-cakap dengan teman sebangkunya. Siswa juga tidak diarahkan untuk mencatat. Selanjutnya guru mendemonstrasikan cara menganyam dari kertas untuk menjelaskan pengertian menganyam dilanjutkan dengan guru mendemonstrasikan apa saja bahan dan alat yang digunakan dalam menganyam. Guru mengorganisasikan siswa kedalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang. Pembagian kelompok ini berdasarkan dari nilai tes awal yang diperoleh masing-masing siswa. Dalam tiap kelompok kemampuan siswa bervariasi, ada siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian kelompok dengan cara bervariasi ini bermaksud agar semua kelompok aktif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru mengarahkan tiap kelompok untuk menyelesaikan LKS yang tela dibagikan guru dalam kelompoknya masing-masing. Kemudian guru hanya membantu kelompok yang bermasalah. Namun selama proses pembelajaran berlangsung tidak semua kelompok diberi bimbingan oleh guru Kemudian guru menunjuk secara acak satu orang dari tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di 46 depan kelas dan kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya. Dari hasil yang diperoleh siswa terlihat bahwa masih ada kelompok yang belum begitu mengerti bahan dan alat yang digunakan dalam menganyam. Namun karena jam pelajaran akan segera usai, hanya 2 kelompok yang sempat mempresentasikan hasil kerjanya. Dengan sisa waktu yang ada, guru bersama dengan siswa kemudian menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Sebelum menutup pelajaran, dan tidak memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa. Hal ini disebabkan karena waktu tidak cukup Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengobservasi proses pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi untuk guru lampiran 3 dan aktivitas siswa. 3. Observasi Hal-hal yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan untuk pertemuan pertama pada siklus I adalah proses pembelajaran sudah sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Selain itu juga dilihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil observasi pada pertemuan I diuraikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2: Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan Pertama pada Siklus I Terlaksana No Aspek yang Diamati Komentar Ya Kegiatan Awal 1 Guru mengucapkan salam √ Tidak Guru memberi salam kepada siswa 47 2 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran √ Tidak menjelaskan tujuan pembelajaran 3 Guru memberikan apersepsi terkait dengan materi pembelajaran √ Tidak memberikan apersepsi 4. Guru memulai pembelajaran dengan memperlihatkan contoh kerajinan anyaman Kegiatan Inti Guru menjelaskan materi kerajinan 1 anyaman kepada siswa √ memperlihatkan contoh kerajinan anyaman √ menjelaskan materi kerajinan anyaman 2 Guru mengarahkan siswa untuk mencatat langkah-langkah pembuatan kerajinan anyaman 3 Guru mendemontrasikan pembuatan kerajinan anyaman 4 Guru mengarahkan siswa mengulangi membuat kerajianan anyaman yang telah didemonstrasikan 5 Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4 dan 5 siswa 6 Guru memantau setiap kelompok dalam pembuatan 7 Guru membantu kelompok yang mendapat masalah √ 8 Guru menjelaskan kepada siswa ketika memberikan bantuan √ 9 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan didepan kelas √ √ √ √ √ √ Tidak mengarahkan siswa untuk mencatat Guru memberikan contoh membuat kerajinan anyaman Tidak mengarahkan siswa untuk mengulang apa yang di demonstrasikan Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok Guru tidak memantau setiap kelompok Guru hanya membantu kelompok yang bermasalah Guru memberikan penjelasan ketika siswa minta bantuan Guru memberikan kesempatan kepada siswa mempresentasikan pembuatan kerajinan anyaman melalui metode demonstrasi 48 Kegiatan Penutup 1 Guru memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan 2 Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa. √ √ Jumlah aspek yang terlaksana Guru menarik kesimpulan dari proses pemberlajaran pembuatan kerajinana anyaman. Guru tidak memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa. 9 Jumlah aspek yang diobervasi 15 Persentase 60% (Sumber: Olahan Data Penelitian siklus 1, 2017) Berdasarkan pengamatan observasi pertemuan pertama pada siklus I terdapat sembilan (9) aspek yang terlaksana atau 60% dari lima belas (15) aspek yang ada. Capaian tersebut belum mencapai ketuntasan dengan harapan efektivitas mengajar guru mencapai 85% dari indikator yang ditentukan. Hal ini disebabkan terdapat enam (6) aspek atau 40% efektivitas guru yang tidak terlaksana. Hasil observasi terhadap guru menunjukan hal-hal berikut : a. Guru memulai pembelajaran dengan memperlihatkan contoh kerajinan anyaman yang telah dibuat. b. Guru menjelaskan materi tentang kerajinan anyaman kepada siswa c. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah pembuatan anyaman bambu d. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok e. Guru hanya membatu kelompok yang bermasalah. f. Guru menjelaskan kepada siswa ketika memberikan bantuan. 49 g. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mewakili kelompoknya memperagakan dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. h. Guru memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Selain pengamatan dilakukan terhadap efektivitas mengajar guru, observasi juga dilakukan pada aktivitas siswa. Hasil observasi terhadap siswa menunjukan hal-hal berikut: Tabel 4.3: Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama pada Siklus I Terlaksana No Aspek yang Diamati Komentar Ya 1. 2. 3. 4. Siswa menyimak penjelasan guru terhadap materi kerajinan anyaman Siswa mencatat langkahlangkah pembuatan kerajinan anyaman Siswa mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru √ Siswa mengikuti arahan guru untuk membentuk kelompok √ 5. Siswa mengulangi pembuatan kerajinan anyaman 6. Siswa bertanya kepada guru tentang langkah-langkah yang belum dipahami 7. Siswa menyusun konsep Tidak √ Siswa tidak menyimak penjelasan materi kerajinan anyaman. √ Siswa tidak mencatat langkah-langkah membuat kerajinan. √ Siswa melakukan pengamatan terdapap demonstrasi yang dilakukan guru. Siswa mengelompokkan diri berdasarkan arahan guru Siswa tidak mengulangi pembuatan kerajinan anyaman Siswa tidak mengajukan pertanyaan terkait langkah pembuatan kerajinan anyaman Siswa berembuk menyusun konsep √ √ 50 Kerajinan anyaman 8. 9. 10. 11 Siswa membuat kerajinan anyaman berdasarkan konsep yang telah disusun Siswa mempresentasikan konsep yang telah dibuat √ √ Siswa menilai hasil karya kerajinan anyaman kelompok lain √ Siswa mengomentari karya kelompok lain √ hasil pembuatan kerajinan anyaman Siswa membuat kerajinan anyaman berdasarkan hasil rembukan yang telah terkonsep. Siswa mempresentasikan konsep pembuatan kerajinan anyaman yang dibuat Siswa tidak melakukan penilaian terhadap hasil karya anyaman kelompok lain. Siswa tidak memberi tanggapan atas konsep karya kelompok lain. Jumlah aspek yang terlaksana 5 Jumlah aspek yang diobservasi 11 Persentase 45.45% (Sumber: Olahan data Penelitian Siklus I, 2017) Dari tabel di atas, terdapat lima (5) aspek aktivitas belajar yang terlaksana atau 45.45% dari 11 aspek yang ada. Jumlah persentase aktivitas belajar siswa yang terlakasana tersebut belum mencapai target yang diharapkan guru. Terdapat enam (6) aspek atau 54,55% aktivitas belajar siswa yang tidak terlaksana. Beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut. a. Tidak semua siswa memperhatikan penjelasan guru. b. Siswa tidak mencatat langkah-langkah pembuatan kerajinan anyaman yang telah diberikan guru. c. Siswa tidak selalu berada dalam kelompoknya. d. Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan walaupun tidak paham. 51 4.2.2 Pertemuan Kedua 1. Perencanaan Yang dilakukan pada tahap ini adalah mempersiapkan hal-hal yang dapat menunjang maksimalnya pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua. Hal-hal yang dipersiapkan untuk pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua adalah: a. Membuat rencana perbaikan pembelajaran untuk pertemuan kedua pada tindakan siklus I. a. Menyiapkan lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. b. Menyiapkan lembar kerja siswa 2. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan kedua ini dilakukan perbaikan pembelajaran karena pada pertemuan pertama belum tuntas terselesaikan. Guru mengawali pembelajaran pada pertemuan kedua dengan memberi salam lalu memerintahkan ketua kelas untuk memimpin doa bersama sebelum memulai pembelajaran, setelah itu guru mengabsensi keahdiran siswa. Pada pertemuan kedua ini guru menjelaskan pada siswa tentang jenis motif kerajinan anyaman. Kemudian guru menyampaikan tujuan dalam pembelajaran serta memberi motivasi kepada siswa agar aktif dalam pembelajaran. Tidak lupa guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengingatkan kembali materi pada pertemuan yang sebelumnya. Seperti halnya pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama, guru lalu mengarahkan siswa untuk membentuk kelompoknya seperti pada pertemuan pertama. Pada saat menyiapkan kelompoknya siswa gaduh, ada siswa yang 52 bertengkar dengan siswa kelompok lain karena ingin bertukar kelompok dengan temannya di kelompok lain. Guru kemudian membimbing siswa untuk berkumpul dengan teman-teman di kelompoknya seperti yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga tidak ada siswa yang berpindah kelompok. Setelah semua siswa berada pada kelompoknya masing-masing, guru mengarahkan siswa untuk menyiapkan bahan pembelajaran yang mereka miliki kemudian guru dibantu observer. Setelah semua kelompok siap menerima materi guru menjelaskan materi dengan cara mendemonstrasikan jenis motif anyaman tunggal, ganda dan kombinasi dengan menggunakan media berupa kertas anyaman. Setelah itu guru memberikan bantuan kepada siswa yang bermasalah. Kemudian guru memberi penjelasan Pada tahap ini siswa cukup tertib. Setelah itu guru menunjuk secara acak perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan di depan kelas yang telah mereka peragakan dengan kelompoknya. Dari hasil pendemonstrasian dan presentase siswa menuliskan langkahlangkah membuat motif anyaman dasar tunggal, ganda dan kombinasi, nampak bahwa ada kelompok masih salah ketika menuliskan langkah-langkah tersebut. Guru kemudian menjelaskan siswa langkah yang benar dari langkah-langkah yang dilakukan dengan kerajinan anyaman. 3. Observasi/Evaluasi Hal-hal yang diobservasi oleh peneliti pada pelaksanaan tindakan untuk pertemuan kedua pada siklus I adalah keterkaitan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan rencana perbaikan pembelajaran. Selain itu juga 53 dilihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Data hasil observasi pada siklus I akan diuraikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.4: Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan Kedua pada Siklus I Terlaksana No Aspek yang Diamati Komentar Ya Kegiatan Awal 1 Guru mengucapkan salam Tidak Guru memberi salam kepada siswa Tidak menjelaskan tujuan pembelajaran √ 2 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran √ 3 Guru memberikan apersepsi terkait dengan materi pembelajaran √ Tidak memberikan apersepsi 4 Guru memulai pembelajaran dengan memperlihatkan contoh kerajinan anyaman √ memperlihatkan contoh kerajinan anyaman √ menjelaskan materi kerajinan anyaman Kegiatan Inti 1 Guru menjelaskan materi kerajinan anyaman kepada siswa 2 Guru mengarahkan siswa untuk mencatat langkah-langkah pembuatan kerajinan anyaman 3 Guru mendemontrasikan pembuatan kerajinan anyaman √ 4 Guru membentuk kelompok yang terdiridari 4 siswa √ √ 5 Guru mengarahkan siswa mengulangi membuat kerajianan anyaman yang telah didemonstrasikan √ 6 Guru memantau setiap kelompok dalam pembuatan kerajinan √ Tidak mengarahkan siswa untuk mencatat Guru memberikan contoh membuat kerajinan anyaman Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok Tidak mengarahkan siswa untuk mengulang apa yang di demonstrasikan Guru tidak memantau setiap 54 7 anyaman bambu kelompok Guru membantu kelompok yang mendapat masalah Guru hanya membantu kelompok yang bermasalah Guru memberikan penjelasan ketika siswa minta bantuan Guru melakukan review terhadap hasil kerja tiap kelompok √ 8 Guru menjelaskan kepada siswa ketika memberikan bantuan √ 9 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan didepan kelas √ Kegiatan Penutup Guru memberikan kesimpulan 1 terhadap pembelajaran yang. 2 Guru menyimpulkan materi pembelajaran √ Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa. Jumlah aspek yang terlaksana √ Guru tidak memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa 11 Jumlah aspek yang diobervasi 15 Persentase 73.33% (Sumber: Olah Data Penelitian Siklus 1, 2017) Dalam upaya meningkatan efektivitas mengajar guru, maka observasi pada pertemuan kedua pun dilakukan. Hasil observasi terhadap guru pada pertemuan kedua menunjukan sebelas (11) aspek atau 73,33% yang terlakasana. Terdapat peningkatan efektivitas belajar guru dari pertemuan pertama. Namun, peningkatan tersebut belum sesuai dengan target yang diharapkan. Beberapa point yang memengaruhi kurangnya efektivitas mengajar guru adalah sebagai berikut: a. Guru tidak mengarahkan siswa untuk mencatat langkah-langkah pembuatan kerajinan anyaman bambu. b. Guru tidak mengamati dan membimbing siswa yang bekerja dalam kelompok. 55 c. Guru tidak mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman. Selain melakukan pengamatan terhadap efektivitas mengajar guru, observasi juga dilakukan terhadap aktivitas belajar siswa. Hasil observasi terhadap siswa diuraikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5: Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kedua Pada siklus I Terlaksana No Aspek yang Diamati Komentar Ya 1. Tidak Siswa materi kerajinan anyaman yang disampaikan guru Siswa menyimak penjelasan guru terhadap materi kerajinan anyaman √ 2. Siswa mencatat langkahlangkah pembuatan kerajinan anyaman √ 3. Siswa mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru √ 4. Siswa mengikuti arahan guru untuk membentuk kelompok √ 5. Siswa mengulangi pembuatan kerajinan anyaman √ 6. Siswa bertanya kepada guru tentang langkah-langkah yang belum dipahami √ 7. Siswa menyusun Kerajinan anyaman 8. Siswa membuat kerajinan anyaman berdasarkan konsep yang telah disusun konsep √ √ Siswa mencatat langahlangkah membuat kerajinan anyaman yang didemonstrasikan guru Siswa mengamati peragaan yang dilakukan guru Siswa mengelompokan diri berdasarkan arahan guru Siswa tidak mengulangi pembuatan kerajinan anyaman yang dilakukan guru Siswa tidak menanyakan langkah pembuatan pembuatan kerajinan anyaman yang belum dipahami Siswa menyusun konsep kerajinan anyaman secara berkelompok Siswa membuat kerajinan anyaman berdasarkan konsep yang telah disepakati 56 9. Siswa mempresentasikan konsep yang telah dibuat 10. Siswa menilai hasil karya kerajinan anyaman kelompok lain 11 Siswa mengomentari karya kelompok lain hasil √ √ √ Siswa mempresentasikan konsep yang telah disepakati. Siswa tidak menilai hasil kerajinan anyaman kelompok lain Siswa tidak memberikan komentar karya kerajinan anyaman kelompok lain Jumlah aspek yang terlaksana 7 Jumlah aspek yang diobservasi 11 Persentase 63.63% (Sumber: Hasil Olahan Data Penelitian Siklus I, 2017) Berdasarkan data di atas, sebanyak tujuh (7) aspek atau 63,63% yang terlaksana dalam aktivitas belajar siswa dari 11 aspek yang diobservasi. Terdapat empat (4) aspek atau 36,37% persen aspek yang tidak terlaksana. Data tersebut menunjukkan belum tercapainya indikator keberhasilan aktivitas belajar siswa. Beberapa hal yang mempengaruhi belum tercapainya indikator keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut. a. Siswa tidak mengajukan pertanyaan saat tidak paham. b. Beberapa siswa tidak mencatat Setelah pelaksanaan tindakan siklus I selama 2 kali pertemuan selesai dilaksanakan, maka pertemuan selanjutnya dilaksanakan evaluasi siklus I. Evaluasi dilaksanakan pada tanggal 10 maret 2017 tanpa ada pembagian kelompok lagi karena yang akan dilihat adalah hasil belajar dari masing-masing siswa. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar kerajinan membuat anyaman setelah diterapkan pembelajaran. 57 Hasil tes tindakan siklus I menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar kerajinan anyaman siswa jika dibandingkan dengan hasil tes awal, yaitu dari 33,33% (6 siswa) memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75 meningkat menjadi 72,22% (13 siswa). Rata-rata perolehan hasil tindakan siklus I sebesar 77,35 hasil tes ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.6: Skor Perbandingan Perolehan Siswa Pada Tes Awal dan Tes Siklus 1 Nama Siswa Nilai Keterangan No Tes Awal Tes Siklus I 1 Marselinus Ariel Dhio 70 70 Tidak Tuntas 2 Umi Nurjanatin 75 80 Tuntas 3 Yakobus Riko Yudasta 75 75 Tuntas 4 Nerin Suryani 70 85 Tuntas 5 Muh. Ilham 75 80 Tuntas 6 Dhea Ramdani 60 80 Tuntas 7 Ilham Farid Alpandi 50 75 Tumtas 8 Setya Ananda Kumara 80 80 Tuntas 9 Bernikem Ana Tasya 65 70 Tuntas 10 Isyara Ayu Dwi Anjani 55 75 Tuntas 11 Anisa Nurbaiti Ningrum 45 70 Tidak Tuntas 12 Anggun Tiara Wati 85 85 Tuntas 13 Dendi Iswantoro 65 70 Tidak Tuntas 14 Antonius Adi Saputra 65 80 Tuntas 15 Iyan Abimayu 80 90 Tuntas 16 Lidiya Firmaningsi 65 75 Tuntas 17 Khatima Sari Dewi 65 70 Tidak Tuntas 58 18 Diki Prasetyo Rata-Rata 75 75 70 75 67,50 76,94 Tuntas 13 orang 6 orang (33.33%) (72,22%) 12 orang (66.67%) 5 orang (27,78%) (Sumber: Data Hasil Olahan Penelitian Siklus I, 2017) Tabel 4.6 di atas menujukkan perolehan nilai tes awal pada pra siklus sebanyak 6 orang siswa atau 33,33% yang memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75 dan 12 orang siswa atau 66,67% yang memperoleh nilai dibawah 75. Selanjutnya, perolehan nilai tes siklus I mengalami peningkatan dengan hasil 13 orang siswa atau 72, 22% memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75 dan 5 orang siswa memperoleh nilai di bawah 75. Peningkatan perolehan nilai dari tes awal hingga tes siklus I belum memenuhi indikator penilaian yang ditetapkan, sehingga dibutuhkan siklus II sebagai bentuk evaluasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tabel 4.7: Ketuntasan Hasil Belajar Secara Klasikal Siklus I Tindakan Tes Awal Tes Siklus I Rata-rata 67,50 76,94 Ketuntasan Secara Klasikal 33,33% 72,22% (Sumber: Olahan Data Penelitian, 2017) 4. Refleksi Pada tahap ini, peneliti dan guru secara kolaboratif mendiskusikan kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang terdapat pelaksanaan tindakan siklus I untuk kemudian diperbaiki pada tindakan siklus II. Pada 59 tindakan siklus I, pembelajaran kerajinan anyaman bambu sudah cukup maksimal, walaupun masih ada hal-hal yang belum terlaksana. Hal ini dapat dilihat dari ratarata ketuntasan rencana pelaksanaan/perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru yang diikuti oleh siswa. Berdasarkan hasil observasi dan dialog antara guru dan peneliti, hal utama penyebab tidak tuntasnya pelaksanaan pembelajaran terletak pada aspek interaksi antar siswa dan aktivitas siswa, begitu pula interaksi antara guru dan siswa. Selain itu, masih adanya siswa yang pasif dalam kegiatan kelompok. Tabel 4.8: Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Oleh Guru dan Siswa Siklus I Pertemuan I Pertemuan II (%) (%) Guru 60% 73,33% Siswa 45,45% 63,63% Tindakan Siklus I (Sumber: Hasil Olahan Data Penelitian, 2017) Persentase di atas belum memenuhi indikator kinerja yang diharapkan yaitu 90%. Oleh karena itu, dari segi proses tindakan belum dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil observasi pengamat (Wayan Rita, S.Pd), Kelemahankelemahan dan kekurangan pada siklus I berdasarkan hasil diskusi peneliti dan guru adalah: a. Faktor guru 1. Guru tidak memotivasi siswa belajar agar siswa lebih bersemangat dalam belajar serta guru harus memberikan apersepsi. 60 2. Guru tidak bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerjasama dengan teman kelompoknya. 3. Guru tidak selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti 4. Guru harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam recana pelaksanaan/perbaikan pembelajaran dapat terlaksana. b. Faktor siswa 1. Masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru saat proses pembelajaran berlangsung. 2. Masih ada sebagian siswa yang belum mampu mengemukakan pendapat 3. Masih ada siswa yang belum aktif dalam kelompoknya Berdasarkan hasil evaluasi tindakan siklus I, hasil belajar kerajinan anyaman siswa meningkat dari tes awal meskipun ada yang peningkatannya tidak signifikan. Persentase ini belum memenuhi indikator kinerja dari segi hasil seperti yang diharapkan yaitu minimal 85% siswa memperoleh nilai minimal 75. Meskipun hasil evaluasi belum mencapai indikator kinerja yaitu 85% memperoleh nilai minimal 75, akan tetapi untuk melihat sejauh mana peningkatannya, penelitian ini tetap akan dilanjutkan pada siklus II dan tentunya kekurangan-kekurangan pada siklus I akan diperbaiki. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, pelaksanaan tidakan siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga peneliti 61 bersama guru merencanakan tindakan siklus II. Kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki kelemahan dan kekurangan sikllus I pada siklus II adalah: 1. Guru harus memotivasi siswa belajar agar siswa lebih bersemangat dalam belajar serta guru harus memberikan apersepsi. 2. Guru harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerjasama dengan teman kelompoknya. 3. Guru harus selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti. 4. Guru harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam rencana pembelajaran dapat terlaksana. 4.3. Tindakan Siklus II 4.3.1 Pertemuan Pertama 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan. Setelah berkonsultasi dengan Observer, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk pertemuan pertama pada tindakan siklus II b. Menyiapkan media yang akan digunakan guru pada saat pelaksanaan tindakan. 62 c. Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. 2. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan pertama untuk tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa 14 Maret 2017. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengucap salam dan menayakan kesiapan siswa untuk belajar. Selanjutnya guru menginformasikan topik pembelajaran serta bentuk pembelajaran yan akan dilaksanakan serta indikatornya. Guru tidak lupa pula untuk memotivasi siswa agar tetap bersemangat belajar SBK khususnya pada materi kerajinan anyaman bambu dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru dan terlihat antusias. Guru kemudian memberikan apersepsi untuk mengingatkan kembali pengetahuan siswa mengenai pentingnya pembelajaran kerajinan anyaman. Selanjutnya guru mengorganisir siswa kedalam kelompoknya masingmasing. Tidak lupa guru memeriksa kelengkapan tiap-tiap kelompok. Setelah itu, guru menjelaskan materi kerjinan anyaman. Kemudian guru di bantu oleh observer dalam memantau berlangsungnya pembelajaran dengan teman kelompoknya. Setelah guru itu guru berjalan berkeliling kelas memperhatikan pekerjaan dan membimbing siswa jika ada yang mengalami kesulitan. Selanjutnya guru menunjuk perwakilan dari tiap-tiap kelompok untuk memperagakan hasil kerjanya di depan kelas. Setelah semua kelompok selesai mempresentasekan hasil kerja kelompoknya guru memberikan latihan untuk kelompok, dan setelah itu dilanjutkan dengan latihan individual. Pada akhir 63 pembelajaran guru meminta siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas dan mengarahkan siswa membuat rangkuman. Sebelum pembelajaran selesai guru memberikan tugas rumah dan meminta agar siswa rajin belajar di rumah serta memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Observasi Hal-hal yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama adalah guru menyajikan materi pembelajaran apakah sudah sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat atau belum. Selain itu juga dilihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Efektivitas mengajar guru berdasarkan pengamatan langsung akan diuraikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.9 : Observasi Efektivitas Guru pada Pertemuan Pertama Siklus II Terlaksana No Aspek yang Diamati Komentar Ya Tidak Kegiatan Awal Guru memberi 1 Guru mengucapkan salam √ salam kepada siswa Guru menjelaskan tujuan 2 pembelajaran tujuan pembelajaran Guru memberikan apersepsi terkait Tidak memberikan 3 4 Tidak menjelaskan √ √ dengan materi pembelajaran apersepsi Guru memulai pembelajaran dengan memperlihatkan memperlihatkan contoh kerajinan anyaman √ contoh kerajinan anyaman 64 Kegiatan Inti Guru menjelaskan materi kerajinan 1 2 3 menjelaskan materi √ anyaman kepada siswa kerajinan anyaman Guru mengarahkan siswa untuk Tidak mengarahkan mencatat langkah-langkah √ siswa untuk pembuatan kerajinan anyaman mencatat Guru mendemontrasikan pembuatan Guru memberikan kerajinan anyaman √ contoh membuat kerajinan anyaman Guru membentuk kelompok yang Guru mengarahkan terdiridari 4 siswa siswa untuk 4 √ membentuk kelompok Guru mengarahkan siswa Tidak mengarahkan mengulangi membuat kerajianan siswa untuk 5 6 7 √ anyaman yang telah mengulang apa yang didemonstrasikan di demonstrasikan Guru memantau setiap kelompok Guru tidak dalam pembuatan kerajinan √ memantau setiap anyaman bambu kelompok Guru membantu kelompok yang Guru hanya mendapat masalah √ membantu kelompok yang 65 bermasalah Guru menjelaskan kepada siswa 8 ketika memberikan bantuan Guru memberikan √ penjelasan ketika siswa minta bantuan Guru memberikan kesempatan Guru melakukan kepada siswa untuk review terhadap 9 √ mempresentasikan didepan kelas hasil kerja tiap kelompok Kegiatan Penutup Guru memberikan kesimpulan Guru memberikan terhadap pembelajaran yang telah kesimpulan terhadap 1 √ dilakukan pembelajaran yang telah dilakukan Guru memberikan penilaian Guru tidak terhadap hasil kerja siswa. 2 memberikan √ penilaian terhadap hasil kerja siswa Jumlah aspek yang terlaksana 13 Jumlah aspek yang diobervasi 15 Persentase 86.66% (Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017) Berdasarkan data di atas, terdapat tiga belas (13) aspek atau 86.66% yang terlaksana dari lima belas (15) aspek yang ada. Sebanyak dua (2) aspek belum 66 terlaksana, sehingga indikator keberhasilan efektivitas mengajar guru belum tercapai. Selain pengamatan terhadap efektivitas mengajar guru, observasi juga dilakukan untuk mengukur aktivitas belajar siswa. Hasil observasi terhadap siswa menunjukan hal-hal seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 4.10: Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama pada Siklus II Terlaksana No Aspek yang Diamati Komentar Ya 1. Tidak Siswa menyimak penjelasan guru terhadap materi kerajinan Siswa menyimak materi √ yang disampaikan guru anyaman 2. Siswa mencatat langkah- Siswa mencatat langkah- langkah pembuatan kerajinan langkah pembuatan √ anyaman kerajinan anyaman yang disampaikan guru 3. Siswa mengamati demonstrasi Siswa yang dilakukan oleh guru mengamati peragaan membuat √ kerajinan anyaman yang dilakukan guru 4. Siswa mengikuti arahan guru untuk membentuk kelompok √ Siswa membentuk kelompok berdasarkan arahan guru 5. Siswa mengulangi pembuatan √ Siswa tidak mengulangi 67 kerajinan anyaman pembuatan kerajinan anyaman sesuai peragaan yang dilakukan guru 6. Siswa bertanya kepada guru Siswa bertanya tetantang tentang langkah-langkah yang langkah-langkah belum dipahami √ pembuatan kerajinana anyaman yang belum dipahami 7. Siswa menyusun konsep Siswa menyusun konsep Kerajinan anyaman pembuatan kerajinan √ anyaman secara berkelompok 8. Siswa membuat kerajinan Siswa membuat anyaman berdasarkan konsep kerajinan anyaman √ yang telah disusun berdasarkan konsep yang telah disepakati 9. Siswa mempresentasikan konsep yang telah dibuat Siswa mempresentasikan √ konsep pembuatan kerajinan anyaman 10. Siswa menilai hasil karya kerajinan anyaman kelompok lain Siswa √ memberi penilaian terhadap hasil karya kelompok lain 68 11 Siswa mengomentari hasil Siswa tidak memberikan karya kelompok lain √ komentar terhadap hasil karya kelompok lain Jumlah aspek yang terlaksana 9 Jumlah aspek yang diobservasi 11 Persentase 81.81% (Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017) Berdasarkan tabel di atas, terdapat sembilan (9) aspek observasi atau 81,81% yang terlaksana dari 11 jumlah aspek yang ada. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama siklus II belum memenuhi indikator penilaian yang ditetapkan. Faktor utamanya adalah ada beberapa kelompok yang kurang aktif dalam menyelesaikan latihan kelompok yang diberikan guru. 4.3.2 Pertemuan Kedua 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan. Setelah berkonsultasi dengan Observer, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk pertemuan kedua pada tindakan siklus II b. Menyiapkan media yang akan digunakan guru pada saat pelaksanaan tindakan. c. Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. 69 d. Membuat alat evaluasi untuk tes tindakan siklus II 2. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan kedua tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at 17 Maret 2017. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengucap salam dan menanyakan kesiapan siswa untuk belajar. Selanjutnya guru menginformasikan kepada siswa topik pembelajaran yang akan dipelajari dan bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Setelah itu guru menyampaikan tujuan/idikator yang harus dicapai siswa, kemudian memberikan apersepsi serta memotivasi siswa. Guru lalu mengkoordinir siswa kedalam kelompoknya masing-masing. Setelah semua siswa tertib dalam kelompoknya, guru kemudian memperagakan cara membuat anyaman bambu. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperagakannya dalam kelompoknya. Setelah itu dengan dibantu oleh observer, guru membimbing siswa kepada masing-masing kelompok dan selanjutnya meminta siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan tersebut dengan teman kelompoknya. Setelah guru memeriksa tugas siswa, guru berjalan berkeliling kelas memperhatikan pekerjaan siswa. Selanjutnya guru menunjuk satu orang siswa perwakilan dari tiap-tiap kelompok untuk memperagakan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Kemudian jawaban siswa tersebut disimpulkan oleh guru dengan cara mengulang kembali jawaban siswa. Setelah menyimpulkan, guru memberikan latihan kelompok dan individual kepada siswa. Pada tahap ini siswa aktif dalam menyelesaikan latihan kelompok dan latihan individual yang diberikan. Pada akhir pembelajaran guru meminta siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas. 70 Sebelum pembelajaran selesai, siswa diminta agar rajin belajar di rumah serta memperhatikan penjelasan guru selama proses belajar-mengajar berlangsung. 3. Observasi/Evaluasi Hal-hal yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua adalah apakah guru sudah menyajikan materi pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat atau belum. Selain itu juga dilihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil observasi efektivitas mengajar guru pada pertemuan kedua siklus II telah memenuhi indikator penilaian. Lebih terperinci akan diuraikan pada tabel berikut: Tabel 4.11 : Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan II pada Siklus II Terlaksana No Aspek yang Diamati Komentar Ya Tidak Kegiatan Awal Guru memberi 1 Guru mengucapkan salam √ salam kepada siswa Guru menjelaskan tujuan 2 pembelajaran tujuan pembelajaran Guru memberikan apersepsi terkait Tidak memberikan 3 4 Tidak menjelaskan √ √ dengan materi pembelajaran apersepsi Guru memulai pembelajaran dengan memperlihatkan memperlihatkan contoh kerajinan anyaman √ contoh kerajinan anyaman 71 Kegiatan Inti Guru menjelaskan materi kerajinan 1 2 3 menjelaskan materi √ anyaman kepada siswa kerajinan anyaman Guru mengarahkan siswa untuk Tidak mengarahkan mencatat langkah-langkah √ siswa untuk pembuatan kerajinan anyaman mencatat Guru mendemontrasikan pembuatan Guru memberikan kerajinan anyaman √ contoh membuat kerajinan anyaman Guru membentuk kelompok yang Guru mengarahkan terdiridari 4 siswa siswa untuk 4 √ membentuk kelompok Guru mengarahkan siswa Tidak mengarahkan mengulangi membuat kerajianan 5 6 7 siswa untuk √ anyaman yang telah mengulang apa yang didemonstrasikan di demonstrasikan Guru memantau setiap kelompok Guru tidak dalam pembuatan kerajinan √ memantau setiap anyaman kelompok Guru membantu kelompok yang Guru hanya mendapat masalah √ membantu kelompok yang 72 bermasalah Guru menjelaskan kepada siswa 8 ketika memberikan bantuan Guru memberikan √ penjelasan ketika siswa minta bantuan Guru memberikan kesempatan 9 kepada siswa untuk Guru tidak review √ hasil kerja tiap mempresentasikan didepan kelas kelompok Kegiatan Penutup Guru memberikan kesimpulan 1 √ terhadap pembelajaran yang. Guru memberikan penilaian 2 √ terhadap hasil kerja siswa. Jumlah aspek yang terlaksana 14 Jumlah aspek yang diobervasi 15 Persentase 93.33% (Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017) Tabel di atas menunjukkan efektivitas mengajar guru telah memenuhi indikator yang ditetapkan, yakni di atas 90%. Dari lima belas (15) aspek yang diobservasi, terdapat empat belas (14) aspek yang terlaksana dengan persentase 93,33%. Hasil obervasi ini menegaskan bahwa pencapaian indikator penilaian efektivitas mengajar guru tercapai pada pertemuan kedua siklus II. Hasil observasi terhadap guru menunjukan hal-hal berikut : 73 a. Guru menjelaskan kepada siswa tentang bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. b. Guru memberi apersepsi dan motivasi c. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok d. Guru memantau setiap kelompok e. Guru menjelaskan kepada siswa cara membuat anyanam. f. Guru meminta siswa untuk mencatat langkah-langkah pembuatan anyaman. g. Guru mengamati dan membimbing siswa yang bekerja dalam kelompok. h. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mewakili kelompoknya memperagakan dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. i. Guru memberikan latihan kelompok dan latihan individual. j. Guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman. Selain observasi yang dilakukan terhadap efektivitas mengajar guru, pengamatan juga dilakukan pada aktivitas belajar siswa dalam pertemuan kedua siklus II. Hasil observasi terhadap siswa menunjukkan keberhasilan terhadap pencapaian indikator seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.12: Observasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus II Terlaksana No Aspek yang Diamati Komentar Ya 1. Siswa menyimak penjelasan guru terhadap materi kerajinan anyaman √ Tidak Siswa menyimak materi yang disampaikan guru 74 2. Siswa mencatat langkah-langkah Siswa pembuatan kerajinan anyaman mencatat langkah-langkah √ membuat kerajinan anyaman 3. Siswa mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru Siswa melakukan √ pengamatan yang diperagakan guru 4. Siswa mengikuti arahan guru untuk membentuk kelompok Siswa √ membentuk kelompok berdasarkan arahan guru 5. Siswa mengulangi pembuatan Siswa kerajinan anyaman pembuatan kerajinan √ melakukan anyaman berdasarkan hasil pengamatan demonstrasi. 6. Siswa bertanya kepada guru Siswa tentang langkah-langkah yang mengajukan pertanyaan terhadap √ belum dipahami materi yang belum dipahami 7. Siswa menyusun konsep Secara berkelompok, Kerajinan anyaman siswa merumuskan √ dan mnyusn konsep kerajinan anyaman 75 yang akan dibuat 8. Siswa membuat kerajinan anyaman berdasarkan konsep 9. Siswa √ membuat kerajinan anyama yang telah disusun yang telah disepakati Siswa mempresentasikan konsep Siswa yang telah dibuat mempresentasikan langkahh-langkah √ membuat kerajinan anyaman yang telah disepakati 10. Siswa menilai hasil karya Perwakilan kelompok kerajinan anyaman kelompok memberi penilaian √ lain terhadap hasil karya kelompok lain 11 Siswa mengomentari hasil karya kelompok lain Siswa tidak √ mengomentasi hasil karya kelompok lain. Jumlah aspek yang terlaksana 10 Jumlah aspek yang diobservasi 11 Persentase 90.90% (Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017) Berdasarkan data di atas, sepuluh (10) aspek dengan persentase 90,90% telah terlaksana yang menunjukan keberhasilan mencapai indikator penilaian pada 76 aktivitas belajar siswa. Hal-hal yang mendukung keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut : a. Siswa memperhatikan penjelasan guru. b. Siswa selalu berada dalam kelompoknya. c. Tiap kelompok aktif dalam menyelesaikan latihan kelompok yang diberikan guru. d. Siswa mengajukan pertanyaan saat tidak paham. e. Siswa membuat rangkuman tentang materi yang dipelajari. Tes evaluasi tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 21 Maret 2017 dalam bentuk tes psikomotorik yaitu berupa unjuk kerja mempraktekkan kegiatan menganyam kipas yang terbuat dari bambu untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Hasil tes menunjukkan adanya peningkatan dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Evalasi terhadap skor perolehan nilai pada tes awal, siklus I dan II akan dijelaskan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.13 : Skor Perolehan Siswa Pada Tes Awal, Tes Siklus I dan II NILAI No Nama Siswa Tes Tes Tes Awal Siklus I Siklus II Ket 1 Marselinus Ariel Dhio 70 70 78 Tuntas 2 Umi Nurjanatin 75 80 100 Tuntas 3 Yakobus Riko Yudasta 75 75 78 Tuntas 4 Nerin Suryani 70 85 78 Tuntas 5 Muh. Ilham 75 80 100 Tuntas 77 6 Dhea Ramdani 60 80 78 Tuntas 7 Ilham Farid Alpandi 50 75 89 Tuntas 8 Setya Ananda Kumara 80 80 100 Tuntas 9 Bernikem Ana Tasya 65 70 78 Tuntas 10 Isyara Ayu Dwi Anjani 55 75 78 Tuntas 11 Anisa Nurbaiti Ningrum 45 70 67 Tidak Tuntas 12 Anggun Tiara Wati 85 85 78 Tuntas 13 Dendi Iswantoro 65 70 78 Tuntas 14 Antonius Adi Saputra 65 80 89 Tuntas 15 Iyan Abimayu 80 90 100 Tuntas 16 Lidiya Firmaningsi 65 75 78 Tuntas 17 Khatima Sari Dewi 65 70 67 Tidak Tuntas 18 Diki Prasetyo 70 75 89 Tuntas Jumlah 1.215 1.385 1.503 Nilai Rata-Rata 67.50 76.94 83.50 6 orang 13 orang 16 orang 75 (33.33%) (72,22%) (88.89%) 75 12 orang 5 orang 2 orang (66.67%) (27,78%) (11.11%) (Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017) Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa perolehan nilai tes awal pada pra siklus sebanyak 6 orang siswa atau 33,33% yang memperoleh nilai ≥75 dan 12 orang siswa atau 66,67% yang memperoleh nilai ≤75 dengan nilai rata-rata 67,50. 78 Selanjutnya, perolehan nilai tes siklus I mengalami peningkatan dengan hasil 13 orang siswa atau 72,22% yang memperoleh nilai ≥75 dan 5 orang siswa memperoleh nilai ≤75 dengan nilai rata-rata 76,94. Kemudian pada siklus II mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, perolehan nilai tes tindakan siklus II mengalami peningkatan dengan hasil 16 orang siswa atau 788,89% siswa yang memperoleh nilai ≥75 dan 2 orang siswa atau 11,11% siswa yang memperoleh nilai di bawah ≤75 dengan nilai rata-rata 83,50. Peningkatan perolehan nilai dari tes awal, tes tindakan siklus I hingga tes tindakan siklus II, telah memenuhi indikator penilaian yang ditetapkan, sehingga pelaksanaan penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II. 4. Refleksi Kegiatan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus II menunjukkan hasil yang sangat baik. Hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi mendapatkan hasil sangat memuaskan. Tabel 4.14: Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Oleh Guru dan Siswa Siklus II Pertemuan I Pertemuan II (%) (%) Guru 86,66% 93,33% Siswa 81,81% 90,90% Tindakan Siklus II (Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017) 79 Jika dilihat dari hasil tes pada evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu telah mencapai 88.89% siswa yang telah memperoleh nilai diatas atau sama dengan 75 dan rencana pembelajaran telah mencapai 90.90% dari 85 yang telah ditetapkan atau dengan kata lain telah mencapai indikator keberhasilan, maka penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai rencana pelaksanaan penelitian dengan dua siklus tindakan. 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Persiklus Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian. Jumlah pertemuan dalam tiap siklus tergantung dari kepadatan materi yang dibahas. Sebelum pelaksanaan tindakan pada siklus I, terlebih dahulu siswa diberi tes awal dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal yang dimiliki siswa agar dapat diketahui peningkatan yang terjadi setelah palaksanaan tindakan. Hasil tes awal menunjukkan kemampuan siswa rata-rata masih dibawah standar ketuntasan yang ditetapkan sekolah yaitu sebesar 75. Hal ini mengharuskan adanya suatu tindakan dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas tersebut. 1. Deskripsi Efektivitas Mengajar Guru Persiklus Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan setelah diadakan kesepakatan dengan guru untuk melakukan tindakan. Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada Siklus I menunjukkan bahwa guru sudah mampu melakukan kegiatan pembelajaran kerajinan anyaman, meskipun masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Pelaksanaan 80 pembelajaran menggunakan metode demonstrasi belum maksimal sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Agar pelaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran dapat di maksimalkan, guru harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam rencana pembelajaran dapat terlaksana. Hasil observasi pelaksanaan tindakan pada siklus I menunjukkan bahwa guru tidak memotivasi siswa, guru tidak begitu tegas menyikapi siswa yang kurang memperhatikan penjelasan dan tidak berada pada kelompoknya, guru tidak memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti, guru kurang memberikan pujian terhadap hasil kerja kelompok yang baik, guru tidak memberikan latihan individual kepada siswa, serta guru tidak mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman dari materi pelajaran yang telah dipelajari. Hal-hal tersebut tentunya sangat bepengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru harus memotivasi siswa agar siswa lebih bersemangat dalam belajar, guru harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan tidak selalu berada dalam kelompoknya, guru harus selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti, guru harus memberikan pujian kepada kelompok yang memperoleh hasil terbaik, guru harus memberikan latihan individual kepada siswa dalam kelompok, serta guru harus mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi tindakan siklus I tersebut menunjukkan bahwa dari segi proses tindakan yang dilakukan belum berhasil karena pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran belum mencapai indikator 81 kinerja yang direncanakan. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan pada siklus II untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar SBK siswa yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi kerajinan anyaman dengan melihat beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus I sehingga dapat diupayakan untuk diperbaiki pada siklus II. Selain hal-hal yang telah diuraikan di atas, rendahnya nilai siswa pada siklus I disebabkan beberapa hal, antara lain karena siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran menggunakan metode demonstrasi pada materi kerajinan anyaman serta masih banyak siswa yang belum menguasai konsep-konsep menganyam. Selain itu juga disebabkan karena belum terlaksananya semua komponen dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Namun di luar dari yang hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan metode demonstrasi pada materi kerajinan anyaman yang menekankan pada pengalaman belajar siswa secara langsung, melalui kegiatan mengamati, memperagakan dan menyusun langkah-langkah cukup memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar SBK siswa khususnya pada materi kerajinan anyaman. Pada tindakan siklus II, pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan menggunakan metode demonstrasi yang dilakukan oleh guru sudah berlangsung dengan baik, kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah diperbaiki. Meskipun dalam kegiatan masih ada beberapa siswa yang belum dapat menyampaikan pendapat tetapi siswa tersebut aktif melibatkan diri dalam pelaksanaan tindakan kelompok dan secara umum kegiatan siswa sudah berlangsung dengan baik. Hasil observasi pelaksanaan tindakan siklus II 82 menunjukkan hasil yang sangat baik. Guru telah mampu mengelola waktu dengan efisien sehingga semua tahapan kegiatan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dapat terlaksana. Guru telah memotivasi siswa agar siswa lebih bersemangat dalam belajar seni budaya dan keterampilan, guru memberikan apersepsi, guru telah bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerjasama dengan teman kelompoknya, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti, guru sangat maksimal dalam memberikan bimbingan dan arahan pada siswa saat menyelesaikan masalah yang diberikan serta guru memberikan penghargaan berupa pujian kepada siswa. Walaupun demikian, masih terdapat sedikit kekurangan pada pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu guru tidak memberikan penilaian secara langsung terhadap hasil kerja siswa. Tetapi berdasarkan pantauan peneliti semua kelompok mempunyai bahan pembelajaran yang lengkap, sehingga tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaan tindakan. Hasil pelaksanaan tindakan siklus II menunjukkan bahwa, dilihat dari segi proses rencana pelaksanaan/perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru telah mencapai indikator yang ditentukan. Berdasarkan hasil observasi dari kegiatan awal sampai dengan siklus II terjadi perubahan sikap pada siswa yaitu siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar. Pada awalnya siswa kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan oleh guru, dan setelah siklus II siswa lebih terfokus memperhatikan materi yang diberikan guru. Hal ini sejalan dengan pendapat sanjaya (2006: 45) yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi guru 83 dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar dan mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pembelajaran, sehingga proses atau kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Untuk mengetahui hasil observasi persentase efektivitas mengajar guru dari pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat dilihat dari grafik perbandingan nilai berikut ini: Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Efektivitas Mengajar Guru Persiklus 100 86,66% 80 60 93.33% 73.33% 60% 40 20 0 Siklus I Pertemuan I Pertemuan II Siklus II Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran keterampilan menganyam dapat meningkatkan efektivitas mengajar guru di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari, pada siklus I pertemuan 1, aktivitas mengajar guru mencapai 60% dan pertemuan 2, aktivitas mengajar guru mencapai 73.33%. Sementara pada siklus II mengalami peningkatan, pertemuan 1, aktivitas mengajar guru mencapai 86.66% dan pertemuan 2, aktivitas mengajar guru mencapai 93.33% . 84 2. Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa Persiklus Secara umum peningkatan aktivitas belajar siswa diperoleh dengan diadakannya kegiatan atau proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk memahami materi pelajaran dengan melibatkan siswa berbuat dan bergerak aktif membuat kerajinan anyaman, anak terlibat aktif untuk mendengarkan penjelasan dan demonstrasi guru serta berlatih berbicara melalui kegiatan diskusi dalam kelompoknya dan presentase atau menyajikan hasil diskusi kelompoknya anak dilibatkan untuk mengamati secara langsung media pembelajaran yang berhubungan dengan materi dan aspek intelektual yaitu anak menguji kemampuan kecerdasannya dalam menyelesaikan lembar kerja siswa (LKS) yang disiapkan guru serta memecahkan masalah bagaimana membuat anyaman dengan berbagai sehingga menghasilkan benda pakai berupa kipas yang terbuat dari bahan bambu karena dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada keterampilan menganyam, siswa hanya diberi latihan dengan pendekatan yang sama. Mengantispasi kepasifan siswa, guru memegang peranan yang sangat penting, yakni memberikan peran atau pelibatan siswa secara langsung. Keaktifan siswa dalam pembelajaran akan mewujudkan hakikat dari pendidikan, yakni perubahan. Pemikiran ini sejalan dengan pendapat Daryanto (2010:3), perubahan yang bersifat aktif adalah perubahan yang tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha orang yang bersangkutan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Fitri (2013: 23) yang menyatakan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diperlukan agar tercapai tujuan dan sasaran pembelajaran 85 Selanjutnya Untuk mengetahui hasil observasi persentase aktivitas mengajar siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat dilihat dari grafik perbandingan nilai berikut ini: Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Persiklus 100 81,81% 80 60 90.90% 63.63% 45.45% 40 20 0 Siklus I Siklus II Pertemuan I Pertemuan II Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran keterampilan menganyam dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari, pada siklus I pertemuan 1, aktivitas belajar siswa mencapai 45,45% dan pertemuan 2, mencapai 63.63%. Sementara pada siklus II mengalami peningkatan, pertemuan 1, aktivitas belajar siswa mencapai 81,81% dan pertemuan 2, meningkat cukup signifikan menjadi 90.90%. 3. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Persiklus Berdasarkan peningkatan efektivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran yang tersebut di atas sangat berpengaruh pula pada peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya Hasil tes persiklus menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan nilai tes awal yang telah diperoleh sebelumnya yaitu dari hasil tes awal 86 33,33% (6 orang) siswa memperoleh nilai ≥75 dengan rata-rata nilai rata-rata sebesar 67,50. Pada siklus I meningkat menjadi 72,22% (13 orang) siswa memperolah nilai ≥75 dengan nilai rata-rata sebesar 76,94. Sedangkan pada siklus II dari segi hasil belajar siswa telah mencapai indikator 88,89% (16 siswa) memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75, dengan nilai rata-rata sebesar 83,50. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono, (2006: 3-4) yang menyatakan bahawa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar Pernyataan tersebut menyirat makna, hasil belajar tidak diperoleh oleh siswa saja, tetapi guru juga termasuk di dalamnya. Pada siswa, hasil belajar merupakan rangkaian akhir dari proses belajar yang telah dilaluinya pada suatu materi. Sedangkan pada guru, hasil belajar berorientasi pada keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran atau tindak akhir proses belajar melalui evaluasi hasil belajar. Olehnya itu, dapat dikatakan hasil belajar merupakan evaluasi guru terhadap siswa mengenai kegiatan pembelajaran. Pendapat ini diperkuat oleh Sudjana, (2010: 3) yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik Dalam akhir proses pembelajaran akan menghasilkan suatu perubahan yang khas sebagai hasil belajar. Hasil belajar dapat dicapai siswa melalui upaya perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mengetahui lebih jelas hasil belajar siswa dari pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat dilihat dari grafik perbandingan nilai berikut ini: 87 Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Persiklus 88.89% 16 orang 100 90 80 67,50 70 72,22% 76,94 13 orang 83,50 60 50 40 33.33% 6 orang 30 20 10 0 Pra Siklus Siklus I Persentase Ketuntasan Siklus II Nilai Rata-rata Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi tindakan siklus II menunjukkan bahwa dari segi proses, tindakan yang dilakukan telah berhasil karena pelaksanaan pembelajaran telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan 90% untuk keefektifan mengajar guru dan 85% untuk aktivitas siswa. Karena kedua indikator telah tercapai maka penelitian dihentikan sampai dengan siklus II. Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar seni budaya dan keterampilan pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulya Sari pada materi kerajinan anyaman dapat ditingkatkan dengan pembelajaran menggunakan metode Demonstrasi. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kerajinan anyaman pada mata pelajaran SBK siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulya Sari Kecamatan Tongauna dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode demonstrasi. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian indikator kinerja baik dari segi proses maupun dari segi hasil pada penelitian ini: 5.1.1 Penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran kerajinan anyaman dapat meningkatkan efektivitas mengajar guru di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari, pada siklus I pertemuan 1, aktivitas mengajar guru mencapai 60% dan pertemuan 2, aktivitas mengajar guru mencapai 73.33%. Sementara pada siklus II mengalami peningkatan, pertemuan 1, aktivitas mengajar guru mencapai 86.66% dan pertemuan 2, aktivitas mengajar guru mencapai 93.33% 5.1.2 Penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran Kerajinan anyaman dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari, pada siklus I pertemuan 1, aktivitas belajar siswa mencapai 45,45% dan pertemuan 2, mencapai 63.63%. Sementara pada siklus II mengalami peningkatan, pertemuan 1, aktivitas belajar siswa mencapai 81,81% dan pertemuan 2, meningkat cukup signifikan menjadi 90.90%. 88 89 5.1.3 Penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran Kerajinan anyaman dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari. Hasil pada tes awal, siswa yang memperoleh ketuntasan dengan nilai ≥75 sebanyak 6 siswa 33,33% dengan rata-rata 67,50. Pada siklus I mencapai 72,22% atau sebanyak 13 siswa yang mendapatkan nilai ≥75, dengan rata-rata 76,94 dan pada siklus II meningkat mencapai 88.89% atau sebanyak 16 siswa yang mendapat nilai ≥75, dengan rata-rata 83,50. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: 5.2.1 Hendaknya guru dapat mengetahui, memahami dan menerapkan metode demonstrasi dalam upaya meningkatkan hasil belajar SBK siswa Sekolah Dasar. 5.2.2 Penerapan metode pembelajaran demonstrasi sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa secara optimal (pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai-nilai dan keterkaitannya), baik secara langsung maupun tidak langsung. 5.2.3 Bagi sekolah yang mempunyai fasilitas lengkap hendaknya dapat menerapkan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar guna memperoleh hasil yang maskimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 90 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi,dkk. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta: RinekaCipta. Bahri, Syaiful. (2006). Strategi Belajar Mengajar Jakarta: RinekaCipta. Costa, A. L., (Ed.). (1999). Teaching for intelligence. Arlington Heights, Illinois: Skylight Training and Publishing, Inc. Daryanto. (2010). Belajar dan Mengajar. Bandung: YramaWidya. Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri& Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RinekaCipta. Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar, Edisi 2. Jakarta: Rineka Cipta. Fitri, Junita, dkk. (2011) Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Seni Musik Di Smp Negeri 3 Padang Panjang. Artikel. Program Studi Pendidikan Sendratasik, FBS Universitas Negeri Padang. Graha, Oho. (1990). Seni Kerajinan Bambu. Bandung:Angkasa. Hanafiah dan Suhana. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Jakarta: Refika Aditama Hasibuan, JJ. Dan Moedjiono.(2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Rosda karya. Lestari, Dian. (2012). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggambar BuahBuahan Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi di Kelas VII SMP IT Al-Fityan School Medan. Jurnal Gorga. Vol. 1 No. 2. Hal. 1-14. Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya. Maria Veronika H danMesra. (2012). Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan HasilBelajar Teknik Kolase Melalui Produk Kerajinan Tangan Dalam Mata Pelajaran SBK di SDN Desa Lama Kec. Hamparan 91 Perak T.P 2011/2012 JurnalGorga Univ. Negri Medan. JurnalGorga. Vo. 1. No. 1.Hal. 1-12. Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya Natawijaya, Rochman. (2005). Aktivitas Belajar. Jakarta: Depdiknas. Negeri, Ling LingDewiPerwira. (2011). Membuat Anyaman Kertas Pada Siswa Kelas IV Dengan Metode Demonstrasi di SD Negeri 01 Gambuhan Pemalang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FakultasI lmuPendidikan, Universitas Negeri Semarang. Purwanto. (2008).Metodologi Penelitian Kuantitatif Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. untuk Psikologidan Rasyad, Aminuddin.(2006). Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Rido, Kurnianto. (2009). Penelitian Tindakan Kelas “EdisiPertama”. Surabaya: Lapis PGMI.), hal. 5-15 Rosita, Ade Eka. (2005). Kerajinan Rotan di Perusahaan Anggun Rotan Desa Manggung Wukirsari Imogiri Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Program StudiPendidikanSeniKerajinan, FBS UNY. Sabri, Ahmad. (2007). Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Padang: Quantum Teaching. Sagala,Syaiful. (2010).Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sam’s, Rosma Hartiny. 2010.Model Penelitian Tindakan Kelas.Yogjakarta: Teras. Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta Pusat Grapika: Fajar Interpratama. Sardiman, A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mmepengaruhinya. Jakarta: Rhineka Cipta. Sudjana, Nana. (2010). Dasar-dasar Proses BelajarMengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 92 Sukerti, dkk. (2013). Penerapan Metode Demonstrasi Berbantuan Media Daun Pisang Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Pada Anak TK. Jurnal Pendidikan Anka Usia Dini. Vol. 1 No. 1. Hal. 1-10. Sumanto. (2006). Pengembangan Kreatifitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning, PAIKEM.Yogyakarta: PustakaPelajar. Teori dan Aplikasi Susilo. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Syah, Muhibbin. (2000).Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cetakan 5. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Takari, Enjah. 2007. Kerajinan Menganyam. Bandung: PT Epsilon Group. 93 Lampiran: 1 Silabus Pembelajaran SILABUS PEMBELAJARAN SEKOLAH : SDN 2 SENDANG MULYASARI MATA PELAJARAN : SBK KELAS/SEMESTER : VI/2 Standar Kompetensi: 7. Mengapresiasi karya kerajinan Kompetensi Dasar Materi Kegiatan pembelajaran pembelajaran indikator penilaian Teknik: 7.1 Bahan dan alat 1. Melalui peragaan 1. Menjelaskan guru siswa dapat pengertian anyaman Mendeskripsikan kerajinan menjelaskan 2. Membedakan jenis 1. Lisan kesesuain fungsi, anyaman pengertian bahan alam dan 2. Tertulis kekuatan dan kerajian anyaman bahan buatan untuk keindahan karya 2. Melalui peragaan membuat kerajinan kerajinan guru siswa dapat anyaman anyaman Membedakan jenis 3. Menyebutkan alat bahan alam dan untuk membuat bahan buatan kerajinan anyaman untuk membuat kerajinan anyaman 3. Melalui peragaan gurusiswa menyebutkan alat untuk membuat kerajinan anyaman 4. Melalui peragaan gurusiswa menjelaskan fungsi alat untuk Alokasi waktu Sumber belajar 2 jp x 35 1. Buku paket SBK Kelas menit VI 2. Alat dan bahan kerajinan menganyam 3. Pengetahuan guru dari berbagai sumber 94 membuat kerajinan anyaman jenis Teknik: Jenis Motif 1. Melalui peragaan 1. Menjelaskan guru siswa motif anyaman dasar dasar 1. Lisan Menjelaskan jenis tunggal Kerajinan motif anyaman 2. Menjelaskan jenis 2. Tertulis anyaman dasar tunggal motif anyaman dasar 2. Melalui peragaan ganda guru siswa 3. Menjelaskan jenis Menjelaskan jenis motif anyaman dasar motif anyaman kombinasi dasar ganda 3. Melalui peragaan guru siswa Menjelaskan jenis motif anyaman dasar kombinasi Standar Kompetensi: 2 jp X 35 1. Buku paket SBK Kelas Menit VI 2. Kertas anyaman 3. Pengetahuan guru dari berbagai sumber 8. Membuat Karya Kerajinan 8.1 merancang Merancang benda pakai dari Benda pakai bahan anyaman dari anyaman bambu Melalui praktek siswa dapat membuat rancangan karya kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai Siswa membuat Teknik: rancangan karya 1. Lisan kerajinan anyaman 2. Praktek bambu menjadi benda pakai 2 jp X 35 1. Buku paket SBK Kelas Menit VI 2. Pengetahuan guru dari berbagai sumber 3. Bahan Anyaman bambu 95 8.2 membuat Benda pakai Melalui praktek siswa benda pakai dari dari anyaman dapat siswa membuat bahan anyaman bambu kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai Siswa membuat Teknik: kerajinan anyaman 1. Lisan bambu menjadi benda 2. Praktek pakai 2 jp X 35 1. Buku paket SBK Kelas Menit VI 2. Pengetahuan guru dari berbagai sumber 3. Bahan anyaman bambu 96 Lampiran: 2 RPP Siklus 1 RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN (SIKLUS I) Nama Sekolah : SDN 2 SENDANG MULYASARI Mata Pelajaran : SBK Kelas / Semester : VI/II Alokasi / Waktu : 2×35 menit Pertemuan ke :1&2 A. Standar Kompetensi 7. Mengapresiasi karya kerajinan B. Kompetensi Dasar 7.1 Mendeskripsikan kesesuai fungsi, kekuatan, dan keindahan karya kerajinan anyaman C. Indikator 1. Menjelaskan pengertian anyaman 2. Membedakan jenis bahan alam dan bahan buatan untuk membuat kerajinan anyaman 3. Menyebutkan alat untuk membuat kerajinan anyaman 4. Menjelaskan jenis-jenis motif anyaman D. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan pengertian kerajian anyaman dengan benar 2. Melalui penjelasan guru siswa dapat membedakan jenis bahan alam dan bahan buatan untuk membuat kerajinan anyaman dengan benar 3. Melalui penjelasan guru siswa menyebutkan alat untuk membuat kerajinan anyaman dengan benar 4. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan jenis motif anyaman dasar tunggal dengan benar 5. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan jenis motif anyaman dasar ganda dengan benar 6. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan jenis motif anyaman dasar kombinasi dengan benar E. Materi Pembelajaran 1. Bahan dan alat Kerajinan Anyaman 2. Jenis motif anyaman dasar F. Metode Pembelajaran Demonstrasi, Tanya Jawab, dan diskusi 97 G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan I Kegiatan Deskripsi Kegiatan Kegiatan Pendahuluan 1. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas 10 Menit 2. Guru mengecek kehadiran siswa 3. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan menyampaikan materi pelajaran yang akan diajarkan 4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 5. Guru memberikan motivasi kepada siswa 6. Membagi siswa dalam kelompok belajar 1. Guru mendemonstrasikan tentang bahan dan alat 50 Menit dalam kerajinan menganyam serta fungsinya masing-masing 2. Guru meminta perwakilan setiap kelompok maju didepan kelas untuk mengamati media yang disediakan guru berupa bahan alam dan bahan buatan kerajinan anyaman serta alat untuk membuat kerajinan anyaman 3. Guru membagikan LKS kepada kepada setiap kelompok 4. Berdasarkan hasil pengamatannya siswa memecahkan masalah tentang materi kerajinan menganyam dengan mengisi LKS berdasarkan hasil pengamatannya 5. Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasekan hasil kerja kelompoknya 6. Guru memberikan penghargaan atas pekerjaan setiap kelompok 7. Guru memberikan penguatan berupa komentar hasil pengamatan siswa 1. Guru dan siswa menyimpulkan materi 10 Menit pembelajaran 2. Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran 3. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya 4. Ketua kelas memimpin doa diakhir pembelajaran Kegiatan Inti Penutup Alokasi Waktu Pertemuan II Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Kegiatan Pendahuluan 1. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas 10 Menit 2. Guru mengecek kehadiran siswa 3. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan 98 Kegiatan Inti 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Penutup 1. 2. 3. menyampaikan materi pelajaran yang akan diajarkan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru memberikan motivasi kepada siswa Membagi siswa dalam kelompok belajar Guru menjelaskan pengertian motif anyaman 50 Menit tunggal, ganda dan kombinasi dengan cara mendemonstrasikan cara membuat kerajinan menganyam dari bahan, daun pisang dan daun kelapa, kertas Guru membagikan LKS kepada kepada setiap kelompok Guru memberikan bimbingan pada kelompok siswa yang mengalami kesulitan Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasekan hasil kerja kelompoknya Guru memberikan penghargaan atas pekerjaan setiap kelompok Guru memberikan penguatan materi berupa komentar hasil diskusi siswa Guru memberikan tes kompetensi untuk menguji pemahaman siswa Guru dan siswa menyimpulkan materi 10 Menit pembelajaran Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya Ketua kelas memimpin doa diakhir pembelajaran 4. H. Penilaian 1.Tehnik Penilaian : Tes lisan, 1tertulis dan perbuatan 2. Bentuk penilaian : Uraian I. Media/alat dan Sumber Belajar 1. Media/Alat Belajar : Bahan dan alat kerajinan anyaman, LKS 2. Sumber belajar : a. Buku paket SBK Kelas VI SD Tahun 2009, Jakarta: Cempaka Putih. Hal. 61-74 Sendang Mulyasari, Juni 2017 99 Lampiran: 3 RPP Siklus II RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN (SIKLUS II) Nama Sekolah : SDN 2 SENDANG MULYASARI Mata Pelajaran : SBK Kelas / Semester : VI/II Alokasi / Waktu : 2×35 menit Pertemuan ke :1&2 A. Standar Kompetensi 8. Membuat kerajinan anyaman B. Kompetensi Dasar 8.1 Merancang karya kerajinan anyaman menjadi benda pakai 8.2 Membuat karya kerajinan anyaman menjadi benda pakai C. Indikator 1. Merancang karya kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai 2. Membuat karya kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai D. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui peragaan guru siswa dapat merancang membuat kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai dengan benar. 2. Melalui peragaan guru siswa dapat membuat kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai dengan benar. E. Materi Pembelajaran Kerajinan Anyaman bambu menjadi benda pakai F. Metode Pembelajaran Demonstrasi, Tanya Jawab, diskusi, dan Praktek G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan I Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Kegiatan Pendahuluan 1. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas 10 Menit 2. Guru mengecek kehadiran siswa 3. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan menyampaikan materi pelajaran yang akan diajarkan 4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 5. Guru memberikan motivasi kepada siswa 6. Membagi siswa dalam kelompok belajar 100 Kegiatan Inti Penutup 1. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang 50 Menit akan dilaksanakan. 2. Guru menjelaskan materi pengantar dengan mendemonstrasikan/memperlihatkan beberapa benda pakai yang terbuat dari hasil kerajinan anyaman bambu. 3. Guru mendemonstrasikan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat rancangan hasil kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai berupa kipas 4. Guru mendemonstrasikan teknik membuat kipas dari anyaman bambu 5. Guru meminta beberapa siswa untuk membantu guru mendmonstrasikan cara membuat anyaman bambu menjadi kipas. 6. Guru meminta setiap kelompok untuk merancang dan menyiapkan bahan dan alat kerajinan anyaman yang akan digunakan pada pertemuan berikutnya. 1. Guru dan siswa menyimpulkan materi 10 Menit pembelajaran 2. Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran 3. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya 4. Ketua kelas memimpin doa diakhir pembelajaran Pertemuan II Kegiatan Deskripsi Kegiatan Kegiatan Pendahuluan 1. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas 10 Menit 2. Guru mengecek kehadiran siswa 3. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan menyampaikan materi pelajaran yang akan diajarkan 4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 5. Guru memberikan motivasi kepada siswa 6. Membagi siswa dalam kelompok belajar 1. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang 50 Menit akan dilaksanakan. 2. Guru mendemonstrasikan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat hasil kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai berupa kipas 3. Guru mendemonstrasikan teknik membuat kipas dari anyaman bambu 4. Guru meminta setiap siswa dalam kelompok untuk memepraktekkan membuat kipas dari anyaman bambu 5. Guru berkeliling kelas menilai proses pembuatan kipas dari anyaman bambu 6. Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan Kegiatan Inti Alokasi Waktu 101 Penutup 1. Guru dan siswa menyimpulkan materi 10 Menit pembelajaran 2. Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran 3. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya 4. Ketua kelas memimpin doa diakhir pembelajaran H. Penilaian 1.Tehnik Penilaian 3. Bentuk penilaian : Tes lisan, tertulis dan perbuatan : Uraian I. Media/alat dan Sumber Belajar 1. Media/Alat Belajar : Bahan dan alat kerajinan anyaman, LKS 2. Sumber belajar : a. Buku paket SBK Kelas VI SD Tahun 2009, Jakarta: Cempaka Putih. Hal. 61-74 b. Bahan ajar tentang materi kerajinan menganyam Sendang Mulyasari, Juni 2017 102 Lampiran 4. Tes Awal Prasiklus Tes awal Berilah tanda silang (x) pada satu huruf a,b,c atau d pada jawaban yang benar ! 1. Yang termasuk hasil kerajinan anyaman yang sering digunakan dalam rumah tangga adalah........ a. Ember c. Ikat pinggang b. Bakul d. Panci 2. Bahan buatan yang dapat dijadikan sebagai benda kerajinan anyaman adalah.... a. Daun pandan c. Rotan b. Daun Lontar d. Kertas 3. Menganyam dengan cara menyilangkan rautan dengan membentuk segi enam beraturan dan setiap sudut dibuat menumpang dan menindih bergantian disebut.... a. Anyaman sasak c. Anyaman mata bintang b. Anyaman lilit d. Anyaman bilik 4. Anyaman ketupat di buat dari.... a. Daun Tebu c. Daun Kelapa b. Daun Bambu d. Daun Pisang 5. Berikut ini merupakan barang anyaman yang digunakan sebagai tempat menyimpan makanan.... a. Tirai bergambar c. Bakul Nasi b. Nyiru d. Keranjang Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar! 1. Hasil kerajinan yang dikerjakan dengan cara mengangkat dan menumpang tindihkan atau menyilangkan bahan sehingga memjadi suatu karya yang indah dan menarik disebut........ 2. Menganyam dengan melilitkan dua rautan secara bergantian disebut...... 3. Anyaman bilik cocok digunakan untuk benda pakai ....... 4. Jok kursi dan keranjang menggunakan nyaman bercorak ...... 5. Membuat kerajinan kipas mennggunakan jenis anyaman ...... 103 Lampiran 5. Tes Siklus 1 Tes Siklus 1 Berilah tanda silang (x) pada satu huruf a,b,c atau d pada jawaban yang benar ! 1. Berikut ini merupakan barang anyaman yang digunakan sebagai tempat menyimpan makanan adalah.... a. Tirai bergambar c. Bakul Nasi b. Nyiru d. Keranjang 2. Anyaman ketupat dibuat dari.... a. Daun Tebu c. Daun Kelapa b. Daun Bambu d. Daun Pisang 3. Menganyam dengan cara menyilangkan rautan dengan membentuk segi enam beraturan dan setiap sudut dibuat menumpang dan menindih bergantian disebut.... a. Anyaman sasak c. Anyaman mata bintang b. Anyaman lilit d. Anyaman bilik 4. Bahan buatan yang dapat dijadikan sebagai benda kerajinan anyaman adalah.... a. Daun pandan c. Rotan b. Daun Lontar d. Kertas 5. Yang termasuk hasil kerajinan anyaman yang sering digunakan dalam rumah tangga adalah....... a. Ember c. Ikat pinggang b. Bakul d. Panci Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar! 1. Hasil kerajinan yang dikerjakan dengan cara mengangkat dan menumpang tindihkan atau menyilangkan bahan sehingga memjadi suatu karya yang indah dan menarik disebut........ 2. Menganyam dengan melilitkan dua rautan secara bergantian disebut...... 3. Anyaman bilik cocok digunakan untuk benda pakai ....... 4. Jok kursi dan keranjang menggunakan nyaman bercorak ...... 5. Membuat kerajinan kipas mennggunakan jenis anyaman ...... 104 Lampiran 6 Tes Unjuk kerja Siklus II Tes Siklus II Buatlah secara individu kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai berupa kipas! 105 Lampiran 7. Skor Perolehan Hasil Belajar Siswa Persiklus SKOR PEROLEHAN SISWA PADA TES AWAL, TES SIKLUS I DAN TES SIKLUS II Tabel 4.13 : Skor Perolehan Siswa Pada Tes Awal, Tes Siklus I dan II NILAI No Nama Siswa Keterangan Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II 1 Marselinus Ariel Dhio 70 70 78 Tuntas 2 Umi Nurjanatin 75 80 100 Tuntas 3 Yakobus Riko Yudasta 75 75 78 Tuntas 4 Nerin Suryani 70 85 78 Tuntas 5 Muh. Ilham 75 80 100 Tuntas 6 Dhea Ramdani 60 80 78 Tuntas 7 Ilham Farid Alpandi 50 75 89 Tuntas 8 Setya Ananda Kumara 80 80 100 Tuntas 9 Bernikem Ana Tasya 65 70 78 Tuntas 10 Isyara Ayu Dwi Anjani 55 75 78 Tuntas 11 Anisa Nurbaiti Ningrum 45 70 67 Tidak Tuntas 12 Anggun Tiara Wati 85 85 78 Tuntas 13 Dendi Iswantoro 65 70 78 Tuntas 14 Antonius Adi Saputra 65 80 89 Tuntas 15 Iyan Abimayu 80 90 100 Tuntas 16 Lidiya Firmaningsi 65 75 78 Tuntas 17 Khatima Sari Dewi 65 70 67 Tidak Tuntas 18 Diki Prasetyo 70 75 89 Tuntas Jumlah 1.215 1.385 1.503 Rata-Rata 67.50 76.94 83.50 75 6 orang (33.33%) 13 orang (72,22%) 16 orang (88.89%) 75 12 orang (66.67%) 5 orang (27,78%) 2 orang (11.11%) 106 Lampiran: 8 Lembar Penilaian Unjuk Kerja dan Rubrik Penilaian Siklus II LEMBAR PENILAIAN UNJUK KERJA KETERAMPILAN MENGANYAM SIKLUS II No. Nama Siswa Keterampilan menggunakan alat dan bahan menganyam 1 2 Teknik menganyam 3 1 2 √ 3 Skor Nilai Ket 7 78 Tuntas √ 9 100 Tuntas √ 8 89 Tuntas 7 78 Tuntas 9 100 Tuntas 7 78 Tuntas √ 8 89 Tuntas √ 9 100 Tuntas Hasil Anyaman 1 2 3 1 Marselinus Ariel Dhio √ 2 Umi Nurjanatin √ 3 Yakobus Riko Yudasta √ √ 4 Nerin Suryani √ √ 5 Muh. Ilham √ 6 Dhea Ramdani √ √ 7 Ilham Farid Alpandi √ √ 8 Setya Ananda Kumara √ 9 Bernikem Ana Tasya √ √ √ 7 78 Tuntas 10 Isyara Ayu Dwi Anjani √ √ √ 7 78 Tuntas 11 Anisa Nurbaiti Ningrum √ √ 6 67 Belum Tuntas 12 Anggun Tiara Wati √ √ √ 7 78 Tuntas 13 Dendi Iswantoro √ √ √ 7 78 Tuntas 14 Antonius Adi Saputra √ √ 8 89 Tuntas 15 Iyan Abimayu √ √ 7 78 Tuntas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 107 16 17 18 Lidiya Firmaningsi √ √ Khatima Sari Dewi Diki Prasetyo √ √ √ 7 78 Tuntas √ √ 6 67 Belum Tuntas 8 89 Tuntas √ √ Jumlah 1.503 Rata-rata 83,50 Tuntas 16 % ketuntasan 88,89% Tidak Tuntas 2 % ketidaktuntasan 11,11% Rubrik Kriteria Penilaian keterampilan menganyam Keterampilan menggunakan alat dan bahan anyaman bambu 1. Cara menggunakan alat dan bahan kurang terampil 2. Cara menggunakan alat dan bahan terampil, tetapi masih kaku, kurang luwes 3. Cara menggunakan alat dan bahan sangat terampil Teknik menganyam bambu 1. Menganyam bambu dengan teknik yang baik 2. Menganyam tekniknya baik, tetapi masih kurang sempurna 3. Menganyam dengan teknik yang baik dan sempurna Hasil anyaman bambu 1. Hasil anyaman bambu kurang baik dan kurang rapi 2. Hasil anyaman bambu, tetapi masih kurang rapi 3. Hasil anyaman bambu dan sangat rapi 108 Lampiran: 9 Rekapitulasi Ketuntasan Skenario Pembelajaran Persiklus REKAPITULASI KETUNTASAN PROSES PELAKSANAAN SKENARIO PEMBELAJARAN DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR PADA SETIAP SIKLUS TINDAKAN 1. Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Oleh Guru dan Siswa Pertemuan I Pertemuan II (%) (%) Guru 60% 73,33% Siswa 45,45% 63,63% Guru 86,66% 93,33% Siswa 81,81% 90,90% Tindakan Siklus I Siklus II 2. Ketuntasan Hasil Belajar Secara Klasikal Tindakan Rata-rata Ketuntasan Secara Klasikal Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II 67,50 76,94 83,50 33,33% 72,22% 88,89% 109 Lampiran: 10 Dokumentasi Penelitian DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Bahan yang di gunakan dalam pembuatan anyaman bambu 110 Gambar 2. Guru Mendemonstarsikan Materi Anyaman Bambu di depan Kelas Gambar 3. Guru membimbing siswa dalam kelompok 111 Gambar 4. Siswa Praktek membuat anyaman kipas yang terbuat dari bambu dari bambu Gambar 5. Siswa praktek membuat anyaman kipas yang terbuat dari bambu 112 Gambar 6. Observer sedang mengamati aktivitas belajar siswa Gambar 7. Observer sedang mengamati aktivitas belajar siswa 113 Gambar 8. Siswa mempresentasekan hasil anyaman bambu Gambar 9. Hasil kerajinan anyaman bambu yang telah dibuat siswa 96 96 96 RIWAYAT HIDUP KETUT SUCIKO, dilahirkan pada 21 Juni 1972 di Petigo, Provinsi Bali, anak ke empat dari lima bersaudara, pasangan Bapak Putu Putra dan Ibu Made Kripik. Penulis menempuh pendidikan tingkat dasar di SDN 1 Sendang Mulyasari (Tamat tahun 1985), kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2 Unaaha (1988). Pada tahun 1988 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA (tamat tahun 1991). Penulis melanjutkan pendidikan DII PGSD di Universitas Halu Oleo Kendari (memperoleh gelar A.ma 2004). Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan S1 PGSD di Universitas Terbuka. Sejak tahun 2005 penulis bekerja sebagai guru SD Negeri 1 Sanuanggamao, Kecamatan Tongauna, Kabupaten Konawe. Pada tahun 2008 penulis bekerja sebagai guru SD Negeri 2 Sendang Mulyasari, kecamatan Tongauna, Kabupaten Konawe sampai sekarang.