meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kerajinan

advertisement
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
KERAJINAN ANYAMAN DENGAN MENGGUNAKAN
METODE DEMONSTRASI DI KELAS VI
SD NEGERI 2 SENDANG MULYASARI
KECAMATAN TONGAUNA
KABUPATEN KONAWE
TESIS
OLEH:
KETUT SUCIKO
NIM. G2P1 15 039
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
i
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
KERAJINAN ANYAMAN DENGAN MENGGUNAKAN
METODE DEMONSTRASI DI KELAS VI
SD NEGERI 2 SENDANG MULYASARI
KECAMATAN TONGAUNA
KABUPATEN KONAWE
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni
Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo
OLEH:
KETUT SUCIKO
NIM. G2P1 15 039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
ii
iii
iv
ABSTRAK
Ketut Suciko, 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kerajinan
Anyaman dengan Menggunakan Metode Demonstasi di Kelas VI SD
Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tonggauna Kabupaten
Konawe. Dibimbing oleh I Ketut Suardika dan Hj Darnawati.
Tujuan penelitian ini adalah 1) Meningkatkan efektivitas mengajar guru
pada materi kerajinan anyaman dengan menggunakan metode demonstrasi di
kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten
Konawe. 2) Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi Kerajinan Anyaman
dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 Sendang
Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe. 3) Meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi kerajinan anyaman dengan menggunakan metode
demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna
Kabupaten Konawe.
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VI SDN 2 Sendang Mulyasari
Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe sebanyak 18 siswa. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Data yang
diperoleh berupa persentase efektivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa dan
hasil belajar siswa berdasarkan hasil observasi persiklus yang dianalisis secara
kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) efektivitas mengajar guru
meningkat dengan menggunakan metode demonstrasi. Pada siklus I pertemuan 1,
efektivitas mengajar guru mencapai 60,00% dan pertemuan 2, efektivitas
mengajar guru mencapai 73.33% selanjutnya Pada siklus II pertemuan 1,
efektivitas mengajar guru mencapai 86.66% dan pertemuan 2, efektivitas
mengajar guru mencapai 93.33%. 2) Aktivitas belajar siswa meningkat dengan
menggunakan metode demonstrasi. Pada siklus I pertemuan 1, aktivitas belajar
siswa mencapai 45,45% dan pertemuan 2, aktivitas belajar siswa mencapai
63.63%. Pada siklus II pertemuan 1, aktivitas siswa mencapai 81,81% dan
pertemuan 2, aktivitas siswa mencapai 90,90%. 3) Hasil belajar siswa meningkat
dengan menggunakan metode demonstrasi. Pada siklus I siswa yang mencapai
ketuntasan sebanyak 13 siswa atau 72,22% dengan nilai rata-rata 76,94 dan pada
siklus II meningkat sebanyak 16 siswa atau 88.89% dengan nilai rata-rata 83,50.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Penggunan Metode Demonstrasi dapat
meningkatkan: 1) efektivitas mengajar guru, 2) Aktivitas belajar siswa, 3) hasil
belajar Siswa pada materi kerajinan anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang
Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Kerajinan Anyaman, Metode Demonstrasi
v
ABSTRACT
KetutSuciko, 2017, Increasing Students’ Outcomes of Learning Woven
Handcrafts by Using Demonstration Method in Class VI of SD Negeri 2
SendangMulyasari in the Sub-district of Tonggauna of Konawe
Regency.Supervised by I KetutSuardikaandHj. Darnawati.
The aims of this study were: (1) to improve the effectiveness of teacher’s
instruction in the teaching woven handcrafts by using demonstration method in
class VI of SD Negeri 2 Sendang Mulyasari in the sub-district of Tonggauna of
Konawe regency; (2)to improve student’s learning activities in their learning of
woven handcrafts by using demonstration method in class VI of SD Negeri 2
Sendang Mulyasari in the sub-district of Tonggauna of Konawe regency; (3) to
increase students’ outcomes of learning woven handcraft by using demonstration
method in class VI of SD Negeri 2 SendangMulyasari in the sub-district of
Tonggauna of Konawe regency.
Subjects of the study were class VI students of SD Negeri 2
SendangMulyasari in the sub-district of Tonggauna of Konawe regency, totaling
18 students. The study was a classroom action research conducted in 2 cycles.
Data obtained from in the forms of percentage indicating the effectiveness of
teacher’s instruction, students’ learning activities, and students’ outcome of
learning based on results of observation per cycle which were analyzed
quantitatively and qualitatively.
Results showed that: (1) the effectiveness of teacher’s instruction increased as
a results of using demonstrationmethod. In cycle I, the effectiveness of teacher’s
instruction was 60.00% in meeting 1 and 73.33% in meeting 2. In the next cycle,
the effectiveness of teacher’s instruction was 86.66% in meeting 1 and 93.33% in
meeting 2. 2) Students’ learning activities also increased after the use of
demonstrationmethod. In cycle I, the students’ learning activities was 45.045% in
meeting 1 and increased to 63.63% in meeting 2. In the next cycle, the students’
learning activities was 81.81% in meeting 1 and rose to 90.90% in meeting 2. 3)
The students’ learning outcomes also improved after the application of
demonstration method. In cycle I, there were 13 students (72.22%) who
completed their learning, gaining an average of 76.94. In the next cycle, 16
students (88.89%) competed their learning with an average of 83.50. The
conclusions were: the use of demonstration method could increase: 1) the
effectiveness of teacher’s instruction, 2) students’ learning activities, 3) student’s
outcomes of learning woven handcrafts in class VI of SD Negeri 2
SendangMulyasari in the sub-district of Tonggauna of Konawe regency
Keywords: Learning Outcomes, Woven Handcraft, Demonstration Method
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, penguasa
langit dan bumi yang tiada daya dan upaya selain dari pertolongan-Nya, atas
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya jugalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
hasil penelitian ini guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi
pada Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo
Kendari.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Supriadi Rustad, M.Si., selaku Plt. Rektor Universitas Halu Oleo,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan
pendidikan Program S2 di Pascasarjana Universitas Halu Oleo.
2. Prof. Ir. H. Sahta Ginting, M.Agr., Ph.D., selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Halu Oleo, atas jasa beliaulah sehingga penulis
memperoleh peluang untuk melanjutkan studi penulis di jenjang S-2 yaitu
pada Program Studi Pascasarjana Pendidikan Seni.
3. Dr. Dasmin Sidu, S.P., M.P, Selaku Wakil Direktur Bidang Akdemik dan
Kemahasiswaan, yang telah yang telah memberikan kemudahan dalam
semua urusan penulis yang bersifat akademik pada tingkat jurusan dan
kelancaran administrasi dalam penyusunan tesis ini.
4. Dr. I Ketut Suardika, S.Pd., M.Si., selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Seni PPS Universitas Halu Oleo
sekaligus sebagai
pembimbing I, yang telah memberikan kemudahan dalam semua urusan
penulis yang bersifat akademik pada tingkat jurusan dan kelancaran
vii
administrasi dalam penyusunan tesis ini serta pemberian bimbingan,
arahan dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi
selama menjadi dosen pembimbing dalam penelitian ini.
5. Dr. Hj. Darnawati, M.Pd., selaku Pembimbing II atas bimbingan, arahan
dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi selama
menjadi dosen pembimbing dalam penelitian ini.
6. Seluruh Dosen serta segenap Staf Administrasi di lingkup Program
Pascasarjana Universitas Halu Oleo yang telah banyak memberikan
arahan, bimbingan dan pengetahuan selama menempuh pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Seni.
7. Arbain, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN 2 Sendang Mulya Sari, dan
Wayan Rita, S.Pd
sebagi teman sejawat yang telah banyak memberi
banyak bantuan, motivasi dan solusi dalam pembelajaran di kelas.
8. Kepada teman-teman seangkatan Program Studi Pendidikan Seni
Angkatan 2015, terima kasih banyak atas kebersamaan dan kerjasamanya
selama ini.
Penulis menyadari bahwa tidak berarti bahwa hasil penelitian ini sudah
merupakan suatu karya yang sempurna, olehnya itu penulis masih mengharapkan
saran perbaikan dari pembaca yang sifatnya konstruktif.
Kendari, Juni 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..............................................................................
HALAMAN SAMPUL DALAM..............................................................
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..........................
ABSTRAK .................................................................................................
ABSTRACT ...............................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
DAFTAR TABEL ....................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
BAB I
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xi
xii
xiii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................
1
5
5
6
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran.......................................
2.2 Konsep Aktivitas Belajar.....................................................
2.3 Konsep Hasil Belajar ...........................................................
2.4 Kerajinan Anyaman.............................................................
2.4.1 Pengertian Anyaman ..............................................
2.4.2 Bahan, Alat dan Motif Anyaman ...........................
2.4.3 Alat Kerajinan Menganyam ...................................
2.4.4 Jenis Motif Menganyam.........................................
2.5 Metode Demonstrasi............................................................
2.5.1 Pengertian Metode Pembelajaran............................
2.5.2 Pengertian Metode Demonstrasi .............................
2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi...
2.5.4 Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi
2.6 Hasil Penelitian yang Relevan.............................................
2.7 Kerangka Pikir.....................................................................
2.8 Hipotesis Tindakan..............................................................
8
10
13
16
16
17
21
22
23
23
24
25
28
29
32
34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................
3.3 Subjek Penelitian .................................................................
3.4 Faktor yang Diteliti.............................................................
3.5 Desain dan Prosedur Penelitian ...........................................
35
35
35
35
36
BAB II
ix
3.6 Teknik Pengumpulan Data ..................................................
3.7 Teknik Analisis Data ...........................................................
3.8 Indikator Kinerja .................................................................
38
38
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V
4.1 Hasil Penelitian.....................................................................
4.1.1 Kegiatan Pendahuluan.......................................................
4.2 Tindakan Siklus I..................................................................
4.3 Tindakan Siklus II ................................................................
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Persiklus ................................
42
42
44
61
79
PENUTUP
5.1 Kesimpulan...........................................................................
5.2 Saran .....................................................................................
88
89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstraasi ......................................... 25
Tabel 2.2 Kebaikan dan Kekurangan Metode Demonstrasi ............................................ 26
Tabel 3.1 Penentuan Skor Klasifikasi Observasi ............................................................ 39
Tabel 3.2 Penentuan Skor Klasifikasi Observasi ............................................................ 40
Tabel 4.1 Hasil Tes Awal Pra Siklus ............................................................................... 42
Tabel 4.2 Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan pertama pada Siklus I ....... 46
Tabel 4.3 Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan pertama pada Siklus I ............ 49
Tabel 4.4 Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan kedua pada Siklus I .......... 53
Tabel 4.5 Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan kedua pada siklus I ................ 55
Tabel 4.6 Skor Perbandingan Perolehan Siswa Pada Tes Awal dan Tes Siklus I ........... 57
Tabel 4.7 Ketuntasan Hasil Belajar Secara Klasikal Siklus I ......................................... 58
Tabel 4.8 Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Guru dan Siswa Siklus I .... 59
Tabel 4.9 Observasi Efektivitas Mengajar Guru pada Pertemuan Pertama Siklus II ..... 63
Tabel 4.10 Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan pertama pada Siklus II ......... 66
Tabel 4.11 Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan II pada Siklus II .............. 70
Tabel 4.12 Observasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan kedua pada Siklus II ................ 73
Tabel 4.13 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Awal, Tes Siklus I dan II .......................... 76
Tabel 4.14 Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Guru dan Siswa Siklus II . 78
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian.................................................................. 33
Gambar 3.1 Skema siklus Penelitian Tindakan Arikunto .................................... 37
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Efektivitas Mengajar Guru Persiklus ............... 83
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Persiklus .................... 85
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Persiklus .......................... 87
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran...................................................................... 93
Lampiran 2 RPP Siklus I ................................................................................... 96
Lampiran 3 RPP Siklus II ................................................................................. 99
Lampiran 4 Tes Awal Prasiklus ......................................................................... 102
Lampiran 5 Tes Siklus I .................................................................................... 103
Lampiran 6 Tes Unjuk Kerja Siklus II .............................................................. 104
Lampiran 7 Skor Perolehan Hasil Belajar Siswa Persiklus ............................... 105
Lampiran 8 Lembar Penilaian Unjuk kerja dan Rubrik Penilaian Siklus 2 ....... 106
Lampiran 9 Rekapitulasi Ketuntasan Skenario Pembelajaran PerSiklus .......
108
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 109
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang dipandang mampu
meningkatkan kualitas hidup manusia. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh
efektivitas pembelajaran yang dilakukan baik di sekolah maupun luar sekolah.
Efektivitas pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa, tidak terlepas
dari interaksi antara guru dan peserta didik. Interaksi tersebut dapat meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan bersama dalam proses pembelajaran.
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Minat, bakat, kemampuan, dan potensipotensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa
bantuan seorang guru (Mulyasa, 2006: 35). Guru harus memaknai pembelajaran,
serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan
perbaikan kualitas peserta didik.
Peran guru dijelaskan oleh Mulyasa (2006: 37) sebagai berikut: Guru
sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, guru sebagai
pelatih, guru sebagai penasehat, guru sebagai pembaharu/innovator, guru sebagai
model dan teladan, guru sebagai pribadi, guru sebagai peneliti, guru sebagai
pendorong kreatifitas, guru sebagai pembangkit pandangan, guru sebagai pekerja
rutin, guru sebagai pemindah kemah, guru sebagai pembawa cerita, guru sebagai
1
2
aktor, guru sebagai emansipator, guru sebagai evaluator, guru sebagai pengawet
dan guru sebagai kulminator.
Dalam menjalankan perannya yaitu sebagai pendidik, pengajar, pemimpin,
administrator, guru harus mampu melayani peserta didik yang dilandasi dengan
kesadaran (awarreness), keyakinan (belief), kedisiplinan (discipline) dan
tanggung jawab (responsibility) secara optimal sehingga memberikan pengaruh
positif terhadap perkembangan siswa secara optimal, baik fisik maupun psikhis.
Hanafiah dan Suhana (2009: 106-108) menyatakan guru adalah pendidik
yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan
lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi
tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Guru
membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu
yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar
yang dipelajari Mulyasa (2006: 37). Dalam pelaksanaan pembelajaran, banyak
variable yang mempengaruhi kesuksesan seorang guru. Penguasaan dan
keterampilan guru dalam penguasaan materi pembelajaran dan strategi
pembelajaran tidak menjadi jaminan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
secara optimal Mulyasa (2006: 37).
Menurut pengamatan peneliti berdasarkan pembelajaran SBK yang telah
dilaksanakn guru hanya sekedar menjelaskan teori saja tanpa melaksanakan
praktek, dan dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah.
Sehingga disaat peneliti melaksanakan tes awal banyak siswa yang tidak mengerti
apa dan bagaimana cara menganyam tersebut karena kurangnya pengetahuan
3
ataupun pengalaman siswa dalam membuat kerajinan anyaman dan banyaknya
terdapat siswa yang kurang terampil dan tidak bisa membuat kerajinan anyaman
Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, masih banyak siswa kurang
memperhatikan proses pembelajaran di kelas, siswa kurang memperhatikan guru
saat menerangkan, malas mengerjakan tugas, ribut saat guru sedang menerangkan,
dan cenderung pasif saat belajar, sehingga hanya guru yang lebih dominan dalam
pembelajaran. Akibat hal tersebut di atas mempengaruhi rendahnya nilai siswa
pada materi kerajian anyaman.
Dari hasil tes awal yang diberikan guru menunjukkan bahwa hasil belajar
materi kerajinan anyaman terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥75
hanya 6 orang atau 33,33% dan siswa yang memperoleh nilai ≤75 sebanyak 12
orang atau 66,67% dari jumlah siswa 18 orang. Rata-rata nilai siswa pada tes awal
ini adalah 66,67. Selain itu banyak siswa yang kurang kreatif serta tidak mampu
untuk mengembangkan idenya dalam membuat karya kerajinan anyaman. Siswa
tidak ada keinginan untuk menemukan ide baru dalam mengolah bahan yang ada
untuk sebuah karya yang baru dan berbeda sehingga kerajinan yang dihasilkan
tidak bervariasi baik itu dari segi bentuk ataupun komposisi dari karyanya itu.
Dalam konteks peningkatan hasil belajar, interaksi aktif antara guru dan
siswa membutuhkan metode. Metode dalam peningkatan hasil belajar siswa
sangat beragam. Salah satunya adalah metode demonstrasi, yakni teknik penyajian
materi pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan proses situasi dari
awal hingga akhir dan didampingi dengan penyampaian secara lisan. Sabri (2007:
57) menjelaskan, metode demonstrasi adalah mengajar yang memperlihatkan
4
bagaimana proses terjadinya sesuatu. Ini dapat dilakukan oleh guru atau orang lain
yang sengaja diminta dalam suatu proses pembelajaran.
Pada dasarnya, semua mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD) sama
pentingnya dalam menjadikan siswa kaya akan pengetahuan. Tidak terkecuali
mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). Berkenaan dengan tajuk
penelitian ini, menggunakan metode demonstrasi, maka di fokuskan pada mata
pelajaran SBK. Penggunaan metode ini sangat baik bagi siswa, khususnya di
Sekolah Dasar dalam mempraktekkan seni keterampilan menganyam melalui
kegiatan demonstrasi terutama bagi siswa sekolah dasar sangat penting, karena
usia sekolah dasar masih berfikir konkret, belum mampu berfikir abstrak.
Pembelajaran SBK di sekolah merupakan wadah perantara siswa dalam
mengetahui, mengenal, dan mempraktikkan warisan karya-karya kebudayaan
yang ada di Indonesia. Berdasarkan survey awal, pembelajaran SBK di sekolah
berorientasi pada pengenalan jenis-jenis kesenian dan keterampilan. Siswa
dijadikan objek dari proses pembelajaran. Berkenaan dengan metode demonstrasi
yang akan dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman, maka
siswa berlaku sebagai subyek, sehingga diharapkan dapat memberi nilai plus bagi
siswa itu sendiri. Dalam metode ini, guru mempraktikan proses kerajinan
anyaman,
sehingga
siswa
dapat
melihat
secara
langsung
dan
dapat
mempraktikkannya proses pembuatan kerajinan anyaman.
Proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi memberikan
siswa pemahaman, pengalaman, dan kreativitas berkarya. Menurut Sumanto
(2006: 9), kreativitas berkarya diartikan sebagai kemampuan menemukan,
5
menciptakan, mambuat, merancang dan memadukan suatu gagasan baru maupun
lama menjadi kombinasi baru dengan didukung kemampuan terampil yang
dimilikinya. Metode pembelajaran seperti ini, dapat meningkatkan hasil belajar
dan kreativitas berkarya.
Dari uraian di atas peneliti ingin mengadakan perbaikan proses
pembelajaran SBK di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari dengan
menerapkan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran kerajinan anyaman.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan efektivitas
mengajar guru pada materi kerajinan anyaman di kelas VI SD Negeri 2
Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe?
1.2.2 Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada materi kerajinan anyaman di kelas VI SD Negeri 2
Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe?
1.2.3 Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi kerajinan anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang
Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk:
6
1.3.1 Meningkatkan efektivitas mengajar guru pada materi kerajinan anyaman
dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2
Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe.
1.3.2 Meningkatkan aktivitas belajar siswa materi Kerajinan Anyaman dengan
menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 Sendang
Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe.
1.3.3 Meningkatkan hasil belajar siswa materi kerajinan anyaman
dengan
menggunakan metode demonstrasi di kelas VI SD Negeri 2 Sendang
Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.4.1 Siswa
Siswa mendapat pengalamaan langsung untuk mengembangkan koordinasi
mata dan tangan serta mengembangkan kreativitas siswa dalam
keterampilan menganyam yang menyenangkan.
1.4.2 Guru
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pembelajaran
keterampilan melalui metode demontrasi.
1.4.3 Sekolah
Memberikan masukan agar selalu mengembangkan karya-karya anak
melalui keterampilan menganyam.
7
1.4.4 Bagi Peneliti
Menambah khasanah dan memperkaya pengetahuan dan pengalaman peneliti
dalam meningkatkan hasil belajar siswa, memperkaya referensi bagi peneliti
selanjutnya yang mengkaji tentang meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman
dengan metode demonstrasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran
Proses belajar adalah proses yang kompleks, tergantung pada teori belajar
yang dianutnya. Belajar merupakan suatu proses dan bukan produk. Menurut
Syaiful Bahri (2006: 35) mengatakan bahwa belajar adalah proses melahirkan atau
mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari perubahanperubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.
Menurut Majid (2000: 75) mengatakan bahwa belajar adalah proses untuk
memperoleh perubahan yang dilakukan secara sadar, aktif, dinamis, sistematis,
berkesinambungan, integrative dan tujuan yang jelas. Sedangkan menurut Sanjaya
(2006: 24) memusatkan belajar dalam tiga hal, yaitu belajar adalah mengubah
tingkah laku, perubahan adalah hasil dari pengalaman dan perubahan terjadi
dalam perilaku individu.
Jadi, pada hakikatnya belajar adalah segala proses atau usaha yang
dilakukan secara sadar, sengaja, aktif, sistematis dan integrative untuk
menciptakan perubahan-perubahan dalam dirinya menuju ke arah kesempurnaan
hidup.
Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan
pembelajaran menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai
pengajar. Belajar bukan merupakan kegiatan menghafal dan bukan pula
8
9
mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap
dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya
reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu
(Slameto, 2003: 28).
Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa.
Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran memegang
peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Kedudukan
siswa dalam proses belajar dan mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus
sebagai objek dalam pembelajaran, sehingga proses atau kegiatan belajar dan
mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Hasil belajar dalam kontekstual menekankan pada proses yaitu
segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Nilai siswa diperoleh dari penampilan siswa sehari-hari ketika belajar. Hasil
belajar diukur dengan berbagai cara misalnya, proses bekerja, hasil karya,
penampilan, rekaman, dan tes (Sanjaya, 2006: 45).
Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh guru
dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan
dan minatnya, sehingga perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat terwujud.
Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian hasil
10
belajar dapat dilihat dari hasil yang dicapai siswa, baik hasil belajar (nilai),
peningkatan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah perubahan tingkah
laku atau kedewasaannya.
Belajar merupakan peningkatan dan perubahan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik ke arah yang lebih baik lagi. Keberhasilan belajar siswa
merupakan akibat dari tindakan dari sebuah pembelajaran yang tidak lepas dari
peran aktif guru dan siswa itu sendiri, dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Dengan belajar, seharusnya siswa dapat berubah menjadi lebih baik. Perubahanperubahan yang terjadi dari hasil belajar harus mengacu kepada kesadaran, niat,
tujuan belajar, berlangsung secara terus menerus dan menimbulkan perubahan
positif dalam moralitas, mental, pengetahuan dan keterampilan siswa (Syaiful
Bahri, 2006: 78).
2.2 Konsep Aktivitas Belajar
Aktivitas adalah istilah umum yang dikaitkan dengan keadaan bergerak,
eksplorasi dan berbagai repson lainnya terhadap rangsangan sekitar (Djamarah,
2008:38). Sedangkan belajar didefinisikan (Muhibbin Syah, 2008: 89) sebagai
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Olehnya itu dapat
dikatakan aktivitas belajar sebagai eksplorasi atau respon terhadap modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Aktivitas belajar merupakan prinsip dasar dalam proses pembelajaran.
Prinsip dasar yang dimaksud adalah interaksi antara guru dan siswa sebagai upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Interaksi tersebut bertujuan meningkatkan
pemahaman dan mental siswa. Hal ini disebabkan siswa cenderung pasif dalam
11
proses pembelajaran. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diperlukan agar
tercapai tujuan dan sasaran pembelajaran (Fitri, dkk. 2013: 23). Mengantispasi
kepasifan siswa, guru memegang peranan yang sangat penting, yakni memberikan
peran atau pelibatan siswa secara langsung. Keaktifan siswa dalam pembelajaran
akan mewujudkan hakikat dari pendidikan, yakni perubahan. Pemikiran ini
sejalan dengan pendapat Daryanto (2010: 3), perubahan yang bersifat aktif adalah
perubahan yang tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha orang
yang bersangkutan.
Paul B. Diedric (2006: 101) menggolongkan jenis-jenis aktivitas belajar
sebagai berikut: 1) Visual activities, yakni membaca, memperhatikan gambar
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral Activities, menjelaskan,
menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi,
interupsi. 3) Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato. 4) Writing Activities, misalnya menulis cerita,
karangan, laporan, menyalin. 5) Drawing Activities, menggambar, membuat
grafik, peta, diagram. 6) Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain:
melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun,
beternak. 7) Mental Activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, mengambil keputusan. 8) Emotional Activities, misalnya,
merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang (Sardiman, 2011: 101).
Jenis-jenis aktivitas belajar di atas, terintegrasi dalam penelitian
meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman dengan menggunakan demonstrasi.
Penekanannya pada aktivitas belajar itu sendiri. Artinya, kemampuan guru dalam
12
mendemonstrasikan kerajinan anyaman pada siswa dapat dipahami dan
diperagakan. Pelibatan siswa secara aktif dalam aktivitas belajar akan
meningkatkan hasil belajar. Selain itu, dapat membina mental siswa untuk berani
berdiskusi dan mengambil keputusan.
Sudjana (2010: 6) menjelaskan keaktifan siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar dapat dilihat berdasarkan: 1) turut serta dalam melaksanaan
tugas belajarnya, 2) terlibat dalam pemecahan masalah, 3) bertanya kepada siswa
lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, 4)
berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah, 5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, 6)
memulai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh, 7) melatih dirinya
dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, 8) kesempatan menggunakan
atau menerapkan apa yang telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau
persoalan yang dihadapinya.
Dalam kegiatan pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa yang
memadai sangat dibutuhkan sebagai cara menciptakan suasana kelas yang
kondusif dan komunikatif. Tradisi lama yang terjadi dalam proses pembelajaran
adalah menjadikan siswa sebagai objek. Siswa yang pasif menjadikan guru secara
sepihak menguasai situasi. Kondisi tersebut adalah wujud dari buruknya system
pendidikan. Olehnya itu dibutuhkan revolusi dalam proses pembelajaran, yakni
menjadikan siswa sebagai subyek pembelajaran. Peran siswa secara aktif di dalam
kelas memberi nilai plus bagi siswa itu sendiri pendalaman materi, penguatan
13
mental berdiri dan mengungkapan hasil pikiran di depan orang banyak adalah
nilai positif yang dihasilkan dari keaktifan siswa di kelas.
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan
memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya
kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu
menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara
guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat
melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari
siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang
akan mengarah pada peningkatan prestasi. Hal ini sejalan dengan Natawijaya
(2005: 22) yakni pemikiran suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh
hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor.
2.3 Konsep Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 3-4). Pernyataan tersebut menyirat
makna, hasil belajar tidak diperoleh oleh siswa saja, tetapi guru juga termasuk di
dalamnya. Pada siswa, hasil belajar merupakan rangkaian akhir dari proses belajar
yang telah dilaluinya pada suatu materi. Sedangkan pada guru, hasil belajar
berorientasi pada keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran atau tindak
14
akhir proses belajar melalui evaluasi hasil belajar. Olehnya itu, dapat dikatakan
hasil belajar merupakan evaluasi guru terhadap siswa mengenai kegiatan
pembelajaran. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2010: 3).Dalam akhir proses pembelajaran
akan menghasilkan suatu perubahan yang khas sebagai hasil belajar. Hasil belajar
dapat dicapai siswa melalui upaya perubahan tingkah laku yang meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Mengutip pernyataan Gagne, Suprijono (2009: 5) menjabarkan hasil
belajar berupa:
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi,
kemampuan
analitis-sintetis
fakta-konsep
dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
15
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar prilaku.
Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat dilihat
berdasarkan kemampuan siswa mengungkapkan pengetahuan, menyampaikan
konsep, memecahkan masalah, dan menentukan sikap menerima atau menolak
objek berdasarkan penilaian diri sendiri.
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran
di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu
sendiri. Hasil belajar yang diperoleh setiap siswa tidak akan sama karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilannya dalam proses belajar.
Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar, sebagai berikut:
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Baik
buruknya hasil belajar siswa dapa dipengaruhi oleh factor-faktor tersebut. Kondisi
yang terjadi di dalam atau di luar diri siswa memberi dampak kemampuan siswa
mengungkapkan pengetahuan, menyampaikan konsep, memecahkan masalah, dan
16
menentukan sikap menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian diri
sendiri.
2.4 Kerajinan Anyaman
2.4.1 Pengertian Anyaman
Anyaman merupakan keterampilan masyarakat berbentuk kerajinan
tradisional yang diturunkan secara turun-menurun sebagai warisan budaya. Takari
(2007: 3) mendefiniskan anyaman adalah suatu kegiatan menjalin bahan yang
berbentuk pita sehingga satu sama lainnya saling kuat-menguatkan dan karena
tekniknya, timbulah motif yang berulang.
Selain itu, (Rosita, 2005: 11) menjelaskan tentang kerajinan anyaman yang
memiliki nilai-nilai keindahan. Nilai-nilai keindahan tersebut kemudian menjadi
ciri khas barang anyaman. Saat ini anyaman banyak mengalami perkembangan
mulai dari bentuk dan motif yang bevariasi sehingga bentuk dan motif tidak
kelihatan monoton. Perkembangan motif dan variasi anyaman tidak terlepas dari
tuntutan pasar sebagai sebuah produk. Motif dan variasi ini yang tidak menoton
menandakan, bahwa pengrajin memiliki sumberdaya kreatif yang tinggi.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa kerajinan anyaman
merupakan produk tradisional yang dihasilkan berbentuk silang dan tumpang
tindih antara iratan dan pakan sebagai warisan budaya yang pewarisannya
dilakukan secara turun-menurun untuk meningkatkan daya kreativitas siswa.
Menganyam pada dasarnya menyelipkan secara pelan-pelan di antara lusi dan
pakan. Lusi adalah bagian iratan yang disusun membujur, sedangkan pakan adalah
bagian iritan yang disusun melintang. Korelasi antara kerajinan anyaman dan
17
materi pembelajaran di sekolah memiliki tujuan untuk meningkatkan daya
kreativitas untuk membantu perkembangan psikomotorik siswa.
2.4.2 Bahan, Alat dan Motif Anyaman
Bahan Mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembuatan karya.
Terlebih karya (barang) kerajinan. Menganyam termasuk salah satu dari bagian
seni kerajinan. Oleh karena itu, kualitas bahan yang akan dipergunakan sangat
menentukan kualitas karya dari kerajinan tersebut.
Menurut Takari, (2007: 7-11) Bahan yang digunakan akan sangat
menentukan untuk kerajinan anyaman terdiri dari dua macam:
a. Bahan Pokok
Bahan pokok adalah bahan yang akan mendominasi terwujudnya karya. Karya
kerajinan yang telah jadi pun dapat dilihat bahan apa yang digunakan dengan
jelas. Bahan pokok dari kerajinan anyam adalah sebagai berikut:
1) Bambu tali
Bambu tali merupakan bambu yang mempunyai kualitas paling baik dibanding
dengan bambu jenis yang lain, sebagai bahan anyaman. Bambu ini sangat lentur,
kuat, tidak mudah putus dan patah. Bambu tali banyak digunakan oleh pengrajin
anyaman tradisional sejak jaman dulu. Untuk dapat dipakai bahan anyaman dari
bambu ini harus di irat dahulu sehingga menjadi lembaran-lembaran yang pipih,
untuk mengirat menggunakan alat pisau.
2) Rotan
Rotan digunakan untuk jenis anyaman silindris dengan berbagai teknik di
antaranya untuk anyaman membelit denga pakan tunggal dan ganda misalnya
18
keranjang. Tetapi rotan pitrit yang jenisnya besar dapat dipakai ebagai perabot
besar (misalnya: lemari pakaian, kursi, meja dan kerajinan lainnya).
3) Pandan
Pandan adalah jenis daun yang banyak tumbuh dipinggir sungai bahkan termasuk
tumbuhan liar. Daunnya berduri disisi kanan dan kirinya sehingga untuk
mengambil daun pandan perlu keterampilan tersendiri. Agar dapat digunakan
sebagai bahan anyaman daun pandan harus diserat sehingga lebih kecil (sesuai
dengan ukuran yang di inginkan) dan harus dikeringkan terlebih dahulu dengan
cara dijemur. Bahkan ada pula pengrajin yang sengaja merebusnya terlebih dahulu
agar lebih kuat. Daun pandan dapat dipakai sebagai bahan kerajinan anyaman
tas,topi, tikar, dan lain-lain.
4) Blarak/janur
Blarak adalah daun kelapa yang sudah tua banyak tumbuh didaerah tropis.
Sedangkan janur adalah daun kelapa yang masih muda. Blarak/janur untuk dapat
digunakan sebagai bahan kerjinan anyam harus dipisahkan dari lidinya dahulu,
walapun sebagian orang juga menggunakan blarak/janur tidak dipisahkan dari
lidinya, yaitu lidinya ikut teranyam dan mempunyai fungsi untuk penguat hasil
anyaman itu. Hal ini banyak ditemukan pada kegiatan panggung atau dekorasi
atau sebagai keranjang sayuran. Blarak/janur banyak dipakai sebagai kerajinan
anyam untuk membuat; ketupat, tas, topi, atap, dan lain-lain.
5) Kertas
Kertas dapat dipakai sebagai bahan anyaman terutama untuk karya mainan atau
kegiatan pembelajaran di tingkat taman kanak-kanak. Untuk dapat digunakan
19
sebagai bahan anyaman kertas harus dipotong berbentuk panjang-panjang dan
lebarnya sesuai dengan yang diinginkan. Kertas sebagai bahan anyaman
sebaiknya menggunakan kertas yang kuat sehingga tidak mudah putus.
6) Plastik
Plastik sebagai bahan anyaman telah dirancang sengaja untuk bahan anyaman .
Adapun besar kecilnya teah dirancang sesuai denga tujuannya. Plastik sebagai
bahan kerajinan anyam banyak dijumpai atau dijual di toko-toko alat tulis,
bentuknya seperti sedotan minuman dengan pewarnaan langsung, sehingga anda
tidak perlu mewarnai lagi.
7) Karet
Demikian juga dengan karet sebagai bahan anyaman telah dirancang sengaja
sebagai bahan kerajinan anyam. Bahan ini dapat di jumpai di toko alat tulis
dengan bentuk lembaran-lembaran, sehingga apabila akan dipakai harus dipotongpotong terlebih dahulu menggunakan gunting atau cutter.
8) Kain
Selain menggunakan kertas, plastik, karet untuk kegiatan menganyam juga dapat
digunakan bahan dari kain,karena kain dianggap lebih aman dan praktis. Adapun
cara penggunaan dan memotongnya sama dengan kertas dan karet.
9) Daun pisang
Untuk kegiatan pembelaran menganyam di antaranya dapat menggunakan bahan
dari daun pisang. Bahan dari daun pisang adalah bahan yang paling aman dan
murah untuk kegiatan menganyam. Daun pisang yang masih lembaran dan telah
20
dipisahkan dari pelepahnya dapat dijadikan suwiran sehinggamenjadi lembaranlembaran kecil dengan ukuran 0,5-1 cm memanjang
b. Bahan Pembantu
Bahan pembantu merupakan pelengkap dari proses anyaman . Bahan ini tidak
selalu dibutuhkan.
1) Lem
Untuk menguatkan dan menyambung anyaman sering menggunakan bahan
pelengkap yang berupa lem. Lem ini terdiri dari lem putih (untuk mengelem kayu,
plastik, kain) dan lem kertas.
2) Paku
Untuk kerajinan anyam terapan sering menggunakan bahan bentuk paku, rotan
sebagai pengikat agar tak mudah lepas.
3) Pelitur/Vernis
Disamping untuk mengkilapkan hasil anyaman vernis ini juga dapat dipakai
sebagai pengikat/perekat susunan anyaman sehingga karya anyaman bertabah kuat
dan tidak mudah lepas.
4) Pewarna
Banyak bahan-bahan anyaman yang sudah mempunyai pewarnaan asli (warna;
kayu,bambu , rotan) tetapi banyak pula yang perlu mendapat tambahan pewarnaan
seperti; mending, seratan bambu, seratan pandan. Ada beberapa bahan pewarna di
antaranya; naptol, sepuhan, cat air.
21
2.4.3 Alat Kerajinan Menganyam
Alat Merupakan benda yang tidak kalah pentingnya dalam pembuatan suatu
kerajinan menganyam. Dengan tersediannya kelengkapan alat yang memadai juga
akan menentukan kualitas suatu karya anyaman.
a. Pisau
Pisau khusus untuk membantu prosesnya bahan anyaman memiliki bentuk yang
khusus pula, karena hal ini disesuaikan dengan cara penggunaannya. Pisau ini
dirancang agar mudah digunakan untuk mengirat (meraut) bambu agar menjadi
tipis-tipis serta untuk menghalusikan iratan bambu.
b. Gergaji potong
Gunanya untuk memotong bambu yang akan dipecah-pecah menjadi bagianbagian dengan ukuran 0,5-1 cm. Gergaji ini untuk menghilangkan ruas-ruas
bambu. Gergaji potong berbeda dengan gergaji belah. Lebih jelasnya Anda dapat
amati gambar di bawah.
c. Gunting
Untuk memotong lembaran iratan bambu , kertas, plastik, kain, karet, dan lainlain. Sehingga menjadi lembaran-lembaran panjang.
d. Cutter
Untuk memotong lembaran-lembaran kertas,plastik, karet,kain yang akan
dijadikan bahan anyaman. Pisau ini lebih tajam dari pisau biasa. Maka diingatkan
kepada Anda agar alat pemotong cutter ini dirawat dengan hati-hati.
e. Kuas
Dipergunakan untuk mengoles lem dan cat sebagai bahan pelengkap kerajinan
anyaman.
22
f. Penggaris
Dalam kegiatan kerajinan anyam penggaris ini disamping sebagai alat pengukur
juga dapat dipakai sebagai alat bantu memotong kertas dengan cutter atau pisau
agar lurus dan mudah memotongnya. Tetapi sebaiknya menggunakan penggaris
dari bahan logam.
g. Uncek
Uncek bentuknya menyerupai jarum besar. Uncek ini digunakan untuk membuat
lobang-lobang tali agar bahan tali dapat dengan mudah dimasukan untuk
menguatkan ikatan. Dalam anyaman motif merupakan salah satu pendukung
proses menganyam. Motif anyam itu sebelumnya juga hasil proses pemikiran atau
gagasan dari si penciptanya.
2.4.4 Jenis Motif Menganyam
Menurut Takari (2007: 17) motif anyaman adalah kerajinan anyaman
untuk memerindah bentuk, membedakan warna, dan memperkuat struktur
anyaman. Setiap jenis anyaman dapat dikombinasikan sehingga menghasilkan
motif-motif lain yang lebih unik, indah dan menarik. Pada dasarnya motif karya
kerajinan anyaman dibuat dengan tiga cara, yaitu:
a. Menganyam Dasar Tunggal
Menganyam dasar tunggal berarti menganyam dengan selang satu, yaitu sekali
baris lungsin dan sekali baris pakan. Pada gambar dibawah ini lungsin
digambarkan pada arah yang membujur, sedangkan pakan digambarkan pada
arah yang melintang.
b. Menganyam Dasar Ganda
23
Menganyam dasar ganda berarti menganyam berselang dua yaitu dua kali arah
lungsin dan dua kali arah pakan. Bahan anyaman dapat dipilih yang sama
dalam warna dan ukuran, tetapi dapat juga berbeda.
c. Menganyam Kombinasi
Menganyam kombinasi berarti menganyam berdasarkan corak tertentu. Bahan
lungsin dan pakan yang digunakan biasanya berbeda dalam warna atau
ukurannya.
2.5 Metode Demonstrasi
2.5.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara tujuan pembelajaran melalui
tahapan tertentu atau langkah-langkah yang lebih prosedural. Sanjaya (2010:
187), menjelaskan bahwa metode pembelajaran merupakan cara merealisasikan
strategi yang telah ditetapkan. Menurut Djamarah (1991: 72), menjelaskan
metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran berarti cara dalam proses
pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.
Macam-macam metode pembelajaran menurut (Sumiati dan Asra, 2009:
78) antara lain adalah sebagai berikut : Metode pemecahan masalah, Metode
tanya jawab, Metode diskusi, Metode kerja kelompok, Metode demonstrasi &
eksperimen, Metode sosiodrama dan bermain peran, Metode pemberian tugas
belajar & resitasi, Drill pemberian latihan, Metode ceramah.
24
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
merupakan alat atau cara yang digunakan untuk merubah suatu keadaan yang
diinginkan pada pembelajaran agar memperoleh hasil yang maksimal.
2.5.2 Pengertian Metode Demonstrasi
Kata lain dari demonstrasi adalah peragaan. Menurut Sanjaya (2006: 152),
metode
demonstrasi
merupakan
metode
penyajian
pelajaran
dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi,
atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode
penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.
Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan,
akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret dalam
strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Sementara itu, Muhibbin Syah (2006: 208) mendifiniskan demonstrasi
sebagai metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan
dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi
yang sedang disajikan. Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad (2006: 8)
mengemukakan metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan meragakan,
mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di kelas atau di
luar kelas.
Beberapa pendapat di atas mengenai metode demonstrasi memiliki fokus
yang sama, yakni pada peragaan untuk dipertontonkan kepada siswa. Dalam
konteks kegiatan pembelajaran, demonstrasi merupakan peragaan yang dilakukan
25
oleh guru atau orang lain untuk mempertunjukkan kepada siswa tentang proses
terjadinya
peristiwa,
baik
secara
langsung
maupun
tidak
langsung.
Kontekstualisasi pengertian demonstrasi di atas dengan meningkatkan hasil
belajar siswa, yakni guru atau orang lain memperagakan pembuatan kerajinan
anyaman kepada siswa untuk diamati dan diulangi cara pembuatannya.
2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Setiap metode yang digunakan untuk pembelajaran terdapat kelebihan dan
kekurangan, begitu juga dengan metode demonstrasi. Metode demonstrasi
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Aswan Zain (2006: 91)
Kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi akan dijabarkan pada tabel berikut
ini.
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
No.
Kelebihan
Kekurangan
1.
Dapat membuat pembelajaran Metode
ini
memerlukan
menjadi jelas dan lebih konkrit, keterampilan guru secara khusus,
sehingga menghindari verbalisme
karena tanpa ditunjang dengan hal
itu, pelaksanaan demonstrasi akan
tidak efektif
2.
Siswa lebih mudah memahami apa Fasilitas seperti peralatan, tempat,
yang dipelajari
dan biaya yang memadai tidak selalu
tersedia dengan baik
3.
Proses pembelajaran lebih menarik
Demonstrasi memerlukan kesiapan
atau perencanaan yang matang di
samping memerlukan waktu yang
cukup panjang yang mungkin
terpaksa mengambil waktu atau jam
pelajaran lain.
26
4.
Siswa dirangsang untuk aktif
mengamati, menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan, dan
mencobanya melakukan sendiri
Sumber: Azwan Zain (2006: 91)
Selain pendapat di atas, Menurut Syaiful Sagala (2010: 211) kebaikan dan
kekurangan metode demonstrasi juga akan dijabarkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Kebaikan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
No.
1.
Kebaikan
Perhatian siswa dapat dipusatkan
kepada hal-hal yang dianggap
penting oleh guru sehingga hal
yang penting itu dapat diamati
secara teliti
2.
Dapat membimbing siswa ke arah
berpikir yang sama dalam satu
saluran pikiran yang sama
3.
Ekonomis dalam jam pelajaran di
sekolah dan ekonomis waktu yang
panjang
dapat
diperlihatkan
melalui demonstrasi dengan waktu
pendek
4.
Dapat mengurangi kesalahankesalahan bila dibandingkan hanya
dengan
membaca
dan
mendengarkan,
karena
murid
mendapatkan gambaran yang jelas
dari hasil pengamatan
5.
Karena gerakan dan proses
pertunjukan,
maka
tidak
memerlukan
keteranganketerangan yang banyak
6.
Beberapa
persoalan
yang
menimbulkan pertanyaan atau
keraguan dapat diperjelas waktu
proses demonstrasi
Sumber: Syaiful Sagala (2010: 211)
Kekurangan
Derajat verbalisme kurang, peserta
didik tidak dapat melihat atau
mengamati keseluruhan benda atau
peristiwa yang didemonstrasikan
Untuk demonstrasi digunakan alatalat khusus
Dalam mengadakan pengamatan
diperlukan pemusatan perhatian
Tidak semua demonstrasi
dilakukan di kelas
Memerlukan banyak waktu
dapat
27
Perbedaan dari dua pandangan mengenai kelebihan dan kekurangan
metode demonstrasi di atas memandang verbalisme sebagai kelebihan dan
kekurangan.
Menurut Syaiful Sagala (2010: 211), verbalisme dapat mendukung
peragaan kegiatan pembelajaran, sementara Zain (2006: 91), menganggap
verbalisme dihindari dan difokuskan pada peragaan. Perbedaan ini kemudian
menyimpulkan bahwa verbalisme dapat digunakan dalam metode demonstrasi
disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas. Artinya, guru dapat memfokuskan
materi pembelajaran berdasarkan kondisi keaktifan belajar siswa. Apabila siswa
kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, maka verbalisme lebih difokuskan
dibandingkan dengan peragaan. Sebaliknya, apabila siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran, maka peragaan lebih difokuskan daripada verbalisme. Perbedaan
lainnya terletak pada pengamatan. Menurut Zain, metode demonstrasi dapat
merangsang siswa untuk melakukan “pengamatan” lebih dekat terhadap materi
yang diajarkan, sehingga itu menjadi kelebihan. Sementara Sagala memandang
“pengamatan” sebagai kelemahan karena membutuhkan pemusatan perhatian.
Pada penggunaan alat-alat peraga, baik Zain maupun Sagala sama-sama
memandang sebagai kekurangan dalam metode demonstrasi. Kekurangannya pada
ketersedian alat dan tempat yang tidak di setiap sekolah memilikinya. Selain itu,
Zain dan Sagala, memandang metode demonstrasi membutuhkan waktu yang
cukup lama, sehingga dibutuhkan kesiapan yang matang dalam kegiatan
pembelajaran. Kesamaan lainnya juga terdapat pada menarik perhatian siswa
untuk melihat secara langsung peragaan materi yang akan dipelajari.
28
2.5.4 Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi
Mengimplemantasikan metode demonstrasi membutuhkan
langkah-
langkah untuk meningkatkan hasil belajar. Hasibuan dan Mujiono (2006: 31)
merumuskan langkah-langkah metode pembelajaran demonstrasi, sebagai berikut:
1) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang
diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan; 2)
Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar
dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk
mencapai tujuan yang dirumuskan ; 3) Alat-alat yang diperlukan untuk
demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu
supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal; 4) Jumlah siswa memungkinkan
untuk diadakan demonstrasi dengan jelas; 5) Menetapkan garis-garis besar
langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi
dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya; 6)
Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi
kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaanpertanyaan dan komentar
selama dan sesudah demonstrasi; 7) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal
yang harus diperhatikan: a. Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas
oleh siswa. b. Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap
siswa dapat melihat dengan jelas. c. Telah disarankan kepada siswa untuk
membuat catatan-catatan seperlunya.
Selain itu menurut Muhammad Ali (2010: 85-86) langkah-langkah
penerapan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:
29
1. Merumuskan kecakapan atau ketrampilan yang hendak dicapai setelah
demonstrasi.
2. Mempertimbangkan penggunaan metode yang tepat dan efektif untuk
mencapai tujuan yang dirumuskan.
3. Memilih
alat
yang
mudah
didapat,
dan
mencobanya
sebelum
didemonstrasikan supaya tidak gagal saat diadakan demonstrasi.
4. Menetapkan langkah-langkah yang akan dilaksanakan.
5. Memperhitungkan waktu yang tersedia.
6. Pelaksanaan demonstrasi.
7. Membuat perencanaan penilaian terhadap kemajuan peserta didik.
Langkah-langkah
sebagaimana
disebutkan
di
atas
akan
dapat
mengantarkan peserta didik untuk memperoleh pemahaman dan kecakapan sesuai
dengan tujuan demonstrasi itu sendiri.
2.6 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan
hasil belajar siswa telah banyak dilakukan. Penelitian yang relevan dengan
penelitian ini adalah Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Menggambar Buah-Buahan Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi di Kelas
VII SMP IT” yang dilakukan oleh Lestari (2012: 34). Hasil penelitannya sangat
memuaskan, yakni peningkatan yang sangat signifikan dari uji coba yang
dilakukan melalui 2 siklus. hasil belajar pada tiap siklus terjadi peningkatan, yaitu
nilai rata-rata kelas Siklus I mencpai 73,18 dengan siswa yang tuntas belajar 14
siswa atau 45,16%. Siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 83,91, siswa yang
30
mengalami tuntas belajar sebanyak 27 siswa atau 87,10%. Dari hasil penelitian di
atas memiliki relelevansi dengan penelitian yang akan yaitu, pada fokus penelitian
pada mata pelajaran yang sama yaitu SBK dan menggunakan metode demonstrasi,
walaupun materi yang dikaji berbeda.
Selanjutnya penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Demonstrasi
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknik Kolase Melalui Produk Kerajinan
Tangan Dalam Mata Pelajaran SBK di SDN Desa Lama Kec. Hamparan Perak”
yang dilakukan oleh Maria (2012: 42). Penelitian ini berkesimpulan peningkatan
aktivitas siswa terlihat sebagai berikut: pada siklus I rata-rata dari jumlah seluruh
aspek yang diamati adalah 53,7%, pada siklus II jumlah rata-rata meningkat
menjadi 80.0%. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa yang terlihat pada
ketuntasan siswa dalam menyelesaikan karya kerajinan teknik kolase sebagai
berikut: karya sebelumnya tanpa menggunakan metode demonstrasi siswa yang
tuntas 10 orang (33,3%) dan setelah menggunakan metode demonstrasi pada
siklus I jumlah siswa yang tuntas 16 orang (53,3%), dan pada siklus II jumlah
siswa yang tuntas mencapai 28 orang (93,3%). Dari hasil penelitian di atas juga
memiliki relelevansi dengan penelitian ini yaitu, pada fokus penelitian pada mata
pelajaran yang sama yaitu SBK dan menggunakan metode demonstrasi, walaupun
materi yang dikaji berbeda.
Penelitian
yang
relevan
selanjutnya
adalah
“Penerapan
Metode
Demonstrasi Berbantuan Media Daun Pisang Untuk Meningkatkan Keterampilan
Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Pada Anak TK.” penelitian
yang dilakukan Sukerti (2013: 47). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
31
siklus I persentase keterampilan motorik halus adalah 61,37% berada pada
katagori cukup. Terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 83,65% dengan
katagori baik, hal tersebut menandakan bahwa terdapat peningkatan keterampilan
motorik halus pada anak kelompok B TK Kusuma Dharma Tukad Mungga pada
siklus I dan siklus II sebesar 22,28%. Jadi penerapan metode demonstrasi dengan
berbantuan media daun pisang melalui kegiatan menganyam dapat meningkatkan
keterampilan motorik halus pada anak kelompok B TK Kusuma Dharma Tukad
Mungga Kecamatan/Kabupaten Buleleng semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
Dari hasil penelitian di atas juga memiliki relelevansi dengan penelitian ini yaitu,
pada fokus penelitian pada materi yang sama yaitu tentang menganyam dan
menggunakan metode demonstrasi.
Perbedaan hasil penelitian yang relepan dengan penelitian ini adalah :
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012:34), hanya menekankan pada
peningkatan hasil belajar siswa pada menggambar buah-buahan dan dilaksanakan
di Kelas VII SMP sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Maria (2012: 42),
Meningkatkan Hasil Belajar dan aktivitas Siswa pada Teknik Kolase di SD dan
selselanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sukerti (2013: 47).meningkatkan
motorik halus dengan bantuan media daun pisang pada anak TK.
Perbedaan penelitian ini dari ke tiga penelitian diatas adalah penelitian ini
menekankan pada peningkatan tiga aspek yaitu : 1. Meningkatkan efektivitas
mengajar guru, 2. Meningkatkan aktivitas belajar sisawa, 3. Meningkatkan hasil
belajar siswa materi kerajinan anyaman pada mata pelajaran SBK di SD Kelas
32
VI. Selain Materi dan jenjang sekolah, bahan dan alat yang digunakan juga
berbeda. Penelitian ini menggunakan bahan dari alam yaitu bahan anyaman dari
bambu .
2.7 Kerangka Pikir
Kerajinan anyaman sebagai materi pembelajaran di Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK) menuntut aktivitas belajar sebagai upaya merangsang daya
berpikir siswa untuk berimajinasi dan berkreasi. Akan tetapi, hasil survey awal
yang temukan, metode pembelajaran terkesan monoton. Artinya, dalam kegiatan
pembelajaran, siswa dijadikan sebagai objek sehingga guru secara aktif
menyampaikan penjelasan-penjelasan tanpa melibatkan siswa lebih aktif dalam
materi kerajinan anyaman. Selain itu, ketidak pedulian siswa terhadap materi
pembelajaran tercipta situasi belajar yang tidak kondusif. Olehnya itu,
dibutuhakan metode demonstrasi sebagai strategi pembelajaran. Memperagakan
materi kerajinan anyaman kepada siswa untuk dicermati dan dipraktikkan
dipandang sebagai metode pembelajaran yang efektif dan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini, kerangka pikir digunakan sebagai alur pemikiran
peneliti dalam rangkaian kegiatan penelitian. Berlandaskan uraian di atas, maka
kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
33
Kondisi awal
Hasil Belajar dalam Keterampilan
menganyam masih rendah
Penyebabnya:
1. Guru hanya menggunakan metode ceramah
2. Pembelajaran hanya berpusat pada guru
3. Pembelajaran abstrak dan berdasarkankan pada
hafalan
4. Siswa secara pasif menerima informasi dari guru
Metode Demonstrasi
Guru:
Siswa:
1.Sebagai pusat pembelajaran
2. Perhatian tertuju pada materi
3. Memperoleh pengalaman langsung
4. Aktif dan terampil
5. Belajar menemukan suatu konsep
materi
1. Sebagai mediator
2. Menyajikan pembelajaran lebih
jelas dan konkrit
3. Memberikan pengalaman langsung
kepada siswa
4. Menggunakan alat peraga
Hasil Belajar Siswa pada materi menganyam
dapat meningkat
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
34
2.8 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang, kajian teori dan kerangka pikir
diatas, hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah:
2.8.1 Jika guru menggunakan metode demonstrasi, maka efektifitas mengajar
guru pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan (SBK) materi
Kerajinan Anyaman di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari
Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe akan meningkat.
2.8.2 Jika guru menggunakan metode demonstrasi, maka aktivitas belajar siswa
pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan (SBK) materi Kerajinan
Anyaman
di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan
Tongauna Kabupaten Konawe akan meningkat.
2.8.3 Jika guru menggunakan metode demonstrasi, maka hasil belajar siswa
pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan (SBK) materi Kerajinan
Anyaman
di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan
Tongauna Kabupaten Konawe akan meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penlitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Penggunaan penerapan penelitian tindakan di dalam kelas, selain
sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, diharapkan akan mampu
mendorong
guru memiliki kesadaran diri melakukan refleksi dan kritik diri
terhadap aktifitas pembelajaran yang diselenggarakannya. Susilo (2007:16)
menyatakan tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penilitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2017 di SD
Negeri 2 Sendang Mulyasari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe
3.3 Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VI SD Negeri 2
Sendang Mulyasari yang berjumlah 18 orang.
3.4 Faktor yang Diteliti
Untuk menjawab Rumusan masalah di atas, maka ada beberapa hal yang
harus dikaji dalam penelitian ini antara lain: 1) efektivitas guru; 2) aktivitas siswa;
3) hasil
belajar siswa menggunakan metode demonstrasi. Secara rinci akan
dijelaskan sebagai berikut.
35
36
a. Menganalisis efektivitas mengajar guru menggunakan metode demontrasi
dalam meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman pada mata pelajaran
SBK
b. Menganalisis aktivitas belajar siswa menerapkan metode demonstrasi
dalam meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman pada mata pelajaran
SBK
c. Menganalisis hasil belajar rakerajinan anyaman siswa pada mata pelajaran
SBK dengan menggunakan metode demonstrasi
3.5 Desain dan Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, langkah awal yang dilakukan adalah survey awal,
yakni melakukan pengamatan secara langsung mengenai aktivitas belajar siswa
sebagai landasan merumuskan fokus penelitian. Survey dilakukan melalui
pengamatan aktifitas guru dan murid dalam proses pembelajaran. Observer juga
melakukan pengamatan pada interaksi guru dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran (Sugioyono, 2012:311). Dari hasil survey awal, maka dilakukan
evaluasi. Setelah evaluasi, maka dalam refleksi ditetap kantindakan yang
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar kerajinan anyaman melalui metode
demonstasi.
Adapun model Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan yaitu model
Arikunto dkk (2015:42 ) dapat dilihat pada gambar berikut ini.
37
Perencanaan
Pelaksanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pengamatan
Gambar 3.1 Skema Siklus Penelitian Tindakan, Arikunto (2015:42 )
Berdasarkan model penelitian tindakan di atas, maka langkah-langkah
yang harus dilakukan penelitian adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan, dan membuat rencana tindakan,
termasuk didalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan tindakan yang telah
dirumuskan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Observasi/Evaluasi
Dalam melakukan pengamatan, peneliti mengamati perilaku siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, mengamati interaksi siswa, mengamati
penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan mengamati
penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.
38
d. Refleksi
Pada tahapan ini, peneliti dan observer mendiskusikan hasil observasi
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti dan observer
mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang terjadi pada siklus pertama.
Kelebihan yang ada akan dijadikan acuan pada siklus kedua dan adapun
kekurangannya didiskusikan bersama dan mencari cara penyelesaiannya.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut
a. Penggunaan teknik tes hasil belajar, yaitu data hasil belajar seni budaya
dan keterampilan setelah menggunakan metode demonstrasi yang
dilakukan pada setiap akhir siklus penelitian.
b. Penggunaan teknik non tes yaitu berupa pengamatan atau Observasi. Data
tentang pelaksanaan belajar mengajar berdasarkan skenario pembelajaran
metode demonstrasi yang terwujud dalam lembar observasi kegiatan guru
dan siswa selama proses pembelajaran
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif dengan pendekatan kualitatif dalam bentuk persentase, nilai rata-rata,
serta disajikan dalam bentuk table. Analisis deskriptif kualitatif digunakan pula
untuk mengukur indikator kinerja berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Teknik analisis data secara rinci sebagai berikut:
39
1. Analisis Keefektifan Mengajar Guru
Keefektifan mengajar guru adalah segala tahapan yang dilakukan guru selama
proses pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, Inti dan kegiatan akhir
pembelajaran. Data observasi tersebut selanjutnya akan diolah dengan langkahlangkah sebagai berikut:
a. Membuat tabulasi data
b. Menentukan keefektifan mengajar guru dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Skor yang Diperoleh
Persentase Keberhasilan =
x 100
Skor Maksimal
Kemudian hasil perhitungan persentase keberhasilan tindakan pada masingmasing tahap pembelajaran yang diperoleh akan dibandingkan dengan penentuan
skor klasifikasi pada table berikut ini.
Tabel 3.1 Penentuan skor klasifikasi Observasi
Persentase keberhasilan
Taraf Keberhasilan
Tindakan
85%-100%
Sangat Baik
70%-84%
Baik
65%-69%
Cukup Baik
50%-64%
Kurang
0%-49%
Sangat Kurang
(Sumber: Moelong dalam Lestari, 2015: 55)
2. Analisis Aktivitas Belajar Siswa
Dalam menganalisis data aktivitas siswa dilakukan dengan cara
mendeskripsikan setiap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Penilaian
dapat dilihat dari skor pada lembar observasi yang digunakan. Persentase
perolehan skor pada lembar observasi dikualifikas iuntuk menentukan seberapa
40
besar aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus
persentase diperoleh dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada tiap pertemuan
pembelajaran dengan menggunakan lembarobservasi. Data observasi tersebut
selanjutnya akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat tabulasi data
a. Menentukan keefektifan mengajar guru dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Skor yang Diperoleh
Persentase Keberhasilan =
x 100
Skor Maksimal
Kemudian hasil perhitungan persentase keberhasilan tindakan pada masingmasing tahap pembelajaran yang diperoleh akan dibandingkan dengan penentuan
skor klasifikasi pada tabelberikut ini:
Tabel 3.2 Penentuan skor klasifikasi Observasi
Persentase keberhasilan
Taraf Keberhasilan
Tindakan
85%-100%
Sangat Baik
70%-84%
Baik
65%-69%
Cukup Baik
50%-64%
Kurang
0%-49%
Sangat Kurang
(Sumber: Moelong dalam Lestari, 2015: 56)
3. Analisis Hasil Belajar Siswa
Untuk menghitung hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Nilai siswa
Nilai siswa secara individu ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh siswa
pada tes yang dilakukan dengan rumus:
41
Skor Perolehan Siswa
Persentase Keberhasilan =
x 100
Skor Maksimum
b. Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan klasikal ditentukan berdasarkan persentase ketuntasan individu
siswa pada setiap siklus pembelajaran dengan rumus sebagai berikut.
% tuntas
N
 fi :
 fi x100%
n
: Jumlah siswa secara keseluruhan
Jumlah siswa pada kategori ketuntasan belajar
(Sumber: Moelong dalam Lestari, 2015: 57)
3.8 Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini meliputi indikator proses
dan hasil pembelajaran sebagai berikut:
3.8.1 Dari segi proses, indikator keberhasilan penelitian ini tercapai bila skor
Efektivitas mengajar guru dalam melaksanakan skenario pembelajaran
pembelajaran minimal mencapai 90%. (Kategori sangat baik)
3.8.2 Dari segi proses, indikator keberhasilan penelitian ini tercapai bila skor
aktivitas
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran minimal 85%
(berkategori sangat baik atau aktif).
3.8.3 Dari segi hasil, indikator keberhasilan tindakan pemanfaatan metode
demonstrasi dalam pembelajaran SBK tercapai bila minimal 85% (KKM
Klasikal) siswa memperoleh skor minimal 75 (KKM Individu).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1Kegiatan Pendahuluan
Penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi awal sehingga diperoleh
informasi bahwa masih banyak siswa kurang memperhatikan saat pembelajaran
berlangsung. Sehingga pembelajaran hanya terfokus pada guru. Hal ini
disebabkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan guru yang mengakibatkan
kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Sebelum melakukan tindakan, peneliti memberikan tes awal tertulis pada
siswa. Pemberian tes awal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
agar dapat diketahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah
dilaksanakannya perlakuan-perlakuan dalam penelitian. Tes awal tersebut berisi
soal-soal tentang materi kerajinan anyaman. Untuk lebih jelasnya hasil tes awal
siswa kelas VI SD Negeri Sendang Mulyasari dapat di lihat pada tabel 4.1
dibawah ini:
Tabel 4.1 Hasil Tes Awal Pra Siklus
No
Nama Siswa
Nilai Siswa
Keterangan
1
Marselinus Ariel Dhio
70
Tidak Tuntas
2
Umi Nurjanatin
75
Tuntas
3
Yakobus Riko Yudasta
75
Tuntas
4
Nerin Suryani
70
Tidak Tuntas
42
43
5
Muh. Ilham
75
Tuntas
6
Dhea Ramdani
60
Tidak Tuntas
7
Ilham Farid Alpandi
50
Tidak Tuntas
8
Setya Ananda Kumara
80
Tuntas
9
Bernikem Ana Tasya
65
Tidak Tuntas
10
Isyara Ayu Dwi Anjani
55
Tidak Tuntas
11
Anisa Nurbaiti Ningrum
45
Tidak Tuntas
12
Anggun Tiara Wati
85
Tuntas
13
Dendi Iswantoro
65
Tidak Tuntas
14
Antonius Adi Saputra
65
Tidak Tuntas
15
Iyan Abimayu
80
Tuntas
16
Lidiya Firmaningsi
65
Tidak Tuntas
17
Khatima Sari Dewi
65
Tidak Tuntas
18
Diki Prasetyo
70
Tidak Tuntas
Rata-Rata
67,50
 75
6 orang
(33.33%)
 75
12 orang
(66.67%)
(Sumber: Data diolah dari hasil tes awal pra siklus, 2017)
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa dari hasil tes awal hasil belajar SBK
siswa masih rendah pada materi keterampilan menganyam. Hal ini terlihat dari
jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75 hanya sebanyak
6 orang atau 33,33% dari jumlah siswa. Siswa yang memperoleh nilai dibawah 75
sebanyak 12 orang atau 66,67% dari jumlah siswa. Rata-rata nilai siswa pada tes
awal ini adalah 67,50.
44
Berdasarkan hasil tes awal tersebut maka peneliti akan melakukan tindakan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dalam
pembelajaran keterampilan menganyam.
4.2. Tindakan Siklus I
4.2.1 Pertemuan Pertama
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan adalah menyiapkan
beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan.
Setelah
berkonsultasi dengan Observer, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk pertemuan pertama pada
tindakan siklus I.
b. Menyiapkan media yang akan digunakan guru pada saat pelaksanaan tindakan.
c. Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas.
d. Membuat lembar kerja siswa (LKS)
e. Membuat alat evaluasi untuk tes tindakan siklus I
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti, sementara Teman sejawat
(Wayan Rita, S.Pd) bertindak sebagai observer untuk mengamati kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan.
Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari jumat tanggal 4 maret 2017. Kegiatan
45
pembelajaran diawali dengan guru mengucap salam, dilanjutkan menanyakan
kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. Guru langsung memulai pembelajaran
dengan memperlihatkan contoh kerajinan anyaman kepada siswa agar siswa
memiliki gambaran tentang kerajinan anyaman. Guru tidak memberikan apersepsi
kepada siswa.
Mengawali kegiatan inti, guru menjelaskan materi kerajinan anyaman
kepada siswa. Pada saat guru menjelaskan materi pembelajaran banyak siswa
yang tidak memperhatikan dan bercakap-cakap dengan teman sebangkunya. Siswa
juga tidak diarahkan untuk mencatat. Selanjutnya guru mendemonstrasikan cara
menganyam dari kertas untuk menjelaskan pengertian menganyam dilanjutkan
dengan guru mendemonstrasikan apa saja bahan dan alat yang digunakan dalam
menganyam.
Guru mengorganisasikan siswa kedalam 4 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang. Pembagian kelompok ini berdasarkan dari
nilai tes awal yang diperoleh masing-masing siswa.
Dalam tiap kelompok
kemampuan siswa bervariasi, ada siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah. Pembagian kelompok dengan cara bervariasi ini bermaksud
agar
semua kelompok aktif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru
mengarahkan tiap kelompok untuk menyelesaikan LKS yang tela dibagikan guru
dalam kelompoknya masing-masing. Kemudian guru hanya membantu kelompok
yang bermasalah. Namun selama proses pembelajaran berlangsung tidak semua
kelompok diberi bimbingan oleh guru Kemudian guru menunjuk secara acak satu
orang dari tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di
46
depan kelas dan kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya. Dari hasil yang
diperoleh siswa terlihat bahwa masih ada kelompok yang belum begitu mengerti
bahan dan alat yang digunakan dalam menganyam.
Namun karena jam pelajaran akan segera usai, hanya 2 kelompok yang
sempat mempresentasikan hasil kerjanya. Dengan sisa waktu yang ada, guru
bersama dengan siswa kemudian menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Sebelum menutup pelajaran, dan tidak memberikan penilaian terhadap hasil kerja
siswa. Hal ini disebabkan karena waktu tidak cukup
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengobservasi proses
pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi untuk
guru lampiran 3 dan aktivitas siswa.
3. Observasi
Hal-hal yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan untuk pertemuan
pertama pada siklus I adalah proses pembelajaran sudah sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat. Selain itu juga dilihat aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Hasil observasi pada pertemuan I diuraikan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.2: Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan Pertama pada Siklus I
Terlaksana
No
Aspek yang Diamati
Komentar
Ya
Kegiatan Awal
1 Guru mengucapkan salam
√
Tidak
Guru memberi salam
kepada siswa
47
2
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
√
Tidak menjelaskan
tujuan pembelajaran
3
Guru memberikan apersepsi terkait
dengan materi pembelajaran
√
Tidak memberikan
apersepsi
4.
Guru memulai pembelajaran dengan
memperlihatkan contoh kerajinan
anyaman
Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi kerajinan
1
anyaman kepada siswa
√
memperlihatkan
contoh kerajinan
anyaman
√
menjelaskan materi
kerajinan anyaman
2
Guru mengarahkan siswa untuk
mencatat langkah-langkah
pembuatan kerajinan anyaman
3
Guru mendemontrasikan pembuatan
kerajinan anyaman
4
Guru mengarahkan siswa
mengulangi membuat kerajianan
anyaman yang telah
didemonstrasikan
5
Guru membentuk kelompok yang
terdiri dari 4 dan 5 siswa
6
Guru memantau setiap kelompok
dalam pembuatan
7
Guru membantu kelompok yang
mendapat masalah
√
8
Guru menjelaskan kepada siswa
ketika memberikan bantuan
√
9
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
mempresentasikan didepan kelas
√
√
√
√
√
√
Tidak mengarahkan
siswa untuk mencatat
Guru memberikan
contoh membuat
kerajinan anyaman
Tidak mengarahkan
siswa untuk
mengulang apa yang
di demonstrasikan
Guru mengarahkan
siswa untuk
membentuk
kelompok
Guru tidak
memantau setiap
kelompok
Guru hanya
membantu kelompok
yang bermasalah
Guru memberikan
penjelasan ketika
siswa minta bantuan
Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa
mempresentasikan
pembuatan kerajinan
anyaman melalui
metode demonstrasi
48
Kegiatan Penutup
1
Guru memberikan kesimpulan
terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan
2
Guru memberikan penilaian
terhadap hasil kerja siswa.
√
√
Jumlah aspek yang terlaksana
Guru menarik
kesimpulan dari
proses pemberlajaran
pembuatan
kerajinana anyaman.
Guru tidak
memberikan
penilaian terhadap
hasil kerja siswa.
9
Jumlah aspek yang diobervasi
15
Persentase
60%
(Sumber: Olahan Data Penelitian siklus 1, 2017)
Berdasarkan pengamatan observasi pertemuan pertama pada siklus I terdapat
sembilan (9) aspek yang terlaksana atau 60% dari lima belas (15) aspek yang ada.
Capaian tersebut belum mencapai ketuntasan dengan harapan efektivitas mengajar
guru mencapai 85% dari indikator yang ditentukan. Hal ini disebabkan terdapat
enam (6) aspek atau 40% efektivitas guru yang tidak terlaksana. Hasil observasi
terhadap guru menunjukan hal-hal berikut :
a. Guru memulai pembelajaran dengan memperlihatkan contoh kerajinan
anyaman yang telah dibuat.
b. Guru menjelaskan materi tentang kerajinan anyaman kepada siswa
c. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah pembuatan anyaman bambu
d. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
e. Guru hanya membatu kelompok yang bermasalah.
f. Guru menjelaskan kepada siswa ketika memberikan bantuan.
49
g. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mewakili kelompoknya
memperagakan dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan
kelas.
h. Guru memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
Selain pengamatan dilakukan terhadap efektivitas mengajar guru, observasi
juga dilakukan pada aktivitas siswa. Hasil observasi terhadap siswa menunjukan
hal-hal berikut:
Tabel 4.3: Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama pada Siklus I
Terlaksana
No
Aspek yang Diamati
Komentar
Ya
1.
2.
3.
4.
Siswa menyimak penjelasan
guru terhadap materi kerajinan
anyaman
Siswa mencatat langkahlangkah pembuatan kerajinan
anyaman
Siswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh guru
√
Siswa mengikuti arahan guru
untuk membentuk kelompok
√
5.
Siswa mengulangi pembuatan
kerajinan anyaman
6.
Siswa bertanya kepada guru
tentang langkah-langkah yang
belum dipahami
7.
Siswa
menyusun
konsep
Tidak
√
Siswa tidak menyimak
penjelasan materi
kerajinan anyaman.
√
Siswa tidak mencatat
langkah-langkah
membuat kerajinan.
√
Siswa melakukan
pengamatan terdapap
demonstrasi yang
dilakukan guru.
Siswa
mengelompokkan diri
berdasarkan arahan
guru
Siswa tidak mengulangi
pembuatan kerajinan
anyaman
Siswa tidak
mengajukan pertanyaan
terkait langkah
pembuatan kerajinan
anyaman
Siswa berembuk
menyusun konsep
√
√
50
Kerajinan anyaman
8.
9.
10.
11
Siswa membuat kerajinan
anyaman berdasarkan konsep
yang telah disusun
Siswa
mempresentasikan
konsep yang telah dibuat
√
√
Siswa menilai hasil karya
kerajinan anyaman kelompok
lain
√
Siswa mengomentari
karya kelompok lain
√
hasil
pembuatan kerajinan
anyaman
Siswa membuat
kerajinan anyaman
berdasarkan hasil
rembukan yang telah
terkonsep.
Siswa
mempresentasikan
konsep pembuatan
kerajinan anyaman
yang dibuat
Siswa tidak melakukan
penilaian terhadap hasil
karya anyaman
kelompok lain.
Siswa tidak memberi
tanggapan atas konsep
karya kelompok lain.
Jumlah aspek yang terlaksana
5
Jumlah aspek yang diobservasi
11
Persentase
45.45%
(Sumber: Olahan data Penelitian Siklus I, 2017)
Dari tabel di atas, terdapat lima (5) aspek aktivitas belajar yang terlaksana atau
45.45% dari 11 aspek yang ada. Jumlah persentase aktivitas belajar siswa yang
terlakasana tersebut belum mencapai target yang diharapkan guru. Terdapat enam
(6) aspek atau 54,55% aktivitas belajar siswa yang tidak terlaksana. Beberapa
faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut.
a. Tidak semua siswa memperhatikan penjelasan guru.
b. Siswa tidak mencatat langkah-langkah pembuatan kerajinan anyaman yang
telah diberikan guru.
c. Siswa tidak selalu berada dalam kelompoknya.
d. Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan walaupun tidak paham.
51
4.2.2 Pertemuan Kedua
1. Perencanaan
Yang dilakukan pada tahap ini adalah mempersiapkan hal-hal yang dapat
menunjang maksimalnya pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua. Hal-hal
yang dipersiapkan untuk pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua adalah:
a.
Membuat rencana perbaikan pembelajaran untuk pertemuan kedua pada
tindakan siklus I.
a. Menyiapkan lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas.
b. Menyiapkan lembar kerja siswa
2. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan kedua ini dilakukan perbaikan pembelajaran karena pada
pertemuan pertama belum tuntas terselesaikan. Guru mengawali pembelajaran
pada pertemuan kedua dengan memberi salam lalu memerintahkan ketua kelas
untuk memimpin doa bersama sebelum memulai pembelajaran, setelah itu guru
mengabsensi keahdiran siswa. Pada pertemuan kedua ini guru menjelaskan pada
siswa tentang jenis motif kerajinan anyaman. Kemudian guru menyampaikan
tujuan dalam pembelajaran serta memberi motivasi kepada siswa agar aktif dalam
pembelajaran. Tidak lupa guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan
mengingatkan kembali materi pada pertemuan yang sebelumnya.
Seperti halnya pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama, guru lalu
mengarahkan siswa untuk membentuk kelompoknya seperti pada pertemuan
pertama. Pada saat menyiapkan kelompoknya siswa gaduh, ada siswa yang
52
bertengkar dengan siswa kelompok lain karena ingin bertukar kelompok dengan
temannya di kelompok lain. Guru kemudian membimbing siswa untuk berkumpul
dengan teman-teman di kelompoknya seperti yang telah ditentukan sebelumnya,
sehingga tidak ada siswa yang berpindah kelompok. Setelah semua siswa berada
pada kelompoknya masing-masing, guru mengarahkan siswa untuk menyiapkan
bahan pembelajaran yang mereka miliki kemudian guru dibantu observer. Setelah
semua kelompok siap menerima materi guru menjelaskan materi dengan cara
mendemonstrasikan jenis motif anyaman tunggal, ganda dan kombinasi dengan
menggunakan media berupa kertas anyaman. Setelah itu guru memberikan
bantuan kepada siswa yang bermasalah. Kemudian guru memberi penjelasan Pada
tahap ini siswa cukup tertib. Setelah itu guru menunjuk secara acak perwakilan
dari masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan di depan kelas yang
telah mereka peragakan dengan kelompoknya.
Dari hasil pendemonstrasian dan presentase siswa menuliskan langkahlangkah membuat motif anyaman dasar tunggal, ganda dan kombinasi, nampak
bahwa ada kelompok masih salah ketika menuliskan langkah-langkah tersebut.
Guru kemudian menjelaskan siswa langkah yang benar dari langkah-langkah yang
dilakukan dengan kerajinan anyaman.
3. Observasi/Evaluasi
Hal-hal yang diobservasi oleh peneliti pada pelaksanaan tindakan untuk
pertemuan kedua pada siklus I adalah keterkaitan proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dengan rencana perbaikan pembelajaran. Selain itu juga
53
dilihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Data hasil observasi pada
siklus I akan diuraikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4: Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan Kedua pada Siklus I
Terlaksana
No
Aspek yang Diamati
Komentar
Ya
Kegiatan Awal
1 Guru mengucapkan salam
Tidak
Guru memberi
salam kepada siswa
Tidak menjelaskan
tujuan pembelajaran
√
2
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
√
3
Guru memberikan apersepsi terkait
dengan materi pembelajaran
√
Tidak memberikan
apersepsi
4
Guru memulai pembelajaran dengan
memperlihatkan contoh kerajinan
anyaman
√
memperlihatkan
contoh kerajinan
anyaman
√
menjelaskan materi
kerajinan anyaman
Kegiatan Inti
1
Guru menjelaskan materi kerajinan
anyaman kepada siswa
2
Guru mengarahkan siswa untuk
mencatat langkah-langkah
pembuatan kerajinan anyaman
3
Guru mendemontrasikan pembuatan
kerajinan anyaman
√
4
Guru membentuk kelompok yang
terdiridari 4 siswa
√
√
5
Guru mengarahkan siswa
mengulangi membuat kerajianan
anyaman yang telah
didemonstrasikan
√
6
Guru memantau setiap kelompok
dalam pembuatan kerajinan
√
Tidak mengarahkan
siswa untuk
mencatat
Guru memberikan
contoh membuat
kerajinan anyaman
Guru mengarahkan
siswa untuk
membentuk
kelompok
Tidak mengarahkan
siswa untuk
mengulang apa yang
di demonstrasikan
Guru tidak
memantau setiap
54
7
anyaman bambu
kelompok
Guru membantu kelompok yang
mendapat masalah
Guru hanya
membantu
kelompok yang
bermasalah
Guru memberikan
penjelasan ketika
siswa minta bantuan
Guru melakukan
review terhadap
hasil kerja tiap
kelompok
√
8
Guru menjelaskan kepada siswa
ketika memberikan bantuan
√
9
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
mempresentasikan didepan kelas
√
Kegiatan Penutup
Guru memberikan kesimpulan
1
terhadap pembelajaran yang.
2
Guru menyimpulkan
materi pembelajaran
√
Guru memberikan penilaian
terhadap hasil kerja siswa.
Jumlah aspek yang terlaksana
√
Guru tidak
memberikan
penilaian terhadap
hasil kerja siswa
11
Jumlah aspek yang diobervasi
15
Persentase
73.33%
(Sumber: Olah Data Penelitian Siklus 1, 2017)
Dalam upaya meningkatan efektivitas mengajar guru, maka observasi pada
pertemuan kedua pun dilakukan. Hasil observasi terhadap guru pada pertemuan
kedua menunjukan sebelas (11) aspek atau 73,33% yang terlakasana. Terdapat
peningkatan efektivitas belajar guru dari pertemuan pertama. Namun, peningkatan
tersebut belum sesuai dengan target yang diharapkan. Beberapa point yang
memengaruhi kurangnya efektivitas mengajar guru adalah sebagai berikut:
a. Guru tidak mengarahkan siswa untuk mencatat langkah-langkah pembuatan
kerajinan anyaman bambu.
b. Guru tidak mengamati dan membimbing siswa yang bekerja dalam kelompok.
55
c. Guru tidak mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman.
Selain melakukan pengamatan terhadap efektivitas mengajar guru, observasi
juga dilakukan terhadap aktivitas belajar siswa. Hasil observasi terhadap siswa
diuraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5: Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kedua Pada siklus I
Terlaksana
No
Aspek yang Diamati
Komentar
Ya
1.
Tidak
Siswa materi kerajinan
anyaman yang
disampaikan guru
Siswa menyimak penjelasan
guru terhadap materi kerajinan
anyaman
√
2.
Siswa mencatat langkahlangkah pembuatan kerajinan
anyaman
√
3.
Siswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh guru
√
4.
Siswa mengikuti arahan guru
untuk membentuk kelompok
√
5.
Siswa mengulangi pembuatan
kerajinan anyaman
√
6.
Siswa bertanya kepada guru
tentang langkah-langkah yang
belum dipahami
√
7.
Siswa
menyusun
Kerajinan anyaman
8.
Siswa membuat kerajinan
anyaman berdasarkan konsep
yang telah disusun
konsep
√
√
Siswa mencatat langahlangkah membuat
kerajinan anyaman yang
didemonstrasikan guru
Siswa mengamati
peragaan yang dilakukan
guru
Siswa mengelompokan
diri berdasarkan arahan
guru
Siswa tidak mengulangi
pembuatan
kerajinan
anyaman yang dilakukan
guru
Siswa tidak menanyakan
langkah
pembuatan
pembuatan
kerajinan
anyaman yang belum
dipahami
Siswa menyusun konsep
kerajinan anyaman secara
berkelompok
Siswa membuat kerajinan
anyaman berdasarkan
konsep yang telah
disepakati
56
9.
Siswa
mempresentasikan
konsep yang telah dibuat
10.
Siswa menilai hasil karya
kerajinan anyaman kelompok
lain
11
Siswa mengomentari
karya kelompok lain
hasil
√
√
√
Siswa mempresentasikan
konsep
yang
telah
disepakati.
Siswa tidak menilai hasil
kerajinan
anyaman
kelompok lain
Siswa tidak memberikan
komentar karya kerajinan
anyaman kelompok lain
Jumlah aspek yang terlaksana
7
Jumlah aspek yang diobservasi
11
Persentase
63.63%
(Sumber: Hasil Olahan Data Penelitian Siklus I, 2017)
Berdasarkan data di atas, sebanyak tujuh (7) aspek atau 63,63% yang
terlaksana dalam aktivitas belajar siswa dari 11 aspek yang diobservasi. Terdapat
empat (4) aspek atau 36,37% persen aspek yang tidak terlaksana. Data tersebut
menunjukkan belum tercapainya indikator keberhasilan aktivitas belajar siswa.
Beberapa hal yang mempengaruhi belum tercapainya indikator keberhasilan
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Siswa tidak mengajukan pertanyaan saat tidak paham.
b. Beberapa siswa tidak mencatat
Setelah pelaksanaan tindakan siklus I selama 2 kali pertemuan selesai
dilaksanakan, maka pertemuan selanjutnya dilaksanakan evaluasi siklus I.
Evaluasi dilaksanakan pada tanggal 10 maret 2017 tanpa ada pembagian
kelompok lagi karena yang akan dilihat adalah hasil belajar dari masing-masing
siswa. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar
kerajinan membuat anyaman setelah diterapkan pembelajaran.
57
Hasil tes tindakan siklus I menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar kerajinan anyaman siswa jika dibandingkan dengan hasil tes awal, yaitu
dari 33,33% (6 siswa) memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75 meningkat
menjadi 72,22% (13 siswa). Rata-rata perolehan hasil tindakan siklus I sebesar
77,35 hasil tes ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6: Skor Perbandingan Perolehan Siswa Pada Tes Awal dan Tes Siklus 1
Nama Siswa
Nilai
Keterangan
No
Tes Awal Tes Siklus I
1
Marselinus Ariel Dhio
70
70
Tidak Tuntas
2
Umi Nurjanatin
75
80
Tuntas
3
Yakobus Riko Yudasta
75
75
Tuntas
4
Nerin Suryani
70
85
Tuntas
5
Muh. Ilham
75
80
Tuntas
6
Dhea Ramdani
60
80
Tuntas
7
Ilham Farid Alpandi
50
75
Tumtas
8
Setya Ananda Kumara
80
80
Tuntas
9
Bernikem Ana Tasya
65
70
Tuntas
10
Isyara Ayu Dwi Anjani
55
75
Tuntas
11
Anisa Nurbaiti Ningrum
45
70
Tidak Tuntas
12
Anggun Tiara Wati
85
85
Tuntas
13
Dendi Iswantoro
65
70
Tidak Tuntas
14
Antonius Adi Saputra
65
80
Tuntas
15
Iyan Abimayu
80
90
Tuntas
16
Lidiya Firmaningsi
65
75
Tuntas
17
Khatima Sari Dewi
65
70
Tidak Tuntas
58
18
Diki Prasetyo
Rata-Rata
 75
 75
70
75
67,50
76,94
Tuntas
13 orang
6 orang
(33.33%)
(72,22%)
12 orang
(66.67%)
5 orang
(27,78%)
(Sumber: Data Hasil Olahan Penelitian Siklus I, 2017)
Tabel 4.6 di atas menujukkan perolehan nilai tes awal pada pra siklus
sebanyak 6 orang siswa atau 33,33% yang memperoleh nilai di atas atau sama
dengan 75 dan 12 orang siswa atau 66,67% yang memperoleh nilai dibawah 75.
Selanjutnya, perolehan nilai tes siklus I mengalami peningkatan dengan hasil 13
orang siswa atau 72, 22% memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75 dan 5
orang siswa memperoleh nilai di bawah 75. Peningkatan perolehan nilai dari tes
awal hingga tes siklus I belum memenuhi indikator penilaian yang ditetapkan,
sehingga dibutuhkan siklus II sebagai bentuk evaluasi untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
Tabel 4.7: Ketuntasan Hasil Belajar Secara Klasikal Siklus I
Tindakan
Tes Awal
Tes Siklus I
Rata-rata
67,50
76,94
Ketuntasan Secara Klasikal
33,33%
72,22%
(Sumber: Olahan Data Penelitian, 2017)
4. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti dan guru secara kolaboratif mendiskusikan
kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang terdapat pelaksanaan
tindakan siklus I untuk kemudian diperbaiki pada tindakan siklus II. Pada
59
tindakan siklus I, pembelajaran kerajinan anyaman bambu sudah cukup maksimal,
walaupun masih ada hal-hal yang belum terlaksana. Hal ini dapat dilihat dari ratarata ketuntasan rencana pelaksanaan/perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan
oleh guru yang diikuti oleh siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan dialog antara guru dan peneliti, hal utama
penyebab tidak tuntasnya pelaksanaan pembelajaran terletak pada aspek interaksi
antar siswa dan aktivitas siswa, begitu pula interaksi antara guru dan siswa.
Selain itu, masih adanya siswa yang pasif dalam kegiatan kelompok.
Tabel 4.8: Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Oleh Guru dan Siswa
Siklus I
Pertemuan I
Pertemuan II
(%)
(%)
Guru
60%
73,33%
Siswa
45,45%
63,63%
Tindakan
Siklus I
(Sumber: Hasil Olahan Data Penelitian, 2017)
Persentase di atas belum memenuhi indikator kinerja yang diharapkan
yaitu 90%. Oleh karena itu, dari segi proses tindakan belum dapat dikatakan
berhasil.
Berdasarkan hasil observasi pengamat (Wayan Rita, S.Pd), Kelemahankelemahan dan kekurangan pada siklus I berdasarkan hasil diskusi peneliti dan
guru adalah:
a. Faktor guru
1. Guru tidak memotivasi siswa belajar agar siswa lebih bersemangat dalam
belajar serta guru harus memberikan apersepsi.
60
2. Guru tidak bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerjasama dengan
teman kelompoknya.
3. Guru tidak selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti
4. Guru harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan
kegiatan dalam recana pelaksanaan/perbaikan pembelajaran dapat terlaksana.
b. Faktor siswa
1. Masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru saat proses
pembelajaran berlangsung.
2. Masih ada sebagian siswa yang belum mampu mengemukakan pendapat
3. Masih ada siswa yang belum aktif dalam kelompoknya
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan siklus I, hasil belajar kerajinan anyaman
siswa meningkat dari tes awal meskipun ada yang peningkatannya tidak
signifikan. Persentase ini belum memenuhi indikator kinerja dari segi hasil seperti
yang diharapkan yaitu minimal 85% siswa memperoleh nilai minimal 75.
Meskipun hasil evaluasi belum mencapai indikator kinerja yaitu 85%
memperoleh nilai minimal 75, akan tetapi untuk melihat sejauh mana
peningkatannya, penelitian ini tetap akan dilanjutkan pada siklus II dan tentunya
kekurangan-kekurangan pada siklus I akan diperbaiki.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, pelaksanaan tidakan siklus I
belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga peneliti
61
bersama guru merencanakan tindakan siklus II. Kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki kelemahan dan
kekurangan sikllus I pada siklus II adalah:
1. Guru harus memotivasi siswa belajar agar siswa lebih bersemangat dalam
belajar serta guru harus memberikan apersepsi.
2. Guru harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa
yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerjasama
dengan teman kelompoknya.
3. Guru harus selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
4. Guru harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan
kegiatan dalam rencana pembelajaran dapat terlaksana.
4.3. Tindakan Siklus II
4.3.1 Pertemuan Pertama
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah
menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan.
Setelah berkonsultasi dengan Observer, peneliti melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk pertemuan pertama pada
tindakan siklus II
b. Menyiapkan media yang akan digunakan guru pada saat pelaksanaan tindakan.
62
c. Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama untuk tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa
14 Maret 2017. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengucap salam dan
menayakan kesiapan siswa untuk belajar. Selanjutnya guru menginformasikan
topik pembelajaran serta bentuk pembelajaran yan akan dilaksanakan serta
indikatornya. Guru tidak lupa pula untuk memotivasi siswa agar tetap
bersemangat belajar SBK khususnya pada materi kerajinan anyaman bambu
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar siswa sudah memperhatikan
penjelasan guru dan terlihat antusias. Guru kemudian memberikan apersepsi untuk
mengingatkan kembali pengetahuan siswa mengenai pentingnya pembelajaran
kerajinan anyaman.
Selanjutnya guru mengorganisir siswa kedalam kelompoknya masingmasing. Tidak lupa guru memeriksa kelengkapan tiap-tiap kelompok. Setelah itu,
guru menjelaskan materi kerjinan anyaman. Kemudian guru di bantu oleh
observer dalam
memantau berlangsungnya
pembelajaran dengan teman
kelompoknya. Setelah guru itu guru berjalan berkeliling kelas memperhatikan
pekerjaan dan membimbing siswa jika ada yang mengalami kesulitan.
Selanjutnya guru menunjuk perwakilan dari tiap-tiap kelompok untuk
memperagakan hasil kerjanya di depan kelas. Setelah semua kelompok selesai
mempresentasekan hasil kerja kelompoknya guru memberikan latihan untuk
kelompok, dan setelah itu dilanjutkan dengan latihan individual. Pada akhir
63
pembelajaran guru meminta siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas dan
mengarahkan siswa membuat rangkuman. Sebelum pembelajaran selesai guru
memberikan tugas rumah dan meminta agar siswa rajin belajar di rumah serta
memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Observasi
Hal-hal yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan
pertama adalah guru menyajikan
materi pembelajaran apakah sudah sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat atau belum.
Selain itu juga
dilihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Efektivitas mengajar guru
berdasarkan pengamatan langsung akan diuraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9 : Observasi Efektivitas Guru pada Pertemuan Pertama Siklus II
Terlaksana
No
Aspek yang Diamati
Komentar
Ya
Tidak
Kegiatan Awal
Guru memberi
1
Guru mengucapkan salam
√
salam kepada siswa
Guru menjelaskan tujuan
2
pembelajaran
tujuan pembelajaran
Guru memberikan apersepsi terkait
Tidak memberikan
3
4
Tidak menjelaskan
√
√
dengan materi pembelajaran
apersepsi
Guru memulai pembelajaran dengan
memperlihatkan
memperlihatkan contoh kerajinan
anyaman
√
contoh kerajinan
anyaman
64
Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi kerajinan
1
2
3
menjelaskan materi
√
anyaman kepada siswa
kerajinan anyaman
Guru mengarahkan siswa untuk
Tidak mengarahkan
mencatat langkah-langkah
√
siswa untuk
pembuatan kerajinan anyaman
mencatat
Guru mendemontrasikan pembuatan
Guru memberikan
kerajinan anyaman
√
contoh membuat
kerajinan anyaman
Guru membentuk kelompok yang
Guru mengarahkan
terdiridari 4 siswa
siswa untuk
4
√
membentuk
kelompok
Guru mengarahkan siswa
Tidak mengarahkan
mengulangi membuat kerajianan
siswa untuk
5
6
7
√
anyaman yang telah
mengulang apa yang
didemonstrasikan
di demonstrasikan
Guru memantau setiap kelompok
Guru tidak
dalam pembuatan kerajinan
√
memantau setiap
anyaman bambu
kelompok
Guru membantu kelompok yang
Guru hanya
mendapat masalah
√
membantu
kelompok yang
65
bermasalah
Guru menjelaskan kepada siswa
8
ketika memberikan bantuan
Guru memberikan
√
penjelasan ketika
siswa minta bantuan
Guru memberikan kesempatan
Guru melakukan
kepada siswa untuk
review terhadap
9
√
mempresentasikan didepan kelas
hasil kerja tiap
kelompok
Kegiatan Penutup
Guru memberikan kesimpulan
Guru memberikan
terhadap pembelajaran yang telah
kesimpulan terhadap
1
√
dilakukan
pembelajaran yang
telah dilakukan
Guru memberikan penilaian
Guru tidak
terhadap hasil kerja siswa.
2
memberikan
√
penilaian terhadap
hasil kerja siswa
Jumlah aspek yang terlaksana
13
Jumlah aspek yang diobervasi
15
Persentase
86.66%
(Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017)
Berdasarkan data di atas, terdapat tiga belas (13) aspek atau 86.66% yang
terlaksana dari lima belas (15) aspek yang ada. Sebanyak dua (2) aspek belum
66
terlaksana, sehingga indikator keberhasilan efektivitas mengajar guru belum
tercapai.
Selain pengamatan terhadap efektivitas mengajar guru, observasi juga
dilakukan untuk mengukur aktivitas belajar siswa. Hasil observasi terhadap siswa
menunjukan hal-hal seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.10: Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama pada Siklus II
Terlaksana
No
Aspek yang Diamati
Komentar
Ya
1.
Tidak
Siswa menyimak penjelasan
guru terhadap materi kerajinan
Siswa menyimak materi
√
yang disampaikan guru
anyaman
2.
Siswa mencatat langkah-
Siswa mencatat langkah-
langkah pembuatan kerajinan
langkah
pembuatan
√
anyaman
kerajinan anyaman yang
disampaikan guru
3.
Siswa mengamati demonstrasi
Siswa
yang dilakukan oleh guru
mengamati
peragaan
membuat
√
kerajinan anyaman yang
dilakukan guru
4.
Siswa mengikuti arahan guru
untuk membentuk kelompok
√
Siswa
membentuk
kelompok
berdasarkan
arahan guru
5.
Siswa mengulangi pembuatan
√
Siswa tidak mengulangi
67
kerajinan anyaman
pembuatan
kerajinan
anyaman
sesuai
peragaan yang dilakukan
guru
6.
Siswa bertanya kepada guru
Siswa bertanya tetantang
tentang langkah-langkah yang
langkah-langkah
belum dipahami
√
pembuatan kerajinana
anyaman yang belum
dipahami
7.
Siswa
menyusun
konsep
Siswa menyusun konsep
Kerajinan anyaman
pembuatan kerajinan
√
anyaman secara
berkelompok
8.
Siswa
membuat
kerajinan
Siswa membuat
anyaman berdasarkan konsep
kerajinan anyaman
√
yang telah disusun
berdasarkan konsep
yang telah disepakati
9.
Siswa
mempresentasikan
konsep yang telah dibuat
Siswa mempresentasikan
√
konsep
pembuatan
kerajinan anyaman
10.
Siswa
menilai
hasil
karya
kerajinan anyaman kelompok
lain
Siswa
√
memberi
penilaian terhadap hasil
karya kelompok lain
68
11
Siswa
mengomentari
hasil
Siswa tidak memberikan
karya kelompok lain
√
komentar terhadap hasil
karya kelompok lain
Jumlah aspek yang terlaksana
9
Jumlah aspek yang diobservasi
11
Persentase
81.81%
(Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017)
Berdasarkan tabel di atas, terdapat sembilan (9) aspek observasi atau
81,81% yang terlaksana dari 11 jumlah aspek yang ada. Hasil observasi terhadap
aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama siklus II belum memenuhi
indikator penilaian yang ditetapkan. Faktor utamanya adalah ada beberapa
kelompok yang kurang aktif dalam menyelesaikan latihan kelompok yang
diberikan guru.
4.3.2 Pertemuan Kedua
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan adalah menyiapkan
beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan.
Setelah
berkonsultasi dengan Observer, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk pertemuan kedua pada
tindakan siklus II
b. Menyiapkan media yang akan digunakan guru pada saat pelaksanaan tindakan.
c. Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas.
69
d. Membuat alat evaluasi untuk tes tindakan siklus II
2. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan kedua tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at 17 Maret
2017. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengucap salam dan
menanyakan kesiapan siswa untuk belajar. Selanjutnya guru menginformasikan
kepada siswa topik pembelajaran yang akan dipelajari dan bentuk pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Setelah itu guru menyampaikan tujuan/idikator yang
harus dicapai siswa, kemudian memberikan apersepsi serta memotivasi siswa.
Guru lalu mengkoordinir siswa kedalam kelompoknya masing-masing.
Setelah
semua
siswa
tertib
dalam
kelompoknya,
guru
kemudian
memperagakan cara membuat anyaman bambu. Kemudian guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperagakannya dalam kelompoknya. Setelah
itu dengan dibantu oleh observer, guru membimbing siswa kepada masing-masing
kelompok dan selanjutnya meminta siswa untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan tersebut dengan teman kelompoknya. Setelah guru memeriksa tugas
siswa, guru berjalan berkeliling kelas memperhatikan pekerjaan siswa.
Selanjutnya guru menunjuk satu orang siswa perwakilan dari tiap-tiap
kelompok untuk memperagakan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
Kemudian jawaban siswa tersebut disimpulkan oleh guru dengan cara mengulang
kembali jawaban siswa. Setelah menyimpulkan, guru memberikan latihan
kelompok dan individual kepada siswa. Pada tahap ini siswa aktif dalam
menyelesaikan latihan kelompok dan latihan individual yang diberikan. Pada
akhir pembelajaran guru meminta siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas.
70
Sebelum pembelajaran selesai, siswa diminta agar rajin belajar di rumah serta
memperhatikan penjelasan guru selama proses belajar-mengajar berlangsung.
3. Observasi/Evaluasi
Hal-hal yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan
kedua adalah apakah guru sudah menyajikan materi pembelajaran sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah dibuat atau belum.
Selain itu juga dilihat
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Hasil observasi efektivitas mengajar guru pada pertemuan kedua siklus II
telah memenuhi indikator penilaian. Lebih terperinci akan diuraikan pada tabel
berikut:
Tabel 4.11 : Observasi Efektivitas Mengajar Guru Pertemuan II pada Siklus II
Terlaksana
No
Aspek yang Diamati
Komentar
Ya
Tidak
Kegiatan Awal
Guru memberi
1
Guru mengucapkan salam
√
salam kepada siswa
Guru menjelaskan tujuan
2
pembelajaran
tujuan pembelajaran
Guru memberikan apersepsi terkait
Tidak memberikan
3
4
Tidak menjelaskan
√
√
dengan materi pembelajaran
apersepsi
Guru memulai pembelajaran dengan
memperlihatkan
memperlihatkan contoh kerajinan
anyaman
√
contoh kerajinan
anyaman
71
Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi kerajinan
1
2
3
menjelaskan materi
√
anyaman kepada siswa
kerajinan anyaman
Guru mengarahkan siswa untuk
Tidak mengarahkan
mencatat langkah-langkah
√
siswa untuk
pembuatan kerajinan anyaman
mencatat
Guru mendemontrasikan pembuatan
Guru memberikan
kerajinan anyaman
√
contoh membuat
kerajinan anyaman
Guru membentuk kelompok yang
Guru mengarahkan
terdiridari 4 siswa
siswa untuk
4
√
membentuk
kelompok
Guru mengarahkan siswa
Tidak mengarahkan
mengulangi membuat kerajianan
5
6
7
siswa untuk
√
anyaman yang telah
mengulang apa yang
didemonstrasikan
di demonstrasikan
Guru memantau setiap kelompok
Guru tidak
dalam pembuatan kerajinan
√
memantau setiap
anyaman
kelompok
Guru membantu kelompok yang
Guru hanya
mendapat masalah
√
membantu
kelompok yang
72
bermasalah
Guru menjelaskan kepada siswa
8
ketika memberikan bantuan
Guru memberikan
√
penjelasan ketika
siswa minta bantuan
Guru memberikan kesempatan
9
kepada siswa untuk
Guru tidak review
√
hasil kerja tiap
mempresentasikan didepan kelas
kelompok
Kegiatan Penutup
Guru memberikan kesimpulan
1
√
terhadap pembelajaran yang.
Guru memberikan penilaian
2
√
terhadap hasil kerja siswa.
Jumlah aspek yang terlaksana
14
Jumlah aspek yang diobervasi
15
Persentase
93.33%
(Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017)
Tabel di atas menunjukkan efektivitas mengajar guru telah memenuhi
indikator yang ditetapkan, yakni di atas 90%. Dari lima belas (15) aspek yang
diobservasi, terdapat empat belas (14) aspek yang terlaksana dengan persentase
93,33%. Hasil obervasi ini menegaskan bahwa pencapaian indikator penilaian
efektivitas mengajar guru tercapai pada pertemuan kedua siklus II. Hasil observasi
terhadap guru menunjukan hal-hal berikut :
73
a. Guru menjelaskan kepada siswa tentang bentuk pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
b. Guru memberi apersepsi dan motivasi
c. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
d. Guru memantau setiap kelompok
e. Guru menjelaskan kepada siswa cara membuat anyanam.
f. Guru meminta siswa untuk mencatat langkah-langkah pembuatan anyaman.
g. Guru mengamati dan membimbing siswa yang bekerja dalam kelompok.
h. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mewakili kelompoknya
memperagakan dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan
kelas.
i. Guru memberikan latihan kelompok dan latihan individual.
j. Guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman.
Selain observasi yang dilakukan terhadap efektivitas mengajar guru,
pengamatan juga dilakukan pada aktivitas belajar siswa dalam pertemuan kedua
siklus II. Hasil observasi terhadap siswa menunjukkan keberhasilan terhadap
pencapaian indikator seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.12: Observasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus II
Terlaksana
No
Aspek yang Diamati
Komentar
Ya
1.
Siswa menyimak penjelasan
guru terhadap materi kerajinan
anyaman
√
Tidak
Siswa
menyimak
materi
yang
disampaikan guru
74
2.
Siswa mencatat langkah-langkah
Siswa
pembuatan kerajinan anyaman
mencatat
langkah-langkah
√
membuat
kerajinan
anyaman
3.
Siswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh guru
Siswa melakukan
√
pengamatan yang
diperagakan guru
4.
Siswa mengikuti arahan guru
untuk membentuk kelompok
Siswa
√
membentuk
kelompok berdasarkan
arahan guru
5.
Siswa mengulangi pembuatan
Siswa
kerajinan anyaman
pembuatan kerajinan
√
melakukan
anyaman berdasarkan
hasil
pengamatan
demonstrasi.
6.
Siswa bertanya kepada guru
Siswa
tentang langkah-langkah yang
mengajukan
pertanyaan
terhadap
√
belum dipahami
materi
yang
belum
dipahami
7.
Siswa
menyusun
konsep
Secara berkelompok,
Kerajinan anyaman
siswa
merumuskan
√
dan mnyusn konsep
kerajinan
anyaman
75
yang akan dibuat
8.
Siswa
membuat
kerajinan
anyaman berdasarkan konsep
9.
Siswa
√
membuat
kerajinan
anyama
yang telah disusun
yang telah disepakati
Siswa mempresentasikan konsep
Siswa
yang telah dibuat
mempresentasikan
langkahh-langkah
√
membuat
kerajinan
anyaman yang telah
disepakati
10.
Siswa
menilai
hasil
karya
Perwakilan kelompok
kerajinan anyaman kelompok
memberi
penilaian
√
lain
terhadap hasil karya
kelompok lain
11
Siswa mengomentari hasil karya
kelompok lain
Siswa tidak
√
mengomentasi hasil
karya kelompok lain.
Jumlah aspek yang terlaksana
10
Jumlah aspek yang diobservasi
11
Persentase
90.90%
(Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017)
Berdasarkan data di atas, sepuluh (10) aspek dengan persentase 90,90% telah
terlaksana yang menunjukan
keberhasilan mencapai indikator penilaian pada
76
aktivitas belajar siswa. Hal-hal yang mendukung keberhasilan tersebut adalah
sebagai berikut :
a.
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
b. Siswa selalu berada dalam kelompoknya.
c. Tiap kelompok aktif dalam menyelesaikan latihan kelompok yang diberikan
guru.
d. Siswa mengajukan pertanyaan saat tidak paham.
e. Siswa membuat rangkuman tentang materi yang dipelajari.
Tes evaluasi tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 21 Maret 2017
dalam bentuk tes psikomotorik yaitu berupa unjuk kerja mempraktekkan kegiatan
menganyam kipas yang terbuat dari bambu untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa. Hasil tes menunjukkan adanya peningkatan dari pra siklus,
siklus I dan siklus II. Evalasi terhadap skor perolehan nilai pada tes awal, siklus I
dan II akan dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.13 : Skor Perolehan Siswa Pada Tes Awal, Tes Siklus I dan II
NILAI
No
Nama Siswa
Tes
Tes
Tes
Awal
Siklus I
Siklus II
Ket
1
Marselinus Ariel Dhio
70
70
78
Tuntas
2
Umi Nurjanatin
75
80
100
Tuntas
3
Yakobus Riko Yudasta
75
75
78
Tuntas
4
Nerin Suryani
70
85
78
Tuntas
5
Muh. Ilham
75
80
100
Tuntas
77
6
Dhea Ramdani
60
80
78
Tuntas
7
Ilham Farid Alpandi
50
75
89
Tuntas
8
Setya Ananda Kumara
80
80
100
Tuntas
9
Bernikem Ana Tasya
65
70
78
Tuntas
10
Isyara Ayu Dwi Anjani
55
75
78
Tuntas
11
Anisa Nurbaiti Ningrum
45
70
67
Tidak Tuntas
12
Anggun Tiara Wati
85
85
78
Tuntas
13
Dendi Iswantoro
65
70
78
Tuntas
14
Antonius Adi Saputra
65
80
89
Tuntas
15
Iyan Abimayu
80
90
100
Tuntas
16
Lidiya Firmaningsi
65
75
78
Tuntas
17
Khatima Sari Dewi
65
70
67
Tidak Tuntas
18
Diki Prasetyo
70
75
89
Tuntas
Jumlah
1.215
1.385
1.503
Nilai Rata-Rata
67.50
76.94
83.50
6 orang
13 orang
16 orang
 75
(33.33%) (72,22%) (88.89%)
 75
12 orang
5 orang
2 orang
(66.67%) (27,78%) (11.11%)
(Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017)
Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa perolehan nilai tes awal pada pra
siklus sebanyak 6 orang siswa atau 33,33% yang memperoleh nilai ≥75 dan 12
orang siswa atau 66,67% yang memperoleh nilai ≤75 dengan nilai rata-rata 67,50.
78
Selanjutnya, perolehan nilai tes siklus I mengalami peningkatan dengan hasil 13
orang siswa atau 72,22% yang memperoleh nilai ≥75 dan 5 orang siswa
memperoleh nilai ≤75 dengan nilai rata-rata 76,94. Kemudian pada siklus II
mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, perolehan nilai tes
tindakan siklus II mengalami peningkatan dengan hasil 16 orang siswa atau
788,89% siswa yang memperoleh nilai ≥75 dan 2 orang siswa atau 11,11% siswa
yang memperoleh nilai di bawah ≤75 dengan nilai rata-rata 83,50.
Peningkatan perolehan nilai dari tes awal, tes tindakan siklus I hingga tes
tindakan siklus II, telah memenuhi indikator penilaian yang ditetapkan, sehingga
pelaksanaan penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus II menunjukkan hasil
yang sangat baik. Hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi mendapatkan hasil
sangat memuaskan.
Tabel 4.14: Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Oleh Guru dan Siswa
Siklus II
Pertemuan I
Pertemuan II
(%)
(%)
Guru
86,66%
93,33%
Siswa
81,81%
90,90%
Tindakan
Siklus II
(Sumber: Olahan Data Penelitian Siklus 2, 2017)
79
Jika dilihat dari hasil tes pada evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu
telah mencapai 88.89% siswa yang telah memperoleh nilai diatas atau sama
dengan 75 dan rencana pembelajaran telah mencapai 90.90% dari 85 yang telah
ditetapkan atau dengan kata lain telah mencapai indikator keberhasilan, maka
penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai rencana pelaksanaan penelitian
dengan dua siklus tindakan.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Persiklus
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus
terdiri dari 2 kali pertemuan yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian.
Jumlah pertemuan dalam tiap siklus tergantung dari kepadatan materi yang
dibahas. Sebelum pelaksanaan tindakan pada siklus I, terlebih dahulu siswa diberi
tes awal dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal yang
dimiliki siswa agar dapat diketahui peningkatan yang terjadi setelah palaksanaan
tindakan. Hasil tes awal menunjukkan kemampuan siswa rata-rata masih dibawah
standar ketuntasan yang ditetapkan sekolah yaitu sebesar 75. Hal ini
mengharuskan adanya suatu tindakan dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas tersebut.
1. Deskripsi Efektivitas Mengajar Guru Persiklus
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan setelah diadakan kesepakatan
dengan
guru
untuk
melakukan
tindakan.
Hasil
observasi
pelaksanaan
pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada Siklus I menunjukkan bahwa
guru sudah mampu melakukan kegiatan pembelajaran kerajinan anyaman,
meskipun masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Pelaksanaan
80
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi belum maksimal sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Agar pelaksanaan rencana
pelaksanaan pembelajaran dapat di maksimalkan, guru harus mampu mengelola
waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam rencana pembelajaran
dapat terlaksana. Hasil observasi pelaksanaan tindakan pada siklus I menunjukkan
bahwa guru tidak memotivasi siswa, guru tidak begitu tegas menyikapi siswa
yang kurang memperhatikan penjelasan dan tidak berada pada kelompoknya, guru
tidak memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menanyakan hal-hal
yang kurang dimengerti, guru kurang memberikan pujian terhadap hasil kerja
kelompok yang baik, guru tidak memberikan latihan individual kepada siswa,
serta guru tidak mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman dari materi
pelajaran yang telah dipelajari. Hal-hal tersebut tentunya sangat bepengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru harus memotivasi siswa agar
siswa lebih bersemangat dalam belajar, guru harus bersikap tegas dengan
menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan
guru dan tidak selalu berada dalam kelompoknya, guru harus selalu memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak
dimengerti, guru harus memberikan pujian kepada kelompok yang memperoleh
hasil terbaik, guru harus memberikan latihan individual kepada siswa dalam
kelompok, serta guru harus mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi tindakan siklus I tersebut
menunjukkan bahwa dari segi proses tindakan yang dilakukan belum berhasil
karena pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran belum mencapai indikator
81
kinerja yang direncanakan. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan pada siklus
II untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar SBK siswa yang diajar
dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi kerajinan anyaman dengan
melihat beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus I sehingga dapat
diupayakan untuk diperbaiki pada siklus II. Selain hal-hal yang telah diuraikan di
atas, rendahnya nilai siswa pada siklus I disebabkan beberapa hal, antara lain
karena siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran menggunakan metode
demonstrasi pada materi kerajinan anyaman serta masih banyak siswa yang belum
menguasai konsep-konsep menganyam. Selain itu juga disebabkan karena belum
terlaksananya semua komponen dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Namun
di luar dari yang hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan metode demonstrasi pada materi kerajinan anyaman yang
menekankan pada pengalaman belajar siswa secara langsung, melalui kegiatan
mengamati, memperagakan dan menyusun langkah-langkah cukup memberikan
pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar SBK siswa khususnya pada materi
kerajinan anyaman.
Pada tindakan siklus II, pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
dengan menggunakan metode demonstrasi yang dilakukan oleh guru sudah
berlangsung dengan baik, kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah
diperbaiki. Meskipun dalam kegiatan masih ada beberapa siswa yang belum dapat
menyampaikan pendapat tetapi siswa tersebut aktif melibatkan diri dalam
pelaksanaan tindakan kelompok dan secara umum kegiatan siswa sudah
berlangsung dengan baik. Hasil observasi pelaksanaan tindakan siklus II
82
menunjukkan hasil yang sangat baik. Guru telah mampu mengelola waktu dengan
efisien
sehingga
semua
tahapan
kegiatan
dalam
rencana
pelaksanaan
pembelajaran dapat terlaksana. Guru telah memotivasi siswa agar siswa lebih
bersemangat dalam belajar
seni budaya dan keterampilan, guru memberikan
apersepsi, guru telah bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada
siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerjasama
dengan teman kelompoknya, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti, guru sangat maksimal
dalam memberikan bimbingan dan arahan pada siswa saat menyelesaikan masalah
yang diberikan serta guru memberikan penghargaan berupa pujian kepada siswa.
Walaupun demikian, masih terdapat sedikit kekurangan pada pelaksanaan
tindakan siklus II, yaitu guru tidak memberikan penilaian secara langsung
terhadap hasil kerja siswa. Tetapi berdasarkan pantauan peneliti semua kelompok
mempunyai bahan pembelajaran yang lengkap, sehingga tidak menjadi hambatan
dalam pelaksanaan tindakan. Hasil pelaksanaan tindakan siklus II menunjukkan
bahwa, dilihat dari segi proses rencana pelaksanaan/perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru telah mencapai indikator yang ditentukan. Berdasarkan
hasil observasi dari kegiatan awal sampai dengan siklus II terjadi perubahan sikap
pada siswa yaitu siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar. Pada awalnya
siswa kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan oleh guru, dan
setelah siklus II siswa lebih terfokus memperhatikan materi yang diberikan guru.
Hal ini sejalan dengan pendapat sanjaya (2006: 45) yang menyatakan bahwa
dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi guru
83
dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses
belajar dan mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam
pembelajaran, sehingga proses atau kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan
belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Untuk mengetahui hasil observasi persentase efektivitas mengajar guru dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat dilihat dari grafik perbandingan nilai
berikut ini:
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Efektivitas Mengajar Guru Persiklus
100
86,66%
80
60
93.33%
73.33%
60%
40
20
0
Siklus I Pertemuan I
Pertemuan II
Siklus II
Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi
dalam proses pembelajaran keterampilan menganyam dapat meningkatkan
efektivitas mengajar guru di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari, pada
siklus I pertemuan 1, aktivitas mengajar guru mencapai 60% dan pertemuan 2,
aktivitas mengajar guru mencapai 73.33%. Sementara pada siklus II mengalami
peningkatan, pertemuan 1, aktivitas mengajar guru mencapai 86.66% dan
pertemuan 2, aktivitas mengajar guru mencapai 93.33% .
84
2. Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa Persiklus
Secara umum peningkatan aktivitas belajar siswa diperoleh dengan
diadakannya kegiatan atau proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara
aktif untuk memahami materi pelajaran dengan melibatkan siswa berbuat dan
bergerak aktif membuat kerajinan anyaman, anak terlibat aktif untuk
mendengarkan penjelasan dan demonstrasi guru serta berlatih berbicara melalui
kegiatan diskusi dalam kelompoknya dan presentase atau menyajikan hasil diskusi
kelompoknya anak dilibatkan untuk mengamati secara langsung media
pembelajaran yang berhubungan dengan materi dan aspek intelektual yaitu anak
menguji kemampuan kecerdasannya dalam menyelesaikan lembar kerja siswa
(LKS) yang disiapkan guru serta memecahkan masalah bagaimana membuat
anyaman dengan berbagai sehingga menghasilkan benda pakai berupa kipas yang
terbuat dari bahan bambu karena dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
keterampilan menganyam, siswa hanya diberi latihan dengan pendekatan yang
sama. Mengantispasi kepasifan siswa, guru memegang peranan yang sangat
penting, yakni memberikan peran atau pelibatan siswa secara langsung. Keaktifan
siswa dalam pembelajaran akan mewujudkan hakikat dari pendidikan, yakni
perubahan. Pemikiran ini sejalan dengan pendapat Daryanto (2010:3), perubahan
yang bersifat aktif adalah perubahan yang tidak terjadi dengan sendirinya,
melainkan karena usaha orang yang bersangkutan. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Fitri (2013: 23) yang menyatakan bahwa aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran diperlukan agar tercapai tujuan dan sasaran pembelajaran
85
Selanjutnya Untuk mengetahui hasil observasi persentase aktivitas mengajar
siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat dilihat dari grafik
perbandingan nilai berikut ini:
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Persiklus
100
81,81%
80
60
90.90%
63.63%
45.45%
40
20
0
Siklus I
Siklus II
Pertemuan I
Pertemuan II
Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi
dalam proses pembelajaran keterampilan menganyam dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa di kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulyasari, pada siklus I
pertemuan 1, aktivitas belajar siswa mencapai 45,45% dan pertemuan 2, mencapai
63.63%. Sementara pada siklus II mengalami peningkatan, pertemuan 1, aktivitas
belajar siswa mencapai 81,81% dan pertemuan 2, meningkat cukup signifikan
menjadi 90.90%.
3. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Persiklus
Berdasarkan peningkatan efektivitas mengajar guru dan aktivitas belajar
siswa dalam proses pembelajaran yang tersebut di atas sangat berpengaruh pula
pada peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya Hasil tes persiklus
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan
dengan nilai tes awal yang telah diperoleh sebelumnya yaitu dari hasil tes awal
86
33,33% (6 orang) siswa memperoleh nilai ≥75 dengan rata-rata nilai rata-rata
sebesar 67,50. Pada siklus I meningkat menjadi 72,22% (13 orang) siswa
memperolah nilai ≥75 dengan nilai rata-rata sebesar 76,94. Sedangkan pada siklus
II dari segi hasil belajar siswa telah mencapai indikator 88,89% (16 siswa)
memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75, dengan nilai rata-rata sebesar
83,50. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono, (2006: 3-4) yang
menyatakan bahawa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar Pernyataan tersebut menyirat makna, hasil belajar
tidak diperoleh oleh siswa saja, tetapi guru juga termasuk di dalamnya. Pada
siswa, hasil belajar merupakan rangkaian akhir dari proses belajar yang telah
dilaluinya pada suatu materi. Sedangkan pada guru, hasil belajar berorientasi pada
keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran atau tindak akhir proses
belajar melalui evaluasi hasil belajar. Olehnya itu, dapat dikatakan hasil belajar
merupakan evaluasi guru terhadap siswa mengenai kegiatan pembelajaran.
Pendapat ini diperkuat oleh Sudjana, (2010: 3) yang menyatakan bahwa
hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik Dalam akhir proses pembelajaran akan menghasilkan suatu
perubahan yang khas sebagai hasil belajar. Hasil belajar dapat dicapai siswa
melalui upaya perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Untuk mengetahui lebih jelas hasil belajar siswa dari pembelajaran
yang telah dilaksanakan dapat dilihat dari grafik perbandingan nilai berikut ini:
87
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Persiklus
88.89%
16 orang
100
90
80
67,50
70
72,22% 76,94
13 orang
83,50
60
50
40
33.33%
6 orang
30
20
10
0
Pra Siklus
Siklus I
Persentase Ketuntasan
Siklus II
Nilai Rata-rata
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi tindakan siklus II menunjukkan
bahwa dari segi proses, tindakan yang dilakukan telah berhasil karena pelaksanaan
pembelajaran telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan 90% untuk
keefektifan mengajar guru dan 85% untuk aktivitas siswa. Karena kedua indikator
telah tercapai maka penelitian dihentikan sampai dengan siklus II.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar seni budaya
dan keterampilan pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendang Mulya Sari pada
materi kerajinan anyaman dapat ditingkatkan dengan pembelajaran menggunakan
metode Demonstrasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar kerajinan anyaman pada mata pelajaran SBK siswa kelas VI
SD Negeri 2 Sendang Mulya Sari Kecamatan Tongauna dapat ditingkatkan
dengan menggunakan metode demonstrasi. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian
indikator kinerja baik dari segi proses maupun dari segi hasil pada penelitian ini:
5.1.1 Penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran kerajinan
anyaman dapat meningkatkan efektivitas mengajar guru di kelas VI SD
Negeri 2 Sendang Mulyasari, pada siklus I pertemuan 1, aktivitas
mengajar guru mencapai 60% dan pertemuan 2, aktivitas mengajar guru
mencapai 73.33%. Sementara pada siklus II mengalami peningkatan,
pertemuan 1, aktivitas mengajar guru mencapai 86.66% dan pertemuan 2,
aktivitas mengajar guru mencapai 93.33%
5.1.2 Penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran Kerajinan
anyaman dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas VI SD
Negeri 2 Sendang Mulyasari, pada siklus I pertemuan 1, aktivitas belajar
siswa mencapai 45,45% dan pertemuan 2, mencapai 63.63%. Sementara
pada siklus II mengalami peningkatan, pertemuan 1, aktivitas belajar siswa
mencapai 81,81% dan pertemuan 2, meningkat cukup signifikan menjadi
90.90%.
88
89
5.1.3 Penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran Kerajinan
anyaman dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VI SD Negeri 2
Sendang Mulyasari. Hasil pada tes awal, siswa yang memperoleh
ketuntasan dengan nilai ≥75 sebanyak 6 siswa 33,33% dengan rata-rata
67,50. Pada siklus I mencapai 72,22% atau sebanyak 13 siswa yang
mendapatkan nilai ≥75, dengan rata-rata 76,94
dan pada
siklus II
meningkat mencapai 88.89% atau sebanyak 16 siswa yang mendapat nilai
≥75, dengan rata-rata 83,50.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan hal-hal
sebagai berikut:
5.2.1 Hendaknya guru dapat mengetahui, memahami dan menerapkan metode
demonstrasi dalam upaya meningkatkan hasil belajar SBK siswa Sekolah
Dasar.
5.2.2 Penerapan metode pembelajaran demonstrasi sebagai salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan agar dapat mengembangkan potensi
yang dimiliki siswa secara optimal (pengetahuan, keterampilan, sikap,
nilai-nilai dan keterkaitannya), baik secara langsung maupun tidak
langsung.
5.2.3 Bagi sekolah yang mempunyai fasilitas lengkap hendaknya dapat
menerapkan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar guna
memperoleh hasil yang maskimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
90
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi,dkk. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
(Edisi Revisi). Jakarta: RinekaCipta.
Bahri, Syaiful. (2006). Strategi Belajar Mengajar Jakarta: RinekaCipta.
Costa, A. L., (Ed.). (1999). Teaching for intelligence. Arlington Heights, Illinois:
Skylight Training and Publishing, Inc.
Daryanto. (2010). Belajar dan Mengajar. Bandung: YramaWidya.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri& Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. RinekaCipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar, Edisi 2. Jakarta: Rineka
Cipta.
Fitri, Junita, dkk. (2011) Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Seni
Musik Di Smp Negeri 3 Padang Panjang. Artikel. Program Studi
Pendidikan Sendratasik, FBS Universitas Negeri Padang.
Graha, Oho. (1990). Seni Kerajinan Bambu. Bandung:Angkasa.
Hanafiah dan Suhana. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Jakarta: Refika
Aditama
Hasibuan, JJ. Dan Moedjiono.(2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV.
Remaja Rosda karya.
Lestari, Dian. (2012). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggambar BuahBuahan Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi di Kelas VII SMP IT
Al-Fityan School Medan. Jurnal Gorga. Vol. 1 No. 2. Hal. 1-14.
Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
Maria Veronika H danMesra. (2012). Penerapan Metode Demonstrasi Untuk
Meningkatkan HasilBelajar Teknik Kolase Melalui Produk Kerajinan
Tangan Dalam Mata Pelajaran SBK di SDN Desa Lama Kec. Hamparan
91
Perak T.P 2011/2012 JurnalGorga Univ. Negri Medan. JurnalGorga. Vo.
1. No. 1.Hal. 1-12.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Natawijaya, Rochman. (2005). Aktivitas Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Negeri, Ling LingDewiPerwira. (2011). Membuat Anyaman Kertas Pada Siswa
Kelas IV Dengan Metode Demonstrasi di SD Negeri 01 Gambuhan
Pemalang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FakultasI
lmuPendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Purwanto. (2008).Metodologi Penelitian Kuantitatif
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
untuk
Psikologidan
Rasyad, Aminuddin.(2006). Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Bumi Aksara.
Rido, Kurnianto. (2009). Penelitian Tindakan Kelas “EdisiPertama”. Surabaya:
Lapis PGMI.), hal. 5-15
Rosita, Ade Eka. (2005). Kerajinan Rotan di Perusahaan Anggun Rotan Desa
Manggung Wukirsari Imogiri Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Program
StudiPendidikanSeniKerajinan, FBS UNY.
Sabri, Ahmad. (2007). Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Padang:
Quantum Teaching.
Sagala,Syaiful. (2010).Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sam’s, Rosma Hartiny. 2010.Model Penelitian Tindakan Kelas.Yogjakarta: Teras.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta Pusat Grapika: Fajar
Interpratama.
Sardiman, A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rajagrafindo.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mmepengaruhinya. Jakarta:
Rhineka Cipta.
Sudjana, Nana. (2010). Dasar-dasar Proses BelajarMengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo Offset.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
92
Sukerti, dkk. (2013). Penerapan Metode Demonstrasi Berbantuan Media Daun
Pisang Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui
Kegiatan Menganyam Pada Anak TK. Jurnal Pendidikan Anka Usia
Dini. Vol. 1 No. 1. Hal. 1-10.
Sumanto. (2006). Pengembangan Kreatifitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdiknas.
Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning,
PAIKEM.Yogyakarta: PustakaPelajar.
Teori
dan
Aplikasi
Susilo. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
Syah, Muhibbin. (2000).Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cetakan
5. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Takari, Enjah. 2007. Kerajinan Menganyam. Bandung: PT Epsilon Group.
93
Lampiran: 1 Silabus Pembelajaran
SILABUS PEMBELAJARAN
SEKOLAH
: SDN 2 SENDANG MULYASARI
MATA PELAJARAN
: SBK
KELAS/SEMESTER
: VI/2
Standar Kompetensi: 7. Mengapresiasi karya kerajinan
Kompetensi
Dasar
Materi
Kegiatan
pembelajaran pembelajaran
indikator
penilaian
Teknik:
7.1
Bahan dan alat 1. Melalui peragaan 1. Menjelaskan
guru siswa dapat
pengertian anyaman
Mendeskripsikan kerajinan
menjelaskan
2.
Membedakan jenis 1. Lisan
kesesuain fungsi, anyaman
pengertian
bahan alam dan 2. Tertulis
kekuatan
dan
kerajian anyaman
bahan buatan untuk
keindahan karya
2. Melalui peragaan
membuat kerajinan
kerajinan
guru siswa dapat
anyaman
anyaman
Membedakan jenis 3. Menyebutkan
alat
bahan alam dan
untuk
membuat
bahan
buatan
kerajinan anyaman
untuk
membuat
kerajinan anyaman
3. Melalui peragaan
gurusiswa
menyebutkan alat
untuk
membuat
kerajinan anyaman
4. Melalui peragaan
gurusiswa
menjelaskan
fungsi alat untuk
Alokasi
waktu
Sumber belajar
2 jp x 35 1. Buku paket
SBK Kelas
menit
VI
2. Alat
dan
bahan
kerajinan
menganyam
3. Pengetahuan
guru
dari
berbagai
sumber
94
membuat
kerajinan anyaman
jenis Teknik:
Jenis
Motif 1. Melalui peragaan 1. Menjelaskan
guru
siswa
motif anyaman dasar
dasar
1. Lisan
Menjelaskan
jenis
tunggal
Kerajinan
motif
anyaman 2. Menjelaskan
jenis 2. Tertulis
anyaman
dasar tunggal
motif anyaman dasar
2. Melalui peragaan
ganda
guru
siswa 3. Menjelaskan
jenis
Menjelaskan jenis
motif anyaman dasar
motif
anyaman
kombinasi
dasar ganda
3. Melalui peragaan
guru
siswa
Menjelaskan jenis
motif
anyaman
dasar kombinasi
Standar
Kompetensi:
2 jp X 35 1. Buku paket
SBK Kelas
Menit
VI
2. Kertas
anyaman
3. Pengetahuan
guru
dari
berbagai
sumber
8. Membuat Karya Kerajinan
8.1 merancang Merancang
benda pakai dari Benda pakai
bahan anyaman
dari anyaman
bambu
Melalui praktek siswa
dapat
membuat
rancangan
karya
kerajinan
anyaman
bambu menjadi benda
pakai
Siswa
membuat Teknik:
rancangan
karya
1. Lisan
kerajinan
anyaman
2. Praktek
bambu menjadi benda
pakai
2 jp X 35 1. Buku paket
SBK Kelas
Menit
VI
2. Pengetahuan
guru
dari
berbagai
sumber
3. Bahan
Anyaman
bambu
95
8.2
membuat Benda pakai Melalui praktek siswa
benda pakai dari dari anyaman dapat siswa membuat
bahan anyaman
bambu
kerajinan
anyaman
bambu menjadi benda
pakai
Siswa
membuat Teknik:
kerajinan
anyaman
1. Lisan
bambu menjadi benda
2. Praktek
pakai
2 jp X 35 1. Buku paket
SBK Kelas
Menit
VI
2. Pengetahuan
guru
dari
berbagai
sumber
3. Bahan
anyaman
bambu
96
Lampiran: 2 RPP Siklus 1
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
(SIKLUS I)
Nama Sekolah
: SDN 2 SENDANG MULYASARI
Mata Pelajaran
: SBK
Kelas / Semester
: VI/II
Alokasi / Waktu
: 2×35 menit
Pertemuan ke
:1&2
A. Standar Kompetensi
7. Mengapresiasi karya kerajinan
B. Kompetensi Dasar
7.1 Mendeskripsikan kesesuai fungsi, kekuatan, dan keindahan karya kerajinan anyaman
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian anyaman
2. Membedakan jenis bahan alam dan bahan buatan untuk membuat kerajinan anyaman
3. Menyebutkan alat untuk membuat kerajinan anyaman
4. Menjelaskan jenis-jenis motif anyaman
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan pengertian kerajian anyaman dengan benar
2. Melalui penjelasan guru siswa dapat membedakan jenis bahan alam dan bahan buatan untuk
membuat kerajinan anyaman dengan benar
3. Melalui penjelasan guru siswa menyebutkan alat untuk membuat kerajinan anyaman dengan
benar
4. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan jenis motif anyaman dasar tunggal dengan
benar
5. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan jenis motif anyaman dasar ganda dengan benar
6. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan jenis motif anyaman dasar kombinasi dengan
benar
E. Materi Pembelajaran
1. Bahan dan alat Kerajinan Anyaman
2. Jenis motif anyaman dasar
F.
Metode Pembelajaran
Demonstrasi, Tanya Jawab, dan diskusi
97
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Kegiatan
Pendahuluan
1. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas
10 Menit
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan
menyampaikan materi pelajaran yang akan
diajarkan
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Guru memberikan motivasi kepada siswa
6. Membagi siswa dalam kelompok belajar
1. Guru mendemonstrasikan tentang bahan dan alat 50 Menit
dalam kerajinan menganyam serta fungsinya
masing-masing
2. Guru meminta perwakilan setiap kelompok maju
didepan kelas untuk mengamati media yang
disediakan guru berupa bahan alam dan bahan
buatan kerajinan anyaman serta alat untuk
membuat kerajinan anyaman
3. Guru membagikan LKS kepada kepada setiap
kelompok
4. Berdasarkan
hasil
pengamatannya
siswa
memecahkan masalah tentang materi kerajinan
menganyam dengan mengisi LKS berdasarkan
hasil pengamatannya
5. Guru
meminta
setiap
kelompok
untuk
mempresentasekan hasil kerja kelompoknya
6. Guru memberikan penghargaan atas pekerjaan
setiap kelompok
7. Guru memberikan penguatan berupa komentar
hasil pengamatan siswa
1. Guru
dan
siswa
menyimpulkan
materi 10 Menit
pembelajaran
2. Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran
3. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya
4. Ketua kelas memimpin doa diakhir pembelajaran
Kegiatan Inti
Penutup
Alokasi Waktu
Pertemuan II
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Kegiatan
Pendahuluan
1. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas
10 Menit
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan
98
Kegiatan Inti
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penutup
1.
2.
3.
menyampaikan materi pelajaran yang akan
diajarkan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru memberikan motivasi kepada siswa
Membagi siswa dalam kelompok belajar
Guru menjelaskan pengertian motif anyaman 50 Menit
tunggal, ganda dan kombinasi dengan cara
mendemonstrasikan cara membuat kerajinan
menganyam dari bahan, daun pisang dan daun
kelapa, kertas
Guru membagikan LKS kepada kepada setiap
kelompok
Guru memberikan bimbingan pada kelompok siswa
yang mengalami kesulitan
Guru
meminta
setiap
kelompok
untuk
mempresentasekan hasil kerja kelompoknya
Guru memberikan penghargaan atas pekerjaan
setiap kelompok
Guru memberikan penguatan materi berupa
komentar hasil diskusi siswa
Guru memberikan tes kompetensi untuk menguji
pemahaman siswa
Guru
dan
siswa
menyimpulkan
materi 10 Menit
pembelajaran
Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran
Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya
Ketua kelas memimpin doa diakhir pembelajaran
4.
H. Penilaian
1.Tehnik Penilaian
: Tes lisan, 1tertulis dan perbuatan
2. Bentuk penilaian
: Uraian
I. Media/alat dan Sumber Belajar
1. Media/Alat Belajar
: Bahan dan alat kerajinan anyaman, LKS
2. Sumber belajar :
a. Buku paket SBK Kelas VI SD Tahun 2009, Jakarta: Cempaka Putih. Hal. 61-74
Sendang Mulyasari, Juni 2017
99
Lampiran: 3 RPP Siklus II
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
(SIKLUS II)
Nama Sekolah
: SDN 2 SENDANG MULYASARI
Mata Pelajaran
: SBK
Kelas / Semester
: VI/II
Alokasi / Waktu
: 2×35 menit
Pertemuan ke
:1&2
A. Standar Kompetensi
8. Membuat kerajinan anyaman
B. Kompetensi Dasar
8.1 Merancang karya kerajinan anyaman menjadi benda pakai
8.2 Membuat karya kerajinan anyaman menjadi benda pakai
C. Indikator
1. Merancang karya kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai
2. Membuat karya kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui peragaan guru siswa dapat merancang membuat kerajinan anyaman bambu menjadi
benda pakai dengan benar.
2. Melalui peragaan guru siswa dapat membuat kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai
dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
Kerajinan Anyaman bambu menjadi benda pakai
F.
Metode Pembelajaran
Demonstrasi, Tanya Jawab, diskusi, dan Praktek
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Kegiatan
Pendahuluan
1. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas
10 Menit
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan
menyampaikan materi pelajaran yang akan
diajarkan
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Guru memberikan motivasi kepada siswa
6. Membagi siswa dalam kelompok belajar
100
Kegiatan Inti
Penutup
1. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang 50 Menit
akan dilaksanakan.
2. Guru menjelaskan materi pengantar dengan
mendemonstrasikan/memperlihatkan
beberapa
benda pakai yang terbuat dari hasil kerajinan
anyaman bambu.
3. Guru mendemonstrasikan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk membuat rancangan hasil
kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai
berupa kipas
4. Guru mendemonstrasikan teknik membuat kipas
dari anyaman bambu
5. Guru meminta beberapa siswa untuk membantu
guru mendmonstrasikan cara membuat anyaman
bambu menjadi kipas.
6. Guru meminta setiap kelompok untuk merancang
dan menyiapkan bahan dan alat kerajinan anyaman
yang akan digunakan pada pertemuan berikutnya.
1. Guru
dan
siswa
menyimpulkan
materi 10 Menit
pembelajaran
2. Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran
3. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya
4. Ketua kelas memimpin doa diakhir pembelajaran
Pertemuan II
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Kegiatan
Pendahuluan
1. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas
10 Menit
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan
menyampaikan materi pelajaran yang akan
diajarkan
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Guru memberikan motivasi kepada siswa
6. Membagi siswa dalam kelompok belajar
1. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang 50 Menit
akan dilaksanakan.
2. Guru mendemonstrasikan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk membuat hasil kerajinan anyaman
bambu menjadi benda pakai berupa kipas
3. Guru mendemonstrasikan teknik membuat kipas
dari anyaman bambu
4. Guru meminta setiap siswa dalam kelompok untuk
memepraktekkan membuat kipas dari anyaman
bambu
5. Guru berkeliling kelas menilai proses pembuatan
kipas dari anyaman bambu
6. Guru membimbing siswa yang mengalami
kesulitan
Kegiatan Inti
Alokasi Waktu
101
Penutup
1. Guru
dan
siswa
menyimpulkan
materi 10 Menit
pembelajaran
2. Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran
3. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya
4. Ketua kelas memimpin doa diakhir pembelajaran
H. Penilaian
1.Tehnik Penilaian
3. Bentuk penilaian
: Tes lisan, tertulis dan perbuatan
: Uraian
I. Media/alat dan Sumber Belajar
1. Media/Alat Belajar
: Bahan dan alat kerajinan anyaman, LKS
2. Sumber belajar
:
a. Buku paket SBK Kelas VI SD Tahun 2009, Jakarta: Cempaka Putih. Hal. 61-74
b. Bahan ajar tentang materi kerajinan menganyam
Sendang Mulyasari, Juni 2017
102
Lampiran 4. Tes Awal Prasiklus
Tes awal
Berilah tanda silang (x) pada satu huruf a,b,c atau d pada jawaban yang benar !
1. Yang termasuk hasil kerajinan anyaman yang sering digunakan dalam rumah tangga
adalah........
a. Ember
c. Ikat pinggang
b. Bakul
d. Panci
2. Bahan buatan yang dapat dijadikan sebagai benda kerajinan anyaman adalah....
a. Daun pandan
c. Rotan
b. Daun Lontar
d. Kertas
3. Menganyam dengan cara menyilangkan rautan dengan membentuk segi enam beraturan
dan setiap sudut dibuat menumpang dan menindih bergantian disebut....
a. Anyaman sasak
c. Anyaman mata bintang
b. Anyaman lilit
d. Anyaman bilik
4. Anyaman ketupat di buat dari....
a. Daun Tebu
c. Daun Kelapa
b. Daun Bambu
d. Daun Pisang
5. Berikut ini merupakan barang anyaman yang digunakan sebagai tempat menyimpan
makanan....
a. Tirai bergambar
c. Bakul Nasi
b. Nyiru
d. Keranjang
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Hasil kerajinan yang dikerjakan dengan cara mengangkat dan menumpang tindihkan atau
menyilangkan bahan sehingga memjadi suatu karya yang indah dan menarik disebut........
2. Menganyam dengan melilitkan dua rautan secara bergantian disebut......
3. Anyaman bilik cocok digunakan untuk benda pakai .......
4. Jok kursi dan keranjang menggunakan nyaman bercorak ......
5. Membuat kerajinan kipas mennggunakan jenis anyaman ......
103
Lampiran 5. Tes Siklus 1
Tes Siklus 1
Berilah tanda silang (x) pada satu huruf a,b,c atau d pada jawaban yang benar !
1. Berikut ini merupakan barang anyaman yang digunakan sebagai tempat menyimpan
makanan adalah....
a. Tirai bergambar
c. Bakul Nasi
b. Nyiru
d. Keranjang
2. Anyaman ketupat dibuat dari....
a. Daun Tebu
c. Daun Kelapa
b. Daun Bambu
d. Daun Pisang
3. Menganyam dengan cara menyilangkan rautan dengan membentuk segi enam beraturan
dan setiap sudut dibuat menumpang dan menindih bergantian disebut....
a. Anyaman sasak
c. Anyaman mata bintang
b. Anyaman lilit
d. Anyaman bilik
4. Bahan buatan yang dapat dijadikan sebagai benda kerajinan anyaman adalah....
a. Daun pandan
c. Rotan
b. Daun Lontar
d. Kertas
5. Yang termasuk hasil kerajinan anyaman yang sering digunakan dalam rumah tangga
adalah.......
a. Ember
c. Ikat pinggang
b. Bakul
d. Panci
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Hasil kerajinan yang dikerjakan dengan cara mengangkat dan menumpang tindihkan atau
menyilangkan bahan sehingga memjadi suatu karya yang indah dan menarik disebut........
2. Menganyam dengan melilitkan dua rautan secara bergantian disebut......
3. Anyaman bilik cocok digunakan untuk benda pakai .......
4. Jok kursi dan keranjang menggunakan nyaman bercorak ......
5. Membuat kerajinan kipas mennggunakan jenis anyaman ......
104
Lampiran 6 Tes Unjuk kerja Siklus II
Tes Siklus II
Buatlah secara individu kerajinan anyaman bambu menjadi benda pakai berupa kipas!
105
Lampiran 7. Skor Perolehan Hasil Belajar Siswa Persiklus
SKOR PEROLEHAN SISWA PADA TES AWAL, TES SIKLUS I DAN
TES SIKLUS II
Tabel 4.13 : Skor Perolehan Siswa Pada Tes Awal, Tes Siklus I dan II
NILAI
No
Nama Siswa
Keterangan
Tes Awal
Tes Siklus I
Tes Siklus II
1
Marselinus Ariel Dhio
70
70
78
Tuntas
2
Umi Nurjanatin
75
80
100
Tuntas
3
Yakobus Riko Yudasta
75
75
78
Tuntas
4
Nerin Suryani
70
85
78
Tuntas
5
Muh. Ilham
75
80
100
Tuntas
6
Dhea Ramdani
60
80
78
Tuntas
7
Ilham Farid Alpandi
50
75
89
Tuntas
8
Setya Ananda Kumara
80
80
100
Tuntas
9
Bernikem Ana Tasya
65
70
78
Tuntas
10
Isyara Ayu Dwi Anjani
55
75
78
Tuntas
11
Anisa Nurbaiti Ningrum
45
70
67
Tidak Tuntas
12
Anggun Tiara Wati
85
85
78
Tuntas
13
Dendi Iswantoro
65
70
78
Tuntas
14
Antonius Adi Saputra
65
80
89
Tuntas
15
Iyan Abimayu
80
90
100
Tuntas
16
Lidiya Firmaningsi
65
75
78
Tuntas
17
Khatima Sari Dewi
65
70
67
Tidak Tuntas
18
Diki Prasetyo
70
75
89
Tuntas
Jumlah
1.215
1.385
1.503
Rata-Rata
67.50
76.94
83.50
 75
6 orang
(33.33%)
13 orang
(72,22%)
16 orang
(88.89%)
 75
12 orang
(66.67%)
5 orang
(27,78%)
2 orang
(11.11%)
106
Lampiran: 8 Lembar Penilaian Unjuk Kerja dan Rubrik Penilaian Siklus II
LEMBAR PENILAIAN UNJUK KERJA
KETERAMPILAN MENGANYAM
SIKLUS II
No.
Nama Siswa
Keterampilan
menggunakan
alat dan
bahan
menganyam
1
2
Teknik
menganyam
3 1
2
√
3
Skor
Nilai
Ket
7
78
Tuntas
√
9
100
Tuntas
√
8
89
Tuntas
7
78
Tuntas
9
100
Tuntas
7
78
Tuntas
√
8
89
Tuntas
√
9
100
Tuntas
Hasil
Anyaman
1 2
3
1
Marselinus Ariel
Dhio
√
2
Umi Nurjanatin
√
3
Yakobus Riko
Yudasta
√
√
4
Nerin Suryani
√
√
5
Muh. Ilham
√
6
Dhea Ramdani
√
√
7
Ilham Farid Alpandi
√
√
8
Setya Ananda
Kumara
√
9
Bernikem Ana Tasya
√
√
√
7
78
Tuntas
10
Isyara Ayu Dwi
Anjani
√
√
√
7
78
Tuntas
11
Anisa Nurbaiti
Ningrum
√
√
6
67
Belum
Tuntas
12
Anggun Tiara Wati
√
√
√
7
78
Tuntas
13
Dendi Iswantoro
√
√
√
7
78
Tuntas
14
Antonius Adi
Saputra
√
√
8
89
Tuntas
15
Iyan Abimayu
√
√
7
78
Tuntas
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
107
16
17
18
Lidiya Firmaningsi
√
√
Khatima Sari Dewi
Diki Prasetyo
√
√
√
7
78
Tuntas
√
√
6
67
Belum
Tuntas
8
89
Tuntas
√
√
Jumlah
1.503
Rata-rata
83,50
Tuntas
16
% ketuntasan
88,89%
Tidak Tuntas
2
% ketidaktuntasan
11,11%
Rubrik Kriteria Penilaian keterampilan menganyam
Keterampilan menggunakan alat dan bahan anyaman bambu
1. Cara menggunakan alat dan bahan kurang terampil
2. Cara menggunakan alat dan bahan terampil, tetapi masih kaku, kurang luwes
3. Cara menggunakan alat dan bahan sangat terampil
Teknik menganyam bambu
1. Menganyam bambu dengan teknik yang baik
2. Menganyam tekniknya baik, tetapi masih kurang sempurna
3. Menganyam dengan teknik yang baik dan sempurna
Hasil anyaman bambu
1. Hasil anyaman bambu kurang baik dan kurang rapi
2. Hasil anyaman bambu, tetapi masih kurang rapi
3. Hasil anyaman bambu dan sangat rapi
108
Lampiran: 9 Rekapitulasi Ketuntasan Skenario Pembelajaran Persiklus
REKAPITULASI KETUNTASAN PROSES PELAKSANAAN SKENARIO
PEMBELAJARAN DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR
PADA SETIAP SIKLUS TINDAKAN
1.
Ketuntasan Pelaksanaan Skenario Pembelajaran Oleh Guru dan Siswa
Pertemuan I
Pertemuan II
(%)
(%)
Guru
60%
73,33%
Siswa
45,45%
63,63%
Guru
86,66%
93,33%
Siswa
81,81%
90,90%
Tindakan
Siklus I
Siklus II
2.
Ketuntasan Hasil Belajar Secara Klasikal
Tindakan
Rata-rata
Ketuntasan Secara
Klasikal
Tes Awal
Tes Siklus I
Tes Siklus II
67,50
76,94
83,50
33,33%
72,22%
88,89%
109
Lampiran: 10 Dokumentasi Penelitian
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Bahan yang di gunakan dalam pembuatan anyaman bambu
110
Gambar 2. Guru
Mendemonstarsikan Materi
Anyaman Bambu di depan
Kelas
Gambar 3. Guru membimbing
siswa dalam kelompok
111
Gambar 4. Siswa Praktek membuat anyaman kipas yang
terbuat dari bambu
dari bambu
Gambar 5. Siswa praktek membuat anyaman kipas
yang terbuat dari bambu
112
Gambar 6. Observer sedang mengamati aktivitas belajar siswa
Gambar 7. Observer sedang mengamati aktivitas belajar siswa
113
Gambar 8. Siswa mempresentasekan hasil anyaman bambu
Gambar 9. Hasil kerajinan anyaman bambu yang telah dibuat siswa
96
96
96
RIWAYAT HIDUP
KETUT SUCIKO, dilahirkan pada 21 Juni 1972 di Petigo, Provinsi Bali, anak
ke empat dari lima bersaudara, pasangan Bapak Putu Putra dan Ibu Made
Kripik. Penulis menempuh pendidikan tingkat dasar di SDN 1 Sendang
Mulyasari (Tamat tahun 1985), kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP
Negeri 2 Unaaha (1988). Pada tahun 1988 penulis melanjutkan pendidikan ke
SMA (tamat tahun 1991). Penulis melanjutkan pendidikan DII PGSD di
Universitas Halu Oleo Kendari (memperoleh gelar A.ma 2004). Pada tahun
2009 penulis melanjutkan pendidikan S1 PGSD di Universitas Terbuka. Sejak tahun 2005
penulis bekerja sebagai guru SD Negeri 1 Sanuanggamao, Kecamatan Tongauna, Kabupaten
Konawe. Pada tahun 2008 penulis bekerja sebagai guru SD Negeri 2 Sendang Mulyasari,
kecamatan Tongauna, Kabupaten Konawe sampai sekarang.
Download