BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Biologi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dan salah satu mata
pelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional yang ada.
Biologi merupakan sarana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Biologi lebih dari sekedar
kumpulan fakta ataupun konsep yang tidak hanya dipelajari dengan mengamati
saja, karena dalam biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat di
aplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata.
Dalam pembelajaran biologi di sekolah tak sedikit siswa yang mengetahui
teori yang ada tanpa mengetahui tujuan dan manfaat mengapa ilmu tersebut di
pelajari. Tak sedikit pula siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep
biologi karena jarangnya guru melakukan kegiatan praktikum di laboratorium
guna menyamakan konsep atau teori dengan fakta yang ada. Pembelajaran biologi
berkaitan erat dengan proses mencari tahu dan mengamati langsung mengenai
ilmu alam sehingga dalam pembelajarannya wajib dilakukan dengan kegiatan
praktikum. Seperti dalam belajar mengenai teori sel yang harus dilakukan
praktikum mengenai teori tersebut untuk melihat langsung fakta-fakta yang ada.
Sehingga membuktikan bahwa biologi adalah ilmu nyata yang dapat dilihat
menggunakan seluruh panca indera manusia. Dengan melihat, mengamati,
mengenakan atribut laboratorium seperti jas lab dan menggunakan langsung alatalat di laboratorium (seperti mikroskop, tabung reaksi, termometer, dan lain-lain)
dapat membuat siswa merasa layaknya ilmuan yang sedang meneliti di
laboratorium, hal ini dapat meningkatkan motivasi, cara berfikir ilmiah,
keterampilan dan keingintahuan siswa lebih lanjut tentang ilmu-ilmu biologi
lainnya yang dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa, serta dapat
memberi pengalaman yang berharga kepada siswa. Pernyataan serupa juga
disampaikan oleh Sugiharto (2011) bahwa belajar biologi bukan sekedar usaha
mengumpulkan pengetahuan tentang makhluk hidup. Belajar biologi adalah
1
2
mengembangkan keterampilan berpikir, bersikap, dan keterampilan proses sains.
Pembelajaran biologi harus dirancang untuk memberikan kesempatan siswa
menemukan fakta, membangun konsep, dan menemukan nilai baru melalui proses
sebagaimana ilmuan menemukan pengetahuan.
Woolnough dan Allsop (1985) dalam Nuada dan Harahap (2015) mengatakan
bahwa
salah
satu
mengembangkan
alasan
pentingnya
kegiatan
keterampilan-keterampilan
dasar
praktikum
dalam
yaitu
untuk
melaksanakan
eksperimen. Dalam pembelajaran biologi, perlu diadakannya praktikum yang
dilakukan untuk mendapatkan pengalaman langsung, dan menemukan sendiri
mengenai konsep dan teori yang ada khususnya pada mata pelajaran biologi yang
dilakukan secara berulang-ulang. Pembelajaran biologi bertujuan untuk
memperoleh pemahaman tentang berbagai fakta , kemampuan mengenal dan
memecahkan masalah, mempunyai keterampilan dalam pemanfaatan laboratorium
serta memiliki sikap ilmiah yang ditampilkan dan kenyataan sehari-hari.
Keberadaan laboratorium biologi sangat penting peranannya dalam kegiatan
praktikum yang dilakukan. Karena laboratorium biologi berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran dalam meniru ahli biologi mengungkapkan
rahasia alam dalam bentuk proses pembelajaran. Penggunaan laboratorium yang
intensif dapat menciptakan proses sains siswa sehingga dapat meningkatkan
kualitas proses belajar biologi siswa. Pemanfaatan laboratorium yang optimal juga
berdampak pada hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian
Sundari, dkk (2015) bahwa terdapat hubungan yang positif antara pemanfaatan
laboratorium dengan hasil belajar biologi siswa dan terdapat pengaruh antara
pemanfaatan laboratorium dengan hasil belajar biologi siswa. Sehingga kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan laboratorium berupa praktikum
dibutuhkan dalam pembelajaran biologi.
Laboratorium selain berperan dalam pembelajaran, juga berperan sebagai
sumber belajar, karena di laboratorium yang baik seharusnya tersedia buku, media
pembelajaran, spesimen dari benda atau objek yang telah diawetkan sebagai
pengganti jika pengamatan/pengambilan objek secara langsung tidak bisa
dilakukan. Laboratorium yang baik sebaiknya dilengkapi dengan berbagai fasilitas
3
misalnya kamar mandi, ruang sholat, ruang administrasi yang dilengkapi
komputer dan lain-lain. Kelengkapan fasilitas tersebut dimaksudkan untuk
memudahkan pemakai laboratorium dalam melakukan aktivitasnya, karena
bekerja di laboratorium membutuhkan waktu yang lama, kerja yang hati-hati dan
teliti (Sundari, 2008).
Hal yang perlu diperhatikan dalam penataan ruangan laboratorium yang baik
dikatakan Decaprio (2013) ialah laboratorium tidak terletak searah dengan arah
angin, dekat dengan jarak sumber air, mempunyai saluran pembuangan untuk sisa
zat praktikum, jarak dengan gedung lain, mudah dikontrol, luas ruangan yang
cukup untuk peserta praktikum, terdapat ventilasi (jendela yang bisa terbuka lebar
mengarah keluar ruangan laboratorium), dan kondisi lantai yang rata dan tidak
licin. Mengenai kondisi ruangan lab dan kesesuaian saran dan prasarana
laboratorium biologi SMA secara keseluruhan sudah diatur dalam Permendiknas
No.24 Tahun 2007 yang seharusnya diterapkan di setiap sekolah agar menunjang
pengoptimalan dalam pemanfaatan laboratorium.
Maka dari itu, untuk keberhasilan kegiatan praktikum kondisi ideal yang
disyaratkan oleh Dirjen Kelembagaan Agama Islam (2002) ditentukan oleh sejauh
mana intensitas penggunaan, pengorganisasian baik struktur organisasi personil
penyelenggara laboratorium maupun pengorganisasian siswa peserta praktikum.
Dan intensitas penggunaan laboratorium yang baik menurut Nuada dan Harahap
(2015) minimal mencapai 61% dari jumlah praktikum yang seharusnya diadakan.
Dalam kenyataanya, pemanfaatan laboratorium biologi di sekolah-sekolah
belum optimal, hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Peniati (2013) yang
mengatakan bahwa tidak sedikit sekolah yang memiliki laboratorium lengkap,
tetapi tidak digunakan dengan maksimal. Berbagai hal menjadi kendala antara lain
tidak adanya petugas laboran yang berfungsi mengelola laboratorium tersebut.
Kurangnya perhatian pengelola menyebabkan minimnya pengetahuan siswa
terhadap materi pelajaran. Siswa hanya sebatas mengetahui teori, tanpa mengerti
praktek ilmiah. Oleh sebab itu, diperlukan usaha dari pihak terkait untuk
memberdayakan dan mengaktifkan kembali fungsi laboratorium di sekolahsekolah demi meningkatkan mutu pendidikan. Keberadaan pengelola laboratorium
4
membantu guru dan siswa dalam proses belajar demi terciptanya pembelajaran
biologi yang maksimal. Selain itu, hasil pemantauan Direktorat Pendidikan
Menengah Umum dan Inspektorat Jendral tahun 2003, laboratorium yang
pemanfaatan dan pengelolaannya sebagai sumber belajar belum optimal atau tidak
digunakan disebabkan oleh berbagai faktor yaitu; kemampuan dan penguasaan
guru terhadap peralatan dan pemanfaatan bahan praktek masih belum memadai,
kurang memdai baik secara kualitas maupun kuantitas tenaga laboratorium,
banyak alat-alat laboratorium dan bahan yang sudah rusak yang belum diakannya
kembali, dan tidak cukup/terbatasnya alat-alat dan bahan mengakibatkan tidak
setiap siswa mendapat kesempatan belajar untuk mengadakan eksperimen.
Binjai merupakan salah satu kota di Sumatera Utara yang sebagian besar
mempunyai kategori Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri yang “Amat Baik”
atau terakreditasi A. Hal ini dapat dilihat dari data Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) yang mendata dari tujuh SMA Negeri yang ada di
Kota Binjai 6 diantaranya berkategori “Amat Baik” dan satu yang berkategori
“Baik”. Dari data tersebut berarti SMA Negeri di Kota Binjai telah mendapat
pengakuan dan penilaian dari BAN-S/M bahwa kelayakan dan mutu pendidikan
SMA Negeri telah memenuhi standar isi, standar proses, standar kompetisi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasaran,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan yang telah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional.
Dalam kenyataanya pelaksanaan praktikum di laboratorium sekolah juga
masih terhambat dan belum terlaksana dengan baik. Keadaan ini didapat dari hasil
wawancara pada beberapa guru biologi di SMA Negeri di Kota Binjai yang
mengatakan bahwa kegiatan praktikum jarang dilakukan karena beberapa hal
antara lain waktu pelaksanaan yang tidak mencukupi dan ketersediaan alat dan
bahan yang tidak lengkap. Dalam kegiatan praktikum di SMA Negeri di Kota
Binjai masih dilakukan dalam jumlah yang terbatas dan dalam frekuensi yang
jarang yaitu sekitar 1-3 jenis praktikum yang dilaksanakan pada semester gasal.
Pelaksanaan kegiatan praktikum pada materi yang seharusnya dipraktikumkan
belum semua terlaksana. Seperti praktikum pada materi sistem peredaran dalam
5
menentukan golongan darah yang sangat jarang dilaksanakan di sekolah, karena
tidak tersedianya serum Anti-B dan Anti-A di beberapa sekolah, sehingga
kegiatan praktikum untuk materi ini tidak terlaksana. Masih kurangnya
ketersediaan alat dan bahan menjadi kendala utama terhambatnya pelaksanaan
kegiatan praktikum. Sehingga guru membuat alternatif pembelajaran di kelas,
penugasan, ataupun praktikum yang lebih sederhana dilakukan untuk memenuhi
pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Selain itu kendala lain yang dirasakan
guru dalam pelaksanaan praktikum ialah waktu yang terbatas dan pembimbingan
anak murid selaku subjek peneliti dirasakan agak repot, karena LKS yang telah
disediakan guru masih membuat siswa belum mengerti mengenai prosedur
kegiatan praktikum sehingga masih banyak pertanyaan yang terlontar tentang
kegiatan praktikum. Laboran yang pasif dalam mengelola laboratorium juga
menambah pemanfaatan laboratorium biologi menjadi tidak optimal.
Pelaksanaan kegiatan praktikum di beberapa sekolah di Kota Binjai
sebenarnya dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal terutama pada kelas XI
IPA yang dalam pembelajarannya tidak terganggu dengan target kelulusan UN
seperti pada kelas XII IPA maupun keadaan siswa yang masih menyesuaikan diri
dengan pembelajaran dari SMP ke SMA seperti pada kelas X apabila hambatanhambatan yang dirasakan guru dapat diatasi. Keadaan yang sama juga terjadi di
SMA 2 Wonogiri bahwa laboratorium sudah digunakan untuk kegiatan praktikum,
tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal karena belum dilakukan pengelolaan
yang optimal. Kinerja pengelola laboratorium sudah sangat baik tetapi masih
terdapat aspek kinerja yang belum mencapai 100% yaitu kinerja administratif.
Perbaikan dan pengelolaan laboratorium biologi mampu menunjang kinerja
pengguna dan pengelola laboratorium (Anggraeni, 2013).
Sehubungan dengan kondisi-kondisi diatas, maka penulis merasa perlu
melakukan penelitian tentang “Analisis Pemanfaatan Laboratorium Biologi dalam
Pembelajaran Biologi di Kelas XI IPA SMA Negeri se-Kota Binjai”.
6
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini antara lain: (1) Siswa merasa kesulitan dalam memahami
konsep atau teori dalam pembelajaran biologi; (2) Praktikum biologi belum
dilaksanakan secara maksimal (3) Kondisi laboratorium yang belum sesuai
dengan standar sarana dan prasarana di laboratorium dengan Permendiknas No.24
Tahun 2007; (4) Kurang tersedianya peralatan praktikum; (5) Kurangnya waktu
dalam melaksanakan kegiatan praktikum; (6) Penggunaan LKS yang belum
efektif; (7) Guru merasa agak repot dalam pelaksanaan kegiatan praktikum; (8)
Kurang efektifnya laboran dalam mengelola dan membantu guru dalam
melaksanakan praktikum di laboratorium.
1.3.Batasan Masalah
Mengingat luasnya identifikasi masalah, keterbatasan waktu, dana serta
kemampuan peneliti, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya membahas
tentang pemanfaatan laboratorium biologi dalam pemebelajaran biologi di kelas
XI IPA SMA Negeri se-Kota Binjai.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini antara lain:
1. Bagaimana kesesuaian kondisi sarana dan prasarana laboratorium biologi
dengan Permendiknas No.24 Tahun 2007 di kelas XI IPA SMA Negeri seKota Binjai?
2. Bagaimana pemanfaatan laboratorium di kelas XI IPA SMA Negeri seKota Binjai?
3. Apa sajakah faktor penghambat dalam pemanfaatan laboratorium biologi
di kelas XI IPA SMA Negeri se-Kota Binjai?
7
1.5.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui:
1. Kesesuaian kondisi sarana dan prasarana laboratorium biologi dengan
Permendiknas No.24 Tahun 2007 di kelas XI IPA SMA Negeri se-Kota
Binjai.
2. Pemanfaatan laboratorium di kelas XI IPA SMA Negeri Se-Kota Binjai.
3. Faktor penghambat dalam pemanfaatan laboratorium biologi di kelas XI
IPA SMA Negeri se-Kota Binjai.
1.6.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada kepala sekolah dan dinas pendidikan
tentang kondisi sarana dan prasarana laboratorium biologi di SMA Negeri
se-Kota Binjai yang sangat berpengaruh terhadap pemanfaatanya.
2. Memberikan informasi dan masukan kepada guru-guru biologi di SMA
Negeri se-Kota Binjai tentang pentingnya pemanfaatan laboratorium
dalam pencapaian tujuan pembelajaran biologi yang sebenarnya.
3. Dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk pengembangan ilmu yang
berkaitan dengan masalah pemanfaatan laboratorium sekolah dalam proses
pembelajaran biologi di SMA khususnya dan umumnya dalam bidang
kajian ilmu pendidikan bagi pembaca ataupun peneliti selanjutnya.
1.7.Definisi Operasional
1. Laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk bekerja,
melakukan percobaan maupun penelitian. Tempat tersebut dapat
merupakan ruangan tertutup, kamar, ataupun ruangan terbuka.
2. Pemanfaatan Laboratorium ialah penggunaan laboratorium dalam kegiatan
praktikum biologi di kelas XI IPA secara optimal.
3. Pembelajaran Biologi adalah suatu proses kegiatan guru dan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran biologi di kelas XI IPA.
Download